DISUSUN OLEH:
1. ANISSA NUR AZMI
2. NURAINI
3. MAWARNI
4. DHEA NURAFIFAH
5. MELANI PUTRIYA
6. LISA ARTIANTI
7. PAZIRA
PRODI S1 KEPERAWATAN
TP. 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena dengan ridho-Nya juga
lah, kami dapat menyusun serta dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat serta
salam tak lupa juga kami haturkan untuk Rasulullah Muhammad SAW, beserta
pengikut beliau dari dahulu, sekarang, hingga hari akhir. Kami menyadari, meskipun
kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam menyelesaikan makalah ini, kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Karena itu, kami mohon kritik
serta saran, yang kiranya dapat membangun bagi kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang lebih baik lagi. kami berharap makalah ini dapat
Bangkinang, 2020
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................1
BAB I.........................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................4
1.2 Tujuan............................................................................................4
BAB II........................................................................................................6
KONSEP DASAR TEORI.........................................................................6
2.1. KONSEP DASAR LANSIA...........................................................6
2.1.1 Pengertian Lansia.....................................................................6
2.1.2 Karakteristik Lansia..................................................................6
2.1.3 Klasifikasi Lansia.....................................................................7
2.1.4 Tipe Lansia...............................................................................8
2.1.5 Tugas Perkembangan Lansia....................................................9
2.2 KONSEP DASAR REUMATIK.....................................................9
2.2.1 Pengertian................................................................................9
2.2.2 Etiologi..................................................................................10
2.2.3 Jenis Reumatik.......................................................................12
2.2.4 Manifestasi klinis...................................................................17
2.2.5 Patofisiologi...........................................................................18
2.2.6 Pemeriksaan penunjang.........................................................19
2.2.7 Penatalaksanaan.....................................................................20
2.2.8 Komplikasi.............................................................................22
1
BAB III....................................................................................................24
KONSEP DASAR ASKEP PADA REMATOID ATRITIS...................24
3.1 Pengkajian.....................................................................................24
3.2 Diagnosa keperawatan..................................................................27
3.3 Intervensi keperawatan.................................................................27
3.4 Implementasi.................................................................................35
3.5 Evaluasi.......................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................37
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap kondisi yang disertai nyeri dan kaku pada muskulosketal sering
dinamakan rematik. Kondisi ini banyak terjadi pada lansia. Namun pada umumnya
penanganan rematik. Maka sudah menjadi tugas kita untuk memberikan pendidikan
kesehatan pada masyarakat. Satuan acara pembelajaran ini disusun sebagai pedoman
dalam memberikan pendidikan kesehatan sehingga hasilnya ias seperti yang kita
harapkan.
1.2. Tujuan
1.Tujuan Umum
1
Mengetahui penyebab rematik dan proses terjadinya rematik
2
BAB II
tahun (Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi
tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari,
Keliat (1999) dalam Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir
perkembangan pada daur kehidupan manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3),
(4) UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Penuaan
adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan
terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan
sebagai berikut:
3
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang
kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi
maladaptif.
2.1.3. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
2. Lansia
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau
4. Lansia Potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
4
2.1.4 . Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru,
selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan,
kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah
4. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep
habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki,
5. Tipe bingung
5
Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,
terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang
pada tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
2.2.1. Pengertian
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat
sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165).
6
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia
lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam
sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut
membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri
2000).
utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Arif Mansjour,
2001)
2.2.2 Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang
terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja.
Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada
osteoartritis.
7
2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan,
dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan
wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih
banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis osteoartritis.
3. Suku bangsa
ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada
4. Genetik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak
hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan,
tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu
8
diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan
tersebut.
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan
cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
7. Kelainan pertumbuhan
8. Kepadatan tulang
osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak
membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
2.2.3. Patofisiologi
Artritis rheumatoid merupakan reaksi autoimun yang menyebabkan kerusakan
pada kartilagi dan sendi. Genetik dan pemicu hipersensitivitas kekebalan (imunitas)
tubuh akan mengaktifkan sel T yang memicu respons imunitas yang berlebihan.
Seperti halnya agens mikrobakteri, hipersensitivitas imun setelah mengaktifkan sel T,
respons tubuh akan melepaskan rheumatoid factor (RF), dan imunoglobulin G (IgG)
membentuk imun kompleks, menarik neutrophil, makrofag, dan limfosit sehingga
menyebabkan terjadinya proses inflamasi.
9
Proses inflamasi mengakibatkan pengeluaran mediator kimia sitokin seperti
prostaglandin, TNF (tumor necrosis factor) dan interleukin I (IL-1) yang berlebihan
sehingga menyebabkan kerusakan pada articular kartilago dan erosi tulang
subkondral. Selain itu, respons inflamasi juga menyebabkan terjadi pembentukan
pembuluh darah kapiler (angiogenesis) baru di membrane synovial sehingga terjadi
proliferasi synovial yang disebut dengan proses Panus yaitu kerusakan granulasi
jaringan vakular di area articular kartilago, dan erosi tulang subkondral. Panus
menyebabkan pergerakan sendi terbatas dan terjadinya ankilonis (tulang menjadi
kaku).
Pemicu hipersensitivitas
Genetik
kekebalan (imunitas) tubuh
Mengaktifkan sel T
Inflamasi
1. Reumatik Sendi (Artikuler)
ditemukan yaitu:
2. Artritis Reumatik
11
Peradangan kronis membran sinovial mengalami pembesaran (Hipertrofi) dan
(nekrosis) sel dan respon peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian
dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh
Proses ini secara perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta
3. Osteoatritis
klinis yang sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi (kartilago),
kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan ikat sekitar persendian (periartikular).
Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya
fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini
tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan
dengan penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita lebih
sering, Suku bangsa, genetik, kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi,
pekerjaan, dan olah raga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.
12
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) .
Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif.
Namun bila diabaikan, gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini
timbul akibat kristal monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini
menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout akut. Pada
berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang menyebabkan
atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam
urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi.
Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat
(asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur pembentuk
protein. Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit
trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik
biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang
meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut
meninggi.
13
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar
a. Fibrosis
gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya
tendon.
c. Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini
dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul akibat
d. Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot ke
tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan pseudogout.
diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau sikap
14
postur tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya
bisa akibat proses peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan fraktur.
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan atas
yang bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat, terutama
bila lengan diangkat keatas atau digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat
perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak,
15
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk
4. Krepitasi
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang
lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua
(lansia).
16
2.2.5 Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada
persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.
Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan
osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
17
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
4. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
panas.
6. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang
7. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
2.2.7 Penatalaksanaan
Golongan Makanan yang boleh Makanan yang tidak
18
Protein hewani Daging atau ayam, ikan Sardin, kerang, jantung,
Lemak terbatas.
maksimum 50 gr sehari
Minuman Ragi
19
Bumbu, dll
20
1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat
2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit.
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
7. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
8. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat dan
menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas
normal. Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada penderita
osteoartritis.
21
2.2.8 Komplikasi
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
22
BAB III
3.1 Deskripsi
3.2.1 Pengkajian
Riwayat
23
Sendi kaku
Otot kaku, lemah, atau nyeri
Baal atau kesemutan di kaki atau kelemahan atau hilangnya sensasi di jari
tangan
Nyeri saat inspirasi
Napas pendek
Laboratorium
- Uji factor rheumatoid positif pada 75-80% pasien, seperti yang
diindikasikan oleh nilai titer 1:160 atau lebih tinggi
- Analisis cairan synovial menunjukkan peningkatan volume dan turbuditas
tetapi kadar komplemen (C3 dan C4) meningkat, dengan hitung leukosit
mungkin lebih dari 10.000/pL
- Kadar globulin serum meningkat
- Laju endap darah meningkat
- Hitung darah lengkap menunjukkan anemia sedang dan leukositosis
ringan
Pencitraan
- Pada tahap awal, ronsen menunjukkan demi-neralisasi tulang dan
pembengkakan jaringan lunak. Selanjutnya, ronses membantu menentukan
sejauh mana kerusakan kartilago dan tulang, erosi, sublukasi, dan
deformitas serta menunjukkan pola karakteristik abnormalisasi ini.
- MRI dan CT scan dapat memberikan informasi tentang luasnya kerusakan.
Prosedur diagnostic
- Biopsi jaringan synovial menunjukkan inflamasi
24
3.2.2 Diagnosis, Hasil, dan Intervensi Keperawatan
25
sulfa.
Kolaboratif
- Beri medikasi sesuai indikasi:
Analgesic; NSAID, mis., aspirin dan
asetaminofen; ibuprofen; naproksen;
meloksikan, dan nabutomen;
indometasin dan ketoprofen Inhibitor
COX-2, mis., seleksoksib
Obat-obatan antireumatik yang
memodifikasi-penyakit, mis.,;
Metroteksat, sulfasalazine,
leflunomida, hidrosikloproquin, dan
minosiklin (Singh et al,2012).
Inhibitor factor nekrosis tumor, mis.,
factor nekrosis non-tumor biologis
(mencakup abatasep, rituksimab, dan
obat interleukin-6; dan factor nekrosis
anti-tumor (anti-TNF) biologis (mis.,
adalimumab,etanersep, infliksimab,
ertolizumab pegol, glimumab)
Penyekat kostimulatori sel-T, mis.,
Abatacept
Penurunan sel-B, mis., Rituksimab
Agens imunornodulatori dan
sitotoksik, mis., Aztrioptin dan
siklosporin
Kortikosteroid, mis., prednisone dan
metilprednisolon
Produk tipikal kulit, mis., diklofenak
- Bantu dengan terapi fisik, misalnya
sarung tangan paraffin atau mandi di
kolam alir.
- Beri kompres es atau dingin saat
diindikasikan.
- Instruksikan pemakaian dan pantau
efek unit stimulator saraf listrik
transkutan (TENS, transcutaneous
electrical nerve stimulation), jika
digunakan.
26
- Bantu dengan modalitas lain, sesuai
indikasi, misalnya filtrasi darah.
- Siapkan intervensi bedah, misalnya
menyegariskan kembali dan perbaikan
tendon, prosedur pelepasan saluran,
penggantian sendi total, penyatuan
sendi.
Hambatan mobilitas fisik Gerakan sendi: Terapi Latihan: Mobilitas Sendi
yang berhubungan dengan: - Mempertahankan atau Independen
- Enggan untuk memulai meningkatkan kekuatan dan - Evaluasi dan kemudian pantau secara
gerakan fungsi sendi yang sakit. terus-menerus derajat peradangan
- Gangguan musculoskeletal; - Mempertahankan posisi dan nyeri sendi.
kekakuan sendi fungsi dengan tidak ada atau - Pertahankan tirah baring atau
- Nyeri keterbatasan kontraktur. istirahat di kursi saat diindikasikan.
- Penurunan ketahanan Jadwalkan aktivitas yang memberikan
Ambulasi periode istirahat yang sering dan
Definisi: Terlibat dalam teknik atau waktu tidur yang tidak terputus.
Keterbatasan dalam gerak fisik perilaku yang meningkatkan - Bantu rentang gerak aktif atau
atau satu atau lebih ekstremitas kemampuan untuk bergerak. melakuka rentang gerak pasif dan
secara mandiri dan terarah olahraga resistif dan isometric bila
mampu.
- Dorong klien untuk mempertahankan
postur tegak dan lurus saat duduk,
berdiri, dan berjalan.
- Diskusikan dan berikan kebutuhan
keamanan, misalnya meninggalkan
kursi dan dudukan toilet, penggunaan
pagar pengaman di bak mandi atau
pancuran dan toilet, pemakaian alat
bantu mobilitas yang semestinya atau
keamanan kursi roda.
Pemberian Posisi:
Independen
- Pemberian posisi ulang dengan sering
menggunakan personel yang
memadai.
- Menunjukkan dan membantu teknik
pemindahan dan pemakaian alat
bantu mobilitas, mis., walker, tongkat,
27
atau trapeze.
- Posisikan dengan bantal, kantong
pasir, atau gulungan trochanter.
Berikan dukungan sendi dengan
bindai.
- Anjurkan menggunakan bantal kecil
atau tipis di bawah leher.
Kolaboratif
- Sediakan kasur busa atau kasur
tekanan alternative.
- Konsultasi dengan terapis fisik dan
okupasi dan spesialis vokasional.
28
- Catat perilaku menarik diri,
pemakaian penyangkalan, atau
keprihatinan berlebihan dengan
perubahan.
- Tetapkan batasan pada perilaku tidak
adaptif. Bantu klien untuk mengenali
perilaku positif yang akan membantu
koping.
- Libatkan klien pada perencanaan
asuhan dan penjadwalan aktivitas.
- Beri penguatan positif untuk
pencapaian.
Kolaboratif
- Kenali sumber komunitas, kelompok
dukungan local dan nasional, advokat
ketunadayaan sesuai kebutuhan.
- Anjurkan konselor vokasional/
pekerjaan sesuai indikasi.
- Rujuk ke konseling psikiatri, mis.,
perawat spesialis psikiatri, psikiater/
psikolog, atau pekerja social.
- Beri medikasi sesuai indikasi, mis.,
anti-ansietas dan obat-obatan yang
memodulasi-alam perasaan.
Defisit perawatan diri [mandi, Perawatan-Diri: Status Bantuan Perawatan-Diri:
berpakaian, mkaan, eliminasi] - Melakukan aktivitas Independen
Yang berhubungan dengan: perawatan-diri pada - Tentukan tingkat fungsi biasanya
- Gangguan musculoskeletal; tingkat konsisten dengan menggunakan Klarifikasi Tingkat
kelemahan kemampuan individu. Fungsional 0-4 untuk status karena
- Keletihan - Menunjukkan teknik dan awitan atau eksarsebasi penyakit dan
- Nyeri, ketidaknyamanan perubahan gaya hidup kemungkinan perubahan yang saat ini
- Penghambat lingkungan untuk memenuhi diperkirakan.
kebutuhan perawatan-diri. Pertahankan mobilitas, kendali nyeri,
Definisi: - Mengenali sumber pribadi dan program olahraga.
Hambatan kemampuan untuk dan komunitas yang dapat - Beri waktu yang cukup bagi klien
melakukan atau menyelesaikan memberikan bantuan yang untuk menyelesaikan tugas hingga
aktivitas mandi,berpakaian, dibutuhkan. tingkat kemampuan tertinggi.
makan, dan eliminasi secara Tinggikan kekuatan individu.
mandiri. - Kaji hambatan keikutsertaan dalam
29
perawatan-diri. Kenali dan
rencanakan untuk modifikasi
lingkungan.
- Kenali sumber untuk alat yang
dibutuhkan mis., pengangkat,
dudukan toilet yang ditinggikan, kursi
roda atau skuter.
Kolaboratif
- Konsul dengan spesialis rehabilitasi,
mis., terapis okupasi.
- Atur untuk konsultasi dengan
lembaga lain, mis., layanan
perawatan di rumah atau nutrisi.
Hambatan pemeliharaan Lingkungan Rumah Aman: Bantuan Pemeliharaan Rumah:
rumah - Mempertahankan Independen
Yang berhubungan dengan: lingkungan aman yang - Tentukan tingkat fungsi fisik
- Penyakit; gangguan meningkatkan-kesehatan. menggunakan Klarifikasi Tingkat
fungsional - Menunjukkan pemakaian Fungsional 0 sampai 4.
- Pengaturan atau sumber yang tepat dan - Diskusikan persepsi klien terhadap
perencanaan keluarga yang efektif. kebutuhan lingkungan saat ini dan
tidak memadai kemampuan untuk mempertahankan
- Keuangan tidak mencukupi lingkungan yang aman.
- Tidak familiar dengan - Tentukan sumber keuangan untuk
sumber tetangga memenuhi situasi individu. Kenali
sistem dukungan yang ada bagi klien,
Definisi: misalnya keluarga besar, teman, dan
Ketidakmampuan untuk secara tetangga.
mandiri mempertahankan - Susun rencana untuk memulihkan/
lingkungan yang meningkatkan memelihara lingkungan bersih
pertumbuhan yang aman. menyehatkan, mis., berbagai
perbaikan tugas rumah tangga dan
tugas lain di antara anggota keluarga
atau dengan layanan kontrak.
Kolaboratif
- Koordinasi evaluasi rumah oleh
terapis okupasi dan tim rehabilitasi
sesuai indikasi.
- Kenali sumber untuk perbaikan
30
rumah yang dibutuhkan atau
modifikasi.
- Kenali dan penuhi sumber komunitas,
mis., perawat kunjungan, layanan
tugas rumah tangga, layanan social,
dan kelompok warga lansia.
31
- Tekankan pentingnya membaca label
produk dan tidak memakai obat-
obatan yang dijual bebas tanpa
persetujuan medis sebelumnya.
- Kaji pentingnya diet seimbang dengan
makanan tinggi vitamin, protein, dan
besi.
- Dorong klien kegemukan untuk
menurunkan berat badan dan pasok
dengan informasi penurunan berat
badan, sesuai kebutuhan.
- Beri informasi tentang dan sumber
untuk alat bantu, mis., alat untuk
memindahkan benda, tongkat
pengambil, piring dan panci berberat
ringan, dudukan toilet dinaikkan, dan
pegangan tangan yang aman.
- Diskusikan teknik hemat energy, mis.,
duduk ketimbang berdiri untuk
mempersiapkan makan, mandi
pancur, bercukur, atau memakai tata
rias.
- Dorong pemeliharaan posisi dan
postur tubuh yang benar baik pada
saat istirahat maupun selama
aktivitas-dengan mempertahankan
sendi ekstensi, bukan fleksi, memakai
bidai untuk periode tertentu,
menghindari tetap berada pada satu
posisi untuk periode lama,
memposisikan tangan dekat dengan
pusat tubuh selama pemakaian dan
menggeser ketimbang mengangkat
benda bila mungkin.
- Kaji masalah keamanan yang terkait
dengan alat mobilitas.
- Kaji pentingnya inspeksi kulit dengan
sering dan perawatan kulit yang
saksama di bawah bidai, gips, dan alat
pendukung. Tunjukkan pemberian
32
bantalan yang benar.
- Diskusikan pentingnya pemeriksaan
laboratorium dan tindak lanjut medis.
- Beri konseling seksual dan kelahiran
anak sesuai kebutuhan.
- Kenali sumber komunitas.
33