Anda di halaman 1dari 76

STUDI DIAGNOSTIK

PEMERIKSAAN LABORATORIUM HEMATOLOGI, FAAL HATI DAN


GINJAL, LEMAK, ELEKTROLIT, DIABETES DAN TABUNG
VACUTAINER

Dosen Pembimbing
Hepta Nur Anggrahini, S.Kep, Ns. M.Kep

DisusunOleh :
Salda Aisyah Hediani
P27820118050

TINGKAT 1I REGULER B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO SURABAYA
TAHUN AJARAN 2019/2020
DIABETES

1.1 Glukosa Puasa


1.1.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa : Serum dan plasma : 70 – 110 mg/dL. Darah
lengkap : 60 – 100 mg/dL. Nilai panic : <40 mg/dL dan
>700 mg/dL
2. Anak : Bayi baru lahir : 30 – 80 mg/dL. Anak : 60 – 100
mg/dL
3. Lansia : 70 – 120 mg/dL
1.1.2 Deskripsi
Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan
disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka. Insulin dan
glucagon, dua hormonnya yang berasal dari pancreas, dapat
memengaruhi kadar glukosa darah. Insulin diperlukan untuk
permeabilitas membrane sel terhadap glukosa dan untuk transportasi
glukosa ke dalam sel. Tanpa insulin, glukosa tidak dapat memasuki
sel. menjadi glukosa) dalam hati.
Penurunan kadar gula darah (hipoglikemia) terjadi akibat
asupan makanan yang tidak adekuat atau darah terlalu banyak
mengandung insulin. Jika terjadi peningkatan kadar gula darah
(hiperglikemia), berarti insulin yang beredar tidak mencakupi : kondisi
ini disebut sebagai diabetes mellitus. Kadar gula darah puasa yang
mencapai >125 mg/dL biasanya menjadi indikasi terjadinya diabetes
dan untuk memastikan diagnosis saat gula darah mencapai kadar tepat
di garis normal atau agak di atasnya, harus dilakukan uji gula darah
pascaprandial/pascamakan, dan atau uji toleransi glukosa.
Uji dextrostix merupakan uji semikuantitatif yang cepat dan
sederhana untuk membedakan hipoglikemia dari hiperglikemia.
1.1.3 Tujuan
1. Untuk memastikan diagnosis status pradiabetes atau diabetes
mellitus
2. Untuk memastikan kadar glukosa darah pada klien diabetic
mengonsumsi obat antidiabetik (insulin atau obat hipoglikemik
oral)
1.1.4 Masalah Klinis
1. Penurunan kadar : reaksi hipoglikemik (insulin yang berlebih),
kanker (lambung, hati, paru-paru), hipofungsi kelenjar adrenal,
malnutrisi, alkoholisme, sirosis hati, aktivitas berat, eritroblastosis
(penyakit hemolitik), hiperinsulinisme. Pengaruh obat : insulin
yang berlebih.
2. Peningkatan kadar : diabetes mellitus, asidosis diabetic,
hiperfungsi kelenjar adrenal (sindrom cushing), MCI akut, stress,
cedera tabrakan, luka bakar, infeksi, gagal ginjal, hipotermia,
aktivitas, pancreatitis akut, kanker pancreas, CHF, akromegali,
sindrom pasacagastrektomi (dumping syndrome), pembedahan
mayor. Pengaruh obat : ACTH, obat kortison, diuretic
(hidroklorotiazid [Hydrodiuril], furosemid [Lasix], asam etakrinat
[Edecrin]), obat anestesi, levodopa.
1.1.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3 – 5 ml darah vena dalam tabung bertutup abu-abu
atau merah. Lakukan pengambilan darah pada pukul 7 pagi dan 9
pagi
2. Status puasa, kecuali minum air putih masih diperbolehkan selama
12 jam sebelum uji dilakukan
3. Berikan obat insulin sesuai anjuran dan setelah pengambilan darah

1.1.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium


1. Obat kortison, tiazid, dan “loop” diuretic dapat menyebabkan
peningkatan kadar gula darah
2. Trauma stress dapat menyebabkan peningkatan gula darah
3. Clinitest untuk mengukur kadar glukosa urine (glikosuria)
mungkin akan memberikan temuan positif palsu jika klien
mengonsumsi aspirin, vitamin C, dan jenis antibiotic tertentu
(sefalosprin) secara berlebihan
4. Dosis tinggi vitamin C dapat menyebabkan temuan positif palsu
jika menggunakan strip uji glukosa dalam urine (mis. Testape).
1.1.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
1. Tangguhkan pemberian insulin dan obat di pagi hari, sampai
pengambilan sampel darah selesai dilakukan
2. Catat dalam formulir laboratorium jika klien setiap hari
mengonsumsi obat kortison, tiazid, atau diuretic loop
Penurunan Kadar
1. Kenali masalah klinis yang berkaitan dengan kadar gula darah
yang rendah. Dosis insulin yang berlebih, lupa makan, dan supan
makanan yang tidak adekuat merupakan penyebab umum
hipoglikemia
2. Amati untuk menemukan tanda dan gejala hipoglikemia (gugup,
kelemahan, konfusi, kulit yang dingin dan lembap, diaphoresis,
dan peningkatan frekuensi nadi)
1.1.8 Penyuluhan Klien
1. Anjurkan klien selalu membawa gula batu atau permen setiap saat.
Kebanyakan penderita diabetes mendapat tanda peringatan
sebelum hipoglikemia terjadi
2. Ajarkan klien merujuk ke American Associatiion (ADA)
mengenai cara diet, sesuai yang dianjurkan
3. Anjurkan klien mengontak American Diabetic Association untuk
mendapatkan buku dan informasi mengenai jadwal pertemuan
dengan mereka
4. Jelaskan pada klien bahwa aktivitas berat dapat menurunkan kadar
gula darah. Asupan karbohidrat atau protein harus ditingkatkan
sebelum melakukan aktivitas atau segera setelah menjalani
aktivitas
5. Anjurkan klien mengonsumsinobat insulin ½ sampai 1 jam
sebelum sarapan dan makan tepat waktu
6. Ajarkan klien yang mengalami masalah hipoglikemia (gula darah
<50 mg/dl) untuk mengonsumsi makanan tinggi protein dan lemak
serta rendah karbohidrat.
Peningkatan Kadar
1. Kenali masalah klinis yang berkaitan dengan kadar gula darah
yang tinggi. Diabetes mellitus, sindrom cushing, dan situasi yang
menimbulkan stress (trauma, luka bakar, pembedahan mayor)
merupakan penyebab umum hiperglikemia
2. Pertimbangkan penggunaan obat (mis. Kortison, tiazid, diuretik
“loop”) sebagai penyebab dari sedikit meningkatnya kadar gula
darah. Jika kadar gula darah menjadi terlalu tinggi, segera beri
tahu pemberi layanan kesehatan mengenai dosis obat mungkin
perlu dikurangi atau obat insulin mungkin perlu diberikan atau
ditambah dosisnya
3. Amati untuk menemukan tanda dan gejala hiperglikemia (rasa
haus yang berlebih [polidipsia], berkemih banyak [poliuria], rasa
lapar berlebihan [polifagia], dan penurunan berat badan). Jika gula
darah >500 mg/dl, dapat timbul pernapasan kussmaul (napas
cepat, dalam, dan kuat) yang terjadi akibat asidosis.
Penyuluhan Klien
1. Anjurkan klien mengukur kadar gula darahnya sebelum makan.
Peragakan cara menggunakan Chemstrip bG atau teknik lainnya.
2. Jelaskan pada klien bahwa infeksi dapat meningkatkan kadar gula
darah sehingga konsultasi medis diperlukan
3. Jelaskan kepada klien agar menghindari infeksi dengan cara
melakukan tindakan preventif (mis, tidak berada di dekat orang
yang menderita flu, istirahat yang cukup, makan dengan diet
seimbang, serta mempertahankan asupan cairan yang adekuat)

1.2 Glukosa 2 jam PP


1.2.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa : Serum atau Plasma : <140 mg/dL/2 jam. Darah : <120
mg/dL/2 jam
2. Anak : <120 mg/dL/2 jam
3. Lansia : serum : <160 mg/dL/2 jam. Darah : <140 mg/dL/2 jam
1.2.2 Deskripsi
Uji gula darah 2 jam pascaprandial biasanya dilakukan untuk
mengukur respons klien terhadap asupan tinggi karbohidrat 2 jam
setelah makan (sarapan pagi atau makan siang). Uji ini dilakukan
untuk pemindaian terhadap diabetes, normalnya dianjurkan jika kadar
gula darah puasa normal tinggi atau sedikit meningkat. Glukosa serum
>140 mg/dl atau kadar glukosa darah lebih besar dari 120 mg/dl
merupakan kadar yang abnormal, bila demikian, diperlukan uji lebih
lanjut.
1.2.3 Tujuan
Lihat glukosa – Gula Darah Puasa
1.2.4 Masalah Klinis
1. Penurunan kadar : reaksi hipoglikemik (insulin yang berlebih),
kanker (lambung, hati, paru-paru), hipofungsi kelenjar adrenal,
malnutrisi, alkoholisme, sirosis hati, aktivitas berat, eritroblastosis
(penyakit hemolitik), hiperinsulinisme. Pengaruh obat : insulin
yang berlebih.
2. Peningkatan kadar : diabetes mellitus, asidosis diabetic,
hiperfungsi kelenjar adrenal (sindrom cushing), MCI akut, stress,
cedera tabrakan, luka bakar, infeksi, gagal ginjal, hipotermia,
aktivitas, pancreatitis akut, kanker pancreas, CHF, akromegali,
sindrom pasacagastrektomi (dumping syndrome), pembedahan
mayor. Pengaruh obat : ACTH, obat kortison, diuretic
(hidroklorotiazid [Hydrodiuril], furosemid [Lasix], asam etakrinat
[Edecrin]), obat anestesi, levodopa.
1.2.5 Prosedur
1. Pesankan hidangan makanan tinggi karbohidrat untuk sarapan
atau makan siang
2. Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup abu-
abu atau merah, 2 jam setelah klien selesai sarapan pagi atau
makan siang. Jika pengambilan darah bukan dilakukan oleh
perawat, petugas laboratorium perlu diberi tahu apakah klien
sudah selesai sarapan pagi atau makan siang.
3. Klien tidak boleh makan selama 2 jam sebelum uji dilakukan,
yakni setelah sarapan pagi atau makan siang, tetapi klien tetap
boleh minum.
1.2.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Merokok dapat meningkatkan kadar glukosa serum
2. Obat kortison, tiazid, dan “loop” diuretic dapat menyebabkan
peningkatan kadar gula darah
3. Trauma stress dapat menyebabkan peningkatan gula darah
4. Clinitest untuk mengukur kadar glukosa urine (glikosuria)
mungkin akan memberikan temuan positif palsu jika klien
mengonsumsi aspirin, vitamin C, dan jenis antibiotic tertentu
(sefalosprin) secara berlebihan
1.2.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Tentukan makanan sarapan pagi yang disukai dan tidak disukai klien
serta beri tahu hal tersebut ke bagian gizi
1.2.8 Penyuluhan Klien
Jika klien tidak sedang dihospitalisasi, anjurkan klien untuk berada di
laboratorium ½ sampai 2 jam setelah makan pagi atau makan siang
Peningkatan Kadar
1. Kenali masalah klinis yang berkaitan dengan kadar gula darah
yang tinggi. Diabetes mellitus, sindrom cushing, dan situasi yang
menimbulkan stress (trauma, luka bakar, pembedahan mayor)
merupakan penyebab umum hiperglikemia
2. Pertimbangkan penggunaan obat (mis. Kortison, tiazid, diuretik
“loop”) sebagai penyebab dari sedikit meningkatnya kadar gula
darah.
3. Amati untuk menemukan tanda dan gejala hiperglikemia (rasa
haus yang berlebih [polidipsia], berkemih banyak [poliuria], rasa
lapar berlebihan [polifagia], dan penurunan berat badan). Jika gula
darah >500 mg/dl, dapat timbul pernapasan kussmaul (napas
cepat, dalam, dan kuat) yang terjadi akibat asidosis.

1.3 HbA1c
1.3.1 Nilai Rujukan
1. Hemoglobin glikosilat total : 5,5-9 % dari total Hb
2. Dewasa : HbA1c Nondiabetik : 2-5 %, Diabetik terkontrol : 2,5-6
%, Rata-rata tinggi : 6,1- 7,5 %, Diabetik tidak terkontrol : > 8%
3. Anak : HbA1c Nondiabetik : 1,5 – 4 %
1.3.2 Deskripsi
Hemoglobin A (Hb A) terdiri atas 91 sampai 95% dari jumlah
hemoglobin total. Molekul glukosa berkaitan dengan Hb A, yang
merupakan bagian dari hemoglobin A. Proses pengikatan ini disebut
glikosilasi atau hemoglobin terglikosilasi atau hemoglobin A. Dalam
proses ini terdapat ikatan antara glukosa dan hemoglobin.
Pembentukan Hb A, terjadi dengan lambat, yaitu selama 120 hari,
yang merupakan rentang hidup sel darah merah (SDM). Jumlah
hemoglobin yang terglikosilasi bergantung pada jumlah glukosa darah
yang tersedia. Jika kadar glukosa darah meningkat selama waktu yang
lama, sel darah merah (SDM) akan tersaturasi dengan glukosa
menghasilkan glikohemoglobin.
Uji ini digunakan terutama sebagai alat ukur keefektifan terapi
diabetik. Kadar gula darah puasa mencerminkan kadar glukosa darah,
saat pertama kali puasa, sedangkan Hgb atau Hb A 1c merupakan
indicator yang lebih baik untuk pengendalian diabetes mellitus.
Namun demikian, penurunan palsu kadar Hb A1c dapat disebabkan
oleh penurunan jumlah sel darah merah.
Peningkatan kadar Hb A1c >8% mengindikasikan diabetes
mellitus yang tidak terkendali, dan klien tersebut berisiko tinggi
mengalami komplikasi jangka panjang, seperti nefropati, retinopati,
neuropati, dan kardiopati.
Tujuan
1. Untuk memantau efektivitas terapi diabetic
2. Untuk menatalaksana terapi diabetic
3. Untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan diabetes
mellitus
4. Untuk menentukan kepatuhan klien terhadap terapi diabetik
1.3.3 Masalah Klinis
1. Penurunan Kadar : Anemia (pernisiosa, hemolitik, sel sabit),
talasemia, kehilangan darah jangka panjang, gagal ginjal kronis
2. Peningkatan Kadar : Diabetes mellitus yang tidak terkendali,
hiperglikemia, diabetes mellitus yang baru terdiagnosis, ingesti
alcohol, kehamilan, hemodialisis. Pengaruh Obat : Asupan
kortison jangka panjang, ACTH.
1.3.4 Prosedur
1. Berikan informasi keada klien 6 – 12 minggu sebelum uji Hb A 1c
dilakukan di laboratorium
2. Pembatasan asupan makanan sebelum uji dilakukan sifatnya
dianjurkan
3. Kumpulan 5 ml darah vena dalam tabung bertutup lembayung
atau hijau. Hindari terjadi hemolisis, kirim specimen segera ke
laboratorium
1.3.5 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Anemia dapat menyebabkan temuan kadar yang rendah
2. Hemolisis specimen darah dapat menyebabkan temuan uji yang
tidak akurat
3. Terapi heparin dapat menyebabkan temuan palsu pada pengujian
1.3.6 Implikasi Keperawatan dan Rasional
1. Pantau kadar glukosa darah dan atau urine. Bandingkan temuan
uji gula darah puasa setiap bulan dengan temuan uji
hemoglobin terglikosilasi (Hb A1c)
2. Periksa temuan uji gula darah puasa sebelumnya
3. Perhatikan kepatuhan klien terhadap program pengobatan
diabetic
4. Periksa dosis harian insulin atau obat hipoglikemik oral
5. Kenali masalah klinis yang dapat menyebabkan temuan keliru
hemoglobin terglikosilasi (lihat masalah klinis)
6. Pantau tanda dan gejala hiperglikemia
7. Laporkan bila terjadi komplikasi yang dialami klien akibat
diabetes mellitus
1.3.7 Penyuluhan Klien
1. Beri tahu klien bahwa puasa sebelum uji dilakukan bersifat
dianjurkan. Beri tahu petugas laboratorium jika anda tidak
berpuasa sebelum uji
2. Jelaskan tujuan uji yang dilakukan, yaitu untuk mengukur
efektivitas terapi diabetes yang diberikan
3. Jelaskan kepada klien untuk mematuhi program pengobatan
diabetes, seperti insulin, diet, dan pemantauan glukosa.

1.4 Insulin
1.4.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa : insulin serum : 5 – 25 IU/ml. Kadar panik : 7 IU/ml.
2. Uji antibodi insulin : <4 % serum berikatan dengan insulin babi
dan sapi
1.4.2 Deskripsi
Insulin, suatu hormone dari sel beta pancreas yang sangat
penting dalam mengantarkan glukosa ke sel untuk metabolism.
Peningkatan kadar glukosa dapat menstimulasi sekresi insulin.
Kadar insulin serum dan glukosa darah dibandingkan untuk
menentukan apakah terdapat gangguan glukosa. Insulin serum berguna
dalam mendiagnosis insulinoma (tumor sel pulau Langerhan) serta
hyperplasia sel pulau Langerhan, dan begruna dalam mengevaluasi
produksi insulin pada kasus diabetes mellitus. Pada insulinoma kadar
insulin serum tinggi, dan glukosa darah <30 mg/dl. Hiperinsulinemia
dapat terjadi pada obesitas dan insulinoma
Uji antibody insulin dilakukan saat penderita diabetes, yang
menggunakan insulin babi atau sapi, membutuhkan dosis insulin yang
semakin bertambah terus jumlahnya. Antibody insulin terbentuk akibat
ketidakmurnian insulin yang berasal dari hewan. Antibodi ini adalah
berbagai jenis immunoglobulin (mis. IgG [sebagian besar], IgM, IgE).
Antibody IgG menetralisasi insulin sehingga menghambat terjadinya
metabolism glukosa. Antibody IgM dapat menyebabkan resistensi
insulin, dan IgE diperkirakan berperan dalam efek alergi.
1.4.3 Tujuan
1. Untuk mendeteksi status diabetes mellitus prahiperglikemik awal
2. Untuk mengetahui apakah terdapat antibody insulin yang dapat
memengaruhi absorpsi dan dosis insulin
1.4.4 Masalah Klinis
1. Penurunan kadar : Diabetes Melitus. Pengaruh obat : Insulin.
2. Peningkatan kadar : Insulinoma, status diabetes resisten-insulin,
sindrom Cushing, obesitas. Pengaruh obat : obat kortison,
kontrasepsi oral, hormon tiroid, epinefrin, levodopa.
1.4.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah. Cegah terjadinya hemolisis. Sampel darah harus disimpan
dalam lemari pendingin. Serum harus dipisahkan dalam waktu 30
menit sebelum pengumpulan. Jika diperlukan glukosa darah,
ambil 3 sampai 5 ml dan masukkan dalam tabung bertutup abu-
abu atau merah.
2. Makanan dan minuman tidak boleh diberikan selama 10 sampai
12 jam sebelum uji dilakukan. Sekresi insulin memuncak dalam
waktu 30 menit sampai 2 jam setelah makan.
3. Tunda pemberian obat yang dapat memengaruhi temuan uji,
seperti insulin dan kortison, sampai selesai dilakukan.
1.4.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Obat seperti insulin, kortison, kontrasepsi oral, dan hormon dapat
meningkatkan kadar insulin serum.
2. Hemolisis sampel darah atau specimen yang tidak disimpan dalam
lemari pendingin dapat memengaruhi temuan uji.
1.4.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
1. Kaji riwayat gangguan glukosa pada klien atau keluarga.
Laporkan keluhan klien.
2. Laporkan jika dosis insulin klien meningkat selama periode
tertentu sebagai respons terhadap peningkatan gula darah.
3. Waspadai tanda dan gejala hipoglikemia. Jika sangat dicurigai
terjadi insulinoma, sediakan selalu cairan dekstrosa 50% per IV.
1.4.8 Penyuluhan Klien
1. Jelaskan pada klien tentang pentingnya berpuasa dan beristirahat
(tidak melakukan latihan fisik) sebelum uji dilakukan. Makanan
dan latihan fisik meningkatkan glukosa darah sehingga
meningkatkan kadar insulin serum. Dapat terjadi temuan uji yang
tidak benar.
2. Anjurkan pada klien untuk melaporkan tanda dan gejala reaksi
insulin (misalnya gugup, berkeringat, kelemahan, frekuensi nadi
cepat, konfusi).

FAAL HATI

2.1 Aminotransferase Alanin (ALT) (Serum)


2.1.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa : 10 – 35 U/I; 4 – 36 U/I pada suhu 370C. (Satuan SI).
Pria : Kadar mungkin sedikit meningkat.
2. Anak : Bayi : Temuan bisa dua kali lipat setinggi dewasa. Anak :
Sama dengan dewasa.
3. Usia Lanjut : Sedikit lebih tinggi dari dewasa.
2.1.2 Deskripsi
Aminotransferase alanin (ALT)/SGPT merupakan enzim yang
utama banyak ditemukan pada sel hati serta efektif dalam
mendiagnosis distruksi hepatoselular. Enzim ini juga ditemukan dalam
jumlah sedikit pada otot jantung, ginjal, serta otot rangka.
Kadar ALT/SGPT sering kali dibandingkan dengan
AST/SGOT untuk tujuan diagnostik. ALT meningkat lebih khas
daripada AST pada kasus nekrosis hati dan hepatitis akut, sedangkan
AST meningkat lebih khas pada nekrosis miokardium
(infarkmiokardium akut), sirosis, kanker hati, hepatitis kronis, dan
kongesti hati. Kadar AST ditemukan ditemukan normal atau
meningkat sedikit pada kasus nekrosis miokardium. Kadar ALT
kembali lebih lambat ke kisaran normal daripada kadar AST pada
kasus hati.
2.1.3 Tujuan
Untuk mendeteksi penyakit hati
2.1.4 Masalah Klinis
1. Penurunan Kadar : Latihan. Pengaruh Obat : Salisilat
2. Peningkatan Kadar : Peningkatan tertinggi : Hepatitis (Virus)
akut, nekrosis hati (Toksisksitas obat atau kimia). Peningkatan
ringan atau medium : Sirosis, kanker hati, kegagalan jantung
kongestif, intoksikasi akut alkohol. Pengaruh obat : Antibiotik
(Karbenisilin, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin,
mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotik (meperidin
[ Demerol], morfin, kodein), antihipertensif (metildopa,
guanetidin), persiapan digitalis, indometasin (Indocin), salisilat,
rifampin, flurazepam (Dalmane), propranolol (Inderal), kontrasepsi
oral (Progestin-estrogen), lead, heparin.
2.1.5 Prosedur
1. Tampung 3-5 ml darah vena dalam tabung bertutup merah. Hindari
hemolisis karena sel darah merah yang ada mengandung
konsentrasi ALT tinggi
2. Tidak ada pembatasan makanan dan minuman
3. Obat yang dapat memberikan temuan positif palsu harus
dicantumkan dalam formulir laboratorium, lengkap dengan
tanggalnya.
2.1.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Hemolisis spesimen darah mungkin menyebabkan hasil uji palsu
2. Aspirin dapat menyebabkan penurunan atau peningkatan ALT
serum
3. Obat tertentu dapat meningkatkan kadar ALT serum (Lihat
pengaruh obat)

2.1.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional


Peningkatan Kadar
1. Kaitkan ALT/SGPT serum klien dengan masalah klinis. Peningkatan
serum yang tinggi (>2000 U)dapat mengindikasikan nekrosis hati
yang berasal dari zat toksik atau dari hepatitis virus akut
2. Bandingkan kadar ALT dengan AST jika keduanya dilakukan
pengujian. ALT merupakan indikator yang baik terhadap kerusakan
hati akut dan akan mencapai kadar lebih tinggi daripada kadar AST
padakasus nekrosis hati dan hepatitis akut.
3. Pantau tanda ikterik. Kadar ALT meningkat beberapa hari sebelum
terjadi ikterik jika peningkatan ini dihungkan dengan kerusakan hati.
Namun jika terdapat ikterik serta kadar ALT serum normal atau
sedikit meningkat, penyebabkan ikterik bukan berasal dari hati.
2.1.8 Penyuluhan Klien
Anjurkan klien melaporkan tanda ikterik, seperti warna kuning pada
sklera di mata.

2.2 Direk Bilirubin


2.2.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa : 0,1 – 1,0 mg/dL, 1,7 – 17,1 µmol/l (Satuan SI)
2. Anak : Sama dengan dewasa
2.2.2 Deskripsi
(Lihat Bilirubin [Total dan Langsung]
Bilirubin reaksi-tak-langsung atau tak terkonjugasi merupakan
ikatanprotein yang dikaitkan dengan peningkatan penghancuran sel
darah merah (Hemolisis)
Peningkatan bilirubin tak-langsung dapat terjadi pada
hemolisis yang terpicu oleh autoimun– atau –transfusi, pada proses
hemolitik yang disebabkan oleh anemia sel sabit, pada anemia
pernisiosa, dan malaria serta septikemia. Perdarahan internal ke dalam
jaringan lunak dan rongga tubuh dapat menyebabkan kadar bilirubin
meningkat dalam 5 sampai 6 jam. Pada beberapa masalah klinis, CHF
dan kerusakan hati yang serius, kadar bilirubin, baik yang langsung
maupun tak langsung, akan meningkat. Kadar bilirubin tak langsung
kerap meningkat akibat sel hati yang rusak tidak mampu mengonjugasi
jumlah yang normal sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin yang
tak terkonjugasi.
2.2.3 Tujuan
Untuk mendeteksi keberadaan bilirubin tak terkonjugasi akibat
penyakit hemolitik atau penyakit hati.
2.2.4 Masalah Klinis
1. Penurunan Kadar : Pengaruh obat : Lihat Biilirubin (Total dan
Langsung)
2. Peningkatan Kadar : Eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit,
reaksi transfusi, anemia pernisiosa, malaria, hepatitis. Pengaruh
Obat : Aspirin, rifampin, fenotiazin. (Lihat Bilirubin [Total dan
Langsung]
2.2.5 Prosedur
1. Tidak ada uji laboratorium untuk mendeteksi bilirubin tak
langsung. Kadar nya dihitung dengan cara bilirubin total dikurangi
bilirubin langsung.
2. Bilirubin total – bilirubin langsung = Bilrubin tak-langsung
3. Pada bayi baru lahir, hanya nilai total yang ditentukan, dan
temuan hanya mewakili bilirubin tak-langsung.
2.2.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
Lihat Bilirubin (Total dan Langsung)
2.2.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Peningkatan Kadar
Periksa kadar bilirubin tak langsung klien, dan bandingkan dengan
kadar bilirubin langsungnya. Jika kadar bilirubin tak langsung
meningkat dan yang langsung tidak, penyebabnya adalah masalah
hemolitik.
2.2.8 Penyuluhan Klien
Anjurkan klien tidak makan sebelum pengambilan darah. Wortel, ubi
jalar, atau makanan tinggi lemak jangan dikonsumsi pada malam hari
sebelumnya.

2.3 Total Bilirubin


2.3.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa : Total : 0,1 – 1,2 mg/dL, 1,7 – 20,5 µmol/L (Satuan SI).
Langsung (terkonjugasi) : 0,1 – 0,3 mg/dL, 1,7 – 5,1 µmol/L
(Satuan SI)
2. Anak : Bayi baru lahir : Total : 1 – 12 mg/dL, 17,1 – 205 µmol/L
(Satuan SI). Anak : 0,2 – 0,8 mg/dL
2.3.2 Deskripsi
Bilirubin terbentuk akibat penguraian hemoglobin oleh sistem
retikuloendotelial dan dibawa di dalam plasma menuju hati untuk
melakukan proses konjugasi (Secara langsung), untuk membentuk
bilirubin diglukuronida dan diekskresikan ke dalam empedu. Terdapat
dua jenis bilirubin di dalam tubuh: yang terkonjugasi atau yang
berekasi langsung (dapat larut) dan yang tak terkonjugasi atau yang
memiliki reaksi tidak langsung (ikatan protein). Jika bilirubin total
berada dalam kisaran normal, kadar bilirubin langsung dan tak
langsung tidak perlu dianalisis. Jika hanya salah satu nilai bilirubin
yang dilaporkan, nilai tersebut mewakili nilai bilirubin total.
Bilirubin terkonjugasi tidak dapat keluar dari empedu menuju
usus sehingga akan masuk kembali, dan terabsorpsi dalam aliran
darah. Sel hati yang rusak dapat menyebabkan hambatan sinusoid
empedu sehingga meningkatkan kadar serum bilirubin langsung. Pada
kasus hepatitis dan sirosis terdekompensasi, baik kadar bilirubin
langsung maupun tak langsung dapat meningkat.
Kadar bilirubin serum (total) pada bayi baru lahir dapat
mencapai 12 mg/dL, kadar yang dapat menimbulkan kepanikan adalah
.15 mg/dL. Ikterik kerap tampak jika kadar bilirubin serum mencapai
>3 mg/dL.
2.3.3 Tujuan
1. Untuk memantau kadar bilirubin yang dikaitkan dengan ikterik
2. Untuk memastikan gangguan pada hati.
2.3.4 Manfaat Klinis
1. Penurunan Kadar : Anemia defisiensi zat besi. Pengaruh Obat :
Barbiturat, salisilat (aspirin)—penisilin, kafein dalam dosis tinggi.
2. Peningkatan Kadar : Ikterik obstruktif disebabkan oleh batu atau
neoplasma, hepatitis, sirosis hati, mononukleosis infeksius,
metastasis (kanker) hati, penyakit Wilson. Pengaruh Obat :
Antibiotik(amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin,
linkomisin, oksasilin, tetrasiklin), sulfonamid, obat antituberkulosis
(asam para-aminosalisilat, isoniazid [INH]), alopurinol, diuretik
(asetazolamid [diamox], asam etakrinat [edecrin’, mitramisin,
dekstran, diazepam (valium), barbiturat, narkotik (kodein, morfin,
meperidin [demerol]), flurazepam (dalmane), indometasin (Indocin),
metotreksat, metildopa (Aldomel), papaverin, prokainamid
(Pronestyl), steroid, kontrasepsi oral, tolbutamid [Orinase], vitamin
A, C, dan K.
2.3.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah. Cegah hemolisis.
2. Jaga agar klien tetap berstatus puasa, kecuali asupan air minum
3. Tangguhkan pengobatan yang dapat meningkatkan kadar bilirubin
serum selama 24 jam atas seizin dokter. Jika obat akan diberikan,
catat nama obat pada formulir laboratorium dan waktu
pemberiannya.
4. Peringatan : Kapanpun pengambilan darah untuk tujuan pengujian
hati dilakukan, cegah kontaminasi diri guna mencegah terjadinya
infeksi (seperti hepatitis). Gunakan teknik isolasi. Lindungi
spesimen darah dari pajanan sinar matahari dan lampu buatan
karena cahaya dapat mengurangi kandungan bilirubin. Darah harus
segera dikirim ke laboratorium agar pemisahan serum dari sel
dapat dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari hemolisis.
Pengambilan darah pada bayu dapat dilakukan di bagian tumit
kaki. Isikan darah ke dalam dua tabung mikro.
2.3.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Makan malam yang mengandung tinggi lemak yang dikonsumsi
sebelum pemeriksaan, dapat memengaruhi kadar bilirubin.
2. Wortel dan ubi jalar dapat meningkatkan kadar bilirubin serum.
3. Hemolisis pada spesimen darah dapat memberikan temuan yang
tidak akurat. Tabung tidak boleh digoncangkan.
4. Spesimen darah yang terpajan cahaya matahari ataupun lampu,
kandungan pigmen empedunya akan menurun. Obat tertentu (Lihat
Pengaruh Obat) dapat meningkatkan atau mengurangi kadar
bilirubin serum.
2.3.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Peningkatan Kadar
1. Pantau kadar bilirubin serum (total), dan jika meningkat, periksa
kadar langsung dan tak langsungnya.
2. Periksa sklera mata dan lapisan kulit dalam pada lengan untuk
menemukan ikterik.
2.3.8 Penyuluhan klien
1. Anjurkan klien tidak mengonsumsi apapun, kecuali air, sebelum
pemeriksaan dilakukan. Jika pengobatannya ditangguhkan,
berikan penjelasan yang memadai. Saat menerangkan, perawat
harus menekankan agar wortel, ubi jalar, dan lemak, tidak
dikonsumsi sebelum pemeriksaan darah dilakukan.
2. Jelaskan pada ibu yang bayinya mengalami ikterik bahwa kadar
bilirubin akan dipantau secara cermat, sampai kadar kembali ke
kisaran normal.

2.4 Aminotransferase Aspartat (AST) (Serum)


2.4.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa : Kisaran rata-rata : 8-38 U/I; 5-40 U/ml (Frankel), 4-36
IU/I, 16-60 U/ml pada suhu 300C (Karmen), 8-33 U/I pada suhu
370C (satuan SI).
2. Kadar untuk wanita mungkin agak lebih rendah dibandingkan
dengan kadar pada pria. Olahraga cenderung meningkatkan
kadar (kadar dapat bervariasi di antara institusi).
3. Anak : Bayi baru lahir : Empat kali dari kadar normal. Anak :
Sama dengan dewasa. Lansia : Agak lebih tinggi dari dewasa.
2.4.2 Deskripsi
Aminotransferase aspartat/transminase oksaloasetat glutamat
serum (AST/SGOT) merupakan enzim yang sebagian besar ditemukan
dalam otot jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi sedang dapat
ditemukan pada otot rangka, ginjal, dan pankreas. Konsentrasinya
yang rendah terdapat dalam darah, kecuali jika terjadi cedera selular,
kemudian dalam jumlah yang banyak, dilepas ke dalam sirkulasi.
Kadar AST serum tinggi dapat ditemukan setelah terjadi infark
miokardium (MI) akut dan kerusakan hati. 6 sampai 10 jam setelah MI
akut, AST akan keluar dari otot jantung dan memuncak dalam 24 jam
sampai 48 jam setelah terjadi infark. Kadar AST serum akan kembali
normal dalam 4 sampai 6 hari kemudian, jika tidak terjadi proses
infark tambahan. Kadar AST serum biasanya dibandingkan dengan
kadar enzim-jantung yang lain (Kreatin kinase [creatine kinase, CK],
laktat dehidrogenase [lactate dehydrogenase, LDH]
Pada penyakit hati, kadar serum akan meningkat 10 kali atau
lebih, dan tetap demikian dalam waktu yang lama.
2.4.3 Tujuan
1. Untuk mendeteksi peningkatan AST serum, enzim yang
ditemukan, terutama dalam otot jantung dan hati, yang meningkat
selama MI akut dan kerusakan hati
2. Untuk membandingkan temuan AST dengan kadar CK dan LDH
dalam mendiagnosis MI akut.
2.4.4 Masalah Klinis
1. Penurunan Kadar : Kehamilan, ketoasidosis diabetik. Pengaruh
Obat : Salisilat.
2. Peningkatan Kadar : MI akut, hepatitis, nekrosis hati, penyakit
dan trauma muskuloskeletal, pankreatitis akut, kanker hati, angina
pektoris yang serius, olahraga berat, injeksi IM. Pengaruh Obat :
Antibiotik (ampisilin, karbenisilin, klindamisin, kloksasilin,
eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin, polisilin,
tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotik
(Kodein, morfin, meperidin [Demerol], antihipertensif (metildopa
[Aldomet], guanetidin), mitramisin, preparat digitalis kortison,
flurazepam (Dalmane), indometasin (Indocin), isoniazid (INH),
rifampin, kontrasepsi oral, salisilat, teofilin.
2.4.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah. Cegah hemolisis
2. Ambil darah sebelum pemberian obat. Enzim ini akan tetap stabil
selama 4 hari dalam lemari pendingin.
3. Catat jenis obat yang dikonsumsi klien, yang dapat menyebabkan
temuan positif keliru, dalam formulir laboratorium lengkap
dengan tanggal dan waktu pemberian obat.
4. Tidak ada pembatasan asupan makanan atau minuman.
2.4.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Injeksi per IM dapat meningkatkan kadar AST serum
2. Hemolisis spesimen darah dapat memengaruhi temuan
laboratorium
3. Obat yang meningkatkan kadar AST serum (Lihat pengaruh obat
diatas) dapat memengaruhi temuan pengujian.
4. Salisilat dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif
yang keliru.
2.4.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Peningkatan Kadar
1. Tangguhkan pemberian obat yang dapat menyebabkan
peningkatan kadar AST serum selama 24 jam sebelum pengujian
darah, dengan seizin dokter. Obat yang tidak boleh ditangguhkan
harus dicatat dalam formulir laboratorium dan didaftar.
2. Bandingkan kadar AST serum dengan temuan pengujian enzim-
jantung yang lain. Periksa kadar ALT serum untuk menentukan
apakah memang kerusakan hati yang menyebabkan kadar
abnormal tersebut
3. Jangan berikan injeksi per IM sebelum pengujian darah, injeksi
per IM dapat meningkatkan kadar AST serum. Beberapa
pengobatan (Misalnya nyeri dada dan lengan, dispnea, atau
diaforesis). Perubahan yang terjadi harus dilaporkan dan dicatat.
4. Tanggapi keluhan klien. Jawab atau rujuk pertanyaan mereka
pada tenaga kesehatan yang tepat.
2.4.8 Penyuluhan Klien
Anjurkan klien segera melaporkan gejala nyeri dada dan lengan, mual,
atau diaforesis-kapan pun waktunya.

ELEKTROLIT

6.1 K, Na dan Cl
3.1.1 Kalium
3.1.1.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa : 3,5-5,3 mEq/ I; 3,5-5,3 mmol/ I (satuan SI)
2. Kadar Panik: <2,5 mEq/ I dan >7,0 mEq/I
3. Anak Bayi: 3,6-5,8 mEq / I Anak: 3,5-5,5 mEq/I
3.1.1.2 Deskripsi
Kalium adalah elektrolit yang paling banyak ditemukan
di cairan intraseluler (sel). Kadar kalium serum memiliki
kisaran yang sepit, dan keadaan henti jantung dapat terjadi jika
kadar serum <2,5 mEq/I atau > 7,0 mEq/I.
Delapan puluh sampai 90% kalium tubuh diekskresikan
melalui ginjal terdapat kerusakan jaringan, kalium keluar dari
sel dan masuk ke cairan ekstraseluler (cairan interstisial dan
intravaskuler). Jika fungsi ginjal adekuat. Kalium pada cairan
intravaskuler (kadar plasma/ darah) akan dideskresikan, dan
pada keadaan ekskresi kalium berlebih, terjadi defisit kalium
serum (hipokalimia). Namun demikian, jika ginjal
mengksresikan urine sebanyak <600 ml per hari, kalium akan
terakumulasi dalam cairan intravaskuler sehingga akan terjadi
kalium serum berlebih (hiperkalemia).
3.1.1.3Tujuan
1. Untuk memeriksa kadar kalium.
2. Untuk mendeteksi keberadaan hipo-atau hiperkalemia.
3. Untuk memantau kadar kalium selama terjadi masalah
kesehatan (mis, insulisiensi ginjal, penyakit yang
melemahkan, kanker), dan dengan obat tertentu (mis,
diuretik tiazid).
3.1.1.4 Masalah Klinis
1. Penurunan kadar: muntah/ diare, dehidrasi, malnutrisi/
kelaparan, diet ketal, stres (trauma, cedera, atau
pembedahan), pengisapan lambung, fistula intestinal,
asidosis adibetik, luka bakar, gangguan tubulus ginjal,
hiperaldostterunisme, ingesti licorice berlebihan, ingesti
glukosa berlebihan, alakolisis (metabolik) pengaruh obat:
Diuretik boros-kalium (furosemid {lasie}, tazid
[Hydrodiuril], asam [etakrinal),steroid (kortison,
estrogen), antibiotik (gentamisin, amfoterisin, polimiksin
B), insulin, bikarbonat, salisilat (aspirin).
2. Penikatan kadar: Oliguria dan anuria, gagal ginjal akut,
kalium per IV dalam cairan, penyakit Addison (hormon
adrenokortikal), cedera tabrakan dan luka bakar (disertai
kerusakan ginjal), asidosis (metabolik atau laktat)
pengaruh obat diuretik-hemal kalium, spironolakton
(Aldactone), triameteren (Dyrenium), antibiotik (penisilin
G kalium), sefaloridin (loridin), heparin, epinefrin,
histamin, isoniazid.
3.1.1.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3 sapi 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah cegah terjadinya hemolisis.
2. Jika mungkin , jangan biarkan lurniket terpasang dilengan
lebih dari dua menit
3. Pembatasan terhadap makanan, cairan, dan obat tidak perlu
dilakukan

3.1.1.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium


1. Status hidrasi klien dapat menyebabkan temuan palsu pada
kadar kalium hidrasi berlebihan dapat menyebabkan defisit
kalium-serum yang palsu melalui proses hemodilus.
Dehidrasi dapat menyebabkan kelebihan kalium serum
melalui proses hemokonsentrasi. Setelah klien terhidrasi,
kadar kalium serum dapat kembali normal atau sedikit
rendah
2. Penggunaan turniket dapat menyebabkan peningkatan
kadar kalium serum.
3. Hemolisis spesimen (darah) dapat menyebabkan tingginya
kadar kalium serum
4. Obat (lihat pengaruh obat)
3.1.1.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Bandingkan kadar kalium serum dengan kadar kalium urine.
Jika kadar kalium serum menurunkan, kadar kalium urine
meningkat, atau begitu pula sebaliknya.
Penurunan Kadar
1. Pantau untuk menemukanmu tanda dan gejala
hipokalemia, seperti vertigo (pusing), hipotensi, disritmia
jantung, mual, muntah, diare, distensi abdomen, pertalalsis
menurun, kelemahan otot, dan kram tungai.
2. Catat asupan dan haluaran. Poliurin dapat menyebabkan
mengeluarkan kalium yang berlebihan. Kalium tidak
dikonservensi dengan baik dalam tubuh dan ginjal
mengksksresikan kalium tanpa memedulikan asupan
kalium.
3. Laporkan jika kadar kalium serum <3,5 mEq/I jika kadar
kalium 3,0 sampai 3,5 mEq/I keadaan ini akan
memerlukan 100 sampai 200 mEq (kalium klorida (KCl)
untuk meningkatkan kadar kalium sebesar 1 mEq/I
Tentukan status hidrasi klien jika hipokalemia hidrasi
berlebihan dan melarutkan kadar kalium serum.
4. Kenali perubahan perilakusebagai tanda hipokalemia.
Kadar kalium yang rendah dapat menyebabkan konfusi,
iritabilitas, dan depresi mental. Kadar kalium serum harus
diperiksa jika terdapat perubahan perilaku.
5. Laporkan setiap ada perubahan elektrokardiografik
segmen ST yang memanjang dan depresi serta gelombang
T yang terbaik atau datar, merupakan indikasi
hipokalemia.
6. Larutkan suplemen kalium per oral sedikitnya dengan 120
ml cairan atau jus. Kalium adalah agens korosif, dan
sangat mengeritasi mukosa lambung.
7. Pantau kadar serum pada klien yang menerima deuretik
boros-kalium dan steroid. Contoh diuretik boros kalium
adalah Hydordiuril, Laix, dan Edecrin. Steroid kortison
(seperti prednison) dapat menyebabkan retensi natrium
dan ekskresi natrium.
8. Kaji untuk menemukan tanda dan gejala toksisitas digitalis
jika klien menerima bahan digitalis dan diuretik boros-
kalium atau steroid kadar kalium serum yang rendah dapat
meningkatkan kerja digitalis.
9. Pantau temuan uji klorida serum, magnesium serum, dan
protein serum jika terdapat hipokalemia.
10. Berikan KCI per IV dalam satu liter larutan parenteral.
Jangan pernah memebrikan KCI per bolus atau per IV
karena dapat terjadi henti jantung.
11. Pemeriksaan tempat penyuntikan IV jika klien menerima
KCI dalam cairan IV.
12. Ukuran kehilangan cairan gastrointestinal akibat tindak
pengisapan, muntah, atau diare agar dapat memberikan
penggantian kalium dan elektrolit lain dengan tepat.
13. Irigasi slang gastrointestinal menggunakan larutan salin
yang normal untuk mecegah kehilangan elektrolit.
14. Beri tahun pemebrian pelayanan kesehatan jika klien
menerima obat digitalis ketika kalsium glukonat sedang
diberikan
15. Kaji untuk menemukan tanda dan gejala hipokalemia
ketika membarikan kayaxalate untuk periode waktu yang
lama (2 hari atau lebih)

3.1.2 Natrium
3.1.2.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa: 135-145mEq/I, 135-145mmol/I (satuan SI)
2. Anak bayi: 134-150 MeQ/I Anak: 135-145mEq/I
3.1.2.2 Deskripsi
Natrium (Na) adalah kation utama dalam cairan
ekstraseluler, dan memiliki efek menahan air. Jika terdapat
kalium natrium di dalam cairan ekstraseluler, akan lebih
banyak air yang direabsorpsi dari ginjal.
Natrium memiliki berbagai fungsi tersebut antara lain
unruk membantu mempertahankan cairan tubuh. Bertanggung
jawab terhadap konduksi implus neuromuskular melalui pompa
natrium (natrium masuk ke dalam sel pada kalium keluar untuk
proses aktivitas seluler), natrium juga terlibat dalam aktivitas
enzim, dan mengatur keseimbangan asam-basa dengan cara
menggabungkan ion klorida atau bikarbonat.
Tubuh memerlukan kira-kira 2 samapi 4 g natrium
setiap hari. Istilah untuk ketidak seimbangan natrium adalah
hiponatrium (defisit natrium serum). Pada saat melakukan
penggantian dengan cepat terhadap hilangnya natrium, hal
tersebut harus disertai dengan pengkajian terhadap hidrasi yang
berlebihan.
3.1.2.3 Tujuan
1. Untuk memantau kadar natrium
2. Untuk mendeteksi terjadinya ketidak seimabangan natrium
(hipo-atau hipernatrermia)
3. Untuk membandingkan kadar natrium dengan kadar
elektrolit lainnya (misalnya kalsium, kalium, klorida).
3.1.2.4 Masalah Klinis
1. Penurunan kadar: muntah, diare, penghisap lambung,
SIADH, infus D5W terus-menerus, cedera jaringan, diet
rendah natrium, luka bakar, penyakit ginjal yang
menyebabkan pengeluaran garam-garam. Pengaruh obat:
Diuretik (furosemide[Lasix], asam etakrinik[Edecrin],
tiazid,manntiol)
2. Peningkatan kadar: Dehidrasi, muntah dan diare berat,
GJK, hiperfungsi adrenal, diet tinggi natrium,gagal
hepatik. Pengaruh obat: sediaan kortisone, antibiotik,
laksatif, obat batuk.
3.1.2.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung
bertutup merah atau hijau.
2. Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau cairan.
Jika klien mengonsumsi banyak makanan yang
mengandung tinggi garam selama 24 sampai 48 jam
terakhir, asupan ini harus dicatat dalam formulir
laboratorium dan pemberi layanan kesehatan harus diberi
tahu.
3.1.2.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Diet tinggi natrium
2. Obat diuretik yang kuat, senyawa kortison, berbagai agens
anti hipertensif, obat batuk.
3.1.2.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Penurunan kadar
1. Kaji untuk menemukan tanda dan hiponatremia (misalnya
ketakutan, ansietas, kedutan otot, kelemahan otot, sakit
kepala, takikardia, dan hipotensi)
2. Ketahui bahwa kondisi hiponatremia yang terjadi setelah
pembedahan, dapat terjadi akibat SIADH. Biasanya terjadi
juga kelebihan sekresi hormon antidiuretik selama sehari
atau dua hari setelah pembedahan, yang menyebabkan
reabsorpsi air dari ginjal serta pelarutan natrium.
3. Laporkan jika klien menerima infus D5 W selama lebih dari
2 hari karena pemberian ini dapat menyebabkan
hiponatremia dan intoksikasi air.
4. Pantau program pengobatan yang ditujukan untuk
mengatasi hiponatrema (misal pembatasn air, lauran salin
normal [0,9%] untuk memperbaiki kadar natrium serum
yang beriksar 120 sampai 130 mEq/l
5. Pantau untuk menemukan tanda dan gejala hidrasi
berlebihan jika klien menerima cairan salin 3% atau 5% per
intravena.
6. Periksa berat jenis urine. Berat jenis <1,010 dapat
mengindikaiskan hiponatremia.
7. Periksa natrium serum dan hasil uji laboratorium lainnya
dan laporkan adanya perubahan elektrolit serum. Kadar
serum yang sangat rendah mengharuskan uji tersebut
diulang.
8. Irigasi slang nasogastrik dan luka dengan cairan salin
normal, bukan dengan air steril.
9. Ukur tanda vital untuk menentukan status jantung selama
hiponatremia.
10. Bandingkan kadar natrium serum dengan kadar natrium
urine. Kadar natrium serum yang rendah atau normal dapat
mengindikasikan retensi natrium atau penurunan asupan
natrium.
3.1.2.8 Penyuluhan Klien
Anjurkan klien tidak hanya meminum air putih. Anjurkan
klien meminum cairan dalam bentuk larutan (misalnya air
kaldu dan jus)

3.1.3 Clorida
3.1.3.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa : 95-105 mEq/I, 95-105 mmol/I (satuan SI)
2. Anak bayi baru lahir: 94-112 mEq/I. BAYI: 95-110 mEq/I.
Anak: 98-105 mEq/I.
3.1.3.2 Deskripsi
Klorida merupakan anion yang paling banyak
ditemukan di cairan ekstra seluler. Klorida berperan penting
memepertahankan keseimabangan cairan tubuh, osmolalitas
cairan tubuh (dengan natrium), serta keseimabangan asam
basa.
Untuk memepertahankan keseimabangan asam-basa,
klorida bersaing dengan karbonat untuk mendapatkan natrium.
Apabila cairan tubuh menjadi lebih asam, ginjal
mengompensasinya dengan mengkresikan klorida dan natrium,
dan bikarbohidrat direabsorpsi. Sebagai tambahan, klorida
saling memasuk dan keluar untuk bertukar dengan karbonat.
Asupan klorida sehari-hari yang diperlukan adalah 2 g.
Istilah hipogloremia berarti berkurang klorida serum,
hiperkloremia berarti kelebihan kadar klorida serum.
3.1.3.3 Tujuan
Untuk memantau kadar klorida serum yang dikaitkan dengan
kadar kalium, natrium, serta keseimabangan asam-basa.
3.1.3.4 Masalah Klinis
1. Penurunan kadar: muntah, pengisap gastrik,diare,
hipokalemia (penurunan kadar kalium), (penurunan kadar
natrium), diet rendah garam, cairan infus dekstrona 5%
dalam air (D,W) yang berkelanjutan.
2. Penurunan kadar: dehidrasi hipernatremia
(meningkatkan natrium) hiperparatiroitisme, kanker
lambung, mieloma multipelhipernatremia, kelenjar
adrenal, cerdas kepala, eklamsia.
3.1.3.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3-5 ml darah vena pada tabung bertutup merah
atau hijau
2. Tidak ada pembatas asupan makanan atau minuman, uji ini
dapat dikombinasikan dengan uji yang lain. (contoh untuk
memeriksakan elektrolit serum) sehingga klien harus
berpuasa konfirmasi prosedur uji dengan bagian
laboratorium.
3.1.3.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
Obat (lihat pengaruh obat)
3.1.3.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Penurunan kadar
1. Kaji tanda dan gejala hipokloremia (rangsangan pada
sistem saraf dan otot yang berlebihan, (kedukan,
tremor) pernafasan dangkal dan labat, serta penurunan
tekanan darah akibat hilangnya cairan dan klorida).
2. Biarkan penjelasan kepada pemberi pelayanan
kesehatan bahwa klien sedang dalam pemberian terapi
dektrosa 5% dalam air per IV secara brkelanjutan
3. Pantau kadar kaliun atau natrium klorida sering kali
keluar bersama natrium dan kalium (volume yang
keluar sangat banyak disalurkan gas trointestinal
4. Amati gejala dehidrasi yang berlebihan jika klien
menerima beberapa cairan sedikit normal (NaCI 0,9%)
untuk mengganti natrium dan klorida yang hilang.
3.1.3.8 Penyuluhan Klien
1. Anjurkan klien tidak memenium banyak air biasa jika ia
mengalami kekurangan klorida serum. Anjurkan klien
menkonsumsi minuman yang mengandung natrium dan
klorida (air rebusan daging, jus tomat, minuman kola)
2. Anjurkan klien menkonsumsi makanan dan minuman yang
menggandung tinggi klorida ( misalnya air rebusan daging,
makanan laut, susu, daging sapi, telur dan garam meja)

Peningkatan Kadar

1. Kaji tanda dan gejala hiperkloremia (menyerupai


asidosis) kelamahan; letargi; dan pernapasan yang
dalam, cepat, dan terburu-buru.
2. Beri tahu pemberi layanan kesehatan jika klien
menerima cairan IV yang mengandung salin normal.
Kaji gejala hidrasi yang berlebihan.
3. Pantau berat badan dan asupan serta haluaran setiap
hari untuk memastikan retensi cairan yang sedang
terjadi apakah akibat kelebihan natrium dan klorida.

Penyuluhan Klien

1. Anjurkan klien tidak mengonsumsi minuman dan


makanan yang asin
2. Anjurkan klien agar tidak menggunakan pengocok
garam dan beberapa zat pengganti garam yang lain
3. Anjurkan klien membaca label karena beberapa
pengganti garam mengandung kalsium klorida atau
kalium klorida.

6.2 Magnesium
3.2.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa: 1,5-2,3 mEg/1, 1,8-3,0 mg.dl.
2. Anak: bayi baru lahir: 1,4-2,9 mEq/l. anak: 1,6-2,6 mEq/1.
3.2.2 Deskripsi
Magnesium adalah kation yang paling banyak terdapat didalam
sel (cairan intraseluler). Sepertiga dari totl magnesium yang ditelan
diabsorpsi melalui usus halus, dan sisanya berupa magnesium yang
dieksresikan melalui feses. Magnesium yang telah diabsorpsi pada
akhirnya diekskresikan melalui ginjal.
Seperti halnya kalium, natrium, dan kalsium, magnesium
diperlukan untuk aktifitas neurumuskular. Fungsi lain magnesium
adalah aktivitasinya terhadap enzim yang bermanfaat untuk
metabolisme karbohidrat dan protein.
Magnesium ditemukan dihampir semua makanan sehingga
sulit di bagi individu yang melakukan diet normal untuk mengalami
defiseinsi magnesium. Kebutuhan asupan magnesium harian untuk
dewasa adalah 200 sampai 300 mg atau 0,2 sampai 0,3.
Kekurangan magnesium serum diistilahkan dengan
hipomagnesemia, dan kelebihan magnesium serum diistilahkan dengan
hipermagnesemia.
3.2.3 Tujuan
1. Untuk mendeteksi keberadaan hipomagnesemia atau
hipermagnesemia.
2. Untuk memantau kadar magnesium apabila terdapat kemungkinan
pengeluaran magnesium.
3.2.4 Masalah Klinis
1. Penurunan Kadar : malnutrisi protein, malabsorbsi, sirosis hati,
alkoholisme, hipoparatiroidisme, hiperaldosteronisme,
hypokalemia (penurunan kalium), diare kronis, dehidrasi.
Pengaruh Obat : Diretik (merkuri, asam etakrinat), kalsium
glukonat, neomisin, insulin
2. Peningkatan Kadar : Dehidrasi berat, gagal ginjal, leukemia
(limfositik dan mielositik), diabetes mellitus (fase awal). Pengaruh
obat : Antasida (Maalox, Mylanta, Aludrox, DiGel), Lakasatif
(garam Epsom [MgSO4], susu magnesia, magnesium sitrat).
3.2.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3 – 5 m darah vena dalam tabung bertutup merah.
Cegah terjadinya hemolysis
2. Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau minuman
3.2.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Hipokalemia dan hipokelsemia akan menurunkan kadar
magnesium.
2. Obat : Laksatif dan antacid yang mengandung magnesium dapat
menyebabkan hipermagnesemia, ssedangkan obat duretik, kalsium
glukonat, serta insulin dapat menyebabkan hipomagnesemia.
Insulin dapat menyebabkan kekurangan magnesium serum
3.2.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Penurunan kadar
1. Pantau untuk menemukan tanda dan gejala hipomagnesemia,
seperti gejala tetani (kedutan dan tremor, spasme karpopedal,
spastisitas generalisata), gelisah, konfusi, dan aritmia. Iritabilitas
neuromuskular dapat disalahartikan sebagai hipokalsemia.
2. Periksa kadar kalium, natrium, kalsium, dan magnesium serum.
Kekurangan elektrolit dapat menyertai keadaan kekurangan
magnesium. Jika terjadi hipokalemia dan hipomagnesemia,
suplemen kalium tidak akan sepenuhnya mengatasi keadaan
kekurangan kalium, sampai keadaan kekurangan magnesium dapat
diatasi.
3. Periksa untuk menemukan tanda Chvostek positif dengan cara
menepuk nervus fasialis di depan telinga dan pantau apabila
terdapat spasme pada pipi dan kedutan di ujung bibir.
4. Laporkan kepada pemberi layanan kesehatan jika klien telah
dipuasakan dan telah menerima cairan IV, tanpa tambahan garam
magnesium selama berminggu-minggu.
5. Pada klien yang menerima obat digitalis bila terjadi intoksikasi
digitalis (anoreksia, mual, muntah, bradikardia).
6. Kaji fungsi ginjal klien jika klien menerima suplemen magnesium.
Kelebihan magnesium diekskresikan melalui ginjal.
7. Kaji adanya perubahan dalam elektrokardiografik. Gelombang T
yang mendatar atau terbalik dapat mengindikasikan keadaan
hipomagnesemia. Gambaran ini dapat juga mengindikasikan
terjadinya hipokalemia.
8. Berikan magnesium sulfat per IV pada larutan secara perlahan
untuk mencegah rasa panas atau kemerahan yang memancar di
pipi.
9. Sediakan kalsium glukonat per IV untuk mengatasi
hipermagnesemia yang terjadi akibat koreksi magnesium yang
berlebihan. Kalsium mengantagoniskan efek sedatif magnesium.
3.2.8 Penyuluhan Klien
Jelaskan kepada klien untuk mengonsumsi makanan yang tinggi
kandungan magnesium (ikan, makanan laut, daging, sayuran berdaun
hijau, gandum, dan kacang-kacangan).
Peningkatan kadar
1. Pantau untuk menemukan tanda dan gejala hipermagnesemia,
seperti kemerahan yang memancar di wajah, perasaan hangat,
peningkatan perspirasi (dengan kadar magnesium pada nilai 3
sampai 4 mEq/l), kelemahan otot, melemahnya refleks, gawat
pernapasan, hipotensi, efek sedatif (dengan kadar magnesium
antara 9 sampai 10 mEq/l).
2. Pantau haluaran urine. Haluaran urine efektif (>750 ml per
hari) akan menurunkan kadar magnesium serum.
3. Kaji tingkat sensorium dan aktivitas otot pada klien.
4. Kaji perubahan EKG. Penemuan gelombang T yang meninggi
dan kompleks QRS yang melebar dapat mengindikasikan
terdapatnya hiperkalemia (peningkatan kalium) dan
hipermagnesemia sehingga kadar kalium dan magnesium
serum harus diperiksa
5. Berikan cairan yang adekuat untuk memperbaiki fungsi ginjal
dan untuk mengembalikan cairan tubuh. Dehidrasi dapat
menyebabkan hemokonsentrasi, dan akibatnya dapat terjadi
kelebihan magnesium.
6. Pantau apakah terdapat intoksikasi digitalis apabila klien
menerima kalsium glukonat untuk mengatasi hipermagnesemia.
Kelebihan kalsium dapat meningkatkan kerja digitalis.

Penyuluhan Klien

Anjurkan klien untuk tidak menggunakan obat laksatif dan antasida


yang mengandung magnesium, secara terus-menerus. Anjurkan klien
memeriksa label obatnya.

6.3 Kalsium
3.3.1 Nilai Rujukan
1. Ca total dewasa: 4,5-5,5 mEq/l, 9-11 mg/dl, 2,3-2,8 mmol/l
(satuan SI).
2. Ca terionisasi: 4,25-5,25 mg/dl, 2,2-2,5 mEq/l, 1,1-1,24 mmol/l.
3. Anak: Bayi baru lahir: 3,7-7,0 mEq/l, 7,4-14,0 mg/dl. Bayi: 5,0-
6,0 mEq/l, 10-12 mg/dl. Anak: 4,5-5,8 mEq/l, 9-11,5 mg/dl.
3.3.2 Deskripsi
Kalsium paling banyak ditemukan dalam tulang dan gigi.
Sekitar 50% dari jumlah totalnya terionisasi, dan hanya kalsium
terionisasi ini yang dapat digunakan oleh tubuh. Protein dan albumin
dalam darah berikatan dengan kalsium sehingga mengurangi jumlah
kalsium terionisasi yang bebas. Hanya sedikit laboratorium yang
memiliki peralatan untuk mengukur kadar kalsium terionisasi-serum.
Pada asidosis, terdapat banyak kalsium yang terionisasi, berapa pun
kadar serumnya, sedangkan pada keadaan alkalosis, sebagian besar
Kalsium diperlukan untuk transmisi impuls saraf serta untuk
kontraksi otot miokardium dan otot rangka. Ion ini menyebabkan
pembekuan darah dengan cara mengubah protrombin menjadi trombin.
Ion ini juga memperkuat membran kapiler. Jika terjadi kekurangan
kalsium, permeabilitas kapiler akan meningkat sehingga cairan dapat
menembus kapiler.
Kadar kalsium serum yang rendah disebut hipokalsemia, dan
yang tinggi disebut hiperkalsemia
Tujuan
1. Untuk memantau kadar kalsium serum berlebih atau kurang.
2. Untuk memantau kadar kalsium
3. Untuk mendeteksi ketidakseimbangan kalsium.
3.3.3 Masalah Klinis
1. Penurunan kadar: diare, malabsorpsi kalsium dari saluran
gastrointestinal (GI), infeksi yang meluas, luka bakar, kurang
asupan kalsium dan vitamin D, hipoparatiroidisme, gagal ginjal
kronis akibat retensi fosfor, alkoholisme, pankreatitis. Pengaruh
obat: preparat kortison, antibiotik (gentamisin, metisilin), produk
magnesium (antasid), laksatif (penggunaan yang berlebih),
heparin, insulin, mitramisin, asetazolamid (Diamox).
2. Peningkatan kadar: hipervitaminosis D; hiperparatiroidisme,
neoplasma ganas pada tulang, paru-paru, payudara, kandung
kemih, atau ginjal; mieloma multipel; imobilisasi yang
berkepanjangan; fraktur multipel; kulkulus ginjal; olahraga;
alkoholisme (kecanduan alkohol); sindrom milkalkali. Pengaruh
obat: antasid alkalin, preparat estrogen, garam kalsium,vitamin D.
3.3.4 Prosedur
1. Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah.
2. Tidak ada pembatasan asupan makanan ataupun minuman, kecuali
uji SMA12 atau uji kelompok sejenis yang diinstruksikan.

3.3.5 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium


1. Obat (lihat pengaruh obat) dapat menyebabkan kelebihan atau
kekurangan kalsium.
2. Diet rendah atau tinggi kalsium dan vitamin D dapat
memengaruhi temuan.
3. Larutan salin IV (NaCl) dapat meningkatkan kehilangan kalsium.
3.3.6 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Penurunan kadar
1. Amati untuk menemukan tanda dan gejala hipokalsemia
(misalnya gejala tetani, kedutan otot dan tremor, spasme laring,
paratesia [kesemutan dan kebas pada jari tangan], spasme wajah
dan kontraksi spasmodik).
2. Pantau kadar kalsium serum dan laporkan temuan yang abnormal
kepada doketer, terutama jika tampak gejala tetani.
3. Kaji untuk menemukan tanda Chvostek dan Trousseau positif
yang diakibatkan oleh hipokalsemia.
4. Berikan suplemen kalsium per oral sebelum makan atau 1 sampai
1½ jam setelah makan.
5. Amati untuk menemukan gejala hipokalsemia jika klien
menerima tranfusi darah bersitrat secara masif. Sitrat dapat
menghalangi ionisasi kalsium sehingga kadar kalsium serum
dapat terpengaruh.
6. Pantau keteraturan frekuensi nadi jika klien menerima preparat
digitalis dan suplemen kalsium. Kalsium berlebih dapat
meningkatkan kerja digitalis, dan dapat menyebabkan tokisisitas
digitalis (mual, muntah, anoreksia, bradikardia-aritmia).
7. Berikan cairan per IV yang berisikan kalsium glukonat 10%
secara perlahan. Kalsium harus diberikan dalam air yang
mengandung dekstrosa 5%, dan bukan dalam larutan salin karena
natrium dapat meningkatkan kehilangan kalsium.
8. Pantau elektrokardiogram selama terjadi hipokalsemia untuk
melihat segmen ST dan interval QT yang memanjang.
3.3.7 Penyuluhan Klien
1. Anjurkan klien tidak mengonsumsi obat antasid dengan dosis
berlebih dan mencegah kebiasaan mengonsumsi laksatif terus-
menerus. Konsumsi antasid tertentu yang berlebih dapat
menyebabkan alkalosis dan mengurangi kadar kalsium terionisasi.
2. Anjurkan klien mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi
kalsium, seperti susu dan produk susu, dan/ atau makanan tinggi
protein. Protein dibutuhkan untuk meningkatkan absorpsi kalsium.
3. Ajarkan klien penderita hipokalsemia untuk mencegah
hiperventilasi dan tidak menyilangkan tungkainya karena dapat
menyebabkan gejala tetani.

Peningkatan kadar

1. Amati untuk menemukan tanda dan gejala hiperkalsemia


(misalnya letargi, mual, dan muntah).
2. Lakukan olahraga aktif dan pasif dengan sering bagi klien tirah
baring. Hal ini akan mencegah hilangnya kalsium dari tulang.
3. Identifikasi gejala toksisitas digitalis jika klien mengalami
peningkatan kadar kalsium serum dan sedang mengonsumsi obat
digitalis.
4. Beri tahu dokter jika klien menerima obat diuretik tiazid karena
obat ini akan menghambat ekskresi kalsium dan menyebabkan
hiperkalsemia.
5. Pantau pH urine. Garam kalsium lebih dapat larut dalam urine
asam (pH < 6,0) daripada dalam urine basa.
6. Hati-hati dalam menangani klien yang sudah lama mengalami
hiperkalsemia dan demineralisasi tulang untuk mencegah fraktur
patalogis.

Penyuluhan klien

1. Anjurkan klien tidak mengonsumsi makanan tinggi kalsium, dan


sebaiknya banyak bergerak jika memungkinkan, dan
meningkatkan asupan cairan oral
2. Anjurkan klien mengonsumsi makanan asam, seperti jus
cranberry, daging, ikan, unggas, telur, keju, dan sereal, untuk
menjaga urine tetap asam.

HEMATOLOGI

4.1 Golongan Darah Rhesus


4.1.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa : Rh + (positif), Rh – (negatif)
2. Anak : Sama dengan dewasa.
4.1.2 Deskripsi
Penggolongan Rh dilakukan ketika memproses golongan darah
donor/ resipien dan untuk tujuan pencocokan silang darah sebelum
transfusi diberikan. Faktor Rh (disebut juga antigen Rh) pertama kali
ditemukan oleh Landsteiner dan Weiner pada tahun 1941; diistilahkan
dengan Rh karena menggunakan rhesus kera dalam penelitiannya. Rh-
positif (merupakan faktor Rh yang paling umum) mengindikasikan
keberadaan antigen sel darah merah; Rh-negatif mengindikasikan tidak
adanya antigen tersebut.
Ibu sebagai pemilik Rh-negatif yang mengandung janin dengan
golongan darah Rh-positif, dapat menyebabkan antigen Rh-positif
yang berasal dari janin meresap ke dalam darah ibu sehingga
menyebabkan pembentukan antibodi Rh. Jika akhirnya ibu memiliki
titer antibodi anti-Rh yang tinggi, anak yang akan dilahirkan dapat
menderita penyakit yang disebut eritroblastosis fetalis (hemolisis
SDM). Untuk mencegah terbentuknya antibodi Rh, ibu yang memiliki
Rh-negatif diberi imunoglobulin Rho(D), seperti RhoGAM, selama 3
hari setelah pelahiran anak pertama, atau setelah keguguran, untuk
menetralisasi keberadaan antibodi anti-Rh.
4.1.3 Tujuan
Untuk mengidentifikasi faktor Rh klien untuk klien yang
menginginkan kehamilan atau saat pemberian transfusi darah.
4.1.4 Masalah Klinis
Peningkatan antibodi anti-Rh bayi: Eritroblastosis fetalis.
4.1.5 Prosedur
1. Kumpulkan 5 ml darah vena dalam tabung bertutup merah.
Jangan menggunakan tabung pemisah serum.
2. Tidak terdapat pembatasan asupan makanan ataupun cairan.
3. Uji darah untuk faktor Rh (antigen) harus dilakukan dengan
hati-hati untuk mencegah temuan negatif palsu atau positif
palsu.
4.1.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
Tidak diketahui
4.1.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
1. Kaji riwayat transfusi darah sebelumnya yang pernah diterima
klien. Jika klien adalah seorang ibu hamil, tentukan apakah ia
pernah hamil sebelumnya dan apakah anak-anaknya atau anak
tersebut terlahir ikterik.
2. Tanyakan kepada klien apakah mereka mengetahui faktor Rh yang
terdapat dalam darahnya sendiri. Bandingkan faktor Rh pada
temuan uji dengan faktor Rh yang disampaikan oleh klien.
Klarifikasi ini dapat mencegah pemberian darah yang tidak tepat.
3. Beri tahu ibu hamil yang memiliki faktor Rh negatif bahwa pada
interval tertentu selama kehamilannya
4.2 Hemoglobin elektroforesis (darah)
4.2.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa: hemoglobin (Hb) Elektroforesis: A1, 95-98% total Hb;
A2, 1,5 %; F, <2%; C, 0%; D, 0%; S, 0%.
2. Anak: bayi baru lahir: Hb, F, 50-80% total Hb. Bayi: Hb F, 8%
total Hb.
3. Anak: Hb F, 1-2% total Hb setelah 6 bulan.
4.2.2 Deskripsi
Jenis normal hemoglobin adalah Hb A1, yang terdiri atas 95%
sampai 98% hemoglobin total, Hb A2, dan Hb F (Fetus).
Hemoglobin S: Hb S adalah suatu bentuk hemoglobin berbeda
yang paling banyak ditemukan. Jika kedua gen memiliki Hb S, dapat
terjadi anemia sel sabit; tetapi jika hanya satu gen yang memiliki Hb S,
individu tersebut merupakan carrier sifat sel sabit. Gejala anemia sel
sabit biasanya tidak muncul sampai usia 6 bulan. Pada beberapa kasus,
Hb S berkombinasi dengan jenis hemoglobin abnormal lainnya, Hb C
atau Hb D. Hb S/C atau Hb S/D menghasilkan sel darah merah yang
berbentuk sabit seperti yang ditemukan pada Hb S/S. Individu yang
menderita anemia sel sabit memiliki tekanan oksigen yang rendah.
Hemoglobin C: Hb C pada kondisi homozigos (C/C) biasanya
menimbulkan anemia hemolitik ringan, kondisi ini menghasilkan
pembawa sifat Hb C. Kondisi ini lebih banyak terjadi pada orang kulit
hitam.
4.2.3 Tujuan
Untuk mendeteksi jenis hemoglobin abnormal pada SDM (misalnya
anemia sel sabit, yang dicirikan dengan hemoglobin berbentuk S).
4.2.4 Masalah Klinis

Jenis Hemoglobin Peningkatan Kadar


Hemoglobin F Talasemia (setelah 6 bulan)
Hemoglobin C Anemia hemolitik
Hemoglobin S Anemia sel sabit

4.2.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
lembayung. Kirim segera ke laboratorium. Hemoglobin
abnormal biasanya tidak stabil.
2. Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau minuman.
4.2.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Tranfusi darah yang diberikan 4 bulan sebelum elektroforesis
hemoglobin dapat menyebabkan temuan yang tidak akurat.
2. Pengumpulan sampel darah pada tabung yang berwarna salah
dapat memengaruhi temuan.
4.2.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Pantau klien untuk menemukan tanda dan gejala anemia sel sabit.
Gejala awal adalah keletihan dan kelemahan. Gejala kronis adalah
keletihan, dispnea saat latihan fisik, pembengkakan sendi, nyeri
tulang, dan nyeri dada. Penderita rentan terhadap infeksi. Krisis sel
sabit biasanya terjadi akibat infark kecil pada berbagai organ. Krisis
biasanya berlangsung 5 sampai 7 hari, dan diperlukan perawatan
segera bila muncul gejala. Normalnya kadar hemoglobin tidak
berubah.

4.2.8 Penyuluhan Klien


1. Anjurkan mencari bantuan konseling genetik jika klien menderita
anemia sel sabit atau pembawa sifat sel sabit.
2. Anjurkan klien yang menderita anemia sel sabit untuk
meminimalkan aktivitas fisik yang berlebihan dan menghindari
daerah dataran tinggi atau yang sangat dingin. Anjurkan klien
berisitirahat.
3. Anjurkan klien menjauhi orang yang menderita infeksi.
4. Beri tahu klien selalu membawa gelang waspada medis dan/ atau
kartu.

4.3 Laju endap darah (erythrocyte sedimentation rate, ESR)


4.3.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa :
Metode Westergen : Pria: <50 tahun: 0-15 mm/jam. Wanita : <50
tahun: 0-20 mm/jam. Pria: >50 tahun: 0-20 mm/jam. Wanita: >50
tahun: 0-30 mm/jam.
Metode wintrobe : Pria: 0-9 mm/jam. Wanita: 0-15 mm/jam.
2. Anak: bayi baru lahir: 0-2 mm/jam; 4-14 tahun: 0-10 mm/jam.
4.3.2 Deskripsi
Laju endap darah (juga disebut sebagai laju sedimentasi atau
laju endap darah[LED]) adalah laju sel darah merah menetap dalam
darah yang belum membeku, dengan satuan milimeter per jam
(mm/jam). LED merupakan uji yang tidak spesifik. Laju dapat
meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis,
kerusakan jaringan (nekrosis), reumatoid, penyakit kolagen,
malignansi dan kondisi stres fisiologis (misalnya kehamilan).
Beberapa dokter masih mengharuskan uji LED bila ingin membuat
perhitungan kasar mengenai proses penyakit, dan bermanfaat untuk
mengikuti perjalanan penyakit. Jika kadar LED meningkat, uji
laboratorium lain harus dilakukan untuk mengidentifikasikan dengan
tepat masalah klinis yang muncul.
4.3.3 Tujuan
Untuk membandingkan temuan uji laboratorium yang lain guna
mendiagnosis kondisi inflamasi.
4.3.4 Masalah Klinis
1. Penurunan kadar : Polisitemia vera, CHF, anemia sel sabit,
mononukleosis infeksius, defisiensi faktor V, artritis
degeneratif, angina pektoris. Pengaruh obat : Etambutol
(Myambutol), kinin, salsilat (aspirin), kortison, prednison.
2. Peningkatan kadar : AR, demam reumatik, MCl akut, kanker
(lambung, kolon, payudara, hati, ginjal), penyakit Hodgkin,
mieloma multipel, limfosarkoma, endokarditis bakterial, gout,
hepatitis, sirosis hati, penyakit inflamasi panggul akut, sifilis,
tuberkolosis, glomerulonefritis, SLE, penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir (eritroblastosis fetalis), kehamilan (trimester
kedua dan ketiga). Pengaruh obat : Dextran, metildopa
(Aldomet), metilsergid (Sansert), penisilamin (Cuprimine),
prokainamid ( Pronestyl), teofilin, kontrasepsi oral, vitamin A.
4.3.5 Prosedur
1. Kumpulkan 7 ml darah vena dalam tabung bertutup
lembayung. Simpan spesimen dalam posisi vertikal.
2. Bawa segera spesimen darah ke laboratorium. Tabung tidak
boleh berada dalam posisi tegak karena LED dapat meningkat.
3. Jika spesimen darah disimpan dalam lemari pendingin,
sebelum diuji spesimen harus dibiarkan hingga kembali ke
suhu ruangan.
4. Tidak ada pembatasan asupan makanan ataupun minuman.
5. Tangguhkan pengobatan yang dapat menyebabkan temuan
positif keliru selama 24 jam sebelum pengujian atas
persetujuan pemberi layanan kesehatan.
4.3.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Faktor yang meningkatkan LED-kehamilan (trimester kedua
dan ketiga); menstruasi; obat (lihat pengaruh obat); keberadaan
kolesterol, fibrinogen, dan globulin.
2. Faktor yang mengurangi LED; bayi baru lahir (penurunan
kadar fibrinogen); obat (lihat pengaruh obat); gula darah tinggi,
albumin serum; dan fosfolipid serum.
4.3.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Peningkatan kadar
1. Kaitkan peningkatan LED akibat masalah klinis dengan obat
yang dikonsumsi. LED merupakan uji yang tidak spesifik,
tetapi dapat mengindikasikan terjadinya proses inflamasi.
2. Jawab pertanyaan klien tentang signifikansi peningkatan LED.
3. Bandingkan kadar LED dengan temuan uji CRP.

4.4 Hemoglobin darah (Hb) (darah)


4.4.1 Nilai Rujukan
1. Hemoglobin glikosilat total: 5,5-9% dari total Hb
2. Dewasa: Hb A,c Nondiabetk: 2-5%; Diabetik terkontrol: 2,5-6%;
Rata-rata tinggi: 6,1-7,5%; Diabetik tidak terkontrol:>8%
3. Anak: Hb A,c: Nondiabetik: 1,5-4%
4.4.2 Deskripsi
Hemoglobin (Hb) merupakan zat protein yang ditemukan dalam
sel darah merah (SDM), yang memberi warna merah pada darah.
hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen.
Kadar hemoglobin yang tinggi abnormalterjadi karena keadaan
hemokonsentrasi akibat dari dehidrasi. Kadar hemoglobin yang rendah
berkaitan dengan berbagai masalah klinis.
Hemoglobin A (Hb A) terdiri atas 91-95% dari jumlah
hemoglobin total. Molekul glukosa berikatan dengan Hb A, yang
merupakan bagian dari hemoglobin. Jika kadar glukosa darah
meningkat selama waktu yang lama, sel darah merah akan tersaturasi
dengan glukosa menghasilkan glikohemoglobin.
Hemoglobin terglikosilasi mewakli kadar glukosa rata-rata
selama 1 sampai 4 bulan. Uji ini dilakukan sebagai alat ukur kefektifan
terapi diabetik. Peningkatan kadar Hb A1 c >8% mengindikasikan
diabetes militus yang tidak terkendali. Dan klien tersebut berisiko
tinggi mengalami komplikasi jangka panjang. Glikohemoglobin total
merupakan indikator yang lebih baik untuk pengendalian diabetes
pada klien yang mengalami anemia atau kehilangan darah.
4.4.3 Masalah Klinis
1. Penurunan kadar : anemia, perdarahan hebat, sirosis hati,
leukimia, penyakit hodgkin, sarkoidosis, kelebihan cairan IV,
kanker (usus besar dan usus halus, rektum, hati, tulang), talasemia
mayor, kehamilan, penyakit ginjal. Pengaruh obat antibiotik, obat
antineoplastik, doksapram, derivat hidantoin, hidralazin,
indometasin, inhibitor MAO, primakuin, rifampin, sulfonamid,
trimetadion, vitamin A (dosis besar).
2. Peningkatan kadar : dehidrasi/ hemokonsentrasi, polisitemia,
daerah dataran tinggi, PPOM, CHF, luka bakar yang parah.
Pengaruh obat: gentamisin, metildopa (aldomet).
4.4.4 Prosedur
1. Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau minuman
2. Jangan mengambil sampel darah dari tangan atau lengan yang
menerima cairan IV. Torniket yang dipasang harus kurang dari
satu menit.
3. Darah vena: kumpulkan 3-5 ml darah vena dalam tabung bertutup
lembayung. Hindari terjadinya hemolisis.
4. Daerah kapiler: tindik area daun telinga, jari, atau tumit yang
sudah dibersihkan dengan lanset steril. Jangan memeras area
tusukan dengan keras pada saat mengumpulkan cairan serosa dan
darah. bersihkan tetesan darah yang pertama. Ambil tetesan darah
dengan cepat menggunakan mikropipet dengan karet pegisap kecil
diatasnya atau tabung mikrohematologi. Masukkan darah diatas
kedalam tanbung, denga pelarut yang telah disiakpan.
4.4.5 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Obat dapat meningkatkan atau menurunkan kadar hemoglobin
(jika pengaruh obat)
2. Mengambil darah dari tangan atau lengan yang terpasang cairan
IV dapat melarutkan samapel darah
3. Membiarkan torniket terpasang lebih dari satu menit akan
menyebabkan hemostatis, yang dapat menyebabkan temuan palsu
kadar hemoglobin
4. Tinggal didataran tinggi dapat menyebabkan peningkatan kadar
hemoglobin
5. Penurunan asupan caira atau kehilangan cairan akan
meningkatkan kadar hemoglobin akibat hemokonsentrasi, dan
kelebihan asupan cairan akan mengurangi kadar hemoglobin
akibat hemodilusi
4.4.6 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Jelaskan prosedur kepada klien
Penurunan kadar
1. Kenali masalah klinis dan obat yang dapat menyebabkan
penurunan kadar hemoglobin (lihat masalah klinis).
2. Pantau klien untuk menemukan tanda dan gejala .
3. Periksa kadar hematokrit jika kadar hemoglobin rendah.
Peningkatan kadar

1. Kenali masalah klinis dan obat yang dapat menyebabkan


peningkatan kadar hemoglobin (lihat masalah klinis).
2. Pantau adanya tanda dan gejala dehidrasii

FAAL GINJAL
5.1 Asam Urat
5.1.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa : Pria : 3,5 – 8,0 mg/dl
2. Wanita : 2,8 – 6,8 mg/dl (Kisaran normal dapat sedikit
bervariasi di setiap laboratorium). Kadar panik : >12 mg/dl
3. Anak : 2,5 – 5,5 mg/dl
4. Lansia : 3,5 – 8,5 mg/dl
5.1.2 Deskripsi
Asam urat adalah produk tambahan dari metabolisme purin.
Peningkatan kadar asam urat dalam urine dan serum (hiperurisemia)
bergantung pada fungsi ginjal, laju metabolisme purin, dan asupan diet
dari makanan yang mengandung purin. Jumlah asam urat yang
berlebihan dieskresikan melalui urine. Asam urat dapat mengkristal
dalam saluran kemih pada kondisi urine yang bersifat asam; oleh
sebab itu, fungsi ginjal yang efektif dan kondisi urine yang alkalin
diperlukan bila terjadi hiperurisemia. Masalah yang paling banyak
terjadi berkaitan dengan hiperurisemia adalah gout. Kadar asam urat
sering berubah dari hari ke hari sehingga pemeriksaan kadar asam urat
dapat diulang kembali setelah beberapa hari atau beberapa minggu.
Klien yang mengalami peningkatan asam urat serum harus
menghindari makanan tinggi purin
5.1.3 Tujuan
1. Untuk memantau asam urat serum selama pengobatan gout
2. Untuk membantu dalam mendiagnosis masalah kesehatan
5.1.4 Masalah Klinis
1. Penurunan Kadar : Penyakit Wilson, asidosis tubulus ginjal
proksimal, anemia defiensi asam folat, luka bakar, kehamilan.
Pengaruh obat : Alopurinol, azatioprin (Imuran), koumadin,
probenesid (Benemid), sulfinpirazon (Anturane)
2. Peningkatan Kadar : Gout, alkoholisme, leukemia (Limfositik,
mielositik, monositik), kanker metastatik, mieloma multipel,
eklampsia berat, hiperlipoproteinemia, diabetes melitus (berat),
gagal jantung kongestif, glomerulonefritis, gagal ginjal, stres,
keracunan timbal, pajanan sinar X (berlebih), latihan fisik
berlebihan, diet penurunan berat badan tinggi protein, anemia
hemolitik, limfoma. Pengaruh Obat : Asam askorbat, diuretik
(asetazolamid [Diamox], tiazid [klorotiazid], furosemid [Lasix],
levodopa, metildopa (Aldomet), 6-merkaptopurin, fenotiazin,
salisilat (penggunaan dalam jangka waktu lama), teofilin.
5.1.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah. Cegah terjadinya hemolisis
2. Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau cairan, namun
demikian, pada banyak kasus, makanan tinggi purin, seperti
daging (hati, ginjal, otak, jantung, dan roti manis), remis, dan
sarden, ditunda pemberiannya selama 24 jam sebelum uji
dilakukan
3. Catat pada formulir laboratorium tentang obat yang dikonsumsi
klien yang dapat memengaruhi hasil laboratorium.
5.1.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Stress dan puasa berlebih dapat menyebabkan peningkatan
kadar asam urat serum
2. Makanan yang banyak mengandung purin
3. Obat
5.1.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Tanyakan kepada pemberi layanan kesehatan dan/atau laboratorium,
untuk menentukan apakah makanan yang mengandung tinggi purin
harus dihindari.

Peningkatan kadar
1. Kenali masalah klinis dan obat yang berkaitan dengan
hiperurisemia. Gout adalah maslah yang umum terjadi,
berkaitan dengan kadar asam urat serum yang tinggi.
2. Minta ahli gizi untuk mengunjungi klien guna mendiskusikan
jenis makanan yang boleh dimakan dan untuk merencanakan
diet rendah purin.
3. Pantau untuk menemukan tanda dan gejala gout (Mis, tofi
daun telinga dan sendi, nyeri sendi, dan edema pada ibu jari).
Peningkatan kadar asam urat serum dapat menyebabkan
terbentuknya deposit urat pada jaringan dan dalam cairan
sinovial sendi.
4. Pantau kadar pH urine dan jumlah haluaran urine. Kadar pH
urine harus tetap dipertahankan basa untuk mencegah
pembentukan batu asam urat di ginjal. Penurunan haluaran
urine (<600 ml/24 jam) yang disertai dengan peningkatan
kadar asam urat serum, dapat mengindikasikan penyakit
ginjal.
5. Periksa kadar kreatinin dan urea serum jika kadar asam urat
serum meningkat dan haluaran urine menurun. Jika kadar
urea, kreatinin, dan asam urat serum meningkat dan haluaran
urine menurun, harus dicurigai terjadinya disfungsi ginjal.
Keadaan ini juga dapat disebabkan oleh masalah klinis
lainnya.
5.1.8 Penyuluhan Klien
1. Anjurkan klien tidak mengonsumsi makanan yang mengandung
sedang atau tinggi purin. Contohnya adalah : Otak, Jantung,
Ginjal, Hati, Roti manis, rusa, sarden, remis, mackerel, anchovies,
air kaldu, consomme (sejenis kaldu), mincemeat, daging, unggas,
ikan, kerang, asparagus, buncis, jamur, kacang polong, bayam.
2. Jelaskan kepada klien untuk mengurangi asupan alkohol. Etanol
menyebabkan retensi urat pada ginjal.

5.2 BUN
5.2.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa : 5 – 35 mg/dL
2. Anak : Bayi : 5 – 15 mg/dL. Anak : 5 – 20 mg/dL
3. Lansia : nilai ditemukan sedikit lebih tinggi daripada dewasa
5.2.2 Deskripsi
Urea dihasilkan sebagai produk akhir metabolism protein dan
diekskresikan melalui ginjal. Peningkatan kadar nitrogen urea darah
(blood urea nitrogen, BUN) dapat menjadi indikasi terjadinya
dehidrasi, gagal prarenal, atau gagal ginjal. Akibat keadaan dehidrasi,
kadar kretainin serum lebih mengarah ke nilai normal atau bahkan
melampaui nilai normal. Saat klien sudah diberikan cairan kembali,
kadar BUN seharusnya pulih normal, jika tidak, perlu diwaspadai
terjadi kasus gagal ginjal atau gagal prarenal. Nefron (sel pada ginjal)
cenderung mengalami proses penuaan sehingga biasanya orang lanjut
usia mungkin memiliki kadar BUN yang lebih tinggi. Kadar BUN
yang rendah mengindikasikan keadaan hidrasi yang berlebihan
(hipervolemia).
5.2.3 Tujuan
Untuk mendeteksi gangguan ginjal atau dehidrasi yang berhubungan
dengan peningkatan kadar BUN
5.2.4 Masalah Klinis
1. Penurunan Kadar : Kerusakan hati yang parah, diet rendah
protein, hidrasi yang berlebihan, malnutrisi (keseimbangan
nitrogen negatif), cairan IV (glukosa). Pengaruh Obat :
Fenotiazin.
2. Peningkatan Kadar : Dehidrasi, asupan tinggi protein,
perdarahan gastrointestinal, gagal prarenal (rendahnya suplai
darah ke ginjal yang disebabkan oleh CHF, diabetes mellitus,
infark miokard akut [acute mycordial infraction],
gagal/insufisiensi ginjal karena syok, sepsis, penyakit ginjal
[glomerular nefritis, pielonefritis]), licorice (gula-gula yang
berwarna hitam) yang dikonsumsi berlebihan. Pengaruh obat :
Obat nefrotoksik, diuretik (hidroklorotiazid [Hydrodiuril], asam
etakrinat [Edecrin], furosemid [lasix], triameteren [dyrenium],
antbiotik, basitrasin, sefaloridin [dosis besar], gentamisin,
kanamisin, kloramfenikol [Chloromycetin], metisilin, neomisin,
vankomisin), obat antihipertensif (metildopa [Aldomet],
guanetidin [Ismelin]), sulfonamide, propranolol, morfin, litium,
karbonat, salisilat.
5.2.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3 – 5 ml darah vena pada tabung bertutup merah.
Cegah hemolisis
2. Klien dianjurkan puasa selama 8 jam sebelumnya (tindakan ini
lebih baik bila dilaksanakan)
5.2.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Status hidrasi pada klien harus diketahui. Pemberian cairan yang
berlebihan dapat menyebabkan kadar BUN rendah palsu, dan
sebaliknya, dehidrasi dapat memberikan temuan kadar tinggi palsu
2. Obat (missal, antibiotic, diuretic, dan obat antihipertensif) dapat
meningkatkan kadar BUN
5.2.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Bandingkan temuan kretainin serum dan BUN serum. Jika kadar BUN
dan kreatinin meningkat, sangat dicurigai terjadi penyakit ginjal
Penurunan Kadar
1. Kaji asupan diet klien. Asupan rendah protein dan tinggi
karbohidrat dapat menurunkan kadar BUN
2. Laporkan pada klien yang menerima terapi glukosa per IV secara
terus-menerus, tanpa disertai dengan asupan protein
3. Pantau tanda dan gejala hidrasi yang berlebihan (batuk yang
mengiritasi, dispnea, pembuluh darah vena-leher yang
membesar, serta rales di dada) jika kadar BUN berkurang.
Hidrasi yang berlebihan (hipervolemia) dapat menyebabkan
hemodilusi sehingga mengencerkan konsentrasi urea dalam
darah

Peningkatan Kadar

1. Laporkan bila haluaran urine <25 ml/jam atau 600 ml/hari. Urea
diekskresikan oleh ginjal, dengan menurunnya haluaran urine,
urea terakumulasi dalam darah
2. Pantau tanda vital. Frekuensi nadi yang cepat, penurunan tekanan
darah, serta peningkatan usaha napas dapat mengindikasikan
dehidrasi dan, bila keadaan ini semakin memburuk, akan terjadi
syok
3. Tentukan status hidrasi klien. Jika terdapat dehidrasi,
peningkatan kadar BUN berhubungan dengan hemokonsentrasi.
Pemberian cairan per IV merupakan pemecahan masalah ini
4. Hindari hidrasi yang berlebihan menggunakan cairan IV.
Pemberian cairan IV yang terlalu cepat dapat memberikan
muatan berlebih pada system vascular, terutama pada lanjut usia,
pada anak, serta pasien yang menderita gangguan jantung, yang
mengarah pada hipervolemia. Proses ini dapat mengakibatkan
edema paru
5. Kaji asupan makanan klien. Diet tinggi protein akan
meningkatkan kadar BUN serum. Individu yang sedang
menjalani diet tinggi protein akan mengalami peningkatan kadar
BUN, kecuali ia banyak minum
6. Identifikasi obat yang dapat meningkatkan BUN (contoh,
antibiotic, diuretic, obat antihipertensif, dan lainnya, lihat
Pengaruh obat)
5.2.8 Penyuluhan Klien
Jelaskan pada klien yang mengalami sedikit peningkatan kadar
BUN untuk banyak minum. Namun, hati-hati bila melakukan tindakan
pemaksaan asupan cairan yang banyak pada klien yang mengalami
gangguan jantung dan ginjal.

5.3 Kreatinin
5.3.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa : serum : 0,5 – 1,5 mg/dL, 45 – 132,5 mol/L (unit SI).
Pada wanita kadarnya sedikit lebih rendah akibat massa otot yang
kurang Urine : 1 – 2 g/24 jam
2. Anak : Bayi baru lahir : 0,8 – 1,4 mg/dL, Bayi : 0,7 – 1,7 mg/dL,
2-6 tahun : 0,3 – 0,6 mg/dL, 27 – 54 mol/L (unit SI). Anak yang
lebih besar : 0,4 – 1,2 mg/dL, 36 – 106 mol/L (unit SI : nilai
sedikit meningkat sesuai umur karena otot-otot yang kuat)
3. Lansia : mempunyai kadar yang lebih rendag karena berkurangnya
kekuatan otot – otot dan menurunnya produksi kreatinin
5.3.2 Deskripsi
Kreatinin adalah produksi katabolisme otot yang berasal dari
pemecahan kreatinin otot dan kreatinin fosfat. Jumlah produksi
kreatinin sesuai dengan massa otot. Ginjal mengeluarkan kreatinin.
Jika 50% atau lebih nefron rusak, kadar kreatinin meningkat. Kreatinin
serum secara khusus berguna dalam mengevaluasi fungsi glomerulus.
Kreatinin serum dinilai lebih sensitive dan merupakan
indicator penyakit ginjal yang lebih spesifik daripada BUN. Serum ini
kemudian meningkat dan tidak dipengaruhi oleh diet atau masukan
cairan. Rasio normal BUN/kreatinin adalah 10:1. Nilai rasio yang
lebih tinggi dari normal menunjukkan adanya gangguan prerenal.
5.3.3 Tujuan
Untuk mendiagnosis disfungsi ginjal
5.3.4 Masalah Klinis
1. Penurunan kadar : kehamilan, eklampsia.
2. Peningkatan kadar : gagal ginjal akut dan kronis, syok
(berkepanjangan), SLE, kanker (usus, kandung kemih, testis,
uterus, prostat), leukimia, penyakit Hodgkin, hipertensi esensial,
MCl akut, nefropati diabetik, CHF (jika berdiri lama), diet tinggi
kreatinin (misalnya daging sapi {kadar tinggi}, unggas dan ikan
{efek minimal}). Pengaruh obat : Amfoterisin B, sefalosporin
(sefazolin {ancef}, sefalotin {keflin}), gentamisin, kanamisin,
metisilin, asam askorbat, barbiturat, litium karbonat, mitramisin,
metildopa (Aldomet), glukosa, protein, badan keton (meningkat),
triamteren {Dyrenium}).
5.3.5 Prosedur
1. Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah
2. Catat jenis obat yang dikonsumsi klien yang dapat
meningkatkan kadar serum dalam formulir laboratorium
3. Tidak ada pembatasan asupan makanan ataupun minuman.
Pada malam sebelum uji dilakukan, klien tidak boleh
mengonsumsi daging merah.
5.3.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
1. Obat tertentu (Amfoterisin B, sefalosporin (sefazolin {ancef},
sefalotin {keflin}), gentamisin, kanamisin, metisilin, asam
askorbat, barbiturat, litium karbonat, mitramisin, metildopa
(Aldomet), glukosa, protein, badan keton (meningkat), triamteren
{Dyrenium}) dapat meningkatkan kadar kreatinin serum.
2. Konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi
temuan laboratorium.
5.3.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
1. Kaitkan peningkatan kadar kreatinin serum dengan masalah klinis.
Kadar kreatinin serum mungkin menunjukkan nilai yang rendah
pada klien yang bermassa otot kecil, yang menjalani amputasi,
dan pada klien yang menderita penyakit otot. Massa otot klien
ansia mungkin mengalami penurunan.
2. Tangguhkan pengobatan Amfoterisin B, sefalosporin (sefazolin
{ancef}, sefalotin {keflin}), gentamisin, kanamisin, metisilin,
asam askorbat, barbiturat, litium karbonat, mitramisin, metildopa
(Aldomet), glukosa, protein, badan keton (meningkat), triamteren
{Dyrenium}) selama 24 jam sebelum pemeriksaan atas seizin
pemberi layanan kesehatan. Obat tertentu yang tidak dapat
ditangguhkan harus dicatat dalam formulir laboratorium dan pada
bagan pasien.
3. Periksa volume haluaran urine dalam 24 jam. Haluaran urine <600
ml/ 24 jam dapat mengindikasikan insufisiensi ginjal. Kreatinin
diekskresi oleh ginjal dan penurunan pada haluaran urine yang
terus-menerus dapat mengakibatkan peningkatan kadar kreatinin
serum.
4. Bandingkan kadar BUN dan kadar kreatinin. Jika keduanya
meningkat, kemungkinan besar masalahnya adalah penyakit
ginjal.
5.3.8 Penyuluhan Klien
Anjurkan klien tidak terlalu banyak mengonsumsi daging sapi, unggas,
dan ikan jika kadar kreatinin serum meningkat sangat tinggi. Biasanya,
makanan tidak memiliki pengaruh pada kadar kreatinin serum.

5.4 Klirens Kreatinin


5.4.1 Nilai Rujukan
1. Dewasa : 85 – 135 ml/menit. Pada wanita kadarnya dapat lebih
rendah
2. Anak : sama dengan dewasa
3. Lansia : kadarnya agak berkurang dibandingkan dengan kadar
dewasa akibat penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), yang
disebabkan oleh penuruna aliran plasma ginjal
5.4.2 Deskripsi
Kreatinin merupakan produk metabolic kreatif fosfat dalam
otot rangka dan substansi tersebut diekskresikan oleh ginjal. Klirens
kreatinin dipandang sebagai pemeriksaan yang andal untuk
mengetimasi LFG. Pada insufisiensi ginjal, LFG akan menurun,
sementara kadar kreatinin serum meningkat. LFG menurun seiring
pertambahan usia, dan pada dewasa tua klirens kreatinin mungkin
akan berkurang sampai serendah 60 ml/menit. Uji klirens kreatinin
memerlukan pengumpulan urine selama 12 atau 24 jam dan
pengumpulan sampel darah.
5.4.3 Tujuan
1. Untuk mendeteksi difungsi ginjal
2. Untuk memantau fungsi ginjal
5.4.4 Masalah Klinis
1. Penurunan kadar : kerusakan ginjal yang ringan sampai berat,
hipertiroidisme, distrofi otot progresif, sklerosis lateral
amilotrofik. Pengaruh obat : Fenasetin, steroid (anabolik), tiazid.
2. Peningkatan kadar : hipotiroidisme, hipertensi (renovaskular),
olahraga. Pengaruh obat : asam askorbat, steroid, levodopa,
metildopa (Aldomet), uji fenolsufoftalein (PSP).
5.4.5 Prosedur
1. Beri minum sebelum pemeriksaan
2. Anjurkan klien tidak mengonsumsi daging sapi, unggas, ikan, teh,
dan kopi selama 6 jam sebelum pengujian, dan selama pengujian
berlangsung atas seizin pemberi layanan kesehatan.
3. Catat jenis obat yang dikonsumsi klien yang dapat mempengaruhi
temuan pengujian pada formulir laboratorium.

Darah : kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung


bertutup merah di pagi hari saat pengujian dilakukan.

Urine : minta klien berkemih sebelum uji dimulai dan buang urine
yang keluar. Perhatikan waktunya. Tampung semua urine yang
dikeluarkan selama waktu tertentu (12 jam atau 24 jam) dalam
wadah urine, tanpa penambahan zat pengawet, yang kemudian
disimpan dalam lemari pendingin atau dalam es.

4. Anjurkan klien banyak minum selama beberapa jam sebelum


pengujian agar urine yang dikeluarkan mencukupi
5. Tulis dengan tepat waktu dan tanggal pengumpulan urine dimulai
dan berakhir pada label wadah.
5.4.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
a) Fenasetin dapat menurunkan nilai klirens kreatinin
b) Tisu toilet dan feses dapat mengontaminasi urine.

5.4.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional


Beri tahu pemberi layanan kesehatan tentang obat yang dikonsumsi
klien yang dapat menyebabkan temuan palsu.
5.4.8 Penyuluhan Klien
1. Jelaskan pada klien tentang prosedur pengumpulan urine dan
darah. Pengambilan darah dilakukan di pagi hari. Klien berkemih
dan urine dibuang. Kemudian, semua urine yang keluar ditampung
selama 12 jam atau 24 jam dalam wadah urine. Tisu toilet dan
feses tidak boleh mencemari urine.
2. Anjurkan klien tidak mengonsumsi daging sapi, unggas, ikan, teh,
atau kopi selama 6 jam sebelum atau selama uji berlangsung
sesuai instruksi pemberi layanan kesehatan.
3. Anjurkan klien banyak minum selama pengujian sekitar 100
ml/jam.
4. Anjurkan klien tidak melakukan aktivitas berat selama
pemeriksaan

LEMAK
6.1 LDL (Low Density Lipoprotein)
6.1.1 Nilai Rujukan
1. Normal <110
2. Borderline 110-129
3. Tinggi >130
6.1.2 Deskripsi

LDL (Low Density Lipoprotein) adalah kolesterol jahat. Kolesterol LDL


pada dinding arteri dan bisa menyebabkan perkembangan penutupan-penutupan
arteri. Salah satu yang terpenting adalah lipoprotein berkerapatan rendah atau
LDL. LDL bertugas mengangkut 60-80% kolesterol tubuh ke dalam darah.
Setelah “berkeliling” dalam darah selama beberapa hari dan sudah terbentuk,
LDL akan diserap oleh sel-sel tubuh sebagai bahan pembuat hormon dan sel-sel
tubuh.

6.1.3 Masalah Klinis


Peningkatan kadar : sejak lahir, tumpukan lemak dibawah kulit, terutama
disekitar otot Achilles dan otot tangan, tumpukkan lemak kuning pada kelopak
mata, nyeri dada, gejala yang menyerupai stroke.

Pengaruh Obat : Osenta, evavirenza, rifampicin, antikoagulan, olchicine,


amiodarone, verapamil, dilitiazem, ezetimibe, rituximab.

6.1.4 Prosedur
1. Dianjurkan untuk berpuasa sebelum tes hingga 9-12 jam
2. Hindari konsumsi minuman alkohol, makanan tinggi lemak dan olahraga
berlebihan sebelum hari tes.
3. Menyuktikkan jarum ke dalam melalui vena dan memasangkan tabung ke
jarum suntik untuk dialiri dengan darah sekitar 3-5ml.
6.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Laboratorium
1. Mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh, transfat dan kolesterol.
2. Kelebihan berat badan.
3. Gaya hidup merokok.
4. Riwayat keluarga.
6.1.6 Implikasi Keperawatan Dan Rasional

Peningkatan Kadar :

1. Kaitkan antara masalah klinis dan pola konsumsi obat klien dengan
adanya penurunan pada kadar LDL.
2. Apabila hasil menunjukkan adanya peningkatan kadar LDL, maka klien
menderita penyakit arterosklerosis.

Penyuluhan Klien :

1. Beri tahu klien untuk berpuasa 9 hingga 12 jam sebelum uji, hindari
mengonsumsi alkohol dan makanan yang mengandung tinggi kolesterol.
2. Anjurkan klien untuk mengonsumsi buah pada klien yang memiliki
kadar LDL tinggi.
3. Jelaskan kepada klien dan keluarga klien tentang kadar LDL, dan efek
yang ditimbulkan.
4. Anjurkan klien untuk menurunkan berat badan pada klien obesitas.
Penurunan berat badan dapat berpengaruh pada penurunan kadar LDL

6.2 Trigliserida
6.2.1 Nilai Rujukan
a) Dewasa: Usia 12 sampai 29 tahun: 10-140 mg/dl. Usia 30 sampai
39 tahun 20-150 mg/dl. Usia 40 sampai 49 tahun: 30-160 mg/dl.
Usia > 50 tahun: 40-190 mg/dl; 0,44-2,09 mmol/1 (satuan SI).
b) Anak: bayi: 5-40 mg/dl. Anak: 5-11 tahun: 10-135 mg/dl.
6.2.2 Deskripsi
Trigliserida merupakan lemak darah dibentuk oleh esterifikasi
gliserol dan tiga asam lemak,yang dibawa oleh lipoprotein serum.
Proses pencernaan trigleserida dari asam lemak dalam diet
(eksogenus), dan diantarkan ke aliran darah sebagai kilomikron
(droplet lemak kecil yang diselubungi protein),yang memberikan
tampilan seperti susu atau krim pada serum setelah mengonsumsi
makanan yang tinggi kandungan lemaknya. Fungsi trigliserida adalah
memberikan energi pada otot jantung dan rangka.
Trigliserida merupakan penyebab utama terjadinya penyakit
arteri dan sering dibandingkan dengan kolestrol melalui uji
elektroforesis lipoprotein.
Tujuan
a) Untuk memantau kadar trigliserida
b) Untuk membandingkan temuan uji dengan kelompok lipoprotein
(VLDL) yang mengindikasikan hiperlipemia.
6.2.3 Masalah Klinis
a) Penurunan Kadar: B-lipoproteinemia
kongenital,hipertiroidisme,hiperparatiroidisme,malnutrisi
protein,latihan fisik. Pengaruh Obat: Asam askorbat,klofibrat
(Atromid-S), fenformin,metformin.
b) Peningkatan Kadar: Hiperlipoproteinemia, infark miokardial
akut,hipertensi,trombosis serebral,hipotiriodisme,sindrom
nefrotik,arteriosk;erosis,sirosis laennec atau alkoholik,diabetes
militus tak terkontrol,pankreatilis,sindrom down,stres,diet tinggi
karbohidrat, kehamilan. Pengaruh obat : Estrogen,kontrasepsi oral.
6.2.4 Prosedur
a) Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah.
b) Klien harus berpuasa (makan,minuman,atau obat) setelah pukul 6
sore sebelum uji dilakukan, kecuali air. Pemberian obat harus
ditunda sampai darah selesai diambil. Klien harus menjalani diet
normal selama beberapa hari sebelum pengujian. Klien tidak
diperbolehkan mengonsumsi minuman beralkohol selama 24 jam
sebelum uji dilakukan.
c) Catat pada formulir laboratorium jika berat badan klien bertamabh
atau berkurang dalam 2 minggu terakhir.
6.2.5 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
Diet tinggi karbohidrat dan alkohol dapat meningkatkan kadar
trigliserida serum.
6.2.6 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Peningkatan Kadar
a) Kaitkan antara masalah klinis dan penggunaan obat dengan
peningkatan kadar trigliserida serum. Jika kadar trigliserida
dan/atau kadar kolestrol meningkat, uji elektroforesis lipoprotein
sering kali dipesan untuk dilakukan.
b) Periksa untuk menentukan apakah pemeriksaan elektroforesis
lipoprotein telah dipesankan. Pemeriksaan ini sering dilakukan
jika kadar trigliserida meningkat.
6.2.7 Penyuluhan Klien
a) Beritahu klien bahwa ia tidak boleh memakan atau meminum apa
pun,kecuali hanya meminum air putih selama 12 sampai 24 jam
sebelum uji dilakukan. Klien harus menghindari asupan alkohol
selama 24 jam. Tunda pemberian obat sampai uji selesai
dilakukan. Konfirmasikan hal ini kepada pemeberi layanan
kesehatan dan petugas laboratorium.
b) Beritahu klien yang memiliki kadar trigliserida serum tinggi untuk
tidak mengonsumsi gula dan karbohidrat dalam jumlah berlebih,
begitu juga halnya dengan asupan lemak dalam diaet. Klien harus
dianjurkan untuk mengonsumsi buah.

6.3 Kolesterol
6.3.1 Nilai Rujukan
a) Dewasa: Nilai ideal: <200 mg/dl. Risiko sedang: 200 – 240 mg/dl.
Risiko Tinggi: >240 mg/dl. Kehamilan: kadar berisiko tinggi,
tetapi akan kembali ke kadar seperti sebelum kehamilan, yaitu 1
bulan setelah pelahiran.
b) Anak: Bayi: 90-130 mg/dl. Anak (usia 2-19 tahun): Nilai ideal:
130-170 mg/dl. Risiko sedang: 171-184 mg/dl. Risiko tinggi:
>185 mg/dl.
6.3.2 Deskripsi
Kolestrol merupakan lemak darah yang disentesis dihati serta
ditemukan dalam sel darah merah, membran sel, dan otot. Kira-kira
sebanyak 70% kolestrol diesterifisikan (dikombinasi dengan asam
lemak), serta 30% dalam bentuk bebas. Kolestrol digunakan tubuh
untuk membentuk garam empedu sebagai fasiliator pencernaan lemak
dan untuk pembentukan hormon oleh kelenjar adrenal,ovarium,dan
testis. Hormon tiroid dan estrogen dapat menurunkan konsentrasi
kolestrol,serta sebaliknya tindakan pembedahan
ooforektomi,meningkatkan konsentrasinya.
Kolestrol serum digunakan sebagai indikator penyakit arteri
koroner dan aterosklerosis .hiperkolesterolemia menyebabkan
penumpukan plak di arteri koroner sehingga dapat menyebabkan MCI.
Kadar kolestrol serum yang tinggi dapat berhubungan dengan
kecenderungan genetik (herediteri) obstruksi bilier, dan/atau asupan
diet. Lebih kiurang sepertiga dan masyarakat di amerika memiliki
kadar kolestrol serum dibawah 200mg/dl, kadar ini merupakan kadar
ideal.
6.3.3 Tujuan
a) Untuk memeriksa kadar kolestrol klien
b) Untuk memantau kadar kolestrol
6.3.4 Masalah Klinis
a) Penurunan kadar : Hipertiroidisme,sindrom cushing (hormon
adrenal yang berlebih),kelaparan,malabsorpsi,anemia,infeksi akut.
Pengaruh obat antilipid (zocor,mevacor,lipitor),tiroksin,antibiotik
(kanamisin,neomisin,parmomisin,tetrasiklin),asam nikotinat,
estrogen,glukagon,heparin,salisilat (aspirin),kolkisin,obat
hipoglikemik per oral.
b) Peningkatan kadar : MCI
akut:aterosklerosis:hipotiroidisme;obstruksi bilier,sirosis
bilier;kolangitis,hiperkolesterolemia keluarga;diabetes melitus
yang tidak terkontrol;sindrom nefrotik;pankreatektomi;kehamilan
(trimester III) hiperlipoproteinemia tipe II,III, dan V; periode
setres berat;diet kolestrol tinggi (lemak hewani). Pengaruh obat :
aspirin,kortikosteroid,steroid,kontrasepsi oral, epinefrin dan
norepinefrin bromida,fenotiazin (klorpromazin [thorazine],
trifluoperazin [stelazine],vitamin A dan D,sulfonamid,fenitoin
(dilantin).
6.3.5 Prosedur
a) Jelaskan pada klien untuk puasa (makanan,cairan,dan obat) selama
12 jam. Klien diperbolehkan minum.
b) Kumpulkan 3-5 ml darah vena pada tabung bertutup merah. Cegah
terjadinya hemolisis.
c) Catat penggunaan obat yang dikonsumsi klien yang tidak terdaftar
pada formulir laboratorium.
6.3.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
a) Obat aspirin dan kortison dapat menyebabkan penurunan atau
peningkatan kadar kolestrol serum.
b) Diet tinggi kolestrol yang dikonsumsi sebelum pemeriksaan dapat
menyebabkan peningkatan kadar kolestrol serum.
c) Hipoksia berat dapat meningkatkan kadar kolestrol serum.
d) Himolisis pada spesimen darah dapat menyebabkan peningkatan
kadar kolestrol serum.
6.3.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
a) Jelaskan pada klien dan keluarganya tentang persepsi mengenai
kadar kolestrol serum normal dan efek yang timbul jika kadar
kolestrol meningkat.
b) Anjurkan klien menurunkan beart badannya jika kegemukan dan
mengalami hiperkolesterolemia. Penurunan berat badan pada
obesitas dapat membantu menurunkan kadar kolestrol serum.
c) Anjurkan klien yang menderita hiperkolesteromia untuk
mengurangi asupan makanan tinggi kolestrol (mis,daging babi
asap,telur,mentega,daging berlemak,makanan laut tertentu,kelapa,
dan coklat).
d) Instruksikan klien yang menderita hiperkolestromia berat untuk
mematuhi jadwal kunjungan medisnya guna perawatan lanjut.
6.3.8 Penyuluhan Klien
a) Jelaskan pada klien dan keluarganya tentang persepsi mengenai
kadar kolesterol serum normal dan efek yang timbul jika kadar
kolesterol meningkat
b) Anjurkan klien menurunkan berat badannya jika kegemukan dan
mengalami hiperkolesterolemia. Penurunan berat badan pada
obesitas dapat membantu menurunkan kadar kolesterol serum
c) Anjurkan klien yang menderita hiperkolesterolemia untuk
mengurangi asupan makanan tinggi kolesterol (mis. Daging babi
asap, telur, mentega, daging berlemak, makanan laut tertentu,
kelapa dan coklat)
d) Instruksikan klien yang menderita hiperkolesterolemia berat untuk
mematuhi jadwal kunjungan medisnya guna perawatan lanjut

6.2 HDL (High Desnity Lipoprotein)


6.4.1 Nilai Rujukan

Normal : >60 mg/dl

Abnormal : <40 mg/dl

6.4.2 Deskripsi

High Desnity Lipoprotein adalah lipoprotein berdensitas tinggi,


terutama mengandung protein. HDL diproduksi di hati dan usus halus. HDL
mengambil kolesterol dan fosfolipid yang ada di dalam darah dan
menyerahkannya ke lipoprotein lain untuk diangkut kembli atau dikeluarkan
dari tubuh (Muray, 2009). HDL ini mempunyai kandungan lemak sedikit dan
mempunyai kepadatan tinggi atau lebih berat dan mampu membawa kelebihan
kolesterol jahat dipembuluh arteri untuk diproses dan dibuang.

6.4.3 Masalah Klinis

Penurunan kadar : hipertiroidisme, cushing, melabsorpsi, anemia,


infeksi akut, beta lipoproteinemia, kongential, diabetes melitus tipe 2,
sindroma metabolic, pasca infark miokard, usia lanjut.

Pengaruh obat : klofibrat, fenformin, metformin, anitilipid, tiroksin,


antibiotik, neomisin, asam nikotinat, estrogen, glukagon, heparin, salisilat,
kolkisin, golongan fibrat.

6.4.4 Prosedur
1. Dianjurkan untuk berpuasa sebelu tes, jangan makan dan minum
apapun kecuali air mineral selama 9 hingga 12 jam.
2. Hindari konsumsi minuman alkohol, makanan tinggi lemak dan
olahraga sebelum berangkat tes
3. Menarik penghisap sedikit untuk memastikan jarum masuk vena
4. Tarik penghisap secara perlahan hingga didapatkan darah sesuai
kebutuhan 3-5ml
5. Lepaskan jarum, masukkan darah ke dalam tabung tertutup merah.
Hindari terjadinya hemolisis
6.4.5 Faktor Yang Mempengaruhi Laboratorium
1. Diet tinggi kolesterol
2. Mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh
3. Kelebihan berat badan
4. Gaya hidup yang jarang bergerak dan jarang olahraga
5. Merokok.
6. Riwayat keluarga
7. Obat golongan statin, derivat asam fibrat, dan asam nikotinik.
6.4.6 Implikasi Keperawatan Dan Rasional

Penurunan Kadar :

1. Kaitkan antara masalah klinis dan pola konsumsi obat klien dengan
adanya penurunan pada kadar HDL.
2. Apabila hasil menunjukkan adanya peningkatan kadar HDL, maka
klien menderita penyakit jantung.

Penyuluhan Klien :

1. Beri tahu klien untuk berpuasa 9 hingga 12 jam sebelum uji, hindari
mengonsumsi alkohol dan makanan yang mengandung tinggi
kolesterol.
2. Anjurkan klien untuk mengonsumsi buah pada klien yang memiliki
kadar HDL rendah.
3. Jelaskan kepada klien dan keluarga klien tentang kadar HDL, dan
efek yang ditimbulkan.
4. Anjurkan klien untuk menurunkan berat badan pada klien obesitas.
Penurunan berat badan dapat berpengaruh pada penurunan kadar
HDL.
DAFTAR PUSTAKA

Kee, Joyce LeFever. 1997. Buku Saku : Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik
dengan implikasi Keperawatan Edisi 2. Jakarta : EGC
Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik
Edisi 6. Jakarta : EGC
N GAMBAR WARNA ZAT EFEK PENGGUNAA VOLUM
O PENUTUP ADDITIVE TERHADAP N E
TABUNG YANG SPESIMEN TABUN
TERKANDUN G
G
1 Merah Tidak ada Membekukan Pemeriksaan 4 ml
darah, dan kimia, 6 ml
serum imunologi dan 10 ml
dipisahkan seriologi, bank
dengan darah
sentrifungasi (crossmatch)

2 Merah muda Potassium Membentuk Pemeriksaan 7 ml


(pink) EDTA garam kalsium imunohematolo
gi

3 Merah kelabu Tabung Cepat Penyalinan 7,5 ml


berbintik pemisah serum membentuk golongan darah 8,5 ml
(tiger top) dengan bekuan dan dan
activator memisahkan pemeriksaan
bekuan serum dengan kimia
gel SST pada
dasar lubang

4 Emas Gel pemisah Serum Serologi, 3,5 ml


dan activator separator ttube endokrin, 5 ml
bekuan (SST) gel pada immunology, 8,5 ml
dasar tabung termasuk HIV
untuk
memisahkan
darah dari
serum melalui
sentifugasi
5 Hijau muda Tabung Antikogulan Pemeriksaan 4 ml
pemisah serum dng lithum kimia darah 4,5 ml
(Na Heparin) heparin; 3 ml
Plasma
dipisahkan
oleh gel PSR
didasar tabung

6 Hijau gelap Sodium Menginaktifka Ammonania, 1 ml


heparin / n thrombin dan lactate, HKA 2 ml
lithium heparin tromboplastin typing untuk 3,5 ml
kadar lithum, 5 ml
gunakan sodium 8 ml
heparin untuk
kadar ammonia

7 Lavender/ung EDTA (bentuk Membentuk Hematologi 1 ml


u cair) garam kalsium (darah rutin) dan 2 ml
untuk bank darah 3 ml
mengeluarkan (crossmatch) 4 ml
kalsium 6 ml
8 ml

8 Biru muda Sodium citrate Membentuk Tes-tes 2 ml


(Na citrate) garam kalsium koagulasi (PT.
untuk PTT,TCT,
mengeluarkan CMV), tabung
kalsium harus terisi
penuh 100%

9 Biru gelap Sodium heparin Membentuk Toxicology dan 1,8 ml


(Na2 EDTA) garam garam jejak pengujian 2,7 ml
kalsium forms elemen (zinc,
calcium salts copper, lead, 4,5 ml
tabung mercury ) dan (full
dirancang uji tingkat obat draw)
untuk tidak
mengandung
kontaminasi
metal-metal
10 Kelabu terang Natrium florida Menginaktifka Glukosa, 2 ml
dan n komplemen paternity testing, 3 ml
kalisumoxlete studi DNA

11 Kuning ACD (acid- Inaktivasi HLA penulis 3,5 ml


citrate-dextrose) komplemen jaringan, studi 5 ml
DNA 8,5 ml

12 Kuning hitam Media biakan Menjaga Pemeriksaan 10 ml


bagian atas bakteri kelangsungan mikrobiologi-
hidup aerob an aerob
mikroorganism dan jamur
e
13 Coklat terang Sodium heparin Menginaktifka Penetapan 7 ml
n thrombin dan tembaga (Cu)
romboplastin dalam serum

14 hitam Sodium citrate Membantu LED westergen, 2 ml


(buffered) garam kalsium perlu mengisi
untuk tabung sampai
mengeluarkan penuh
kalsium

15 Jingga Trombin Membekukan Pemeriksaan 5 ml


darah secara kimia serum
cepat CITO

16 Putih Potassium Membentuk


Pemeriksaan 7 ml
EDTA garam kalsium
molekuler/CPR
dan bDNA
STUDI DIAGNOSTIK (TABUNG VACUTAINER)

Anda mungkin juga menyukai