KEBUTUHAN ELIMINASI
Laporan Pendahuluan ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Dasar 1
Disusun Oleh :
PRODI D3 KEPERAWATN
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disetujui dalam rangka mengikuti Praktik Klinik Keperawatan 1 mahasiswa DIII
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponoorogo pada tanggal :
Ponorogo,
A. KONSEP DASAR
1. Definisi Masalah
Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan penting
dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi adalah pelepasan sisa-sisa
metabolisme tubuh. Secara umum sisa-sisa metabolisme dibagi menjadi dua yaitu
eliminasi fekal (buang air besar/defekasi) dan eliminasi urine (buang air kecil / BAK )
(Haryono, 2012).
Defekasi adalah Faktor fisiologis penting untuk fungsi usus dan buang air besar
termasuk saluran cerna normal fungsi, kesadaran sensorik distensi rektal dan isi rektal,
kontrol sfingter sukarela, dan kapasitas rektal dan kepatuhan yang memadai. Buang air
besar normal dimulai dengan gerakan ke kiri usus besar, memindahkan tinja ke arah anus.
( A Potter, Patricia dkk)
2. Etiologi
Definisi: Penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses sulit dan
tidak tuntas serta fases kering dan banyak
Penyebab
Fisiologis
1) Penurunan motilitas gastrointestinal
2) Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi
3) Ketidakcukupan diet
4) Ketidakcukupan asupan serat
5) Ketidakcukupan asupan cairan
6) Aganglionik (mis. penyakit Hircsprung)
7) Kelemahan otot abdomen
Psikologis
1) Konfusi
2) Depresi
3) Gangguan emosional
Situasional
1) Perubahan kebiasaan makan (mis. jenis makanan, jadwal makan)
2) Ketidakadekuatan toileting
3) Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
4) Penyalahgunaan laksatif
5) Efek agen farmakologis
6) Ketidakteraturan kebiasaan defekasi
7) Kebiasaan menahan dorongan defekasi
8) Perubahan lingkungan
b) Diare
Penyebab
Fisiologis
1) Inflamasi gastrointestinal
2) Iritasi gastrointestinal
3) Proses infeksi
4) Malabsorsi
Psikologis
1) Kecemasan
2) Tinkat stres tinggi
Situasional
1) Terpapar kontaminan
2) Terpapar toksin
3) Penyalahgunaan laksatif
4) Penyalahgunaan zat
5) Program pengobatan (Agen tiroid, analgesik, pelunak feses, ferosultat,
antasida, cimetidine dan antibiotik)
6) Perubahan air dan makanan
7) Bakteri pada air
c) Inkontinensia Fekal.
1) Kerusakan susunan saraf motorik bawah
2) Penurunan tonus otot
3) Gangguan kognitif
4) Penyalahgunaan laksatif
5) Kehilangan fungsi pengendalian sfingter rektum
6) Pascaoperasi pullthrough dan penutupan klosomi
7) Ketidakmampuan mencapai kamar kecil
8) Diare kronis
9) Stres
3. Klasifikasi
Menurut buku A Potter, Patricia dkk. Fundamentals of Nursing ninth edition isbn: 978-0-
323-32740-4.Copyright @2017.
Eliminasi bowel/fekal/buang air besar atau disebut juga defekasi adalah Faktor
fisiologis penting untuk fungsi usus dan buang air besar termasuk saluran cerna
normal fungsi, kesadaran sensorik distensi rektal dan isi rektal, kontrol sfingter
sukarela, dan kapasitas rektal dan kepatuhan yang memadai. Buang air besar normal
dimulai dengan gerakan ke kiri usus besar, memindahkan tinja ke arah anus. Saat
tinja mencapai rektum, menyebabkan kembung relaksasi sfingter internal dan
kesadaran akan kebutuhan untuk buang air besar. Pada saat buang air besar, sfingter
eksternal mengendur, dan otot perut berkontraksi, meningkatkan intrarektal menekan
dan memaksa kotoran keluar. Biasanya buang air besar tidak menimbulkan rasa sakit,
mengakibatkan keluarnya cairan lunak, tinja berbentuk. Mengejan saat buang air
besar menunjukkan bahwa pasien mungkin perlu perubahan pola makan atau asupan
cairan atau adanya kelainan yang mendasari fungsi GI. Contoh gangguan eliminasi
fekal : konstipasi, impaction, diare, inkontinensia fekal, flatulens, hemoroid.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2018) tanda dan gejala yang muncul
pada kebutuhan eliminasi yaitu :
Subjektif
b) Diare
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
Subjektif
1) Urgency
2) Nyeri/kram abdomen
Objektif
Subjektif
Objektif
(tidak tersedia)
Objektif
1) Bau fases
2) Kulit perinal kemerahan
Menurut (Kasiati dan Ni Wayan Dwi Rosmalawati, 2016) faktor yang mempengaruhi
kebutuhan eliminasi, yaitu :
a. Eliminasi Urine
• Bayi dan balita belum mampu mengeluarkan urine secara efektif. Warna urine
kuning muda atau jenrih. Anak-anak memgeluarkan urine lebih banyak
dibandingkan dengan ukuran tubuhnya yang lebih kecil.
• Dewasa atau remaja volume urine normal sekitar 1600 ml/hr. ginjal
telah mampu mengolah urine secara efektif sehingga urine yang
dihasilkan berwarna normal. Saat malamhari normalnya produksi urine
menurun karena terjadi penurunan aliran darah selama istirahat.
• Manula atau orang dengan penyakit kronik atau mengalami ketidak
seimbangan cairan dapat berakibat kesulitan BAK atau gangguan
dalam BAK seperti Nocturia, hal tersebut terjadi karena penurunan
kapasitas dan tonus otot pada vesika urinaria yang dapat
berakibat meningkatnya frekuensi berkemih sehingga keinginan
berkemih tidak dapat diprediksi.
- Sosiokultural
Kecemasan dan sress emosi tidak merubah karakteristik urine dan feses tapi
merubah pola, misanya menjadi lebih sering
- Kebiasaan seseorang
- Tonus otot
Semakin banyak cairan yang masuk maka semakin banyak urine yang diproduksi.
Kopi, tea, coklat dan soft drik yang mengandung kafein meningkatkan diuresis
sehingga meningkatkan frekuensi kencing begitu juga dengan sayur dan buah-
buahan
- Kondisi penyakit
Gagal ginjal kronik atau akut menurunkan volume urine. Infeksi pada vesika
urinaria dapat berakibat kecing tidak tuntas. Pembesaran kelenjar prostat
berakibat terhambatnya atau obstruksi aliran urine.
- Pembedahan
- Pengobatan
- Pemeriksaan diagnostic
b. Eliminasi fekal
- Usia
- Diet
- Intake cairan
- Aktivitas
- Fisiologis
- Pengobatan
- Gaya hidup
- Prosedur diagnostic
- Penyakit
- Anastesi dan pembedahan
- Nyeri
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan USG
Menurut Andiani, Ni Wayan Krisna. 2015 pada masalah eliminasi fekal adalah :
a. Anuskopi
b. Proktosigmoidoskopi
c. Rontgen dengan kontras
d. Pemeriksaan labolatorium
7. Penatalaksanaan
Menurut Andiani, Ni Wayan Krisna. 2015 pada masalah eliminasi fekal adalah
a) Pemberian cairan
b) Menolong BAB dengan menggunakan pispot
c) Memberikan huknah rendah
1. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama
Usia berhubungan dengan perkembangan
Alamat
Agama
Pekerjaan berhubungan dengan social ekonomi
Pendidikan berhubungan dengan pengetahuan
Penanggung jawab :
Nama, umur, alamat, agama, pekerjaan, pendidikan, hubungan dengan pasien
2. Keluhan Utama
Keluhan utama diambil saat pasien belum masuk rumah sakit dan setelah masuk
rumah sakit. Keluhan utama merupakan pernyataan pasien mengenai masalah atau
penyakit yang mendorong pasien memeriksakan diri atau keluhan yang paling
dirasakan klien saat sebelum masuk rumah sakit dan sesudah masuk rumah sakit.
3. Riwayat penyakit sekarang
Mengkaji status kesehatan klien saat dilakukan pengkajian pada gangguan eliminasi
urine
4. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit dulu yang pernah diderita oleh pasien
5. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit yang diderita oleh keluarga baik itu penyakit menular, dan
menurun
6. Anamnesa
Kebiasaan berkemih
1. Bagaimana kebiasaan berkemih?
2. Adakah hambatan?
3. Apakah frekuensi berkemih bergantung pada kebiasaan atau kesempatan?
Pola berkemih
1. Frekuensi, berapa kali individu berkemih dalam waktu 24 jam?
2. Urgensi, sering ke toilet karena takut mengalami inkontinensia jika tidak
berkemih?
3. Disruria, adakah rasa sakit saat berkemih atau kesulitan untuk berkemih?
4. Poliuria, apakah urine yang keluar berlebihan, tanpa ada peningkatan masukan
cairan?
5. Urinaria supresi, apakah saat berkemih keadaan produksi urine yang berhenti
mendadak?
6. Volume urine, berapa banyak jumlah urine yang dikeluarkan dalam waktu 24
jam?
7. Keadaan urine, bagaimana warna, bau, kejernihan dan adakah darah yang keluar
saat berkemih?
2. Pola kesehatan sehari-hari
1. Pola nutrisi
Pola asupan makanan pasien meliputi, pola makan, minum, dan kecukupan gizi
pasien
2. Pola eliminasi
Pola pasien dalam BAK dan BAB yang meliputi, warna, frekuensi, konsistensi.
3. Pola aktivitas
Gerakan pasien meliputi, pekerjaan pasien yang dapat mengendorkan otot,
kebiasaan tidur dan istirahat pasien
4. Personal hygiene
Kebiasaan pasien menjaga kebersihan tubuh, kulit kepala, rambut, gigi, dan
genetalia, dengan cara mandi, keramas, menggosok gigi, dan lain-lain.
3. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Keadaan pasien saat datang ke RS meliputi kesadaran, keadaan emosional,
tekanan darah, suhu, nadi, respirasi.
2. Pemeriksaan kepala
- Inspeksi
Bentuk kepala, kulit kepala, rambut pasien (peryebaran, keadaan rambut,
warna rambut, tekstur rambut ), wajah pasien (warna kulit, struktur wajah)
- Palpasi
Ubun-ubun (datar / cekung / cembung), nyeri tekan
3. Pemeriksaan mata
- Inspeksi dan Palpasi
Kesimetrisan mata, pertumbuhan alis dan bulu mata, warna konjungtiva,
reflek pupil terhadap cahaya
4. Pemeriksaan telinga
- Inspeksi dan palpasi
Bentuk telinga, amati lubang telinga dengan otoskop, identifikasi ketajaman
pendengaran
5. Pemeriksaan hidung
- Inspeksi
Bentuk hidung, amati lubang hidung dengan spekulum hidung
6. Pemeriksaan mulut
- Inspeksi
Amati mukosa bibir, rongga mulut, gusi dan kelengkapan gigi, periksa
ketajaman indra perasa,
7. Pemeriksaan leher
- Inspeksi dan palpasi
Bentuk leher, pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
a. Pemeriksaan paru-paru
Inspeksi :
1. Perhatikan secara keseluruhan : Bentuk thorax, Ukuran dinding dada,
kesimetrisan, Keadaan kulit, Klavikula, fossa supra dan infraklavikula,
lokasi costa dan intercosta pada kedua sisi, Ada bendungan vena atau
tidak, Pemeriksaan dari belakang perhatikan bentuk atau jalannya
vertebra, bentuk scapula
2. Amati pernafasan pasien : Frekuensi pernafasan, dan gangguan
frekuensi pernafasan, Ada tidaknya penggunaan otot bantu pernafasan
(tanda sesak nafas) : Retraksi intercosta, Retraksi suprasternal,
pernafasan cuping hidung(pada bayi), Adanya nyeri dada, Adanya
batuk atau tidak. Suara batuk produktif atau kering. Sputum
mengandung darah / tidak, Amati adanya gangguan irama pernafasan
Palpasi :
Memeriksa gerakan diafragma dan sensasi rasa nyeri dada, Palpasi posisi
costa, Palpasi Vertebra, Palpasi getaran suara paru (Traktil / Vokal
Fremitus)
Perkusi :
Perkusi paru-paru anterior, perkuri paru-paru posterior,
Auskultasi :
Dengarkan suara nafas pasien, identifikasi adanya nafas tambahan
b. Pemeriksaan jantung
Inspeksi dan palpasi :
1. Letakkan tangan pada ruang intercostae II (area aorta dan pulmonal),
lalu amati ada tidaknya pulsasi
2. Geser tangan ke ruang intercostae V parasternal sinister (area ventrikel
kanan/tricuspid). Amati adanya pulsasi,
Palpasi :
Untuk memeriksa batas jantung :
1. ICS II (area aorta pada sebelah kanan dan pulmonal pada sebelah kiri)
2. ICS V Mid Sternalis kiri (area katup trikuspid atau ventrikel kanan)
3. ICS V Mid Clavikula kiri (area katup mitral)
4. Untuk mengetahui batas, ukuran dan bentuk jantung secara kasar.
Batas-batas jantung normaladalah :
Batas atas : ICS II Mid sternalis
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Midclavikula Kiri
Batas Kanan: ICS IV MidSternalis Kanan
Auskultasi :
Dengarkan BJ I pada :
1. ICS V garis midsternalis kiri (area katup trikuspid)
2. ICS V garis midklavicula kiri (area katup mitral): terdengar LUB
lebih keras akibat penutupan katub mitral dan trikuspid
Dengarkan BJ II pada :
1. ICS II garis sternalis kanan (area katup aorta)
2. ICS II garis sternalis kiri (area katup pulmonal): terdengar DUB
akibat penutupan katup aorta dan pulmonal.
Dengarkan adanya Murmur (bising jantung)
c. Pemeriksaan abdomen
Palpasi :
Ada nyeri tekan pada perut bagian bawah dan pada area pinggang.
Kandung kemih tidak teraba
Inspeksi :
Permukaan perut, bentuk perut, gerakan dinding perut
Auskultasi :
Suara abdomen, Dengarkan di setiap kuadran dengan stetoskop selama 1
menit dan perhatikan : intensitas, frekuensi, dan nada. Normal frekuensi
peristaltik 5-35 x/menit, Dengarkan suara vaskuler dari : aorta (di
epigastrium), arteri hepatika (di hipokondrium kanan), arteri lienalis : di
hipokondrium kiri
Perkusi :
Identifikasi adanya, pembesaran organ, adanya udara bebas, cairan bebas
di dalam rongga perut, perkusi hepar, perkusi limpa
Rasakan : adanya ketegangan otot atau tidak, nyeri tekan atau tidak,
periksa adanya massa abdomen, palpasi hepar, palpasi limpa, palpasi
ginjal
8. Pemeriksaan neurologis
Periksa tingkat kesadaran, periksa respon verbal dan non verbal
9. Pemeriksaan sistem intergumen
Identifikasi warna kulit, adanya lesi, dan tekstur kulit
10. Pemeriksaan ekstermitas
Pergerakan ekstermitas atas dan bawah, kekuatan otot
11. Pemeriksaan genetalia
Amati rambut pubis, adanya nyeri tekan, adanya massa
4. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan IVP (Intravenous pyelogram)
Dengan membatasi jumlah asupan dapat memengaruhi produksi urine
- Pemeriksaan urine (urinalisis)
Warna (N : jernih kekuningan)
Penampilan (N : jernih)
Bau (N : beraroma)
PH (N : 4,5 – 8,0)
Berat jenis (N : 1,005 – 1.030)
Glukosa (N : negatif)
Keton (N : negatif)
- Kultur urine (N : kuman patogen negatif)
5. Penatalaksanaan
Sebuah proses menyelesaikan masalah klinis, membuat suatu keputusan dan memberi
perawatan, yang telah berakar pada tindakan keperawatan.
6. Diagnosa yang mungkin muncul
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status masalah kesehatan
aktual atau potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi masalah aktual berdasarkan
respon klien terhadap masalah. Manfaat diagnosa keperawatan adalah sebagai pedoman
pemberian asuhan keperawatan dan menggambarkan suatu masalah kesehatan dan
penyebab adanya masalah. Menurut SDKI (2018) masalah keperawatan yang muncul
pada klien gangguan kebutuhan eliminasi yaitu :
1. Retensi urine berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra
2. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan kemampuan atau penurunn
mengenali tanda-tanda berkemih
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan ketidakmampuan mengakses toilet
4. Konstipasi berubungan dengan penurunan motelitas gastrointestinal
5. Diare berhubungan dengan inflamsi gastrointestinal
6. Inkontinensia fekal berhubungan penurunan tonus otot
7. Pohon masalah
8.
Prosedur bedah Usia Konsumsi obat
Melambat laju filtrasi Otot sfingter tidak Otot sfingter tidak Mencegah
glomelurus merespon keinginan merespon keinginan reabsorbsi
berkemih berkemih air
Mengurangi haluan
urine Urine keluar tanpa Urine
disadari menumpuk
dikandung
Retensi Urine kemih
Inkontinensia Urine
Fungsional
Inkontinensia Urine
Refleks
Masuk dalam
saluran cerna
Berkembang bias
di usus
Reaksi pertahanan
dari bakteri e.coli
Pertahanan tubuh
menurun
GANGGUAN
ELIMINASI FEKAL
Inkontinensia
Konstipasi Diare
fekal
8. INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut SIKI (2018), perencanaan keperawatan yang muncul berhubungan dengan diagnose
gangguan elimansi urin dan fekal adalah
saraf) menurun
4. Catat waktu dan haluaran
Efek agen Volume residu urine berkemih
farmakologis menurun 5. Batasi asupan cairan
Data Mayor Urin menetes menurun 6. Ambil sample urine
Subjektif Disuria menurun tengah
2. Sensasi penuh pada Enuresis menurun Edukasi
kandung kemih Frekuensi BAK
Objektif 7. Ajarkan tanda dan gejala
membaik
3. Disuria/anuria infeksi saluran kemih
Karakteristik urino
8. Ajarkan mengenali tanda
4. Distensi kandung membaik berkeih dan waktu yang
kemih tepat untuk berkemih
Data Minor 9. Anjurkan minum yang
Subjektif cukup
2. Dribbling Kolaborasi
Objektif 10. Kolaborasi pemberian
3. Inkontinensia obat supositoria uretra
berlebih
4. Residu urin 150 ml
atau lebih
4.
D.0049 Konstipasi. L. 04033 MANAJEMEN
ELIMINASI FEKAL ( I.
Definisi: Eliminasi Fekal 04151)
Penurunan defekasi Observasi
normal yang disertai Definisi : proses defekasi
pengeluaran feses sulit dan normal yang disertai dengan 1) Identifkasi
tidak tuntas serta fases pengeluaran feses mudah dan masalah usus dan
kering dan banyak konsistensi , frekuensi serta pengunaan obat
Penyebab pencahar
bentuk feses normal.
Setelah dilakukan 2) Identifikasi
Fisiologis
pengobatan yang
8) Penurunan tindakan keperawatan 3 x berefek pada
motilitas
24 jam didapatkan hasil gasrointestinal
gastrointestinal
3) Monitor buang air
9) Ketidakadekuatan Ekspektasi membaik
besar ( mis.
pertumbuhan gigi Kriteria Hasil : Warna , frekuensi,
10) Ketidakcukupan
1) Kontrol konstipasi,
diet
volume)
11) Ketidakcukupan pengeluaran feses
4) Monitor tanda dan
asupan serat 2) Keluhan defekasi gejala diare,
12) Ketidakcukupan
lama dan sulit konstipasi atau
asupan cairan
impaksi
13) Aganglionik (mis. menurun Terapeutik
penyakit
3) Mengenjan saat 1) Berikan air hangat
Hircsprung)
setelah makan
14) Kelemahan otot defekasi menurun
2) Jadwalkan waktu
abdomen 4) Distensi abdomen defekasi bersama
Psikologis
menurun pasien
4) Konfusi
3) Sediakan
5) Depresi 5) Teraba massa pada makanan tinggi
6) Gangguan
rektal menurun serat
emosional
6) Konsistensi feses Edukasi
Situasional
1) Jelaskan jenis
9) Perubahan membaik makanan yang
kebiasaan makan
7) Frekuensi feses membantu
(mis. jenis
meningkatkan
makanan, jadwal membaik
keteraturan
makan) 8) Peristaltic usus peristaltic usus
10) Ketidakadekuatan
membaik 2) Anjurkan
toileting
mencatat, warna,
11) Aktivitas fisik 9) Konsistensi feses frekuensi,
harian kurang dari
membaik konsistensi,
yang dianjurkan
volume feses
12) Penyalahgunaan 10) Frekuensi defekasi
3) Anjurkan
laksatif membaik meningkatkan
13) Efek agen
11) Peristaltic usus aktivitas fisik,
farmakologis
sesuai toleransi
14) Ketidakteraturan membaik 4) Anjurkan
kebiasaan defekasi pengurangan
15) Kebiasaan asupan makanan
menahan dorongan yang
defekasi meningkatkan
16) Perubahan pembentukan gas
lingkungan 5) Anjurkan
mengonsumsi
Gejala dan Tanda Mayor
makanan yang
Subjektif mengandung
tinggi serat
3) Defekasi kurang 6) Anjurkan
dari 2 kali meningkatkan
seminggu asupan cairan.
4) Pengeluaran fases Jika tidak ada
lama dan sulit kontraindikasi
Kolaborasi
Objektif Kolaborasi pemberian
3) Feses keras obat supositoria anal,
4) Peristalitik usus
jika perlu
menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
2) Mengejan saat
defekasi
Objektif
4) Distensi abdomen
5) Kelemahan umum
6) Teraba massa pada
rektal
Objektif Edukasi
2) Kolaborasi pemberian
obat
antispasmodic/spasmo
litik (mis. Papaverin,
ekstak
belladonna,mebeverin
e)
3) Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses
(mis.atapulgit,smeklit,
kaolin-pektin
I.04150
(tidak tersedia)
Objektif
1) Bau fases
2) Kulit perinal
kemerahan
9. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan Keperawatan
kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien Mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki Perawat pada tahap implementasi
adalah kemampuan komunikasi yang Efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan
saling percaya dan saling Bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan
melakukan Observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan,
Kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi. Intervensi keperawatan berlangsung
dalam tiga tahap. Fase pertama Merupakan fase persiapan yang mencakup pegetahuan
tentang validasi Rencana, implementasi rencana, persiapan pasien dan keluarga. Fase
kedua Merupakan puncak implementasi keperawatan yang berorientasi pada Tujuan.
Pada fase ini, perawat menyimpulkan data yang dihubungkan dengan Reaksi pasien. Fase
ketiga merupakan terminasi perawat-pasien setelah Implementasi keperawatan selesai
dilakukan (Nursalam, 2012).
10. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan Perbandingan
yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati Dan tujuan atau kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan
dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan
tercapainya tujuan dan kriteria hasil, pasien bisa keluar dari siklus proses keperawatan.
Jika sebaliknya, pasien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari
pengkajian ulang (reassessment) (Nursalam, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Andiani, Ni Wayan Krisna. 2015. Laporan pendahuluan keperawatan pada pasien dengan
gangguan kebutuhan eliminasi. Denpasar.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://perpus.fikumj.ac.id/index.php%3Fp%3Dfstreampdf
%26fid%3D12651%26bid
%3D4800&ved=2ahUKEwibk_yeiqjuAhWAqksFHecaC_Q4ChAWMAB6BAgAEAE&us
g=AOvVaw0sdQlXMhcxwfWbrIinZyHS. [Diakses tanggal 24 Januari 2021].
Kasiati dan Ni Wayan Dwi Rosmalawati. 2016. Bahan Cetak Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia 1. Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan.
PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : DPP PPNI.