MAKALAH TENTANG
REMATIK
DISUSUN OLEH :
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami selaku anggota kelompok panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas keperawatan medikal
bedah II yakni makalah tentang “Rematik” ini dengan baik, namun kami sangatlah menyadari
sungguh akan kekurangan dan kelemahan kami selaku manusia biasa. Untuk itu kami sangatlah
mengharapkan kritikan maupun saran guna untuk membangun makalah kami ini agar lebih baik
kedepannya. Terima Kasih
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II Pembahasan
A. Defenisi Rematik
B. Gejala Penyakit Rematik
C. Ragam Penyakit dengan Gejala Rematik
D. Siapa yang Beresiko Terkena Rematik
E. Diagnosis
F. Tatalaksana Penyakit Rematik
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit rematik adalah penyakit yang tidak hanya menyerang sendi, tetapi juga menyerang
organ atau bagian tubuh lainnya. Secara umum, defenisi rematik adalah penyakit yang
menyerang sendi dan struktur atau jaringan penunjang di sekitar sendi. Penyakit rematik
yang paling umum adalah osteoarthritis akibat degenerasi atau proses penuaan, arthritis
rematoid (penyakit autoimun, dan gout karena asam urat tinggi.
Sekalipun belum ada angka pasti tentang jumlah penderita rematik di Indonesia, diperkirakan
hampir 80% penduduk yang berusia 40 tahun atau lebih menderita gangguan
muskuloskeletal, penyakit nyeri, kaku pada otot dan tulang. Sementara itu, organisasi
kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa sekitar 335 juta orang di dunia mengidap
penyakit rematik. Jumlah ini sesuai dengan pertambahan manusia berusia lanjut dan beragam
faktor kesehatan lainnya yang diprediksi akan terus mengalami peningkatan di masa depan.
Diperkirakan sekitar 25% pebderita rematik akan mengalami kecacatan akibat kerusakan
pada tulang dan gangguan pada persendian.
Tingkat pengenalan dan pengetahuan tentang rematik di dunia memang sangat kurang baik
pada masyarakat awam maupun kalangan medis. Terkait dengan hal ini, European Public
Opinion Survey menyimpulkan bahwa 55% penduduk di Eropa tidak menyadari bahwa
sesungguhnya penyakit rematik berpotensi mengurangi harapan hidup penderitanya. Itulah
sebabnya, mengapa Prof. Ferdinand C Breedveld, rematolog dari Universitas Leiden,
Belanda, menyatakan bahwa pendidikan tentang rematik adalah hal yang mendesak dan
penting untuk dilakukan.
Seperti di Eropa, kurangnya pemahaman tentang rematik di Indonesia juga sangat terasa,
termasuk di kalangan medis. Hasil penelitian Bagian Ilmu Penyakit Dalam dan Rematik
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang, mengungkapkan bahwa 36,9% dari
1.600 pasien rematik usia 40 tahun ke atas yang mereka rawat menyatakan tidak
mendapatkan penjelasan atau diagnosis akan penyakit yang mereka derita dan tidak
mendapat pengobatan yang memadai. Akibatnya, banyak pasien yang merasa kueang puas
terhadap perawatan medis, dan memilih untuk melakukan pengobatan alternatif, seperti
meminum jamu atau obat-obat tradisional lainnya.
Sebenarnya, hal itu terjadi karena penyakit rematik adalah penyakit yang kompleks.
Diperkirakan ada lebih dari 100 jenis penyakit rematik. Artinya, jika kita membahas tentang
penyakit rematik, kita akan dihadapkan pada lebih dari 100 jenis penyakit. Rematik bukan
hanya penyakit dengan keluhan nyeri, kaku, pembengkakan pada sendi dan struktur
penopang tubuh, seperti otot, ligamen, dan tulang saja, melainkan juga bisa menyerang
bagian tubuh lainnya, termasuk organ dalam, yang sering disebut sebagai rematik esktra-
artikuler (rematik diluar sendi).
