DosenPembimbing :
DisusunOleh :
JURUSAN KEPERAWATAN
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, berkah, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Masalah Kebutuhan istirahat dan
tidur”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
2.1 Pendidikan Keperawatan..............................................................................................2
2.2 Definisi Trend..............................................................................................................2
2.3 Definisi Issue................................................................................................................5
2.4 Landasan Hukum yang Mengatur tentang Pendidikan Keperawatan..........................6
2.5 Tingkat Jenjang Pendidikan Keperawatan...................................................................9
2.6 Pendidikan Keperawatan Saat Ini di Indonesia............................................................12
2.7 Pendidikan Keperawatan Masa Datang di Indonesia...................................................14
2.8 Tinjauan Kasus.............................................................................................................15
BAB III PENUTUP...........................................................................................................17
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................17
3.2 Saran.............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Penulis membuat makalah ini untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah
Keperawatan Gerontik serta memberikan informasi dan ilmu pengetahuan tentang
Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1.3. Etiologi
1. Umur
Semakin bertambah umur manusia semakin berkurang total waktu kebutuhan tidur.
Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan dan fisiologis dari sel-sel dan organ, pada
neonati kebutuhan tidur tinggi karena masih dalam proses adaptasi dengan
lingkungan dari dalam rahim ibu, sedangkan pada lansia sudah mulai terjadi
degenerasi sel dan organ yang mempengaruhi fungsi dan mekanisme tidur
2. Penyakit
Sesorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal
namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat
tidur.misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti Asma, Bronchitis
dan Penyakit Persarafan
3. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman kemudian terjadi
perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya
4. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap
bangun dan waspada menahan ngantuk
5. Kelelahan
Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap
REM
6. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga
menggangu tidurnya.
7. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal seseorang yang tahan minum alkohol dapat
mengakibatkan Insomnia
8. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain :
a. Membangunkan sesorang pada malam hari dan menyebakan kesulitan untuk
kembali tidurDiuretic: menyebabkan nokturia
b. Anti depresan: menekan REM menurunkan total waktu REM
c. Kafein: meningkatkan saraf simpatis atau mencegah orang tidur
d. Beta Bloker: menimbulkan Insomnia, mimpi buruk
e. Narkotika: mensupensi REM meningkatkan kantuk siang hari
f. Alkohol: menggangu tidur REM
9. Stres Psikologi
Kondisi psikologi dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa, hal tersebut
terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis mengalami kegelisahan
sehingga sulit untuk tidur
10. Nutrusi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur.
Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur kerena adanya
Tryptophan yang merupakan Asam Amino dari protein yang di cerna demikian
sebaliknya kebutuhan Gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur
11. Aktivitas.
Kurang beraktivitas dan atau melakukan aktivitas yang berlebihan justru akan
menyebabkan kesulitan untuk memulai tidur.
2.1.4. Patofisiologi
Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan hubungan
mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak
untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis. Sistem tersebut mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan
saraf pusat, termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan
kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam
keadaan sadar, neuron dalam reticular activating sistem (RAS) akan melepaskan
katekolamin seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat memberikan rangsangan
visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks
serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Pada saat tidur, terdapat
pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak
tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan saat bangun
bergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan sistem limbic.
Dengan demikian, sistem batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam
tidur adalah RAS dan BSR.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis, yaitu:
a. Penurunan tekanan darah dan denyut nadi
b. Dilatasi pembuluh darah perifer
c. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal
d. Relaksasi otot-otot rangka
e. Basal matabolsme rate menurun 10-30%
2.1.5. Pathway
Rutinitas &
Mengubah
bekerja Kecemasan
pola tidur Mengurangi
rotasi
kenyamanan Sulit tidur
tidur
Nutrisi & kalori Tegang /
Kesulitan frustasi
menyesuaikan
Gangguan
perubahan
pencernaan
jadwal tidur Sering
terbangun
Motivasi tidur
Gangguan tidur
Keinginan
Penyakit infeksi menanti tidur
Gangguan Tidur
Lemah & letih Gangguan
proses tidur
Tiga keluhan atau gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan tidur terjadi
di kalangan lansia:
1. Insomnia
Insomnia adalah gangguan ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada
keinginan untuk melakukannya. Keluhan insomnia meliputi ketidakmampuan
untuk tertidur, sering terbangun, ketidakmampuan untuk tidur kembali dan
terbangun pada dini hari. Maka perhatian harus diberikan pada factor biologis,
emosional dan medis yang berperan.
2. Hipersomnia
Hipersomnia dicirikan dengan tidur lebih dari 8atau 9 jam per periode 24 jam,
dengan keluhan tidur berlebihan. Orang tersebut dapat menunjukkan mengantuk
di siang hari yang persisten, mengalami serangan tidur , tampak mabuk dan
kemotose, atau mengalami mengantuk pascaensefalitik. Keluhan keletihan,
kelemahan dan kesulitan mengingat atau belajar merupakan hal yang sering
terjadi.
3. Apnea tidur
Apnea tidur adalah berhentinya pernafasan selama tidur. Gangguan ini
diidentifikasi dengan gejala mendengkur, berhentinya pernafasan minimal 10
detik, dan rasa kantuk di siang hari yang luar biasa. Gejala apnea tidur antara lain:
a. Dengkuran yang keras dan periodic
b. Aktifitas malam hari yang luar biasa, seperti: duduk tegak, berjalan dalam
tidur, terjatuh dari tempat tidur
c. Gangguan tidur dengan seringnya terbangun di malam hari
d. Perubahan memori
e. Depresi
f. Rasa kantuk yang berlebihan di siang hari
g. Nokturia
h. Sakit kepala di pagi hari
i. Ortopnea akibat apnea tidur
Pasien di anjurkan untuk menghindari alcohol dan obat-obatan yang dapat
mempengaruhi respon terbangun dan untuk menggunakan bantal tambahan atau tidur
di atas kursi.
2.1.7. Penatalaksanaan
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena penggunaan
obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat
dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke
rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan
pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman.
Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana
kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan
waktu-waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau
dokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam
memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan
rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa
dirinya masih berharga.
f. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si
penderita gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi si
penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan
melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan si
penderita yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang
tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
j. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke
tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti
ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten
di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.
2.1.8. Komplikasi
a. Efek psikologis.
Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi , irritable, kehilangan
motivasi, depresi, dan sebagainya.
b. Efek fisik/somatik.
Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.
c. Efek sosial.
Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi pada
lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga.
d. Kematian.
Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih
sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena
penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup
atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka
mortalitas atau mengurangi kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang
yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk
mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal.
I. 1. Pengkajian
A. Identitas
Identitas pada klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, diagnose medis, alasan dirawat, keluhan utama, kapan
keluhan dimulai, dan lokasi keluhan.
B. Riwayat Perawatan
Riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan keluarga,
keadaan lingkungan, dan riwayat kesehatan lainnya.
C. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Meliputi keadaan umum, Pengukuran Tanda-Tanda Vital (TTV), Pemeriksaan fisik
tentang system kardiovaskuler, system pernafasan, sistem pencernaan, system
perkemihan, sistem endokrin, sistem musculoskeletal, dan sistem reproduksi.
D. Pola Fungsi Kesehatan
Persepsi terhadap kesehatan dan penyakit, kebiasaan sehari-hari, nutrisi metabolism,
pola tidur dan istirahat, kognitif-perseptual, persepsi-konsep diri, aktivitas dan
kebersihan diri, koping-toleransi stress, nilai-pola keyakinan.
E. Data penujang
Hasil pemeriksaan laboraturium, dan pemeriksaan lainnya
2. Pemeriksaan fisik
a. Integumen :
Lemak subkutan menyusut
Kulit kering dan tipis, rentang terhadap trauma dan iritasi, serta lambat
sembuh
b. Mata :
Areus senilis, penurunan visus
c. Telinga :
Pendengaran berkurang yang selanjutnya dapat berakibat gangguan bicara.
d. Kardiopulmonar :
Curah jantung berkurang serta elastisitas jantung dan pembuluh darah
berkurang, terdengar bunyi jantung IV (S4) dan bising sistolik, kapasitas
vital paru, volume ekspirasi, serta elastisitas paru-paru berkurang.
e. Muskuloskeletal :
Massa tulang berkurang, lebih jelas pada wanita, jumlah dan ukuran otot
berkurang.
Massa tubuh banyak yang tergantikan oleh jaringan lemak yang disertai
pula oleh kehilangan cairan.
f. Gastrointestinal :
Mobilitas dan absorpsi saluran cerna berkurang, daya pengecap, serta
produksi saliva menurun.
g. Neurologikal :
Rasa raba juga berkurang, langkah menyempit dan pada pria agak melebar.
Selain itu, terdapat potensi perubahan pada status mental.
II. Diagnosa
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri
2. Gangguan pola tidur erhubungan dengan psikologis
IV. Implementasi
Melaksanakan tindakan yang diidentifikasi sesuai dengan intervensi dan tindakan
keperawatan dilakukan sesuai standar prosedur secara aman dan tepat.
V. Evaluasi
Mengevaluasi kemajuan klien terhadap pencapaian tujuan dengan melihat acuan
tujuan dan kriteria hasil pada perencanaan dan respon klien terhadap tindakan
kemudian didokumentasikan.
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimupulan
Istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada tress emosional, bebas dari
kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi
empuk atau berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai
pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat
begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan
jalan-jalan
1.2. Saran
Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam menyiapkan lingkungan atau
suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Stanley M, Patricia GB. 2006 . Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC.
Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3.Jakarta:
Salemba Medika
Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan Praktik, Edisi
4.Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah.2006.Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika Salemba.
Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha Publishing.