Anda di halaman 1dari 29

KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA REMAJA; NAPZA

DI SUSUN OLEH :
FEHGA ARDIANTO
201701061
3B KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA
NUSANTARA PALU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya
melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik
maupun pembangunan mental spiritual manusia seutuhnya lahir maupun
batin. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa
ini berkembang pengaruh pemakaian obat-obatan dikalangan masyarakat. Hal
ini sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
lama semakin berkembang dengan pesat, dan salah satu yang paling marak
saat ini adalah “Masalah Narkotika dan Psikotropika.”
Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya
(NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA
(Narkotika dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat
kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif
dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta
masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar
golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih
bermanfaat bagi pengobatan, pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan, namun di sisi lain dapat pula menimbulkan addication
(ketagihan dan ketergantungan) tanpa adanya pembatasan, pengendalian dan
pengawasan yang ketat dan seksama dari pihak yang berwenang, dan juga
jika disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar
pengobatan akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun
masyarakat luas khususnya generasi muda.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif) ?
2. Apa saja jenis-jenis dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat
adiktif) ?
3. Bagaimana Epidemiologi , Demografi dan Komobiditas dari pengguna
NAPZA ?
4. Bagaimana Penyalahgunaan dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan
Zat adiktif) ?
5. Efek Dan dampak apa saja yang ditimbulkan dari pemakaian NAPZA
(Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif) ?
6. Faktor apa saja yang menjadi penyebab penggunaan NAPZA (Narkotika,
Psikotropika dan Zat adiktif) ?
7. Bagaimana Penanggulangan dan pencegahan yang dilakukan ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan penggunaan
NAPZA?

C. TUJUAN DAN MAKSUD PENULISAN

1. Mengetahui definisi dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat


adiktif)
2. Mengetahui jenis-jenis dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat
adiktif)
3. Mengetahui Epidemiologi , Demografi dan Komobiditas dari pengguna
NAPZA .
4. Mengetahui Penyalahgunaan dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan
Zat adiktif)
5. Mengetahui dan memahami Efek Dan dampak apa saja yang ditimbulkan
dari pemakaian NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif)
6. Mengetahui Faktor apa saja yang menjadi penyebab penggunaan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif)
7. Memahami dan dapat mengaplikasikan Penanggulangan dan pencegahan
yang dilakukan terhadap NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat
adiktif)
8. Memahami asuhan keperawatan pada klien dengan NAPZA
BAB II

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN TEORITIS
1. DEFINISI
Narkotika adalah suatu zat atau obat yg berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yg dpt menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan ( Undang-undang RI No.22 thn 1997 ttg Narkotika)
Psikotropika adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku.
Zat adiktif lain adalah bahan/zat yg berpengaruh psikoaktif diluar
yang disebut Narkotika dan Psikotropika.

2. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika, prevalensi :
a. 16,7 % > usia 18 tahun
b. Alkohol 13,8%
c. Non – alcohol 6,2%
d. Marijuana 12- 33% per tahun, 5% pengguna baru
e. Zat psikotherapetic dan kokain : 12,5% zat psikotherapetic, 11,5%
kokin
f. Zat – zat lain inhalan – halusinogen : 9%

Di Indonesia, prevalensi 0,065% pada tahun 1971 Bakilah dan hasil


penelitian 10x lebih besar. Jumlah pecandu sampai sekarang ± 3.800.000
orang
a. DEMOGRAFI
1) Usia : 18- 25 tahun
2) Jenis kelamin : laki-laki > wanita
3) Ras dan etnik : kulit hitam > kulit putih
4) Daerah padat pendudukmetropolitan lebih tinggi
5) Daerah barat > timur

b. KOMORBIDITAS
1) Ditemukan 76% laki-laki dan 65% wanita
2) Paling sering penggunaan alcohol dan zat lain
3) Gangguan kepribadian atau autisosial
4) Depresi dan bunuh diri

3. JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA


a. Golongan Narkotika
1) Narkotika Golongan I :
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai
potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh
narkotika golongan 1 heroin/putauw, kokain, ganja .
2) Narkotika Golongan II :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan .Contoh kodein
3) Narkotika Golongan III :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan (Contoh : kodein).

b. Golongan Psikotropika
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan
sindroma ketergantungan digolongkan menjadi 4 golongan yaitu :
1) Psikotropika Golongan I :
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD).
2) Psikotropika Golongan II :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta
menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin).
3) Psikotropika Golongan III :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital,
Flunitrazepam).
4) Psikotropika Golongan IV :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam,
Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti
pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).

c. Zat adiktif lainnya


Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh
psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika,
meliputi:
1) Minuman berakohol
Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh
menekan susunan syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari
kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika
digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau
psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh
manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :
a) Golongan A : kadar etanol 1-5% (Bir)
b) Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis
minuman anggur)
c) Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca,
TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput.)
2) Inhalansia
Yaitu gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) mudah
menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai
barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas
mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner,
Penghapus Cat Kuku, Bensin.
3) Tembakau
Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas
di masyarakat. Dalam upaya penanggulangan NAPZA di
masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada
remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena
rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan
NAPZA lain yang berbahaya.

D. PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA


1. Golongan Narkotika
a. OPIOID (OPIAD)
Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium,
Papaver somniverum, yang mengandung kira-kira 20 alkaloid
opium, termasuk morfin. Nama Opioid juga digunakan untuk opiat,
yaitu suatu preparat atau derivat dari opium dan narkotik sintetik
yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan dari opium.
opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiat alami adalah
heroin (diacethylmorphine), kodein (3-methoxymorphine), dan
hydromorphone (Dilaudid).

Efek samping yang ditimbulkan

Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara,


kerusakan penglihatan pada malam hari, mengalami kerusakan pada
liver dan ginjal, peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis
dan penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik dan penurunan
hasrat dalam hubungan sex, kebingungan dalam identitas seksual,
kematian karena overdosis.

Gejala intoksitasi (keracunan) opioid


Konstraksi pupil ( atau dilatasi pupil karena anoksia akibat
overdosis berat ) dan satu ( atau lebih ) tanda berikut, yang
berkembang selama , atau segera setelah pemakaian opioid, yaitu
mengantuk atau koma bicara cadel ,gangguan atensi atau daya ingat.
Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara
klinis misalnya: euforia awal diikuti oleh apatis, disforia, agitasi atau
retardasi psikomotor, gangguan pertimbangaan, atau gangguan
fungsi sosial atau pekerjaan ) yang berkembang selama, atau segera
setelah pemakaian opioid.

Gejala putus obat dari ketergantungan opioid


Kram otot parah dan nyeri tulang, diare berat, kram perut,
rinorea lakrimasipiloereksi, menguap, demam, dilatasi pupil,
hipertensi takikardia disregulasi temperatur, termasuk pipotermia
dan hipertermia. Seseorang dengan ketergantungan opioid jarang
meninggal akibat putus opioid, kecuali orang tersebut memiliki
penyakit fisik dasar yang parah, seperti penyakit jantung. Gejala
residual seperti insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan
kecanduan opiat mungkin menetap selama sebulan setelah putus zat.
Pada tiap waktu selama sindroma abstinensi, suatu suntikan tunggal
morfin atau heroin menghilangkan semua gejala. Gejala penyerta
putus opioid adalah kegelisahan, iritabilitas, depresi, tremor,
kelemahan, mual, dan muntah.

Turunan OPIOID (OPIAD) yang sering disalahgunakan adalah:


1) Candu
Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan
menyadap (menggores) buah yang hendak masak. Getah yang
keluar berwarna putih dan dinamai "Lates". Getah ini dibiarkan
mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat
kehitaman dan sesudah diolah akan menjadi suatu adonan yang
menyerupai aspal lunak. Inilah yang dinamakan candu mentah
atau candu kasar. Candu kasar mengandung bermacam-macam
zat-zat aktif yang sering disalahgunakan. Candu masak warnanya
coklat tua atau coklat kehitaman. Diperjual belikan dalam
kemasan kotak kaleng dengan berbagai macam cap, antara lain
ular, tengkorak,burung elang, bola dunia, cap 999, cap anjing,
dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap.
2) Morfin
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah.
Morfin merupaakan alkaloida utama dari opium
( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halus
berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna.
Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.
3) Heroin ( putaw )
Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari
morfin dan merupakan jenis opiat yang paling sering
disalahgunakan orang di Indonesia pada akhir - akhir ini .
Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin
menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood
yang tidak menentu. Walaupun pembuatan, penjualan dan
pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap
tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena efek
analgesik dan euforik-nya yang baik.
4) Codein
Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek
codein lebih lemah daripada heroin, dan potensinya untuk
menimbulkan ketergantungaan rendah. Biasanya dijual dalam
bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan
disuntikkan.
5) Demerol
Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya
dapat ditelan atau dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk
pil dan cairan tidak berwarna.
6) Methadon
Saat ini Methadone banyak digunakanorang dalam
pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat
untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid.
Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk
meperidine (Demerol), methadone (Dolphine), pentazocine
(Talwin), dan propocyphene (Darvon). Saat ini Methadone
banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan
opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis
opioid dan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut adalah
nalaxone (Narcan), naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane,
dan apomorphine. Sejumlah senyawa dengan aktivitas campuran
agonis dan antagonis telah disintesis, dan senyawa tersebut
adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan buprenorphine
(Buprenex). Beberapa penelitian telah menemukan bahwa
buprenorphine adalah suatu pengobatan yang efektif untuk
ketergantungan opioid. Nama popoler jenis opioid : putauw, etep,
PT, putih.
7) Kokain
Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan
dan merupakan zat yang sangat berbahaya. Kokain merupakan
alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar Erythroxylon
coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari
tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk
setempat untuk mendapatkan efek stimulan.
Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal,
khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan,
karena efek vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain
diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin
dan heroin karena efek adiktif dan efek merugikannya telah
dikenali. Nama lain untuk Kokain : Snow, coke, girl, lady dan
crack ( kokain dalam bentuk yang paling murni dan bebas basa
untuk mendapatkan efek yang lebih kuat ).
2. Golongan Psikotropika
Psikotropika yang sekarang sedang populer dan banyak
disalahgunakan adalah psikotropika Gol I, diantaranya yang dikenal
dengan Ecstasi dan psikotropik Gol II yang dikenal dengan nama
Shabu-shabu.
a. Ecstasy
Rumus kimia XTC adalah 3-4-Methylene-Dioxy-Methil-
Amphetamine (MDMA). Senyawa ini ditemukan dan mulai
dibuat di penghujung akhir abad lalu. Pada kurun waktu tahun
1950-an, industri militer Amerika Serikat mengalami kegagalan
didalam percobaan penggunaan MDMA sebagai serum
kebenaran. Setelah periode itu, MDMA dipakai oleh para dokter
ahli jiwa. XTC mulai bereaksi setelah 20 sampai 60 menit
diminum. Efeknya berlangsung maksimum 1 jam. Seluruh tubuh
akan terasa melayang. Kadang-kadang lengan, kaki dan rahang
terasa kaku, serta mulut rasanya kering. Pupil mata membesar dan
jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula akan timbul rasa
mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu
diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut
biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan
seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal dan segala
perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa kosong, rileks dan
"asyik". Dalam keadaan seperti ini, kita merasa membutuhkan
teman mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk menceritakan
hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-angsur
menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan
merasa sangat lelah dan tertekan.
b. Shabu-shabu
Shabu-shabu berbentuk kristal, biasanya berwarna putih,
dan dikonsumsi dengan cara membakarnya di atas aluminium
foil sehingga mengalir dari ujung satu ke arah ujung yang lain.
Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah
Bong (sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air Bong
tersebut berfungsi sebagai filter karena asap tersaring pada waktu
melewati air tersebut. Ada sebagian pemakai yang memilih
membakar Sabu dengan pipa kaca karena takut efek jangka
panjang yang mungkin ditimbulkan aluminium foil yang
terhirup.
Sabu sering dikeluhkan sebagai penyebab paranoid (rasa
takut yang berlebihan), menjadi sangat sensitif (mudah
tersinggung), terlebih bagi mereka yang sering tidak berpikir
positif, dan halusinasi visual. Masing-masing pemakai
mengalami efek tersebut dalam kadar yang berbeda. Jika sedang
banyak mempunyai persoalan / masalah dalam kehidupan,
sebaiknya narkotika jenis ini tidak dikonsumsi. Hal ini mungkin
dapat dirumuskan sebagai berikut: MASALAH + SABU =
SANGAT BERBAHAYA. Selain itu, pengguna Sabu sering
mempunyai kecenderungan untuk memakai dalam jumlah
banyak dalam satu sesi dan sukar berhenti kecuali jika Sabu yang
dimilikinya habis. Hal itu juga merupakan suatu tindakan bodoh
dan sia-sia mengingat efek yang diinginkan tidak lagi bertambah
(The Law Of Diminishing Return). Beberapa pemakai
mengatakan Sabu tidak mempengaruhi nafsu makan. Namun
sebagian besar mengatakan nafsu makan berkurang jika sedang
mengkonsumsi Sabu. Bahkan banyak yang mengatakan berat
badannya berkurang drastis selama memakai Sabu.

3. Jenis-Jenis Bahan Berbahaya Lainnya


Bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan Narkotika
dan Psikotropika atau Zat-zat baru hasil olahan manusia yang
menyebabkan kecanduan.
a. Minuman Keras
Adalah semua minuman yang mengandung Alkohol tetapi bukan
obat.

Efek Samping Yang Ditimbulkan


Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol
dapat dirasakan segera dalam waktu beberapa menit saja, tetapi
efeknya berbeda-beda, tergantung dari jumlah / kadar alkohol
yang dikonsumsi. Dalam jumlah yang kecil, alkohol
menimbulkan perasaan relax, dan pengguna akan lebih mudah
mengekspresikan emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan
kemarahan.
Bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan muncul efek
sebagai berikut : merasa lebih bebas lagi mengekspresikan diri,
tanpa ada perasaan terhambat menjadi lebih emosional ( sedih,
senang, marah secara berlebihan ) muncul akibat ke fungsi fisik -
motorik, yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur,
sempoyongan, inkoordinasi motorik dan bisa sampai tidak
sadarkan diri.
Kemampuan mental mengalami hambatan, yaitu gangguan
untuk memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu, mulut
rasanya kering. Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih
kencang. Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa juga pada
awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan sedikit
udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu
lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita menjadi
hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang.
Kepala terasa kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti
ini, kita merasa membutuhkan teman mengobrol, teman
bercermin, dan juga untuk menceritakan hal-hal rahasia. Semua
perasaan itu akan berangsur-angsur menghilang dalam waktu 4
sampai 6 jam. Setelah itu kita akan merasa sangat lelah dan
tertekan.

b. Nikotin
Adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti Kokain dan
Heroin. Bentuk nikotin yang paling umum adalah tembakau,
yang dihisap dalam bentuk rokok, cerutu, dan pipa. Tembakau
juga dapat digunakan sebagai tembakau sedotan dan dikunyah
(tembakau tanpa asap).
Walaupun kampanye tentang bahaya merokok sudah
menyebutkan betapa berbahayanya merokok bagi kesehatan
tetapi pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak orang
yang terus merokok. Hal ini membuktikan bahwa sifat adiktif
dari nikotin adalah sangat kuat.

Efek Samping Yang Ditimbulkan

Secara perilaku, efek stimulasi dari nikotin menyebabkan


peningkatan perhatian, belajar, waktu reaksi, dan kemampuan
untuk memecahkan maslah. Menghisap rokok meningkatkan
mood, menurunkan ketegangan dan menghilangkan perasaan
depresif. Pemaparan nikotin dalam jangka pendek meningkatkan
aliran darah serebral tanpa mengubah metabolisme oksigen
serebtral.

Tetapi pemaparan jangka panjang disertai dengan


penurunan aliran darah serebral. Berbeda dengan efek
stimulasinya pada sistem saraf pusat, bertindak sebagai relaksan
otot skeletal. Komponen psikoaktif dari tembakau adalah nikotin.
Nikotin adalah zat kimia yang sangat toksik. Dosis 60 mg pada
orang dewasa dapat mematikan, karena paralisis ( kegagalan )
pernafasan.
c. Desainer
Zat Desainer adalah zat-zat yang dibuat oleh ahli obat
jalanan. MEreka membuat obat-obat itu secara rahasia karena
dilarang oleh pemerintah. Obat-obat itu dibuat tanpa
memperhatikan kesehatan. Mereka hanya memikirkan uang dan
secara sengaja membiarkan para pembelinya kecanduan dan
menderita. Zat-zat ini banyak yang sudah beredar dengan nama
speed ball, Peace pills, crystal, angel dust rocket fuel dan lain-
lain.

E. EFEK / AKIBAT PEMAKAIAN ZAT


Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA
dapat digolongkan menjadi 3 golongan :
1. Golongan Depresan (Downer)
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional
tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan
bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini
termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang),
hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.
2. Golongan Stimulan (Upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi
aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah :
Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain.
3. Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang
bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya
pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu.
Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis. Golongan ini
termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin.
Namun, secara umum dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada
fisik, psikis maupun sosial seseorang.diantaranya :

1. Dampak Fisik:
Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang,
halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
a. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah

b. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses),


alergi, eksim

c. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi


pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru

d. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu


tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur

e. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan


padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi
(estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual

f. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan


antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan
menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)

g. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian


jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit
seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada
obatnya

h. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over


Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk
menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian

i.
2. Dampak Psikologi:
a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
c. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
f. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh
lingkungan
g. Merepotkan dan menjadi beban keluarga
h. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram

Dampak fisik dan psikis berhubungan erat. Ketergantungan fisik


akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus
obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan
psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (biasa
disebut sugest). Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan
gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri,
pemarah, manipulatif, dll.

F. FAKTOR PENYEBAB PENGGUNAAN NARKOBA


Faktor penyebab penggunaan narkoba antara lain:
1. Ingin terlihat gaya
Zat terlarang jenis tertentu dapat membuat pamakainya menjadi
lebih berani, keren, percaya diri, kreatif, santai, dan lain sebagainya. Efek
keren yang terlihat oleh orang lain tersebut dapat menjadi trend pada
kalangan tertentu sehingga orang yang memakai zat terlarang itu akan
disebut trendy, gaul, modis, dan sebagainya.
2. Solidaritas Kelompok
Suatu kelompok orang yang mempunyai tingkat kekerabatan yang
tinggi antar anggota biasanya memiliki nilai solidaritas yang tinggi.
Misalnya, jika ketua atau beberapa anggota kelompok yang berpengaruh
pada kelompok itu menggunakan narkotik, maka biasanya anggota yang
lain baik secara terpaksa atau tidak terpaksa akan ikut menggunakan
narkotik itu agar merasa seperti keluarga senasib sepenanggungan.
3. Menghilangkan rasa sakit
Seseorang yang memiliki suatu penyakit atau kelainan yang dapat
menimbulkan rasa sakit yang tidak tertahankan dapat membuat orang jadi
tertarik jalan pintas untuk mengobati sakit yang dideritanya yaitu dengan
menggunakan obat-obatan dan zat terlarang.
4. Coba-coba / penasaran
Dengan merasa tertarik melihat efek yang ditimbulkan oleh suatu
zat yang dilarang, seseorang dapat memiliki rasa ingin tahu yang kuat
untuk mencicipi nikmatnya zat terlarang tersebut. Jika iman tidak kuat,
maka seseorang dapat mencoba ingin mengetahui efek dari zat terlarang.
Tanpa disadari dan diinginkan orang yang sudah terkena zat terlarang itu
akan ketagihan dan akan melakukannya lagi berulang-ulang tanpa bisa
berhenti.
5. Menyelesaikan Masalah
Orang yang dirudung banyak masalah dan ingin lari dari masalah
dapat terjerumus dalam pangkuan narkotika, narkoba atau zat adiktif agar
dapat tidur nyenyak atau jadi gembira ria dan kemudian merasa
masalahnya terselesaikan sejenak.
6. Mencari Tantangan / Kegiatan Beresiko
Bagi orang-orang yang senang dengan kegiatan yang memiliki
resiko tinggi dalam menjalankan aksinya ada yang menggunakan obat
terlarang agar bisa menjadi yang terhebat, penuh tenaga dan penuh percaya
diri.

G. UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN


Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dapat
dilakukan melalui beberapa cara, sebagai berikut ini :
1. Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk masyarakat yang
mempunyai ketahanan dan kekebalan terhadap narkoba. Pencegahan
adalah lebih baik dari pada pemberantasan. Pencegahan penyalahgunaan
Narkoba dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti pembinaan dan
pengawasan dalam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang kompeten baik
di sekolah dan masyarakat, pengajian oleh para ulama, pengawasan
tempat-tempat hiburan malam oleh pihak keamanan, pengawasan obat-
obatan illegal dan melakukan tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk
mengurangi atau meniadakan kesempatan terjadinya penyalahgunaan
Narkoba.
2. Represif (penindakan), yaitu menindak dan memberantas penyalahgunaan
narkoba melalui jalur hokum, yang dilakukan oleh para penegak hukum
atau aparat kemananan yang dibantu oleh masyarakat. Jika masyarakat
mengetahui harus segera melaporkan kepada pihak berwajib dan tidak
boleh main hakim sendiri.
3. Kuratif (pengobatan), bertujuan penyembuhan para korban baik secara
medis maupun dengan media lain. Di Indonesia sudah banyak didirikan
tempat-tempat penyembuhan dan rehabilitas pecandu narkoba seperti
Yayasan Titihan Respati, pesantren-pesantren, yayasan Pondok Bina
Kasih dll.
4. Rehabilitatif (rehabilitasi), dilakukan agar setelah pengobatan selesai para
korban tidak kambuh kembali “ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya
menyantuni dan memperlakukan secara wajar para korban narkoba agar
dapat kembali ke masyarakat dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
Kita tidak boleh mengasingkan para korban Narkoba yang sudah sadar dan
bertobat, supaya mereka tidak terjerumus kembali sebagai pecandu
narkoba.

Upaya pencegahan penyalahgunaan napza :

1. Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan


NAPZA dan melakukan intervensi.
a. Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali remaja yang
mempunyai resiko tinggi untuk menyalahgunakan NAPZA, setelah itu
melakukan intervensi terhadap mereka agar tidak menggunakan
NAPZA.
b. Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor
yang dapat menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi
dengan baik.
2. Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi
menggunakan NAPZA.
3. Pencegahan Tersier : merehabilitasi penyalahgunaan NAPZA.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Tahap pengkajian terdiri atas kumpulan data yang meliputi data biologis,
psikologis, social, dan spiritual. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah
sebagai berikut :
a. Kaji situasi kondisi penggunaan zat
1) Kapan zat digunakan
2) Kapan zat menjadi lebih sering digunakan/mulai menjadi masalah
3) Kapan zat dikurangi/dihentikan, sekalipun hanya sementara
b. Kaji risiko yang berkaitan dengan penggunaan zat
1) Berbagi peralatan suntik
2) Perilaku seks yang tidak nyaman
3) Menyetir sambil mabuk
4) Riwayat over dosis
5) Riwayat serangan (kejang) selama putus zat
c. Kaji pola penggunaan
1) Waktu penggunaan dalam sehari (pada waktu menyiapkan makan
malam)
2) Penggunaan selama seminggu
3) Tipe situasi (setelah berdebat atau bersantai di depan TV)
4) Lokasi (timbul keinginan untuk menggunakan NAPZA setelah
berjalan melalui rumah Bandar)
5) Kehadiran atau bertemu orang-orang tertentu (mantan pacar,
teman pakai)
6) Adanya pikiran-pikiran tertentu (“Ah, sekali nggak bakal
ngerusak” atau “Saya udah nggak tahan lagi nih, saya harus
make”)
7) Adanya emosi-emosi tertentu (cemas atau bosan)
8) Adanya faktor-faktor pencetus (jika capek, labil, lapar, tidak dapat
tidur atau stress yang berkepanjangan)
9) Kaji hal baik/buruk tentang penggunaan zat maupun tentang
kondisi bila tidak menggunakan

2. Pohon Masalah
Resti Menciderai Diri

(CP)

HDR

Gangguan Konsep Diri Atau Koping Mal Adaptif

3. Diagnosa yang mungkin timbul :


a. Resiko tinggi menciderai diri sendiri
b. Intoksikasi
c. Harga diri rendah
d. Koping mal adaptif

4. Intervensi
a. Strategi Pertemuan 1- klien :
1) Mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan,
cara meningkatkan motivasi berhenti, dan cara mengontrol
keinginan.
2) Melatih cara meningkatkan motivasi dan cara mengontrol
keinginan
3) Membuat jadwal latihan

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat untuk


membantu klien mengatasi craving / nagih (keinginan untuk
menggunakan kembali NAPZA) adalah sebagai berikut:

1) Identifikasi rasa nagih muncul


2) Ingat diri sendiri, rasa nagih normal muncul saat kita berhenti
3) Ingatlah rasa nagih seperti kucing lapar, semakin lapar,
semakin diberi makan semakin sering muncul
4) Cari seseorang yang dapat mengalihkan dari rasa nagih
5) Coba menyibukkan diri saat rasa nagih dating
6) undalah penggunaan sampai beberapa saat
7) Bicaralah pada seseorang yang dapat mendukung
8) Lakukan sesuatu yang dapat membuat rileks dan nyaman,
9) Kunjungi teman-teman yang tidak menggunakan narkoba
10) Tontonlah video, ke bioskop atau dengar musik yang dapat
membuat rileks
11) Dukunglah usaha anda untuk berhenti sekalipun sering
berakhir dengan menggunakan lagi
12) Bicara pada teman-teman yang berhasil berhenti
m. Bicaralah pada teman-teman tentang bagaimana mereka
menikmati hidup atau rilekslah untuk dapat banyak ide.

Menurut Keliat dkk. (2006). Tujuan tindakan keperawatan


untuk keluarga adalah sebagai berikut:

1) Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota


keluarganya berhenti menggunakan NAPZA.
2) Keluarga dapat meningkatkan motivasi klien untuk berhenti.
3) Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien NAPZA.
4) Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu
dirujuk

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada keluarga antara


lain :

1) Diskusikan tentang masalah yang dialami keluarga dalam


merawat klien.
2) Diskusikan bersama keluarga tentang penyalahgunaan /
ketergantungan zat (tanda, gejala, penyebab, akibat) dan
tahapan penyembuhan klien (pencegahan, pengobatan, dan
rehabilitasi).
3) Diskusikan tentang kondisi klien yang perlu segera dirujuk
seperti: intoksikasi berat, misalnya penurunan kesadaran, jalan
sempoyongan, gangguan penglihatan (persepsi), kehilangan
pengendalian diri, curiga yang berlebihan, melakukan
kekerasan sampai menyerang orang lain. Kondisi lain dari
klien yang perlu mendapat perhatian keluarga adalah gejala
putus zat seperti nyeri (Sakau), mual sampai muntah, diare,
tidak dapat tidur, gelisah, tangan gemetar, cemas yang
berlebihan, depresi (murung yang berkepanjangan).
4) Diskusikan dan latih keluarga merawat klien NAPZA dengan
cara: menganjurkan keluarga meningkatkan motivasi klien
untuk berhenti atau menghindari sikap-sikap yang dapat
mendorong klien untuk memakai NAPZA lagi (misalnya
menuduh klien sembarangan atau terus menerus mencurigai
klien memakai lagi); mengajarkan keluarga mengenal ciri-ciri
klien memakai NAPZA lagi (misalnya memaksa minta uang,
ketahuan berbohong, ada tanda dan gejala intoksikasi);
ajarkan keluarga untuk membantu klien menghindar atau
mengannkan perhatian dari keinginan untuk memakai
NAPZA lagi, anjurkan keluarga memberikan pujian bila klien
dapat berhenti walaupun 1 hari, 1 minggu atau 1 bulan; dan
anjurkan keluarga mengawasi klien minum obat.

Strategi Pertemuan dengan Pasien dan Keluarga Penyalahgunaan


dan Ketergantungan NAPZA.
1) Pasien
Sp1-P
a) Membina hubungan saling percaya
b) Mendiskusikan dampak NAPZA
c) Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi
d) Mendiskusikan cara mengontrol keinginan
e) Latihan cara meningkatkan motivasi
f) Latihan cara mengontrol keingan
g) Membuat jadwal aktivitas

Sp 2-

a) Mendiskusikan cara menyelesaikan masalah


b) Mendiskusikan cara hidup sehat
c) Latihan cara menyelesaikan masalah
d) Latihan cara hidup sehat
e) Mendiskusikan tentang obat

2) Keluarga
Sp1
a) Mendiskusikan masalah yang dialami
b) Mendiskusikan tentang NAPZA
c) Mendiskusikan tahapan penyembuhan
d) Mendiskusikan cara merawat
e) Mendiskusikan kondisi yang perlu dirujuk
f) latihan cara merawat

Sp2

a) Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi


b) Mendiskusikian pengawasan dalam minum obat
(Sumber: Keliat dkk, 2006).
5. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari klien adalah sebagai berikut :
1) Klien mengetahui dampak NAPZA
2) Klien mampu melakukan cara meningkatkan motivasi untuk
berhenti menggunakan NAPZA
3) Klien mampu mengontrol kemampuan keinginan menggunakan
NAPZA kembali
4) Klien dapat menyelesaikan masalahnya dengan koping yang
adaptif
5) Klien dapat menerapkan cara hidup yang sehat
6) Klien mematuhi program pengobatan

Evaluasi yang diharapkan dari keluarga adalah sebagai berikut :

1) Keluarga mengetahui masalah yang dialami klien


2) Keluarga mengetahui tentang NAPZA
3) Keluarga mengetahui tahapan proses penyembuhan klien
4) Keluarga berpartisipasi dalam merawat klien
5) Keluarga memberikan motivasi pada kilien untuk sembuh
6) Keluarga mengawasi klien dalam minum obat
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masalah penyalahguanaan NARKOBA / NAPZA khususnya pada
remaja adalah ancaman yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya
dan suatu bangsa pada umumnya. Pengaruh NAPZA sangatlah buruk, baik
dari segi kesehatan pribadinya, maupun dampak sosial yang ditimbulkannya.
Masalah pencegahan penyalahgunaan NAPZA bukanlah menjadi tugas
dari sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya
pencegahan penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan sejak dini sangatlah
baik, tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan
tersebut.

B. SARAN
1. Kita sebagai generasi penerus bangsa seharusnya sadar akan pentingnya
bahaya narkoba di lingkungan sekitar kita.
2. Memahami dan mendalami ilmu pengetahuan yang cukup tentang bahaya
narkoba.
3. Adanya penyuluhan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait mengenai
bahaya narkoba dalam kehidupan sehari-hari kepada masyarakat luas,
agar upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba dapat dilaksanakan
dalam tugas bersama.
4. Kesadaran untuk menjahui barang-barang haram narkoba.
5. Kuatkan tekad untuk berkata, “TIDAK PADA NARKOBA”.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A.A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi, Konsep,


dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba.
Kusumawaati, Farida, 2010, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Salemba Medika
Keliat, Budi ana, 2006, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC,
Jakarta
Depkes. (2002). Keputusan Menteri kesehatan RI tentang pedoman
penyelenggaraan sarana pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan
ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA).
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes. (2001). Buku pedoman tentang masalah medis yang dapat terjadi di
tempat rehabilitasi pada pasien ketergantungan NAPZA. Jakarta:
Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat
http://www.bnn.go.id

Anda mungkin juga menyukai