Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas PKK


Mata Kuliah : Kebutuhan Dasar Manusia
Dosen Pengampu : Tina Rangkuti,SKM,M.Kes

Nama : Terra Aulivya Lubis


NIM : P 07520219039

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN

PRODI D-IV JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020
I. Definisi

Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam
keadaan tidak beraktifitas saja akan tetapi istirahat juga membutuhkan ketenangan. Kata istirahat
berarti menyegarkan diri atau diam setelah melakukan kerja keras, suatu keadaan untuk
melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan melepaskan diri dari
segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan.

Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus
atau sensori yang sesuai (Guyton, 1986). Tidur merupakan suatu kebutuhan bukan suatu keadaan
istirahat yang tidak bermanfaat, tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk
pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, memberi waktu organ
tubuh untuk istirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh
(Mass, 2002).

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan menyebabkan
gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah, seperti :
insomnia, gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur dan rasa mengantuk di siang hari.

Fungsi dan tujuan dari tidur secara jelas tidak diketahui akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat
digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan kesehatan, mengurangi stress
pada pulmonary, kardiovascular, endokrin dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga
energy diarahkan kembali pada fungsi cellular yang penting. Tidur dapat pula dipercaya
mengkontribusi pemulihan psikologis dan fisiologis. Tidur nampaknya diperlukan untuk
memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM
tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan
memperbaharui sel epitel dan sel otak. Teori lain tentang fungsi tidur adalah tubuh menyimpan
energy selama tidur. Otot skelet berelaksasi secara progresif, dan karena tidak adanya kontraksi
maka otot menyimpan energi kimia untuk proses seluler.

II. Etiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur:

Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat
menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai
dengan kebutuhannya. Berikut ini faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan tidur, antara lain :

a. Status kesehatan

Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dapat tidur dengan nyenyak. Tetapi pada
orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi
dengan baik sehingga tidak dapat tidur dengan nyenyak. Banyak penyakit yang dapat
memperbesar kebutuhan tidur, seperti penyakit yang disebabkan oleh infeksi terutama infeksi
limpa. Infeksi limpa berkaitan denga keletihan sehingga penderitanya membutuhkan banyak
tidur untuk mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang membuat penderitanya kesulitan tidur
atau kan tidak bisa tidur. Misalnya pada klien dengan gangguan pada sistem pernapasan. Dalam
kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirahat dan tidur.

b. Lingkungan

Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi seseorang dapat mempercepat proses
terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkunga yang tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat
menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.

c. Stress psikologis

Kecemasan merupakan perasaan yang tidak jelas, keprihatinan dan kekhawatiran karena
ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang (Carpenito, 2000). Cemas dan depresi
akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi
cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan
mengurangi tahap IV NREM dan REM.

d. Obat-obatan

Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang memengaruhi proses tidur,
seperti jenis golongan obat diuretic yang dapat menyebabkan insomnia, antidepresan yang dapat
menekan REM, kafein yang dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga menyebabkan kesulitan
untuk tidur, golongan beta blocker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan
narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.

e. Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi protein yang tinggi
dapat menyebabkan individu tersebut akan mempercepat proses terjadinya tidur karena
dihasilkan tripofan. Tripofan merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang dapat
membantu kemudahan dalam tidur. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga
memengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur

f. Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, sehingga dapat
mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk tidak tidur dapat menimbulkan
gangguan proses tidur.
III. Patofisiologi

Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan hubungan mekanisme serebral
secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun.
Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis. Sistem tersebut mengatur
seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat, termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur.
Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons.
Dalam keadaan sadar, neuron dalam reticular activating sistem (RAS) akan melepaskan
katekolamin seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat memberikan rangsangan visual,
pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk
rangsangan emosi dan proses pikir. Pada saat tidur, terdapat pelepasan serum serotonin dari sel
khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR),
sedangkan saat bangun bergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan
sistem limbic. Dengan demikian, sistem batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam
tidur adalah RAS dan BSR. Selama tidur dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses
fisiologis, yaitu:

-Penurunan tekanan darah dan denyut nadi


-Dilatasi pembuluh darah perifer
-Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal
-Relaksasi otot-otot rangka
-Basal matabolsme rate menurun 10-30%

IV. Tanda/Gejala

Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan menimbulkan gejala seperti
adanya perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, daya tahan tubuh menurun serta
menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang
pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain. Gejala tidur REM
adalah sebagai berikut :

- Biasanya disertai dengan mimpi aktif


- Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM
-Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang menunjukkaninhibisi kuat proyeksi spinal
atas sistema pengaktivasi retikularis
- Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
- Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur
-Mata cepat tertutup dan terbuka
V.Klasifikasi

Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur, pertama jenis tidur yang disebabkan oleh
menurunnya kegiatan di dalam sistem pengaktivasi retikularis. Jenis tidur tersebut disebut
dengan tidur gelombang lambat karena gelombang otaknya sangat lambat, atau disebut tidur
nonrapid eye movement (NREM). Kedua jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran isyarat-
isyarat abnormal dari dalam otak, meskipun kegiatan otak tidak tertekan secara berarti. Jenis
tidur yang kedua disebut dengan jenis tidur paradox atau rapid eye movement (REM).

a. Tidur gelombang lambat/NREM : jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam,
atau juga dikenal dengan tidur yang nyenyak. Ciri-ciri tidur nyenyak adalah menyegarkan, tanpa
mimpi atau tidur dengan gelombang delta. Ciri lainnya adalah individu berada dalam keadaan
istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi napas menurun, pergerakan bola mata
melambat, mimpi berkurang dan metabolisme menurun. Perubahan selama proses NREM
tampak melalui elektroensefalografi dengan memperlihatkan gelombang otak berada pada setiap
tahap tidur NREM.

Tahap tersebut yaitu : kewaspadaan penuh dengan gelombang delta yang berfrekuensi tinggi dan
bervoltase rendah, istirahat tenang yang dapat diperlihatkan pada gelombang alfa, tidur ringan
karena terjadi perlambatan gelombang alfa ke jenis beta atau delta yang bervoltase rendah, dan
tidur nyenyak gelombang lambat dengan gelombang delta bervoltase tinggi dan berkecepatan 1-2
perdetik. Tahapan tidur jenis NREM:

-Tahap I

Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri sebagai berikut : rileks, masih
sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping,
frekuensi nadi dan napas sedikit menurun, serta dapat bangun segera selama tahap ini
berlangsung selama 5 menit.

-Tahap II

Tahap ini merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan ciri sebagai
berikut : mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi napas menurun,
temperature tubuh menurun, metabolisme menurun, serta berlangsung pendek dan berakhir 10-
15 menit.

-Tahap III

Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi, frekuensi napas, dan proses tubuh
lainnya lambat. Hal ini disebabkan oleh adanya dominasi sistem parasimpatis sehingga sulit
dibangunkan.
-Tahap IV

Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan pernapasan menurun,
jarang bergerak, sulit dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun dan tonus
otot menurun.

b. Tidur paradox/REM : tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi
selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama timbul 80-100 menit. Namun
apabila kondisi seseorang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat dan bahkan jenis tidur ini
tidak ada. Ciri tidur REM adalah sebagai berikut :

-Biasanya disertai dengan mimpi aktif


-Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak NREM
-Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukan inhibisi kuat proyeksi spinal atas
sistem pengaktivasi retikularis
-Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur
-Pada otot perifer, terjadi gerakan otot yang tidak teratur
-Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah meningkat atau
berfluktuasi, sekresi gaster meningkat dan metabolism meningkat
-Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori, dan
adaptasi

Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukkan gejala-gejala
sebagai berikut :

-Cenderung hiperaktif
-Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi
-Nafsu makan bertambah
-Bingung dan curiga

Jenis-jenis gangguan tidur:

a. Insomnia
b. Hipersomia
c. Parasomia
d. Enuresis
e. Somnambulisme
f. Narkolepsi
g. Night terrors
h. Mendengkur

Selain gangguan tidur yang telah diuraikan diatas, terdapat pula gangguan tidur yang
diklasifikasikan menjadi empat kategori utama (Thorpy, 1994), yaitu:
a. Disomnia
b. Parasomnia
c. Gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan medis dan psikiatrik
d. Gangguan tidur yang masih bersifat usulan

VI. Komplikasi

a. Efek psikologis : Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi, irritable,


kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.

b. Efek fisik/somatik : Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dansebagainya.

c. Efek sosial : Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat
promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga.

d. Kematian : Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan
hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena
penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau karena
high arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi
kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki
kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan
dengan orang normal.

VII. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Diagnostik : Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan


klien di rumah sakit. Dimana validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik sangat ditentukan oleh
bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan bahan yang digunakan serta pemeriksaannya
sendiri.

VIII. Diagnosa Keperawatan

Dari sekian penyakit yang behubungan dengan gangguan pola tidur , saya mengangjat penyakit
insomnia. Yaitu :

Insomnia yang berhubungan dengan faktor lingkungan ( bising ) yang ditandai dengan pasien
menyatakan sulit tidur.
IX. Penatalaksanaan

Penanganan gangguan tidur dibagi menjadi 2 tahap yaitu :

a. Terapi non farmakologi

Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena penggunaan obat-obatan


dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :

- Terapi relaksasi Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke rumah, teknik
pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.

- Terapi tidur yang bersih

Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman. Dimulai dari
kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman
untuk tidur.

- Terapi pengaturan tidur

Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama sirkardian tidur
normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan waktu-waktu tidurnya

- Terapi psikologi/psikiatri

Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang menyebabkan
penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri

- Mengubah gaya hidup

Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan alkohol, mengontrol
berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan
gunung.

b. Terapi Farmakologi

Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti ketergantungan,
maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan
untuk penanganan gangguan tidur antara lain :

- Golongan obat hipnotik


- Golongan obat antidepresan
- Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin
- Golongan obat antihistamin.
DAFTAR PUSAKA

https://www.academia.edu/17064033/Laporan_pendahuluan_istirahat_tidur

https://docplayer.info/60732301-Laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan-gangguan-istirahat-tidur-di-ruang-belibis-rumah-sakit-umum-daerah-wangaya.html

https://studylibid.com/doc/4308581/lp-istirahat-dan-tidur

Anda mungkin juga menyukai