Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

A. Tinjauan Medis
1. Pengertian
Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang, rileks,
tanpa tekanan emosional dan bebas dari perasaan gelisah. Dalam
arti lain istirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali.
Terkadang, terjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu
bentuk istirahat, sedangkan pengertian tidur merupakan suatu
keadaan tidak sadarkan diri dimana persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun/hilang dan dapat dibangunkan kembali
dengan indera atau rangsangan yang cukup (Guyton 1981).
(Sulistyowati, 2017)
Istirahat dan tidur penting bagi kesehatan. Orang yang sakit
membutuhkan istirahat dan tidur lebih banyak dari biasanya.
Seringkali, orang yang lemah karena sakit menghasilkan sejumlah
besar energi untuk kembali sehat atau melaksanakan aktivitas
sehari-hari. Akibatnya orang tersebut mengalami keletihan yang
meningkat dan sering serta menimbulkan istirahat dan tidur
tambahan (Kozier, 2010)
Istirahat tidur yang tepat sama pentingnya dengan nutrisi yang
baik dan latihan yang adekuat. Seseorang memerlukan jumlah tidur
dan istirahat yang berbeda. Kesehatan fisik dan emosi tergantung
pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
(Potter, 2010)
Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan
kebutuhan makan, aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya.
Setiap orang dan individu membutuhkan istirahat dan tidur untuk
memulihkan kembali kesehatannya (Wartonah, 2015)
Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan
emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga
kondisi yang membutuhkan ketenangan (Uliyah, 2014).
2. Karakteristik Tidur
Terdapat beberapa karakteristik dan istirahat yang dikutip oleh
perry dan potter (1993) dalam (Uliyah, 2014) mengemukakan enam
karakteristik yang berhubungan dengan istirahat diantaranya sebagai
berikut :
a. Merasakan bahaya segala sesuatu dapat diatasi
b. Merasa diterima
c. Mengetahui apa yang sedang terjadi
d. Bebas dari gangguan ketidaknyamanan
e. Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang
mempunyai tujuan
f.Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan
3. Fisiologi Tidur
Menurut (Sulistyowati, 2017) yaitu :
Siklus tidur terjadi secara alami dan dikontrol oleh pusat tidur
yaitu medulla, tepatnya di RAS (retucular activating system) dan
BSR (bulbar synch ronizing region). RAS terdiri dari neuron-neuron
di medulla oblongata, pons dan midbrain. Pusat ini terlibat dalam
mempertahankan status bangun dan mempermudah beberapa tahap
tidur. Ada dua teori tentang tidur :
a. Pasif: RAS di otak mengalami kelelahan sehingga menyebabkan
tidak aktif.
b. Aktif: (diterima sekarang) suatu bagian di otak yang menyebabkan
tidur terhambat oleh bagian lain.
RAS dan BSR adalah pikiran aktif kemudian menekan pusat
otak secara bergantian. RAS berhubungan dengan status jaga
tubuh dan menerima sensori input (pendengaran, penglihatan,
penghidupan, nyeri dan perabaan). Rangsangan sensori
mempertahankan seseorang untuk bangun dan waspada. Selama
tidur tubuh menerima sedikit rangsangan dari korteks serebral.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Tidur
Menurut (Uliyah, 2014) faktor yang dapat memengaruhinya
adalah sebagai berikut :
a. Penyakit
Sakit dapat memenuhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak
penyakit yang memperbesar kebutuhan tidur, misalnya penyakit
yang disebabkan oleh infeksi (infeksi limfa) akan memerlukan
lebih banyak waktu tidur untuk mengatasi keletihan.banyak juga
keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa
tidur.
b. Latihan dan kelelahan
Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih
banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah
dikeluarkan. Hal tersebut dapat dilihat pada seseorang yang telah
melakukan aktivitas dan lelah. Maka, orang tersebut akan lebih
cepat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek.
c. Stres psikologis
Kondisi psikologi dapat terjadi pada seseorang akibat
ketegangan jiwa. Hal tersebut terlihat ketika seseorang memiliki
masalah psikologi mengalami kegelisahan sehingga sulit tidur.
d. Obat
Obat juga dapat mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis
obat dapat mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat
siuretik menyebabkan orang insomnia.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat
mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi dapat
mempercepat terjadinya proses tidur, karena adanya triptofan
yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Demikian
sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi
proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur.
f. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang
dapat mempercepat terjadinya proses tidur.
g. Motivasi
Merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk
tidur, yang dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu, adamua
keinginan untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan
gangguan proses tidur.
