Disusun Oleh :
UNIVERSITAS AN NUUR
PURWODADI
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR” untuk memenuhi tugas mata
kuliah Meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu dan
memberi tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai beberapa hal
yang bersangkutan dengan materi tersebut. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Penulis
1
DAFTAR ISI
B. Etilogi ....................................................................................................................5
F. Komplikasi ...........................................................................................................8
G. Penatalaksanaan .................................................................................................9
A. Kesimpulan ..........................................................................................................19
B. Saran .....................................................................................................................19
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang
menyebabkan nyeri terus menerus, rasa nyeri bisa timbul hampir pada setiap area
fraktur. Bila tidak diatasi maka dapat menimbulkan efek yang akan mengganggu
untuk itu perlu penanganan yang lebih efektif untuk meminimalkan nyeri yang
5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat
kecelakaan lalu lintas. Penyebab terbanyak fraktur adalah kecelakaan, baik itu
kejadian patah tulang atau insiden fraktur cukup tinggi, berdasarkan data dari
kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda.
Dari hasil survey tim Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang
psikologis seperti cemas atau bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan
Dampak yang timbul pada pasien dengan fraktur yaitu dapat mengalami
perubahan pada bagian tubuh yang terkena cedera, merasakan cemas akibat rasa
sakit dan rasa nyeri yang dirasakan, resiko terjadinya infeksi, resiko perdarahan,
dasar lainnya. Selain itu fraktur juga dapat menyebabkan kematian (Septiani,
2015).
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah ini
adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Fraktur.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Dapat memahami dan mempelajari secara mendalam tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan fraktur.
2. Tujuan Khusus
a. Menggali secara rinci tentang pengkajian keperawatan pada pada klien
dengan fraktur.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan yang muncul pada klien dengan
fraktur.
c. Membuat perencanaan keperawatan pada klien dengan fraktur.
d. Melaksanakan atau mengimplementasikan tindakan keperawatan yang
telah direncanakan pada klien dengan fraktur.
e. Melakukan evaluasi keperawatan secara menyeluruh pada klien dengan
fraktur.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang
rawan umumnya dikarenakan rudapaksa (Mansjoer, 2008). Fraktur adalah
rupturnya kontinuitas struktur dari tulang atau kartilago dengan tanpa disertai
subluksasi fragmen yang terjadi karena trauma atau aktivitas fisik dengan
tekanan yang berlebihan (Ningsih, 2011).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tualng, retak atau patahnya tulang
yang utuh, yang biasanya disebabkan rudakpaksa/tenaga fisik yang ditentukan
jenis dan luasnya (Lukman & Ningsih, 2009). Fraktur tulang adalah patah pada
tulang. Istilah yang digunakan untuk menjelaskan berbagai jenis fraktur tulang
antara lain fraktur inkomplit, fraktur simple dan fraktur compound ( Elizabet J.
Crowin, Phd, MSN, CNP, 2008).
Fraktur dibedakan menjadi:
1. Fraktur Tertutup adalah fraktur dengan kulit yang tidak tembus oleh fragmen
tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.
2. Fraktur Terbuka adalah fraktur dengan kulit ekstremitas yang terlibat telah
tembus, dan terdapat hubungan antara fragmen tulang dan dunia luar. Karena
adanya perlukaan kulit. Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat, yaitu:
a. Grade I : sakit jelas dan sedikit kerusakan kulit, luka <1 cm, kerusakan
jaringan, tidak ada tanda luka remuk, fraktur sederhana, komunikatif
ringan, kontaminasi minimal.
b. Grade II : Fraktur terbuka dan sedikit kerusakan kulit, laserasi <1 cm,
kerusakan jaringan lunak tidak luas, flap, komunikatif sedang,
kontaminasi sedang.
c. Garde III : Banyak sekali jenis kerusakan kulit, otot jaringan saraf dan
pembuluh darah serta luka sebesar 6-8 cm.
(Sjamsuhidayat, 2010 dalam wijaya & putri, 2013).
B. Etilogi
Etilogi fraktur berdasarkan klasifikasinya antara lain :
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh:
5
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur
melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
b. Cedara tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur
klavikula.
c. Fraktur yang disebakan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat menyebabkan fraktur, seperti:
a. Tumor tulang (jinak dan ganas), yaitu pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti mosteomyelitis, dapat terjadi sebagai akibat dari infeksi
akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat
dan sakit nyeri.
c. Rakhitis merupakan suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh
defisiensi Vitamin D.
d. Stress tulang seperti pada penyakit polio dan orang yang bertugas di
kemiliteran.
(Sachdeva, 2002 dalam Kristiyansari, 2012)
Pathways
patologis
G3 pola tidur
tidur
D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang meningkat
karena penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur.
2. Deformitas (perubahan struktur dan bentuk) disebakan oleh ketergantungan
fungsional otot pada kesetabilan otot.
3. Pembengkakan akibat vasodilatasi, eksudasi plasma dan adanya peningkatan
leukosit pada jaringan disekitar tulang.
4. Saat ektremitas diperiksa di tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
5. Kurang sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan saraf, dimana
saraf ini dapat terjadi atau terputus oleh fragmen tulang.
6. Hilangnya atau berkurangnya fungsi normal karena ketidakstabilan tulang,
nyeri atau spasme otot.
7
7. Krepitasi sering terjadi karena pergerakan bagian fraktur sehingga
menyebabkan kerusakan jaringan sekitarnya.
8. Pergerakan abnormal.
9. Spasme otot karena tingkat kecatatan, kekuatan otot yang sering disebabkan
karena tulang menekan otot.
(Mansjoer, Arif, 2014)
F. Komplikasi
Komplikasi fraktur menurut Brunner & Suddarth (2005) dibagi menjadi 2
yaitu:
1. Komplikasi awal
a. Syok
Syok hipovolemik akibat dari perdarahan karena tulang merupakan
organ yang sangat vaskuler maka dapat terjadi perdarahan yang sangat
besar sebagai akibat dari trauma khususnya pada fraktur femur dan
fraktur pelvis.
b. Emboli lemak
Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat masuk kedalam darah
karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler dan
katekolamin yang dilepaskan memobilisasi asam lemak kedalam aliran
darah. Globula lemak ini bergabung dengan trombosit membentuk emboli
yang dapat menyumbat pembuluh darah kecil yang memasok darah ke
otak, paru- paru, ginjal dan organ lainnya.
c. Compartment Syndrome
8
Compartment syndrome merupakan masalah yang terjadi saat perfusi
jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh
karena penurunan ukuran fasia yang membungkus otot terlalu ketat,
balutan yang terlalu ketat dan peningkatan isi kompartemen karena
perdarahan atau edema.
d. Komplikasi awal lainnya seperti infeksi, tromboemboli dan koagulopati
intravaskular.
2. Komplikasi lambat
a. Delayed union, malunion, nonunion
Penyatuan terlambat (delayed union) terjadi bila penyembuhan tidak
terjadi dengan kecepatan normal berhubungan dengan infeksi dan
distraksi (tarikan) dari fragmen tulang. Tarikan fragmen tulang juga dapat
menyebabkan kesalahan bentuk dari penyatuan tulang (malunion). Tidak
adanya penyatuan (nonunion) terjadi karena kegagalan penyatuan ujung-
ujung dari patahan tulang.
b. Nekrosis avaskular tulang
Nekrosis avaskular terjadi bila tulang kekurangan asupan darah dan
mati. Tulang yang mati mengalami kolaps atau diabsorpsi dan diganti
dengan tulang yang baru. Sinar-X menunjukkan kehilangan kalsium dan
kolaps struktural.
c. Reaksi terhadap alat fiksasi interna
Alat fiksasi interna diangkat setelah terjadi penyatuan tulang namun
pada kebanyakan pasien alat tersebut tidak diangkat sampai menimbulkan
gejala. Nyeri dan penurunan fungsi merupakan indikator terjadinya
masalah. Masalah tersebut meliputi kegagalan mekanis dari pemasangan
dan stabilisasi yang tidak memadai, kegagalan material, berkaratnya alat,
respon alergi terhadap logam yang digunakan dan remodeling
osteoporotik disekitar alat.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalakasanaan Konservatif
a. Proteksi adalah proteksi fraktur yang mencegah trauma lebih lanjut
dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau
tongkat apada anggota gerak bawah.
9
b. Imobilisasi dengan bidang eksterna. Imobilisasi pada fraktur dengan
bidai eksterna hanya memberikan imobilisasi. Biasanya menggunakan
gips atau macam-macam bidai dari plastik atau metal.
c. Reduksi tertutup dengan menggunakan manipulasi dan imobilisasi
ekterna dengan menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan
manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan lokal.
d. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi, tindakan ini
mempunyai tujuan utama, yaitu beberapa reduksi yang bertahap
imobilisasi.
2. Penatalaksanaan Pembedahan
a. Reduksi tertutup dengan fiksasi perkuatan atau K-Wire.
b. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal dan fiksasi eksternal tulang yaitu:
c. Open Reduction and Internal Fixation atau reduksi terbuka dengan fiksasi
internal. Orif akan mengimobilisasi fraktur dengan melakukan
pembedahan dengan memasukkan paku, skrup atau pen kedalam tempat
fraktur untuk mengfiksasi bagian tulang pada fraktur secara bersamaan.
Fiksasi internal sering digunakan untuk merawat fraktur pada tulang
pinggul yang sering terjadi pada orang tua.
d. Open Reduction Terbuka dengan Fiksasi Eksternal. Tindakan ini
merupakan pilihan bagi sebagian besar fraktur. Fiksasi eksternal dapat
menggunakan konselosascrew atau dengan metilmetaklirat (aklirik gigi)
atau fiksasi eksterna dengan jenis-jenis lain seperti gips.
(Muttaqin, 2008)
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Risiko Cedera
3. Gangguan integritas kulit
4. Gangguan mobilitas fisik
5. Risiko infeksi
6. Defisit pengetahuan
14
3. Intervensi Keperawatan
Dx Keperawatan SLKI SIKI
Nyeri akut SLKI : Tingkat Nyeri SIKI : Manajemen Nyeri
Ekspetasi Menurun Observasi
Setelah dilakukukan 1. Identifikasi lokasi,
Tindakan keperawatan karateristik, durasi,
selama …x24 jam frekuensi, kualitas dan
diharapkan masalah intensitas nyeri
keperawatan dapat teratasi 2. Identifikasi skala nyeri
dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi respon nyeri
Indikator IR ER non verbal
Keluhan 4. Identifikasi fktor yang
nyeri memperberat dan
Meringis memperingan nyeri
Gelisah Terapeutik:
Kesulitan 1. Berikan terapi non
tidur farmakologi untuk
Keterangan : mengurangi rasa nyeri
1. Meningkat 2. Fasilitasi istirahat
2. Cukup meningkat tidur
3. Sedang Edukasi :
4. Cukup menurun 1. Jelaskan strategi
5. Menurun meredakan nyeri
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetic
15
Gangguan mobilitas fisik SLKI : Mobilitas Fisik SIKI : Dukungan
Ekspektasi : Meningkat Mobilisasi
Setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan selama …x a. Identifikasi adanya
24 jam, diharapkan nyeri atau keluhan fisik
maasalah keperawatan lainnya
dapat teratasi dengan b. Identifikasi toleransi
kriteria hasil : fisik melakukan
Indikator IR ER pergerakan
Pergerakan c. Monitor kondisi umum
ekstermitas selama melakukan
Kekuatan mobilisasi
otot d. Fasilitasi aktivitas
Rentan mobilisasi dengan alat
gerak bantu (mis, pagar tempat
(ROM) tidur)
Keterangan : Terapeutik
1. Menurun a. Fasilitasi melakukan
2. Cukup meningkat pergerakan, jika perlu
3. Sedang b. Libatkan keluarga untuk
4. Cukup meningkat membantu pasien dalam
5. Meningkat meningkatkan
pergerakan
c. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
Edukasi
a. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
b. Ajarkan melakukan
mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan
(mis. Duduk ditempat
tidur, duduk disisi tempat
tidur, pindah dari tempat
tidur ke kursi
16
Ansietas SLKI : Tingkat Ansietas SIKI : Reduksi Ansietas
Ekspetasi Menurun Observasi
Setelah dilakukukan 1. Identifikasi saat tingkat
Tindakankeperawatan ansietas berubah 2.
selama …x24 jam Monitor tanda-tanda
diharapkan masalah ansietas
keperawatan dapat teratasi Terapeutik
dengan kriteria hasil: 1. Ciptakan suasana
Indikator IR ER terapeutik untuk
Perilaku menumbuhkan
gelisah kepercayaan
Perilaku 2. Temani pasien untuk
tegang mengurangi kecemasan,
Keluhan jika memungkinkan
pusing 3. Pahami situasi yang
Keterangan : membuat ansietas
1. Meningkat Edukasi
2. Cukup meningkat 1. Anjurkan keluarga
3. Sedang untuk
4. Cukup menurun menemani pasien
Menurun 2. Latih teknik relaksasi
3. Anjurkan keluarga
menemani pasien
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat ansietas
17
Gangguan integritas SLKI : Integritas SIKI : Perawatan Luka
kulit kulit/Jaringan Ekspetasi Observasi
Meningkat Setelah a. Monitor karateristik
dilakukan asuhan luka (mis. warna, ukuran,
keperawatan selama …x bau)
24 jam, diharapkan b. Monitor tanda-tanda
masalah pasien dapat infeksi
teratasi dengan kriteria Tindakan
hasil : a. Lepaskan balutan dan
Indikator IR ER plester secara perlahan
Kerusakan b. Bersihkan dengan
Jaringan cairan
Kerusakan NaCl
lapisan c. Bersihkan jaringan
kulit nekrotik
Nyeri d. Berikan salep yang
Perdarahan sesuai dengan kulit/lesi
Kemerahan e. Pertahan Teknik steril
5. Meningkat b. Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
Kolaborasi
a. Kolaborasikan
pemberian antibiotik
18
BAB III
PENEUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan umumnya dikarenakan rudapaksa.
Fraktur adalah rupturnya kontinuitas struktur dari tulang atau kartilago dengan tanpa
disertai subluksasi fragmen yang terjadi karena trauma atau aktivitas fisik dengan
tekanan yang berlebihan.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tualng, retak atau patahnya tulang yang utuh,
yang biasanya disebabkan rudakpaksa/tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya.
Fraktur tulang adalah patah pada tulang. Istilah yang digunakan untuk menjelaskan
berbagai jenis fraktur tulang antara lain fraktur inkomplit, fraktur simple dan fraktur
compound.
B. Saran
Apabila dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekeliruan atau
kesalahan kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik atau sarannya dari
semua pihak dapat memperbaiki atau menyempurnakan makalah kami yang baik
19
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular Dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
20