Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MASALAH KEBUTUHAN


ISTIRAHAT DAN TIDUR

DosenPembimbing :

Rini Ambarwati, S.Kep. Ns. M.Si

DisusunOleh :

1. Fina Fitriyah (P27820118052)


2. Safira Nahar Fitriana (P27820118055)
3. Yordan Abdillah Firdaus (P27820118065)
4. Rika Salsabila (P27820118069)
5. Elvira Dwi Priyantika (P27820118074)
6. Azizah Yasmin Aprilia (P27820118083)
7. Agung Purwaningsih (P27820118087)

Tingkat III Reguler B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SOETOMO SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, berkah, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Masalah Kebutuhan istirahat dan
tidur”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 29 Agustus 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
2.1 Pendidikan Keperawatan..............................................................................................2
2.2 Definisi Trend..............................................................................................................2
2.3 Definisi Issue................................................................................................................5
2.4 Landasan Hukum yang Mengatur tentang Pendidikan Keperawatan..........................6
2.5 Tingkat Jenjang Pendidikan Keperawatan...................................................................9
2.6 Pendidikan Keperawatan Saat Ini di Indonesia............................................................12
2.7 Pendidikan Keperawatan Masa Datang di Indonesia...................................................14
2.8 Tinjauan Kasus.............................................................................................................15
BAB III PENUTUP...........................................................................................................17
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................17
3.2 Saran.............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada dasarnya istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada stres
emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apa pun,
duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk
istirahat. Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit
mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa
melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan
dalam menyiapkan lingkungan atau suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi
klien/pasien. Sedangkan Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif
tenang disertai peningkatan ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus dari luar.
Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti dengan keadaan terjaga(bangun), dan mudah
dibangunkan, (Hartman). Pendapat lain juga menyebutkan bahwa tidur merupakan suatu
keadaan istirahat yang terjadi dalam suatu waktu tertentu, berkurangnya kesadaran
membantu memperbaiki sistem tubuh/memulihkan energi. Juga tidur sebagai fenomena
dimana terdapat periode tidak sadar yang disertai perilaku fisik psikis yang berbeda
dengan keadaan terjaga. Oleh karena itu, penulis akan membahas tentang Pemenuhan
Kebutuhan Istirahat dan Tidur secara lebih lengkap lagi pada makalah ini.
1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan
Penulis membuat makalah ini untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah
Keperawatan Gerontik serta memberikan informasi dan ilmu pengetahuan tentang
Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur.
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1. Konsep Dasar Kebutuhan Istrihat dan tidur


2.1.1. Definisi
Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional bukan
hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan
ketenangan. Kata istirahat berati berhenti sebentar untuk melepaskan lelah berasantai
untuk menyegarkan diri atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang
membosankan menyulitkan bahkan menjengkelkan.
Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh
stimulus atau sensori yang sesuai atau dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan
diri yang relative bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan tetapi lebih
merupaka suatu urutan siklus yang berulang dengan ciri adanya aktivitas yang minim
memiliki kesadaran yang bervariasi.
2.1.2. Fisiologi Tidur Normal
Rata-rata dewasa sehat membutuhkan waktu 7-8 jam untuk tidur setiap malam.
Walaupun demikian, ada beberapa orang yang membutuhkan tidur lebih atau kurang.
Waktu tidur lansia berkurang berkaitan dengan factor ketuaan. Fisiologi tidur dapat
dilihat melalui gambaran elektrofisiologik sel-sel otak selama tidur. Polisomnografi
merupakan alat yang dapat mendeteksi aktivitas otak selama tidur. Alat tersebut dapat
mencatat aktivitas EEG, elektrookulografi, dan elektromiografi. Stadium tidur diukur
dengan polisomnografi terdiri dari tidur Rapid Eye Movement (REM) dan tidur Non-
Rapid Eye Movement (NREM). Tidur REM disebut juga tidur D atau bermimpi karena
dihubungkan dengan mimpi atau paradox karena EEG aktif selama fase ini. Tidur
NREM disebut juga tidur ortodoks atau tidur gelombang lambat atau tidur S. Kedua
stadium ini bergantian dalam satu siklus yang berlangsung antara 70-120 menit.
Secara umum 4-6 siklus REM-NREM terjadi setiap malam.Periode tidur REM I
berlangsung antara 5-10 menit. Makin larut malam, periode REM makin panjang.
Tidur NREM terdiri dari empat stadium yaitu stadium 1,2,3, dan 4.

