Oleh:
YOPHI
NOVIAN HIDAYAT
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt., karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam
bentuk sederhana.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu, kami memohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenaan dihati pembaca.
Serta masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan.
Tim Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah
menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan
salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan
komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam upaya
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya
keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi pada jenjang
pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi dan
ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan
penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut derajat
keadaan dan tempat terjadinya.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI PERSALINAN
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin.
(Sarwono, 2002)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba,
1998)
Adalah tenaga atau kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi dan retraksi
otot-otot rahim, ditambah kerja otot-otot volunter dari ibu, yaitu kontraksi otot
perut dan diafragma sewaktu ibu mengejan.
2. Passenger (Janin)
C. TANDA PERSALINAN
a. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat, karena
kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.
a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil
pada serviks.
1. Kala I : Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks membuka sampai
terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks dibagi atas 2 fase :
a. Fase laten berlangsung selama 7-8 jam, pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2. Kala II : Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan
janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung 1,5 jam pada
primigravida dan 0,5 jam pada multipara.
3. Kala III : Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan.
Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir.
4. Kala IV : Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi yang
dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital
(tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.
Komplikasi persalinan adalah kondisi dimana nyawa ibu dan atau janin
yang ia kandung terancam yang disebabkan oleh gangguan langsung saat
persalinan. Komplikasi persalinan sering terjadi akibat dari keterlambatan
penanganan persalinan, dan dianggap sebagai salah satu penyebab terjadinya
kematian ibu bersalin. Faktor-faktor yang diduga ikut berhubungan dengan
kejadian komplikasi terse but antara lain usia, pendidikan, status gizi dan status
ekonomi ibu bersalin.
Pada penelitian yang dilakukan tahun 1990 yang diadakan oleh Assesment
Safe Motherhood, ditemukan beberapa hal yang dianggap sebagai penyebab
terjadinya komplikasi pada persalinan. Hal tersebut antara lain:
Menurut Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpAK, dokter spesialis anak dan
ahli neonatologi dari Brawijaya Women and Children Hospital, setiap proses
kehamilan dan persalinan memiliki faktor risiko. “Sekitar 90 persen kehamilan
dan persalinan adalah normal, dan 10 persennya berisiko mengalami gangguan,”.
Riwayat medis atau kesehatan yang dimiliki ibu sangat berpengaruh pada
janin selama hamil. Beberapa penyakit yang dialami ibu selama hamil seperti
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, asma, kejang, sampai diabetes, akan
sangat memengaruhi perkembangan janin selama kehamilan dan proses
persalinan.
Secara umum caesar dibagi menjadi dua jenis, yaitu seksio sesarea klasik
dan seksio sesarea transperitonealis profunda (SCTP). Pada caesar jenis klasik,
peluang untuk VABC (vaginal birth after caesarian, atau melahirkan normal
setelah pernah caesar) akan sulit dilakukan. Karena, pada operasi jenis ini dokter
membuat sayatan memanjang di badan rahim (korpus uretri) sepanjang 10 cm.
Jika VABC dilakukan pada perempuan yang pernah mengalami caesar klasik, ia
akan berisiko mengalami ruptura uretri (robek pada dinding rahim).
4. Usia
Usia 35 tahun ke atas merupakan usia rawan untuk hamil. Hamil pada usia
ini akan memengaruhi tingginya morbiditas (terjadi penyakit atau komplikasi)
dan juga mortalitas (kematian janin). Risiko komplikasi pada ibu hamil akan
meningkat drastis karena dipengaruhi faktor kesehatan, obesitas, dan perdarahan
sang ibu.
Secara umum, penyebab persalinan yang macet adalah kondisi tulang panggul
si ibu yang terlampau sempit dan menyebabkan bayi susah untuk lahir. Persalinan
macet ini juga bisa disebabkan oleh gangguan beberapa penyakit yang
menyebabkan sang ibu kepayahan mengeluarkan kepala bayi saat persalinan. Hal
lain yang membuat proses persalinan macet adalah faktor usia sang ibu, paritas,
konsistensi mulut rahim, berat badan sang janin, gizi ibu, psikis si ibu dan
penyakit semisal anemia.
b) Distosia
Definisi
Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam
15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (Depkes
Jakarta;2002)
Etiologi
Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara lain :
overdistention uterus seperti : gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas
tinggi, umur yang terlalu muda atau terlalu tua, multipara dengan jarak kelahiran
pendek, partus lama, malnutrisi, dapat juga karena salah penanganan dalam usaha
melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum terlepas dari uterus.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang khas pada atonia uteri jika kita menemukan : uterus
tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera setelah anak lahir (post partum
primer).
Penatalaksanaan
Definisi
Etiologi
Secara fungsional dapat terjadi karena His kurang kuat dan plasenta sukar
terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba), bentuknya (plasenta
membranasea, plasenta anularis), dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil).
Manifestasi Klinis
Gejala yang selalu ada : plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang muncul : tali pusat
putus akibat traksi berlebihan, inverse uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
Penatalaksanaan
Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengejan, dan jika
anda dapat merasakan plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut.
Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan lakukan katerisasi
kandung kemih.
Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 Unit IM, jika belum
dilakukan dalam penanganan aktif kala III
Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin dan
uterus terasa berkontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali
Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk
mengeluarkan plasenta secara manual. Jika perdarahan terus berlangsung,
lakukan uji pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya
pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah
dengan mudah menunjukan koagulapati
Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, secret vagina yang berbau),
berikan antibiotik untuk metritis.
Sewaktu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, akan
menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif.
Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta. Eksplorasi manual
uterus menggunakan teknik yang serupa dengan teknik yang digunakan
untuk mengeluarkan plasenta yang tidak keluar.
Keluarkan sisa plasenta dengan tangan, cunam ovum, atau kuret besar.
Jika pendarahan berlanjut, lakukan uji pembekuan darah.
c. Emboli Air Ketuban
Definisi
Etiologi
Adanya His yang kuat dan terutama terus menerus, misalnya pada
pemberian uteotonika yang berlebihan dimana ketuban sudah pecah, biasanya
pada akhir kala I atau segera setelah anak lahir.
Manifestasi Klinis
Penatalaksanaan
1. PENGKAJIAN
b. Palpasi :
c. Auskultasi :
Denyut Jantung Janin sulit atau tidak terdengar lagi beberapa menit
Pemeriksaan dalam : (kepala janin yang tadinya sudah turun kebawah
dengan mudah didorong ke atas, jika rongga rahim sudah kosong dapat
diraba pada dinding rahim)
d. Sirkulasi :
DATA SUBYEKTIF
DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum :
Pemeriksaan Pelvis :
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Rasional : perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah
satu indikasi peningkatan nyeri.
Rasional : teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit merasa lebih
nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga
dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasakan.
Rasional : posisi yang nyaman dapat menghindari penekanan pada area yang
nyeri.
Dx : 2
Kaji kemampuan klien dalam memenuhi perawatan diri
Anjurkan keluarga untuk selalu berada didekat klien dan membantu memenuhi
kebutuhan.
Dx : 3
Pantau jumlah perdarahan
Pantau nadi.
4. EVALUASI
1. Tidak terjadi perdarahan
2. Terjadi kontraksi uterus
3. Tanda-tanda vital normal
4. Tidak kekurangan volume cairan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kami
dapat menyimpulkan tentang materi yang dibahas, sebagai berikut :
1. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses
ini di mulai dengan adanya kontrasi persalinan sejati, yang ditandai dengan
perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.
ames R Scott, et al. Danforth buku saku obstetric dan ginekologi. Alih bahasa
TMA Chalik. Jakarta: Widya Medika, 2002.
10 PrognosisBagi ibu : robekan perineum lebih besar,jika KPD dapat terjadi partus
lama,dan infeksi.Bagi janin : prognosis tidak terlalu baik karena adanya gangguan
peredaran darah plasenta setelah bokong dan perlu lahir karena tali pusat
terjepit.Pertolongan persalinan dilakukan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang
dapat melakukan operasi : bila memungkankan lakukan versi luar,bila tidak berhasil
lakukan persalinan sungsang pervaginam atau SC.
15 a.His hipotonikAdalah his yang sifatnya lebih lama lebih singkat dan lebih jarang
di bandingkan dengan his yang normal.inertia uteri di bagi 2 keadaan primer dan
sekunderPenanganan : periksa keadaan serviks,presentasi dan kondisi
janin,penurunan bagian terbawah janin dan keadaan panggul kemudian buat tidakan
dan rencana.b.His hipertonikAalah his yang terlampau kuat dan terlalu sering
sehingga tidak ada relaksasi kahir penanganannya : berikan obat seperti
morpin,luminal dsb.
18 2.Etiologi Septum vagina tidak jarang hal ini ditemukan dengan kelainan pada
uteus,oleh karena ada gangguan dalam fusi atau kanalisasi kedua duktus muller.
3.Penatalaksanaan cara yang efektif untuk tindakan persalinan septum tersebut
adalah dengan robekan spontan atau di syat dan di ikat.tindakan ini di lakukan
apabila ada disperaeuni.
19 c.Distosia karena adanya kista vagina adalah tumor jinak di ogan reproduksi
perempuan yang paling sering di temui. Berdasarkan tingkat keganasan terbagi 2
a.kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2
hingga 3 bulan. b. Kista neoplastik umumnya harus dioperasi namun hal itupun
tergantung pada ukuran dan sifatnya. Faktor penyebab : konsumsi makanan yang
tinggi lemak dan kurang serat,merokok,konsumsi alkohol dll.
20 d.Distosia karena kelainan uterus/serviks Adalah terhalangnya kemajuan
persalinan di sebabkan kelainan serviks uteri.walaupun his normal dan baik,kadang-
kadang pembukaan serviks jadi macet karena ada kelainan yang menyebabkan
serviks tidak mau membuka. Penyebab : adanya kelainan pada letak rahim di
antaranya : perut gantung,hyperanteflexio,retroflexio uteri,prolapsus uteri,mioma
uteri,kanker rahim. Penanganan : jika ada serviks gantung dan tidak ada kemajuan
pembukaan ostium uteri internum maka petolongan yang tepat adalah caesar.
21 f.Distosia karena kelainan kesempitan pintu atas panggul Karena kelainan jalan
lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada jaringan keras/tulang panggul atau
kelainan pada jaringan lunak panggul. Bahaya pada ibu : partus lama yang sering
disertai ketuban pada pembukaan kecil,dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis
dan infeksi intepartum. Bahaya pada janin : partus lama dapat meningkatkan
kematian perinatal di tambah dengan infeksi intrapartum. Penanganan : SC
24 b.Hidrochepalus Pada ibu hamil dengan janin hidrosephalus akan terjadi bahaya
pada ibu,apabila tidak segera di lakukan pertolongan bahaya ruptur uteri akan
mengancam penderita.ruptur uteri pada hidrosefalus dapat terjadi sebelum
pembukaan serviks menjadi lengkap,karena tengkorak yang besar ikut meregangkan
segmen bawah uterus.hidrosefalus yang tidak diterapi/di operasi akan menimbulkan
gejala sisa,gangguan neurologis serta kecerdasan. c.Anenchepalus Suatu keadaan
dimana sebagian besar tulang tengkorak dan otak tidak terbentuk.anenefalus
merupakan suatu kelainan tabung saraf yang terjadi pada awal perkembangan janin
yang menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk otak.
28 c.Emboli air ketuban masuknya air ketuban melalui vena yang terbuka di
daerahtempat perlekatan palsenta,masuknya air ketuban yang mengandung rambut
lanugo ,verniks casiosa dan mekonium ke dlam pembuluh darahibu akan
menyumbat pembuluh-pembuluh kapiler dlaam paru-paru. Penyebab : adanya his
yang kuat dan terutama terus menerus,misalnya pada pemberian uterotonika yang
berlebihan dimana ketuban sudah pecah biasanya pada akhir kala I atau segera
setelah anak lahir. d.Robekan jalan lahir Bersumber dari berbagai organ diantaranya
vaginaperenium,portio,serviks dan uterus.ciri khas : uterus kuat,keras dan
mengecil,perderahan terjadi langsung setelah anak lahir.