Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ELIMINASI URINE

Disusun oleh :

Diyana Putri (2002013)

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
PURWODADI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP KEBUTUHAN ELIMINASI
I. KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
A. Pengertian
Menurut Tarwoto & Wartonah (2015) menyatakan bahwa eliminasi merupakan
proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh baik yang melalui ginjal berupa urine
maupun melalui gastrointestinal yang berupa fekal.
Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan
penting untuk kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologis melalui pembuangan sisa-sisa metabolisme.
Sisa metabolisme terbagi menjadi dua jenis yaitu berupa feses yang bersal dari saluran
cerna dan urine melalui saluran perkemihan (Kasiati & Rosmalawati, 2016).

Eliminasi adalah proses pembuangkan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine
atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kantung kemih
terisi. System tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra (Hidayat, 2013).

Eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh setiap
manusia. Kebutuhan dasar manusia terbagi menjadi 14 kebutuhan dasar, apabila sistem
perkemihan tidak dapat berfungsi dengan baik, sebenarnya semua organ akhirnya akan
terpengaruh. Secara umum gangguan pada ginjal mempengaruhi eliminasi. Sehingga
mengakibatkan masalah kebutuhan eliminasi urine antara lain : retensi urine,
inkontenensia urine dll. Masalah kebutuhan eliminasi urine sering terjadi pada pasien-
pasien rumah sakit yang terpasang kateter tetap (Diferiansyah et al., 2016).

Penggunaan kateter urine merupakan suatu tindakan keperawatan yang banyak


dilakukan di rumah sakit. Kasus pemasangan kateter di Indonesia lebih banyak pada laki-
laki dibandingkan perempuan. Pada kasus pemasangan kateter dimana sebanyak 4%
penggunaan kateter dilakukan perawatan rumah dan sebanyak 25% pada perawatan akut.
Sebanyak 15%-25% pasien dirumah sakit menggunakan kateter tetap menetap. Hal ini
dilakukan untuk mengukur haluan urine dan untuk membantu pengosongan kandung
kemih (Basuki, 2012.
B. Fungsi Fisiologi
1. Anatomi dan Fisiologi

Menurut Evelyn C. Pearce (2013) Sistem urinary terdiri dari beberapa organ yang
terletak berurutan. Diawali dengan ginjal, ureter, vesika urinaria, uretra.

a. Ginjal
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh manusia, karena
ginjal berfungsi mempertahankan homeostatis cairan tubuh supaya selalu
berfungsi dengan baik. Untuk mempertahankan homeostatic supaya
berfungsi dengan baik, ginjal mengatur volume cairan serta
menyeimbangkan osmotic, asam basa, ekskresi sisa metabolism, dan
system pengaturan hormonal. Posisi ginjal dalam tubuh terletak di rongga
abdomen, retroperitoneal primer kiri dan kanan vertebralis, serta dikeliingi
oleh lemak dan jaringan ikat di belakang peritoneum. Terdiri dari 3 proses
yaitu filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi.
1) Filtrasi
Proses filtrasi berlangsung di glomelurus, proses ini terjadi karena
permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen.
2) Reabsorbsi
Proses reabsorbsi terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glukosa sodium, klorida, fosfat, dan ion karbohidrat.
3) Sekresi
Pada proses sekresi ini sisa reabsorbsi diteruskan keluar.
b. Ureter
Ureter yaitu saluran dengan panjang sekitar 25-30 cm dengan garis
tengah 3 mm, berfungsi mengangkut urine dari ginjal ke kandung kemih.
Dari setiap ginjal duktus koligentes menyalurkan isinya ke perlvis ginjal,
yang kemudian disalurkan ke ureter. Dinding pelvis ginjal mengandung
otot polos polos, yang memiliki aktivitas intrinsic (tidak terkontrol oleh
saraf), dan menghasilkan gelombang kontraksi ini mendorong urine
sepanjang ureter ke kandung kemih. Setiap ureter juga dilapisi oleh otot
polos.
c. Kandung kemih (vesika urinaria)
Kandung kemih merupakan tempat penyimpanan urine, yang
berada di dalam rongga panggul dan berbentuk seperti kerucut yang
dikelilingi oleh otot yang kuat. Pada saat kosong, kandung kemih terletak
terletak di apeks belakang tepi atas simfisi pubis. Permukaan posterior
kandung kemih berbentuk segitiga, serta merupakan muara ureter dan
sudut inferior yang membentuk uretra. Dinding kandung kemih terdiri dari
beberapa lapisan yaitu peritoneum (lapisan sebelah luar), tunika
muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian
dalam).
d. Uretra
Urin keluardari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari
tubuh melalui meatus uretra. Dalam kondisi normal, aliran urin mengalami
turbulensi membuat urin bebas dari bakteri. Membrane mukosa melapisi
uretra, dan kelenjar uretra mensekresikan lender ke dalam saluran uretra,
lendir dianggap bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa untuk
mencegah masuknya bakteri. Lapisan otot polos yang tebal mengelilingi
uretra.
2. faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi fisiologi