5. Masalah Kebutuhan Tidur
Beberapa masalah kebutuhan tidur menurut (Uliyah, 2014)
yaitu :
a. Insomnia
Insomnia merupakan suatu keadaan ketidakmampuan
mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas,
dengan keadaan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur.
Insomnia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu initial insomnia,
merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali
tidur, intermitten insomnia, merupakan ketidakmampuan untuk
tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari. Proses
gangguan tidur ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya
rasa khawatir, tekanan jiwa, ataupun stres.
b. Hipersomnia
Hipersomnia adalah gangguan tidur dengan kriteria tidur
berlebihan, pada umumnya lebih dari sembilan jam pada malam
hari, disebabkan oleh kemungkinan adanya masalah psikologis,
depresi, kecemasan, gangguan susunan saraf pusat, ginjal, hati
dan gangguan metabolisme.
c. Parasomnia
Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang
dapat mengganggu pola tidur, somnambulism
(sleepwalking/berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada
anak-anak, yaitu tahap III DAN IV dari tidur NREM,
Somnambulism ini dapat menyebabkan cedera.
d. Enuresis
Enuresis merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada
waktu tidur atau biasa juga disebut dengan istilah mengompol.
Enuresis dibagi menjadi dua jenis, yaitu enuresis noctural,
merupakan mengompol diwaktu tidur : dan enuresis diurnal,
mengompol pada saat bangun tidur. Enuresis nocturnal umumnya
merupakan gangguan pada tidur NREM.
e. Apnea tidur dan mendengkur
Mendengkur pada umumnya tidak termasuk dalam gangguan
tidur, tetapi mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea
dapat menjadi masalah. Mendengkur sendiri disebabkan oleh
adanya rintangan dalam pengaliran udara dihidung dan muliut
pada waktu tidur, biasa disebabkan oleh adanya adenoid,
amandel atau mengendurnya henti napas. Apabila kondisi ini
berlangsung lama, maka dapat menyebabkan kadar oksigen
dalam darah menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur.
f. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri
untuk tidur, misalnya tidur dalam keadaan berdiri mengemudikan
kendaraan, atau disaat sedang memberitahukan sesuatu. Hal ini
merupakan suatu gangguan neurologis.
g. Mengigau
Mengigau dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlalu
sering dan diluar kebiasaan. Dari hasil pengamatan, ditemukan
bahwa hampir semua orang pernah mengigau dan terjadi sebelum
REM.
h. Gangguan pola tidur secara umum
Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan
individu mengalami atau mempunyai risiko perubahan dalam
jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan
ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan.
6. Jenis-jenis Tidur
Menurut (Uliyah, 2014) dalam prosesnya, tidur terdiri atas :
a. Tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam sistem
pengaktivasi retikularis, disebut tidur gelombang lambat (slow
wave sleep) karena gelombang otak bergerak sangat lambat, atau
disebut juga tidur non-rapid eye movement (NREM)
b. Jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran abnormal dari
isyarat-isyarat dalam otak meskipun kegiatan otak mungkin tidak
tertekan secara berarti, disebut dengan tidur rapid eye movement
(REM)
7. Fungsi Tidur
Menurut (Kusnadi, 2013), fungsi tidur sebagai berikut :
a. Restoractive : Selama tidur seseorang akan mengulang atau
(review) kembali kejadian-kejadian sehari-hari, memproses,
menyusun kembali, menyimpan, dan menggunakannya untuk
masa depan.
b. Tingkah laku : tidur juga dapat diyakini dapat menjaga
keseimbangan mental dan emosional serta kesehatan.
8. Tahap Tidur
Tes EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan
sinyal pada level otak, otot, dan aktivitas mata. Normalnya, tidur
dibagi menjadi dua, yaitu non-rapid eye movement (NREM) dan
rapid eye movement (REM). Masa depan NREM seseorang terbagi
menjadi empat tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit selama
siklus tidur. Sementara itu, tahapan REM adalah tahapan terakhir 90
menis sebelum tidur berakhir (Wartonah, Kebutuhan Dasar Manusia
dan Proses Keperawatan, 2015)
a. Tahapan tidur NREM
1) NREM Tahap I :
a) Tingkat transisi
b) Merespon cahaya
c) Berlangsung beberapa menit
d) Mudah terbangun dengan rangsangan
e) Aktivitas fisik, tanda vital, dan metabolisme menurun
f) Bila terbangun terasa sedang bermimpi
2) NREM Tahap II :
a) Periode suara tidur
b) Mulai relaksasi otot
c) Berlangsung 10-12 menit
d) Fungsi tubuh berlangsung lambat
e) Dapat dibangunkan dengan mudah
3) NREM Tahap III :
a) Awal tahap dari keadaan tidue nyenyak
b) Sulit dibangunkan
c) Relaksasi otot menyeluruh
d) Tekanan darah menurun
e) Berlangsung 15-30 menit
4) NREM Tahap IV :
a) Tidur nyenyak
b) Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif
c) Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun
d) Sekresi lambung menurun
e) Gerak bola mata cepat
b. Tahap tidur REM
1) Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM
2) Pada orang dewasa normal REM yiatu 20-25% dari tidur
luarnya
3) Jika individu terbanagunpada tidur REM maka biasanya terjadi
mimpi
4) Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga
berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi
c. Karakteristik tidur REM
1) Mata : cepat tertutup dan terbuka
2) Otot-otot : kejang otot kecil, otot besar imobilisasi
3) Pernapasan : tidak teratur, kadang dengan apnea
4) Nadi : cepat dan ireguler
5) Tekanan darah : meningkat dan fluktasi
6) Sekresi gaster : meningkat
7) Metabolisme : meningkat, temperatur tunuh naik
8) Gelombang otak : EEG aktif
9) Siklus tidur : sulit dibangunkan
9. Kebutuhan Tidur
Menurut (Uliyah, 2014) kebutuhan tidur pada manusia
bergantung pada tingkat perkembangan.

Usia Tingkat Jumlah Kebutuhan


Perkembangan Tidur
0-1 bulan Masa neonates 14-18 jam/hari
1 bulan-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari
18 bulan-3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari
3 tahun-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6 tahun-12 tahun Masa sekolah 11 jam/hari
12 bulan-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18 tahun-40 tahun Masa dewasa muda 7-8 jam/hari
40 tahun-60 tahun Masa paruh baya 7 jam/hari
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari

10. Pemeriksaan penunjang


Menurut (Wartonah, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan, 2015) pemeririksaan diagnostik sebagai berikut :
1) Elektroensefalogram (EEG)
2) Elektromiogram (EMG)
3) Elektrookulogram (EOG)
B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap pertama keperawatan dalam proses
keperawatan ini sangat penting dari keperawatan dalam tahap-tahap
selanjutnya (Wartonah, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan, 2015)
Menurut (Wartonah, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan, 2015) pengkajian kebutuhan istirahat tidur meliputi :
a. Riwayat Keperawatan
1) Kebiasaan pola tidur bangunan, apakah ada perubahan pada
waktu, jumlah, kualitas, apakah kesulitan, apakah mengalami
mimpi yang mengancam
2) Dampak pola tidur terhadap kebiasaan sehari-hari apakah
merasa segar saat bangun pagi, apa yang terjadi jika kurang
tidur
3) Apakah ada alat bantu tidur, apa ada yang dilakukan sebelum
tidur, apakah menggunakan obat-obatan untuk tidur
4) Gangguan tidur atau faktor-faktor konstipasi, jenis gangguan
pola tidur, kapan masalah terjadi
b. Keluhan utama
1) Ketidakmampuan tidur dengan nyenyak, sering terganggu
tindakan medis dan perawat, lingkungan yang tidak mendukung
2) Ketika mampu memejamkan mata
3) Tidak sesuai dengan pola tidur
c. Pemeriksaan fisik
1) Observasi penampilan pasien, wajah, perilaku, dan tingkat
energy pasien
2) Adanya lingkaran hitam disekitaran mata, mata sayup dan
konjungtiva merah
3) Perilaku iritase, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara
lambat, tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap,
mata tampak lengket, menarik diri, bingung dan kurang
koordinasi.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Elektroensefalogram (EEG)
2) Elektromiogram (EMG)
3) Elektrookulogram (EOG)
2. Diagnosis Keperawatan
Menurut (PPNI, 2017) diagnosis keperawatan merupakan
penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon individu, keluarga
atau komunitas pada masalah kesehatan, pada risiko masalah
kesehatan atau pada proses kehidupan. Beberapa diagnosis
keperawatan pada kebutuhan pada kebutuhan istirahat tidur, yaitu
diantaranya :
a. Gangguan pola tidur
1) Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal.
2) Penyebab
a) Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar,
suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap,
jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
b) Kurangnya kontrol tidur
c) Kurangnya privasi
d) Restraint fisik
e) ketiadaan teman tidur
f) tidak familiar dengan peralatan tidur
3) Gejala dan tanda mayor
Subjektif
a) Mengeluh sulit tidur
b) Mengeluh sering terjaga
c) Mengeluh tidak puas tidur
d) Mengeluh pola tidur berubah
e) Mengeluh istirahat tidak cukup
4) Gejala dan tanda minor
Subjektif
a) Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
5) Kondisi klinis terkait
a) Nyeri/kolik
b) Hipertiroidisme
c) Kecemasan
d) Penyakit paru obstruktif kronis
e) Kehamilan
f) Periode pasca partum
g) Kondisi pasca operasi
b. Kesiapan peningkatan tidur
1) Definisi
Pola penurunan kesadaran alamiah dan periodic yang
memungkinkan istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup
yang diinginkan dan dapat ditingkatkan.
