A. Konsep Dasar
1.2 Definisi
Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan
emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktifitas saja akan tetapi
istirahat juga membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti menyegarkan
diri atau diam setelah melakukan kerja keras, suatu keadaan untuk
melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan
melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan
menjengkelkan.
Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat
dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai (Guyton, 1986). Tidur
merupakan suatu kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak
bermanfaat, tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk
pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak,
memberi waktu organ tubuh untuk istirahat maupun untuk menjaga
keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh (Mass, 2002). Dengan kata
lain, tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relative, bukan
hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih kepada suatu
urutan siklus yang berulang. Tidur memiliki ciri, yaitu adanya aktivitas yang
minimum, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapatnya perubahan proses
fisiologis, dan terjadinya penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum
akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya
salah satu dari ketiga masalah, seperti : insomnia, gerakan atau sensasi
abnormal dikala tidur dan rasa mengantuk di siang hari.
Fungsi dan tujuan dari tidur secara jelas tidak diketahui akan tetapi
diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental,
emosional dan kesehatan, mengurangi stress pada pulmonary, kardiovascular,
endokrin dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga energy
diarahkan kembali pada fungsi cellular yang penting. Tidur dapat pula
dipercaya mengkontribusi pemulihan psikologis dan fisiologis. Tidur
nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin.
Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh
melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan
1
memperbaharui sel epitel dan sel otak. Teori lain tentang fungsi tidur adalah
tubuh menyimpan energy selama tidur. Otot skelet berelaksasi secara
progresif, dan karena tidak adanya kontraksi maka otot menyimpan energi
kimia untuk proses seluler.
2.1 Etiologi
2
kesulitan tidur atau bahkan tidak bisa tidur. Misalnya pada klien
dengan gangguan pada sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang
sesak napas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirahat dan tidur.
b. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi seseorang dapat
mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkungna yang
tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya
ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.
c. Stress psikologis
Kecemasan merupakan perasaan yang tidak jelas, keprihatinan dan
kekhawatiran karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan
seseorang (Carpenito, 2000). Cemas dan depresi akan menyebabkan
gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada
kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui sistem
saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
d. Obat-obatan
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang
memengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretic yang
dapat menyebabkan insomnia, antidepresan yang dapat menekan
REM, kafein yang dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga
menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta blocker dapat
berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan narkotik dapat
menekan REM sehingga mudah mengantuk.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur.
Konsumsi protein yang tinggi dapat menyebabkan individu tersebut
akan mempercepat proses terjadinya tidur karena dihasilkan tripofan.
Tripofan merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang dapat
membantu kemudahan dalam tidur. Demikian sebaliknya, kebutuhan
gizi yang kurang dapat juga memengaruhi proses tidur, bahkan
terkadang sulit untuk tidur
f. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk
tidur, sehingga dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya
keinginan untuk tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses
tidur.
3.1 Gejala Klinis
3
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan
menimbulkan gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus
tidur biologiknya, daya tahan tubuh menurun serta menurunkan prestasi
kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang
pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang
lain.
Gejala tidur REM adalah sebagai berikut :
- Biasanya disertai dengan mimpi aktif
- Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM
- Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang
menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistema
pengaktivasi retikularis
- Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
- Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur
- Mata cepat tertutup dan terbuka
4.1 Patofisiologi
Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan
hubungan mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan
menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas
tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis. Sistem tersebut
mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat, termasuk
pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan
tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam keadaan
sadar, neuron dalam reticular activating sistem (RAS) akan melepaskan
katekolamin seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat
memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga
dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi
dan proses pikir. Pada saat tidur, terdapat pelepasan serum serotonin dari
sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar
synchronizing regional (BSR), sedangkan saat bangun bergantung pada
keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan sistem limbic.
Dengan demikian, sistem batang otak yang mengatur siklus atau
perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis,
yaitu:
- Penurunan tekanan darah dan denyut nadi
- Dilatasi pembuluh darah perifer
4
- Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal
- Relaksasi otot-otot rangka
- Basal matabolsme rate menurun 10-30%
4.1 Pathway
5
a. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien di
rumah sakit. Dimana validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik sangat
ditentukan oleh bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan bahan yang
digunakan serta pemeriksaannya sendiri.
6.1 Penatalaksanaan
Penanganan dibagi menjadi 2 tahap yaitu :
a. Terapi non farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada
pun cara yang dapat dilakukan antara lain :
- Terapi relaksasi
- Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat
yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh
tenaga ahli atau dokter psikiatri
6
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari
rokok dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu
untuk berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan
gunung.
b. Terapi Farmakologi
7.1 Komplikasi
a. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan
berkonsentrasi , irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan
sebagainya.
b. Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan
sebagainya.
c. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah
mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati
hubungan sosial dan keluarga.
d. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki
angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam
semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang
menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau
karena high arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi
7
angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan sembuh dari penyakit.
Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 2
kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika
dibandingkan dengan orang normal.
8
penyebabnya, namun karena tidak mengganggu aktivitas klien,
kondisi ini tidak dikeluhkan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan
dapat mencerminkan gangguan pola tidur. Pola dan kebiasaan
makan yang salah dapat menjadi faktor penyebab, oleh karena itu
kondisi ini perlu dikaji :
- Penurunan berat badan yang drastis
- Selera makan yang menurun
- Pola makan dan minum sehari-hari
- Kebiasaan mengonsumsi makanan yang dapat mengganggu
fungsi pencernaan
Riwayat Tidur :
Data yang perlu dikaji seperti deskripsi masalah tidur klien, pola
tidur biasa, perubahan tidur terakhir, rutinitas menjelang tidur dan
lingkungan tidur, penggunaan obat tidur, pola asupan diet, gejala
yang dialami selama terbangun, penyakit fisik yang terjadi secara
bersamaan, status emosional dan mental saat ini.
Status Sosial Ekonomi
Kaji status sosial ekonomi klien dengan menghindarkan pertanyaan
yang mengarah pada jumlah atau nilai pendapatan melainkan lebih
difokuskan pada kualitas pengelolaan suatu nilai tertentu.
Mendiskusikan dan menyimpulkan bersama-sama merupakan
upaya untuk mengurangi kesalahan penafsiran.
Riwayat kesehatan keluarga :
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada
tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh
klien.
4) Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pola nutrisi dan metabolic
Pola cairan dan metabolic
Pola istirahat dan tidur
Pola aktivitas dan latihan
Pola eliminasi
Pola persepsi dan kognitif
9
Pola reproduksi dan seksual
Pola persepsi dan konsep diri
Pola mekanisme koping
Pola nilai dan kepercayaan
5) Pengkajian Fisik
Keadaan umum pasien
Kesadaran
Pemeriksaan TTV
2. Diagnosa Keperawatan
10
Dari sekian penyakit yang berhubungan dengan gangguan pola tidur, saya
mengangkat penyakit insomnia. Pathway dari insomnia (terlampir).
Diagnosa yang berhubungan dengan gangguan pola tidur yaitu:
- Insomnia yang berhubungan dengan faktor lingkungan (bising) yang
ditandai dengan pasien menyatakan sulit tidur
11
mengurangi
gangguan tidur
pada pasien
4. Evaluasi
S: Pasien mengatakan sudah mulai bisa tidur dengan nyenyak
O: Pasien tidak mengalami kesulitan dalam tidur
A: Insomnia
P: Intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA
12
Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2014. Fundamental Keperawatan, Edisi 7
Buku 3. Jakarta: Salemba Medika
13