Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa Sistem


Muskuloskeletal, Integumen, Persepsi Sensori dan Persyarafan

Dosen Pengampu : Ns. Christina NW, MH

Disusun Oleh :

CAHYO WAHYU UTOMO (2102046)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS AN NUUR

PURWODADI

2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR” untuk memenuhi tugas mata
kuliah Meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.

Dan juga berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu dan
memberi tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai beberapa hal
yang bersangkutan dengan materi tersebut. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Purwodadi, 27 September 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................1

DAFTAR ISI .............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................3

A. Latar Belakang ....................................................................................................3

B. Rumusan Masalah ...............................................................................................4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................5

A. Definisi Fraktur ...................................................................................................5

B. Etilogi ....................................................................................................................5

C. Patofisiologi dan Pathways .................................................................................6

D. Manifestasi Klinis ................................................................................................7

E. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik ..........................................................8

F. Komplikasi ...........................................................................................................8

G. Penatalaksanaan .................................................................................................9

Konsep Asuhan Keperawatan.................................................................................10

BAB III PENEUTUP ...............................................................................................19

A. Kesimpulan ..........................................................................................................19

B. Saran .....................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................20

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang

rawan umumnya dikarenakan rudapaksa (Mansjoer, 2008). Fraktur dapat

menyebabkan nyeri terus menerus, rasa nyeri bisa timbul hampir pada setiap area

fraktur. Bila tidak diatasi maka dapat menimbulkan efek yang akan mengganggu

proses penyembuhan dan dapat meningkatkan angka mordibitas dan mortalitas,

untuk itu perlu penanganan yang lebih efektif untuk meminimalkan nyeri yang

dialami pasien (Potter & Perry, 2005).

World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat

5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat

kecelakaan lalu lintas. Penyebab terbanyak fraktur adalah kecelakaan, baik itu

kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Di Indonesia angka

kejadian patah tulang atau insiden fraktur cukup tinggi, berdasarkan data dari

Departemen Kesehatan RI tahun 2013 didapatkan sekitar 8 juta orang mengalami

kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda.

Dari hasil survey tim Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang

mengalami kematian, 45% mengalami catat fisik, 15% mengalami stress

psikologis seperti cemas atau bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan

dengan baik (Depkes RI, 2013).

Dampak yang timbul pada pasien dengan fraktur yaitu dapat mengalami

perubahan pada bagian tubuh yang terkena cedera, merasakan cemas akibat rasa

sakit dan rasa nyeri yang dirasakan, resiko terjadinya infeksi, resiko perdarahan,

gangguan integritas kulit, serta berbagai masalah yang mengganggu kebutuhan

dasar lainnya. Selain itu fraktur juga dapat menyebabkan kematian (Septiani,

2015).

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah ini
adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Fraktur.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Dapat memahami dan mempelajari secara mendalam tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan fraktur.
2. Tujuan Khusus
a. Menggali secara rinci tentang pengkajian keperawatan pada pada klien
dengan fraktur.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan yang muncul pada klien dengan
fraktur.
c. Membuat perencanaan keperawatan pada klien dengan fraktur.
d. Melaksanakan atau mengimplementasikan tindakan keperawatan yang
telah direncanakan pada klien dengan fraktur.
e. Melakukan evaluasi keperawatan secara menyeluruh pada klien dengan
fraktur.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang
rawan umumnya dikarenakan rudapaksa (Mansjoer, 2008). Fraktur adalah
rupturnya kontinuitas struktur dari tulang atau kartilago dengan tanpa disertai
subluksasi fragmen yang terjadi karena trauma atau aktivitas fisik dengan
tekanan yang berlebihan (Ningsih, 2011).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tualng, retak atau patahnya tulang
yang utuh, yang biasanya disebabkan rudakpaksa/tenaga fisik yang ditentukan
jenis dan luasnya (Lukman & Ningsih, 2009). Fraktur tulang adalah patah pada
tulang. Istilah yang digunakan untuk menjelaskan berbagai jenis fraktur tulang
antara lain fraktur inkomplit, fraktur simple dan fraktur compound ( Elizabet J.
Crowin, Phd, MSN, CNP, 2008).
Fraktur dibedakan menjadi:
1. Fraktur Tertutup adalah fraktur dengan kulit yang tidak tembus oleh fragmen
tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.
2. Fraktur Terbuka adalah fraktur dengan kulit ekstremitas yang terlibat telah
tembus, dan terdapat hubungan antara fragmen tulang dan dunia luar. Karena
adanya perlukaan kulit. Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat, yaitu:
a. Grade I : sakit jelas dan sedikit kerusakan kulit, luka <1 cm, kerusakan
jaringan, tidak ada tanda luka remuk, fraktur sederhana, komunikatif
ringan, kontaminasi minimal.
b. Grade II : Fraktur terbuka dan sedikit kerusakan kulit, laserasi <1 cm,
kerusakan jaringan lunak tidak luas, flap, komunikatif sedang,
kontaminasi sedang.
c. Garde III : Banyak sekali jenis kerusakan kulit, otot jaringan saraf dan
pembuluh darah serta luka sebesar 6-8 cm.
(Sjamsuhidayat, 2010 dalam wijaya & putri, 2013).
B. Etilogi
Etilogi fraktur berdasarkan klasifikasinya antara lain :
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh:

5
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur
melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
b. Cedara tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur
klavikula.
c. Fraktur yang disebakan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat menyebabkan fraktur, seperti:
a. Tumor tulang (jinak dan ganas), yaitu pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti mosteomyelitis, dapat terjadi sebagai akibat dari infeksi
akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat
dan sakit nyeri.
c. Rakhitis merupakan suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh
defisiensi Vitamin D.
d. Stress tulang seperti pada penyakit polio dan orang yang bertugas di
kemiliteran.
(Sachdeva, 2002 dalam Kristiyansari, 2012)

C. Patofisiologi dan Pathways


Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
adanya gaya tubuh yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, dan
patologik. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar maka
terjadi trauma yang mengakibatkan terputusnya kontinuitas tulang. Setelah
terjadi fraktur periosteum dan pembuluh darah serta saraf korteks, marrow, dan
jaringan lunak yang membungkus tulang akan rusak. Sewaktu patah tulang
biasanya terjadi perdarahan disekitar tempat patah kedalam jaringan lunak
sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.
Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Infusiensi pmbuluh
darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang
tidak dapat ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan
mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan. faktor yang mempengaruhi fraktur
6
yaitu tekanan dari luar tergantung besar kecilnya tekanan dan daya tahan tulang
seperti kepadatan atau kekerasan tulang.

Pathways

Tekanan eksternal : pemukulan, penghancuran, penarikan dan benturan dan fraktur

patologis

Ketidakmampuan tulang menahan tekanan eksternal

Pergeseran tulang Tekanan langsung Kerusakan jaringan G3. neuro


Nyeri
Deformitas kerusakan fragmen tulang laserasi kulit luka terbuka
akut
Ekstremitas tidak berfungsi
Gangguan Resiko
secara baik pembuluh darah terputus integritas kulit infeksi

Perdarahan hebat penurunan kekuatan otot


Hambatan mobilitas
fisik kelemahan

Resiko syok hipovolemik


G3 body image Defisit perawatan diri

G3 pola tidur
tidur

D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang meningkat
karena penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur.
2. Deformitas (perubahan struktur dan bentuk) disebakan oleh ketergantungan
fungsional otot pada kesetabilan otot.
3. Pembengkakan akibat vasodilatasi, eksudasi plasma dan adanya peningkatan
leukosit pada jaringan disekitar tulang.
4. Saat ektremitas diperiksa di tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
5. Kurang sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan saraf, dimana
saraf ini dapat terjadi atau terputus oleh fragmen tulang.
6. Hilangnya atau berkurangnya fungsi normal karena ketidakstabilan tulang,
nyeri atau spasme otot.

7
7. Krepitasi sering terjadi karena pergerakan bagian fraktur sehingga
menyebabkan kerusakan jaringan sekitarnya.
8. Pergerakan abnormal.
9. Spasme otot karena tingkat kecatatan, kekuatan otot yang sering disebabkan
karena tulang menekan otot.
(Mansjoer, Arif, 2014)

E. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik


1. X-ray: untuk menentukan luas/lokasi fraktur.
2. Scan tulang: untuk memperlihatkan fraktur dengan jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram: untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vasekuler.
4. Hitung darah lengkap: hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada
perdarahan, peningkatan leukosit sebagai respon terhadap peradangan.
5. Kreatinin: trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk klirens
ginjal.
6. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi
darah atau cedera hati.
(Dongoes, 2002 dalam Wijaya Putri, 2013 : 2014)

F. Komplikasi
Komplikasi fraktur menurut Brunner & Suddarth (2005) dibagi menjadi 2
yaitu:
1. Komplikasi awal
a. Syok
Syok hipovolemik akibat dari perdarahan karena tulang merupakan
organ yang sangat vaskuler maka dapat terjadi perdarahan yang sangat
besar sebagai akibat dari trauma khususnya pada fraktur femur dan
fraktur pelvis.
b. Emboli lemak
Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat masuk kedalam darah
karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler dan
katekolamin yang dilepaskan memobilisasi asam lemak kedalam aliran
darah. Globula lemak ini bergabung dengan trombosit membentuk emboli
yang dapat menyumbat pembuluh darah kecil yang memasok darah ke
otak, paru- paru, ginjal dan organ lainnya.
c. Compartment Syndrome
8
Compartment syndrome merupakan masalah yang terjadi saat perfusi
jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh
karena penurunan ukuran fasia yang membungkus otot terlalu ketat,
balutan yang terlalu ketat dan peningkatan isi kompartemen karena
perdarahan atau edema.
d. Komplikasi awal lainnya seperti infeksi, tromboemboli dan koagulopati
intravaskular.

2. Komplikasi lambat
a. Delayed union, malunion, nonunion
Penyatuan terlambat (delayed union) terjadi bila penyembuhan tidak
terjadi dengan kecepatan normal berhubungan dengan infeksi dan
distraksi (tarikan) dari fragmen tulang. Tarikan fragmen tulang juga dapat
menyebabkan kesalahan bentuk dari penyatuan tulang (malunion). Tidak
adanya penyatuan (nonunion) terjadi karena kegagalan penyatuan ujung-
ujung dari patahan tulang.
b. Nekrosis avaskular tulang
Nekrosis avaskular terjadi bila tulang kekurangan asupan darah dan
mati. Tulang yang mati mengalami kolaps atau diabsorpsi dan diganti
dengan tulang yang baru. Sinar-X menunjukkan kehilangan kalsium dan
kolaps struktural.
c. Reaksi terhadap alat fiksasi interna
Alat fiksasi interna diangkat setelah terjadi penyatuan tulang namun
pada kebanyakan pasien alat tersebut tidak diangkat sampai menimbulkan
gejala. Nyeri dan penurunan fungsi merupakan indikator terjadinya
masalah. Masalah tersebut meliputi kegagalan mekanis dari pemasangan
dan stabilisasi yang tidak memadai, kegagalan material, berkaratnya alat,
respon alergi terhadap logam yang digunakan dan remodeling
osteoporotik disekitar alat.

G. Penatalaksanaan
1. Penatalakasanaan Konservatif
a. Proteksi adalah proteksi fraktur yang mencegah trauma lebih lanjut
dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau
tongkat apada anggota gerak bawah.

9
b. Imobilisasi dengan bidang eksterna. Imobilisasi pada fraktur dengan
bidai eksterna hanya memberikan imobilisasi. Biasanya menggunakan
gips atau macam-macam bidai dari plastik atau metal.
c. Reduksi tertutup dengan menggunakan manipulasi dan imobilisasi
ekterna dengan menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan
manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan lokal.
d. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi, tindakan ini
mempunyai tujuan utama, yaitu beberapa reduksi yang bertahap
imobilisasi.

2. Penatalaksanaan Pembedahan
a. Reduksi tertutup dengan fiksasi perkuatan atau K-Wire.
b. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal dan fiksasi eksternal tulang yaitu:
c. Open Reduction and Internal Fixation atau reduksi terbuka dengan fiksasi
internal. Orif akan mengimobilisasi fraktur dengan melakukan
pembedahan dengan memasukkan paku, skrup atau pen kedalam tempat
fraktur untuk mengfiksasi bagian tulang pada fraktur secara bersamaan.
Fiksasi internal sering digunakan untuk merawat fraktur pada tulang
pinggul yang sering terjadi pada orang tua.
d. Open Reduction Terbuka dengan Fiksasi Eksternal. Tindakan ini
merupakan pilihan bagi sebagian besar fraktur. Fiksasi eksternal dapat
menggunakan konselosascrew atau dengan metilmetaklirat (aklirik gigi)
atau fiksasi eksterna dengan jenis-jenis lain seperti gips.
(Muttaqin, 2008)

Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-
masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada
tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
10
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien
digunakan:
1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa
jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut
sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh
mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya
kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s
yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk
menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt
beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes
menghambat proses penyembuhan tulang.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti
diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan
kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.
f. Riwayat Psikososial
11
Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat.
g. Riwayat Penyakit Lingkunagan
Pada pengkajian ini membahas kondisi tempat tinggal, dan lokasi,
meliputi: apakah lokasi dekat dengan pabrik, jalan raya, atau pedesaan,
dan keadaan rumah redup atau terang, suasana rumah ramai atau tenang.
h. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji: bersihan jalan nafas, ada/tidaknya sumbatan pada jalan nafas,
distress pernafasan, tanda-tanda perdarahan di jalan nafas,
muntahan, edema laring
2) Breathing
Kaji: frekuensi nafas, usaha, dan pergerakan dinding dada, suara
pernafasan melalui hidung dan mulut, udara yang dikeluarkan dari
jalan nafas
3) Circulation
Kaji: denyut nadi karotis, tekanan darah, warna dan kelembaban
kulit, tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
4) Disability
Kaji: tingkat kesadaran, gerakan ekstremitas, GCS, ukuran pupil dan
responnya terhadap cahaya
5) Exposure
Kaji: tanda-tanda trauma yang ada
i. Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu: pemeriksaan umum (status generalisata)
untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis).
Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada
kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang
lebih sempit tetapi lebih mendalam. Gambaran umum perlu menyebutkan:
Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda,
seperti: Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis
tergantung pada keadaan klien. Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik,
ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut. Tanda-tanda
vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.
Secara sistemik dari kepala sampai kelamin.
12
1) Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat,
bengkak, oedema, nyeri tekan.
a) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normocephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri dan tidak ada lesi.
b) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan,
reflek menelan ada.
c) Wajah
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan
fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tidak edema.
d) Mata
Konjungtiva anemis jika terjadi perdaraha hebat dan tidak ada
sekret.
e) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada
lesi atau nyeri tekan.
f) Hidung
Tidak ada deformitas, simetris, tidak ada pernafasan cuping
hidung dan tidak ada sekret.
g) Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut tidak pucat.
h) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
i) Paru-paru
Inspeksi : Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya
tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan
dengan paru.
Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba
sama.
Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara
tambahan lainnya.
Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau
suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
j) Jantung
13
Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung.
Palpasi : Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
Perkusi : tidak ada pembesaran jantung.
Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
k) Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi : Tugor baik, tidak ada benjolan, tidak ada
defands muskuler, hepar tidak teraba.
Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombang
cairan.
Auskultasi : Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
l) Genetalia-Anus
Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran lymphe, tidak ada
kesulitan BAB.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Risiko Cedera
3. Gangguan integritas kulit
4. Gangguan mobilitas fisik
5. Risiko infeksi
6. Defisit pengetahuan

14
3. Intervensi Keperawatan
Dx Keperawatan SLKI SIKI
Nyeri akut SLKI : Tingkat Nyeri SIKI : Manajemen Nyeri
Ekspetasi Menurun Observasi
Setelah dilakukukan 1. Identifikasi lokasi,
Tindakan keperawatan karateristik, durasi,
selama …x24 jam frekuensi, kualitas dan
diharapkan masalah intensitas nyeri
keperawatan dapat teratasi 2. Identifikasi skala nyeri
dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi respon nyeri
Indikator IR ER non verbal
Keluhan 4. Identifikasi fktor yang
nyeri memperberat dan
Meringis memperingan nyeri
Gelisah Terapeutik:
Kesulitan 1. Berikan terapi non
tidur farmakologi untuk
Keterangan : mengurangi rasa nyeri
1. Meningkat 2. Fasilitasi istirahat
2. Cukup meningkat tidur
3. Sedang Edukasi :
4. Cukup menurun 1. Jelaskan strategi
5. Menurun meredakan nyeri
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetic

15
Gangguan mobilitas fisik SLKI : Mobilitas Fisik SIKI : Dukungan
Ekspektasi : Meningkat Mobilisasi
Setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan selama …x a. Identifikasi adanya
24 jam, diharapkan nyeri atau keluhan fisik
maasalah keperawatan lainnya
dapat teratasi dengan b. Identifikasi toleransi
kriteria hasil : fisik melakukan
Indikator IR ER pergerakan
Pergerakan c. Monitor kondisi umum
ekstermitas selama melakukan
Kekuatan mobilisasi
otot d. Fasilitasi aktivitas
Rentan mobilisasi dengan alat
gerak bantu (mis, pagar tempat
(ROM) tidur)
Keterangan : Terapeutik
1. Menurun a. Fasilitasi melakukan
2. Cukup meningkat pergerakan, jika perlu
3. Sedang b. Libatkan keluarga untuk
4. Cukup meningkat membantu pasien dalam
5. Meningkat meningkatkan
pergerakan
c. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
Edukasi
a. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
b. Ajarkan melakukan
mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan
(mis. Duduk ditempat
tidur, duduk disisi tempat
tidur, pindah dari tempat
tidur ke kursi

16
Ansietas SLKI : Tingkat Ansietas SIKI : Reduksi Ansietas
Ekspetasi Menurun Observasi
Setelah dilakukukan 1. Identifikasi saat tingkat
Tindakankeperawatan ansietas berubah 2.
selama …x24 jam Monitor tanda-tanda
diharapkan masalah ansietas
keperawatan dapat teratasi Terapeutik
dengan kriteria hasil: 1. Ciptakan suasana
Indikator IR ER terapeutik untuk
Perilaku menumbuhkan
gelisah kepercayaan
Perilaku 2. Temani pasien untuk
tegang mengurangi kecemasan,
Keluhan jika memungkinkan
pusing 3. Pahami situasi yang
Keterangan : membuat ansietas
1. Meningkat Edukasi
2. Cukup meningkat 1. Anjurkan keluarga
3. Sedang untuk
4. Cukup menurun menemani pasien
Menurun 2. Latih teknik relaksasi
3. Anjurkan keluarga
menemani pasien
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat ansietas

17
Gangguan integritas SLKI : Integritas SIKI : Perawatan Luka
kulit kulit/Jaringan Ekspetasi Observasi
Meningkat Setelah a. Monitor karateristik
dilakukan asuhan luka (mis. warna, ukuran,
keperawatan selama …x bau)
24 jam, diharapkan b. Monitor tanda-tanda
masalah pasien dapat infeksi
teratasi dengan kriteria Tindakan
hasil : a. Lepaskan balutan dan
Indikator IR ER plester secara perlahan
Kerusakan b. Bersihkan dengan
Jaringan cairan
Kerusakan NaCl
lapisan c. Bersihkan jaringan
kulit nekrotik
Nyeri d. Berikan salep yang
Perdarahan sesuai dengan kulit/lesi
Kemerahan e. Pertahan Teknik steril

Keterangan : saat melakukan

1. Menurun perawatan luka

2. Cukup meningkat Edukasi


3. Sedang a. Jelaskan tanda dan

4. Cukup meningkat gejala infeksi

5. Meningkat b. Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
Kolaborasi
a. Kolaborasikan
pemberian antibiotik

18
BAB III
PENEUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan umumnya dikarenakan rudapaksa.
Fraktur adalah rupturnya kontinuitas struktur dari tulang atau kartilago dengan tanpa
disertai subluksasi fragmen yang terjadi karena trauma atau aktivitas fisik dengan
tekanan yang berlebihan.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tualng, retak atau patahnya tulang yang utuh,
yang biasanya disebabkan rudakpaksa/tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya.
Fraktur tulang adalah patah pada tulang. Istilah yang digunakan untuk menjelaskan
berbagai jenis fraktur tulang antara lain fraktur inkomplit, fraktur simple dan fraktur
compound.
B. Saran
Apabila dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekeliruan atau
kesalahan kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik atau sarannya dari
semua pihak dapat memperbaiki atau menyempurnakan makalah kami yang baik

19
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta: EGC

Gloria M. Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC), Edisi


Keenam. Missouri: Mosby Elsevier.

Morhedd, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima.


Missouri: Mosby Elsevier.

Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular Dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi


10.Jakarta:EG

20

Anda mungkin juga menyukai