Anda di halaman 1dari 38

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MASALAH


KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

Dosen Pembimbing :
Irrine Kristiani, SST.M.Kes

Disusun Oleh :
1. Fina Fitriyah (P27820118052)
2. Safira Nahar Fitriana (P27820118055)
3. Yordan Abdillah Firdaus (P27820118065)
4. Rika Salsabila (P27820118069)
5. Elvira Dwi Priyantika (P27820118074)
6. Azizah Yasmin Aprilia (P27820118083)
7. Agung Purwaningsih (P27820118087)

Tingkat III Reguler B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN SOETOMO SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, berkah, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Masalah Kebutuhan
istirahat dan tidur”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 29 Agustus 2020

Peny
usun

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum.....................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4
2.1 Konsep Kebutuhan Istirahat dan tidur..............................................................4
2.1.1 Definisi Istirahat dan Tidur.................................................................4
2.1.2 Fisiologi Istirahat dan Tidur...............................................................4
2.1.3 Klasifikasi Istirahat dan Tidur............................................................6
2.1.4 Kebutuhan Tidur Normal....................................................................7
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Istirahat dan Tidur. .8
2.1.6 Gangguan Pola Tidur..........................................................................8
2.1.7 Patofisiologi.....................................................................................10
2.1.8 Pathway............................................................................................12
2.1.9 Komplikasi.......................................................................................14
2.1.10 Penatalaksanaan...............................................................................14
2.2 Konsep Lansia................................................................................................16
2.3.1. Pegertian Lansia...............................................................................16
2.3.2. Batasan-Batasan Lanjut Usia...........................................................16
2.3.3. Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Lansia.............................17
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan pada Lansia....................................................18
2.3.1. Pengkajian........................................................................................18
2.3.2. Diagnosa Keperawatan.....................................................................26
2.3.3. Intervensi Keperawatan....................................................................26
2.3.4. Implementasi Keperawatan..............................................................27

ii
2.3.5. Evaluasi Keperawatan......................................................................27
BAB III PENUTUP.............................................................................................28
3.1 Kesimpulan....................................................................................................28
3.2 Saran..............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap manusia memiliki kebutuhan khusus yang harus dipenuhi, baik
secara fisiologis maupun psikologis. Terdapat banyak kebutuhan fisiologis
manusia, salah satunya adalah istirahat dan tidur. Pada dasarnya istirahat
adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada stres emosional, bebas
dari kecemasan. Sedangkan tidur merupakan suatu keadaan perilaku
individu yang relatif tenang disertai peningkatan ambang rangsangan yang
tinggi terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti
dengan keadaan terjaga (bangun), dan mudah dibangunkan, (Hartman).
Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan pada
lansia. Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa
melaporkan gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur
yang serius.
Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
berstruktur lanjut usia (Aging Structured Population) karena jumlah
penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Diperkirakan mulai
tahun 2010 terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Hasil prediksi
menunjukkan bahwa presentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77%
dari total penduduk pada tahun 2020 (BPS-SUSENAS, 2007). Badan Pusat
Statistik Propinsi Jawa Timur tahun 2015 menyebutkan bahwa lansia di
Propinsi Jawa Timur dengan kategori umur ≥60 tahun dengan indeks rata-
rata 11,46%, untuk Kabupaten Malang sendiri dengan angka persentase
sebesar 12,05% dengan indeks rata-rata dari setiap kategori umur
diantaranya kategori umur 60-69 tahun sebesar 7,08%, kategori umur 70-79
tahun 3,72% dan kategori umur ≥80 tahun sebesar 1,25%, dari total
persentase yang ada di Kabupaten Malang (Susenas, 2015).
Kualitas tidur pada lansia yang buruk tidak lepas dari faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Dengan bertambahnya usia juga terdapat

1
penurunan dalam kualitas tidur. Perubahan pola tidur pada lansia yang
sangat menonjol yaitu terjadi pengurangan pada gelombang lambat,
terutama stadium 4, gelombang alfa menurun dan meningkatnya frekuensi
terbangun di malam hari atau meningkatnya fragmentasi tidur karena
seringnya terbangun. Pola tidur bangun berubah sepanjang kehidupan
seseorang sesuai dengan bertambahnya usia.
Oleh karena itu, penulis akan membahas tentang pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur untuk memahami lebih jauh tentang kejadian
gangguan istirahat dan tidur pada lansia secara lebih lengkap lagi pada
makalah ini

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan istirahat dan tidur?
2. Bagaimana fisiologi istirahat dan tidur?
3. Apa saja klasifikasi istirahat dan tidur?
4. Bagaimana dengan kebutuhan tidur normal?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan istirahat dan
tidur?
6. Apa gangguan pola tidur yang bisa terjadi?
7. Bagaimana patofisiologi dari gangguan tidur?
8. Bagaimana uraian patofisiologi dari gangguan tidur dalam betuk
pathway?
9. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi dari gangguan tidur?
10. Bagaimana penatalaksanaan dalam mengatasi gangguan tidur?
11. Apa yang dimaksud dengan lansia?
12. Apa saja batasan-batasan lanjut usia?
13. Perubahan apa saja yang dapat terjadi pada lansia?
14. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan
tidur?

2
14.1. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar kebutuhan istirahat dan tidur.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian dari istirahat dan tidur
2. Untuk mengetahui fisiologi tidur normal
3. Untuk mengetahui klasifikasi tidur normal
4. Untuk mengetahui kebutuhan tidur normal
5. Untuk mengetahui apa saja penyebab/faktor-faktor yang
mempengaruhi dari gangguan istirahat dan tidur pada lansia
6. Untuk mengetahui gangguan pola tidur
7. Untuk mengetahui patofisiologi dari gangguan istirahat dan
tidur
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk memenuhi
kebutuhan istirahat dan tidur pada lansia
9. Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang terjadi pada lansia
yang mengalami gangguan istirahat dan tidur
10. Untuk mengetahui pengertian dari lansia
11. Untuk mengetahui batasan dari lansia
12. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada lansia
13. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang terjadi pada
lansia yang mengalami gangguan istirahat dan tidur

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Kebutuhan Istirahat dan tidur


2.1.1. Definisi Istirahat dan Tidur
Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan
emosional bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga
kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berati berhenti
sebentar untuk melepaskan lelah bersantai untuk menyegarkan diri atau
suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan
menyulitkan bahkan menjengkelkan.
Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat
dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai atau dapat dikatakan
sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relative bukan hanya keadaan
penuh ketenangan tanpa kegiatan tetapi lebih merupakan suatu urutan
siklus yang berulang dengan ciri adanya aktivitas yang minim memiliki
kesadaran yang bervariasi.

2.1.2. Fisiologi Istirahat dan Tidur


Aspiani (2014) menjelaskan bahwa fisiologi tidur merupakan
pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang
secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar bangun dan
tidur. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi
retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan
kegiatan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat
pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam mensefalon dan
bagian atas pons. Reticular Activating System (RAS) dapat memberikan
rangsangan visual, pendengaran, nyeri, perabaan dan juga dapat menerima
stimulus dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir.
Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin

4
seperti 10 norepinefrin yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu
bagian Bulber Syncrhonozing Region (BSR), sedangkan bangun
tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan
sistem limbik. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur
siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Aziz, 2008 dalam
Aspiani, 2014).
Gangguan Pola Tidur Pada Lansia
Manfaat istirahat dan tidur dalam menjaga kesehatan fisik pada
lansia sering kali disepelekan dan diabaikan, terutama di lingkungan
lembaga tempat rutinitas sangat penting. Istirahat dan tidur menjalankan
sebuah fungsi pemulihan baik secara fisiolofis maupun psikologis. Secara
fisiologis, tidur mengistirahatkan organ tubuh, menyimpan energi,
menjaga irama bilogis, dan memperbaiki kesadaran mental dan efisiensi
neurologis. Secara psikologis, tidur mengurangi ketegangan dan
meningkatkan perasaan sejahtera.
Fungsi pemeliharaan ini sangat penting untuk lansia, yang
memerlukan lebih banyak waktu untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan. Lansia yang waktu tidurnya terganggu menjadi lebih lupa,
disorientasi, atau konfusi; orang yang mengalami kerusakan kognitif
menujukkan peningkatan kegelisahan, perilaku keluyuran, dan “sindrom”
dan “sundowning” (konfusi, agiatasi dan perilaku terganggu selama sore
menjelang senja dan jam awal malam).
Kualitas tidur dapat dipengaruhi oleh perubahan terkait usia,
konsumsi banyak obat dan gangguan organik dan mental.

Pola tidur pada lansia


Tidur yang normal terdiri atas komponen gerakan bola mata
cepat(rapid eye movement, REM) dan non REM. Tidur non REM dibagi
menjadi empat tahap: pada tahap 1, jatuh tertidur, orang tersebut mudah
dibangunkan dan tidak menyadari ia telah tertidur. Kedutan atau sentakan
otot menandakan relaksasi selama tahap ini. Pada tahap 2 dan 3, meliputi

5
tidur dalam yang progresif. Pada tahap 4, tingkat terdalam, sulit untuk
dibangunkan.
Tidur tahap 4 sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik. Tahap
ini sangat jelas terlihat menurun pada lansia, tetapi mereka belum
mengetahui akibat dari penurunan ini. Pola tidur pada lansia ditandai
dengan sering terbangun, penurunan tahap 3 dan 4 waktu non-REM, lebih
banyak terbangun pada malam hari disbanding tidur, dan lebih banyak
tidur selama siang hari. Tidur siang hari dapat mengurangi waktu dan
kualitas tidur di malam hari pada beberapa lansia.
Dari tahap 4, orang tersebut berlanjut ke tidur REM. Tidur REM
terjadi beberapa kali dalam siklus tidur dimalam hari tetapi lebih sering
terjadi pagi hari sekali. Pada tidur REM, aktifitas dan tanda-tanda vital
mengalami akselerasi, yang menyebabkan peningkatan kesenangan dan
pelepasan ketegangan yang dimanifestasikan dengan tersentak dan
berbalik, kedutan otot, dan peningkatan frekuensi pernafasan, frekuensi
jantung, dan tekanan darah. Tidur REM membantu melepaskan
ketegangan dan membantu metabolisme system saraf pusat. Kekurangan
tidur REM telah terbukti menyebabkan iritasi dan kecemasan.

2.1.3. Klasifikasi Istirahat dan Tidur


Menurut Aspiani (2014), tidur diklasifikasikan dalam dua kategori
yaitu tidur dengan gerakan bola mata cepat atau Rapid Eye Movement
(REM) dan tidur degan gerakan bola mata lambat atau Non Rapid Eye
Movement (N-REM).
1. Tidur REM
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur
paradoksial. Tidur REM sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya
yaitu gerakan bola mata bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai
dengan mimpi, otot-otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan

6
mata cepat, dan pernafasan tidak teratur (sering lebih cepat) serta
suhu dan metabolisme meningkat.
2. Tidur N-REM
Tidur N-REM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada
tidur N-REM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang
yang sadar atau tidak tidur. Tanda-tanda tidur N-REM antara lain
mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah menurun, 11
kecepatan nafas menurun, metabolisme menurun dan gerakan bola
mata lambat.

2.1.4. Kebutuhan Tidur Normal


1. Neonatus sampai dengan 3 bulan.
a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari.
b. Mudah berespons terhadap stimulus.
c. Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM.
2. Bayi
a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam.
b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14
jam/hari.
c. Tahap REM 20-30%.
3. Toddler
a. Tidur 10-12 jam/hari.
b. Tahap REM 20%.
4. Prasekolah
a. Tidur 11 jam malam hari.
b. Tahap REM 20%.
5. Usia Sekolah
a. Tidur 10 jam pada malam hari.
b. Tahap REM 18,5%
6. Remaja
a. Tidur 8,5 jam pada malam hari.

7
b. Tahap REM 20%.
7. Dewasa Muda
a. Tidur 7-9 jam/hari.
b. Tahap REM 20-25%
8. Dewasa Pertengahan.
a. Tidur kurang lebih 7 jam/hari.
b. Tahap REM 20%.
9. Usia Tua
a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari.
b. Tahap REM 20-25%.
c. Tahap N-REM IV menurun kadang kadang absen.
d. Sering terbangun pada malam hari.

2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Istirahat dan Tidur


1. Umur
Semakin bertambah umur manusia semakin berkurang total waktu
kebutuhan tidur. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan dan fisiologis
dari sel-sel dan organ, pada neonatus kebutuhan tidur tinggi karena
masih dalam proses adaptasi dengan lingkungan dari dalam rahim
ibu, sedangkan pada lansia sudah mulai terjadi degenerasi sel dan
organ yang mempengaruhi fungsi dan mekanisme tidur
2. Penyakit
Sesorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih
banyak dari normal namun demikian keadaan sakit menjadikan
pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur. misalnya pada pasien
dengan gangguan pernapasan seperti Asma, Bronchitis dan Penyakit
Persarafan
3. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman
kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan
menghambat tidurnya

8
4. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk
5. Kelelahan
Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode pertama
dari tahap REM
6. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf
simpatis sehingga mengganggu tidurnya.
7. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal seseorang yang tahan minum
alkohol dapat mengakibatkan Insomnia
8. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara
lain :
1. Membangunkan sesorang pada malam hari dan menyebakan
kesulitan untuk kembali tidur Diuretic: menyebabkan nokturia
2. Anti depresan: menekan REM menurunkan total waktu REM
3. Kafein: meningkatkan saraf simpatis atau mencegah orang
tidur
4. Beta Bloker: menimbulkan Insomnia, mimpi buruk
5. Narkotika: mensupensi REM meningkatkan kantuk siang hari
6. Alkohol: mengganggu tidur REM
9. Stres Psikologi
Kondisi psikologi dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan
jiwa, hal tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah
psikologis mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur
10. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat
proses tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya
proses tidur kerena adanya Tryptophan yang merupakan Asam

9
Amino dari protein yang di cerna demikian sebaliknya kebutuhan
Gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur
11. Aktivitas.
Kurang beraktivitas dan atau melakukan aktivitas yang berlebihan
justru akan menyebabkan kesulitan untuk memulai tidur.

2.1.6. Gangguan Pola Tidur


Beberapa jenis gangguan tidur yang dijelaskan oleh Aspiani (2014)
adalah sebagai berikut:
1. Insomnia
Insomnia merupakan ketidakmampuan mencukupi kebutuhan
tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Seseorang yang
mengalami insomnia akan merasa tidurnya belum cukup ketika
terbangun dari tidur.
Masalah yang muncul pada lansia yang mengalami insomnia
yaitu kesulitan untuk tidur, sering terbangun lebih awal atau
terbangun pada 14 malam hari, sakit kepala disiang hari, kesulitan
berkonsentrasi, dan mudah marah. Dampak yang terjadi yaitu
kualitas hidup, produktivitas dan keselamatan kerja. Dampak yang
lebih luas akan terlihat depresi, insomnia juga berkontribusi pada
timbulnya penyakit jantung.
2. Apnea Tidur
Kesulitan napas saat tidur ( apnea) merupakan gangguan yang
ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut untuk
periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Obesitas, merokok,
alkohol dan riwayat keluarga dengan apnea tidur sangat
meningkatkan risiko terjadinya masalah. Apnea tidur obstruktif
sering terjadi pada wanita menopause.
3. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol).
Terjadi pada anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi pada anak

10
laki-laki. Enuresis juga dapat terjadi pada lansia. Penyebab enuresis
antara lain gangguan pada blader, stres, kurangnya toilet training,
pada lansia bisa terjadi karena suatu penyakit.
4. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi keinginan yang tak
terkendali untuk tidur. Disebut juga serangan kantuk mendadak
sehingga seseorang dapat tertidur pada setiap saat dimana kantuk 15
tersebut datang. Narkolepsi dapat menimbulkan bahaya apabila
terjadi pada waktu berkendara, bekerja dengan alat berat atau berada
di tempat yang tidak aman untuk tidur.
5. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran
udara di hidung dan mulut. Tonsillitis dan adenoid dapat menjadi
faktor penyebab seseorang mendengkur. Pada lansia mendengkur
biasanya terjadi karena pangkal lidah yang menyumbat saluran
pernapasan. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu
bergetar jika dilewati udara pernapasan
Gangguan tidur pada lansia
Sebagian besar lansia beresiko tinggi mengalami gangguan tidur
akibat berbagai factor. Proses patologis terkait usia dapat menyebabkan
gangguan pola tidur. Perubahan- perubahan mencakup kelatenan tidur,
terbangun pada dini hari, dan peningkatan jumlah tidur siang. Diantar
lansia yang sehat terdapat beberapa lansia yang mengalami berbagi
masalah medis dan psikososial yang mengalami gangguan tidur. Antara
lain:
a. Penyakit psikiatrik, terutama depresi
b. Penyakit Alzheimer dan penyakit degeratif neuro lainnya
c. Penyakit kardivaskuler dan perawatan pasca operasi bedah jantung
d. Inkompetensi jalan nafas atas
e. Penyakit paru
f. Penyakit prostatik

11
g. Endokrinopati

2.1.7. Patofisiologi
Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan
hubungan mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan
menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas
tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis. Sistem tersebut
mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat, termasuk
pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan
tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam keadaan
sadar, neuron dalam reticular activating sistem (RAS) akan melepaskan
katekolamin seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat memberikan
rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima
stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir.
Pada saat tidur, terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang
berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing
regional (BSR), sedangkan saat bangun bergantung pada keseimbangan
impuls yang diterima dipusat otak dan sistem limbic. Dengan demikian,
sistem batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur
adalah RAS dan BSR.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses
fisiologis, yaitu:
a. Penurunan tekanan darah dan denyut nadi
b. Dilatasi pembuluh darah perifer
c. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal
d. Relaksasi otot-otot rangka
e. Basal matabolisme rate menurun 10-30%

12
2.1.8. Pathway

Obat & Stress / Lingkungan Latihan


Substansi emosional tidak nyaman kelelahan

Mengubah
Gay Kecemasan
pola tidur Mengurangi
a
kenyamanan
tidur Sulit tidur
Nutrisi & kalori Rutinitas &
Tegang /
bekerja rotasi
frustasi

Gangguan
pencernaan Kesulitan
menyesuaikan Sering
terbangun Motivasi
perubahan
tidur
jadwal tidur
Gangguan tidur

Keinginan
Penyakit infeksi menanti
tidur

Gangguan Tidur
Lemah & letih Gangguan
proses tidur

Tidak dapat tidur


Butuh lebih dengan kualitas
banyak tidur baik
Perbaikan pola
Tidak dapat
tidur
tidur dalam
Akibat faktor periode panjang
eksternal Akibat faktor
internal
Kesiapan
meningkatkan
13
tidur
Gangguan pola
tidur Deprivasi
Insomnia
2.1.9. Komplikasi tidur

1. Efek psikologis.
Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi, irritable,
kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
2. Efek fisik/somatik.
Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.
3. Efek sosial.
Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat
promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan
sosial dan keluarga.
4. Kematian.
Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka
harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam.
Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang menginduksi
insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau karena high
arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka
mortalitas atau mengurangi kemungkinan sembuh dari penyakit.
Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 2
kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika
dibandingkan dengan orang normal.

2.1.10. Penatalaksanaan
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan.
Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi Relaksasi

14
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress
yang dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak
membawa pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan
pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan
pengendalian emosi.
b. Terapi Tidur yang Bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih
dan nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti
kebersihan tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat
nyaman untuk tidur.
c. Terapi Pengaturan Tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita
mengikuti irama sirkardian tidur normal penderita Jadi
penderita harus disiplin menjalankan waktu-waktu tidurnya.
d. Terapi Psikologi/Psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress
berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini
dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si
penderita dalam memandang dirinya, lingkungannya, masa
depannya, dan untuk meningkatkan rasa percaya dirinya
sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa
dirinya masih berharga.
f. Restriction Therapy
restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi
tidur si penderita gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan
waktu bangun pagi si penderita secara reguler dengan

15
memperhatikan waktu tidur malam dan melarang si penderita
untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan
kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si
penderita yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran
yang menyenangkan.
j. Mengubah Gaya Hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur,
menghindari rokok dan alkohol, mengontrol berat badan dan
meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-tempat terbuka
seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari
obat-obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh
dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan
untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.

2.2. Konsep Lansia


2.2.1 Pengertian Lansia
Lansia merupakan seseorang yang sudah memiliki umur 60 tahun
atau lebih, yang merupakan faktor tertentu tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial (Nugroho,
2010).

16
2.2.2 Batasan-Batasan Lanjut Usia
Menurut (Nugroho, 2000), batasan-batasan lanjut usia yaitu sebagai
berikut:
1. Usia Pertengahan (Middle Age), ialah kelompok usia dengan rentang
usia 45-59 tahun.
2. Lanjut Usia (Elderly), dengan rentang usia 60-74 tahun.
3. Lanjut Usia Tua (Old), dengan rentang usia 75-90 tahun.
4. Usia Sangat Tua (Very Old) usia di atas 90 tahun

2.2.3 Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Lansia


Menurut (Nugroho, 2010), ada beberapa perubahan yang terjadi pada
lansia diantaranya adalah:
1. Perubahan Fisik
Dimana dalam perubahan fisik ini yang mengalami perubahan
sel, sistem persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan,
sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan temperature tubuh, sistem
respirasi, sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem
genitourinaria, sistem endokrin, sistem kulit dn sistem 8
muskuloskeletal. Perubahan ini merupakan perubahan yang terjadi
pada bentuk dan fungsi masing-masing.
2. Perubahan Mental
Perubahan mental pada lansia yang berkaitan dengan dua hal
yaitu kenangan dan intelegensi. Lansia akan mengingat kenangan
masa terdahulu namun sering lupa pada masa yang lalu, sedangkan
intelegensi tidak berubah namun terjadi perubahan dalam gaya
membayangkan.
3. Perubahan Psikososial
Pensiunan di masa lansia yang mengalami kehilangan
finansial, kehilangan teman, dan kehillangan pekerjaan, kemudian
akan sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup, penyakit
kronik, dan ketidakmampuan, gangguan gizi akibat kehilangan

17
jabatan dan ketegapan fisik yaitu perubahan terdapat pada konsep
diri dan gambaran diri.
4. Perkembangan Spiritual
Perkembangan spiritual pada lansia agama dan kepercayaan
makin terintegrasi dalam kehidupannya.
5. Perubahan Sistem Sensori
Perubahan sistem sensori pada lansia terdiri dari sentuhan,
pembauan, perasa, penglihatan dan pendengaran. Perubahan pada
indra pembau dan pengecapan yang dapat mempengaruhi
kemampuan lansia dalam mempertahankan nutrisi yang adekuat.
Perubahan sensitivitas sentuhan yang dapat terjadi pada lansia
seperti berkurangnya kemampuan neuro sensori yang secara efisien
memberikan sinyal deteksi, lokasi dan identifikasi sentuhan atau
tekanan pada kulit.
6. Perubahan pada Otak
Penurunan berat otak pada individu biasanya dimulai pada usia
30 tahun. Penurunan berat tersebut awalnya terjadi secara perlahan
kemudian semakin cepat. Penurunan berat ini berdampak pada
pengurangan ukuran neuron, dimulai dari korteks frontalis yang
berperan dalam fungsi memori dan performal kognitif.
7. Perubahan Pola Tidur
Waktu istirahat atau tidur lansia cenderung lebih sedikit dan
jarang bermimpi dibandingkan usia sebelumnya. Lansia cenderung
lebih mudah terbangun ketika tidur karena kendala fisik dan juga
lebih sensitive terhadap pemaparan cahaya. Gangguan pola tidur
yang biasa dialami lansia seperti insomnia.

2.3. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia


2.3.1. Pengkajian
A. Karakteristik Demografi
1. Identitas

18
Identitas pada klien meliputi nama, umur (60 tahun ke atas), jenis
kelamin, suku bangsa, agama, pekerjaan (kebanyakan tidak bekerja
karena tubuh lansia yang mulai melemah), pendidikan, diagnosa medis,
alasan dirawat, keluhan utama, kapan keluhan dimulai, dan lokasi
keluhan.
2. Identitas Keluarga atau Orang yang Dapat Dihubungi
Identitas keluarga atau orang lain yang penting/dekat yang dapat
dihubungi dapat memudahkan komunikasi yang terjalin antara institusi
dengan keluarga klien.
3. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
Pada umumnya lansia kebanyakan sudah tidak bekerja, hal ini
dikarenakan tubuh mereka yang mulai melemah. Biasanya lansia
hidupnya ditopang oleh anak-anak maupun keluarga yang lain.
4. Aktifitas Rekreasi
Kebanyakan lansia jarang rekreasi hanya berkumpul bersama anak,cucu
dan menyempatkan untuk menonton TV serta berbincang- bincang
dengan keluarga dikarenakan tubuh mereka yang mulai melemah.
5. Riwayat Keluarga
a) Riwayat Kesehatan Keluarga
Hal yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang mengalami
gangguan tidur seperti yang dialami klien, atau adanya penyakit
genetik yang mempengaruhi tidur seperti DM dan hipertensi.
b) Riwayat Kematian dalam Keluarga (1 tahun terakhir)
Jika adanya riwayat kematian dalam keluarga terutama orang yang
dekat pada lansia tersebut maka dapat terjadi perubahan pola tidur
menjadi terganggu karena terus memikirkan kehilangan orang yang
dekat.
c) Kunjungan Keluarga
Kunjungan keluarga untuk melihat kondisi lansia dengan
dilakukannya merasa diperhatikan diberi kasih sayang, waktu dan

19
frekuensi kunjungan juga diperhatikan sehingga tidak menggangu
pola tidur lansia.

B. Pola Kebiasaan Sehari-Hari


1. Nutrisi
Biasanya klien dengan gangguan tidur mengalami penurunan nafsu
makan karena adanya rasa kantuk, pusing, dan lemas.
2. Eliminasi
Biasanya karena adanya perubahan pada sistem eliminasi, seperti
inkontinensia urine, infeksi saluran kemih, dan nokturia dapat
menyebabkan gangguan tidur pada lansia.
3. Personal Hygiene
Biasanya klien dengan gangguan tidur masih bisa beraktifitas, sehingga
klien mampu membersihkan dirinya secara mandiri.
4. Istirahat dan Tidur
Biasanya klien susah tidur pulas, sering terbangun, serta kualitas tidur
yang rendah, lama ditempat tidur serta jumlah total waktu tidur per hari
yang berkurang.
5. Kebiasaan Mengisi Waktu Luang
Hanya berkumpul bersama anak,cucu dan menyempatkan untuk
menonton TV serta berbincang- bincang
6. Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
Kebiasaan tidur yang kurang memberikan dampak tubuh menjadi
lemas, terkadang pusing sehingga terjadi penurunan kesehatan tubuh
lansia
7. Uraian Kronologis Kegiatan sehari-hari
Berisi urutan kegiatan mulai dari pagi hari hingga malam hari.
Kebanyakan lansia yang mengalami gangguan tidur dan istirahat
kegiatannya banyak yang terganggu akibat tubuh yang lemas.
C. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini

20
Biasanya klien dengan gangguan tidur mengeluh badannya terasa
lemas, pusing.
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Gangguan tidur pada lansia dapat terjadi karena adanya suatu penyakit,
antara lain gangguan pernapasan seperti Asma, Bronchitis, Penyakit
persarafan, dan lain-lain.
3. Pengkajian/Pemeriksaan Fisik
a. Kondisi Umum
Gangguan tidur lansia dapat berdampak pada penurunan nafsu
makan, berat badan menurun, adanya masalah pada tidur, dan
penilaian kemampuan ADL.
b. Hematopoetic
Pada klien tidak ditemukan perdarahan, tidak menderita anemia
ataupun penyakit lain
c. Kepala
Adanya pusing, biasanya tidak ada rasa gatal atau benjolan pada
kepala, rambut mulai memutih atau rontok
d. Sistem Persyarafan
Pada klien ditemukan raut wajah simetris, tidak terjadi adanya
penurunan kesadaran, dan adanya penurunan dalam daya ingat.
e. Mata
Pada mata ditemukan pergerakan mata normal, kejelasan melihat
berkurang, tidak ditemukan adanya katarak. Pada pupil tidak
ditemukan adanya dilatasi, ketajaman penglihatan mengalami
penurunan karena terjadi proses penuaan, kantung mata
menghitam.
f. Pendengaran/Telinga
Klien biasanya tidak menggunakan alat bantu pendengaran, tidak
ditemukan adanya tinitus, serumen, dan tidak terdapat nyeri pada
telinga.
g. Hidung

21
Pada hidung tidak ada obstruksi, tidak ada alergi, tidak terjadi
epitaksis/mimisan, dan tidak ada masalah pada bagian hidung
h. Mulut/tenggorokan
Biasanya klien tidak ada nyeri ataupun kesulitan saat menelan,
tidak ada lesi dan perdarahan gusi, ada tidaknya caries, gigi palsu.
i. Leher
Biasanya tidak adanya massa atau nyeri tekan pada leher. Ada
tidaknya kekakuan pada leher
j. Pernafasan
Biasannya dengan adanya gangguan pernapasan seperti Asma,
Bronchitis, dapat menggangu pola tidur. Adanya batuk juga dapat
mengubah pola tidur.
k. Sistem Kardiovaskuler
Biasanya klien akan mengalami peningkatan tekanan darah
karena kurangnya waktu tidur.
l. Sistem Gastrointestinal
Pada klien biasanya tidak ditemukan adanya anoreksia, mual,
muntah, tidak terdapat kesulitan menelan dan mengunyah, pada
gigi dan rongga mulut tidak ditemukan adanya gangguan, bisisng
usus dalam batas normal, tidak terdapat pembesaran perut dan
perut kembung, tidak ditemukan konstipasi, diare, maupun
inkontinensia alvi. Pada klien lansia dengan gangguan pola
istirahat dan tidur biasanya terjadi penurunan nafsu makan.
m. Sistem Genitourinarius/perkemihan
Pada klien biasanya tidak ditemukan adanya distensi pada
kandung kemih, inkontinensia, rasa sakit saat buang air kecil,
kecuali pada klien dengan gangguan eliminasi. Klien biasanya
mengalami penurunan minat dalam hal seksualitas.
n. Sistem Reproduksi

