Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEMINAR

KONSEP DAN PRINSIP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN


ELIMINASI

Disusun oleh :

Kelompok 10

Siti Zikrina (P07120123137) (Ketua)


Putri Lina Mauliana (P07120123119)
Putra Valenza (P07120123118)
Opi Elvia Permata (P07120123116)

Dosen Pengampu : Ns. Said Devi Elvin, S.Kep.,M.Kep


Mata Kuliah : Keperawatan Dasar
Kelas : Tk 1 Reguler C

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
JURUSAN D III KEPERAWATAN
BANDA ACEH
TAHUN 2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................i
BAB I.....................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................1
1. Tujuan Umum...........................................................................................1
2. Tujuan Khusus...........................................................................................1
BAB II................................................................................................................... 3
KONSEP DASAR.................................................................................................3
A. Definisi........................................................................................................3
B. Etiologi........................................................................................................3
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi.......................................................4
D. Mekanisme Fisiologis................................................................................5
E. Peran Perawat Dalam Penatalaksanaan Kebutuhan Dasar Eliminasi
Penyakit Diare Pada Anak...............................................................................6
F. Pengkajian Kebutuhan Dasar Eliminasi Penyakit Diare Pada Anak....7
G. Diagnosis Keperawatan............................................................................8
H. Perencanaan Keperawatan.......................................................................8
BAB III................................................................................................................11
PENUTUP...........................................................................................................11
Kesimpulan......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................12

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.
Menurut Abraham Maslow kebutuhan dasar manusia ada lima tingkatan.
tingkatan paling mendasar adalah hal-hal yang paling penting untuk
mempertahankan hidup yaitu kebutuhan fisiologis seperti udara, air, dan makanan.
Tingkat kedua adalah mencakup kebutuhan keselamatan dan keamanan yang
meliputi keselamatan fisik dan psikologis. Tingkat ketiga merupakan kebutuhan
dicintai dan dimiliki. Tingkat keempat adalah kebutuhan dihargai dan harga diri
yan mencakup rasa percaya diri, kebergunaan, pencapaian dan nilai diri. tingkat
terakhir adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri.

Eliminasi merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh. seperti sesuatu
yan tidak dibutuhkan oleh tubuh, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan
pencernaan. Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawat harus memahami
eliminasi normal dan faktor-faktor yang meningkatkan atau menghambat
eliminasi. Asuhan keperawatan yang mendukung akan menghormati privasi dan
kebutuhan emosional klien. Tindakan dirancang untuk meningkatkan eliminasi
normal juga harus meminimalkan rasa ketidaknyamanan.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini sebagai pembelajaran terhadap mahasiswa
agar mampu memahami konsep kebutuhan dasar eliminasi urin dan bowel
(feses).
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari eliminasi urin dan bowel
b. Mahasiswa memahami etiologi/ permasalahan dari eliminasi
c. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
eliminasi

1
d. Mahasiswa memahami mekanisme fisiologis dari eliminasi
e. Mahasiswa mengetahui peran perawat dalam penatalaksanaan
pemenuhan kebutuhan dasar eliminasi
f. Mahasiswa memahami pengakajian terhadap eliminasi
g. Mahasiswa mengetahui diagnosis yang tepat terhadap kebutuhan dasar
eliminasi
h. Mahasiswa mampu memahami perencaan apa yang akan di berikan
pada kebutuhan dasar eliminasi

2
BAB II

KONSEP DASAR

A. Definisi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh baik
yang melalui ginjal berupa urin maupun melalui gastrointesti yang berupa feses.
seseorang yang mengalami perubahan eliminasi dapat menderita secara fisik
maupun psikologis. Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial
dan berperan penting untuk kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan
untuk mempertahankan keseimbangan fisiolois melalui pembuangan sisa-sisa
metabolisme. Sisa metabolisme terbagi menjadi dua jenis yaitu berupa feses yang
berasal dari saluran cerna dan urin melalui saluran perkemihan ( Kasiati &
Rosmalawati, 2016). Selain keduanya, pengeluaran sisa metabolisme dapat
melalui kulit yaitu berupa pengeluaran keringat dan melalui paru berupa
pengeluaran CO2 (karbondioksida).

B. Etiologi
Masalah yang terjadi pada kebutuhan dasar eliminasi itu ada dua, yaitu urin
dan bowel. Adapun masalah yang terjadi pada urin dan bowel sebagai berikut:
1. Masalah pada kebutuhan urin
 Rutensi urin (akumulasi urin yang nyata didalam kandung kemih
akibat ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih).
 Dysuria ( adanya rasa sakit atau kesulitan berkemih).
 Polyuria ( produksi urin abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,
seperti 2500 ml/hari tanpa adanya intake cairan).
 Inkotinensia urine ( pengeluaran urin secara spontan pada sembarang
waktu di luar kehendak, ketidaksanggupan sementara atau permanen
sfingter eksternal untuk mengontrol keluarnya urin dari kandung
kemih).
 Urinaria supresi ( berhenti memproduksi urin secara dadakan)

3
2. Masalah pada kebutuhan bowel
 Konstipasi (penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh
pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering).
 Impaksi ( merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi. impaksi
adalah kumpulan feses yang mengeras, mengendap di dalam rektum,
yang tidak dapat keluar).
 Diare ( peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses
yang cair dan tidak terbentuk. Diare adalah gejala gangguan yang
mempengaruhi proses pencernaan, absorbsi, dan sekresi di dalam
saluran GI).
 Inkontinensia ( ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas
dari anus).
 Flatulen ( penyebab umum abdomen menjadi penuh, terasa nyeri, dan
kram).
 Hermoroid ( vena-vena yang berdilatasi, membengkak dilapisan
rektum).

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar eliminasi sebagai
berikut:
1. Diet dan Asupan
Makanan/minuman adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi.
Makanan/minuman tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa
dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada ganguan
pencernaan/perkemihan di beberapa jalur dari pengairan feses/urine.
2. Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkemih dan hanya pada
akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat mengakibatkan urin banyak
tertahan di kandung kemih, dan kapasitas kandung kemih lebih dari
norma.

4
3. gaya hidup
Ketersediaan fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi
eliminasi
4. stres psikologis
Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi berkemih.
5. Tingkat aktivitas
Aktivitas sangat dibutuhkan dalam mempertahankan tunos otot.
6. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi pada feses, karena
dampaknya apabila tidak ada pemasukan cairan chyme menhjadi lebih
kering dari normal, menghasilkan feses yang keras.
7. Obat
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengaruh terhadap
eliminasi yang normal, beberapa menyebabkan diare.
8. Umur
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses/urine, tetapi juga
pengontrolannya. Anak-anak mampu mengontrol eliminasinya sampai
sistem neurumuscular berkembang, biasanya antara 2-3 tahun.

D. Mekanisme Fisiologis
Proses eliminasi dalam tubuh terbagi menjadi dua, yaitu proses pembuangan
urin dan proses pembuangan bowel (feses). Adapun penjelasannya sebagai
berikut:
1. Proses Terjadinya Eliminasi Bowel
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa
metabolisme berupa feses dan platus yang berasal dari saluran pencernaan
melalui anus. Dalam proses defekasi terjadi dua macam reflex yaitu:
 Reflex Defekasi Intrinsik
Reflex ini berawal dari feses yang masuk ke rektum sehingga terjadi
dikstensi rectum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada
fectus mesentricus dan terjadilah gerakan peristaltic. Setelah feses

5
sampai di anus, secara sistematis sfingter internal relaksasi, maka
terjadilah defekasi.

 Reflex Defekasi Parasimpatis


Feses yang masuk ke rektum akan merangsang saraf rektum yang
kemudian diteruskan ke jaras spinal (spinal cord). Dari jaras spinal
kemudian dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid, dan rectum
menyebabkan intensifnya peristaltic, relaksasi sfinter internal, maka
terjadilah defekasi.
2. Proses Terjadinya eliminasi urine
Proses mengosongkan kandung kemih dikenal sebagai proses buang
air kecil atau berkemih. pusat saraf yang mengatur proses buang air kecil
terletak di otak dan sumsum tulang belakang. Reseptor peregangan di
kandung kemih distimulasi saat urine terkumpul. Seseorang dapat
merasakan keinginan untuk membatalkan, kebiasaany ketika kandung
kemih mengisi sekitar 150 hingga 250 ml pada orang dewasa.
Tekanan di dalam kandung kemih berkali-kali lebih besar selama
buang air kecil dari pada saat kandung kemih mengisi. Ketika buang air
kecil dimulai, otot detrusor berkonstraksi, sfinter internal rileks, dan urine
memasuki uretra posterior dan otot-otot perineum dan sfinter eksternal
rileks, otot dindin perut sedikit berkonstraksi, diafragma lebih rendah, dan
terjadi buang air kecil.

E. Peran Perawat Dalam Penatalaksanaan Kebutuhan Dasar Eliminasi


Penyakit Diare Pada Anak
Menurut Setiati (2014) penanganan diare akut sebagai berikut:

1. Rehidrasi Cairan
Pada keadaan awal dapat diberikan sediaan cairan/bubuk hidrasi peroral
setiap kali diare. Pemberian hidrasi melalui cairan infus dapat
menggunakan sediaan berupa ringer lactat ataupun NaCl isotonis

6
2. Pengaturan Asupan Makanan
Pemberian asupan makanan diberikan secara normal, sebaiknya dalam
porsi kecil namun dengan frekuensi yang lebih sering. Pilih makanan
yang mengandung mikronutrien dan energy (pemenuhan kebutuhan kalori
dapat diberikan sesuai toleransi pasien). Menghindari makanan atau
minuman yang mengandung susu karena dapat terjadinya toleransi
laktosa, demikian juga makanan yang pedas ataupun mengandung lemak
tinggi.

F. Pengkajian Kebutuhan Dasar Eliminasi Penyakit Diare Pada Anak


Menurut Kyle (2014), temuan pengakajian yang mengarah ke diare yaitu
sebagai berikut:
a. Riwayat kesehatan. Kaji riwayat sakit saat ini dan keluhan utama.
Informasi penting yang berkaitan dengan riwayat diare antara lain: jumlah
dan frekuensi defekasi, lama gejala, volume feses, gejala terkait (nyeri
abdomen, kram, mual, muntah, demam), adanya darah atau mucus di
feses. Gali riwayat medis saat ini dan sebelumnya untuk faktor resiko
seperti: kemungkinan pajanan terhadap agens infeksius (air sumur,
binatang ternak, kehadiran ditempat penitipan anak), riwayat diet, riwayat
keluarga dengan gejala serupa, perjalanan baru-baru ini, usia anak.
b. Pemeriksaan fisik. Inspeksi. Kaji dehidrasi anak yang mengalami diare.
observasi penampilan umum dan warna kulit anak. Pada dehidrasi ringan,
anak dapat tampak normal. Pada dehidrasi sedang, mata mengalami
penurunan produksi air mata atau lingkar mata cekung. Membrane
mukosa juga dapat keing. status mental dapat diperburuk dengan
dehidrasi sedang hingga berat, yang dibuktikan dengan lesu atau letargi.
c. Auskultasi. Auskultasi bising usus untuk mengakaji adanya bising usus
hipoaktif atau hiperaktif untuk mengindikasikan obstruksi atau peritonitis.
Bising usus hiperaktif dapat mengindikasikan diare/gastroenteritis.
d. Perkusi. Adanya abnormalitas pada pemeriksaan untuk diagnosis diare
akut atau kronis dapat mengindikasikan proses patologis.

7
e. palpasi. Nyeri pada abdomen kuadran bawah dapat berkaitan dengan
gastroenteritis. Nyeri pantul atau nyeri tidak ditemukan saat palpasi, jika
ditemukan, hal ini dapat mengindikasikan apendisitis atau peritonitis.

G. Diagnosis Keperawatan
Menurut Wong (2009), diagnosa yang muncul pada diare yaitu sebagai
berikut:
a. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan
yang berlebihan dari traktur GI ke dalam feses atau muntahan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
kehilangan cairan yang tidak seimbang.
c. Risiko menularkan infeksi yang berhubungan dengan mikroorganisme
yang menginvasi traktus GI
d. Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan iritasi karena
defekasi yang sering dan feses yang cair.
e. Ansietas berhubungan dengan keterpisahan anak dari orang tuanya,
lingkungan yang tidak biasa, dan prosedur yang menimbulkan distress.
f. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan krisis situasi dan
kurangnya pengetahuan.

H. Perencanaan Keperawatan
Menurut Wong (2009), rencana asuhan keperawatan pada diare yaitu sebagai
berikut:
a. Kekurangan volume cairan yang berhubungna dengan kehilangan cairan
yang berlebihan dari traktur GI ke dalam feses atau muntahan.
Intervensi:
 Berikan larutan oralit
 Berikan danpantau pemberian cairan infus sesuai program
 Berikan ASI atau susu formula

8
 Setelah rehidrasi tercapai, berikan makanan seperti biasa pada
anak selama makanan tersebut dapat ditoleransinya
 Pertahankan catatan asupan dan haluaran cairan
 Pantau berat jeni urine setiap 8 jam sekali/ sesuai indikasi
 Timbang berat badan setiap hari
 Nilai tanda-tanda vital, turor kulit, membrane mukosa dan status
kesadaran setiap 4 jam sekali
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
kehilangan cairan yang tidak seimbang.
Intervensi:
 Setelah rehidrasi tercapai, beri tahu ibu yang menyusui sendiri
bayinya agar melanjutkan pemberian ASI.
 Hindari pemberian diet pisang, beras, apel, dan roti panggang atau
teh
 Monitor berat badan pasien sesuai indikasi
 Amati dan catat respons anak terhadap pemberian makan
 Beri tahu keluarga agar menerapkan diet yang tepat.
 Gali kekhawatiran dan prioritas anggota keluarga.
c. Risiko menularkan infeksi yang berhubungan dengan mikroorganisme
yang menginvasi traktus GI.
Intervensi:
 Pertahankan kebiasaan mencuci tangan yang cermat.
 Pasang popok disposibel yang superabsorbent.
 Upayakan bayi dan anak kecil tidak meletakkan tangganya dan
beda apa pun pada daerah yang terkontaminasi.
d. Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan iritasi karena
defekasi yang sering dan feses yang cair.
Intervensi:
 Ganti popok dengan sering

9
 Bersihkan bagian bokong secara berhati-hati dengan sabun non-
alhkalis yang lunak dan cair atau merendam anak dalam bathup
agar dibersihkan dengan hati-hati.
 Oleskan salep seperti zink oksida
 Bila mungkin biarkan kulut utuh yang berwarna agak kemerahan
terkena udara.
 Hindari pemakaian tisu pembersih komersial yang mengandung
alkohol pada kulit yang mengalami ekskoriasi.

e. Ansietas berhubungan dengan keterpisahan anak dari orang tuanya,


lingkungan yang tidak biasa, dan prosedur yang menimbulkan distress.
Intervensi:
 Lkukan perawatan mulut dan berikan dot kepada bayi
 Anjurkan kunjungan dan partisipasi keluarga dalam perawatan.
 Sentuh, peluk dan berbicara dengan anak sebanyak mungkin.
 Lakukan stimulus dan perkembangan anak.
f. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan krisis situasi dan
kurangnya pengetahuan.
Intervensi:
 Berikan informasi kepada keluarga mengenai keadaan sakit
anaknya dan tindakan terapeutiknya.
 bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan dukungan
kepada anak
 Izinkan anggota keluarga berpartisipasi menurut keinginan mereka
dalam perawatan anak.
 Beri tahu keluarga mengenai tindakan penjagaan yang harus
diambil.

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme yang berupa zat-zat yang
sudah tidak berguna lagi dalam tubuh baik berupa urin maupun feses. Adapun
penyakit yang dapat mengganggu proses eliminasi dalam tubuh salah satunya
adalah diare. Diare masih menduduki 7 dari 10 penyakit mematikan, maka untuk
mencegah terjadinya diare akut pada anak pentingnya pemberian cairan (air, ASI,
oralit) yang cukup untuk mencegah dehidrasi, menjaga kebersihan, dan
memberikan nutrisi yang tepat untuk mempercepat pemulihan pada anak.

11
DAFTAR PUSTAKA

- Widiyono, dkk. 2023. Konsep Keperawatan Dasar. Kediri: Lembaga


Chakra Brahmanda Lentera
- Kasiati, Rosmalawati. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta: Pusdik
SDM Kesehatan.
- Wong, D. L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Alih bahasa:
Andry Hartono. Jakarta: EGC
- Setiati, S, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Publishing
- Kyle, dkk. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Edisi 2. Vol.1. Jakarta:
EGC

12

Anda mungkin juga menyukai