Gangguan Pola Tidur Pada Lansia


Manfaat istirahat dan tidur dalam menjaga kesehatan fisik pada lansia sering
kali disepelekan dan diabaikan, terutama di lingkungan lembaga tempat rutinitas
sangat penting. Istirahat dan tidur menjalankan sebuah fungsi pemulihan baik secara
fisiolofis maupun psikologis. Secara fisiologis, tidur mengistirahatkan organ tubuh,
menyimpan energi, menjaga irama bilogis, dan memperbaiki kesadaran mental dan
efisiensi neurologis. Secara psikologis, tidur mengurangi ketegangan dan
meningkatkan perasaan sejahtera.
Fungsi pemeliharaan ini sangat penting untuk lansia, yang memerlukan lebih
banyak waktu untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan Lansia yang waktu
tidurnya terganggu menjadi lebih lupa, disorientasi, atau konfusi; orang yang
mengalami kerusakan kognitif menujukkan peningkatan kegelisahan, perilaku
keluyuran, dan “sindrom” dan “sundowning” (konfusi, agiatasi dan perilaku terganggu
selama sore menjelang senja dan jam awal malam).
Kualitas tidur dapat dipengaruhi oleh perubahan terkait usia, konsumsi banyak
obat dan gangguan organik dan mental.

Pola tidur pada lansia


Tidur yang normal terdiri atas komponen gerakan bola mata cepat(rapid eye
movement, REM) dan non REM. Tidur non REM dibagi menjadi empat tahap: pada
tahap 1, jatuh tertidur, orang tersebut mudah dibangunkan dan tidak menyadari ia telah
tertidur. Kedutan atau sentakan otot menandakan relaksasi selama tahap ini. Pada
tahap 2 dan 3, meliputi tidur dalam yang progresif. Pada tahap 4, tingkat terdalam,
sulit untuk dibangunkan.
Tidur tahap 4 sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik. Tahap ini sangat
jelas terlihat menurun pada lansia, tetapi mereka belum mengetahui akibat dari
penurunan ini. Pola tidur pada lansia ditandai dengan sering terbangun, penurunan
tahap 3 dan 4 waktu non-REM, lebih banyak terbangun pada malam hari disbanding
tidur, dan lebih banyak tidur selama siang hari. Tidur siang hari dapat mengurangi
waktu dan kualitas tidur di malam hari pada beberapa lansia.
Dari tahap 4, orang tersebut berlanjut ke tidur REM. Tidur REM terjadi beberapa
kali dalam siklus tidur dimalam hari tetapi lebih sering terjadi pagi hari sekali. Pada
tidur REM, aktifitas dan tanda-tanda vital mengalami akselerasi, yang menyebabkan
peningkatan kesenangan dan pelepasan ketegangan yang dimanifestasikan dengan
tersentak dan berbalik, kedutan otot, dan peningkatan frekuensi pernafasan, frekuensi
jantung, dan tekanan darah. Tidur REM membantu melepaskan ketegangan dan
membantu metabolisme system saraf pusat. Kekurangan tidur REM telah terbukti
menyebabkan iritasi dan kecemasan.

2.1.3. Etiologi
1. Umur
Semakin bertambah umur manusia semakin berkurang total waktu kebutuhan tidur.
Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan dan fisiologis dari sel-sel dan organ, pada
neonati kebutuhan tidur tinggi karena masih dalam proses adaptasi dengan
lingkungan dari dalam rahim ibu, sedangkan pada lansia sudah mulai terjadi
degenerasi sel dan organ yang mempengaruhi fungsi dan mekanisme tidur
2. Penyakit
Sesorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal
namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat
tidur.misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti Asma, Bronchitis
dan Penyakit Persarafan
3. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman kemudian terjadi
perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya
4. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap
bangun dan waspada menahan ngantuk
5. Kelelahan
Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap
REM
6. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga
menggangu tidurnya.
7. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal seseorang yang tahan minum alkohol dapat
mengakibatkan Insomnia
8. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain :
a. Membangunkan sesorang pada malam hari dan menyebakan kesulitan untuk
kembali tidurDiuretic: menyebabkan nokturia
b. Anti depresan: menekan REM menurunkan total waktu REM
c. Kafein: meningkatkan saraf simpatis atau mencegah orang tidur
d. Beta Bloker: menimbulkan Insomnia, mimpi buruk
e. Narkotika: mensupensi REM meningkatkan kantuk siang hari
f. Alkohol: menggangu tidur REM
9. Stres Psikologi
Kondisi psikologi dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa, hal tersebut
terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis mengalami kegelisahan
sehingga sulit untuk tidur
10. Nutrusi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur.
Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur kerena adanya
Tryptophan yang merupakan Asam Amino dari protein yang di cerna demikian
sebaliknya kebutuhan Gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur
11. Aktivitas.
Kurang beraktivitas dan atau melakukan aktivitas yang berlebihan justru akan
menyebabkan kesulitan untuk memulai tidur.
2.1.4. Patofisiologi
Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan hubungan
mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak
untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis. Sistem tersebut mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan
saraf pusat, termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan
kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam
keadaan sadar, neuron dalam reticular activating sistem (RAS) akan melepaskan
katekolamin seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat memberikan rangsangan
visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks
serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Pada saat tidur, terdapat
pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak
tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan saat bangun
bergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan sistem limbic.
Dengan demikian, sistem batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam
tidur adalah RAS dan BSR.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis, yaitu:
a. Penurunan tekanan darah dan denyut nadi
b. Dilatasi pembuluh darah perifer
c. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal
d. Relaksasi otot-otot rangka
e. Basal matabolsme rate menurun 10-30%
2.1.5. Pathway

Obat & Gaya hidup Stress / Lingkungan Latihan


Substansi emosional tidak nyaman kelelahan

Rutinitas &
Mengubah
bekerja Kecemasan
pola tidur Mengurangi
rotasi
kenyamanan Sulit tidur
tidur
Nutrisi & kalori Tegang /
Kesulitan frustasi
menyesuaikan
Gangguan
perubahan
pencernaan
jadwal tidur Sering
terbangun
Motivasi tidur
Gangguan tidur

Keinginan
Penyakit infeksi menanti tidur

Gangguan Tidur
Lemah & letih Gangguan
proses tidur

Tidak dapat tidur


Butuh lebih
dengan kualitas baik
banyak tidur
Perbaikan pola
Tidak dapat tidur
tidur
Akibat factor dalam periode
eksternal Akibat factor panjang
internal
Kesiapan
meningkatkan
Gangguan pola tidur
Deprivasi
tidur Insomnia
tidur

2.1.6. Manifestasi klinik


Gangguan tidur pada lansia
Sebagian besar lansia beresiko tinggi mengalami gangguan tidur akibat berbagai
factor. Proses patologis terkait usia dapat menyebabkan gangguan pola tidur.
Perubahan- perubahan mencakup kelatenan tidur, terbangun pada dini hari, dan
peningkatan jumlah tidur siang. Diantar lansia yang sehat terdapat beberapa lansia
yang mengalami berbagi masalah medis dan psikososial yang mengalami gangguan
tidur. Antara lain:
a. Penyakit psikiatrik, terutama depresi
b. Penyakit Alzheimer dan penyakit degeratif neuro lainnya
c. Penyakit kardivaskuler dan perawatan pasca operasi bedah jantung
d. Inkompetensi jalan nafas atas
e. Penyakit paru
f. Penyakit prostatik
g. Endokrinopati

Tiga keluhan atau gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan tidur terjadi
di kalangan lansia:
1. Insomnia
Insomnia adalah gangguan ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada
keinginan untuk melakukannya. Keluhan insomnia meliputi ketidakmampuan
untuk tertidur, sering terbangun, ketidakmampuan untuk tidur kembali dan
terbangun pada dini hari. Maka perhatian harus diberikan pada factor biologis,
emosional dan medis yang berperan.
2. Hipersomnia
Hipersomnia dicirikan dengan tidur lebih dari 8atau 9 jam per periode 24 jam,
dengan keluhan tidur berlebihan. Orang tersebut dapat menunjukkan mengantuk
di siang hari yang persisten, mengalami serangan tidur , tampak mabuk dan
kemotose, atau mengalami mengantuk pascaensefalitik. Keluhan keletihan,
kelemahan dan kesulitan mengingat atau belajar merupakan hal yang sering
terjadi.
3. Apnea tidur
Apnea tidur adalah berhentinya pernafasan selama tidur. Gangguan ini
diidentifikasi dengan gejala mendengkur, berhentinya pernafasan minimal 10
detik, dan rasa kantuk di siang hari yang luar biasa. Gejala apnea tidur antara lain:
a. Dengkuran yang keras dan periodic
b. Aktifitas malam hari yang luar biasa, seperti: duduk tegak, berjalan dalam
tidur, terjatuh dari tempat tidur
c. Gangguan tidur dengan seringnya terbangun di malam hari
d. Perubahan memori
e. Depresi
f. Rasa kantuk yang berlebihan di siang hari
g. Nokturia
h. Sakit kepala di pagi hari
i. Ortopnea akibat apnea tidur
Pasien di anjurkan untuk menghindari alcohol dan obat-obatan yang dapat
mempengaruhi respon terbangun dan untuk menggunakan bantal tambahan atau tidur
di atas kursi.
2.1.7. Penatalaksanaan
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena  penggunaan
obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat
dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke
rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan
pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman.
Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana
kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian tidur normal  penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan
waktu-waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau
dokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam
memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan
rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa
dirinya masih berharga.
f. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si
penderita gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi si
penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan
melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan si
penderita yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang
tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
j. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke
tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti
ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten
di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.
2.1.8. Komplikasi
a. Efek psikologis.
Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi , irritable, kehilangan
motivasi, depresi, dan sebagainya.
b. Efek fisik/somatik.
Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.
c. Efek sosial.
Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi pada
lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga.
d. Kematian.
Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih
sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena
penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup
atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka
mortalitas atau mengurangi kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang
yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk
mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal.

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia

I. 1. Pengkajian
A. Identitas
Identitas pada klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, diagnose medis, alasan dirawat, keluhan utama, kapan
keluhan dimulai, dan lokasi keluhan.
B. Riwayat Perawatan
Riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan keluarga,
keadaan lingkungan, dan riwayat kesehatan lainnya.
C. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Meliputi keadaan umum, Pengukuran Tanda-Tanda Vital (TTV), Pemeriksaan fisik
tentang system kardiovaskuler, system pernafasan, sistem pencernaan, system
perkemihan, sistem endokrin, sistem musculoskeletal, dan sistem reproduksi.
D. Pola Fungsi Kesehatan
Persepsi terhadap kesehatan dan penyakit, kebiasaan sehari-hari, nutrisi metabolism,
pola tidur dan istirahat, kognitif-perseptual, persepsi-konsep diri, aktivitas dan
kebersihan diri, koping-toleransi stress, nilai-pola keyakinan.
E. Data penujang
Hasil pemeriksaan laboraturium, dan pemeriksaan lainnya

2. Pemeriksaan fisik
a. Integumen :
 Lemak subkutan menyusut
 Kulit kering dan tipis, rentang terhadap trauma dan iritasi, serta lambat
sembuh
b. Mata :
 Areus senilis, penurunan visus
c. Telinga :
 Pendengaran berkurang yang selanjutnya dapat berakibat gangguan bicara.
d. Kardiopulmonar :
 Curah jantung berkurang serta elastisitas jantung dan pembuluh darah
berkurang, terdengar bunyi jantung IV (S4) dan bising sistolik, kapasitas
vital paru, volume ekspirasi, serta elastisitas paru-paru berkurang.
e. Muskuloskeletal :
 Massa tulang berkurang, lebih jelas pada wanita, jumlah dan ukuran otot
berkurang.
 Massa tubuh banyak yang tergantikan oleh jaringan lemak yang disertai
pula oleh kehilangan cairan.
f. Gastrointestinal :
 Mobilitas dan absorpsi saluran cerna berkurang, daya pengecap, serta
produksi saliva menurun.
g. Neurologikal :
 Rasa raba juga berkurang, langkah menyempit dan pada pria agak melebar.
Selain itu, terdapat potensi perubahan pada status mental.

3. Pemeriksaan Fisik Umum


a. Kesadaran : klien dapat menunjukkan tingkat kesadaran baik (tidak ada
kelainan atau gangguan kesadaran).
b. Pengkajian status gizi :Terjadi malnutrisi

4. Pengkajian Fisik Khusus


a. Pengkajian sistem perkemihan : Inkontinensia
b. Pengkajian sistem pernapasan : Perubahan pada saluran pernapasan atas,
diameter dinding dan dinding dada kaku.
c. Pengkajian sistem kulit/integumen : Pertumbuhan epidermis melambat (kulit
kering, epidermis menipis), berkurangnya vaskularisasi, juga melanosit dan
kelenjar-kelenjar pada kulit.
d. Pengkajian pola tidur : susah tidur pulas, sering terbangun, serta kualitas tidur
yang rendah, lama ditempat tidur serta jumlah total waktu tidur per hari yang
berkurang.
e. Pengkajian status fungsional :
- Tentang mandi = Dikatakan mandiri (independen) bila dalam melakukan
aktivitas klien hanya memerlukan bantuan untuk menggosok atau
membersihkan sebagian tertentu dari anggota badannya, Dikatakan
dependen bila klien memerlukan bantuan untuk lebih dari satu bagian
badannya.
- Berpakaian = Independen bila tak mampu mengambil sendiri pakaian
dalam lemari atau laci.
- Ke toilet = Independen bila lansia tak mampu ke toilet sendiri, beranjak
dari kloset, merapikan pakaian sendiri. Dependen bila memang
memerlukan bed pan atau pispot.
- Transferring = Independen bila mampu naik turun sendiri dari tempat tidur
atau kursi roda. Dependen bila selalu memerlukan bantuan untuk kegiatan
tersebut diatas atau tak mampu melakukan satu atau lebih aktivitas
transferring.
- Kontinensia = Independen bila mampu buang hajat sendiri (urinari dan
defekasi). Dependen bila pada salah satu atau keduanya miksi atau
sefekasi memerlukan enema atau kateter.
- Makan = Independen bila mampu menyuap makanan sendiri, mengambil
dari piring.
f. Pengkajian aspek spiritual =
- Perasaan individu tentang kehidupan keagamaannya
- Melakukan kewajiban-kewajiban agar berkontemplasi tentang kehidupan
menurut agama dan kepercayaannya

