Disusun oleh :
Eliminasi adalah proses pembuangkan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine
atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kantung kemih
terisi. System tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra (Hidayat, 2013).
Eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh setiap
manusia. Kebutuhan dasar manusia terbagi menjadi 14 kebutuhan dasar, apabila sistem
perkemihan tidak dapat berfungsi dengan baik, sebenarnya semua organ akhirnya akan
terpengaruh. Secara umum gangguan pada ginjal mempengaruhi eliminasi. Sehingga
mengakibatkan masalah kebutuhan eliminasi urine antara lain : retensi urine,
inkontenensia urine dll. Masalah kebutuhan eliminasi urine sering terjadi pada pasien-
pasien rumah sakit yang terpasang kateter tetap (Diferiansyah et al., 2016).
Menurut Evelyn C. Pearce (2013) Sistem urinary terdiri dari beberapa organ yang
terletak berurutan. Diawali dengan ginjal, ureter, vesika urinaria, uretra.
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh manusia, karena
ginjal berfungsi mempertahankan homeostatis cairan tubuh supaya selalu
berfungsi dengan baik. Untuk mempertahankan homeostatic supaya
berfungsi dengan baik, ginjal mengatur volume cairan serta
menyeimbangkan osmotic, asam basa, ekskresi sisa metabolism, dan
system pengaturan hormonal. Posisi ginjal dalam tubuh terletak di rongga
abdomen, retroperitoneal primer kiri dan kanan vertebralis, serta dikeliingi
oleh lemak dan jaringan ikat di belakang peritoneum. Terdiri dari 3 proses
yaitu filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi.
1) Filtrasi
Proses filtrasi berlangsung di glomelurus, proses ini terjadi karena
permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen.
2) Reabsorbsi
Proses reabsorbsi terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glukosa sodium, klorida, fosfat, dan ion karbohidrat.
3) Sekresi
Pada proses sekresi ini sisa reabsorbsi diteruskan keluar.
b. Ureter
Ureter yaitu saluran dengan panjang sekitar 25-30 cm dengan garis
tengah 3 mm, berfungsi mengangkut urine dari ginjal ke kandung kemih.
Dari setiap ginjal duktus koligentes menyalurkan isinya ke perlvis ginjal,
yang kemudian disalurkan ke ureter. Dinding pelvis ginjal mengandung
otot polos polos, yang memiliki aktivitas intrinsic (tidak terkontrol oleh
saraf), dan menghasilkan gelombang kontraksi ini mendorong urine
sepanjang ureter ke kandung kemih. Setiap ureter juga dilapisi oleh otot
polos.
c. Kandung kemih (vesika urinaria)
Kandung kemih merupakan tempat penyimpanan urine, yang
berada di dalam rongga panggul dan berbentuk seperti kerucut yang
dikelilingi oleh otot yang kuat. Pada saat kosong, kandung kemih terletak
terletak di apeks belakang tepi atas simfisi pubis. Permukaan posterior
kandung kemih berbentuk segitiga, serta merupakan muara ureter dan
sudut inferior yang membentuk uretra. Dinding kandung kemih terdiri dari
beberapa lapisan yaitu peritoneum (lapisan sebelah luar), tunika
muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian
dalam).
d. Uretra
Urin keluardari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari
tubuh melalui meatus uretra. Dalam kondisi normal, aliran urin mengalami
turbulensi membuat urin bebas dari bakteri. Membrane mukosa melapisi
uretra, dan kelenjar uretra mensekresikan lender ke dalam saluran uretra,
lendir dianggap bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa untuk
mencegah masuknya bakteri. Lapisan otot polos yang tebal mengelilingi
uretra.
2. faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi fisiologi
D. Penatalaksanaan
1. Inkontenensia urine
Tergantung jenis inkontenensia yang dialami penanganan dalam bentuk latihan
otot pelvis, farmakoterapi, atau pembedahan, kateterisasi, bladder training, dan
modifikasi diet.
2. Retensi urine
Memasang kateter urine, memberikan obat-obatan, melakukan operasi jika perlu.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN SDKI, SLKI, SIKI
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan identitas penangung
jawab
2. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan menganggu oleh klien pada saat
perawat mengkaji dan pengkajian tentang riwayat keluahn utama. Pengkajian dengan
menggunakan cara PQRST
a) P (Provokasi)/(Paliatif)
Tentukan kapan rasa tidak nyaman dimulai.
b) Q (Qualiti)
Kualitas ketidak nyamanan yang dirasakan
c) R (Region)
Letak tempat atau lokasi
d) S (Severity)
Keparahan ketidak nyamanan
e) T (Time)
Waktu terjadinya hilang timbu atau kontinu.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji status kesehatan pasien saat dilakukan pengkajian
4. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu terutama yang berkaitan dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan eliminasi urine dan fekal.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah ada penyakit
keturunan dikeluarga pasien.
6. Pola pengkajian fungsional
a. Pola persepsi
Kaji persepsi pasien terhadap penyakitnya
b. Pola nutrisi
Mengkaji diet khusus yang diterapkan pasien, perubahan BB, dan gambaran diet
pasien
c. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan defekasi atau berkemih serta masalah yang dialami
d. Pola aktifitas latihan
Pola aktifitas terkait dengan ketidak mampuan pasien yang disebabkan oleh kondisi
kesehatan tertentu
e. Pola istirahat tidur
Kebiasaan tidur pasien dan masalah yang dialami
f. Pola peran hubungan
Kaji pekerjaan pasien, system pendukung ada atau tidaknya masalah keluarga
berkenaan dengan masalah di rumah sakit
g. Pola seksualitas
Kaji adanya masalah seksualitas pasien
h. Pola koping
Keadaan emosi pasien, hal yang dilakukan jika ada masalah dna menggunaan obat
untuk penghilang stress
i. Pola keyakinan
Agama yang dianut psien dan pengaruhnya terhadap kehidupan.
B. Diagnose keperawatan
1. Gangguan eliminasi urine (D.0040)
D. Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu dan kondisi pasien maka
diharapkan
1. Pasien bisa melakukan BAK dengan lancar
2. Pasien mengatakan nyeri saat BAK sudah berkurang
3. Pasien dapat mengatasi kecemasan
DAFTAR PUSTAKA
Diferiansyah, O., Septa, T., Lisiswanti, R., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2016). Gangguan
Eliminasi urine di rumah sakit jakarta. 5, 63–68.
Pearce Evelyn. 2019. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Cetakan ketiga puluh sembilan.
Gramedia pustaka utama. Jakarta
Mahmud, Ratna. 2019, Penerapan asuhan keperawatan pasien diare dalam gangguan
pemenuhan kebutuhan eliminasi. 10.2
PPNI, T.P. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SIKI) : Definisi dan Tindakan
Keperawatan Diagnostik ((Cetakan III) I ed). Jakarta : DPP PPNI
PPNI, T.P.(2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SIKI) : Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((Cetakan III) I ed). Jakarta : DPP PPNI
PPNI, T.P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SSDKI) : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan ((Cetakan III) I ed). Jakarta : DPP PPNI