Menurut kozier (2012), factor yang mempengaruhi eliminasi urine diantaranya :

a. Diet dan asupan (intake)


Jumlah dan tipe makanan mempengaruhi output urine, seperti protein dan
sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
b. Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkemih dan hanya pada akhir
keinginan berkemih menjadi lebih kuat mengakibatkan urine banyak tertahan di
kandung kemih, sehingga kapasitas kandung kemih lebih normal.
c. Gaya hidup
Ketersediaan fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi eliminasi
urine.
d. Tingkat aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan dalam mempertahankan tomus otot. Eliminasi urine
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfinger internal
dan eksternal.
e. Psikososial
Kondisi individu akan mempengaruhi micturition refleks. Hal ini diakibatkan
oleh ansietas dan tekanan yang baik dapat merelaksasikan abdomen, otot
patineal, dan spincter eksternal sehingga proses berkemih tidak dapat terkontrol.
C. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Eliminasi
1. Jenis-jenis gangguan eliminasi Urine
a) Retensi urine
Akumulasi urine yang nyata didalam kandung kemih akibat ketidak
mampuan mengosongkan kandung kemih
b) Dysuria
Adanya rasa sakit atau kesulitas berkemih
c) Polyuria
Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2500
ml/hari tanpa adanya intake cairan
d) Inkontinensia urine
Ketidak sanggupan sementara atau permanen oto sfinger eksternal untuk
mengontrol keluarnya urine dari kantong kemih
e) Urinary supresi
Berhenti memproduksi urine secara mendadak
2. Tanda dan gejala
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) etiologi urine sebagai
berikut :
a) Penurunan kapasitas kandung kemih
b) Iritasi kandung kemih
c) Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung
kemih
d) Efek tindakan medis dan diagnostic, misalnya operasi ginjal, operasi
saluran kemih, anestesi, dan obat-obatan.
e) Ketidak mampuan mengakses toilet, misalnya imobilitas
f) Hambatan lingkungan
g) Ketidak mampuan mengkonsumsi kebutuhan eliminasi
h) Imaturasi pada anak usia lebih dari 3 tahun
3. Penyebab gangguan eliminasi
Factor penyebab gangguan eliminasi urine menurut Ambarwati (2015)
adalah :
a) Pertumbuhan dan perkembangan
Jumlah urine yang dikeluarkan dapat dipengaruhi oleh usia dan berat
badan seseorang. Pda usia lanjut, wanita hamil volume bladder
berkurang sehingga frekuensi berkemih sering.
b) Asupan cairan dan makanan
Kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan atau minuman tertentu
seperti teh, kopi, coklat dapat menyebabkan peningkatan
pengeluaran urine.
c) Kebiasaan dan gaya hidup atau sosiokutural
Gaya hidup dapat mempengaruhi seseorang untuk berkemih stimulus
berkemih, disamping stimulus buang air kecil (diare) sebagai upaya
kompensasi.
d) Factor psikologis
Kondisi stress dapat mempengaruhi seseorang untuk berkemih,
sebagai contoh seseorang yang BAK disungai atau di alam bebas
akan mengalami kesulitan berkemih di toilet atau menggunakan
pispot pada saat sakit.
e) Aktivitas dan tonus otot
Eliminasi membutuhkan kerja otot kandung kemih, abdomen dan
pelvis. Aktifitas dapat meningkat kemampuan metabolism dan
produksi urine secara optimal.
f) Pembedahan
Tindakan pembedahan menyebabkan stress yang dapat memicu
sindrom adaptasi umum. Kelenjar hipofisis anterior akan melepaskan
hormone ADH sehingga meningkatkan reabsorbsi air dan
menurunkan haluaran urine.

D. Penatalaksanaan

Menurut Ernawati (2017) penatalaksanaan gangguan eliminasi urine sebagai


berikut:

1. Inkontenensia urine
Tergantung jenis inkontenensia yang dialami penanganan dalam bentuk latihan
otot pelvis, farmakoterapi, atau pembedahan, kateterisasi, bladder training, dan
modifikasi diet.
2. Retensi urine
Memasang kateter urine, memberikan obat-obatan, melakukan operasi jika perlu.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN SDKI, SLKI, SIKI
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan identitas penangung
jawab
2. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan menganggu oleh klien pada saat
perawat mengkaji dan pengkajian tentang riwayat keluahn utama. Pengkajian dengan
menggunakan cara PQRST
a) P (Provokasi)/(Paliatif)
Tentukan kapan rasa tidak nyaman dimulai.
b) Q (Qualiti)
Kualitas ketidak nyamanan yang dirasakan
c) R (Region)
Letak tempat atau lokasi
d) S (Severity)
Keparahan ketidak nyamanan
e) T (Time)
Waktu terjadinya hilang timbu atau kontinu.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji status kesehatan pasien saat dilakukan pengkajian
4. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu terutama yang berkaitan dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan eliminasi urine dan fekal.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah ada penyakit
keturunan dikeluarga pasien.
6. Pola pengkajian fungsional
a. Pola persepsi
Kaji persepsi pasien terhadap penyakitnya
b. Pola nutrisi
Mengkaji diet khusus yang diterapkan pasien, perubahan BB, dan gambaran diet
pasien
c. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan defekasi atau berkemih serta masalah yang dialami
d. Pola aktifitas latihan
Pola aktifitas terkait dengan ketidak mampuan pasien yang disebabkan oleh kondisi
kesehatan tertentu
e. Pola istirahat tidur
Kebiasaan tidur pasien dan masalah yang dialami
f. Pola peran hubungan
Kaji pekerjaan pasien, system pendukung ada atau tidaknya masalah keluarga
berkenaan dengan masalah di rumah sakit
g. Pola seksualitas
Kaji adanya masalah seksualitas pasien
h. Pola koping
Keadaan emosi pasien, hal yang dilakukan jika ada masalah dna menggunaan obat
untuk penghilang stress
i. Pola keyakinan
Agama yang dianut psien dan pengaruhnya terhadap kehidupan.
B. Diagnose keperawatan
1. Gangguan eliminasi urine (D.0040)

C. Perencanaan/ Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan (SDKI) (SLKI) (SIKI)

1 Gangguan Eliminasi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Eliminasi


Urine (D.0040) keperawatan selama 1 x 24 Urine (I.04152)
Definisi : jam diharapkan tingkat Definisi :
Disfungsi eliminasi eliminasi urine membaik, Mengidentifikasi dan
urine mengelola gangguan pola
Penyebab : dengan kriteria hasil : elimiansi urine
1. Penurunan 1. Sensasi berkemih Tindakan
kapasitas kandung meningkat Observasi
kemih 2. Desakan berkemih 1. Identifikasi tanda dan
2. Iritasi kandung menurun gejala retensi atau
kemih 3. Distensi kandung kemih inkontenensia pola
3. Penurunan menurun eliminasi urine
kemampuan 4. Berkemih tidak tuntas 2. Identifikasi faktro
menyadari tanda- menurun yang menyebabkan
tanda gangguan 5. Volume residu urine retensi atau
kandung kemih menurun inkontenensia urine
4. Efek tindakan 6. Urine menetes menurun 3. Monitor eliminasi
medis dan 7. Nokturia menurun urine
diagnostic 8. Mengompol menurun Terapeutik
5. Kelemahan otot 9. Enuresis menurun 1. Catat waktu-waktu
pelvis dan haluaran kemih
6. Ketidak mampuan 2. Batasi sampel urine
mengakses toilet tengah
7. Hambatan Edukasi
lingkungan 1. Ajarkan tanda dan
8. Ketidak mampuan gejala infeksi saluran
mengkomunikasik kemih
an kebutuhan 2. Ajarkan mengukur
eliminasi asupan cairan dab
9. Outlet kadnung haluaran urine
kemih tiak lengkap 3. Ajarkan mengambil
specimen urine
Gejala Tanda midstream
Mayor 4. Ajarkan mengenali
Subjektif tanda berkemih dan
1. Desakan berkemih waktu yang tepat
2. Urine menetes untuk berkemih
3. Sering buang air 5. Ajarkan terapi
kecil mobilitas penguatan
4. Nokturia otot-otot panggul
5. Mengompol 6. Anjurkan minum
6. Enuresis yang cukup
Objektif 7. Anjurkan mengurangi
1. Distensi kandung minum menjelang
kemih tidur
2. Berkemih tidak Kolaborasi
tuntas 1. Kolaborasi
3. Volume residu pemberian obat
urine meningkat supositoria uretra,
Gejala dan Tanda jika perlu.
Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
(tidak tersedia)

D. Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu dan kondisi pasien maka
diharapkan
1. Pasien bisa melakukan BAK dengan lancar
2. Pasien mengatakan nyeri saat BAK sudah berkurang
3. Pasien dapat mengatasi kecemasan
DAFTAR PUSTAKA

Diferiansyah, O., Septa, T., Lisiswanti, R., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2016). Gangguan
Eliminasi urine di rumah sakit jakarta. 5, 63–68.

Pearce Evelyn. 2019. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Cetakan ketiga puluh sembilan.
Gramedia pustaka utama. Jakarta

Mahmud, Ratna. 2019, Penerapan asuhan keperawatan pasien diare dalam gangguan
pemenuhan kebutuhan eliminasi. 10.2

PPNI, T.P. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SIKI) : Definisi dan Tindakan
Keperawatan Diagnostik ((Cetakan III) I ed). Jakarta : DPP PPNI

PPNI, T.P.(2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SIKI) : Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((Cetakan III) I ed). Jakarta : DPP PPNI

PPNI, T.P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SSDKI) : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan ((Cetakan III) I ed). Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai