Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN GANGGUAN ELIMINASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas PKK


Mata Kuliah : Kebutuhan Dasar Manusia
Dosen Pengampu : Tina Rangkuti,SKM,M.Kes

Nama : Terra Aulivya Lubis


NIM : P 07520219039

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PRODI D-IV JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
I.Defenisi
a.Eliminasi Urine (BAK)
Pola eliminasi sangat penting untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan sistem dalam
tubuh manusia. Eliminasi diartikan sebagai proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik
berupa urine atau feses. Sistem Saluran kemih menyaring dan mengeluarkan urine dari tubuh
untuk menjaga keseimbangan cairan elektrolit, dan asam basa (Ruhyanudin,2018)
Eliminasi urine merupakan proses pembuangan sisa metabolisme berupa urine (air kencing).
Sistem yang berperan dalam eliminasi urine adalah sistem perkemihan, eliminasi ini tergantung
pada fungsi dari ginjal, ureter, dan uretra ( Potter & Perry, 2007).

b.Eliminasi Feses (BAB)


Eliminasi BAB adalah pengeluaran sisa-sisametabolisme yang tidak dibutuhkan melalui
anus (Potter, 2006) .
Eliminasi BAB cair adalah kondisi kal adalah dimana terjadi perubahan kebiasaan
buang air besar dengan karakteristik fases, cairan (Potter, 2008).
Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupabowel/fases
(Tarwoto & Wartonah,2008).

II.Etiologi
a.Eliminasi Urine (BAK)
1)Diet dan asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan mempengaruhi output urine, seperti protein dan sodium
mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
2)Gaya Hidup
Ketersediaan fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi eliminasi.
3)Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkemih dan hanya pada akhir keinginan
berkemih menjadi lebih kuat mengakibatkan urine banyak tertahan di kandung kemih, sehingga
kapasitas kandung kemih lebih dari normal.
4)Tingkat aktivitas
Aktivitas sangat dibutuhkan dalam mempertahankan tonus otot. Eliminasi urin
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik utnuk tonus sfingter internal dan eksternal.
5)Stres psikologis
Meningkat stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih
6)Kondisi penyakit
Saat seseorang sakit, produksi urinnya sedikit hal ini disebabkan oleh keinginan untuk
minum sedikit.

b.Eliminasi Feses (BAB)


1)Usia dan perkembangan
Pada bayi sistem pencernaannya belum sempurna, sedangkan pada lansia proses
mekaniknya berkurang disebabkan oleh berkurangnya kemampuan fisiologis.
2)Aktifitas fisik
Aktifitas fisik merangsang peristaltik usus, sehingga peristaltik usus meningkat.
3)Obat – obatan
Beberapa obat dapat menimbulkan efek konstipasi. Laksatif dan katartik dapat melunakkan
feses dan meningkatkan peristaltik.
4)Test diagnostik
Barium enema dapat menyebabkan konstipasi.
5)Kondisi Patologis
Beberapa penyakit pencernaan dapat menyebabkan diare dan konstipasi.

III.Patofisiologi
Pada eliminasi urine gangguan traumatik pada tulang belakang bisa mengakibatkan
kerusakan pada medulla spinalis. Lesi traumatik pada medulla spinalis tidak selalu terjadi
bersama – sama dengan adanya fraktur atau diskolasi. Tanpa kerusakan yang nyata pada tulang
belakang, efek traumatiknya bisa mengakibatkan efek yang nyata di medulla spinalis. Cidera
medulla spenalis (CMS) merupakan salah satu penyebab gangguan fungsi saraf termasuk pada
persarafan berkemih dan defekasi.

IV.Tanda dan gejala


a.Eliminasi Urine (BAK)
1). Ketidak nyamanan daerah pubis
2). Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih
3). Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang
4). Meningkatnya keinginan berkemih dan resah
5). Ketidaksanggupan untuk berkemih

b.Eliminasi Feses (BAB)


1). Menurunnya frekuensi BAB
2). Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan
3). Nyeri rektum
4). Kembung/kram
5). Nyeri rektum
6).Diare

V.Klasifikasi
a.Eliminasi Urine (BAK)
1). Retensi urin adalah akumulasi urine yang nyata didalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih
2). Dysuria adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih
3).Polyuria produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2500 ml /
hari, tanpa adanya intake cairan
4). Inkontinensi urine ketidaksanggupan sementara atau permanen otot spingter eksternal
untuk mengontrol keluarnya urine dari kantong kemih
5). Urinari suppresi adalah berhenti mendadak produksi urine

b.Eliminasi Fases (BAB)


1). Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses
yang lama atau keras dan kering
2). Impaksi feses merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi. Imfaksi adalah
kumpulan feses yang mengeras, mengendap di dalam rektum, yang tidak dapat
dikeluarkan
3). Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair
dan tidak berbentuk. Diare adalah gejala gangguan yang mempengaruhi proses
pencernaan, absorpsi, dan sekresi di dalam saluran pencernaan
4). Inkontinensia feses adalah ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas dari
anus
5). Flatulen adalah penyebab umum abdomen menjadi penuh, terasa nyeri, dan kram
6). Hemoroid adalah vena vena yang berdilatasi, membengkak dilapisan rektum.

VI.Komplikasi
a.Eliminasi Urine (BAK)
1). Retensi urine : akumulasi urine yang nyata di dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan menggosongkan kandung kemih
2). Dysurya : adanya rasa sakit atau kesulitan saat berkemih
3). Polyuria : produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2500 ml /
hari tanpa adanya intake cairan
4).Inkontinensia urine : ketidaksanggupan sementara atau permanen otot spingter
eksternal untuk mengontrol keluarnya urine dai kantong kemih
5). Urinari supresi : berhenti memproduksi urine secara mendadak

b. Eliminasi Feses (BAB)


1). Konstipasi : penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses yang
lama atau keras dan kering
2). Infaksi : merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi. Infaksi adalah kumpulan
feses yang mengeras , mengendap didalam rektum, yang tidak dapat dikeluarkan
3). Diare : peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair dan
tidak berbentuk. Diare adalah gejala gangguan yang mempengaruhi proses pencernaan,
absorbsi, dan sekresi di dalam saluran pencernaan
4).Inkontinensia : ketidaksanggupan mengontrl keluarga feses dan gas dari anus
5). Flatulen : penyebab umum abdomen menjadi penuh, terasa nyeri, dan kram
6). Hemoroid : vena – vena yang berdilatasi, membengkak dilapisan rektum

VII.Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG
2. Pemeriksaan rontgen
3. Pemeriksaan laboratorium urin dan feses

VIII.Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi
2. Diare
3. Inkontinensia feses
4. Gangguan eliminasi urine
5. Inkontinensia urine
6. Retensi urine
IX.Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama (alasan dirawat di rumah sakit)
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Riwayat kesehatan dahulu (perawatan di rs terakhir)
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
g. Pola nutrisi/metabolisme
h. Pola eliminasi
i. Pola aktivitas olahraga
j. Pola istirahat tidur
k. Pola kognitif – perseptif
l. Pola peran hubungan
m. Pola seksualitas/reproduksi
n. Pola koping – toleransi stres
o. Pola keyakinan – nilai
p. Pemeriksaan fisik
q. Pemeriksaan penunjang
r. Terapi

Anda mungkin juga menyukai