Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


ELIMINASI
DI RUANG WIRA 1 (PENYAKIT DALAM)
RS BHAYANGKARA TK. III BANJARMASIN

Oleh :
KELOMPOK 1
Agus Dailami (P07120119002) Astrid Dhea Selkisa (P07120119013)
Ahmad Nurliansyah (P07120119004) Cindy Marcelina (P07120119015)
Amellia Zahratunisa (P07120119007) Dhea Kartika Avianti (P07120119017)
Annisa (P07120119009) Dina Fitriana (P07120119019)
Annisa Fitria (P07120119011) Erisa Reviana (P07120119021)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARBARU
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Kelompok 1

Anggota :

- Agus Dailami
- Ahmad Nurliansyah
- Amellia Zahratunisa
- Annisa
- Annisa Fitria
- Astrid Dhea Selkisa
- Cindy Marcelina
- Dhea Kartika Avianti
- Dina Fitriana
- Erisa Reviana

Judul : Laporan Pendahuluan pada Pasien Gangguan Kebutuhan Dasae Eliminasi

di Ruang Wira 1 (Penyakit Dalam) RS Bhayangkara TK. III Banjarmasin

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Marliani, S.Kep, Ns Nasrullah Wilutono, S.ST, MMRS


LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI

A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Dasar Eliminasi


1. Pengertian Eliminasi

Menurut kamus Bahasa Indonesia,eliminasi adalah


pengeluaran,penghilangan, penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang
kesehatan, Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik
berupa urin atau bowel(feses).

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik  berupa


urin atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila
kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses
eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.Eliminasi pada
manusia digolong kan menjadi 2 macam,yaitu:

a. Defekasi

Buangair besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk
hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat
yang berasal dari sistem pencernaan (Dianawuri,2009).

b. Miksi

Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih


terisi. Miksi inisering disebut buang air kecil.

2. FisiologiDalamEliminasi

a. FisiologiDefekasi

Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi.Seorang yang


mempunyai kebiasaan teraturakan merasa kebutuhan membung air besar
kira-kira pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh
refleksgastro-kolika yang biasanya bekerja sesudah makan pagi.Setelah
makanan ini mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai maka
peristaltic didalam usus terangsang, merambat kekolon, dan sisa makanan
dari hari kemarin nya,yang waktu malam mencapai sekum mulai
bergerak. Isikolon pelvis masuk kedalam rektum,serentak peristaltic keras
terjadi di dalam kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum.Tekana
nintra-abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan kontraksi
diafragma dan otot abdominal, sfinkteranus mengendor dan kerjanya
berakhir(Pearce,2002).

b. FisiologiMiksi

Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah
ginjal, ureter,kandung kemih,dan uretra.Proses ini terjadi dari dua langkah
utama yaitu :Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di
dindingnya meningkat diatas nilai lambang,yang kemudian mencetuskan
langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut reflex miksi(reflex
berkemih)yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini
gagal,setidak-tidaknya menimbulkan kesadaranakan keinginan untuk
berkemih.

