OLEH :
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………2
Permasalahan Kehilangan Kematian Dan Berduka………………………....................3
PENGKAJIAN…………………………………………………………………………….3
SP I : Mengajarkan bagaimana cara mengungkapkan perasaan sedih secara verbal.3
1. Fase Orientasi…………………………………………………………………………3
2. Fase Validasi…………………………………………………………………………..4
3. Kontrak Topik,Waktu,Dan,Tempat………………………………………………...4
4. Fase Kerja…………………………………………………………………………….6
5. Fase Terminasi……………………………………………………………………….7
SP II : Mengajarkan cara untuk mengurangi perasaan sedih…………………………8
1. Fase Orientasi………………………………………………………………………...8
2. Fase Kerja…………………………………………………………………………….9
3. Fase Terminasi……………………………………………………………………….9
Pengkajian Permasalahan
Kehilangan Kematian Dan Berduka
Pengkajian
1. Fase Orientasi
2. Evaluasi Validasi
Evaluasi Validasi dalam konteks kesehatan merujuk pada proses pemeriksaan
dan penilaian kondisi pasien serta mendapatkan informasi tentang kabar atau
keadaan saat ini. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pasien dalam
kondisi yang stabil atau memantau perkembangan penyakit atau perawatan
medis mereka.
Perawat : “Ibu, kalau Saya perhatikan Ibu tampak lebih senang untuk
menyendiri. Bahkan Saya sering melihat Ibu mengeluarkan air
mata. Apakah benar seperti itu Bu?”
Pasien : (Tampak sedih dan tidak menjawab)
Perawat : “Baik Ibu, kalau boleh Saya tau, apa yang Ibu rasakan saat ini?”
(Touching dan tersenyum)
Pasien : “Saya merasa sangat sedih.” (Pasien mengeluarkan air mata)
Perawat : “Nah, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang
apa yang Ibu rasakan saat ini?”
Pasien : “ Boleh.”
Kontrak
Perawat : “Kalau boleh saya usulkan, mungkin sekitar 15 menit. Apakah itu
terlalu lama menurut Ibu?”
Pasien : (Menggelengkan kepala)
Perawat : “Ibu ingin kita ngobrol-ngobrol dimana?”
Pasien : “Di sini aja.”
4. Fase Kerja
Proses pengkajian permasalahan atau fase kerja adalah langkah awal dalam
praktik keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang
relevan dan lengkap tentang pasien.
Perawat : “Baik Ibu, tadi Ibu mengatakan Ibu merasa sangat sedih. Apa
yang menyebabkan Ibu merasa sangat sedih?
Pasien : “Saya kehilangan anak Saya. (Nada tinggi dan menangis)
Perawat : “Jadi, Ibu merasa sangat sedih karena ditinggal mati anak Ibu.
Betul seperti itu?”
Pasien : (menangis)
Perawat : “Apakah itu merupakan anak satu-satunya Ibu?
Pasien : “Tidak, dia anak kedua.Saya tidak percaya anak saya meninggal
karena kecelakaan motor. Saya yakin anak saya akan pulang.”
(Mengingkari)
Perawat : “Jadi anak Ibu meninggal karena kecelakaan motor dan
sebenarnya Ibu masih memiliki anak lagi. Kalau boleh Saya tau,
berapa umur Ibu sekarang?
Pasien : “35 tahun.”
Perawat : “Begini Ibu, Saya sangat paham sekali jika Ibu sedih dan sering
menangis karena ditinggal mati anak Ibu. Tetapi, apakah ketika Ibu
terus menerus menangis, hingga lupa makan dan mandi, akan
mengembalikan anak Ibu?
Pasien : “Tidak. Tapi kamu tidak merasakan apa yang saya rasa. Saya
kehilangan anak Saya, bukan benda. Jadi jangan seenaknya kamu
bilang seperti itu.” (Marah)
Perawat : “Saya tidak bermaksud untuk tidak memahami Ibu. Tapi coba Ibu
pikir, jika Ibu pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu
dengan anak Ibu karena anak Ibu memang sudah meninggal. Itu
sudah menjadi kehendak Tuhan. Ibu harus berusaha menerima
kenyataan ini.”
Pasien : “Andaikan Saya tidak mengizinkan anak Saya untuk pergi
bermain dengan temannya, pasti ini tidak akan terjadi.” (Tawar
menawar)
Perawat : “Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan.
Meninggalnya anak ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai
Maha Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun yang dapat
mencegahnya, termasuk Saya ataupun Ibu sendiri.”
Pasien : “Kalau begitu saya mau menyusul anak Saya sekarang juga.
(Depresi. Pasien mengambil pisau yang ada di meja untuk mengiris
tangan, tepatnya di nadi)
Perawat : “Tidak boleh seperti itu Ibu, tidak baik. (langsung mengambil
pisau itu). Begini saja Bu, Saya memiliki 2 cara untuk membantu
mengurangi perasaan sedih yang Ibu alami. Pertama,
mengungkapkan perasaan secara verbal. Kedua, mengalihkan ke
aktifitas fisik. Apakah Ibu mau mencoba cara Saya?
Pasien : “Mau.”
Perawat : “Astungkare, terimakasih ibu mau mencobanya. Untuk cara yang
pertama sudah dilakukan tadi ya dengan cara Ibu mengungkapkan
perasaan secara verbal. Kemarahan Ibu tadi juga merupakan
sebuah proses yang normal. Nah, cara yang pertama ini bisa Ibu
lakukan lagi dengan Saya atau perawat lainnya yang Ibu percaya.
Dengan mengungkapkan, harapan kami Ibu akan jauh merasa lebih
nyaman. Apakah Ibu bersedia mecobanya kembali suatu saat nanti?
Pasien : “Iya, Saya akan mencobanya.”
Perawat : “Bagus sekali kalau Ibu bersedia mencobanya kembali.”
5. Fase Terminasi
Fase terminasi adalah fase akhir dalam interaksi perawat dan klien. Pada
fase ini ada tiga aspek utama dalam komunikasi yaitu evaluasi subjektif dan
objektif, kontrak yang datang, dan rencana tindak lanjut.
Perawat : “Bagus sekali, Ibu sudah mengikuti kegiatan ini dengan baik.”
Saya rasa kita sudah ngobrol-ngobrol selama 15 menit ya Bu.
Bagaimana kalau besok pagi jam 09.00 Saya ajarkan cara yang
kedua, apakah Ibu bersedia?
Pasien : “Bersedia Sus”
Perawat : “Tempatnya mau dimana Ibu?”
Pasien : “Di sini lagi aja.”
Perawat : “Baik Kalau begitu Saya permisi dulu ya Bu. Terimakasih atas
waktu dan kerjasamanya. Selamat beristirahat. Saya balik
keruangan saya dulu Bu.”
1. Fase Orientasi
Perawat : “Selamat pagi Ibu Avi, masih ingat dengan Saya Ibu?”
Pasien : “Ingat, dengan Perawat Okta ya?”
Perawat : “Betul sekali Ibu, Saya Okta. Bagaimana Bu, apakah saran Saya
dipertemuan yang lalu sudah Ibu terapkan?
Pasien : “Sudah.”
Perawat : “Bagus sekali kalau Ibu sudah mencobanya. Dengan siapa Ibu
menceritakan perasaan Ibu?
Pasien : “ Dengan suami Saya Sus.”
Perawat : “Baiklah Ibu, sesuai janji Saya yang kemarin, sekarang Saya akan
mengajarkan cara yang kedua untuk mengurangi perasaan sedih
Ibu. Waktunya 15 menit. Apakah Ibu bersedia?”
Pasien : “Bersedia.”
2. Fase Kerja
Perawat : “Cara yang kedua yaitu dengan melakukan aktivitas fisik yang
bermanfaat. Kalau boleh saya tahu, pekerjaan apa yang senang Ibu
lakukan di ruangan ini?
Pasien : “Saya suka menyapu, mengepel lantai.”
Perawat : “Jadi Ibu senang menyapu dan mengepel lantai. Bagus sekali, Ibu
dapat segera melakukan aktivitas yang Ibu sukai. Hal ini akan sedikit
mengalihkan perasaan sedih Ibu. Apakah Ibu bersedia melakukannya
sekarang?”
Pasien : “Boleh.”
3. Fase Terminasi
Perawat : “Bagaimana perasaan Ibu setelah mengikuti kegiatan ini?”
Pasien : “Saya merasa tenang. Suster Saya sadar dengan cara menangis
dan sedih yang berlarut tidak membuat anak Saya kembali. Saya
ikhlas dan menerima dengan kepergiannya anak Saya. (Penerimaan)
Perawat : “Astungkare jika Ibu merasa tenang dan sudah bisa menerima
kepergian anak Ibu. Mungkin dengan cara Ibu selalu mendoa’akan
dan berkunjung ke makamnya Ibu semakin lebih tenang. Semoga
anak Ibu ditempatkan di sisi-Nya.
Pasien : “Astungkara, terimakasih sudah membantu Saya.
Perawat : “Iya Ibu. Baik kalu begitu saya permisi dulu, silahkan dilanjut
kembali. Terimakasih atas waktu dan kerjsama Ibu.