II. Diagnosa
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri
2. Gangguan pola tidur erhubungan dengan psikologis

III. Intervensi Keperawatan


1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidur menjadi efektif
Kriteria hasil :
a. Dapat meningkatkan rasa sehat dan merasa dapat tidur
b. Merasa tidur tidak terganggu dan nyeri hilang
Intervensi :
1. Biasakan dan Patuhi jam tidur setiap malam
2. Upaya memodifikasi faktor lingkungan, khususnya bagi lansia yang tinggal di
institusi.
3. Pertahankan kondisi yang kondusif untuk tidur, yang mencakup perhatian pada
faktor-faktor lingkungan dan kegiatan ritual menjelang tidur.
4. Bantu orang tersebut untuk rileks pada saat menjelang tidur dengan
memberikan usapan punggung, masase kaki atau kudapan tidur bila
diinginkan. Latihan pasif dan gerakan mengusap memberikan efek yang
menidurkan.
5. Memberikan posisi yang tepat, menghilangkan nyeri, dan memberika
kehangatan dengan selimut-selimut konvensional atau selimut listrik listrik
juga dapat membantu.
6. Jangan membiarkan pasien meminum kafein (kopi, teh, cokelat) di sore hari
dan malam hari.
7. Lakukan tindakan-tindakan yang masuk akal seperti memutar musik lembut di
radio dan menawarkan susu hangat dan minuman hangat lainnya atau kudapan
yang lebih berat untuk meningkatkan tidur pada lansia tanpa menggunakan
hipnotik. Pada waktu malam, secangkir anggur, sherry, brandi atau bir
memberikan kehangatan internal dan relaksasi pada lansia yang perlu tidur.
Namun, efek dari satu minuman hanya berlangsung selama dua pertiga siklus
tidur. Sedasi juga bersifat sama, yang menyebabkan tidur terputus-putus.
8. Tidur siang merupakan hal yang tepat; namun jumlah tidur siang tidak boleh
lebih dari 2 jam.
9. Latihan setiap hari juga harus dianjurkan. Hal ini merupakan cara yang terbaik
untuk meningkatkan tidur. Latihan harus dilakukan di pagi hari daripada
menjelang tidur karena pada jam-jam tersebut latihan hanya akan
menimbulkan efek menyegarkan daripada menidurkan.
10. Mandi air hangat terkadang dapat merilekskan lansia tetapi beberapa di
antaranya tidak menyukai intervensi ini, mengeluh pusing pada saat mereka
bangun dari tempat tidur.

2. Gangguan pola tidur b.d psikologis


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidur menjadi efektif
Kriteria hasil :
a. Dapat meningkatkan rasa sehat dan merasa dapat tidur
b. Merasa tidur tidak terganggu
Intervensi :
1. Berikan kesempatan pasien untuk mendiskusikan keluhan yang mungkin
menghalangi tidur.
2. Rencanakan asuhan keperawatan rutin yang memungkinkan pasien tidur tanpa
terganggu selama beberapa jam.
3. Berikan bantuan tidur kepada pasien, seperti bantal, mandi sebelum tidur,
makanan atau minuman dan bahan bacaan.
4. Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk tidur.
5. Berikan pengobatan yang diprogramkan untuk meningkatkan pola tidur normal
pasien.
6. Minta pasien setiap pagi menjelaskan kualitas tidur malam sebelumnya.
7. Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang tehnik relaksasi seperti
imjinasi terbimbing, relaksasi otot progresif, dan meditasi.
Rasional
1. Mendengar aktif dapat membantu menentukan penyebab kesulitan tidur.
2. Tindakan ini memungkinkan asuhan keperawatan yang konsisten dan
memberikan waktu untuk tidur tanpa terganggu.
3. Susu dan beberapa kudapan tinggi protein, seperti keju dan kacang,
mengandung L-trytophan, yang dapat mempermudah tidur.
4. Tindakan ini dapar mendorong istirahat dan tidur.
5. Agens hipnotik memicu tidur, obat penenang menurunkan ansietas.
6. Tindakan ini membantu mendeteksi adanya gejala perilaku yang berhubungan
dengan tidur.
7. Upaya relaksasi yang bertujuan biasanya dapat membantu meningkatkan tidur.

IV. Implementasi
Melaksanakan tindakan yang diidentifikasi sesuai dengan intervensi dan tindakan
keperawatan dilakukan sesuai standar prosedur secara aman dan tepat.

V. Evaluasi
Mengevaluasi kemajuan klien terhadap pencapaian tujuan dengan melihat acuan
tujuan dan kriteria hasil pada perencanaan dan respon klien terhadap tindakan
kemudian didokumentasikan.
BAB III

PENUTUP

1.1. Kesimupulan
Istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada tress emosional, bebas dari
kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi
empuk atau berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai
pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat
begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan
jalan-jalan
1.2. Saran
Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam menyiapkan lingkungan atau
suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Stanley M, Patricia GB. 2006 . Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC.
Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3.Jakarta:
Salemba Medika
Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan Praktik, Edisi
4.Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah.2006.Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika Salemba.
Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha Publishing.

Anda mungkin juga menyukai