INSOMNIA
Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
Ayu Rahmawati
NIM. 20344020
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman - teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
Penyusun
i
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan tidur yang paling sering dijumpai saat ini yaitu Insomnia. Insomnia
merupakan kesukaran dalam memulai dan mempertahankan tidur sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas. Biasanya seseorang
yang mengalami insomnia akan lebih sulit memulai tidur, sering terbangun saat tidur hingga
terbangun lebih dini dan sulit untuk tidur kembali. Penyebabnya dikarenakan gangguan fisik
maupun karena faktor mental seperti perasaan gundah maupun gelisah. Pada kelompok lansia
kejadian insomnia tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok 20 tahun. Banyak
Lansia yang mengeluh mengenai masalah tidur (hanya dapat tidur tidak lebih dari lima jam
sehari) dengan terbangun lebih awal dari pukul 05.00 pagi dan sering terbangun di waktu
malam hari.
fisiologis salah satunya kesulitan untuk tidur atau insomnia. Di dunia, angka prevalensi
insomnia pada lansia diperkirakan sebesar 13- 47% dengan proporsi sekitar 50-70% terjadi
pada usia diatas 65 tahun. Tidur merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia.
Tidur adalah suatu keadaan tidak sadarkan diri dimana persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun atau hilang dan dapat di bangunkan kembali dengan indra atau
ransangan yang cukup. Tidur dapat dikatakan sebagai kondisi ketika seseorang tidak sadar,
tetapi dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai yang ditandai dengan
aktivitas fisik yang minim, tingkat kesadaran bervariasi, terjadi perubahan proses fisiologis
2
1.2 Rumusan Masalah
2. Jenis insomnia
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum.
Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui tentang kebutuhan
2. Tujuan khusus.
Setelah mempelajari gangguan pola tidur atau insomnia ini, maka ketika mengalami insomnia
1. Relaksasi,penenangan diri
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Insomnia
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, insomnia adalah keadaan tidak dapat tidur
karna gangguan jiwa. Insomnia atau gangguan tidur merupakan suatu keadaan seseorang
dengan kuantitas dan kualitas tidur yang kurang. Menurut kamus kedokteran, insomnia
adalah gangguan yang ditandai oleh penurunan kemampuan untuk memulai atau
mempertahan kan tidur. Insomnia dapat terjadi secara primer atau berhubungan dengan
kondisi medis atau kejiwaan. Insomnia merupakan kesulitan untuk masuk tidur, kesulitan
dalam mempertahankan tidur,atau tidak cukup tidur (ilmu kedokteran jiwa darurat,) .
Menurut DSM-IV, Insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal kesulitan untuk
memulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif yang berlangsung setidaknya
satu bulan dan menyebabkan gangguan signifikan atau gangguan dalam fungsi individu. The
atau mempertahankan tidur yang terjadi minimal 3 malam/minggu selama minimal satu
kesulitan tidur yang terjadi hampir setiap malam, disertai rasa tidak nyaman setelah episode
tidur tersebut. Jadi, Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang
untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk melakukannya.
Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya
waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai
irama sirkadian. Tidur tidak dapat diartikan sebagai menifestasi proses deaktivasi Sistem
Saraf Pusat. Saat tidur, susunan saraf pusat masih bekerja dimana neuron-neuron di
4
Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada
substansia ventrikulo retikularis batang otak yang disebut sebagai pusat tidur (sleep center).
bagian rostral batang otak disebut sebagai pusat penggugah (arousal center).
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh
fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian
Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan waktu tidur, dibagi dalam empat stadium,
antara lain:
tidur yang khas, bervoltase rendah, dengan frekuensi 3 sampai 7 siklus perdetik, yang
2. Stadium 2, berlangsung paling lama, yaitu 45% dari keseluruhan waktu tidur. EEG
dengan frekuensi 12 sampai 14 siklus perdetik, lambat, dan trifasik yang dikenal
sebagai kompleks K. Pada stadium ini, orang dapat dibangunkan dengan mudah.
gelombang bervoltase tinggi dengan frekuensi 0,5 hingga 2,5 siklus perdetik, yaitu
gelombang delta. Orang tidur dengan sangat nyenyak, sehingga sukar dibangunkan.
5
4. Stadium 4, berlangsung 13% dari keseluruhan waktu tidur. Gambaran EEG hampir
sama dengan stadium 3 dengan perbedaan kuantitatif pada jumlah gelombang delta.
Stadium 3 dan 4 juga dikenal dengan nama tidur dalam, atau delta sleep, atau Slow
Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan waktu tidur. Tidak dibagi-bagi
a. klasifikasi insomnia
a. Insomnia Primer
Insomnia primer ini mempunyai faktor penyebab yang jelas. insomnia atau susah tidur
ini dapat mempengaruhi sekitar 3 dari 10 orang yang menderita insomnia. Pola tidur,
kebiasaan sebelum tidur dan lingkungan tempat tidur seringkali menjadi penyebab dari jenis
b. Insomnia Sekunder
Insomnia sekunder biasanya terjadi akibat efek dari hal lain, misalnya kondisi medis.
Masalah psikologi seperti perasaan bersedih, depresi dan dementia dapat menyebabkan
terjadinya insomnia sekunder ini pada 5 dari 10 orang. Selain itu masalah fisik seperti
penyakit arthritis, diabetes dan rasa nyeri juga dapat menyebabkan terjadinya insomnia
sekunder ini dan biasanya mempengaruhi 1 dari 10 orang yang menderita insomnia atau
susah tidur. Insomnia sekunder juga dapat disebabkan oleh efek samping dari obat-obatan
yang diminum untuk suatu penyakit tertentu, penggunaan obat-obatan yang terlarang ataupun
penyalahgunaan alkohol. Faktor ini dapat mempengaruhi 1-2 dari 10 orang yang menderita
insomnia.
6
Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari
Gejala gastrointestinal
Penyebab insomnia atau susah tidur ada dua macam, yaitu karena masalah medis dan
karena masalah psikologis. Jika penyebab insomnia berkaitan dengan medis, maka yang
dibutuhkan adalah penanganan secara medis oleh seorang dokter. Jika penyebabnya adalah
masalah psikologis, maka yang diperlukan adalah penanganan oleh seorang psikiater.
dalam keadaan normal, seseorang biasanya mampu menyesuaikan diri dengan bunyi
atau suara sehingga tidak mengganggu tidurnya. Namun orang yang sedang ketakutan karena
alasan tertentu, maka pada malam hari mungkin saja terbangun berulang-kali hanya karena
b. Suhu udara
Setiap orang ingin tidur pada suhu udara yang nyaman bagi dirinya. Bila udara terasa
dingin ia akan memakai selimut dan bila udara terasa panas akan memakai pakaian tipis. Jika
seseorang tidak merasa nyaman dengan suhu tertentu maka ia akan kesulitan untuk tidur.
7
c. Daerah dataran tinggi
Insomnia merupakan gejala yang umum dijumpai pada daerah dataran tinggi. Kondisi
ini disebut mabuk udara tipis (mountain sickness). Misalnya terjadi pada pendaki gunung
d. Mengkonsumsi makanan
obat atau hal lain yang mengganggu susunan saraf pusat: kondisi susah tidur atau
insomnia dapat terjadi karena mengkonsumsi bahan-bahan seperti kopi dan teh yang
mengandung kafein, alkohol, rokok yang mengandung nikotin dan obat pelangsing badan
e. Masalah psikologis
Beberapa penyakit psikologis ditandai antara lain dengan adanya insomnia seperti
• Stres. Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau keluarga dapat membuat
pikiran menjadi aktif di malam hari, sehingga sulit untuk tidur. Peristiwa kehidupan yang
penuh stres, seperti kematian atau penyakit dari orang yang dicintai, perceraian atau
• Kecemasan dan depresi. Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan kimia dalam
• Obat-obatan. Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur, termasuk beberapa
antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat alergi, stimulan (seperti Ritalin) dan
kortikosteroid.
8
• Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh, cola dan minuman yang mengandung kafein
adalah stimulan yang terkenal. Nikotin merupakan stimulan yang dapat menyebabkan
insomnia. Alkohol adalah obat penenang yang dapat membantu seseorang jatuh tertidur,
tetapi mencegah tahap lebih dalam tidur dan sering menyebabkan terbangun di tengah
malam.
• Kondisi Medis. Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan bernapas dan
sering buang air kecil, kemungkinan mereka untuk mengalami insomnia lebih besar
dibandingkan mereka yang tanpa gejala tersebut. Kondisi ini dikaitkan dengan insomnia
akibat artritis, kanker, gagal jantung, penyakit paru-paru, gastroesophageal reflux disease
• Perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Kelelahan akibat perjalanan jauh atau
sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian bertindak sebagai jam internal, mengatur
• 'Belajar' insomnia. Hal ini dapat terjadi ketika Anda khawatir berlebihan tentang tidak
bisa tidur dengan baik dan berusaha terlalu keras untuk jatuh tertidur. Kebanyakan orang
dengan kondisi ini tidur lebih baik ketika mereka berada jauh dari lingkungan tidur yang
biasa atau ketika mereka tidak mencoba untuk tidur, seperti ketika mereka menonton TV
atau membaca.
1. insomnia inisial
Insomnia inisial yakni bila seseorang kesulitan tidur saat hendak memulai tidur.
2. insomnia intermitten
9
Insomnia intermitten yakni bila seseorang tidak mampu mempertahankan tidurnya
3. insomnia terminal
Insomnia terminal yakni seseorang terbangun terlalu dini dan tidak dapat tidur
kembali.
1. Insomnia akut
Insomnia akut berlangsung dalam waktu yang singkat, yaitu antara 1 malam sampai
beberapa minggu. insomnia akut, adalah gejala yang paling umum terjadi dan biasanya
diakibatkan oleh situasi seperti stres di tempat kerja, masalah keluarga, atau peristiwa
traumatis.
2. Insomnia kronis
sekunder.
1. Insomnia Primer
Insomnia primer bersumber dari masalah psikis / psikologis, seperti perubahan hidup
yang dapat memicu insomnia primer, stres yang berkepanjangan dan pengaruh emosional,
2. Insomnia Sekunder,
10
Insomnia sekunder berarti merupakan efek samping dari suatu masalah medis seperti :
Bahaya insomnia bagi kesehatan patut diwaspadai. Lebih dari seperempat jumlah
warga Amerika dilaporkan tidak memiliki waktu tidur yang cukup. Situasi tersebut dapat
3. Hindari stres
Prinsip dasar terapi pengobatan insomnia yaitu, Jangan menggunakan obat hipnotik
farmakologi, pemberian obat golongan hipnotik dimulai dengan dosis yang rendah,
selanjutnya dinaikan perlahan – lahan sesuai kebutuhan, khususnya pada orang tua, hindari
penggunaan benzodiazepin jangka panjang, hati – hati penggunaan obat golongan hipnotik
11
obat, monitor pasien untuk melihat apakah ada toleransi obat, ketergantungan obat atau
penghentian penggunaan obat, memberikan edukasi kepada pasien efek penggunaan obat
hipnotik yaitu mual dan kecelakaan saat mengemudi atau bekerja, khususnya golongan obat
jangka panjang, melakukan tapering obat secara perlahan untuk menghindari penghentian
obat dan terjadi rebound insomnia. Terapi pengobatan insomnia diklasifikasikan menjadi tiga
A. Benzodiazepin
sedatif. Sifat yang diinginkan dari penggunaan hipnotik-sedatif antara lain adalah perbaikan
anxietas, euporia dan kemudahan tidur sehingga obat ini sebagai pilihan utama untuk
insomnia , jika keadaan ini terjadi terus menerus , maka pola penggunaanya akan menjadi
besar dosis yang digunakan tepat sebelum penghentian penggunaan dan waktu paruh serta
golongan obat yang digunakan. Obat-obatan hipnotik-sedatif dengan waktu paruh lama akan
dieliminasi lama untuk mencapai penghentian obat bertahap sedikit demi sedikit. Sedangkan
pada obat dengan waktu paruh singkat akan dieliminasi dengan cepat sehingga sisa
metabolitnya tidak cukup adekuat untuk memberikan efek hipnotik yang lama. Oleh karena
itu, penggunaan obat dengan waktu paruh singkat sangat bergantung dari dosis obat yang
digunakan tepat sebelum penghentian penggunaan. Gejala gejala abstinensi dapat terjadi pada
penggunaan berbagai golongan obat hipnotik- sedatif. Gejala–gejala ini dapat berupa lebih
sukar tidur dibanding sebelum penggunaan obat- obatan hipnotik-sedatif . jika gejala ini
terjadi , ada kecenderungan untuk menggunakannya lagi karena mungkin dari sisi psikologis,
si pemakai akan merasakan rasa nyaman karena sifat obat tsb sehingga terjadilah
12
ketergantungan fisik. Dibeberapa Negara maju dan berkembang seperti di Belanda dan
penggunaanya dibatasi karena penyalahgunaan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan
benzodiazepin tradisional, selain itu obat ini menawarkan efikasi yang sebanding serta
rendahnya insiden amnesia, tidur sepanjang hari, depresi respirasi , ortostatik hipotensi dan
terjatuh pada lansia. Obat golongan non-benzodiazepin juga efektif untuk terapi jangka
pendek insomnia. Obat-obatan ini relatif memiliki waktu paruh yang singkat sehingga lebih
kecil potensinya untuk menimbulkan rasa mengantuk pada siang hari; selain itu penampilan
psikomotor dan daya ingat nampaknya lebih tidak terganggu dan umumnya lebih sedikit
a. Zolpidepam
imidazopiridine, dimana telah disetujui oleh FDA pada tahun 1992 sebagai obat kerja pendek
untuk insomnia. Zolpidem secara selektif mengikat reseptor alpha 1 subunit dari GABAA
dan memproduksi efek sedatif dan hypnosis yang kuat tanpa adanya efek anxiolitik,
miorelaxan, antikonvulsan yang terdapat pada benzodiazepine. Pada uji percobaan , zolpidem
mengurangi kesulitan tidur dan menigkatkan durasi tidur selama lebih dari 5 minggu.
Selanjutnya Mareek dkk mengikuti perjalanan pasien yang meminum obat zolpidemselama
360 hari dan ditemukan peningkatan yang persisten yaitu berkurangnya kesulitan tidur, serta
bangun dimalam hari dan meningkatnya durasi tidur tanpa adanya rebound ataupun efek
withdrawal setelah penghentian obat. Karena onset yang cepat dan durasi kerja obat pendek,
13
b. Zaleplon
Zaleplon (sonata) ,obat kerja pendek untuk insomnia. Obat ini sangat cepat diabsorbsi
dan memiliki waktu paruh yang singkat yaitu 1 jam. Secara selektif mengikat reseptor alpha 1
subunit GABAA. Zaleplon adalah obat kerja pendek sebagai indikasi pengobatan insomnia
dan menunjukan adanya penurunan sleep-onset insomnia. Adanya toleransi obat atau efek
rebound tidak ditemukan. Zaleplon meningkatkan total waktu tidur dan mengurangi
terbangunnya di malam hari. Pada dasarnya obat ini digunakan untuk sleep onset insomnia
karena waktu paruhnya pendek serta tidak ditemukan efek hang over.
c. Eszopiclone
Eszopiclone (lunesta) adalah obat untuk insomnia dan telah disetujui penggunaan oleh
FDA pada tahun 2004. Mekanisme aksinya tidak dikeatahui dengan jelas. Eszopiclone
mempunyai waktu paruh cukup lama yaitu 5-6 jam dibanding golongan hipnotik
nonbenzodiazepin yg lain dan obat ini diberikan hanya untuk pasien yang memiliki waktu
tidur terjaga minimal 8jam. Dosis yang direkomendasikan Yaitu 3mg untuk dewasa sebelum
tidur, 1mg untuk sleep-onset Insomnia, 2mg untuk sleepmaintenance insomnia pada lansia
d. Ramelteon
Ramelteon (rozerem) adalah melatonin reseptor agonis dengan selectivitas yang tinggi
terhadap reseptor MT1 dan MT2 di nucleus suprasiasma di hipotalamus. Reseptor ini
dipercaya dapat memberikan efek tertidur dan memelihara ritme sirkadian. Waktu paruh obat
ini pendek yaitu berkisar 1-6 jam, sehingga cocok untuk sleep-onset insomnia atau sleep
-maintenance insomnia. Ramelton secara signifikan meningkatkan total waktu 15 tidur pada
chronic insomnia dan pasien lansia dengan chronic insomnia. Dosis yang direkomendasikan
14
C. Sleep-promoting Agents
Melatonin
Melatonin adalah hormon yang dibentuk di glandula pineal, yaitu sebuah kelenjar
yang hanya sebesar kacang tanah yang terletak di antara kedua sisi otak. Hormon ini
mempunyai fungsi yang sangat khas karena produksinya dipicu oleh gelap dan hening tetapi
dapat dihambat oleh sinar yang terang. Hormon ini sedang menjadi fokus para peneliti saat
ini.
Antihistamin
yang sering digunakan untuk membantu tidur . efek samping penggunaanya adalah pusing,
lemah, mual pada 10 – 25% pada orang yang menggunakan obat ini.
Antidepresan
Dosis rendah pada antidepresan yg memiliki efek sedasi seperti trazodone (desyrel),
diresepkan pada pasien bukan depresi untuk pengobatan insomnia, antidepresan sering
diberikan untuk insomnia karena pemberiannya tidak terjadwal, relatif tidak mahal, dan
memiliki sedikit potensi untuk disaalahgunakan. Namun demikian harus digunakan secara
Penanganan terapi non farmakologi terdiri dari cognitive and behavioral therapy meliputi:
sleep hygine, sleep restriction atau pembatasan tidur, relaxation therapy atau terapi relaksasi
15
a. Sleep Hygine
Sleep hygine adalah salah satu komponen terapi perilaku untuk insomnia. Beberapa
langkah sederhana dapat diambil untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur pasien.
Langkah – langkah ini meliputi: Mencuci muka, sikat gigi, buang air kecil sebelum tidur,
tidur sebanyak yang dibutuhkan, berolahraga secara rutin minimal 4 menit sehari, idealnya 4-
5 jam sebelum waktu tidur, hindari memaksa diri untuk tidur, hindari caffeine, alkohol, dan
nikotin 6 jam sebelum tidur, hindari kegiatan lain yang tidak ada kaitannya dengan tidur.
b. Sleep Restriction
Membatasi waktu di tempat tidur hanya untuk tidur sehingga dapat meningkatkan
kualitas tidur. Terapi ini disebut pembatasan tidur. Hal ini dicapai dengan rata-rata waktu di
tempat tidur dihabiskan hanya untuk tidur. Pasien dipaksa untuk bangun pada waktu yang
ditentukan walaupun pasien masih merasa mengantuk. Ini mungkin membantu tidur pasien
yang lebih baik pada malam berikutnya karena kurang tidur dari malam sebelumnya. Sleep
restriction ini didasarkan atas pemikiran bahwa waktu yang terjaga di tempat tidur adalah
menigkatkan efisiensi tidur sampai setidaknya 85% . awalnya pasien disarankan ke tempat
tidur hanya pada saat tidur. Kemudian mereka diijinkan untuk meningkatkan waktu terjaga di
tempat tidur 15 – 20 menit permalam setiap minggu, asalkan efisiensi tidur melebihi 90%.
Waktu di tempat tidur berkurang sebesar 15 - 20 menit jika efisiensi tidur dibawah 90%.
c. Relaxation Therapy
Relaxation therapy meliputi relaksasi otot progresif, latihan pernafasan dalam serta
meditasi. Relaksasi otot progresif melatih pasien untuk mengenenali dan mengendalikan
ketegangan dengan melakukan serangkaian latihan , pada latihan perrnafasan dalam maka
pasien diminta untuk menghirup dan menghembuskan nafas dalam perlahan – lahan.
16
d. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy terdiri dari beberapa langkah sederhana yang dapat
membantu pasien dengan gejala insomnia, dengan pergi ke tempat tidur saat merasa
mengantuk, hindari menonton TV, membaca, makan di tempat tidur. tempat tidur hanya
digunakan untuk tidur dan aktivitas seksual. jika tidak tertidur 30 menit setelah berbaring,
bangun dan pergi ke ruangan lain dan melanjutkan teknik relaksasi, mengatur jam alarm
untuk bangun pada waktu tertentu setiap pagi, bahkan pada akhir pecan, hindari bangun
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
dimana fokus utama dari pengobatan insomnia harus diarahkan pada identifikasi faktor
penyebab. Setelah faktor penyebab teridentifikasi maka penting untuk mengontrol dan
mengelola masalah yang mendasarinya, karena hanya dengan mengobati insomnia saja tanpa
menangani penyebab utamanya jarang memberikan hasil. Pada kebanyakan kasus insomnia
dapat disembuhkan jika penyebab medis atau psikiatri di evaluasi dan diobati dengan benar.
Selain itu perlu adanya kontrol lingkungan seperti meredupkan lampu kamar tidur sebelum
Prinsip dasar penanganan terapi farmakologi yaitu jangan menggunakan obat hipnotik
sebagai satu-satunya terapi pengobatan maka harus dikombinasikan dengan terapi non
farmakologi, Pemberian obat golongan hipnotik dimulai dengan dosis yang rendah
jangka panjang, hati–hati penggunaan obat golongan hipnotik khususnya benzodiazepin pada
pasien dengan riwayat penyalahgunaan atau ketergantungan obat, monitor pasien untuk
melihat apakah ada toleransi obat atau ketergantungan obat atau penghentian penggunaan
Nonbenzodiazepin - hipnotik, dan obat –obat yang lain yg dapat memberikan efek tertidur.
Penanganan terapi non farmakologi terdiri dari cognitive and behavioral therapy meliputi:
sleep hygine, sleep restriction atau pembatasan tidur, relaxation therapy atau terapi relaksasi
18
3.2 Saran
Saran saya sebagai penyaji makalah, jika pembaca mengalami insomnia atau susah
untuk tidur, lakukanlah cara yang telah disebutkan didalam isi makalah ini.
dan jika dalam satu atau dua minggu anda masih tidak dapat tidur, pergilah ke dokter.
Pemeriksaan dari seseorang yang ahli seperti dokter atau psikiater akan dapat mengungkap
19
DAFTAR PUSTAKA
Alldredge, B.K, et. al,. 2013, Koda-Kimble & Young’s: Applied Therapeutics and Clinical
Use of Drugs tenth ed. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelpia. Appleton & Lange,
Stamford.
Avery‘s Drug Treatment: Principles and Practice of Clinical Pharmacology and
Therapeutics, 3rd Ed., Mc Lennan & Petty Pty Ltd.
DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, A.G., Posey, L.M. (Eds), 2008,
Pharmacotherapy a Pathophysiological Approach, 7rd ed, Appleton & Lange, Stamford.
Herfindal, E.T., Gourley, D.R (Eds), 2001, Textbook of Therapeutics Drug and Disease
Management, 7th Ed, Lippincot Williams and Wilkins. Philadelphia.
Katzung, B.G., Masters, S.B., Trevor, JT., Basic & Clinical Pharmacology, 12th Ed, 2012.
The Merck Manual of Diagnosis and Therapy, 18th Ed. (2006).
Oxford Textbook of Medicine, V0l 1, Edited by D.J Weatherall, J.G.G., Ledingham, D.A.
Warrell.
20