Anda di halaman 1dari 22

Laporan Pendahuluan

Kebutuhan Eliminasi

A. Tinjauan Medis
1. Pengertian
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa
metabolisme tubuh baik yang melalui ginjal berupa urin maupun
melalui gastrointestinal yang berupa fekal. (Wartonah & Tarwoto,
2011)
Kebutuhan eliminasi terdiri dua yaitu, eliminasi urin (buang air
kecil) dan eliminasi alvi (buang air besar) yang merupakan bagian
dari kebutuhan fisiologi dan bertujuan untuk mengeluarkan bahan
sisa. (Hidayat & Uliyah, 2015)
2. Sistem Tubuh yang Berperan Pada Kebutuhan Eliminasi
a. Urin
1) Ginjal
Berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan
dalam tubuh serta penyaringan darah untuk dibuang dalam
bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh
tubuh dan menahannya agar tidak tercampur dengan zat-zat
yang dibutuhkan oleh tubuh.
2) Kandung Kemih
Merupakan sebuah kantong yang berfungsi menampung
urine.
3) Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi menyalurkan urin
kebagian luar. (Haswita & Sulistyowati, 2017)
b. Fekal
Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi fekal
adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus
dan usus besar. Makanan yang diterima oleh usus dari
lambung dalam bentuk setengah padat atau dikenal dengan
nama chyme, kemudian akan di absorpsi. Proses perjalanan
makanan dari mulut hingga rektum membutuhkan waktu
selama 12 jam. Proses perjalanan makanan, khususnya pada
daerah kolon, memiliki beberapa gerakan, diantaranya gerakan
mecampur makanan dalam bentuk padat untuk mengabsorpsi
air, kontraksi haustral atau gerakan mendorong zat
makanan/air pada daerah kolon dan gerakan peristaltik yaitu
gerakan maju menuju anus. Otot lingkar (sfingter) bagian dalam
dan luar saluran anus menguasai pembuangan fese dan gas
dari anus. (Hidayat & Uliyah, 2015)
3. Faktor yang Memperngaruhi Eliminasi
a. Urin
1) Pertumbuhan Dan Pekembangan
Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki
mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil.
Namun dengan seiring bertambahnya usia, akan bertambah
kemampuan dalam mengontrol baung air kecil.
2) Faktor Psikologi
Ansietas dan stres emosional mempengaruhi miksi untuk
lebih banyak.
3) Asupan Cairan dan Makanan
Semakin banyak intake cairan dapat menentukan jumlah
urine yang dibentuk.
4) Medikasi
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada
terjadinya peningkatan atau penurunan proses perkemihan.
Obat mempengaruhi warna urin.
b. Fekal
1) Usia dan Perkembangan
Gerakan peristaltik usus menurun dan melambatnya
pengosongan usus seiring pertambahan usia.
2) Diet
Asupan makanan yang bergizi dan teratur tiap hari
membantu dalam defekasi secara normal terutama adalah
serat.
3) Cairan
Kehilangan cairan mempengaruhi karakteristik feses.
Asupan cairan yang tidak adekuat, mislanya muntah
berlebihan sehingga tubuh mengabsorpsi cairan dari chymus
dan menyebabkan feses keras serta eliminasinya terhambat.
4) Faktor Psikologis
Adanya stress emosional menurunkan ransangan defekasi.
5) Gaya hidup
Kebiasaan individu yang lebih sering senang bila melakukan
defekasi di toiletnya sendiri. (Suryono & Widianti, 2011)
4. Masalah-Masalah Pada Eliminasi
a. Urin
1) Retensi Urin
Penumpukan urin dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan
isinya, sehingga menyebabkan distensi dari vesike urineria.
2) Inkontenensia Urin
Ketidakmampuan otot sfinkter eksternal sementara atau
menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Umumnya,
penyebab inkontinensia yaitu proses penuaan, penurunan
kesadaran.
3) Enuresis
Ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan tidak mampu mengontrol sfinkter eksterna.
4) Ureterotomi
Tindakan operasi dengan jalan membuat stoma pada
dinding perut drainase urin. (Haswita & Sulistyowati, 2017)
b. Fekal
1) Diare
Peningkatan jumlah feses dan peningkatan feses cair yang
tidak terbentuk.
2) Konstipasi
Gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang
kering dan keras melalui usus besar.
3) Inkontinensia Fekal
Ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas dari
anus akibat kerusakan fungsi spinter atau persarafan di
daerah anus.
4) Hemoroid
Pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan
kronis, peregangan maksimal saat defekasi, kehamilan, dan
obesitas. (Haswita & Sulistyowati, 2017)
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostic eliminasi fekal
(Rosmawati, 2016)
Sidoskopi protogsimal Closcopi merupakan prosedur
pemeriksaan dengan pemasukan alat kedalam cerna bagian
bawah output mengevaluasi klien dan selam terhadap
peredangan dan diare.
b. Pemeriksaan diagnostic
1). Pemeriksaan urine
a) warna (Normal jernih atau kering)
b) penampilan (Normal atau jernih)
c) Bau (Hevatomi)
d) Pit (Normal 4,5-8,0)
e) Glukosa (Normal – Negatif)
f) Berat jenis (Normal 1,805-1,030)
g) Keton (Normal- Negatif).
c. Struktur urine CN kuman pathogen negatif
6. Penatalaksanaan Medis
a. Eliminasi urine
1) Irigasi perkemihan atau pemberian dnegan larutan tertentu
irigasi kandung kemih dilakukan berdasarkan program
dokter atau perawat.
2) Diverse urine adalah pembuatan saluran pembuangan urine
secara bedah dan ginjal ketempat saluran kandung kemih.
3) Pengeluaran infeksi fekal secara digital, pengeluaran secara
manual.
7. Patoflow Gangguan Kebutuhan eliminasi

Gangguan sistem Gangguan


Gangguan mibilitas fisik
pencernaan neurologus

Ketidakmampuan Masuknya Melemahnya


bergerak bebas mikroorganisme ke otot dekruler
saluran pencernaan

Menurunnya pasca Inkontinensia


Inflmasi usus
usus urin

Feses menumpuk di Peningkatan


rektum penyerapan cairan
diusus

Feses susah
dikelaurkan Feses mengeras

Gangguan eliminasi
kontisipasi
fekal

Mobilitas feses
terganggu

Resiko kontisipasi
B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Urin
1) Riwayat Pengkajian
a) Pola berkemih pasien.
b) Gejala dari perubahan berkemih dan sejak
kapan,lamanya.
c) Faktor yang mempengaruhi berkemih dan usaha yang
dilakukan selama mengalami masalah eliminasi urine.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Penampilan umum pasien seperti ekspresi wajah, pasien
gelisah atau menahan sakit.
b) Keadaan kulit, seperti kulit kering, mukosa mulut kering,
turgor kulit kering, lidah menjadi kering tanda
kekurangan cairan. Kulit berkeringat, basah dapat
disebabkan karena pasien menahan nyeri saat
berkemih. Kaji adanya edema atau asites mungkin dapat
terjadi.
c) Abdomen. Pembesaran, pelebaran pembuluh darah
vena, distensi kandung kemih, pembesaran ginjal, nyeri
tekan, tenderness, dan bising usus.
d) Genetalia wanita. Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret
dari meatus, dan keadaan atrofi.
e) Genitalia laki-laki. Kebersihan, adanya lesi, tenderness,
adanya pembesaran skrotum.
3) Intake dan Output Cairan
a) Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam)
b) Kebiasaan minum dirumah
c) Intake : cairan infus, oral, makanan, NGT.
d) Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui
ketidakseimbangan cairan.
e) Output urine dari urinal, kantong urine, drainase
ureterostomi, dan sistostomi.
f) Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, dan
kepekatan.
4) Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan urine (urinalisis)
(1) Warna (normalnya jernih kekuningan)
(2) Penampilan (normalnya jernih)
(3) Bau (normalnya beraroma)
(4) pH (normalnya 4,5-8,0)
(5) Berat jenis (normalnya 1,005-1,030)
(6) Glukosa (normalnya negatif)
(7) Keton (normalnya negatif)
b) Kultur urine (N: kuman patogen negatif)
b. Fekal
1) Riwayat Keperawatan
a) Pola defekasi : frekuensi, perubahan pola.
b) Perilaku defekasi : penggunaan laksatif, cara
memepertahankan pola, tempat yang biasa digunakan.
c) Deskripsi feses : warna, bau, dan tekstur, jumlah.
d) Diet : makanan yang memengaruhi defekasi, makanan
yang biasa dimakan, makanan yang dihindari, dan pola
makan yang teratur atau tidak.
e) Cairan : jumlah dan jenis minuman per hari.
f) Aktivitas : kegiatan sehari-hari
g) Kegiatan yang spesifik
h) Penggunaan medikasi : obat-obatan yang memengaruhi
defekasi
i) Stres : stres berkepanjangan atau pendek, koping untuk
menghadapi atau bagaimana menerima
j) Pembedahan atau penyakit menetap.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Abdomen : distensi, simetris, gerakan peristaltik,
tendernes.
b) Rektum dan anus : tanda-tanda inflamasi, perubahan
warna, hemoroid, adanya massa, tenderness
3) Keadaan Feses
Konsistesi, bentuk, bau, warna, jumlah, unsur abnormal
dalam feses.
4) Pemeriksaan Diagnostik
a) Kolonoskopi
b) Proktosigmoidoskopi
c) Rontgen dengan kontras. (Wartonah & Tarwoto, 2015)
2. Diagnosis Keperawatan ( PPNI, 2017)
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap
pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada
masalah kesehatan , pada resiko masalah kesehatan atau pada
proses kehidupan.
a. Gangguan Eliminasi urin
1) Definisi
Disfungsi eliminasi urin.
2) Penyebab
a) Penurunan kapasitas kandung kemih
b) Iritasi kemih
c) Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda
gangguan kandung kemih
d) Efek tindakan medis dan diagnostik (mis: operasi ginjal,
operasi saluran kemih, anestesi, dan obat-obatan)
e) Kelemahan otot pelvis
f) Ketidakmampuan mengakses toilet (mis. Immobilisasi)
g) Hambatan lingkungan
h) Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan
eliminasi
i) Outlet kandung kemih tidak lengkap ( mis. Anomali
saluran kemih kongenital)
j) Imaturitas (pada anak usia <3 tahun)
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(1) Desakan berkemih (urgensi)
(2) Urin menetes (dribbling)
(3) Sering buang air kecil
(4) Nokturia
(5) Mengompol
(6) Enuresis
b) Objektif
(1) Distensi kandung kemih
(2) Berkemih tidak tuntas (hesitansy)
(3) Volume residu urin meningkat
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
(tidak tersedia)
b. Inkontinensia Fekal
1) Definisi
Perubahan kebiasaan buang air besar dari pola normal
yang ditandai dengan pengeluaran feses secara involunter
(tidak disadari).
2) Penyebab
a) Kerusakan susunan saraf motorik bawah
b) Penurunan tonus otot
c) Gangguan kognitif
d) Penyalahgunaan laksatif
e) Kehilangan fungsi pengendalian spinkter rektum
f) Pascaoperasi pullthrough dan penutupan colostomi
g) Ketidakmampuan mencapai kamar kecil
h) Diare kronis
i) Stres berlebihan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(1) Tidak mampu mengontrol perngeluaran feses
(2) Tidak mampu menunda defekasi
b) Objektif
Feses keluar sedikit-sedikit dan sering
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Bau feses
(2) Kulit perianal kemerahan
c. Inkontinensia Berlanjut
1) Definisi
Pengeluaran urin tidak terkendali dan terus menerus tanpa
distensi atau perasaan penuh pada kandung kemih.
2) Penyebab
a) Neuropati arkus refleks
b) Disfungsi neurologis
c) Kerusakan refleks kontraksi detrusor
d) Trauma
e) Kerusakan medula spinalis
f) Kelainan anatomis (mis. Fistula)
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(1) Keluarnya urin konstan tanpa distensi
(2) Nokturia lebih dari 2 kali sepanjang tidur
b) Objektif
(tidak tersedia )
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(1) Berkemih tanpa sadar
(2) Tidak sadar inkontinensia urin
b) Objektif
(tidak tersedia )
d. Konstipasi
1) Definisi
Penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses
sulit dan tidak tuntas serta feses kering dan banyak
2) Penyebab
a) Fisiologis
(1) Penurunan motilitas gasatrointestinal
(2) Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi
(3) Ketidakcukupan diet
(4) Ketidakcukupan asupan serat
(5) Ketidakcukupan asupan cairan
(6) Aganglionik (mis. penyakit Hircsprung)
(7) Kelemahan otot abdomen
(8) Psikologis
(9) Konfusi
(10) Depresi
(11) Gangguan emosional
b) Situasional
(1) Perubahan kebiasaan makan (mis. jenis makanan,
jadwal makanan)
(2) Ketidakadekutan toileting
(3) Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjrkan
(4) Penyalahgunaan laksatif
(5) Efek agen faramkologis
(6) Ketidakteraturan kebiasana defekasi
(7) Kebiasaan menahan dorongan defekasi
(8) Perubahan lingkungan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(1) Defekasi kurang dari 2 kali seminggu
(2) Pengeluaran feses lama dan sulit
b) Objektif
(1) Feses keras
(2) Peristaltik usus menurun
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
Mengejan saat defekasi
b) Objektif
(1) Distensi abdomen
(2) Kelemahan umum
(3) Teraba massa pada rektal
e. Retensi Urin
1) Definisi
Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.
2) Penyebab
a) Peningkatan tekanan uretra
b) Kerusakan arkus refleks
c) Blok spingter
d) Disfungi neurologis (mis. trauma, penyakit syaraf)
e) Efek agen farmakologis (mis. atropine, belladona,
psikotropik, antihistamin, opiate)
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
Sensasi penuh pada kandung kemih
b) Objektif
(1) Disuria/anuria
(2) Distensi kandung kemih
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
Dribbling
b) Objektif
(1) Inkontinesia berlebih
(2) Residu urin 150 ml atau kurang
3. Intervensi Keperawatan (PPNI, 2018)
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan
pemulihan kesehatan klien individu, keluarga, dan komunitas.
a. Dukungan Perawatan Diri : BAB/BAK
1) Definisi
Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan buang air kecil (BAK)
dan buang air besar (BAB).
2) Tujuan ( PPNI, 2019)
Eliminasi Urine membaik dengan kriteria hasil :
a) Sensasi berkemih meningkat
b) Desakan berkemih (urgensi) menurun
c) Distensi kandung kemih menurun
d) Berkemih tidak tuntas (hesitancy) menurun
e) Volume residu urine menurun
f) Mengompol menurun
g) Frekuensi BAK membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai usia
(2) Monitor integritas kulit pasien
b) Terapeutik
(1) Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahan
eliminasi
(2) Dukung penggunaan toilet/commode/pispot/urinal
secara konsisten
(3) Jaga privasi selama eliminasi
(4) Ganti pakaian pasien setelah eliminasi, jika perlu
(5) Bersihkan alat bantu BAK/BAB setelah digunakan
(6) Latih BAK/BAB sesuai jadwal, jika perlu
(7) Sediakan alat bantu (mis. kateter eksternal, urinal)
jika perlu
c) Edukasi
Anjurkan BAK/BAB secara rutin
b. Latihan Eliminasi Fekal
1) Definisi
Mengajarkan suatu kemampuan melatih usus untuk
dievakuasi pada interval tertentu.
2) Tujuan ( PPNI, 2019)
Kontinensia Fekal membaik dengan kriteria hasil :
a) Kemampuan mengontrol pengeluaran feses meningkat
b) Kemampuan menunda pengeluaran feses membaik
c) Frekuensi BAK membaik
3) Tindakan
a) Observasi
Monitor peristaltik usus secara teratur
b) Terapeutik
(1) Anjurkan waktu yang konsisten untuk buang air
besar
(2) Berikan privasi, kenyamanan dan posisi yang
meningkatkan proses defekasi
(3) Gunakan enema rendah, jika perlu
(4) Anjurkan dilatasi rektal digital, jika perlu
(5) Ubah program latihan eliminasi fekal, jika perlu
c) Edukasi
(1) Anjurkan mengonsumsi makanan tertentu, sesuai
program atau hasil konsultasi
(2) Anjurkan asupan cairan yang adekuat sesuai
kebutuhan
(3) Anjurkan olahraga sesuai toleransi
d) Kolaborasi
Kolaborasi penggunaan supositoria, jika perlu.
c. Kateterisasi Urin
1) Definisi
Memasukkan selang kateter urine ke dala kandung kemih.
2) Tujuan ( PPNI, 2019)
Kontinensia Urine membaik dengan kriteria hasil :
a) Kemampuan mengontrol pengeluaran urine meningkat
b) Nokturia menurun
c) Residu volume urine setelah berkemih menurun
d) Distensi kandung kemih menurun
e) Dribbling menurun
f) Kemampuan menunda pengeluaran urine membaik
g) Frekuensi berkemih membaik
3) Tindakan
a) Observasi
Periksa kondisi pasien (mis. kesadaran, tanda-tanda
vital, daerah perineal, distensi kandung kemih,
inkontinensia urine, refleks berkemih).
b) Terapeutik
(1) Siapkan peralatan, bahan-bahan dan ruangan
tindakan
(2) Siapkan pasien : bebaskan pakaian bawah dan
posiiskan dorsal recumbent (untuk wanita) dan
supine (untuk laki-laki)
(3) Pasang sarung tangan
(4) Bersihkan daerah perineal atau preposium dengan
cairan NaCl atau aquades
(5) Lakukan insersi kateter urine dengan menerapkan
prinsip aseptik
(6) Sambungkan kateter urin dengan urin bag
(7) Isi balon dengan NaCl sesuai anjuran pabrik
(8) Fiksasi selang katetr diatas simpisis atau di paha
(9) Pastikan kantung urine ditempatkan lebih rendah
dari kandung kemih
(10) Berikan label waktu pemasangan
c) Edukasi
(1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemsangan kateter
urine
(2) Anjurkan menarik napas saat insersi delang kateter.
d. Manajemen Eliminasi Fekal
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola gangguan pola eliminasi
fekal.
2) Tujuan ( PPNI, 2019)
Eliminasi Fekal membaik dengan kriteria hasil :
a) Kontrol pengeluaran feses meningkat
b) Keluhan defekasi lama dan sulit menurun
c) Mengejan saat defekasi menurun
d) Konsistensi fese membaik
e) Frekuensi BAB membaik
f) Peristaltik usus membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat
pencahar
(2) Monitor buang air besar (mis. warna, frekuensi,
konsistensi, volume)
(3) Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi atau
impaksi
b) Terapeutik
(1) Berikan air hangat setelah makan
(2) Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
(3) Sediakan makanan tinggi serat
c) Edukasi
(1) Jelaskan jenis makanan yang membantu
meningkatkan keteraturan peristaltik usus
(2) Anjurkan mencatat warna, frekuensi, konsistensi,
volume feses
(3) Anjurkan meningkatkan aktivitas fisik, sesuai
toleransi
(4) Anjurkan mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi serat
(5) Anjurkan meningkatkan asupan cairan, jika tidak ada
kontra indikasi
d) Kolaborasi
(1) Kolaborasi pemberian obat supositoria anal, jika
perlu.
e. Perawatan Retensi Urin
1) Definisi
Mengidentifikasi dan meredakan distensi kandung kemih.
2) Tujuan ( PPNI, 2019)
Eliminasi Urine membaik dengan kriteria hasil :
a) Sensasi berkemih meningkat
b) Desakan berkemih (urgensi) menurun
c) Distensi kandung kemih menurun
d) Berkemih tidak tuntas (hesitancy) menurun
e) Volume residu urine menurun
f) Mengompol menurun
g) Frekuensi BAK membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi penyebab retensi urine (mis. peningkatan
tekanan uretra, lerusakan arkus refleks, disfungsi
neurologis, efek agen farmakologis)
(2) Monitor efek agen farmakologis (mis.atropine,
belladonna, psikotik, artihistamin, opiate, calcum
channel blocker)
(3) Monitor intake dan output cairan
(4) Monitor tingkat distensi kandung kemih dengan
palpasi/perkusi
b) Terapeutik
(1) Sediakan privasi untuk berkemih
(2) Berikan ransangan berkemih (mis. mengalirkan air
keran, membilas toilet, kompres dingin pada
abdomen)
(3) Pasang kateter urine, jika perlu
(4) Fasilitasi berkemih dengan interval yang teratur
c) Edukasi
(1) Jelaskan penyebab retensi urine
(2) Anjurkan pasien atau keluarga mencatat output urine
(3) Ajarkan cara melakukan rangsangan berkemih
4. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi - intervensi keperawatan.
Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan
tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melaksanakan intervensi. (Kozier, Erb, Berman, &
J.Snyder, 2011)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan evaluasi intervensi keperawatan dan
terapi dengan membandingkan kemajuan klien dengan tujuan dan
hasil yang diinginkan dan direncanakan keperawatan. (Potter &
Perry, 2010)
Perawat mengevaluasi keberhasilan intervensi. Perawat harus
mempersiapkan untuk mengubah rencana jika tidak berhasil.
(Saryono & Widianti, 2011)
Evaluasi di susun menggunakan SOAP dimana:
S (Subjek ) : Ungkapan perasaan atau keluhan yang
dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
O (Objektif) : Keadaan objektif yang dapat didentifikasi oleh
perawat menggunakan pengamatan yang
objektif.
A (Assesment) : Analisis perawat setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif.
P (Planing) : Perencanaan selanjutnya setelah perawat
melakukan analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Haswita, & Sulistyowati, R. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia untuk


Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media.

Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia


Edisi 2 Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia


Buku 2 Edisi. Jakarta: Salemba Medika.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & J.Snyder, S. (2011). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep, Proses & Praktik Edisi 7
Volume 1. Jakarta: EGC.

Potter, & Perry. (2017) Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7


Jakarta: EGC

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Tindakan. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Saryono, & Widianti, A. T. (2011). Catatan Kuliah Kebtuuhan Dasar


Manusia (KDM). Yogyakarta: Nuha Medika.

Tarwoto, & Wartonah. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai