Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

CEDERA KEPALA

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Disusun Oleh:
Deri Ruli Ediana ( 4002160148 )

PROGRAM STUDI STRATA-1 KEPERAWATAN


STIKES DHARMA HUSADA
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Daryrat.

Makalah ini terwujud karena adanya pihak yang telah banyak membantu,
membimbing, serta memberi dorongan dan doa dalam menyelesikan makalah ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu dan memberi masukan pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari


sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya dapat
penulis gunakan sebagai masukan untuk perbaikan makalah berikutnya.

Bandung, September 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
C. Metode Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
A. Pengertian ....................................................................................................... 3
B. Etiologi ........................................................................................................... 3
C. Manifestasi Klinis........................................................................................... 4
D. Pemeriksaan penunjang .................................................................................. 6
E. Terapi Medis ................................................................................................... 6
F. Klasifikasi ....................................................................................................... 7
G. Patofisiologi/Pathway .................................................................................... 8
BAB III ................................................................................................................... 9
PROSES KEPERAWATAN................................................................................... 9
A. Ilustrasi Kasus ................................................................................................ 9
B. Asuhan Keperawatan ...................................................................................... 9
BAB IV ................................................................................................................. 16
PENUTUP ............................................................................................................. 16
A. Simpulan ...................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cidera kepala merupakan salah satu penyebab kematian utama pada

kelompok umur produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu

lintas. Tidak hanya berakibat pada tingginya angka kematian pada korban

kecelakaan. Justru, yang harus menjadi perhatian adalah banyaknya kasus

kecacatan dari korban kecelakaan. Khususnya, korban kecelakaan yang

menderita cedera kepala.

Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa

diikuti terputusnya kontinuitas otak. (Muttaqin, 2008), cedera kepala biasanya

diakibatkan salah satunya benturan atau kecelakaan. Sedangkan akibat dari

terjadinya cedera kepala yang paling fatal adalah kematian.

Akibat trauma kepala pasien dan keluarga mengalami perubahan fisik

maupun psikologis, asuhan keperawatan pada penderita cedera kepala

memegang peranan penting terutama dalam pencegahan komplikasi.

Komplikasi dari cedera kepala adalah infeksi, perdarahan. Cedera kepala

berperan pada hampir separuh dari seluruh kematian akibat trauma-trauma.

Cedera kepala merupakan keadaanyang serius. Oleh karena itu, diharapkan

dengan penanganan yang cepat dan akurat dapat menekan morbiditas dan

mortilitas penanganan yang tidak optimal dan terlambatnya rujukan dapat

menyebabkan keadaan penderita semakin memburuk

1
B. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep penyakit/kasus cidera kepala.


2. Untuk mengetahui konsep proses keperawatan cidera kepala

C. Metode Penulisan

Dalam pengumpulan data-datadalam penelitian ini penulis


menggunakan studi kepustakaan (library research), dengan merujuk kepada
artikel, buku-buku, dan internet, karena keterbatasan enulis dalam mencari
data-data yang original.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa

diikuti terputusnya kontinuitas otak. (Muttaqin, 2008)

Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk

atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan

(acceleasi decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh

perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan,

serata notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai

akibat perputaran pada tingkat pencegahan, (Musliha, 2010).

B. Etiologi

1. Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor


bertabrakan dengan kenderaan yang lain atau benda lain sehingga
menyebabkan kerusakan atau kecederaan kepada pengguna jalan raya .

2. Jatuh

Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur


ke bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di
gerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah.

3
3. Kekerasan

Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau


perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau
matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau
orang lain (secara paksaan).

C. Manifestasi Klinis

Adapun manifestasi klinis dari cedera kepala adalah sebagai berikut :

1. Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, ataksia, cara berjalan tidak


tegap, kehilangan tonus otot.
2. Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi), perubahan frekuensi
jantung (bradikardi, takikardia, yang diselingi dengan bradikardia
disritmia).
3. Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis).
4. Inkontinensia kandung kemih atau usus atau mengalami ganggua fungsi.
5. Muntah atau mungkin proyektil, gangguan menelan (batuk, air liur,
disfagia).
6. Perubahan kesadaran bisa sampai koma.
7. Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi,
pemecahan masalah, pengaruh emosi atau tingkah laku dan memori).
8. Perubahan pupil (respon terhadap cahaya simetris) deviasi pada mata,
ketidakmampuan mengikuti.
9. Kehilangan penginderaan seperti pengecapan, penciuman dan
pendengaran, wajah tidak simetris, refleks tendon tidak ada atau lemah,
kejang, sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi
sebagian tubuh, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
10. Wajah menyeringai, respon pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah
tidak bisa beristirahat, merintih.
11. Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi), nafas
berbunyi, stridor, terdesak, ronchi, mengi positif (kemungkinan karena
aspirasi).

4
12. Fraktur atau dislokasi, gangguan penglihatan, kulit : laserasi, abrasi,
perubahan warna, adanya aliran cairan (drainase) dari telinga atau hidung
(CSS), gangguan kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang,
kekuatan secara umum mengalami paralisis, demam, gangguan dalam
regulasi tubuh.
13. Afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, berbicara berulang
ulang.
14. Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.
15. Cemas,delirium, agitasi, bingung, depresi, dan impulsif.
16. Mual, muntah, mengalami perubahan selera.
17. Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo,
sinkope, tinitus,kehilangan pendengaran. Perubahan dalam
penglihatan,seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang
pandang, fotopobia, gangguan pengecapan dan penciuman.
18. Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama.
19. Pada kontusio, segera terjadi kehilangan kesadaran, pada hematoma,
kesadaran mungkin hilang, atau bertahap sering dengan membesarnya
hematoma atau edema intestisium.
20. Respon pupil mungkin lenyap atau segera progresif memburuk.
21. Perubahan prilaku, kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan
gerakan motorik timbul dengan segera atau secara lambat.
22. Hematoma epidural dimanifestasikan dengan awitan yang cepat.
Hematoma ini mengancam hidup dan dikarakteristikkan dengan
detoriorasi yang cepat, sakit kepala, kejang, koma dan hernia otak dengan
kompresi pada batang otak.
23. Hematoma subdural terjadi dalam 48 jam cedera dan dikarakteristikkan
dengan sakit kepala, agitasi, konfusi, mengantuk berat, penurunan tingkat
kesadaran, dan peningkatan TIK. Hematoma subdural kronis juga dapat
terjadi.
24. Perubahan ukuran pupil (anisokoria)
25. Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertenai, depresi pernapasan)

5
26. Apabila meningkatnya tekanan intracranial, terdapat pergerakan atau
posisi abnormal ekstrimitas

D. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada pasien dengan cedera


kepala menurut Muttaqin (2008), yaitu :

1. CT-Scan atau MRI (tanpa kontras) : mengidentifikasi luasnya lesi,


perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak.

2. EEG (Elektroensefalografi) : melihat keberadaan dan perkembangan


gelombang patologis.

3. Foto rontgen : mendeteksi perubahan strukur tulang (fraktur), perubahan


struktur garis (perdarahan/edema), fragmen tulang.

4. PET (Pasitron Emisson Tomography) : mendeteksi perubahan aktifitas


metabolisme otak.

5. Angiografi serebral : menunjukkan kelainansirkulasi serebral seperti


pergeseran jaringan otak sekunder menjadi edema, perdarahan, dan
trauma.

6. Kadar elektrolit : mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan


tekanan intrakranial (TIK).

E. Terapi Medis

Penatalaksanaan medis pada cidera kepala menurut Musliha (2010)


sebagai berikut:

1. Bedrest total
2. Pemberian obat-obatan
3. Observasi tanda-tanda vital (GCS)

6
Adapun prioritas perawatannya adalah :
1. Maksimalkan perfusi/ fungsi otak
2. Mencegah komplikasi
3. Pengaturan fungsi secara optimal/ mengembalikan ke fungsi
normal
4. Mendukung proses pemulihan koping klien/ keluarga
5. Pemberian informasi tentang proses penyakit, rognosis, rencana
pengobatan, dan rehabilitasi

F. Klasifikasi

Menurut Wahjoepramono, 2005 (dalam Nasir, 2012)) Klasifikasi


trauma kepala berdasarkan Nilai Skala Glasgow (GCS) yaitu:

1. Ringan, GCS 13 15.Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia


tetapi kurang dari 30 menit. Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada
fraktur cerebral, hematoma.
2. Sedang, GCS 9 12. Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari
30 menit tetapi kurang dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak.
3. Berat,GCS 3 8. Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih
dari 24 jam. Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma
intracranial.

7
G. Patofisiologi/Pathway

8
BAB III

PROSES KEPERAWATAN

A. Ilustrasi Kasus

Pasien Tn.X datang ke IGD dibawa oleh keluarganya pada jam 20 .30
wib tanggal 22 desember 2011. Pasien tabrakan dengan kendaraan bermotor
dengan penurunan kesadaran, terdapat hematome pada kepaladan krepitasi
pada paha bagian kanan sepertiga meial dextra dan wajah hematome,keluar
darah dari mulut, telinga dan hidung, pasien sesak.

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway : Kepatenan jalan napas, apakah ada sekret, hambatan jalan
napas.
2) Breathing : Pola napas, frekuensi pernapasan, kedalaman
pernapasan, irama pernapasan, tarikan dinding dada, penggunaan
otot bantu pernapasan, pernapasan cuping hidung.
3) Circulation : Frekuensi nadi, tekanan darah, adanya perdarahan,
kapiler refill.
4) Disability : Tingkat kesadaran, GCS, adanya nyeri.
5) Exposure : Suhu, lokasi luka.
b. Pengkajian Sekunder
1) Pemeriksaan fisik
Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene
stokes, biot, hiperventilasi, ataksik).
Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh
PTIK.
Sistem saraf : Kesadaran GCS, fungsi saraf kranial trauma yang
mengenai/meluas ke batang otak akan melibatkan penurunan

9
fungsi saraf kranial, fungsi sensori-motor adakah kelumpuhan,
rasa baal, nyeri, gangguan diskriminasi suhu, anestesi,
hipestesia, hiperalgesia, riwayat kejang.
Sistem pencernaan : bagaimana sensori adanya makanan di
mulut, refleks menelan, kemampuan mengunyah, adanya
refleks batuk, mudah tersedak. Jika pasien sadar tanyakan
pola makan? Waspadai fungsi ADH, aldosteron : retensi
natrium dan cairan.
Sistem perkemihan : retensi urine, konstipasi, inkontinensia.
Sistem musculoskeletal : kerusakan area motorik
hemiparesis/plegia, gangguan gerak volunter, ROM, kekuatan
otot.
Psikososial : data ini penting untuk mengetahui dukungan yang
didapat pasien dari keluarga.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status
kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah
kejadian.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Haruslah diketahui apakah klien pernah mengalami
kecelakaan/cedera sebelumnya, atau kejang/ tidak. Apakah ada
riwayat penyakti baik yang berhubungan dengan system persarafan
ataupun sistemis lainya. Jika pernah kecelakaan bagimana
penyembuhannya. Bagaimana asupan nutrisi.
4) Riwayat Keluarga
Apakah ibu klien pernah mengalami preeklamsia/ eklamsia,
penyakit sistemis seperti DM, hipertensi, penyakti degeneratif
lainnya.

10
2. Analisa Data

No Data senjang Interpretasi data Masalah

1. DO : Trauma kepala Pola nafas tidak


-suara nafas stridor efektif
-terdapat sumbatan berupa Kerusakan pada
darah dan lendir tulang tengkorak
-pasien terlihat sesak
frekuensi pernafasan 32 x Perdarahan
/m
proses desak
DS : ruang pada area
-keluarga mengatakan otak
pasien belum sadar
herniasiasi otak
/otak terdesak
kebawah melalui
tentorium

menekan pusat
vasomotor
,cerebral posterior
,N III,serabut RAS

menekan untuk
pertahankan:
kesadaran,TD,HR

pusat nafas
terganggu

. pola nafas tidak


efektif

11
2 D O: trauma kepala Gangguan perfusi
jaringanserebral
-tingkat kesadaran sopor
kerusakan pada
-GCS 7(E 2,M3,V2)
tulang tengkorak
-akral dingin

-CRT > 3 detik perdarahan

penambahan
DS: volume intakranial
-keluarga mengatakan pada cavum
pasien masih belum sadar serebral

proses desak ruang


pada area otak

kompresi pada
vena sehingga
terjadi stagnasi
aliran darah

peningkatan TIK

penurunan aliran
darah ke otak

perubahan perfusi
jaringan serebral

12
3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada cedera kepala menurut Musliha (2010)

adalah sebagai berikut:

a. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan udem otak,

gangguan peredaran darah karena adanya penekanan dari lesi

(perdarahan, hematoma).

b. Tidak efektinya pola pernapasan berhubungan dengan

depresi/kerusakan pusat pernapasan di otak (medulla oblongata).

Diagnosa lainnya:

c. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan

penumpukan sputum.

d. Potensial terjadinya peningkatan tekanan intrakranial berhubungan

dengan adanya proses desak ruang akibat penumpukan cairan

darah di dalam otak.

e. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan penurunan

kesadaran, imobilisasi, aturan terapi untuk tirah baring.

f. Resiko gangguan itegritas kulit berhubungan dengan immobilisasi,

tidak kuatnya sirkulasi perifer.

13
4. Intervensi Keperawatan

Tujuan dan
DX Intervensi Rasional
kriteria hasil
1. Kepala yang tidak posisi
1 Setelah dilakukan 1. Pertahankan kepala dan
netral dapat menekan
tindakan leher tetap posisi datar
JVP aliran darah ke otak.
keperawatan atau tengah ( posisi
selama 1x24 jam supinasi).
pola nafas dapat
2. Distres pernafasan dan
efektif dengan 2. Observasi fungsi
perubahan pada tanda
kriteria hasil : pernafasan, catat
vital dapat terjadi sebagai
frekuensi pernafasan,
Tidak ada akibat stress fisiologis
dispnea atau perubahan
penggunaan dan nyeri atau dapat
tanda-tanda vital.
otot bantu menunjukkan terjadinya
pernafasan. syok sehubungan dengan
Tidak sianosis hipoksia.
CRT < 3 detik 3. Sebagai pedoman
RR< 24x/menit 3. Evaluasi pergerakan kelancaran pola
dinding dada dan
Tidak pernafasan.
auskultasi bunyinya.
terpasang 4. Memberikan adekuat O2
4. Berikan terapi O2
oksigen dalam darah dan aliran ke
sebanyak 3 liter
Secret dan otak
lender 5. Sebagai alat bantu
5. Pemasangan gudele dan
berkurang supaya jalan napas tidak
lakukan penghisapan
tertutup
lendir

2 Setelah dilakukan 1. Evaluasi nilai GCS 1. Menentukan status


tindakan klien neurologis
keperawatan 2. Pantau TTV klien 2. Perubahan TTV
selama 1x24 jam mendadak dapat
gangguan perfusi menentukan peningkatan
jaringan dapat TIK dan trauma batang
teratasi dengan otak
criteria hasil : 3. Pertahankan kepala dan 3. Kepala yang tidak posisi
leher tetap posisi datar netral dapat menekan JVP
Nilai GCS
(posisi supinasi) aliran darah keotak
meningkat
4. Evaluasi keadaan pupil, 4. Untukmenentukan apakah
yaitu 12
ukuran, ketajaman, batangotak masih baik dan
Kesadaran
kesamaan antara kiri dan masih ada respons
membaik
kanan dan reaksi terhadap cahaya atau

14
yaitu compos terhadap rangsangan tidak.
mentis cahaya
Tanda-tanda 5. Kolaborasi dalam 5. Untuk membantu proses
vital normal pemberian obat sesuai penyembuhan
TD indikasi
120/80Mmh 6. Anjurkan pada keluarga 6. Memberikan lingkungan
N : 90 x/menit untuk batasi pengunjung nyaman untuk
RR : 24 menghindari ketegangan
x/menit dapat mempertahankan
S : 37 C kita terjadinya
peningkatan TIK
7. Memberikan adekuat O2
7. Pemberian terapi O2 dan dalam darah dan aliran ke
penghisapan lendir otak
8. Lakukan pemasang NGT 8. Untuk mengurangi adanya
tekanan TIK
9. Lakukan pemasangan 9. Untuk memenuhi ADL
kateter dan mengetahui
keseimbangan cairan.

6. Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses


keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai
pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan
perbandingan hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat
dalam proses perencanaan.
Evaluasi pada klien cedera kepala diharapkan :
a) Perubahan perfusi jaringan cerebral teratasi
b) Jalan nafas berfungsi dengan baik
c) Pola nafas normal
d) Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
e) Rasa nyaman terpenuhi
f) Gangguan komunikasi verbal teratasi
g) Gangguan keseimbangan cairan teratasi
h) Kerusakan mobilitas fisik teratasi
i) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
j) Infeksi tidak terjadi

15
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak. (Muttaqin, 2008). Cidera kepala bisa
terjadi karena : kecelakaan lalu lintas, jatuh maupun kekerasan.

Penatalaksanaan pasien cedera kepala ditentukan atas dasar beratnya


cedera dan dilakukan menurut prioritas yang ideal dilakukan oleh tim perawat
yang terlatih dan dokter spesialis saraf dan bedah saraf, radiologi, anastesi,
dan rehabilitasi medik. Klien dengan cedera kepala harus dipantau terus dari
tempat kecelakaan, selama transortasi: di ruang gawat darurat, unit radioloy,
ruang perawatan dan dan unit ICU sebab sewaktu-waktu dapat berubah akibar
aspirasi, hipotensi, kejang dan sebagainya. Menurut prioritas tindakan pada
cidera kepala ditentukan berdasarkan beratnya cidera yang didasarkan atas
kesadaran pada saat diperiksa.

Asuhan keperawatan cedera kepala proses keperawatan terdiri atas


pengkajian keperawatan yang berisi riwayat keperawatan, faktor yang
berhubungan, pengkajian fisik, pemeriksaan labolatorium atau diagnostik
lainnya. Kemudian melakukan diagnosis dan intervensi sesuai dengan
kebutuhan pasien

16
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : Salema Medika

Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta : Nuha Medika

Nasir, Muhammad. 2012. ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN


CEDERA KEPALA SEDANG DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD
SRAGEN. UMS: Skripsi

https://www.scribd.com/document_downloads

https://www.academia.edu

iii

Anda mungkin juga menyukai