2) Gejala dan tanda mayor
Subjektif
a) Mengeskpresikan keinginan untuk meningkatkan tidur
b) Mengekspresikan perasaan cukup istirahat setelah tidur
Objektif
a) Jumlah waktu tidur sesuai dengan pertumbuhan
perkembangan
3) Gejala dan tanda minor
Subjektif
a) Tidak menggunakan obat tidur
Objektif
a) Menerapkan rutinitas tidur yang meningkatkan kebiasaan
tidur
4) Kondisi klinis terkait
a) Pemulihan pasca operasi
b) Nyeri kronis
c) Kehamilan (periode parenteral/postnatal)
d) Sleep apnea
Menurut (Wilkinson, 2016) diagnosis pada kebutuhan istirahat
tidur ada beberapa diantaranya :
c. Insomnia
1) Definisi
Gangguan jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi.
2) Batasan karakteristik :
a) Afek tambah berubah
b) Tampak kurang energi
c) Peningkatan ketidakhadiran di tempat kerja/sekolah
d) Perubahan perasaan
e) Penurunan status kesehatan
f) Penurunan kualitas hidup
g) Kesulitan berkonsultasi
h) Kesulitan untuk hidup atau tetap tidur
i) Ketidakpuasan dengan tidurnya (saat ini)
j) Peningkatan kecelakaan
k) Kekurangan energi
l) Tidur tidak akan menembalikan kesegaran tubuh
m)Gangguan tidur yang memberi dampak pada hari berikutnya
n) Terbangun terlalu dini
3) Faktor yang berhubungan
a) Pola aktivitas (mis. Pengatur, jumlah)
b) Ansietas
c) Depresi
d) Faktor lingkungan (mis. Suara bising lingkungan sekitar,
pencahayaan siang hari/malam hari, suhu/kelembapan
lingkungan sekitar, tatanan yang asing)
e) Ketakutan
f) Pergantian hormone terkait gender
g) Berduka
h) Gangguan pola tidur normal
i) Hygiene tidur yang tidak adekuat (saat ini)
j) Konsumsi alcohol
k) Konsumsi agens stimulant
l) Medikasi/agen farmakologis
m)Ketidaknyamanan fisik (mis. Suhu tubuh, nyeri, napas
dangkal, batuk, reflex gastro esofagus, neusea,
inkontinensia/urgensi)
n) Stres (mis. Pola termenung sebelum tidur)
d. Deprivasi tidur
1) Definisi
Periode waktu yang lama tanpa tidur (terputusnya kesadaran
relative yang periodi dan alami secara terus-menerus)
2) Batasan karakteristik
Subjektif
a) Ansietas
b) Mengantuk disiang hari
c) Keletihan
d) Halusinasi
e) Peningkatan aktivitas terhadap nyeri
f) Ketidakmampuan untuk konsentrasi
g) Malaise
h) Gangguan perceptual (mis. Gangguan sensori tubuh dan
perasaan melayang)
Objektif
a) Konfusi akut
b) Agitasi
c) Apatis
d) Sikap menyerang
e) Penurunan kemampuan fungsi
f) Tremor pada lengan
g) Iritabilitas
h) Alergi
i) Lesu
j) Nistogmus, fleeting
k) Gelisah
l) Reaksi lambat
m)Paranoia sementara
3) Faktor yang berhubungan
a) Perubahan tahap tidur yang berhubungan dengan proses
penuaan
b) Demensia
c) Paralesis
d) Hipersomnolen
e) Ketidakadekuatan aktivitas disiang hari
f) Narkolepsi
g) Mimpi buruk
h) Praktik sebagai orang tua yang tidak mendukung untuk tidur
i) Pergerakan ekstermitas periodic (mis. Sindrom kaki resah
mioklonus nokturna)
j) Ketidaknyamanan fisik yang lama
k) Ketidaknyamanan psikologis yang lama
l) Penggunaan obat-obatan atau diet antisoporisik yang lama
m)Apnea tidur
n) Terus tidur
o) Somnabulisme
p) Eutesis terkait tidur
q) Sindrom sundowner
r) Ereksi yang nyeri terkait tidur
s) Irama kepribadian tidak selaras terus-menerus
t) Stimulasi lingkungan tidur yang (tidak familiar atau tidak
nyaman secara terus-menerus)
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai