Kelompok : 1
Nama Anggota :
- Cinta Meilika (222040)
- Jihan Febry Choirunnisa (222048)
- Ranti Putriningtiyas Damayanti (222059)
- Shenly Aulia Fadilla (222064)
- Nisye Yulianti Pasha (222054)
- Frans Teguh (222045)
Kelas : 1B
Prodi : S1-Keperawatan
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Eliminasi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang tidak diperlukan oleh
tubuh. Eliminasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu eliminasi urine dan eliminasi fekal.
Eliminasi urine berkaitan dengan sistem perkemigan, sedangkan eliminasi fekal erat
kaitannya dengan saluran pencernaan.
2. Anatomi Fisiologi
a. Eliminasi urine
Sistem yang berperan dalam eliminasi urine adalah sistem perkemihan. Dimana sistem ini
terdiri darri ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses pembentukan urine di ginjal
terdiri dari 3 proses yaitu: filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi.
1) Filtrasi
Proses filtrasi berlangsung di glomelurus, proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih
besar dari permukaan eferen
2) Reabsorbsi
Proses reabsorbsi terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fosfat, dan ion karbonat
3) Sekresi
b. Eliminasi fekal
1) Mulut
2) Esofagus
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah terdiri dari otot
yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa
yang mengeluarkan secret mucoid yang berguna untuk perlindungan.
3) Lambung
Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan adanya peristaltic,
yaitu gerakan kontraksi dan relaksasi secara bergantian oleh otot yang mendorong
substansi makanan dalam gerakan menyerupai gelombang. Rata-rata waktu yang
diperlukan untuk mengosongkan Kembali lambung setelah makan adalah 2 sampai 6 jam.
4) Usus Halus
Usus Halus terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum. Usus menerima makanan yang
sudah berbentuk chyme (setengah padat) dari lambung untuk mengabsorbsi air, nutrient,
potassium, bikarbonat, dan enzim.
5) Usus besar
Kolon terdiri dari sekum yang berhubungan langsung dengan usus halus, kolon
ascendent, transversum, descendent, sigmoid, dan rectum.Fungsi utama kolon adalah
absorbsi air dan nutrien, proteksi dengan mensekresikan mucus yang akan melindungi
dinding usus trauma oleh feses dan aktivitas bakteri, dan menghantarkan sisa makanan
sampai ke anus dengan cara berkontraksi.
6) anus.
Anus berfungsi dalam proses eliminasi zat sisa. Proses eliminasi fekal adalah suatu upaya
pengosongan intestin. Pusat refleks ini terdapat pada medula dan spinal cord. Refleks
defekasi timbul karena adanya feses dalam rektum.
a. Eliminasi urin
Jumlah dan tipe makanan mempengaruhi output urine, seperti protein dan sodium
mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
3) Gaya hidup
Ketersediaan fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi eliminasi urin
4) Stres psikologis
5) Tingkat aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan dibutuhkan dalam mempertahankan tonus otot. Eliminasi urin
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal dan
eksternal.
6) Tingkat perkembangan
Misal pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan
dari fetus
7) Kondisi penyakit
Saat seorang sakit, produksi urin nya sedikit hal ini disebabkan oleh keinginan untuk
minum sedikit.
b. Eliminasi fekal
2) Diet : ini bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang dikonsumsi
5) Faktor psikologik : perasaan cemas atau takut akan menmpengaruhi peristaltic atau
motilitas usus sehingga dapat menyebabkan diare
6) Tonus otot, tonus otot terutama abdomen yang ditunjang dengan aktivitas yang cukup
akan membantu defekasi.
9) Obat-obatan
Beberapa obat dapat menimbulkan efek konstipasi. Laksatif dan katartik dapat
melunakkan feses dan meningkatkan peristlatik.
4. Gangguan/ Masalah
a. Eliminasi urin
1) retensi urin : akumulasi urine yang nyata didalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih
3) polyuria : produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2500 ml/hari
tanpa adanya intake cairan.
b. Eliminasi fekal
1) Konstipasi : penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses yang
lama atau keras dan kering
2) Impaksi : merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi. Impaksi adalah kumpulan
feses yang mengeras, mengendap di dalam rektum, yang tidak dapat dikeluarkan.
3) Diare : peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair dan
tidak berbentuk. Diare adalah gejala gangguan yang mempengaruhi proses pencernaan,
absorbsi, dan sekresi di dalam saluran GI.
5) Flatulen : penyebab umum abdomen menjadi penuh, terasa nyeri, dan kram.
1. Pengkajian
a. identitas klien
meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan identitas penanggung
jawab.
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat
perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
mengkaji riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah ada penyakit keturunan di
keluarga pasien
kaji persepsi pasien terhadap penyakitnya, dan penggunaan tembakau, alkohol, alergi,
dan obat-obatan yang dikonsumsi secara bebas atau resep dokter
g. pola nutrisi/metabolisme
mengkaji diet khsusus yang diterapkan pasien, perubahan BB, dan gambaran diet pasien
dalam sehari untuk mengetahui adanya konsumsi makanan yang mengganggu eliminasi
urin atau fekal
h. pola eliminasi
kaji kebiasaan defekasi dan/atau berkemih serta masalah yang dialami. Ada atau tidaknya
konstipasi, diare, inkontinensia, retensi, dan gangguan lainnya. Kaji penggunaan alat
bantu.
pola aktivitas terkait dengan ketidakmampuan pasien yang disebabkan oleh kondisi
kesehatan tertentu atau penggunaan alat bantu yang mempengaruhi kebiasaan eliminasi
pasien.
keadaan emosi pasien, hal yang dilakukan jika ada masalah, dan penggunaan obat untuk
menghilangkan stres.
o. pola keyakinan-nilai
1. Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder, pembesaran ginjal, nyeri
tekan, tenderness, bising usus.
2. Genetalia wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan atropi jaringan vagina.
3. Genetalia laki-laki
q. pemeriksaan penunjang
pH (N:4,5-8,0)
Keton (N:negatif)
Kultur urine (N: kuman patogen negatif).
r. terapi
terapi yang diberikan baik oral maupun parenteral yang diberikan dalam pemenuhan atau
gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin dan fekal
2. Diagnosa Keperawatan
a. Konstipasi
b. Diare
c. Inkontinensia defekasi
e. Inkontinensia urine
f. Retensi urine
3. Intervensi
Retensi urin
DS:
- Disuria
DO :
- Distensi bladder
NOC:
- Urinary elimination
- Urinary Contiunence
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. retensi urin pasien teratasi dengan
kriteria hasil :
NIC :
- Monitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria, perubahan bau dan konsistensi urine)
Diare
NOC:
- Bowl Elimination
- Fluid Balance
- Hidration
NIC :
Diare Management
DS:
- Nyeri perut
- Urgensi
- Kejang perut
DO:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Diare pasien teratasi dengan kriteria
hasil:
- Hidrasi baik (membrane mukosa lembab, tidak panas, vital sign normal, hematokrit dan
urin output dalam batas normal pengobatan yang berefek samping gastrointestinal)
- Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan
konsistensi feses
Konstipasi
- Perilaku defekasi
NOC:
- Bowl Elimination
- Hidration
NIC :
Manajemen konstipasi
- Perubahan lingkungan
DS:
- Nyeri perut
- Ketegangan perut
- Anoreksia
- Nyeri kepala
- Mual
DO:
- Feses lunak
- Aktivitas adekuat
- Hidrasi adekuat tanda rupture bowel/peritonitis
- Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat) terhadap eliminasi
- Jelaskan pada klien Konsekuensi menggunakan laxative dalam waktu yang lama
- Penurunan frekuensi
BAB
- Distensi abdomen
- Feses keras
- Perkusi tumpul
- Sering flatus
- Muntah
4. Implementasi
Tindakan kolaborasi: tindakan yang dilaksanakan atas hasil keputusan bersama dengan
dokter dan petugas kesehatan lain.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana ksehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien.
S = subjektif
O = objektif
A = Analisa
P = Planning
A. PENGKAJIAN
- Tanggal masuk :10-01-2018
- Tanggal Pengkajian : 19-01-2018
- Diagnosa Medis :Upper Traktus Urinary Carsinoma
1. Identitas Klien
- Nama : T. D
- Jenis kelamin :Laki - laki
- Usia : 57 tahun
- Pendidikan terakhir : SLTP
- Pekerjaan : PNS
- Status perkawinan : Kawin
- Agama : Islam
- Alamat : Sukabumi
2. Penanggung Jawab
- Nama : Tn. Y
- Pekerjaan : Akuntan
- Alamat : Sukabumi
- Hub dengan istri : Anak
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengatakan mengeluh nyeri
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 19-01-2018, Klien mengatakan
mengeluh nyeri yang diakibatkan karena kencing
berdarah, nyeri yang dirasakan seperti terbakar (panas), dirasakan pada saluran kencing,
dengan skala nyeri 4 (0-10), nyeri tersebut meningkat pada saat klien kencing.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan 2 tahun yang lalu pernah dilakukan tindakan pembedahan akibat
hipertiroid, kemudian pada tanggal 08-01-2018 mengalami nyeri BAK yang disertasi
dengan kencing berdarah.
d. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama.
4. Riwayat psikososial spiritual
a. Support system
Klien mengatakan selama klien sakit keluarga selalu memperhatikan dan memberikan
dukungan terutama istrinya.
b. Komunikasi
Klien mengatakan selalu berkomunikasi dengan orang lain dan saat ada masalah
biasanya diselesaikan secara musyawarah.
c. Sistem nilai kepercayaan
Klien percaya bahwa sakitnya ini merupakan cobaan dari Allah SWT.
d. Konsep diri
1) Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan kembali bekerja.
2) Gambaran diri
Klien mengatakan bangga menjadi seorang suami dan seorang ayah.
3) Peran diri
Klien mengatakan senang dengan pekerjaannya sekarang sebagai seorang guru
olahraga.
4) Identitas diri
Klien mengatakan seorang yang kuat, sehingga bisa menjalani dengan ikhlas
keadaannya sekarang.
5) Harga diri
Klien mengatakan sudah menerima dengan cobaan penyakitnya.
5. Lingkungan
a. Rumah
1) Kebersihan : Baik
2) Polusi : Asap rokok
3) Bahaya : dari asap rokok
6. Pola kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit
Kebiasaan/Aktivitas Sebelum masuk RS Saat Sakit Ket
Pola Nutrisi
a. Asupan Oral Oral
b. Frekuensi 3 x 1 porsi/ hari 3 x ½ porsi/hari
c. Nafsu makan Baik Berkurang
d. Diet Tidak Tidak
e. Makanan tambahan Buah dan makanan Buah
ringan
f. Makanan alergi/ Tidak ada Tidak ada
tidak boleh
g. Perubahan BB dalam 76 kg 76 kg
3 bulan
Pola Cairan
a. Asupan cairan Oral Oral + Iv
b. Jenis Aie mineral Air mineral + infus
c. Frekuensi 8 gelas/ hari 2 gelas + 500cc infus
d. Volume 1000 cc 800 cc
Pola Eliminasi
BAK
a. Frekuensi 7x/ hari 7x/ hari
b. Jumlah output 2100 cc/ 24 jam 2100 cc/ 24 jam
c. Warna Merah Merah
d. Bau Tidak ada Tidak ada
e. Keluhan Nyeri saat BAK Nyeri saat BAK
BAB
1 x sehari 3 hari/ sekali
a. Frekuensi
Feses normal Feses normal
b. Bau
Lembek keras
c. Konsistensi
Tidak ada Nyeri pada saat
d. Keluhan
defekasi
Kebiasaan/ Aktivitas
a. Kebiasaan sebelum Berdoa Berdoa
tidur
b. Kesulitan dalam tidur Tidak ada Tidak ada
Pola kesehatan
a. Merokok Tidak Tidak
b. Minuman keras Tidak Tidak
c. Ketergantuan obat Tidak Tidak
7. PENGKAJIAN FISIK
1. Umum
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Tekanan darah : 110/ 80 mmHg
c. Nadi : 84x/menit
d. Pernafasan : 26x/menit
e. Suhu : 36,5C°
f. TB/ BB : 160cm / 76 kg
IMT : 29, 7
2. Pengkajian fisik persistem
a. Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, klien dapat membuka dan menutup mata secara spontan,
pergerakan bola mata normal, konjungtiva merah muda, klera tidak ikterik, pupil isokor
2 mm miosis, lapang pandang normal, dapat membaca papan nama, tidak menggunakan
alat bantu kacamata.
b. Sistem pendengaran
Posisi telinga simetris, tidak terdapat serumen, tidak ada tanda-tanda peradangan,
fungsi pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu dengar.
c. Sistem pernafasan
1) Inspeksi
Bentuk dada tidak ada kelainan, tidak terdapat retraksi dinding dada.
2) Palpasi
Pemeriksaan vocal premitus simetris, tidak terdapat adanya nyeri tekan
3) Perkusi
Saat dilakukan perfusi bunyi yang dihasilkan resonan pada ICS 1-3 pada dada kiri,
dan ICS 4-5 pada dada sebelah kanan.Terdengar dullnes pada ICS 4-5 pada dada kiri,
dan pada ICS 5-6 dada sebelah kanan.
4) Auskultasi
- Inspirasi < ekspirasi pada daerah trakeal
- Inspirasi = eksipirasi bronkhovesikuler
- Inspirasi > ekspirasi pada vesikuler
d. Sistem Wicara
Tidak ada gangguan dalam komunikasi.
e. Sistem kardiovaskuler
1) Inspeksi
Tidak terlihat adanya peningkatan JPV, tidak tampak adanya sianosis
2) Palpasi
Tidak teraba adanya trill, CRT < 2 detik
3) Perkusi
Terdengar dullnes pada ICS 3-6 pada dada sebelah kiri, kardiomegali (+)
4) Auskultasi
Pada aorta dan pulmonal ICS 2 kanan dan kiri BJ 1 > BJ 2, pada tricuspid dan mitral
ICS 5 BJ 1 < BJ 2.
f. Sistem neurologi
1) Pemeriksaan saraf kranial
a) N1 (Olfaktorius)
Klien dapat membedakan bau kayu putih
b) N2 (Optikus)
Visus normal, tajam penglihatan baik, lapang pandang normal.
c) N 3 (Okulomotoris), N 4 (Troklearis), N 6 (Abdusen)
Gerakan bola mata normal, ptosis (-).
d) N 5 (Trigeminus)
Klien dapat mengunyah makanan
e) N 7 (Fasialis)
Wajah simetris, dan dapat merasakan rangsangan.
f) N 8 (Auditorius)
Klien dapat membedakan rangsangan suara saat dilakukan tes bisik.
g) N 9 (Glosofaringeus) & N 10 (Vagus)
Klien dapat menelan, dan mampu mengecap rasa makanan.
h) N 11 (Assesorius)
Klien mampu mengangkat bahu.
i) N 12 (Hipoglosus)
Klien dapat menjulurkan lidah.
g. Sistem pencernaan
1) Inspeksi
Perut tidak terdapat adanya skar, tidak ada luka,
2) Auskultasi
Bising usus 2x/menit, tidak terdengar adanya suara bruit.
3) Palpasi
Saat dilakukan palpasi teraba adanya massa pada abdomen sebelah kanan dimulai
dari hipogastrik, lingkar perut 100cm, hepatomegali (-), splenomegali (-), asites (-).
4) Perkusi
Saat dilakukan perkusi, terdengar bunyi pekak.
h. Sistem imunologi
- Palpasi : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid.
i. Sistem endokrin
- Inspeksi : Polidipsi (-), poliuri (-), polipagia (-), tidak ada tremor.
j. Sistem urogenital
- Inspeksi : adanya peningkatan frekuensi perkemih dan hematuria.
- Palpasi : terdapat distensi kandung kemih
- Perkusi : terdengar dullness
k. Sistem integumen
1) Inspeksi
Tidak terdapat adanya luka, kulit lembab.
2) Palpasi
Kulit lembab, pitting edema (+) pada kaki kanan dan kiri, CRT < 2 detik.
l. Sistem muskuloskeletal
Inspeksi: tidak terlihat adanya deformitas
Palpasi : tidak terdapat adanya nyeri tekan pada ektermitas
Kekuatan otot 5 5
5 5
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah Hari/Tanggal : Rabu/ 18 Januari 2018
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN
Indeks Eritrosit
MCV 76.4 fL 80 – 96
HCO3 15.7 22 – 26
9. Analisa Data
Do : Pengeluaran urine
inkomplit
- adanya peningkatan frekuensi
perkemih dan hematuria
- terdapat distensi kandung kemih
Kapasitas vesika urinaria
B. Diganosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan Inflamasi dan peningkatan aktivitas penyakit ditandai
dengan frekuensi nadi meningkat
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih ditandai dengan
urgensi dan distensi kandung kemih
C. Intervensi
No Diagnosa SLKI SIKI
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Kolaborasi pemberian
obat supositoria uretra,
jika perlu
D. Implementasi
No Dx Implementasi
E. Evaluasi
No Dx Evaluasi
P : Intervensi diberhentikan
P : Intervensi diberhentikan
Pengertian : Suatu kegiatan yang dilakukan yang untuk memenuhi kebutuhan eliminasi urine.
Tujuan : Memenuhi kebutuhan eliminasi fekal urine.
Pispot /urinal
Alas
Tisu
Selimut ektra
Sampiran/sketsel
Bengkok.
Persiapan Pasien : Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuan tindakan. Mengatur pasien yang aman
dan nyaman.
Pelaksanaan :
Pakaian pasien bagian bawah ditanggalkan dan bagian yang terbuka ditutup dengan selimut
Pasien dianjurkan menekuk lutut (dorsal recumbent) dan angkat bokong serta pasang pengalas
Bila telah selesai anus dan daerah sekitar genetalia dibersihkan dengan air dan keringkan dengan tisu
lalu dibuang ke dalam bengkok, diulang beberapa kali sampai bersih
Pispot diangkat atau urinal dan urine diamati, bila ada kelalaian segera lapor dan dicatat
Sampiran dibuka
Definisi : SOP Mengganti popok atau diapers pasien yaitu mengganti diaper/popok pasien
dengan diapers/popok yang baru. Pemasangan diapers/popok dilakukan pada pasien-pasien yang
mengalami penurunan kesadaran atau yang tidak bisa buang air besar di toilet.
Tujuan :
1. Popok/Diapers
2. Pengalas
3. Tisu Basah/Waslap
5. Sarung tangan
FASE PRAINTERAKSI
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
FASE KERJA
2. Memasang pelak dibawah bokong klien, lalu melepaskan pakaian bawah klien
3. Melepaskan rekatan diapers pada ke dua sis, kemudian menekan bagian ujung dipaer depan klien ke
bawah hingga ke bawah genitalia. Sementara sisi samping diapers yang terjauh dengan perawat
digulung ke bawah hingga bagian samping bokong
5. Melepaskan popok/ diapers dengan menekan dari daerah punggung hingga ujung genitalia, usahakan
semua kotoran mask dalam diapers dan tidak terjatun
7. Bersihkan area bokong dengan tisu dan bila perlu dengan air hingga bersih
8. Setelah bersih, memasang popok/diapers yang baru dengan melekatkan bagian sisi yang
membelakangi pasien serta memasukkan diantara lipatan paha sisi depan diapers
10. Merapikan sisi diapers yang berada pada sisi terjauh dengan perawat, kemudian rapikan seluruh
posisi diapers dan rekatkan diapers
11. Melepaskan sarung tangan
FASE TERMINASI
3. Memberi salam
4. Mencuci tangan
5. Mendokumentasikan hasil kegiatan
Tujuan :
Prosedur :
Lakukan verifikasi catatan keperawatan yang ada untuk perawatan dower catheter.
Siapkan alat
Bengkok
Perlak/pengalas
b. Tahap orientasi
Berikan salam dan panggil nama klien dengan nama panggilan yang disukai
Memperkenalkan nama perawat dan menjelaskan prosedur, tujuan serta lamanya tindakan
c. Tahap kerja
Cuci tangan secara menyeluruh, menggunakan sarung tangan proteksi dilanjutkan menyiapkan alat
disamping tempat tidur penderita.
Mengatur posisi pasien yang nyaman, dorsal recumbent (untuk wanita) dan terlentang (untuk pria).
Lepaskan pakaian bagian bawah klien, pertahankan area yang tidak digunakan tertutup.
Pasang pengalas dibawah area yang akan dilakukan perawatan, letakkan bengkok diatas pengalas.
Pasang pengalas di bawah bokong klien kemudian lipat ujung selimut keatas, jika selimut tidak dililitkan
maka bagian selimut dibuka dari samping
Letakkan bengkok diantara ke dua kaki klien dan siapkan kapas sublimat untuk wanita, atau kassa
betadin untuk pria.
Lepaskan plester ksasi katerter, pegang penis dengan posisi tegak lurus
Oleskan kapas desinfektan mulai dari daerah uretra, kemudian memutar kearah luar meatus
Oleskan kapas desinfektan pada kateter dari arah meatus ke pangkal kateter ± 10 cm
Fiksasi kembali kateter pada paha bagian atas dengan posisi penis mengarah ke dada
Lepaskan plester ksasi kateter, kemudian buka labia mayora kanan dan kiri dengan tangan non
dominan
Bersihkan daerah genital dengan mengusapkan kapas dari atas ke bawah mulai dari labia mayora,
minora, bagian tengah genital dan anus. Gunakan kapas untuk sekali usap. Kalau perlu gunakan pincet
Oleskan kapas desinfektan pada kateter dari arah meatus ke pangkal kateter ± 10 cm
d. Tahap terminasi
Evaluasi hasil yang dicapai dan berikan reinforcement pada klien, kontrak pertemuan berikutnya.
Dokumentasikan tindakan : (Nama perawat, waktu pelaksanaan, hasil tindakan di atas merupakan
langkah-langkah yang bisa dipejari oleh mahasiswa dalam melakukan tindakan perawatan kateter urine,
pelajari, pahami dan praktikan.