3. Masalah-masalah pada Gangguan Eliminasi


a. Masalah-masalah dalam eliminasi urin :
1) Retensi, yaituadanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan
ketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
2) Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen
otot sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung
kemih.
3) Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam
hari (nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalam
semalam.
4) Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
5) Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.
6) Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,
seperti 2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.
7) Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine.
b. Masalah eliminasi fekal yang sering ditemukan yaitu:
1) Konstipasi, merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya
frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan
mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi
ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak
air diserap.
2) Impaction, merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga
tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction
berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.
3) Diare, merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak
berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat.
Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan
meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga
pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.
4) Inkontinensia fecal, yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB
dan udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya
disertai dengan gangguan fungsi spingter anal, penyakit
neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal.
Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB
tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada
perawat.
5) Flatulens, yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus
meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas
keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang
menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan
oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang
menghasilkan CO2.
6) Hemoroid, yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum
(bisa internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras,
kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat
terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika
terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal.
Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat BAB
menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.
4. Etiologi
a. Gangguan Eliminasi Urin
1) Intake cairan
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi output urine atau defekasi. Seperti protein dan
sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi
meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan,
akibatnya output urine lebih banyak.
2) Aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus
otot.Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang
baik untuk tonus sfingter internal dan eksternal.Hilangnya tonus otot
kandung kemih terjadi pada masyarakat yang menggunakan kateter
untuk periode waktu yang lama.Karena urine secara terus menerus
dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah
merenggang dan dapat menjadi tidak berfungsi. Aktifitas yang lebih
berat akan mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal ini
disebabkan karena lebih besar metabolisme tubuh.
3) Obstruksi; batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, striktur
urethra
4) Infeksi
5) Kehamilan
6) Penyakit; pembesaran kelenjar ptostat
7) Trauma sumsum tulang belakang
8) Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih,
urethra.
9) Umur
10) Penggunaan obat-obatan
b. Gangguan Eliminasi Fekal
1) Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna:
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi
feses.Cukupnyaselulosa, serat pada makanan, penting untuk
memperbesar volume feses.Makanantertentu pada beberapa orang
sulit atau tidak bisa dicerna.Ketidakmampuan iniberdampak pada
gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari
pengairanfeses.Makan yang teratur mempengaruhi defekasi.Makan
yang tidak teratur dapatmengganggu keteraturan pola defekasi.
Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai
suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukanmakanan
dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.

2) Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika
pemasukancairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine,
muntah) yang berlebihanuntuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan
untuk mereabsorbsi air dari chyme ketikaia lewat di sepanjang
colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari
normal,menghasilkan feses yang keras.Ditambah lagi berkurangnya
pemasukan cairanmemperlambat perjalanan chyme di sepanjang
intestinal, sehingga meningkatkanreabsorbsi cairan dari chime.

3) Meningkatnya stress psikologi


Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi.Penyakit-
penyakittertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis,
bisa jadi mempunyaikomponen psikologi.Diketahui juga bahwa
beberapa orang yagn cemas atau marahdapat meningkatkan aktivitas
peristaltik dan frekuensi diare.Ditambah lagi orangyagn depresi bisa
memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak padakonstipasi.

4) Kurang aktifitas, kurang berolahraga, berbaring lama.


Pada pasien immobilisasi atau bedrest akan terjadi penurunan gerak
peristaltic dan dapat menyebabkan melambatnya feses menuju
rectum dalam waktu lama dan terjadi reabsorpsi cairan feses
sehingga feses mengeras.
5) Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh
terhadapeliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang
lain seperti dosis yangbesar dari tranquilizer tertentu dan diikuti
dengan prosedur pemberian morphin dancodein, menyebabkan
konstipasi.Beberapa obat secara langsung mempengaruhi
eliminasi.Laxative adalahobat yang merangsang aktivitas usus dan
memudahkan eliminasi feses.Obat-obatanini melunakkan feses,
mempermudah defekasi.Obat-obatan tertentu sepertidicyclomine
hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-
kadangdigunakan untuk mengobati diare.

6) Usia
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi
jugapengontrolannya.Anak-anak tidak mampu mengontrol
eliminasinya sampai sistemneuromuskular berkembang, biasanya
antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasajugamengalami perubahan
pengalaman yang dapat mempengaruhi proses
pengosonganlambung. Di antaranya adalah atony (berkurangnya
tonus otot yang normal) dariotot-otot polos colon yang dapat
berakibat pada melambatnya peristaltik danmengerasnya
(mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut
yagnjuga menurunkan tekanan selama proses pengosongan
lambung. Beberapa orangdewasa juga mengalami penurunan kontrol
terhadap muskulus spinkter ani yangdapat berdampak pada proses
defekasi.

7) Penyakit-penyakit seperti obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan


pada spinal cord dan tumor.
Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat menurunkan
stimulussensori untuk defekasi.Gangguan mobilitas bisamembatasi
kemampuan klien untukmerespon terhadap keinginan defekasi
ketika dia tidak dapat menemukan toilet ataumendapat
bantuan.Akibatnya, klien bisa mengalami konstipasi.

5. Faktor Pencetus

a. Respon keinginan awal untuk berkemih atau defekasi.


Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan mengabaikan respon awal
untuk berkemih atau defekasi. Akibatnya urine banyak tertahan di
kandung kemih.Begitu pula dengan feses menjadi mengeras karena
terlalu lama di rectum dan terjadi reabsorbsi cairan.
b. Gaya hidup.
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi
urine dan defekasi. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat
mempengaruhi frekuensi eliminasi dan defekasi.Praktek eliminasi
keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
c. Stress psikologi
Meningkatnya stress seseorang dapat mengakibatkan meningkatnya
frekuensi keinginan berkemih, hal ini karena meningkatnya sensitif
untuk keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang
diproduksi.
d. Tingkat perkembangan.
Tingkat perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada
wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya
tekanan dari fetus atau adanya lebih sering berkemih. Pada usia tua
terjadi penurunan tonus otot kandung kemih dan penurunan gerakan
peristaltik intestinal.
e. Kondisi Patologis.
Demam dapat menurunkan produksi urine (jumlah & karakter).
f. Obat-obatan, diuretiik dapat meningkatkan output urine. Analgetik dapat
terjadi retensi urine.

6. Tanda dan Gejala


a. Tanda Gangguan Eliminasi urin
1) Retensi Urin
a) Ketidak nyamanan daerah pubis.
b) Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
c) Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
d) Meningkatnya keinginan berkemih dan resah
e) Ketidaksanggupan untuk berkemih
2) Inkontinensia urin
a) pasien tidak dapat menahan keinginan BAK sebelum sampai di
WC
b) pasien sering mengompol

b. Tanda Gangguan Eliminasi Fekal


1) Konstipasi
a) Menurunnya frekuensi BAB
b) Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan
c) Nyeri rektum
2) Impaction
a) Tidak BAB
b) anoreksia
c) Kembung/kram
d) Nyeri rektum
3) Diare
a) BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk.
b) Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat.
c) Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahanyang
menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa.
d) Feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan
menahan BAB.
4) Inkontinensia Fekal
a) Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus.
b) BAB encer dan jumlahnya banyak.
c) Gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma
spinal cord dan tumor spingter anal eksternal.
5) Flatulens
a) Menumpuknya gas pada lumen intestinal,

b) Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan


kram.

c) Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus(flatus).

6) Hemoroid
a) Pembengkakan vena pada dinding rectum.
b) Perdarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang.
c) Merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi.
d)Nyeri.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG
b. Pemeriksaan foto rontgen
c. Pemeriksaan laboratorium urin dan feses

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengakajian
a. Riwayat keperawatan eliminasi
Riwayat keperawatan eliminasi fekal dan urin membantu perawat
menentukan pola defekasi normal klien.Perawat mendapatkan suatu
gambaran feses normal dan beberapa perubahan yang terjadi dan
mengumpulkan informasi tentang beberapa masalah yang pernah terjadi
berhubungan dengan eliminasi, adanya ostomy dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pola eliminasi.

Pengkajiannya meliputi:
1) Pola eliminasi.
2) Gambaran feses dan perubahan yang terjadi.
3) Masalah eliminasi.
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi seperti : penggunaan alat bantu, diet,
cairan, aktivitas dan latihan, medikasi dan stress.

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi meliputi inspeksi,
auskultasi, perkusi dan palpasi dikhususkan pada saluran
intestinal.Auskultasi dikerjakan sebelum palpasi, sebab palpasi dapat
merubah peristaltik.Pemeriksaan rektum dan anus meliputi inspeksi dan
palpasi.Inspeksi feses, meliputi observasi feses klien terhadap warna,
konsistensi, bentuk permukaan, jumlah, bau dan adanya unsur-unsur
abdomen. Perhatikan tabel berikut :

KARAKTERISTIK FESES NORMAL DAN ABNORMAL


Karakteristik Normal Abnormal Kemungkinan
penyebab
Warna Dewasa : Pekat / putih Adanya pigmen empedu
kecoklatan (obstruksi empedu);
Bayi : pemeriksaan
kekuningan diagnostik
menggunakan
barium
Hitam / spt ter. Obat (spt. Fe); PSPA
(lambung, usus
halus); diet tinggi
buah merah dan
sayur hijau tua (spt.
Bayam)
Merah PSPB (spt. Rektum),
beberapa makanan
spt bit.
Pucat Malabsorbsi lemak; diet
tinggi susu dan
produk susu dan
rendah daging.
Orange atau Infeksi usus
hijau
Konsistensi Berbentuk, lunak, Keras, kering Dehidrasi, penurunan
agak cair / motilitas usus akibat
lembek, basah. kurangnya serat,
kurang latihan,
gangguan emosi dan
laksantif abuse.
Diare Peningkatan motilitas
usus (mis. akibat
iritasi kolon oleh
bakteri).
Bentuk Silinder (bentuk Mengecil, Kondisi obstruksi rektum
rektum) dgn Æ bentuk pensil
2,5 cm u/ atau seperti
orang dewasa benang
Jumlah Tergantung diet
(100 – 400
gr/hari)
Bau Aromatik : Tajam, pedas Infeksi, perdarahan
dipenga-ruhi
oleh makanan
yang dimakan
dan flora
bakteri.
Unsur pokok Sejumlah kecil Pus Infeksi bakteri
bagian kasar Mukus Konsidi peradangan
makanan yg Parasit Perdarahan
tdk dicerna, Darah gastrointestinal
potongan bak- Lemak dalam Malabsorbsi
teri yang mati, jumlah besar Salah makan
sel epitel, Benda asing
lemak, protein,
unsur-unsur
kering cairan
pencernaan
(pigmen
empedu dll)

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
1) Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat,
pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
  Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b.      Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

4. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
diare atau output berlebihan dan intake yang kurang.
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare.
c. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
skunder terhadap diare
d. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekwensi diare.
e. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB
menurun terus menerus.
f. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive.

5. Intervensi

No. Tujuan Rasional Intervensi


1. Setelah dilakukan tindakan - Pertahankan catatan - Pantau tanda dan
keperawatan selamax24 intake dan output gejala
jam diharapkan pasien yang akurat kekurangan
dengan gangguan -   Monitor status cairan dan
keseimbangan cairan dan hidrasi (kelembaban elektrolit.
elektrolit dapat melakukan membran mukosa, - Pantau intake dan
aktivitasnya dengan nadi adekuat, output.
criteria hasil : tekanan darah - Timbang berat
  Tanda vital dalam batas ortostatik), jika badan setiap hari.
normal (N: 120-60 x/mnt, diperlukan. - Anjurkan
S; 36-37,50 c, RR : < 40 - Monitor hasil lab keluarga untuk
x/mnt ) yang sesuai dengan memberi minum
  Turgor elastik , membran retensi cairan banyak pada kien,
mukosa bibir basah, mata (BUN , Hmt , 2-3 lt/hr.
tidak cowong, UUB tidak osmolalitas urin, - Kolaborasi :
cekung. albumin, total       Pemeriksaan
  Konsistensi BAB lembek, protein ). laboratorium
frekwensi 1 kali perhari - Monitor vital sign serum
setiap 15menit – 1 elektrolit (Na,
Keterangan :
jam. K,Ca, BUN).
1 : Selalu menunjukkan.
- Kolaborasi       Cairan
2 : Sering menunjukkan.
pemberian cairan parenteral ( IV
3 : Kadang menunjukkan.
IV. line ) sesuai
4 : Jarang menunjukkan.
- Monitor status dengan umur

5 : Tidak pernah nutrisi.       Obat-obatan :


menunjukkan. - Berikan cairan oral. (antisekresin,
- Berikan penggantian antispasmoliti
nasogatrik sesuai k, antibiotik)
output (50 –
100cc/jam).
- Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan.
- Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
meburuk.
- Atur kemungkinan
tranfusi.
- Persiapan untuk
tranfusi.
- Pasang kateter jika
perlu.
- \Monitor intake dan
urin output setiap 8
jam

2. Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan - Diskusikan dan


keperawatan selama…x24 tindakan perawatan jelaskan tentang
jam diharapkan pasien selama dirumah di RS pembatasan diet
dengan perubahan nutrisi kebutuhan nutrisi (makanan
kurang dari kebutuhan terpenuhi berserat tinggi,
tubuhdapat melakukan berlemak dan air
aktivitasnya dengan terlalu panas atau
criteria hasil : dingin).
- Ciptakan
- Nafsu makan meningkat lingkungan yang
- BB meningkat atau bersih, jauh dari
normal sesuai umur bau yang tak
Keterangan : sedap atau
1 : Tdk prnh menyebutkan. sampah, sajikan
2 : Jarang menyebutkan. makanan dalam
3 : Kadang menyebutkan. keadaan hangat.
4 : Sering menyebutkan. - Berikan jam
5 : Selalu menyebutkan. istirahat (tidur)
serta kurangi
kegiatan yang
berlebihan.
- Monitor intake
dan out put dalam
24 jam.
- Kolaborasi
dengan tim
kesehtaan lain :
         Terapi gizi : Diet
TKTP rendah
serat, susu

         obat-obatan atau
vitamin ( A)
3. Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan - Monitor suhu
keperawatan selama…x24 tindakan perawatan tubuh setiap 2
jam diharapkan pasien selama 3x 24 jam tidak jam.
dengan resiko peningkatan terjadi peningkatan - Berikan kompres
suhu tubuh dapat suhu tubuh hangat.
melakukan aktivitasnya - Kolaborasi
dengan criteria hasil : pemberian
antipirektik
  Suhu tubuh dalam batas
normal ( 36-37,5 C)
  Tidak terdapat tanda infeksi
(rubur, dolor, kalor, tumor,
fungtio leasa)

Keterangan :
1 : Tidak memerlukan
bantuan.
2 : Membutuhkan bantuan
orang lain dan alat
3 : Membutuhkan bantuan
oarang lain.
4 : Membutuhkan bantuan
alat.

5 : Mandiri penuh.
4. Setelah dilakukan tindakan setelah dilakukan - Diskusikan dan
keperawatan selama…x24 tindaka keperawtan jelaskan
jam diharapkan pasien selama di rumah sakit pentingnya
dengan resiko gangguan integritas kulit tidak menjaga tempat
integritas kulit terganggu tidur.
perianal dapat melakukan - Demontrasikan
aktivitasnya dengan serta libatkan
criteria hasil : keluarga dalam
  Tidak terjadi iritasi : merawat perianal
kemerahan, lecet, (bila basah dan
kebersihan terjaga mengganti pakaian
  Keluarga mampu bawah serta
mendemontrasikan alasnya).
perawatan perianal dengan - Atur posisi tidur
 

baik dan benar atau duduk dengan


selang waktu 2-3
Keterangan : jam
1 : Selalu menunjukkan.
2 : Sering menunjukkan.
3 : Kadang menunjukkan.
4 : Jarang menunjukkan.

5 : Tidak pernah
menunjukkan.
5. Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan - Libatkan keluarga
keperawatan selama…x24 tindakan perawatan dalam melakukan
jam diharapkan pasien selama 3 x 24 jam, tindakan
dengan Kecemasan klien mampu perawatan.
anakdapat melakukan beradaptasi. - Hindari persepsi
aktivitasnya dengan yang salah pada
criteria hasil : perawat dan RS.
- Berikan pujian
  Mau menerima tindakan jika klien mau
perawatan, klien tampak diberikan tindakan
tenang dan tidak rewel perawatan dan
Keterangan : pengobatan.
1 : Selalu menunjukkan. - Lakukan kontak
2 : Sering menunjukkan. sesering mungkin
3 : Kadang menunjukkan. dan lakukan
4 : Jarang menunjukkan. komunikasi baik
5 : Tidak pernah verbal maupun
menunjukkan non verbal
(sentuhan, belaian
dll).
- Berikan mainan
sebagai rangsang
sensori anak.

Daftar Pustaka

Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Eliminasi. Terdapat


pada :http://911medical.blogspot.com/2007/06/asuhan-keperawatan-klien-dengan-
masalah.html

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. enerbit Kedokteran
EGC: Jakarta.
Harnawatiaj. 2010. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal. Terdapat pada
: http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/14/konsep-dasar-pemenuhan-kebutuhan-
eliminasi-fecal/

Septiawan, Catur E. 2008. Perubahan Pada Pola Urinarius. Terdapat pada:www.kiva.org

Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Medikal Bedah. Penerbit Kedokteran EGC: Jakarta.

Supratman. 2000. askep Klien Dengan Sistem Perkemihan

Andi Visi Kartika. Retensi Urin Pospartum. Http://www.jevuska.com/2007/04/19/retensi-


urine-post-partum

Siregar, c. Trisa , 2004, Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi BAB, Program Studi Ilmu
Keprawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Johnson M., Meridean,M., Moorhead, 2000. NANDA, NIC, NOC. PENERBIT: MOSBY

Anda mungkin juga menyukai