Anda di halaman 1dari 19

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur

OLEH :

Oleh: (I Putu Duta Ryasa Ardana, 213213296)

Program Studi Ilmu Keperawatan


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi / Pengertian
Istirahat dan tidur adalah sama pentingnya bagi kesehatan yang
baik dengan nutrisi yang baik dan olahraga yang cukup. Tiap individu
membutuhkan jumlah istirahat dan tidur yang berbeda. Kesehatan fisik dan
emosi tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
pada manusia. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang cukup, kemampuan
untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam
aktivitas kehidupan hari-hari akan menurun.
Tidur merupakan salah satu rangsang bagi tumbuh kembang otak
di samping sebagai upaya pendidikan (pembelajaran) dan pemenuhan gizi.
Tidur juga merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang
optimal. Pola tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal
pada diri anak dan faktor lingkungan fisik.
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami
atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas
pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu
gaya hidup yang diinginkannya (Lynda Juall, 2012:522). Gangguan tidur
dapat menyebabkan masalah perilaku, emosi, menyebabkan mengantuk
pada siang hari, dan dapat mempengaruhi konsentrasi. Gangguan pola
tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal (NANDA NIC-NOC,2013). Insomnia adalah gangguan pada
kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat fungsi. Deprivasi tidur
adalah periode panjang tanpa tidur (“tidur ayam” yang periodic dan alami
secara terus-menerus). "Persiapan meningkatkan tidur adalah pola “tidur
ayam” yang periodic dan alami, yang memberi istirahat adekuat,
mempertahankan gaya hidup yang diinginkan dan dapat ditingkatkan
(NANDA, 2012).
2. Klasifikasi
Gangguan tidur diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu
gangguan tidur organik dan gangguan tidur non organic (Iwan Ady
Prabowo et al., 2020).
1) Gangguan tidur organik
Yang disebabkan oleh penyebab organik seperti narkolepsi, sleep apnea,
ensefalitis, meningitis, trauma kepala, tumor otak, lesi serebrovaskular,
penyakit neurologis dan degeneratif, gangguan metabolik, kondisi toksik,
abnormalitas endokrin, dan sindrom pasca radiasi.
2) Gangguan tidur non organik
 Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur
baik secara kualitas maupun kuantitas.
Ada tiga jenis insomnia yaitu:
a. Insomnia inisial, adalah ketidakmampuan seseorang untuk
memulai tidur.
b. Insomnia intermiten, adalah ketidakmampuan untuk
mempertahankan tidur atau keadaan sering terjaga dari tidur.
c. Insomnia terminal, adalah bangun secara dini dan tidak dapat
tidur lagi.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami
insomnia di antaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan,
tekanan dan kondisi vang tidak menunjang untuk tidur. Perawat dapat
membantu klien mengatasi insomnia melalui pendidikan kesehatan,
menciptakan lingkungan yang nyaman, melatih klien relaksasi, dan
tindakan lainnya.
 Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat
kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi
motorik, seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur,
menabrak kursi, berjalan kaki, dan berbicara. Termasuk tingkah laku
berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur (Japardi 2002).
Somnambulisme ini lebih banyak terjadi pada anak-anak dibandingkan
orang dewasa.
 Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan
yang tak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula bahwa
narkolepsi adalah serangan mengantuk yang mendadak, sehingga ia
dapat tertidur pada setiap saat di mana serangan tidur (kantuk) tersebut
datang
 Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnva terjadi pada anak usia 6
tahun atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung
terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan
 Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran
udara di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid
dapat meniadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal
lidah yang menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian
belakang mulut mengendur bergetar jika dilewati udara pernapasan.

3. Etiologi
Dalam prosesnya, tidur dibagi menjadi dua jenis yaitu jenis tidur
non-rapid eye movement (NREM) atau disebut tidur gelombang lambat
kemudian dilanjutkan dengan jenis tidur rapid eye movement (REM) atau
disebut juga sebagai tidur paradoks.
1) Tidur gelombang lambat
a) Tahap I
Tahapan I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur
dengan ciri yaitu rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa
ngantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi
nadi dan nafas sedikit menurun. Pada tahapan ini berlangsung
selama 5 menit. Apabila terbangun, maka tidak akan merasa
dirinya sedang tidur.

b) Tahap II
Tahapan II merupakan tahapan tidur ringan dengan proses tubuh
terus menurun dengan ciri-ciri yaitu, mata pada umumnya terlihat
menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas menurun, temperatur
tubuh menurun, dan metabolisme dalam tubuh pun menurun. Pada
tahapan ini biasanya berlangsung selama 10-15 menit. Apabila
ingin dibangunkan maka, membutuhkan stimulus yang lebih dari
pada tahap I.
c) Tahap III
Tahapan III merupakan tahapan tidur dengan ciri nadi, frekuensi
nafas dan proses tubuh lainnya melambat disebabkan oleh adanya
dominasi sistem saraf parasimpatis yang menyebabkan seseorang
sulit terbangun.
d) Tahap IV
Tahapan IV merupakan tahapan tidur yang dalam selama tahap ini,
irama denyut jantung dan pernapasan turun hingga 20-30 persen
daripada saat melakukan aktifitas normal sehingga kecepatan
jantung dan pernafasan menurun. Pada tahapan ini juga seseorang
akan jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerakan bola mata
cepat, sekresi lambung menurun, serta tonus oton menurun karena
keadaan tubuh sudah sangat nyaman dan otot-otot dalam keadaan
rileks sehingga sangat sulit dibangunkan dengan rangsangan
apapun. Tahap ini sangat optimal dalam pengembalian energi
setelah beraktifitas dan berguna untuk pelepasan hormon
pertumbuhan (Hall & Guyton, 2012).

2) Tidur Paradoks
Tidur REM (rapid eye movement) merupakan jenis tidur dalam
kondisi aktif atau tidur paradoks yang ditandai dengan mimpi yang
bermacam-macam biasanya berlangsung pada tidur malam selama 5-20
menit. Periode pertama terjadi selama 80-100 menit, namun jika kondisi
seseorang sangat lelah maka awal tidur sangat cepat bahkan tidak
mengalami fase pertama pada tidur jenis ini (Sutanto & Fitriana, 2017).
Tidur REM memiliki ciri-ciri seperti, mimpi yang aktif dan lebih sulit
dibangunkan, otot- otot yang meregang, kecepatan jantung dan pernafasan
tidak teratur (sering lebih cepat), perubahan tekanan darah, gerakan otot
tidak teratur, gerakkan mata cepat tertutup dan terbuka, pembebasan
steroid, sekresi lambung meningkat serta terjadi ereksi penis pada pria, dan
biasanya dalam tidur paradoks disertai dengan mimpi aktif. Saraf-saraf
simpatik bekerja selama tidur REM, diperkirakan terjadi proses yang
penting untuk keseimbangan secara mental, emosi, juga berperan dalam
belajar, adaptasi, dan memori (Hidayat & Uliyah, 2015).

3) Siklus tidur
Secara umum, siklus tidur normal akan melewati jenis tidur NREM
dan REM, selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM
dan NREM terjadi secara berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila
seseorang kurang cukup mengalami REM, maka esok harinya ia akan
menunjukkan kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat
mengendalikan emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika
NREM kurang cukup, keadaan fisik menjadi kurang gesit. (Lehmann,
Thomas, & Erich, 2016).
Semua tidur melewati siklus tidur yang terdiri dari tidur NREM
dan REM secara lengkap. Apabila seseorang tidak melewati salah satu
tahap saja, maka dapat diindikasikan mengalami gangguan tidur. Kondisi
kesehatan individu dewasa biasanya terjadi 4 sampai 6 siklus tidur selama
7-6 jam. Seseorang yang tidur dan terbangun pada keadaan tahap apapun
harus memulai tahap baru yakni tidur dimulai dari tahap NREM dan
melalui semua proses hingga mencapai tidur tahap REM

4. Patofisiologi
Pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme
serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat
otak agar dapat tidur dan bangun terganggu. Salah satu aktivitas ini diatur
oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur
seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan
kewaspadaan dan tidur
Faktor -faktor yang mempengaruhi tidur
a. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih
banyak dari normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan
pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur.
b. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gabuh maka akan
menghambat tidurnya
c. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan apat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk
d. Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM
e. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatakan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidur
f. Alcohol
Alcohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
alcohol dapat meningkatkan insomnia dan cepat marah
g. Obat-obatan
Beberapa obat yang menimbulkan gangguan tidur antara lain diuretic
(menyebabkan insomnia), anti depresan (supresi REM), kaffein
(meingkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (menimbulkan insomnia),
dan narkotika (mensupresi REM)
5. Tanda dan Gejala
1) Dewasa
a. Kesulitan untuk tidur atau tetap tidur
b. Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
c. Perubahan mood
d. Agitasi
e. Mengantuk sepanjang hari
2) Anak
a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan
atau respon tidak konsisten dari orang tua terhadap permintaan
anak untuk mengubah peraturan dalam tidur
b. Keengganan untuk istirahat
c. Sering bangun saat malam hari

6. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun
kuantitatif), tanda tanda vital seperti tekanan darah,
pernafasan, nadi dan suhu
 Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
head to toe
a. Rambut
Rambut berserabut, kusam, kusut, kering, Tipis, dan kasar,
penampilan, depigmentasi.
b. Muka/ Wajah
Simetris atau tidak? Apakah ada nyeri tekan? penampilan
berminyak, diskolorasi bersisik, bengkak; Kulit gelap di pipi
Dan di bawah mata; Tidak halus atau Kasar pada kulit
Sekitar hidung dan mulut
c. Mata
Apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata
keruh.
d. Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda
adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah
belakang telinga, keluar cairan dari telinga, melihat serumen
telinga berkurangnya pendengaran, telinga kadang-kadang
berdenging, adakah gangguan pendengaran
e. Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Adakah nyeri
tekan? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya,
jumlahnya?
f. Mulut
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah
g. Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tandatanda
infeksi faring, cairan eksudat?
h. Leher
Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah
pembesaran vena jugularis?
i. Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak
pernapasan, frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi
Intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan?
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
j. Jantung
Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya?
Adakah bunyi tambahan? Adakah bradicardi atau
tachycardia?
k. Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada
abdomen? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus?
Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan
hepar?
l. Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun
warnanya? Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah
sekitar stoma, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur
rambut dan kuku.
m. Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, Penyebaran lemak, penyebaran
masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan
nyeri, adanya gangren di ekstrimitas?
n. Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi?
Apakah ada kesulitan untuk berkemih?
3) Data fokus yang perlu dikaji
Pola tidur & istirahat : pada pasien degan gangguan kebutuhan
istirahat tidur pengkajian ditekankan pada kualitas dan kuantitas
tidur meliputi durasi, gangguan tidur, keadaan bangun tidur.

7. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan atau tidak dapat
dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap :
a. Pola tidur
b. Pemakaian obat-obatan, alcohol atau obat terlarang
c. Tingkatan stress psikis
d. Riwayat medis
e. Aktivitas fisik
Tidur dapat diukur dengan menilai kadar oksigen, pergerakan tubuh,
dan gelombang otak untuk menentukan cara mengganggu tidur secara
obyektif dengan menggunakan alat yang disebut polisomnograf. Alat ini
dapat merekam Elektroensefalogram (EEG). Dengan alat ini kita dapat
mengkaji aklitivitas elektrik di dalam otak dan mendeteksi potensi
masalah. Aktivitas klien tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan
penyebab sering terjaga malam hari. Diagnosa narkolepsi dan kondisi
kesehatan lainnya yang mungkin menyebabkan gangguan tidur umumnya
harus ada pemeriksaan darah genetik (Redaksi Halodoc, 2020).

8. Prognosis
Gangguan tidur dapat berkembang menjadi gangguan kronik dan memicu
berkembangnya gangguan psikiatri (seperti kecemasan, depresi, dan
gangguan kognitif). Rapid Eye Movement Sleep Behavior
Disorder dilaporkan dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami
penyakit neurodegenerati.

9. Penatalaksanaan
1. Terapi non farmakologis
a. Terapi relaksasi
b. Terapi tidur yang bersih
c. Terapi pengatur tidur
d. Terapi psikologis
e. Sleep restriction therapy
f. Stimulus control therapy
2. Terapi farmakologi
Mengingatnya banyak efek samping yang ditimbulkan dari obat-
obatan seperti ketergantungan, maka terpai ini hanya boleh dilakukan
oleh dokter yang kompeten di biangnya. Obat -obat untuk
penganganan gangguan tidur :
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidrepesan
c. Golongan obat antihistamin
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah
sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit (Widyorini et al. 2017).
a. Identitas
1. Identitas Pasien Meliputi
Nama: Umur :
Agama :
Jenis Kelamin :
Status :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku Bangsa :
Alamat :
Tanggal Masuk :
Tanggal Pengkajian :
No. Register :
Diagnosa Medis :

2. Identitas Penanggung Jawab Meliputi


Nama :
Umur :
Hub. Dengan Pasien:
Pekerjaan :
Alamat :
b. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan saat ini
Yang meliputi : keluhan utama, alasan masuk rumah sakit dan perjalanan
penyakit saat ini, upaya yang dilakukan untuk mengatasinya.
2. Status Kesehatan masa lalu
Yang meliputi : penyakit yang pernah dialami, pernah dirawat, alergi,
kebiasaan (merokok/kopi/alcohol dll)
3. Riwayat penyakit keluarga
4. Diagnosa medis dan terapi
c. Pola kebutuhan dasar (data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
Yang meliputi :pola pernapasan, pola makan minum, pola eliminasi, pola,
aktivitas dan latihan, pola berpakaian, pola rasa nyaman, pola kebersihan diri
pola rasa aman, pola komunikasi, pola beribadah, pola produktivitas, pola
rekreasi, kebutuhan belajar.
d. Pemeriksaan fisik
Yang meliputi : keadaan umum, tanda-tanda vital, keadaan fisik, analisis data
(head to toe)
e. Pemeriksaan penunjang
Yang meliputi : data laboratorium yang berhubungan, pemeriksaan radiologi,
hasil konsultasi, pemeriksaan penunjang domestic lain.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas mengenai status
kesehatan atau masalah aktual, atau risiko dalam mengidentifikasi dan
menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau
mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya,(Tarwoto
dan Wartonah, 2015). Diagnosis Keperawatan adalah suatu penilaian klinis
tentang respons dari klien terhadap masalah keperawatan atau proses kehidupan
yang didalamnya baik yang berlangsung actual maupun potensial,(Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016). Diagnosis keperawatan pada penelitian ini adalah
hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi bakteri salmonella
typhosa) yang ditandai dengan suhu tubuh diatas normal, kulit kemerahan, kejang,
takikardi, dan takipnea,(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Gejala dan Tanda Penyebab / etiologi Masalah


Gejala dan tanda mayor Pemulihan pasca
Subjektif : mengeluh sulit tidur, operasi, nyeri
mengeluh istirahat tidak cukup kronis, kehamilan,
Objektif : Tidak tersedia sleep apnea

Gejala dan tanda Minor


Subjektif: mengeluh kemampuan
beraktivitas menurun
Objektif : Tidak tersedia

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan atau perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi atau
menanggulangi suatu masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah
ditentukan. Perencanaan keperawatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan klien,
(Maryam, 2008). Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018), rencana
keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan,
pencegahan dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga dan komunitas.
Berikut adalah intervensi untuk pasien dengan hipertermia berdasarkan Standar
Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia,(SIKI) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

Perencanaan Keperawatan Hipertermi

Hari/ No Rencana Perawatan


Tgl Dx
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil SIKI
SLKI
1 Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Determinasi efek 1. Mengetahui pengaruh
pola tidur keperawatan selama 3x24 efek terhadap pola obat dengan pola tidur
jam diharapkan pasien tidur pasien
tidak terganggu saat tidur 2. Jelaskan pentingnya 2. Memberikan
dengan kriteria hasil : tidur yang adekuat informasi kepada
1. Jumlah tidur 6-8 3. Fasilitasi untuk pasien dan keluarga
jam/hari mempertahankan 3. Meningkatkan tidur
2. Pala tidur, kualitas aktivitas sebelum 4. Agar periode tidur
dalam batas normal tidur tidak terganggu dan
3. Perasaan segar setelah 4. Ciptakan rileks
tidur atau istirahat lingkungan yang 5. Mengurangi
4. Mampu nyaman gangguan tidur
mengidentifikasi hal 5. Kolaborasi 6. Meningkatkan pola
hal yang meningkatkan pemberian obat tidur yang baik
tidur tidur secarra mandiri
6. Diskusikan dengan 7. Mengetahui
keluarga dan pasien perkembangan pola
tentang teknik tidur
pasien tidur pasien
7. Intruksikan untuk 8. Mengetahui pengaruh
memonitorkan tidur waktu makan dan
pasien minum terhadap pola
8. Monitor waktu tidur
makan dan minum 9. Mengetahui pola tidur
dengan waktu tidur pasien
9. Monitor/catat
kebutuhan tidur
setiap hari dan jam

4. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi merupakan bagian aktif dalam asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan rencana tindakan.
Tindakan keperawatan meliputi, tindakan keperawatan, observasi keperawatan
pendidikan kesehatan/keperawatan, tindakan medis yang dilakukan oleh perawat
atau tugas limpah,(Suprajitno, 2014).

5. Evaluasi
Pelaksanaan atau implementasi merupakan bagian aktif dalam asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan rencana tindakan.
Tindakan keperawatan meliputi, tindakan keperawatan, observasi keperawatan
pendidikan kesehatan/keperawatan, tindakan medis yang dilakukan oleh perawat
atau tugas limpah,(Suprajitno, 2014).

Anda mungkin juga menyukai