Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN GERONTIK

PENDEKATAN PERAWATAN LANSIA DALAM KONTEKS KOMUNIKASI


PADA LANSIA

DISUSUN OLEH :

BANU WIRYAWAN

016STYC17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESETAHAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan gawat darurat. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Keperawatan Keluarga yang diampu oleh Ibu Aswati, SST.S.Kep,Ners.,

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu, sehingga makalah ini selesai sesuai dengan waktunya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun khususnya dari dosen mata kuliah Keperawatan
Keluargasangat penyusun harapkan, guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman
bagi penyusun untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa keperawatan yang


ingin menambah wawasan ilmu pengetahuan. Penyusun juga mengharapkan makalah
ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua.

Lombok tengah , 12 oktber 2020


                                                                                                                   
 Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................2

C. Tujuan..................................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ..................................3

B. Teknik komunikasi pada lansia ..........................................................................3

C. Hambatan berkomunikasi dengan lansia.............................................................4

D. Teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan..................................................5

E. Hal- hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan lansia ......................9

BAB III..................................................................................................................14

PEMBAHASAN....................................................................................................15

A. Kesimpulan........................................................................................................15

B. Saran..................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan
orang lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang
seringkali salah berpikir bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun
sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan
hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan
dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus
berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan ditransmisikan. Untuk
memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru
dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah
dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali
telah lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran.
Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien
dan sering sangat membantu. (Bruner & Suddart, 2001 : 188).
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal
dan non verbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi
tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan
( Potter-Perry, 301 ).
Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus. Perawat harus
waspada terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang
memperngaruhi pola komunikasi. Perubahan yang berhubungan dengan umur
dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan kerusakan pada pendengaran.
Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga mengalangi proses pendengaran
pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara. Berdasarkan hal – hal tersebut
kami menulis makalah ini yang berjudul “ komunikasi terapiutik pada lansia “..
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pendekatan keperawatan lansia dalam konteks komunikasi?
2. Bagaimana teknik komunikasi pada lansia?
3. Apa hambatan komunikasi pada lansia?
4. Bagaimana teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan?
5. Apa hal hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan lansia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pendekatan keperawatan lansia dalam konteks komunikasi
2. Untuk mengetahui teknik komunikasi pada lansia
3. Untuk mengetahui hambatan komunikasi pada lansia
4. Untuk mengetahui teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan
5. Hal hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan lansia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi


Menurut Lilik Ma’rifatul Azizah (2011) pendekatan perawatan lanjut usia
antara lain:
a. Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian,
yang dialami, peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih
bisa di capai dan di kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah
progresifitasnya. Pendekatan ini relative lebih mudah di laksanakan dan di
carikan solusinya karena riil dan mudah di observasi.
b. Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan
prilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk
melaksanakan pendekatan ini perawat berperan sebagai konselor, advokat,
supporter, interpreter terhadap sesuatu yang asing atau sebagai penampung
masalah-masalah yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
c. Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan
berinteraksi dalam lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran,
bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok
merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi
dengan sesama klien maupun dengan petugas kesehatan.
d. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubunganya
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam
keadaan sakit.

B. Teknik Komunikasi Pada Lansia


Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia,
selain pemahaman yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas
kesehatan atau  perawat juga harus mempunyai teknik-teknik khusus agar
komunikasi yang di lakukan dapat berlangsung secara lancar dan sesuai
dengan tujuan yang diinginkan.
Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain:
a. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara
dengan menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan
memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau
pembicaraan dapat di mengerti. Asertif merupakan pelaksanaan dan etika
berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk
menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.
b. Responsif  
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien
merupakana bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat
mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun
hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut
misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang sedang bapak/ibu
fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa bantu…?  berespon berarti bersikap aktif
tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas
kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
c. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap
materi komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang di inginkan, maka perawat
hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu di
perhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal
yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.
d. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun
psikis secara bertahap  menyebabkan emosi klien relative menjadi labil
perubahan ini perlu di sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien
lansia, mesalnya dengan mengiyakan , senyum dan mengagukan kepala
ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat
menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan
kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi
keluarganya. Dengan demikaian di harapkan klien termotivasi untuk
menjadi dan berkarya sesuai dengan kemampuannya. Selama memberi
dukungan baik secara materiil maupun moril, petugas kesehatan jangan
terkesan menggurui atau mangajari klien karena ini dapat merendahan
kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya.
Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan
kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya:
‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu
dapat melaksanakanya……. dan bila diperlukan kami dapat membantu’.
e. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses
komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali
perlu di lakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat di
terima dan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa menerima apa
yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk
menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi…?.
f. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami
perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan
perubahan ini bila tidak di sikapai dengan sabar dan ikhlas dapat
lakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung
emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan
petugas kesehatan.

C. Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia


a. Pasien dengan Defisit Sensorik
Beberapa pasien menunjukkan defisit pendengaran dan penglihatan
yang terkait dengan usia, keduanya memerlukan adaptasi dalam
berkomunikasi. Penelitian mengindikasikan bahwa 16% - 24% individu
berusia lebih dari 65 tahun mengalami pengurangan pendengaran yang
mempengaruhi komunikasi (Crews & Campbell, 2004 ; Mitchell, 2006).
Bagi mereka yang berusia diatas 80 tahun, jumlah gangguan sensorik
meningkat menjadi lebih dari 60% (Chia et al., 2006). Aging/penuaan
mengakibatkan penurunan fungsi pendengaran yang dikenal sebagai
presbyacussis, yang terutama berkenaan dengan suara berfrekuensi tinggi.
Suara berfrekuensi tinggi adalah suara konsonan yang berdampak pada
pemahaman pasien diawal dan akhir kata. Sebagai contoh, jika anda
berkata “Take the pill in the morning (Minumlah pil dipagi hari)”, pasien
akan mendengar vokal dalam kata tetapi pasien dapat berpikir anda
berkata “Rake the hill in the morning (Dakilah bukit dipagi hari)” (Fook &
Morgan, 2000 ; Ross et al., 2007). Gangguan visual yang berhubungan
dengan usia meliputi reduksi diameter pupil; lensa mata menguning, yang
mempersulit untuk membedakan warna dengan panjang gelombang
pendek seperti lavender, biru, dan hijau; dan menurunkan elastisitas ciliary
muscles, yang mengakibatkan penurunan akomodasi ketika bahan cetakan
dipegang diberbagai jarak. Kebanyakan pasien lanjut usia mengalami
penyakit mata yang menurunkan ketajaman penglihatan (mis. katarak,
degenerasi macular, glaucoma, komplikasi ocular pada diabetes). Lebih
dari 15% orang tua berusia lebih dari 70 tahun melaporkan penglihatannya
yang buruk, dan 22% lagi melaporkan penglihatannya hanya cukup untuk
jarak tertentu (Crews & Campbell, 2004). Bagi mereka yang berusia diatas
80 tahun, 30% melaporkan penglihatannya yang terganggu (Chia et al.,
2006).
b. Pasien dengan Demensia
Amerika Serikat pada tahun 2008 diprediksi memiliki lebih kurang 5,2
juta penduduk berusia lanjut yang diantaranya menderita beberapa bentuk
demensia, dan jumlahnya diprediksi akan meningkat dua kali lipat pada 30
tahun yang akan datang (Hingle & Sherry, 2009). Sebagai akibatnya,
dokter dapat berharap untuk menemui lebih banyak pasien demensia dan
pasien tersebut datang berkunjung ke dokter ditemani oleh anggota
keluarga atau perawat nonformal lain (Vieder et al.,2002). (istilah
caregiver digunakan dari point ini untuk merujuk pada setiap orang yang
menemani kunjungan yang merupakan informal caregiver). Penilaian dan
pengobatan pasien lanjut usia dengan demensia juga akan sangat
membantu bila melibatkan caregiver (Roter, 2000). Ada banyak tingkatan
demensia, yang memiliki berbagai kesulitan komunikasi. Pasien pada
stadium awal sering mengalami masalah untuk menemukan kata yang
ingin disampaikan, pasien banyak menggunakan kata-kata yang tidak
memiliki makna, seperti “hal ini”, “sesuatu”, dan “anda tahu”. Pada
demensia parah, pasien dapat menggunakan jargon yang tidak dapat
dipahami atau bisa hanya berdiam diri (Orange & Ryan, 2000). Demensia
memiliki efek yang merugikan pada penerimaan dan ekspresi komunikasi
pasien. Sebagian besar pasien mengalami kehilangan memori dan
mengalami kesulitan mengingat kejadian yang baru terjadi. Sebagian
pasien demensia memiliki rentang konsentrasi yang sangat singkat dan
sulit untuk tetap berada dalam satu topik tertentu (Miller, 2008).
c. Pasien yang Ditemani oleh Caregiver
Karakteristik utama kunjungan poliklinik geriatri adalah adanya orang
ketiga, dengan seorang anggota keluarga atau caregiver informal lainnya
yang hadir sedikitnya pada sepertiga kunjungan geriatrik (Roter, 2000).
Meskipun caregiver dapat mengasumsikan berbagai peran, termasuk
pendukung, peserta pasif, atau antagonis, pada sebagian besar kasus,
caregiver menempatkan kesehatan orang yang mereka cintai sebagai
prioritasnya. Caregiver sangat penting untuk sistem perawatan kesehatan
lanjut usia. Mereka tidak hanya membantu dengan nutrisi, aktivitas
kehidupan sehari-hari, tugas rumah tangga, pemberian obat, transportasi,
dan perawatan lain untuk pasien lanjut usia, caregiver membantu
memudahkan komunikasi antara dokter dan pasien serta mempertinggi
keterlibatan pasien dalam perawatan mereka sendiri (Clayman et al.,
2005 ; Wolff & Roter, 2008). Juga merupakan hal penting untuk
memperlakukan pasien lanjut usia dalam konteks atau sudut pandang
caregiver-nya agar didapatkan hasil terbaik bagi keduanya (Griffith et al.,
2004).
Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia :
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan
terganggu apabila ada sikap agresif dan sikan nonasertif.
a. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan prilaku-
prilaku di bawah ini:
a) Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b)   Meremehkan orang lain
c) Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d) Menonjolkan diri sendiri
e) Pempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan
maupun tindakan.
b. Non asertif
Tanda tanda dari non asertif ini antara lain :
a) Menarik diri bila di ajak berbicara
b) Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c) Merasa tidak berdaya
d) Tidak berani mengungkap keyakinaan
e) Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f) Tampil diam (pasif)
g) Mengikuti kehendak orang lain
h) Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik
dengan orang lain.
Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar
seiring dengan menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga
kesehatan yang professional perawat di tuntut mampu mengatasi hambatan
tersebut untuk itu perlu adanya teknik atau tips-tips tertentu yang perlu di
perhatikan agar komunikasi berjalan gengan efektif antara lain;
a. Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien
b. Keraskan suara anda jika perlu
c. Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia
dapat melihat mulut anda.
d. Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang
baik. Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan
yang cukup.
e. Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat
kelemahannya. Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan
hasil bahwa klien tidak kooperatif.
f. Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan
orang yang tidak mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai
partner yang tugasnya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan
dan pemahamannya.
g. Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan
kalimat  pendek dengan bahasa yang sederhana.
h. Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual.
i. Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya ketika
melaporkan hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa
berita tersebut adalah bagus seharusnya di buktikan dengan ekspresi,
postur dan nada suara anda yang menggembirakan (misalnya denagn
senyum, ceria atau tertawa secukupnya).
j. Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
k. Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan anda.
l. Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung, tahan
keinginan anda menyelesaikan kalimat.
m. Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkanya.
n. Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.
o. Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama anda.
Orang ini biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat
membantu proses komunikasi.

D. Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan


Menurut Wahjudi Nugroho (2008), Penolakan adalah ungkapan
ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara sadar terhadap pikiran,
keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadiaan-kejadian nyata atau
sesuatu yang merupakan ancaman. Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan
lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya. Perawat dalam
menjamin komunikasi perlu memahami kondisi ini sehingga dapat menjalin
komunikasi yang efektif, tidak menyinggung perasaan lansia yang relatif
sensitif.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi
klien lansia dengan reaksi penolakan, antara lain :
a. Kenali segera reaksi penolakan klien
b. Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu.
Hal ini merupakan mekanisme penyesuaian diri sejauh tidak
membahayakan klien, orang lain serta lingkunganya.
c. Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri Langkah
tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan klien terhadap
perawatan yang akan di lakukan serta upaya untuk memandirikan klien.
d. Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan
memperoleh sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana
/ tindakan dapat terealisasi dengan baik dan tepat

E. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia


a. Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak”, “ibu”, kecuali apabila
sebelumnya pasien telah meminta anda untuk memanggil panggilan
kesukaannya.
b. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
c. Pertahankan kontak mata dengan pasien
d. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah
kunci komunikasi efektif
e. Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya
f. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa
dan kalimat yang sederhana.
g. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
h. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien
i. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi
j. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
k. Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri
penerangan yang cukup saat berinteraksi.
l. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau
bahu.
m. Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari pemaparan diatas, dapat kami tarik kesimpulan :
1. Pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ada pendekatan
fisik, psikologis, social, dan spiritual
2. Teknik komunikasi pada lansia terdiri dari : teknik asertif, responsif,
focus, supportif , klarifikasi, sabar dan ikhlas.
3. Hambatan berkomunkasi dengan lansia : agresif, non-asertif.
4. Teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan : kenali segera reaksi
penolakan klien, orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri
sendiri, libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia:
menunjukkan rasa hormat hindari menggunakan istilah yang merendahkan
pasien, pertahankan kontak mata dengan pasien dan lainnya
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat
banyak sekali kesalahan. Besar harapan kami kepada para pembaca untuk bisa
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini
menjadi lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mundakir.2006.Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam
Pelayanan.Surabaya:Graha Ilmu
2. https://www.academia.edu/29285125/KOMUNIKASI_PADA_KLIEN_LAN
SIA
3. Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
4. Azizah, Lilik Ma’arifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta :
Graha Ilmu
5. Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed 2. Jakarta :
EGC.
6. Adelman, R.D., Greene, M.G., Ory, M.G. 2000. Communication between
older patients and their physicians. Clin Geriatr Med
7. William, S.L., Haskard, K.B., Dimatteo, M.R. 2007. The therapeutic effects of
the physician-older patient relationship: effective communication with
vulnerable older patients. Clin Interv Aging
8. Kushariyadi. 2010. Asuhan keperawatan pada klien lanjut usia. Jakarta :
Salemba Medika
9. Indrawati. 2003. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta : EGC
10. Arwani. 2003. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai