Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ELIMINASI


FEKAL

OLEH :
I KETUT PRAGIWAKYA DIROTSAHA
223213420

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ELIMINASI
FEKAL
A. KONSEP DAAR PENYAKIT

1. Definisi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh baik yang
berupa urine maupun fekal. (Tarwonto dan Wartonah, 2010. Hal:87).
Makanan yang sudah sudah dicerna kemudian sisanya akan dikeluarkan dalam
bentuk feses. Eliminasi fekal (BAB) adalah proses pengeluaran sisa pencernaan
melalui anus. (Tarwonto dan Wartonah, 2010. Hal: 102).
Defekasi (BAB) adalah proses pembuangan dan pengeluaran sisa metabolisme
berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. (Tarwonto
dan Wartonah, 2010. Hal: 107).
Buang Air Besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup
untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari
sistem pencernaan (Dianawuri, 2009).
Dari beberapa definisi tersebut maka, Eliminasi BAB adalah proses pengeluaran
sisa metabolisme dalam tubuh mahluk hidup berupa feses atau tinja yang dikeluarkan
melalui anus.

2. ETIOLOGI
-Gaya hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara terratur, fasilitas
buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air besar.
-Pengobatan
Pengobatan, beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi
-Diet
Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang
masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
-Intake Cairan
Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras disebabkan
oleh absorpsi cairan yyang meningkat.
-Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasi.
Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang kolon.

3. PATOFISIOLOGI
Gangguan Eliminasi Fekal (Defekasi) adalah pengeluaran feses dari anus dan
rektum. Hal ini juga disebut bowelmovement. Frekwensi defekasi pada setiap orang
sangat bervariasi dari beberapa kali perharisampai 2 atau 3 kali perminggu.
Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketikagelombang peristaltik
mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensorisdalam rektum
dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.Defekasi
biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu refleks defekasi instrinsik.Ketika
feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu
signalyang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang
peristaltik pada kolondesenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini
menekan feses kearah anus.Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter
anal interna tidak menutup dan bilaspingter eksternal tenang maka feses
keluar.Refleks defekasi kedua yaitu parasimpatis. Ketika serat saraf dalam
rektumdirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2 – 4) dan kemudian
kembali ke kolondesenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal – sinyal
parasimpatis ini meningkatkangelombang peristaltik, melemaskan spingter anus
internal dan meningkatkan refleks defekasiinstrinsik.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang
akanmeningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator
ani pada dasarpanggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi
normal dipermudah denganrefleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam
perut dan posisi duduk yangmeningkatkan tekanan kebawah kearah rektum.
Jika refleks defekasi diabaikan atau jikadefekasi dihambat secara sengaja
dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal,maka rasa terdesak untuk
defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk
menampung kumpulan feses.

4. Gangguan
Tarwonto dan Wartonah (2010: Hal 109) menyatakan bahwa ada beberapa
gangguan pada eliminasi fekal yaitu :
-Konstipasi : gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan
keras malalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak
teratur, penggunaan laksatif dalam jangka waktu yang lama, strees , psikologis,
obat – obatan, kurangg aktivitas, dan usia.
-Impaksi BAB ( Fecal Imfaction) : masa feses yang keras dilipatan rektum yang
diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material feses yangg berkepanjangan.
Biasanya disebabkan oleh konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktivitas,
diet rendah serat, kelemahan tonus otot.
-Diare : kelurnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi buang air besar akibat
cepatnya kimus melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu
yang cukup untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan karena sters fisik, obat –
obatan, alergi, penyakit kolon. Dan isritasi intestinal.
-Inkontinesia Alvi: hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran
feses dan gas yang melalui sfingter anus akibat kerusskan fingsi sfingter atau
persarafan di daerah anus. Penyebbabnya karena penyakit – penyakit
neuromuskular, trauma spinal cord, atau tumor sfingter anus eksterna. Tanda dan
gejala meliputi feses keluar untuk wartu tertentu, feses bersifat iritan, iritasi pada
daerah sekitar anus atau bokong. Penyebeb inkontenennsia alvi adalah
melebarnya otoot sfingter ani an meningkatnya tekanan rongga peru, gangguan
psikogeriatrik, penyakit fisik, penyakit neuromuskular, trauuma medula spinalis,
serta tumor pada sfingter anus eksterna.
-Kembung: flatus yang berlebihan di daerah intestinal sehingga menyebabkan
distensi inntestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat- obatan
(barbiturat, penurunan ansietas, penurunan aktivitas intestinal), mengonsumsi
makanan yang banyak mengandung gas dapat berefek anastesi.
-Hermoroid: pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di
daerah tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis, peregangan maksimal saat
defekasi, kehamilan, dan obesitas. Kondisi ini ditandai dengan keluarnya darah
pada waktu defekasi atau mengejan.

5. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan penunjang terkait KDM


Endoskopi dan proktosigmoidoskopy merupakan prosedur pemeriksaan dengan
memasukkan alat kedalam saluran cerna bagian bawah untuk menegvaluasi kolon dan
sekum terhadap peradangan, perdarahan dan diare (Rosmalawati, 2016).

6. Penatalaksanaan keperawatan
a. Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah pasien
defekasi. Cairan mengandung elektrolit, seperti oralit. Bila tidak ada oralit
dapat diberikan larutan garam dan 1 gelas air matang yang agak dingin
dilarutkan dalam satu sendok teh gula pasir dan 1 jumput garam dapur.
Jika anak terus muntah tidak mau minum sama sekali perlu diberikan melalui
sonde. Bila cairan per oral tidak dapat dilakukan, dipasang infuse dengan
cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain (atas persetujuan dokter). Yang
penting diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar terutama pada jam-
jam pertama karena diperlukan untuk mengatasi dehidrasi.
b. Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat.untuk mengetahui kebutuhan sesuai
dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung
dengan cara:
-Jumlah tetesan per menit dikali 60, dibagi 15/20 (sesuai set infuse yang
dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infuse waktu
memantaunya.
-Perhatikan tanda vital : denyut nadi, pernapasan, suhu.
-Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering, encer
atau sudah berubah konsistensinya.
-Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegah bibir dan
selaput lendir mulut kering.
-Jika dehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberikan makan
lunak atau secara realimentasi.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Iyer at al, 1996). Tahap
pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai
dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu
diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan respon
individu, sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar praktek keperawatan dari
ANA (American Nursing Association). (Nursalam, 2001.Hal : 17).
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi,
pemeriksaan fisik. Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah:
a. Identitas klien.
b. Riwayat keperawatan.
c. Riwayat kesehatan masa lalu.
d. Riwayat psikososial keluarga.
e. Kebutuhan dasar.
f. Pemerikasaan fisik.

2. Diagnosa Keperawatan
- Diare
3. Perencanaan (Intervensi)
Perencanaan keperawatan diartikan sebagai rencana tindakan keputusan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuannya terpenuhinya
kebutuhan Klien.
a. Diare berhubungan dengan yang berhubungan dengan infeksi bakteri
Tujuan : Diare teratasi atau dihilangkan
Kriteria Hasil :
1) Menunjukan eliminasi BAB yang efektif
2) Tidak ada gangguan eliminasi
3) Tidak ada gangguan diare
4) Tidak ada darah dan lendir di feses
5) Keadaan feses berbentuk dan lembek
6) Kembali buang air besar ke pola normal
Intervensi Keperawatan :
1) Mandiri :
a) Lakukan tes quaiak pada feses
b) Minta Klien mengidentifikasi pola defekasinya
c) Pantau nilai laboratorium (elektrolit, hitung darah lengkap), dan laporkan
adanya abnormalitas
d) Timbang berat badan Klien setiap hari
e) Kaji dan dokumentasikan : Frekuensi, warna, konsistensi, dan jumlah
(ukuran) feses. Turgor kulit dan kondisi mukosa mulut sebagai indicator
dehidrasi.
f) Informasikan Klien tentang kemungkinan obat yang mengakibatkan diare
g) Ajarkan Klien menghindari susu, kopi, makanan pedas, dan makanan yang
mengiritasi saluran cerna

2) Kolaborasi :
a) Konsulkan dengan ahli diet untuk penyesuaian diet yang diperlukan
b) Konsultasikan pada dokter jika tanda dan gejala diare menetap
4. Pelaksanaan (Implementasi)
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Potter & Perry, 2011). Proses Implementasi mencakup (Kozier, 2011) :
-Mengkaji kembali pasien
-Menentukan kebutuhan perawat terhadap bantuan
-Mengimplementasikan intervensi keperawatan
-Melakukan supervise terhadap asuhan yang didelegasikan
-Mendokumentasikan tindakan keperawatan

5. Evaluasi
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang
ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri
dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2011). Evaluasi disusun dengan menggunakan
SOAP yang operasional dengan pengertian S (subjektif) adalah informasi berupa
ungkapan yang didapat dari pasien setelah tindakan diberikan. O (objektif) adalah
informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang
dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan. A (analisis) adalah
membandingkan antara informasi subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria
hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau
tidak teratasi. P (planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa (Kozier, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul.2009. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika


Tarwoto dan Wartonah.2010.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi
4.Jakarta: Salemba Medika
Widianti,Tri dan Saryono. 2010. Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM).
Yogyakarta : Nuha Medika
Wilkinson , Judith M dan Nancy R.Aherm.2014.Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 9.
Diagnosa NANDA,Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai