Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
2 REGULER B
JURUSAN KEPERAWATAN
Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan karuniaNya, sehingga mendapat petunjuk dan kesabaran dalam menyelesaikan
tugas makalah ini. Tidak lupa shalawat dan salam semoga Allah SWT curahkan selalu kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju
alam yang diridhoiNya.
Makalah ini berisi sedikit pengetahuan tentang Keperawatan Fisik Pada Lansia yang
nantinya diharap dapat menambah pengetahuan pembaca. Selama pembuatan makalah ini,
telah banyak arahan dan petunjuk yang didapat dari dosen pengajar mata Kuliah Keperawatan
Gerontik. Namun dalam makalah ini, mungkin jauh dari apa yang dinamakan sempurna
karena masih dalam tahap belajar. Oleh sebab itu, dengan senang hati atas saran dan kritiknya
untuk disusun selanjutnya. Demikianlah makalah sederhana ini disusun, mudah-mudahan
bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi
sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada
manusia seseorang mengalami kemunduruan fisik, mental dan social sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penangan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami
kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seorang
dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun,
dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur
65 tahun, sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang
berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.
Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam
dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang
mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung
menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada (Hurlock,
1996 : 439)
Usia lanjut atau lansia kadang memiliki masalah dalam kebutuhannya. Kebutuhan
lansia juga termasuk istirahat atau tidur, mobilisasi dan juga seksual. Pada usia lansia
memiliki berapa perubahan pada masalah tersebut. Oleh sebab itu dalam makalah ini
nantinya kami akan membahas tentang kebutuhan tidur atau istirahat, mobilisasi dan seksual
pada lansia.
1.3 Tujuan
1. Memahami kebutuhan tidur dan istirahat lansia
2. Memahami kebutuhan aktifitas dan latihan pada lansia
3. Mengetahui proses keperawatan kebutuhan seksual lansia
4. Mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah kebutuhan tidur dan
istirahat
5. Mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah mobilisasi fisik
6. Menegtahui asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah kebutuhan seksual
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KEBUTUHAN TIDUR DAN ISTIRAHAT PADA LANSIA
5. Gangguan neuromuskuler
6. Depresi
7. Ansietas berat
A. PENGKAJIAN
a. Identitas
Identitas pada klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
agama, pekerjaan, pendidikan, diagnose medis, alasan dirawat, keluhan
utama, kapan keluhan dimulai, dan lokasi keluhan.
b. Riwayat Perawatan
Riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat
kesehatan keluarga, keadaan lingkungan, dan riwayat kesehatan lainnya.
c. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Meliputi keadaan umum, Pengukuran Tanda-Tanda Vital (TTV),
Pemeriksaan fisik tentang system kardiovaskuler, system pernafasan, sistem
pencernaan, system perkemihan, sistem endokrin, sistem musculoskeletal,
dan sistem reproduksi.
- Integumen
Lemak subkutan menyusut, Kulit kering dan tipis, rentang terhadap
trauma dan iritasi, serta lambat sembuh
- Mata
Areus senilis, penurunan visus
- Telinga
Pendengaran berkurang yang selanjutnya dapat berakibat gangguan
bicara.
- Kardiopulmonar
Curah jantung berkurang serta elastisitas jantung dan pembuluh darah
berkurang, terdengar bunyi jantung IV (S4) dan bising sistolik, kapasitas
vital paru, volume ekspirasi, serta elastisitas paru-paru berkurang.
- Muskuloskeletal
Massa tulang berkurang, lebih jelas pada wanita, jumlah dan ukuran
otot berkurang. Massa tubuh banyak yang tergantikan oleh jaringan
lemak yang disertai pula oleh kehilangan cairan.
- Gastrointestinal
Mobilitas dan absorpsi saluran cerna berkurang, daya pengecap, serta
produksi saliva menurun.
- Neurologikal
Rasa raba juga berkurang, langkah menyempit dan pada pria agak
melebar. Selain itu, terdapat potensi perubahan pada status mental.
d. Pola Fungsi Kesehatan
1. Persepsi terhadap kesehatan dan penyakit, kebiasaan sehari-hari, nutrisi
metabolism, pola tidur dan istirahat, kognitif-perseptual, persepsi-konsep
diri, aktivitas dan kebersihan diri, koping-toleransi stress, nilai-pola
keyakinan. Pengkajian sistem perkemihan : Inkontinensia
2. Pengkajian sistem pernapasan : Perubahan pada saluran pernapasan atas,
diameter dinding dan dinding dada kaku.
3. Pengkajian sistem kulit/integumen : Pertumbuhan epidermis melambat
(kulit kering, epidermis menipis), berkurangnya vaskularisasi, juga
melanosit dan kelenjar-kelenjar pada kulit.
4. Pengkajian pola tidur : susah tidur pulas, sering terbangun, serta kualitas
tidur yang rendah, lama ditempat tidur serta jumlah total waktu tidur per
hari yang berkurang.
5. Pengkajian status fungsional :
a) Mandi
Dikatakan mandiri (independen) bila dalam melakukan
aktivitas klien hanya memerlukan bantuan untuk menggosok atau
membersihkan sebagian tertentu dari anggota badannya, Dikatakan
dependen bila klien memerlukan bantuan untuk lebih dari satu
bagian badannya.
b) Berpakaian
Independen bila tak mampu mengambil sendiri pakaian dalam
lemari atau laci.
c) Eliminasi
Independen bila lansia tak mampu ke toilet sendiri, beranjak
dari kloset, merapikan pakaian sendiri. Dependen bila memang
memerlukan bed pan atau pispot.
d) Transferring
Independen bila mampu naik turun sendiri dari tempat tidur
atau kursi roda. Dependen bila selalu memerlukan bantuan untuk
kegiatan tersebut diatas atau tak mampu melakukan satu atau lebih
aktivitas transferring.
e) Kontinensia
Independen bila mampu buang hajat sendiri (urinari dan
defekasi). Dependen bila pada salah satu atau keduanya miksi atau
sefekasi memerlukan enema atau kateter.
f) Makan
Independen bila mampu menyuap makanan sendiri, mengambil
dari piring.
6. Pengkajian aspek spiritual
Perasaan individu tentang kehidupan keagamaannya, Melakukan
kewajiban-kewajiban agar berkontemplasi tentang kehidupan menurut
agama dan kepercayaannya
7. Data penujang
Hasil pemeriksaan laboraturium, dan pemeriksaan lainnya
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri
2. Gangguan pola tidur erhubungan dengan psikologis
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidur menjadi efektif
Kriteria hasil :
1) Dapat meningkatkan rasa sehat dan merasa dapat tidur
2) Merasa tidur tidak terganggu dan nyeri hilang
Intervensi :
1) Biasakan dan Patuhi jam tidur setiap malam
2) Upaya memodifikasi faktor lingkungan, khususnya bagi lansia yang tinggal di
institusi.
3) Pertahankan kondisi yang kondusif untuk tidur, yang mencakup perhatian
pada faktor-faktor lingkungan dan kegiatan ritual menjelang tidur.
4) Bantu orang tersebut untuk rileks pada saat menjelang tidur dengan
memberikan usapan punggung, masase kaki atau kudapan tidur bila
diinginkan. Latihan pasif dan gerakan mengusap memberikan efek yang
menidurkan.
5) Memberikan posisi yang tepat, menghilangkan nyeri, dan memberika
kehangatan dengan selimut-selimut konvensional atau selimut listrik listrik
juga dapat membantu.
6) Jangan membiarkan pasien meminum kafein (kopi, teh, cokelat) di sore hari
dan malam hari.
7) Lakukan tindakan-tindakan yang masuk akal seperti memutar musik lembut di
radio dan menawarkan susu hangat dan minuman hangat lainnya atau kudapan
yang lebih berat untuk meningkatkan tidur pada lansia tanpa menggunakan
hipnotik. Pada waktu malam, secangkir anggur, sherry, brandi atau bir
memberikan kehangatan internal dan relaksasi pada lansia yang perlu tidur.
Namun, efek dari satu minuman hanya berlangsung selama dua pertiga siklus
tidur. Sedasi juga bersifat sama, yang menyebabkan tidur terputus-putus.
8) Tidur siang merupakan hal yang tepat; namun jumlah tidur siang tidak boleh
lebih dari 2 jam.
9) Latihan setiap hari juga harus dianjurkan. Hal ini merupakan cara yang terbaik
untuk meningkatkan tidur. Latihan harus dilakukan di pagi hari daripada
menjelang tidur karena pada jam-jam tersebut latihan hanya akan
menimbulkan efek menyegarkan daripada menidurkan.
10) Mandi air hangat terkadang dapat merilekskan lansia tetapi beberapa di
antaranya tidak menyukai intervensi ini, mengeluh pusing pada saat mereka
bangun dari tempat tidur.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Melaksanakan tindakan yang diidentifikasi sesuai dengan intervensi dan tindakan
keperawatan dilakukan sesuai standar prosedur secara aman dan tepat.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Mengevaluasi kemajuan klien terhadap pencapaian tujuan dengan melihat acuan
tujuan dan kriteria hasil pada perencanaan dan respon klien terhadap tindakan
kemudian didokumentasikan.
ASUHAN KEPERAWATAN SEKSUALITAS LANSIA
A. PENGKAJIAN
a. Identitas
Identitas pada klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
agama, pekerjaan, pendidikan, diagnose medis, alasan dirawat, keluhan utama,
kapan keluhan dimulai, dan lokasi keluhan.
b. Riwayat Perawatan
Riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan
keluarga, keadaan lingkungan, dan riwayat kesehatan lainnya.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Secara fisiologis dan psikologis mampu melakukan aktivitas seksual tanpa
memandang perubahan anatomi dan fisiologis karena proses penuaan.
2. Aktivitas seksual sering bermanfaat pada lansia karena dapat menurunkan
anxietas dan mempertinggi kualitas hidup.
3. Pada lansia wanita terjadi penurunan tanus payudara, vagina kurang elastis,
penurunan lubrikasi vagina, dan ukuran vagina memendek, hal ini
disebabkan karena penururnan hormon esterogen, keadaan ini menyebabkan
lansia wanita kurang suka (merasa sakit) untuk melakukan hubungan seksual.
4. Pada lansia pria, terjadi penurunan produksi sperma, penurunan kekuatan
ereksi dan ejakulasi, testis menjadi kecil, stimulasi langsung mungkin
diperlukan mungkin diperlukan untuk ereksi.
5. Kebutuhan untuk hubungan intim dan rabaan sangat penting bagi lansia
untuk mencapai hubungan yang berarti.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang
ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
b. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu
anggota tubuh.
c. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan kronis
C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
1. Diagnosa : Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi
yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan struktur tubuh terutama pada fungsi
seksual yang dialaminya
Kriteria hasil:
1) Mengekspresikan kenyamanan
2) Mengekspresikan kepercayaan diri
Intervensi:
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Melaksanakan tindakan yang diidentifikasi sesuai dengan intervensi dan tindakan
keperawatan dilakukan sesuai standar prosedur secara aman dan tepat.
G. EVALUASI KEPERAWATAN
Mengevaluasi kemajuan klien terhadap pencapaian tujuan dengan melihat acuan
tujuan dan kriteria hasil pada perencanaan dan respon klien terhadap tindakan
kemudian didokumentasikan.
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILISASI
A. PENGKAJIAN
a. Identifikasi
Identitas pada klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, diagnose medis, alasan dirawat, keluhan utama, kapan keluhan
dimulai, dan lokasi keluhan.
b. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama : yang biasa muncul pada pasien dengan gangguan aktivitas dan
latihan adalah rasa nyeri, lemas, pusing, mengeluh sakit kepala berat, badan
terasa lelah, muntah tidak ada, mual ada, bab belum lancar terdapat warna
kehitaman dan merah segar hari belum bab, urine keruh kemerahan, parese pada
ekstermitas kanan ataupun fraktur.
b) Riwayat penyakit sekarang : Pengumpulan data yang dilakukan untuk
menentukan sebab dari nyeri/fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat
rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya nyeri/fraktur
tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian
tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya
nyeri bisa diketahui nyeri yang lain.
c) Riwayat penyakit dahulu : Ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang
mengalami hipertensi apakah sebelumnya pasien pernah mengalami penyakit
seperti saat ini.
d) Riwayat kesehatan keluarga : Perlu dikaji penyakit riwayat keluarga yang
berhubungan dengan penyakit tulang atau tidak. Penyakit tulang merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang
sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetik
c. Pola Fungsi Kesehatan (GORDON)
1) Persepsi terhadap kesehatan
1. Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit meliputi sebelum sakit dan selam
sakit
2. Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan meliputi sebelum sakit dan selam
sakit
3. Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan
2) Pola Aktivitas Dan Latihan
e. Faktor-faktor lingkungan
Lingkungan tempat tinggal klien memberikan bukti untuk intervensi. Di dalam
rumah, kamar mandi tanpa pegangan, karpet yang lepas, penerangan yang tidak
adekuat, tangga yang tinggi, lantai licin, dan tempat duduk toilet yang rendah dapat
menurunkan mobilitas klien. Hambatan-hambatan institusional terhadap mobilitas
termasuk jalan koridor yang terhalang, tempat tidudan posisi yang tinggi, dan cairan
pada lantai. Identifikasi dan penghilangan hambatan-hambatan yang potensial dapat
meningkatakan mobilitas
f. Faktor Psikososial
1. Perubahan status psikososial klien biasa terjadi lambat dan sering diabaikan
tenaga kesehatan.
2. Observasi perubahan tingkah laku
3. Menentukan penyebab perubahan tingkah laku / psikososial untuk
mengidentifikasi terapi keperawatan
4. Observasi pola tidur klien
5. Observasi perubahan mekanisme koping klien
6. Observasi dasar perilaku klien sehari-hari
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada lansia dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan antara lain:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan bed rest atau imobilitas, mobilitas yang
kurang, pembatasan pergerakan, nyeri.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas, gangguan
persepsi kognitif, imobilisasi, gangguan neuromuskular, kelemahan/paralisis,
pemasangan traksi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan bed rest atau imobilitas,
mobilitas yang kurang, pembatasan pergerakan, nyeri.
Tujuan : Untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan proses
pemulihan
Kriteria hasil:
1) Klien tidak megeluh lelah
2) Kekuatan otot klien meningkat
Intervensi:
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2) Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
3) Anjurkan tirah baring
4) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
2. Diagnosa : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas,
gangguan persepsi kognitif, imobilisasi, gangguan neuromuskular,
kelemahan/paralisis, pemasangan traksi.
Tujuan : identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Kriteria hasil:
1) Pergerakan ekstermitas meningkat
2) Pasien tidak merasa lemah
Intervensi:
1) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
2) Fasilitasi melakukan pergerakan
3) Ajarkan mobilisasi sederhan yang harus dilakukan (mis: duduk ditempat tidur,
pindah dari tempat tidur ke kursi)
BAB IV
TINJAUAN KASUS
KASUS
Pasien Ny. N berusia 66 tahun. Pasien ditabrak motorbpada tanggal 25 Desember
2019 yang lalu. Akibatnya pasien mengalami patah dibagian betis kiri. Pasien merasakan
nyeri dengan skala 4. Pasien tidak dapat tidur seperti biasa dan mobilitas dibantu oleh saudara
perempuannya. Karena suaminya sudah meninggal setahun yang lalu dan anaknya tinggal di
luar kota, pasien mengaku kesepian sejak ditinggal suami.
8. Pemeriksaan fisik
a. keadaan umum : lemah
b. kesadaran : compos mentis
c. Tanda-tanda vital :
TD : 150/90 mmHg P : 18 x/Menit
N : 90 x/Menit S : 36,5 oC
1) Kepala
- Inspeksi : Simetris,distribusi rambut merata
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan
2) Mata
- Inspeksi : Simetris,tidak ada katarak,konjungtiva anemis,sclera an ikterik
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
3) Hidung
- Inspeksi : Simetris,tidak ada pengeluaran,tidak ada pernafasan cuping hidung
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan
4) Telinga
- Inspeksi : Simetris,tidak ada pengeluaran
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan
5) Mulut
- Inspeksi : Simetris,mukosa bibir lembab,tidak ada sianosis
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
6) Leher
- Inspeksi : Simetris,tidak ada pembesaran vena jugularis
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembengkakan
7) Dada
- Inspeksi : Simetris,pergerakan dinding dada baik
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler
- Perkusi : Bunyi rensonan
8) Abdomen
- Inspeksi : Simetris,tidak ada bekas operasi
- Auskultasi : Bunyi bising usus (+)
- Perkusi : Bunyi timpani
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
9) Ekstremitas
- Atas : Pada ekstremitas atas,tangan bisa digerakkan dengan baik
- Bawah : Pada ekstremeritas bawah,kaki sebelah kiri(tibia-fibula) tidak
bisa digerakkan/fraktur, kondisi sekitar fraktur oedema, adanya luka
10) Genetalia
- Inspeksi : Simetris,terpasang kateter
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
9. Terapi Obat
a. cairan RL 20 tts/menit
b. citicholine 3x1 (IV)
c. keterolac 3x1 (IV)
d. taxef 2x1 gr (14/st)
e. pronalges supp
f. dexamethason 2x1 amp (IV)
g. rannitidin 2x1 amp (IV)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Pola tidur
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Pola seksual tidak Efektif
C. INTERVENSI
1. Gangguan pola tidur berhubung dengan kurang kontrol tidur ditandai dengan
mengeluh pola tidur berubah sekunder terhadap nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, kualitas tidur
membaik, dengan kriteria hasil :
1. klien mengatakan keluhan sulit tidur menurun
2. keluhan sering terjaga di malam hari menurun
Intervensi :
1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2) Identifikasi faktor pengganggu tidur
3) Modifikasi lingkungan
4) Fasilitasi menghilangkan setres sebelum tidur
5) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (misal: pijat, pengaturan
posisi dan lain-lain)
6) Sesuaikan jadwal pemberian obat atau tindakan untuk menunjang siklus tidur-
terjaga
7) Ajarkan relaksasi ototautogerak atau cara nonfarmakologi lainnya
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Pada usia 65 tahun seseorang dianggap telah memasuki masa lansia
b. Pada lansia biasanya mengalami kemundaran fisik, mental dan sosia sedikit demi
sedikit sehingga tidak dapat melakukakan tugasnya sehari hari lagi.
c. Masalah-masalah pada lansia yang timbul karena perubahan yang terjadi pada lansia
dapat diatasi sehingga tidak perlu dikhawatirkan, apalagi kita semua juga akan
mengalami masa-masa ini
d. Pada lansia terjadi perubahan fisik fisiologis, yang dapat menyebabkan kemunduran
fungsi tubuh akibat proses menua.
e. Beberapa faktor yang harus di perhatikan pada lansia antara lain: lingkungan social,
gizi (suplemen), tidur atau istirahat, aktivitas fisik, seksual
3.2 Saran
Setelah membuat makalah ini, agar pembaca menjadi tahu tentang perkembangan
yang terjadi pada lansia. Lansia adalah masa dimana seseorang mengalami kemunduran,
dimana fungsi tubuh kita sudah tidak optimal lagi. Oleh karena itu sebaiknya sejak muda kita
persiapkan dengan sebaik – sebaiknya masa tua kita. Gunakan masa muda dengan kegiatan
yang bermanfaat agar tidak menyesal di masa tua.
DAFTAR PUSTAKA
Tesis “Evaluasi proses pelaksanaan program Elderly Day Care Service 2012 di PSTW
Budhi Dharma Bekasi Timur” oleh Ayu Diah Amalia FISIPUI 2012
http://budhidharma.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=17
Stanley M, Patricia GB. 2006 . Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC.