Dosen Pembimbing
Hepta Nur Anggrahini, S.Kep, Ns. M.Kep
DisusunOleh :
Salda Aisyah Hediani
P27820118050
TINGKAT 1I REGULER B
1.3 HbA1c
1.3.1 Nilai Rujukan
1. Hemoglobin glikosilat total : 5,5-9 % dari total Hb
2. Dewasa : HbA1c Nondiabetik : 2-5 %, Diabetik terkontrol : 2,5-6
%, Rata-rata tinggi : 6,1- 7,5 %, Diabetik tidak terkontrol : > 8%
3. Anak : HbA1c Nondiabetik : 1,5 – 4 %
1.3.2 Deskripsi
Hemoglobin A (Hb A) terdiri atas 91 sampai 95% dari jumlah
hemoglobin total. Molekul glukosa berkaitan dengan Hb A, yang
merupakan bagian dari hemoglobin A. Proses pengikatan ini disebut
glikosilasi atau hemoglobin terglikosilasi atau hemoglobin A. Dalam
proses ini terdapat ikatan antara glukosa dan hemoglobin.
Pembentukan Hb A, terjadi dengan lambat, yaitu selama 120 hari,
yang merupakan rentang hidup sel darah merah (SDM). Jumlah
hemoglobin yang terglikosilasi bergantung pada jumlah glukosa darah
yang tersedia. Jika kadar glukosa darah meningkat selama waktu yang
lama, sel darah merah (SDM) akan tersaturasi dengan glukosa
menghasilkan glikohemoglobin.
Uji ini digunakan terutama sebagai alat ukur keefektifan terapi
diabetik. Kadar gula darah puasa mencerminkan kadar glukosa darah,
saat pertama kali puasa, sedangkan Hgb atau Hb A 1c merupakan
indicator yang lebih baik untuk pengendalian diabetes mellitus.
Namun demikian, penurunan palsu kadar Hb A1c dapat disebabkan
oleh penurunan jumlah sel darah merah.
Peningkatan kadar Hb A1c >8% mengindikasikan diabetes
mellitus yang tidak terkendali, dan klien tersebut berisiko tinggi
mengalami komplikasi jangka panjang, seperti nefropati, retinopati,
neuropati, dan kardiopati.
Tujuan
1. Untuk memantau efektivitas terapi diabetic
2. Untuk menatalaksana terapi diabetic
3. Untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan diabetes
mellitus
4. Untuk menentukan kepatuhan klien terhadap terapi diabetik
1.3.3 Masalah Klinis
1. Penurunan Kadar : Anemia (pernisiosa, hemolitik, sel sabit),
talasemia, kehilangan darah jangka panjang, gagal ginjal kronis
2. Peningkatan Kadar : Diabetes mellitus yang tidak terkendali,
hiperglikemia, diabetes mellitus yang baru terdiagnosis, ingesti
alcohol, kehamilan, hemodialisis. Pengaruh Obat : Asupan
kortison jangka panjang, ACTH.
1.3.4 Prosedur
1. Berikan informasi keada klien 6 – 12 minggu sebelum uji Hb A 1c
dilakukan di laboratorium
2. Pembatasan asupan makanan sebelum uji dilakukan sifatnya
dianjurkan
3. Kumpulan 5 ml darah vena dalam tabung bertutup lembayung
atau hijau. Hindari terjadi hemolisis, kirim specimen segera ke
laboratorium
1.3.5 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Anemia dapat menyebabkan temuan kadar yang rendah
2. Hemolisis specimen darah dapat menyebabkan temuan uji yang
tidak akurat
3. Terapi heparin dapat menyebabkan temuan palsu pada pengujian
1.3.6 Implikasi Keperawatan dan Rasional
1. Pantau kadar glukosa darah dan atau urine. Bandingkan temuan
uji gula darah puasa setiap bulan dengan temuan uji
hemoglobin terglikosilasi (Hb A1c)
2. Periksa temuan uji gula darah puasa sebelumnya
3. Perhatikan kepatuhan klien terhadap program pengobatan
diabetic
4. Periksa dosis harian insulin atau obat hipoglikemik oral
5. Kenali masalah klinis yang dapat menyebabkan temuan keliru
hemoglobin terglikosilasi (lihat masalah klinis)
6. Pantau tanda dan gejala hiperglikemia
7. Laporkan bila terjadi komplikasi yang dialami klien akibat
diabetes mellitus
1.3.7 Penyuluhan Klien
1. Beri tahu klien bahwa puasa sebelum uji dilakukan bersifat
dianjurkan. Beri tahu petugas laboratorium jika anda tidak
berpuasa sebelum uji
2. Jelaskan tujuan uji yang dilakukan, yaitu untuk mengukur
efektivitas terapi diabetes yang diberikan
3. Jelaskan kepada klien untuk mematuhi program pengobatan
diabetes, seperti insulin, diet, dan pemantauan glukosa.
1.4 Insulin
1.4.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa : insulin serum : 5 – 25 IU/ml. Kadar panik : 7 IU/ml.
2. Uji antibodi insulin : <4 % serum berikatan dengan insulin babi
dan sapi
1.4.2 Deskripsi
Insulin, suatu hormone dari sel beta pancreas yang sangat
penting dalam mengantarkan glukosa ke sel untuk metabolism.
Peningkatan kadar glukosa dapat menstimulasi sekresi insulin.
Kadar insulin serum dan glukosa darah dibandingkan untuk
menentukan apakah terdapat gangguan glukosa. Insulin serum berguna
dalam mendiagnosis insulinoma (tumor sel pulau Langerhan) serta
hyperplasia sel pulau Langerhan, dan begruna dalam mengevaluasi
produksi insulin pada kasus diabetes mellitus. Pada insulinoma kadar
insulin serum tinggi, dan glukosa darah <30 mg/dl. Hiperinsulinemia
dapat terjadi pada obesitas dan insulinoma
Uji antibody insulin dilakukan saat penderita diabetes, yang
menggunakan insulin babi atau sapi, membutuhkan dosis insulin yang
semakin bertambah terus jumlahnya. Antibody insulin terbentuk akibat
ketidakmurnian insulin yang berasal dari hewan. Antibodi ini adalah
berbagai jenis immunoglobulin (mis. IgG [sebagian besar], IgM, IgE).
Antibody IgG menetralisasi insulin sehingga menghambat terjadinya
metabolism glukosa. Antibody IgM dapat menyebabkan resistensi
insulin, dan IgE diperkirakan berperan dalam efek alergi.
1.4.3 Tujuan
1. Untuk mendeteksi status diabetes mellitus prahiperglikemik awal
2. Untuk mengetahui apakah terdapat antibody insulin yang dapat
memengaruhi absorpsi dan dosis insulin
1.4.4 Masalah Klinis
1. Penurunan kadar : Diabetes Melitus. Pengaruh obat : Insulin.
2. Peningkatan kadar : Insulinoma, status diabetes resisten-insulin,
sindrom Cushing, obesitas. Pengaruh obat : obat kortison,
kontrasepsi oral, hormon tiroid, epinefrin, levodopa.
1.4.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah. Cegah terjadinya hemolisis. Sampel darah harus disimpan
dalam lemari pendingin. Serum harus dipisahkan dalam waktu 30
menit sebelum pengumpulan. Jika diperlukan glukosa darah,
ambil 3 sampai 5 ml dan masukkan dalam tabung bertutup abu-
abu atau merah.
2. Makanan dan minuman tidak boleh diberikan selama 10 sampai
12 jam sebelum uji dilakukan. Sekresi insulin memuncak dalam
waktu 30 menit sampai 2 jam setelah makan.
3. Tunda pemberian obat yang dapat memengaruhi temuan uji,
seperti insulin dan kortison, sampai selesai dilakukan.
1.4.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Obat seperti insulin, kortison, kontrasepsi oral, dan hormon dapat
meningkatkan kadar insulin serum.
2. Hemolisis sampel darah atau specimen yang tidak disimpan dalam
lemari pendingin dapat memengaruhi temuan uji.
1.4.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
1. Kaji riwayat gangguan glukosa pada klien atau keluarga.
Laporkan keluhan klien.
2. Laporkan jika dosis insulin klien meningkat selama periode
tertentu sebagai respons terhadap peningkatan gula darah.
3. Waspadai tanda dan gejala hipoglikemia. Jika sangat dicurigai
terjadi insulinoma, sediakan selalu cairan dekstrosa 50% per IV.
1.4.8 Penyuluhan Klien
1. Jelaskan pada klien tentang pentingnya berpuasa dan beristirahat
(tidak melakukan latihan fisik) sebelum uji dilakukan. Makanan
dan latihan fisik meningkatkan glukosa darah sehingga
meningkatkan kadar insulin serum. Dapat terjadi temuan uji yang
tidak benar.
2. Anjurkan pada klien untuk melaporkan tanda dan gejala reaksi
insulin (misalnya gugup, berkeringat, kelemahan, frekuensi nadi
cepat, konfusi).
FAAL HATI
ELEKTROLIT
6.1 K, Na dan Cl
3.1.1 Kalium
3.1.1.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa : 3,5-5,3 mEq/ I; 3,5-5,3 mmol/ I (satuan SI)
2. Kadar Panik: <2,5 mEq/ I dan >7,0 mEq/I
3. Anak Bayi: 3,6-5,8 mEq / I Anak: 3,5-5,5 mEq/I
3.1.1.2 Deskripsi
Kalium adalah elektrolit yang paling banyak ditemukan
di cairan intraseluler (sel). Kadar kalium serum memiliki
kisaran yang sepit, dan keadaan henti jantung dapat terjadi jika
kadar serum <2,5 mEq/I atau > 7,0 mEq/I.
Delapan puluh sampai 90% kalium tubuh diekskresikan
melalui ginjal terdapat kerusakan jaringan, kalium keluar dari
sel dan masuk ke cairan ekstraseluler (cairan interstisial dan
intravaskuler). Jika fungsi ginjal adekuat. Kalium pada cairan
intravaskuler (kadar plasma/ darah) akan dideskresikan, dan
pada keadaan ekskresi kalium berlebih, terjadi defisit kalium
serum (hipokalimia). Namun demikian, jika ginjal
mengksresikan urine sebanyak <600 ml per hari, kalium akan
terakumulasi dalam cairan intravaskuler sehingga akan terjadi
kalium serum berlebih (hiperkalemia).
3.1.1.3Tujuan
1. Untuk memeriksa kadar kalium.
2. Untuk mendeteksi keberadaan hipo-atau hiperkalemia.
3. Untuk memantau kadar kalium selama terjadi masalah
kesehatan (mis, insulisiensi ginjal, penyakit yang
melemahkan, kanker), dan dengan obat tertentu (mis,
diuretik tiazid).
3.1.1.4 Masalah Klinis
1. Penurunan kadar: muntah/ diare, dehidrasi, malnutrisi/
kelaparan, diet ketal, stres (trauma, cedera, atau
pembedahan), pengisapan lambung, fistula intestinal,
asidosis adibetik, luka bakar, gangguan tubulus ginjal,
hiperaldostterunisme, ingesti licorice berlebihan, ingesti
glukosa berlebihan, alakolisis (metabolik) pengaruh obat:
Diuretik boros-kalium (furosemid {lasie}, tazid
[Hydrodiuril], asam [etakrinal),steroid (kortison,
estrogen), antibiotik (gentamisin, amfoterisin, polimiksin
B), insulin, bikarbonat, salisilat (aspirin).
2. Penikatan kadar: Oliguria dan anuria, gagal ginjal akut,
kalium per IV dalam cairan, penyakit Addison (hormon
adrenokortikal), cedera tabrakan dan luka bakar (disertai
kerusakan ginjal), asidosis (metabolik atau laktat)
pengaruh obat diuretik-hemal kalium, spironolakton
(Aldactone), triameteren (Dyrenium), antibiotik (penisilin
G kalium), sefaloridin (loridin), heparin, epinefrin,
histamin, isoniazid.
3.1.1.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3 sapi 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah cegah terjadinya hemolisis.
2. Jika mungkin , jangan biarkan lurniket terpasang dilengan
lebih dari dua menit
3. Pembatasan terhadap makanan, cairan, dan obat tidak perlu
dilakukan
3.1.2 Natrium
3.1.2.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa: 135-145mEq/I, 135-145mmol/I (satuan SI)
2. Anak bayi: 134-150 MeQ/I Anak: 135-145mEq/I
3.1.2.2 Deskripsi
Natrium (Na) adalah kation utama dalam cairan
ekstraseluler, dan memiliki efek menahan air. Jika terdapat
kalium natrium di dalam cairan ekstraseluler, akan lebih
banyak air yang direabsorpsi dari ginjal.
Natrium memiliki berbagai fungsi tersebut antara lain
unruk membantu mempertahankan cairan tubuh. Bertanggung
jawab terhadap konduksi implus neuromuskular melalui pompa
natrium (natrium masuk ke dalam sel pada kalium keluar untuk
proses aktivitas seluler), natrium juga terlibat dalam aktivitas
enzim, dan mengatur keseimbangan asam-basa dengan cara
menggabungkan ion klorida atau bikarbonat.
Tubuh memerlukan kira-kira 2 samapi 4 g natrium
setiap hari. Istilah untuk ketidak seimbangan natrium adalah
hiponatrium (defisit natrium serum). Pada saat melakukan
penggantian dengan cepat terhadap hilangnya natrium, hal
tersebut harus disertai dengan pengkajian terhadap hidrasi yang
berlebihan.
3.1.2.3 Tujuan
1. Untuk memantau kadar natrium
2. Untuk mendeteksi terjadinya ketidak seimabangan natrium
(hipo-atau hipernatrermia)
3. Untuk membandingkan kadar natrium dengan kadar
elektrolit lainnya (misalnya kalsium, kalium, klorida).
3.1.2.4 Masalah Klinis
1. Penurunan kadar: muntah, diare, penghisap lambung,
SIADH, infus D5W terus-menerus, cedera jaringan, diet
rendah natrium, luka bakar, penyakit ginjal yang
menyebabkan pengeluaran garam-garam. Pengaruh obat:
Diuretik (furosemide[Lasix], asam etakrinik[Edecrin],
tiazid,manntiol)
2. Peningkatan kadar: Dehidrasi, muntah dan diare berat,
GJK, hiperfungsi adrenal, diet tinggi natrium,gagal
hepatik. Pengaruh obat: sediaan kortisone, antibiotik,
laksatif, obat batuk.
3.1.2.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung
bertutup merah atau hijau.
2. Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau cairan.
Jika klien mengonsumsi banyak makanan yang
mengandung tinggi garam selama 24 sampai 48 jam
terakhir, asupan ini harus dicatat dalam formulir
laboratorium dan pemberi layanan kesehatan harus diberi
tahu.
3.1.2.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Diet tinggi natrium
2. Obat diuretik yang kuat, senyawa kortison, berbagai agens
anti hipertensif, obat batuk.
3.1.2.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Penurunan kadar
1. Kaji untuk menemukan tanda dan hiponatremia (misalnya
ketakutan, ansietas, kedutan otot, kelemahan otot, sakit
kepala, takikardia, dan hipotensi)
2. Ketahui bahwa kondisi hiponatremia yang terjadi setelah
pembedahan, dapat terjadi akibat SIADH. Biasanya terjadi
juga kelebihan sekresi hormon antidiuretik selama sehari
atau dua hari setelah pembedahan, yang menyebabkan
reabsorpsi air dari ginjal serta pelarutan natrium.
3. Laporkan jika klien menerima infus D5 W selama lebih dari
2 hari karena pemberian ini dapat menyebabkan
hiponatremia dan intoksikasi air.
4. Pantau program pengobatan yang ditujukan untuk
mengatasi hiponatrema (misal pembatasn air, lauran salin
normal [0,9%] untuk memperbaiki kadar natrium serum
yang beriksar 120 sampai 130 mEq/l
5. Pantau untuk menemukan tanda dan gejala hidrasi
berlebihan jika klien menerima cairan salin 3% atau 5% per
intravena.
6. Periksa berat jenis urine. Berat jenis <1,010 dapat
mengindikaiskan hiponatremia.
7. Periksa natrium serum dan hasil uji laboratorium lainnya
dan laporkan adanya perubahan elektrolit serum. Kadar
serum yang sangat rendah mengharuskan uji tersebut
diulang.
8. Irigasi slang nasogastrik dan luka dengan cairan salin
normal, bukan dengan air steril.
9. Ukur tanda vital untuk menentukan status jantung selama
hiponatremia.
10. Bandingkan kadar natrium serum dengan kadar natrium
urine. Kadar natrium serum yang rendah atau normal dapat
mengindikasikan retensi natrium atau penurunan asupan
natrium.
3.1.2.8 Penyuluhan Klien
Anjurkan klien tidak hanya meminum air putih. Anjurkan
klien meminum cairan dalam bentuk larutan (misalnya air
kaldu dan jus)
3.1.3 Clorida
3.1.3.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa : 95-105 mEq/I, 95-105 mmol/I (satuan SI)
2. Anak bayi baru lahir: 94-112 mEq/I. BAYI: 95-110 mEq/I.
Anak: 98-105 mEq/I.
3.1.3.2 Deskripsi
Klorida merupakan anion yang paling banyak
ditemukan di cairan ekstra seluler. Klorida berperan penting
memepertahankan keseimabangan cairan tubuh, osmolalitas
cairan tubuh (dengan natrium), serta keseimabangan asam
basa.
Untuk memepertahankan keseimabangan asam-basa,
klorida bersaing dengan karbonat untuk mendapatkan natrium.
Apabila cairan tubuh menjadi lebih asam, ginjal
mengompensasinya dengan mengkresikan klorida dan natrium,
dan bikarbohidrat direabsorpsi. Sebagai tambahan, klorida
saling memasuk dan keluar untuk bertukar dengan karbonat.
Asupan klorida sehari-hari yang diperlukan adalah 2 g.
Istilah hipogloremia berarti berkurang klorida serum,
hiperkloremia berarti kelebihan kadar klorida serum.
3.1.3.3 Tujuan
Untuk memantau kadar klorida serum yang dikaitkan dengan
kadar kalium, natrium, serta keseimabangan asam-basa.
3.1.3.4 Masalah Klinis
1. Penurunan kadar: muntah, pengisap gastrik,diare,
hipokalemia (penurunan kadar kalium), (penurunan kadar
natrium), diet rendah garam, cairan infus dekstrona 5%
dalam air (D,W) yang berkelanjutan.
2. Penurunan kadar: dehidrasi hipernatremia
(meningkatkan natrium) hiperparatiroitisme, kanker
lambung, mieloma multipelhipernatremia, kelenjar
adrenal, cerdas kepala, eklamsia.
3.1.3.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3-5 ml darah vena pada tabung bertutup merah
atau hijau
2. Tidak ada pembatas asupan makanan atau minuman, uji ini
dapat dikombinasikan dengan uji yang lain. (contoh untuk
memeriksakan elektrolit serum) sehingga klien harus
berpuasa konfirmasi prosedur uji dengan bagian
laboratorium.
3.1.3.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
Obat (lihat pengaruh obat)
3.1.3.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Penurunan kadar
1. Kaji tanda dan gejala hipokloremia (rangsangan pada
sistem saraf dan otot yang berlebihan, (kedukan,
tremor) pernafasan dangkal dan labat, serta penurunan
tekanan darah akibat hilangnya cairan dan klorida).
2. Biarkan penjelasan kepada pemberi pelayanan
kesehatan bahwa klien sedang dalam pemberian terapi
dektrosa 5% dalam air per IV secara brkelanjutan
3. Pantau kadar kaliun atau natrium klorida sering kali
keluar bersama natrium dan kalium (volume yang
keluar sangat banyak disalurkan gas trointestinal
4. Amati gejala dehidrasi yang berlebihan jika klien
menerima beberapa cairan sedikit normal (NaCI 0,9%)
untuk mengganti natrium dan klorida yang hilang.
3.1.3.8 Penyuluhan Klien
1. Anjurkan klien tidak memenium banyak air biasa jika ia
mengalami kekurangan klorida serum. Anjurkan klien
menkonsumsi minuman yang mengandung natrium dan
klorida (air rebusan daging, jus tomat, minuman kola)
2. Anjurkan klien menkonsumsi makanan dan minuman yang
menggandung tinggi klorida ( misalnya air rebusan daging,
makanan laut, susu, daging sapi, telur dan garam meja)
Peningkatan Kadar
Penyuluhan Klien
6.2 Magnesium
3.2.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa: 1,5-2,3 mEg/1, 1,8-3,0 mg.dl.
2. Anak: bayi baru lahir: 1,4-2,9 mEq/l. anak: 1,6-2,6 mEq/1.
3.2.2 Deskripsi
Magnesium adalah kation yang paling banyak terdapat didalam
sel (cairan intraseluler). Sepertiga dari totl magnesium yang ditelan
diabsorpsi melalui usus halus, dan sisanya berupa magnesium yang
dieksresikan melalui feses. Magnesium yang telah diabsorpsi pada
akhirnya diekskresikan melalui ginjal.
Seperti halnya kalium, natrium, dan kalsium, magnesium
diperlukan untuk aktifitas neurumuskular. Fungsi lain magnesium
adalah aktivitasinya terhadap enzim yang bermanfaat untuk
metabolisme karbohidrat dan protein.
Magnesium ditemukan dihampir semua makanan sehingga
sulit di bagi individu yang melakukan diet normal untuk mengalami
defiseinsi magnesium. Kebutuhan asupan magnesium harian untuk
dewasa adalah 200 sampai 300 mg atau 0,2 sampai 0,3.
Kekurangan magnesium serum diistilahkan dengan
hipomagnesemia, dan kelebihan magnesium serum diistilahkan dengan
hipermagnesemia.
3.2.3 Tujuan
1. Untuk mendeteksi keberadaan hipomagnesemia atau
hipermagnesemia.
2. Untuk memantau kadar magnesium apabila terdapat kemungkinan
pengeluaran magnesium.
3.2.4 Masalah Klinis
1. Penurunan Kadar : malnutrisi protein, malabsorbsi, sirosis hati,
alkoholisme, hipoparatiroidisme, hiperaldosteronisme,
hypokalemia (penurunan kalium), diare kronis, dehidrasi.
Pengaruh Obat : Diretik (merkuri, asam etakrinat), kalsium
glukonat, neomisin, insulin
2. Peningkatan Kadar : Dehidrasi berat, gagal ginjal, leukemia
(limfositik dan mielositik), diabetes mellitus (fase awal). Pengaruh
obat : Antasida (Maalox, Mylanta, Aludrox, DiGel), Lakasatif
(garam Epsom [MgSO4], susu magnesia, magnesium sitrat).
3.2.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3 – 5 m darah vena dalam tabung bertutup merah.
Cegah terjadinya hemolysis
2. Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau minuman
3.2.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Hipokalemia dan hipokelsemia akan menurunkan kadar
magnesium.
2. Obat : Laksatif dan antacid yang mengandung magnesium dapat
menyebabkan hipermagnesemia, ssedangkan obat duretik, kalsium
glukonat, serta insulin dapat menyebabkan hipomagnesemia.
Insulin dapat menyebabkan kekurangan magnesium serum
3.2.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Penurunan kadar
1. Pantau untuk menemukan tanda dan gejala hipomagnesemia,
seperti gejala tetani (kedutan dan tremor, spasme karpopedal,
spastisitas generalisata), gelisah, konfusi, dan aritmia. Iritabilitas
neuromuskular dapat disalahartikan sebagai hipokalsemia.
2. Periksa kadar kalium, natrium, kalsium, dan magnesium serum.
Kekurangan elektrolit dapat menyertai keadaan kekurangan
magnesium. Jika terjadi hipokalemia dan hipomagnesemia,
suplemen kalium tidak akan sepenuhnya mengatasi keadaan
kekurangan kalium, sampai keadaan kekurangan magnesium dapat
diatasi.
3. Periksa untuk menemukan tanda Chvostek positif dengan cara
menepuk nervus fasialis di depan telinga dan pantau apabila
terdapat spasme pada pipi dan kedutan di ujung bibir.
4. Laporkan kepada pemberi layanan kesehatan jika klien telah
dipuasakan dan telah menerima cairan IV, tanpa tambahan garam
magnesium selama berminggu-minggu.
5. Pada klien yang menerima obat digitalis bila terjadi intoksikasi
digitalis (anoreksia, mual, muntah, bradikardia).
6. Kaji fungsi ginjal klien jika klien menerima suplemen magnesium.
Kelebihan magnesium diekskresikan melalui ginjal.
7. Kaji adanya perubahan dalam elektrokardiografik. Gelombang T
yang mendatar atau terbalik dapat mengindikasikan keadaan
hipomagnesemia. Gambaran ini dapat juga mengindikasikan
terjadinya hipokalemia.
8. Berikan magnesium sulfat per IV pada larutan secara perlahan
untuk mencegah rasa panas atau kemerahan yang memancar di
pipi.
9. Sediakan kalsium glukonat per IV untuk mengatasi
hipermagnesemia yang terjadi akibat koreksi magnesium yang
berlebihan. Kalsium mengantagoniskan efek sedatif magnesium.
3.2.8 Penyuluhan Klien
Jelaskan kepada klien untuk mengonsumsi makanan yang tinggi
kandungan magnesium (ikan, makanan laut, daging, sayuran berdaun
hijau, gandum, dan kacang-kacangan).
Peningkatan kadar
1. Pantau untuk menemukan tanda dan gejala hipermagnesemia,
seperti kemerahan yang memancar di wajah, perasaan hangat,
peningkatan perspirasi (dengan kadar magnesium pada nilai 3
sampai 4 mEq/l), kelemahan otot, melemahnya refleks, gawat
pernapasan, hipotensi, efek sedatif (dengan kadar magnesium
antara 9 sampai 10 mEq/l).
2. Pantau haluaran urine. Haluaran urine efektif (>750 ml per
hari) akan menurunkan kadar magnesium serum.
3. Kaji tingkat sensorium dan aktivitas otot pada klien.
4. Kaji perubahan EKG. Penemuan gelombang T yang meninggi
dan kompleks QRS yang melebar dapat mengindikasikan
terdapatnya hiperkalemia (peningkatan kalium) dan
hipermagnesemia sehingga kadar kalium dan magnesium
serum harus diperiksa
5. Berikan cairan yang adekuat untuk memperbaiki fungsi ginjal
dan untuk mengembalikan cairan tubuh. Dehidrasi dapat
menyebabkan hemokonsentrasi, dan akibatnya dapat terjadi
kelebihan magnesium.
6. Pantau apakah terdapat intoksikasi digitalis apabila klien
menerima kalsium glukonat untuk mengatasi hipermagnesemia.
Kelebihan kalsium dapat meningkatkan kerja digitalis.
Penyuluhan Klien
6.3 Kalsium
3.3.1 Nilai Rujukan
1. Ca total dewasa: 4,5-5,5 mEq/l, 9-11 mg/dl, 2,3-2,8 mmol/l
(satuan SI).
2. Ca terionisasi: 4,25-5,25 mg/dl, 2,2-2,5 mEq/l, 1,1-1,24 mmol/l.
3. Anak: Bayi baru lahir: 3,7-7,0 mEq/l, 7,4-14,0 mg/dl. Bayi: 5,0-
6,0 mEq/l, 10-12 mg/dl. Anak: 4,5-5,8 mEq/l, 9-11,5 mg/dl.
3.3.2 Deskripsi
Kalsium paling banyak ditemukan dalam tulang dan gigi.
Sekitar 50% dari jumlah totalnya terionisasi, dan hanya kalsium
terionisasi ini yang dapat digunakan oleh tubuh. Protein dan albumin
dalam darah berikatan dengan kalsium sehingga mengurangi jumlah
kalsium terionisasi yang bebas. Hanya sedikit laboratorium yang
memiliki peralatan untuk mengukur kadar kalsium terionisasi-serum.
Pada asidosis, terdapat banyak kalsium yang terionisasi, berapa pun
kadar serumnya, sedangkan pada keadaan alkalosis, sebagian besar
Kalsium diperlukan untuk transmisi impuls saraf serta untuk
kontraksi otot miokardium dan otot rangka. Ion ini menyebabkan
pembekuan darah dengan cara mengubah protrombin menjadi trombin.
Ion ini juga memperkuat membran kapiler. Jika terjadi kekurangan
kalsium, permeabilitas kapiler akan meningkat sehingga cairan dapat
menembus kapiler.
Kadar kalsium serum yang rendah disebut hipokalsemia, dan
yang tinggi disebut hiperkalsemia
Tujuan
1. Untuk memantau kadar kalsium serum berlebih atau kurang.
2. Untuk memantau kadar kalsium
3. Untuk mendeteksi ketidakseimbangan kalsium.
3.3.3 Masalah Klinis
1. Penurunan kadar: diare, malabsorpsi kalsium dari saluran
gastrointestinal (GI), infeksi yang meluas, luka bakar, kurang
asupan kalsium dan vitamin D, hipoparatiroidisme, gagal ginjal
kronis akibat retensi fosfor, alkoholisme, pankreatitis. Pengaruh
obat: preparat kortison, antibiotik (gentamisin, metisilin), produk
magnesium (antasid), laksatif (penggunaan yang berlebih),
heparin, insulin, mitramisin, asetazolamid (Diamox).
2. Peningkatan kadar: hipervitaminosis D; hiperparatiroidisme,
neoplasma ganas pada tulang, paru-paru, payudara, kandung
kemih, atau ginjal; mieloma multipel; imobilisasi yang
berkepanjangan; fraktur multipel; kulkulus ginjal; olahraga;
alkoholisme (kecanduan alkohol); sindrom milkalkali. Pengaruh
obat: antasid alkalin, preparat estrogen, garam kalsium,vitamin D.
3.3.4 Prosedur
1. Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah.
2. Tidak ada pembatasan asupan makanan ataupun minuman, kecuali
uji SMA12 atau uji kelompok sejenis yang diinstruksikan.
Peningkatan kadar
Penyuluhan klien
HEMATOLOGI
4.2.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
lembayung. Kirim segera ke laboratorium. Hemoglobin
abnormal biasanya tidak stabil.
2. Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau minuman.
4.2.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Tranfusi darah yang diberikan 4 bulan sebelum elektroforesis
hemoglobin dapat menyebabkan temuan yang tidak akurat.
2. Pengumpulan sampel darah pada tabung yang berwarna salah
dapat memengaruhi temuan.
4.2.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Pantau klien untuk menemukan tanda dan gejala anemia sel sabit.
Gejala awal adalah keletihan dan kelemahan. Gejala kronis adalah
keletihan, dispnea saat latihan fisik, pembengkakan sendi, nyeri
tulang, dan nyeri dada. Penderita rentan terhadap infeksi. Krisis sel
sabit biasanya terjadi akibat infark kecil pada berbagai organ. Krisis
biasanya berlangsung 5 sampai 7 hari, dan diperlukan perawatan
segera bila muncul gejala. Normalnya kadar hemoglobin tidak
berubah.
FAAL GINJAL
5.1 Asam Urat
5.1.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa : Pria : 3,5 – 8,0 mg/dl
2. Wanita : 2,8 – 6,8 mg/dl (Kisaran normal dapat sedikit
bervariasi di setiap laboratorium). Kadar panik : >12 mg/dl
3. Anak : 2,5 – 5,5 mg/dl
4. Lansia : 3,5 – 8,5 mg/dl
5.1.2 Deskripsi
Asam urat adalah produk tambahan dari metabolisme purin.
Peningkatan kadar asam urat dalam urine dan serum (hiperurisemia)
bergantung pada fungsi ginjal, laju metabolisme purin, dan asupan diet
dari makanan yang mengandung purin. Jumlah asam urat yang
berlebihan dieskresikan melalui urine. Asam urat dapat mengkristal
dalam saluran kemih pada kondisi urine yang bersifat asam; oleh
sebab itu, fungsi ginjal yang efektif dan kondisi urine yang alkalin
diperlukan bila terjadi hiperurisemia. Masalah yang paling banyak
terjadi berkaitan dengan hiperurisemia adalah gout. Kadar asam urat
sering berubah dari hari ke hari sehingga pemeriksaan kadar asam urat
dapat diulang kembali setelah beberapa hari atau beberapa minggu.
Klien yang mengalami peningkatan asam urat serum harus
menghindari makanan tinggi purin
5.1.3 Tujuan
1. Untuk memantau asam urat serum selama pengobatan gout
2. Untuk membantu dalam mendiagnosis masalah kesehatan
5.1.4 Masalah Klinis
1. Penurunan Kadar : Penyakit Wilson, asidosis tubulus ginjal
proksimal, anemia defiensi asam folat, luka bakar, kehamilan.
Pengaruh obat : Alopurinol, azatioprin (Imuran), koumadin,
probenesid (Benemid), sulfinpirazon (Anturane)
2. Peningkatan Kadar : Gout, alkoholisme, leukemia (Limfositik,
mielositik, monositik), kanker metastatik, mieloma multipel,
eklampsia berat, hiperlipoproteinemia, diabetes melitus (berat),
gagal jantung kongestif, glomerulonefritis, gagal ginjal, stres,
keracunan timbal, pajanan sinar X (berlebih), latihan fisik
berlebihan, diet penurunan berat badan tinggi protein, anemia
hemolitik, limfoma. Pengaruh Obat : Asam askorbat, diuretik
(asetazolamid [Diamox], tiazid [klorotiazid], furosemid [Lasix],
levodopa, metildopa (Aldomet), 6-merkaptopurin, fenotiazin,
salisilat (penggunaan dalam jangka waktu lama), teofilin.
5.1.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah. Cegah terjadinya hemolisis
2. Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau cairan, namun
demikian, pada banyak kasus, makanan tinggi purin, seperti
daging (hati, ginjal, otak, jantung, dan roti manis), remis, dan
sarden, ditunda pemberiannya selama 24 jam sebelum uji
dilakukan
3. Catat pada formulir laboratorium tentang obat yang dikonsumsi
klien yang dapat memengaruhi hasil laboratorium.
5.1.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Stress dan puasa berlebih dapat menyebabkan peningkatan
kadar asam urat serum
2. Makanan yang banyak mengandung purin
3. Obat
5.1.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Tanyakan kepada pemberi layanan kesehatan dan/atau laboratorium,
untuk menentukan apakah makanan yang mengandung tinggi purin
harus dihindari.
Peningkatan kadar
1. Kenali masalah klinis dan obat yang berkaitan dengan
hiperurisemia. Gout adalah maslah yang umum terjadi,
berkaitan dengan kadar asam urat serum yang tinggi.
2. Minta ahli gizi untuk mengunjungi klien guna mendiskusikan
jenis makanan yang boleh dimakan dan untuk merencanakan
diet rendah purin.
3. Pantau untuk menemukan tanda dan gejala gout (Mis, tofi
daun telinga dan sendi, nyeri sendi, dan edema pada ibu jari).
Peningkatan kadar asam urat serum dapat menyebabkan
terbentuknya deposit urat pada jaringan dan dalam cairan
sinovial sendi.
4. Pantau kadar pH urine dan jumlah haluaran urine. Kadar pH
urine harus tetap dipertahankan basa untuk mencegah
pembentukan batu asam urat di ginjal. Penurunan haluaran
urine (<600 ml/24 jam) yang disertai dengan peningkatan
kadar asam urat serum, dapat mengindikasikan penyakit
ginjal.
5. Periksa kadar kreatinin dan urea serum jika kadar asam urat
serum meningkat dan haluaran urine menurun. Jika kadar
urea, kreatinin, dan asam urat serum meningkat dan haluaran
urine menurun, harus dicurigai terjadinya disfungsi ginjal.
Keadaan ini juga dapat disebabkan oleh masalah klinis
lainnya.
5.1.8 Penyuluhan Klien
1. Anjurkan klien tidak mengonsumsi makanan yang mengandung
sedang atau tinggi purin. Contohnya adalah : Otak, Jantung,
Ginjal, Hati, Roti manis, rusa, sarden, remis, mackerel, anchovies,
air kaldu, consomme (sejenis kaldu), mincemeat, daging, unggas,
ikan, kerang, asparagus, buncis, jamur, kacang polong, bayam.
2. Jelaskan kepada klien untuk mengurangi asupan alkohol. Etanol
menyebabkan retensi urat pada ginjal.
5.2 BUN
5.2.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa : 5 – 35 mg/dL
2. Anak : Bayi : 5 – 15 mg/dL. Anak : 5 – 20 mg/dL
3. Lansia : nilai ditemukan sedikit lebih tinggi daripada dewasa
5.2.2 Deskripsi
Urea dihasilkan sebagai produk akhir metabolism protein dan
diekskresikan melalui ginjal. Peningkatan kadar nitrogen urea darah
(blood urea nitrogen, BUN) dapat menjadi indikasi terjadinya
dehidrasi, gagal prarenal, atau gagal ginjal. Akibat keadaan dehidrasi,
kadar kretainin serum lebih mengarah ke nilai normal atau bahkan
melampaui nilai normal. Saat klien sudah diberikan cairan kembali,
kadar BUN seharusnya pulih normal, jika tidak, perlu diwaspadai
terjadi kasus gagal ginjal atau gagal prarenal. Nefron (sel pada ginjal)
cenderung mengalami proses penuaan sehingga biasanya orang lanjut
usia mungkin memiliki kadar BUN yang lebih tinggi. Kadar BUN
yang rendah mengindikasikan keadaan hidrasi yang berlebihan
(hipervolemia).
5.2.3 Tujuan
Untuk mendeteksi gangguan ginjal atau dehidrasi yang berhubungan
dengan peningkatan kadar BUN
5.2.4 Masalah Klinis
1. Penurunan Kadar : Kerusakan hati yang parah, diet rendah
protein, hidrasi yang berlebihan, malnutrisi (keseimbangan
nitrogen negatif), cairan IV (glukosa). Pengaruh Obat :
Fenotiazin.
2. Peningkatan Kadar : Dehidrasi, asupan tinggi protein,
perdarahan gastrointestinal, gagal prarenal (rendahnya suplai
darah ke ginjal yang disebabkan oleh CHF, diabetes mellitus,
infark miokard akut [acute mycordial infraction],
gagal/insufisiensi ginjal karena syok, sepsis, penyakit ginjal
[glomerular nefritis, pielonefritis]), licorice (gula-gula yang
berwarna hitam) yang dikonsumsi berlebihan. Pengaruh obat :
Obat nefrotoksik, diuretik (hidroklorotiazid [Hydrodiuril], asam
etakrinat [Edecrin], furosemid [lasix], triameteren [dyrenium],
antbiotik, basitrasin, sefaloridin [dosis besar], gentamisin,
kanamisin, kloramfenikol [Chloromycetin], metisilin, neomisin,
vankomisin), obat antihipertensif (metildopa [Aldomet],
guanetidin [Ismelin]), sulfonamide, propranolol, morfin, litium,
karbonat, salisilat.
5.2.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3 – 5 ml darah vena pada tabung bertutup merah.
Cegah hemolisis
2. Klien dianjurkan puasa selama 8 jam sebelumnya (tindakan ini
lebih baik bila dilaksanakan)
5.2.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Status hidrasi pada klien harus diketahui. Pemberian cairan yang
berlebihan dapat menyebabkan kadar BUN rendah palsu, dan
sebaliknya, dehidrasi dapat memberikan temuan kadar tinggi palsu
2. Obat (missal, antibiotic, diuretic, dan obat antihipertensif) dapat
meningkatkan kadar BUN
5.2.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Bandingkan temuan kretainin serum dan BUN serum. Jika kadar BUN
dan kreatinin meningkat, sangat dicurigai terjadi penyakit ginjal
Penurunan Kadar
1. Kaji asupan diet klien. Asupan rendah protein dan tinggi
karbohidrat dapat menurunkan kadar BUN
2. Laporkan pada klien yang menerima terapi glukosa per IV secara
terus-menerus, tanpa disertai dengan asupan protein
3. Pantau tanda dan gejala hidrasi yang berlebihan (batuk yang
mengiritasi, dispnea, pembuluh darah vena-leher yang
membesar, serta rales di dada) jika kadar BUN berkurang.
Hidrasi yang berlebihan (hipervolemia) dapat menyebabkan
hemodilusi sehingga mengencerkan konsentrasi urea dalam
darah
Peningkatan Kadar
1. Laporkan bila haluaran urine <25 ml/jam atau 600 ml/hari. Urea
diekskresikan oleh ginjal, dengan menurunnya haluaran urine,
urea terakumulasi dalam darah
2. Pantau tanda vital. Frekuensi nadi yang cepat, penurunan tekanan
darah, serta peningkatan usaha napas dapat mengindikasikan
dehidrasi dan, bila keadaan ini semakin memburuk, akan terjadi
syok
3. Tentukan status hidrasi klien. Jika terdapat dehidrasi,
peningkatan kadar BUN berhubungan dengan hemokonsentrasi.
Pemberian cairan per IV merupakan pemecahan masalah ini
4. Hindari hidrasi yang berlebihan menggunakan cairan IV.
Pemberian cairan IV yang terlalu cepat dapat memberikan
muatan berlebih pada system vascular, terutama pada lanjut usia,
pada anak, serta pasien yang menderita gangguan jantung, yang
mengarah pada hipervolemia. Proses ini dapat mengakibatkan
edema paru
5. Kaji asupan makanan klien. Diet tinggi protein akan
meningkatkan kadar BUN serum. Individu yang sedang
menjalani diet tinggi protein akan mengalami peningkatan kadar
BUN, kecuali ia banyak minum
6. Identifikasi obat yang dapat meningkatkan BUN (contoh,
antibiotic, diuretic, obat antihipertensif, dan lainnya, lihat
Pengaruh obat)
5.2.8 Penyuluhan Klien
Jelaskan pada klien yang mengalami sedikit peningkatan kadar
BUN untuk banyak minum. Namun, hati-hati bila melakukan tindakan
pemaksaan asupan cairan yang banyak pada klien yang mengalami
gangguan jantung dan ginjal.
5.3 Kreatinin
5.3.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa : serum : 0,5 – 1,5 mg/dL, 45 – 132,5 mol/L (unit SI).
Pada wanita kadarnya sedikit lebih rendah akibat massa otot yang
kurang Urine : 1 – 2 g/24 jam
2. Anak : Bayi baru lahir : 0,8 – 1,4 mg/dL, Bayi : 0,7 – 1,7 mg/dL,
2-6 tahun : 0,3 – 0,6 mg/dL, 27 – 54 mol/L (unit SI). Anak yang
lebih besar : 0,4 – 1,2 mg/dL, 36 – 106 mol/L (unit SI : nilai
sedikit meningkat sesuai umur karena otot-otot yang kuat)
3. Lansia : mempunyai kadar yang lebih rendag karena berkurangnya
kekuatan otot – otot dan menurunnya produksi kreatinin
5.3.2 Deskripsi
Kreatinin adalah produksi katabolisme otot yang berasal dari
pemecahan kreatinin otot dan kreatinin fosfat. Jumlah produksi
kreatinin sesuai dengan massa otot. Ginjal mengeluarkan kreatinin.
Jika 50% atau lebih nefron rusak, kadar kreatinin meningkat. Kreatinin
serum secara khusus berguna dalam mengevaluasi fungsi glomerulus.
Kreatinin serum dinilai lebih sensitive dan merupakan
indicator penyakit ginjal yang lebih spesifik daripada BUN. Serum ini
kemudian meningkat dan tidak dipengaruhi oleh diet atau masukan
cairan. Rasio normal BUN/kreatinin adalah 10:1. Nilai rasio yang
lebih tinggi dari normal menunjukkan adanya gangguan prerenal.
5.3.3 Tujuan
Untuk mendiagnosis disfungsi ginjal
5.3.4 Masalah Klinis
1. Penurunan kadar : kehamilan, eklampsia.
2. Peningkatan kadar : gagal ginjal akut dan kronis, syok
(berkepanjangan), SLE, kanker (usus, kandung kemih, testis,
uterus, prostat), leukimia, penyakit Hodgkin, hipertensi esensial,
MCl akut, nefropati diabetik, CHF (jika berdiri lama), diet tinggi
kreatinin (misalnya daging sapi {kadar tinggi}, unggas dan ikan
{efek minimal}). Pengaruh obat : Amfoterisin B, sefalosporin
(sefazolin {ancef}, sefalotin {keflin}), gentamisin, kanamisin,
metisilin, asam askorbat, barbiturat, litium karbonat, mitramisin,
metildopa (Aldomet), glukosa, protein, badan keton (meningkat),
triamteren {Dyrenium}).
5.3.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah
2. Catat jenis obat yang dikonsumsi klien yang dapat
meningkatkan kadar serum dalam formulir laboratorium
3. Tidak ada pembatasan asupan makanan ataupun minuman.
Pada malam sebelum uji dilakukan, klien tidak boleh
mengonsumsi daging merah.
5.3.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Obat tertentu (Amfoterisin B, sefalosporin (sefazolin {ancef},
sefalotin {keflin}), gentamisin, kanamisin, metisilin, asam
askorbat, barbiturat, litium karbonat, mitramisin, metildopa
(Aldomet), glukosa, protein, badan keton (meningkat), triamteren
{Dyrenium}) dapat meningkatkan kadar kreatinin serum.
2. Konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi
temuan laboratorium.
5.3.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
1. Kaitkan peningkatan kadar kreatinin serum dengan masalah klinis.
Kadar kreatinin serum mungkin menunjukkan nilai yang rendah
pada klien yang bermassa otot kecil, yang menjalani amputasi,
dan pada klien yang menderita penyakit otot. Massa otot klien
ansia mungkin mengalami penurunan.
2. Tangguhkan pengobatan Amfoterisin B, sefalosporin (sefazolin
{ancef}, sefalotin {keflin}), gentamisin, kanamisin, metisilin,
asam askorbat, barbiturat, litium karbonat, mitramisin, metildopa
(Aldomet), glukosa, protein, badan keton (meningkat), triamteren
{Dyrenium}) selama 24 jam sebelum pemeriksaan atas seizin
pemberi layanan kesehatan. Obat tertentu yang tidak dapat
ditangguhkan harus dicatat dalam formulir laboratorium dan pada
bagan pasien.
3. Periksa volume haluaran urine dalam 24 jam. Haluaran urine <600
ml/ 24 jam dapat mengindikasikan insufisiensi ginjal. Kreatinin
diekskresi oleh ginjal dan penurunan pada haluaran urine yang
terus-menerus dapat mengakibatkan peningkatan kadar kreatinin
serum.
4. Bandingkan kadar BUN dan kadar kreatinin. Jika keduanya
meningkat, kemungkinan besar masalahnya adalah penyakit
ginjal.
5.3.8 Penyuluhan Klien
Anjurkan klien tidak terlalu banyak mengonsumsi daging sapi, unggas,
dan ikan jika kadar kreatinin serum meningkat sangat tinggi. Biasanya,
makanan tidak memiliki pengaruh pada kadar kreatinin serum.
Urine : minta klien berkemih sebelum uji dimulai dan buang urine
yang keluar. Perhatikan waktunya. Tampung semua urine yang
dikeluarkan selama waktu tertentu (12 jam atau 24 jam) dalam
wadah urine, tanpa penambahan zat pengawet, yang kemudian
disimpan dalam lemari pendingin atau dalam es.
LEMAK
6.1 LDL (Low Density Lipoprotein)
6.1.1 Nilai Rujukan
1. Normal <110
2. Borderline 110-129
3. Tinggi >130
6.1.2 Deskripsi
6.1.4 Prosedur
1. Dianjurkan untuk berpuasa sebelum tes hingga 9-12 jam
2. Hindari konsumsi minuman alkohol, makanan tinggi lemak dan olahraga
berlebihan sebelum hari tes.
3. Menyuktikkan jarum ke dalam melalui vena dan memasangkan tabung ke
jarum suntik untuk dialiri dengan darah sekitar 3-5ml.
6.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Laboratorium
1. Mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh, transfat dan kolesterol.
2. Kelebihan berat badan.
3. Gaya hidup merokok.
4. Riwayat keluarga.
6.1.6 Implikasi Keperawatan Dan Rasional
Peningkatan Kadar :
1. Kaitkan antara masalah klinis dan pola konsumsi obat klien dengan
adanya penurunan pada kadar LDL.
2. Apabila hasil menunjukkan adanya peningkatan kadar LDL, maka klien
menderita penyakit arterosklerosis.
Penyuluhan Klien :
1. Beri tahu klien untuk berpuasa 9 hingga 12 jam sebelum uji, hindari
mengonsumsi alkohol dan makanan yang mengandung tinggi kolesterol.
2. Anjurkan klien untuk mengonsumsi buah pada klien yang memiliki
kadar LDL tinggi.
3. Jelaskan kepada klien dan keluarga klien tentang kadar LDL, dan efek
yang ditimbulkan.
4. Anjurkan klien untuk menurunkan berat badan pada klien obesitas.
Penurunan berat badan dapat berpengaruh pada penurunan kadar LDL
6.2 Trigliserida
6.2.1 Nilai Rujukan
a) Dewasa: Usia 12 sampai 29 tahun: 10-140 mg/dl. Usia 30 sampai
39 tahun 20-150 mg/dl. Usia 40 sampai 49 tahun: 30-160 mg/dl.
Usia > 50 tahun: 40-190 mg/dl; 0,44-2,09 mmol/1 (satuan SI).
b) Anak: bayi: 5-40 mg/dl. Anak: 5-11 tahun: 10-135 mg/dl.
6.2.2 Deskripsi
Trigliserida merupakan lemak darah dibentuk oleh esterifikasi
gliserol dan tiga asam lemak,yang dibawa oleh lipoprotein serum.
Proses pencernaan trigleserida dari asam lemak dalam diet
(eksogenus), dan diantarkan ke aliran darah sebagai kilomikron
(droplet lemak kecil yang diselubungi protein),yang memberikan
tampilan seperti susu atau krim pada serum setelah mengonsumsi
makanan yang tinggi kandungan lemaknya. Fungsi trigliserida adalah
memberikan energi pada otot jantung dan rangka.
Trigliserida merupakan penyebab utama terjadinya penyakit
arteri dan sering dibandingkan dengan kolestrol melalui uji
elektroforesis lipoprotein.
Tujuan
a) Untuk memantau kadar trigliserida
b) Untuk membandingkan temuan uji dengan kelompok lipoprotein
(VLDL) yang mengindikasikan hiperlipemia.
6.2.3 Masalah Klinis
a) Penurunan Kadar: B-lipoproteinemia
kongenital,hipertiroidisme,hiperparatiroidisme,malnutrisi
protein,latihan fisik. Pengaruh Obat: Asam askorbat,klofibrat
(Atromid-S), fenformin,metformin.
b) Peningkatan Kadar: Hiperlipoproteinemia, infark miokardial
akut,hipertensi,trombosis serebral,hipotiriodisme,sindrom
nefrotik,arteriosk;erosis,sirosis laennec atau alkoholik,diabetes
militus tak terkontrol,pankreatilis,sindrom down,stres,diet tinggi
karbohidrat, kehamilan. Pengaruh obat : Estrogen,kontrasepsi oral.
6.2.4 Prosedur
a) Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah.
b) Klien harus berpuasa (makan,minuman,atau obat) setelah pukul 6
sore sebelum uji dilakukan, kecuali air. Pemberian obat harus
ditunda sampai darah selesai diambil. Klien harus menjalani diet
normal selama beberapa hari sebelum pengujian. Klien tidak
diperbolehkan mengonsumsi minuman beralkohol selama 24 jam
sebelum uji dilakukan.
c) Catat pada formulir laboratorium jika berat badan klien bertamabh
atau berkurang dalam 2 minggu terakhir.
6.2.5 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
Diet tinggi karbohidrat dan alkohol dapat meningkatkan kadar
trigliserida serum.
6.2.6 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Peningkatan Kadar
a) Kaitkan antara masalah klinis dan penggunaan obat dengan
peningkatan kadar trigliserida serum. Jika kadar trigliserida
dan/atau kadar kolestrol meningkat, uji elektroforesis lipoprotein
sering kali dipesan untuk dilakukan.
b) Periksa untuk menentukan apakah pemeriksaan elektroforesis
lipoprotein telah dipesankan. Pemeriksaan ini sering dilakukan
jika kadar trigliserida meningkat.
6.2.7 Penyuluhan Klien
a) Beritahu klien bahwa ia tidak boleh memakan atau meminum apa
pun,kecuali hanya meminum air putih selama 12 sampai 24 jam
sebelum uji dilakukan. Klien harus menghindari asupan alkohol
selama 24 jam. Tunda pemberian obat sampai uji selesai
dilakukan. Konfirmasikan hal ini kepada pemeberi layanan
kesehatan dan petugas laboratorium.
b) Beritahu klien yang memiliki kadar trigliserida serum tinggi untuk
tidak mengonsumsi gula dan karbohidrat dalam jumlah berlebih,
begitu juga halnya dengan asupan lemak dalam diaet. Klien harus
dianjurkan untuk mengonsumsi buah.
6.3 Kolesterol
6.3.1 Nilai Rujukan
a) Dewasa: Nilai ideal: <200 mg/dl. Risiko sedang: 200 – 240 mg/dl.
Risiko Tinggi: >240 mg/dl. Kehamilan: kadar berisiko tinggi,
tetapi akan kembali ke kadar seperti sebelum kehamilan, yaitu 1
bulan setelah pelahiran.
b) Anak: Bayi: 90-130 mg/dl. Anak (usia 2-19 tahun): Nilai ideal:
130-170 mg/dl. Risiko sedang: 171-184 mg/dl. Risiko tinggi:
>185 mg/dl.
6.3.2 Deskripsi
Kolestrol merupakan lemak darah yang disentesis dihati serta
ditemukan dalam sel darah merah, membran sel, dan otot. Kira-kira
sebanyak 70% kolestrol diesterifisikan (dikombinasi dengan asam
lemak), serta 30% dalam bentuk bebas. Kolestrol digunakan tubuh
untuk membentuk garam empedu sebagai fasiliator pencernaan lemak
dan untuk pembentukan hormon oleh kelenjar adrenal,ovarium,dan
testis. Hormon tiroid dan estrogen dapat menurunkan konsentrasi
kolestrol,serta sebaliknya tindakan pembedahan
ooforektomi,meningkatkan konsentrasinya.
Kolestrol serum digunakan sebagai indikator penyakit arteri
koroner dan aterosklerosis .hiperkolesterolemia menyebabkan
penumpukan plak di arteri koroner sehingga dapat menyebabkan MCI.
Kadar kolestrol serum yang tinggi dapat berhubungan dengan
kecenderungan genetik (herediteri) obstruksi bilier, dan/atau asupan
diet. Lebih kiurang sepertiga dan masyarakat di amerika memiliki
kadar kolestrol serum dibawah 200mg/dl, kadar ini merupakan kadar
ideal.
6.3.3 Tujuan
a) Untuk memeriksa kadar kolestrol klien
b) Untuk memantau kadar kolestrol
6.3.4 Masalah Klinis
a) Penurunan kadar : Hipertiroidisme,sindrom cushing (hormon
adrenal yang berlebih),kelaparan,malabsorpsi,anemia,infeksi akut.
Pengaruh obat antilipid (zocor,mevacor,lipitor),tiroksin,antibiotik
(kanamisin,neomisin,parmomisin,tetrasiklin),asam nikotinat,
estrogen,glukagon,heparin,salisilat (aspirin),kolkisin,obat
hipoglikemik per oral.
b) Peningkatan kadar : MCI
akut:aterosklerosis:hipotiroidisme;obstruksi bilier,sirosis
bilier;kolangitis,hiperkolesterolemia keluarga;diabetes melitus
yang tidak terkontrol;sindrom nefrotik;pankreatektomi;kehamilan
(trimester III) hiperlipoproteinemia tipe II,III, dan V; periode
setres berat;diet kolestrol tinggi (lemak hewani). Pengaruh obat :
aspirin,kortikosteroid,steroid,kontrasepsi oral, epinefrin dan
norepinefrin bromida,fenotiazin (klorpromazin [thorazine],
trifluoperazin [stelazine],vitamin A dan D,sulfonamid,fenitoin
(dilantin).
6.3.5 Prosedur
a) Jelaskan pada klien untuk puasa (makanan,cairan,dan obat) selama
12 jam. Klien diperbolehkan minum.
b) Kumpulkan 3-5 ml darah vena pada tabung bertutup merah. Cegah
terjadinya hemolisis.
c) Catat penggunaan obat yang dikonsumsi klien yang tidak terdaftar
pada formulir laboratorium.
6.3.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
a) Obat aspirin dan kortison dapat menyebabkan penurunan atau
peningkatan kadar kolestrol serum.
b) Diet tinggi kolestrol yang dikonsumsi sebelum pemeriksaan dapat
menyebabkan peningkatan kadar kolestrol serum.
c) Hipoksia berat dapat meningkatkan kadar kolestrol serum.
d) Himolisis pada spesimen darah dapat menyebabkan peningkatan
kadar kolestrol serum.
6.3.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
a) Jelaskan pada klien dan keluarganya tentang persepsi mengenai
kadar kolestrol serum normal dan efek yang timbul jika kadar
kolestrol meningkat.
b) Anjurkan klien menurunkan beart badannya jika kegemukan dan
mengalami hiperkolesterolemia. Penurunan berat badan pada
obesitas dapat membantu menurunkan kadar kolestrol serum.
c) Anjurkan klien yang menderita hiperkolesteromia untuk
mengurangi asupan makanan tinggi kolestrol (mis,daging babi
asap,telur,mentega,daging berlemak,makanan laut tertentu,kelapa,
dan coklat).
d) Instruksikan klien yang menderita hiperkolestromia berat untuk
mematuhi jadwal kunjungan medisnya guna perawatan lanjut.
6.3.8 Penyuluhan Klien
a) Jelaskan pada klien dan keluarganya tentang persepsi mengenai
kadar kolesterol serum normal dan efek yang timbul jika kadar
kolesterol meningkat
b) Anjurkan klien menurunkan berat badannya jika kegemukan dan
mengalami hiperkolesterolemia. Penurunan berat badan pada
obesitas dapat membantu menurunkan kadar kolesterol serum
c) Anjurkan klien yang menderita hiperkolesterolemia untuk
mengurangi asupan makanan tinggi kolesterol (mis. Daging babi
asap, telur, mentega, daging berlemak, makanan laut tertentu,
kelapa dan coklat)
d) Instruksikan klien yang menderita hiperkolesterolemia berat untuk
mematuhi jadwal kunjungan medisnya guna perawatan lanjut
6.4.2 Deskripsi
6.4.4 Prosedur
1. Dianjurkan untuk berpuasa sebelu tes, jangan makan dan minum
apapun kecuali air mineral selama 9 hingga 12 jam.
2. Hindari konsumsi minuman alkohol, makanan tinggi lemak dan
olahraga sebelum berangkat tes
3. Menarik penghisap sedikit untuk memastikan jarum masuk vena
4. Tarik penghisap secara perlahan hingga didapatkan darah sesuai
kebutuhan 3-5ml
5. Lepaskan jarum, masukkan darah ke dalam tabung tertutup merah.
Hindari terjadinya hemolisis
6.4.5 Faktor Yang Mempengaruhi Laboratorium
1. Diet tinggi kolesterol
2. Mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh
3. Kelebihan berat badan
4. Gaya hidup yang jarang bergerak dan jarang olahraga
5. Merokok.
6. Riwayat keluarga
7. Obat golongan statin, derivat asam fibrat, dan asam nikotinik.
6.4.6 Implikasi Keperawatan Dan Rasional
Penurunan Kadar :
1. Kaitkan antara masalah klinis dan pola konsumsi obat klien dengan
adanya penurunan pada kadar HDL.
2. Apabila hasil menunjukkan adanya peningkatan kadar HDL, maka
klien menderita penyakit jantung.
Penyuluhan Klien :
1. Beri tahu klien untuk berpuasa 9 hingga 12 jam sebelum uji, hindari
mengonsumsi alkohol dan makanan yang mengandung tinggi
kolesterol.
2. Anjurkan klien untuk mengonsumsi buah pada klien yang memiliki
kadar HDL rendah.
3. Jelaskan kepada klien dan keluarga klien tentang kadar HDL, dan
efek yang ditimbulkan.
4. Anjurkan klien untuk menurunkan berat badan pada klien obesitas.
Penurunan berat badan dapat berpengaruh pada penurunan kadar
HDL.
DAFTAR PUSTAKA
Kee, Joyce LeFever. 1997. Buku Saku : Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik
dengan implikasi Keperawatan Edisi 2. Jakarta : EGC
Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik
Edisi 6. Jakarta : EGC
N GAMBAR WARNA ZAT EFEK PENGGUNAA VOLUM
O PENUTUP ADDITIVE TERHADAP N E
TABUNG YANG SPESIMEN TABUN
TERKANDUN G
G
1 Merah Tidak ada Membekukan Pemeriksaan 4 ml
darah, dan kimia, 6 ml
serum imunologi dan 10 ml
dipisahkan seriologi, bank
dengan darah
sentrifungasi (crossmatch)