Istilah arthritis sering digunakan untuk menyebut beberapa penyakit rematik. Jika menyerang
satu sendi disebut monoarthritis. Dan, jika menyerang beberapa sendi disebut poliarthiritis.
Istilah arthiritis sendiri berarti inflamasi atau radang pada tulang berupa pembengkakan,
kemerahan, rasa panas, dan nyeri pada sendi yang terserang. Beragam jenis arthirtis itu
hanyalah salah satu bagian dari penyakit rematik. Beberapa penyakit rematik dikenal sebagai
penyakit jaringan penyambung karena memengaruhi jaringan penyambung dan kerangka
penunjang tubuh serta organ dalam. Juga, ada yang dikenal sebagai penyakit autoimun,
karena sistem imun menganggu jaringan-jaringan tubuhnya sendiri.
1. Jika terjadi di dalam sendi disebut arthirtis (osteoarthritis), gout/pirai, atau rematoid
arthritis.
2. Jika terjadi di luar sendi disebut tendinitis/ tendosinovitis, dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
- Nyeri dan kekakuan pada jaringan lunak,otot, atau tulang
- Faktor pencetus : beban kerja berlebih, trauma, kelainan postural, usia lanjut,
degenerasi jaringan ikat, atau stres psikis.
1. Riwayat penyakit
- Mencermati penurunan kemampuan fungsi dalam melakukan pekerjaan sehari-hari,
seperti mandi, berpakaian, menyisir rambut, berindah posisi, berjalan, dan sebagainya
- Penurunan kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan- sebelumnya mampu,
tetapi sekarang tidak mampu.
2. Pemeriksaan terhadap fungsi sendi dan kekuatan otot, misalnya:
- Apakah sendi terasa nyeri dan bengkak?
- Apakah rasa nyeri pada sendi menghambat gerakan?
- Apakah ada kelemahan otot?
Penyakit rematik yang paling menonjol dan sering kita jumpai adalah osteoarthiritis, arthiritis
rematoid (AR), gout dan fibromyalgia. Dari keempat jenis rematik tersebut, arthiritis rematoid
adalah jenis penyakit rematik yang paling serius dan berpotensi menimbulkan kecacatan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi. sekalipun kata rematik sudah akrab di
telinga kita, faktanya adalah hingga kini belum ada pemahaman yang memadai tentang
penyakit rematik.
Penyebab penyakit rematik sepenuhnya bergantung jenis penyakit rematik itu sendiri.
Beberapa jenis penyakit rematik yang telah diketahui penyebabnya adalah arthritis dan
gout. Sementara itu, untuk jenis penyakit rematik osteoarthritis para rematolog menduga
bahwa penyakit itu disebabkan oleh tekanan berlebihan pada tulang, sendi yang cedera
secara berulang, atau kelemahan tulang rawan (kartilago) bawaan. Faktor lain yang
diduga berpotensi memicu osteoarthritis adalah kegemukan dan pertambahan usia. Untuk
jenis penyakit rematik arrhritis rematoid (AR), penyebab yang dominan adalah kombinasi
faktor keturunan, hormon, dan lingkungan. Terkait dengan hal ini, para rematolog
menduga bahwa riwayat keluarga dan kuturunan memainkan peranan penting dalam
penyebaran penyakit rematik, terutama untuk jenis penyakit ankilosing spondilitis, gout,
dan AR.
Gout
Umumnya, serangan gout muncul secara mendadak, biasanya di jempol kaki atau sendi-
sendi lainnya. Gout disebabkan oleh gangguan metabolisme protein purin yang
menyebabkan asam urat darah meningkat dan kristal asam urat terbentuk dalam sendi
atau tempat lainnya. Gout biasanya menyerang orang berusia 40-50 tahun.
Arthritis Rematoid (AR)
AR terjadi karena sistem imun menyerang lapisan atau membran sinovial sendi.
Umumnya, proses ini melibatkan seluruh tubuh dan dapat menyebabkan kelelahan,
kehilangan berat badan, kurang darah (anemia), serta menyerang paru-paru, jantung, dan
mata. AR dapat menyebabkan kecacatan tubuh.
Osteoarthritis (OA)
OA disebabkan oleh patahnya bantalan tulang rawan (kartilago) yang menjadi bantal
tulang. Penyakit ini juga sering disebut sebagai arthritis degeneratif. Biasanya,
menyerang sendi kaki, lutut, pangkal paha, dan jari tangan. Umumnya, penderita OA
berusia 45 tahun ke atas.
Arthritis Rheumatoid Juvenile
Seperti namanua, arthritis rheumatoid juvinile menyerang anak-anak. Sifat arthritis ini
berbeda dengan orang dewasa, baik diagnosis maupun perawatannya. Pada beberapa
anak, penyakit ini dapat sembuh secara total. Namun, ada juga yang tetap bertahan
sepanjang hidupnya.
Arthritis Psoriatik
Selain menyerang tulang dan jaringan sendi, arthritis jenis ini juga menyerang bagian
tubuh lainnya. Jika menyerang kulit disebut arthritis psoriasis, yang bersifat menahun
atau kronis, yaitu sekitar 5%. Umumnya, arthritis jenis ini menyerang jari tangan dan
tulang belakang. Mayoritas gejalanya ringan, tetapi dapat menjadi sangat berat.
Ankilosing Spondilitis
Kebanyakan menyerang tulang belakang secara kronis pada pria berusia 16-35 tahun.
Tulang belakang yang terkena penyakit ini dapat menjadi rapuh atau, secara perlahan-
lahan, menyatu dari atas ke bawah, sehingga membuat penderitanya bergerak seperti
robot, sulit membungkuk dan menoleh. Dalam keadaan yang sangat ekstrem,bentuk
penderitanya akan melengkung seperti tanda tanya (?), ligamen menjadi keras karena
terjadi proses penulangan. Pada wanita kasus ankisoling spondilitis cenderung bersifat
ringan dan sulit didiagnosis. Penyakit ini bertendensi genetik, dengan gen pembawa
HLA-B27.
Lupus (Systemic Lupus Erythematosus = SLE)
Penyakit ini menyerang kulit dan melibatkan sendi, otot, serta terkadang organ dalam
atau tubuh lainnya. Umumnya, terjadi pada wanita usia produktif, tetapi dapat juga terjadi
pada setiap orang dan segala usia. Jenisnya ada yang ringan dan berat hingga mengancam
jiwa.
Lain-lain
Jenis penyakit rematik ini adalah perkembangan dari infeksi bakteri, misalnya bakteri
gonorrhea, atau yang sering disebut septik arthritis. Juga, bisa terjadi karena infeksi
bakteri atau virus, tetapi tidak ditemukan disendi, melainkan di tempat lain, yang disebut
arthritis reaktif, atau yang menyerang kulit, pembuluh darah, sendi, maupun organ dalam,
seperti fibromialgia, rematik jaringan lunak yang umumnya menyerang wanita, tidak
mengakibatkan kecacatan sendi
E. Diagnosis
Menegakan diagnosis penyakit rematik bukanlah perkara yang mudah. Sebab, beberapa
gejala dan tandanya bersifat umum, bahkan mirip dengan penyakit lain, dan tidak ada
batasan pasti terhadap diagnosis penyakit rematik itu sendiri. Kadar asam urat yang tinggi
bukanlah pertanda yang pasti. Apalagi, jika diikuti dengan gejala penyakit rematik
lainnya. Juga belum bisa didiagnosis sebagai gout. Demikianpula dengan faktor remotoid
positif (FR+) dalam darah, yang tidak didukung dengan gejala-gejala lainnya, yang pada
akhirnya belum bisa menegakan diagnosis arthritis rematoid. Diagnosis untuk menegakan
suatu penyakit sebaiknya dilakukan secara menyeluruh, meliputi: pertanyaan seputar
riwayat medis pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan foto sinar-X
(rontgen).
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Laboratorium
Biasanya, untuk menegakan diagnosis penyakit rematik, dokter akan melalukan beberapa
pemeriksaan laboratorium, seperti :