22
Pada lansia terjadi penurunan impotensia atau monopouse,
aktivitas seksual berkurang, perubahan gairah mengalami
penurunan, ada tidaknya nyeri atau lesi
o. Sistem integument
Suhu tubuh dalam keadaan normal yaitu berkisar antara 360C-
370C. Pada integument biasnaya tidak ditemukan adanya luka,
robekan, perubahan pigmen, maupun jaringan parut. Keadaan
kuku, rambut dalam keadaan normal
p. Sistem Muskuloskeletal
Pada klien biasanya tidak ditemukan adanya kaku sendi, gerakan
sendi kurang adekuat, dan mampu bergerak tanpa bantuan,
kekuatan otot mulai berkurang, tidak terdapat kelumpuhan
maupun bungkuk
4. Potensi pertumbuhan psikososial
Biasanya ada rasa cemas. Adanya insomnia, kesulitan untuk
mengambil keputusan dan penurunan konsentrasi.
5. Spiritual
Biasanya klien mengalami gangguan dalam beribadah karena
tubuhnya lemas disertai pusing, adanya faktor usia juga yang
membuat klien lupa beribadah.
6. Lingkungan
Pada lingkungan lansia perlu diperhatikan mulai dari kamar, kamar
mandi, ruang makan, pencahayaan, kondisi lantai, jarak ruamh
dengan jalan raya. Lingkungan yang kotor,tidak tertata rapi, lokasi
rumah yang dekat jalan raya menggangu pola tidur lansia.
D. Pengkajian Khusus Pada Lansia
1. Kemampuan ADL
1) Pengkajian Status Fungsional dengan Pemeriksaan (ADL) Indekx
Katz
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, minum, berpindah, ke kamar

23
kecil, berpakaian, dan mandi
Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
B
fungsi tersebut
Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
C
dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecali mandi,
D
berpakaian dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam aktivitias hidup sehari-hari, kecuali mandi,
E
berpakaian, ke akamr kecil dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
F
berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
G
dan satu fungsi tambahan
Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
Lain-lain
diklasifikasikan sebagai C,D, E atau F

2) Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)


Dengan Skor
No Kriteria Bantua Mandiri yang
n Didapat
1 Makan 5 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat 5-10 15
tidur atau sebaliknya
3 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, 0 5
menyeka tubuh, menyiram)
4 Mandi 5 10
5 Berjalan di permukaan datar (jika 0 5
tidak bisa, dengan kursi roda)
6 Naik turun tangga 5 10
7 Mengenakan pakaian 5 10
8 Kontrol Bowel (BAB) 5 10
9 Kontrol Bladder (BAK) 5 10

2. Aspek Kognitif
1) SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionaire) penilaian
fungsi intelektual lansia

24
Benar Salah No Pertanyaan
01 Tanggal berapa hari ini?
02 Hari apa sekarang?
03 Apa nama tempat ini?
04 Dimana alamat anda?
05 Berapa umur anda?
06 Kapan anda lahir? (minimal tahun)
07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
08 Siapa nama presiden Indonesia
sebelumnya?
09 Siapa nama ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pemgurangan
3 dari setiap angka baru, semua secara
menurun.
Total Nilai

2) MMSE (Mini Mental State Exam)


No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : ……….Hari :………..
Musim :……….Bulan :………
Tanggal :………
2 Orientasi 5 Dimana sekarnag kita berada?
Negara :…….. Panti :……..
Provinsi :………Wisma :……..
Kabupaten/kota :………
3 Registrasi 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal :
kursi, meja, kertas) kemudian
ditanyakan kepada klien,
menjawab)
1) Kursi 2) Meja 3) Kertas
4 Perhatian dan 5 Meminta klien berhitung mulai
kalkulasi dari 100 kemudia kurangi 7
sampai 5 tingkat.
Jawaban :

25
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72 5). 65
5 Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi
kegiatan obyek pada poin ke-2
(tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 Menanyakan pada klien tentang
benda (sambil menunjukkan
benda tersebut).
1) ……………..
2) ……………..
3) Minta klien untuk mengulangi
kata berikut : “tidak ada, dan,
jika, atau tetapi)
Klien menjawab :
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri dari
3 langkah .
4) Ambil kertas ditangan anda
5) Lipat dua
6) Taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai satu poin),
7) “Tutup mata anda”
8) Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan
9) Menyain gambar 2 segi lima
yang saling bertumpuk

Total Nilai 30

26
Interpretasi Hasil :
24-30 ; tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan :……………..
3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1
2
3
Rata-rata Waktu TUG
Interpretasi Hasil
Interpretasi Hasil :
Apabila hasil pemeriksaan TUG merupakan hasil berikut :
> 13,5 detik Resiko tingi jatuh
> 24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6
bulan
> 30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan
dalam mobilisasi dan melakukan ADL
4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
No Pertanyaan Jawaban
ya Tdk Hasil
1 Anda puas dnegan kehidupan anda saat ini 0 1
2 Anda merasa bosan dengan berbagai 1 0
aktivitas dan kesenangan
3 Anda merasa bahwa hidup anda 1 0
hampa/kosong
4 Anda sering merasa bosan 1 0
5 Anda memiliki motivasi yang baik 0 1
sepanjang waktu
6 Anda takut ada sesuatu yang buruj terjadi 1 0
pada anda
7 Anda lebih merasa bahagia di sepanjang 0 1
waktu

27
8 Anda seringh merasakan butuh bantuan 1 0
9 Anda lebih senang tinggal di rumah 1 0
daripada keluar melakukan sesuatu hal
10 Amda merasa memiliki banyak masalah 1 0
dengan ingatan anda
11 Anda menemukan bahwa hidup ini sangat 0 1
luar biasa
12 Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0
13 Anda merasa diri anda sangat 0 1
energik/bersemangat
14 Anda merasa tidak punya hrapan 1 0
15 Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik 1 0
dari diri anda
Jumlah
(Geriatric Depression Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :
Jika diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
5. Status Nutrisi
No Indikator Skore Pemeriksaan
1 Menderita sakit atau kondisi yang 2
mengakibatkan perubahan jumlah dan
jenis makanan yang dikonsumsi
2 Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3
3 Makan sedikit buah, sayur atau olahan 2
susu
4 Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan 2
minum minuman beralkohol setiap
harinya
5 Mempunyai masalah dengan mulut atau 2
giginya sehingga tidak dapat makan
makanan yang keras
6 Tidak selalu mempunyai cukup uang 4
untuk membeli makanan
7 Lebih sering makan sendirian 1
8 Mempunyai keharusan menjalankan 1

28
terapi minum obat 3 kali atau lebih setiap
harinya
9 Mengalami penurunan berat badan 5 kg 2
dalam enam bulan terakhir
10 Tidak selalu mempunyai kemampuan 2
fisik yang cukup untuk belanja,
memasak atau makan sendiri
Total Score
(American Dietetic Association and National Council on the Aging,
dalam Introductory Gerontological Nursing, 2001)
Interpretasi :
0-2 : Good
3-5 : Moderate nutritional risk
6 ≥ : High nutritional risk
6. Hasil Pemeriksaan Diagnostik
No Jenis Pemeriksaan Tanggal Hasil
Diagnostik Pemeriksaan

7. Fungsi Sosial Lansia


APGAR keluarga dengan Lansia
No Uraian Fungsi Skore
1 Saya puas bahwa saya dapat ADAPTATION
kembali pada keluarga (teman-
teman)
2 Saya pyas dengan cara keluarga PARTNERSHIP
(teman-teman) saya
membicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3 Saya puas dengan cara keluarga GROWTH
(teman-teman) saya menerima
dan mendukung keinginan saya

29
untuk melakukan aktivitas/arah
baru
4 Saya puas dengan cara keluarga AFFECTION
(teman-teman) saya
mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-emosi
saya seperti marah,
sedih/mencintai
5 Saya puas dengan cara teman- RESOLVE
teman saya dan saya
menyediakan waktu bersama-
sama
Kategori Skor : TOTAL
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab :
1) Selalu : Skore 2
2) Kadang-kadang : 1
3) Hampir tidak pernah : Skore 0
Interpretasi :
< 3 = Disfungsi berat
4-6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and Health aging 2005
2.3.2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
ditandai dengan megeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga,
mengeluh tidak puas tidur, mengeluh istirahat tidak cukup.

2.3.3. Intervensi Keperawatan


1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
ditandai dengan megeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga,
mengeluh tidak puas tidur, mengeluh istirahat tidak cukup.

30
Tujuan : Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan kualitas tidur
membaik.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat tidur pulas
2) Pola tidur kembali normal
3) Klien tidak merasa lemas dan pusing
Intervensi :
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2. Identifikasi faktor penggangu tidur (fisik dan/atau psikologis)
3. Identifiksi lingkungan (misal pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras, dan tempat tidur).
4. Terapkan jadwal rutin tidur
5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (misal
pijat, pengaturan posisi, terapi akupressur)
6. Jelaskan pentingnya tidur cukup
7. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu
tidur.

2.3.4. Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan, kegiatan dapat
bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu
diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.

2.3.5. Evaluasi
Hal hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan
berfokus pada kriteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan
pedoman pembuatan SOAP. Tahap penilaian atau evaluasi adalah
perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.

31
Evaluasi dapat berupa masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, dan
masalah tidak teratasi.

32
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada tress
emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan
aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas tempat
tidur juga merupakan bentuk istirahat. Dengan bertambahnya usia juga
terdapat penurunan dalam kualitas tidur. Perubahan pola tidur pada lansia
yang sangat menonjol yaitu terjadi pengurangan pada gelombang lambat,
terutama stadium 4, gelombang alfa menurun dan meningkatnya frekuensi
terbangun di malam hari atau meningkatnya fragmentasi tidur karena
seringnya terbangun. Pola tidur bangun berubah sepanjang kehidupan
seseorang sesuai dengan bertambahnya usia.

3.2. Saran
Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam menyiapkan
lingkungan atau suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien.

33
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta : Trans


Info Media

Stanley M, Patricia GB. 2006 . Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC.

Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku


3.Jakarta: Salemba Medika

Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan


Praktik, Edisi 4.Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah.2006.Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Medika Salemba.

Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar.Yogyakarta: Rapha Publishing.

34

Anda mungkin juga menyukai