Anda di halaman 1dari 3

ROLE PLAY FORMAT PENGKAJIAN KESEDIHAN

SP I : Mengajarkan bagaimana cara mengungkapkan perasaan sedih secara verbal

1. Fase Orientasi
Perawat : “Assalamualaikum Ibu.”
Pasien : “Waalaikumsalam.” (Tampak sedih dan menjawab dengan nada rendah)
Perawat : “Perkenalkan nama Saya perawat Andini, saya senang dipanggil Dini. Ibu, hari
ini saya yang akan bertanggung jawab untuk merawat ibu. Sebelumnya, nama Ibu
siapa?”
Pasien : “Avianty Dwi Cahya” (Tampak sedih dan menjawab dengan nada rendah)
Perawat : “Senangnya dipanggil siapa Ibu?”
Pasien : “Avi”
Perawat : “Ibu, kalau Saya perhatikan Ibu tampak lebih senang untuk menyendiri. Bahkan
Saya sering melihat Ibu mengeluarkan air mata. Apakah benar seperti itu Bu?”
Pasien : (Tampak sedih dan tidak menjawab)
Perawat : “Baik Ibu, kalau boleh Saya tau, apa yang Ibu rasakan saat ini?” (Touching dan
tersenyum)
Pasien : “Saya merasa sangat sedih Sus.” (Pasien mengeluarkan air mata)
Perawat : “Nah, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang apa yang Ibu
rasakan saat ini?”
Pasien : “ Boleh Sus.”
Perawat : “Kalau boleh saya usulkan, mungkin sekitar 15 menit. Apakah itu terlalu lama
menurut Ibu?”
Pasien : (Menggelengkan kepala)
Perawat : “Ibu ingin kita ngobrol-ngobrol dimana?”
Pasien : “Di sini aja.”
2. Fase Kerja
Perawat : “Baik Ibu, tadi Ibu mengatakan Ibu merasa sangat sedih. Apa yang
menyebabkan Ibu merasa sangat sedih?
Pasien : “Saya kehilangan anak Saya Sus. (Nada tinggi dan menangis)
Perawat : “Jadi, Ibu merasa sangat sedih karena ditinggal mati anak Ibu. Betul seperti itu?”
Pasien : (menangis)
Perawat : “Apakah itu merupakan anak satu-satunya Ibu?
Pasien : “Tidak, dia anak kedua. Suster, Saya tidak percaya anak saya meninggal karena
kecelakaan motor. Saya yakin anak saya akan pulang.” (Mengingkari)
Perawat : “Jadi anak Ibu meninggal karena kecelakaan motor dan sebenarnya Ibu masih
memiliki anak lagi. Kalau boleh Saya tau, berapa umur Ibu sekarang?
Pasien : “35 tahun.”
Perawat : “Begini Ibu, Saya sangat paham sekali jika Ibu sedih dan sering menangis
karena ditinggal mati anak Ibu. Tetapi, apakah ketika Ibu terus menerus
menangis, hingga lupa makan dan mandi, akan mengembalikan anak Ibu?
Pasien : “Tidak Sus. Tapi Suster tidak merasakan apa yang saya rasa. Saya kehilangan
anak Saya, bukan benda. Jadi jangan seenaknya Suster bilang seperti itu.”
(Marah)
Perawat : “Saya tidak bermaksud untuk tidak memahami Ibu. Tapi coba Ibu pikir, jika Ibu
pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan anak Ibu karena anak Ibu
memang sudah meninggal. Itu sudah menjadi kehendak Allah. Ibu harus berusaha
menerima kenyataan ini.”
Pasien : “Andaikan Saya tidak mengizinkan anak Saya untuk pergi bermain dengan
temannya, pasti ini tidak akan terjadi.” (Tawar menawar)
Perawat : “Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Allah. Meninggalnya
anak ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak ada
satu orang pun yang dapat mencegahnya, termasuk Saya ataupun Ibu sendiri.”
Pasien : “Kalau begitu saya mau menyusul anak Saya sekarang juga. (Depresi. Pasien
mengambil pisau yang ada di meja untuk mengiris tangan, tepatnya di nadi)
Perawat : “Tidak boleh seperti itu Ibu, tidak baik. (Perawat langsung mengambil pisau itu).
Begini saja Bu, Saya memiliki 2 cara untuk membantu mengurangi perasaan sedih
yang Ibu alami. Pertama, mengungkapkan perasaan secara verbal. Kedua,
mengalihkan ke aktifitas fisik. Apakah Ibu mau mencoba cara Saya?
Pasien : “Mau Sus.”
Perawat : “Alhamdulillah, terimakasih ibu mau mencobanya. Untuk cara yang pertama
sudah dilakukan tadi ya dengan cara Ibu mengungkapkan perasaan secara verbal.
Kemarahan Ibu tadi juga merupakan sebuah proses yang normal. Nah, cara yang
pertama ini bisa Ibu lakukan lagi dengan Saya atau perawat lainnya yang Ibu
percaya. Dengan mengungkapkan, harapan kami, Ibu akan jauh merasa lebih
nyaman. Apakah Ibu bersedia mecobanya kembali suatu saat nanti?
Pasien : “Iya Sus, Saya akan mencobanya.”
Perawat : “Bagus sekali kalau Ibu bersedia mencobanya kembali.”

3. Fase Terminasi
Perawat : “Baiklah Ibu, bagaimana perasaan Ibu setelah berbincang-bincang tentang
masalah Ibu tadi?
Pasien : “Perasaan Saya sudah mulai tenang Sus.”
Perawat : “Nah, apakah Ibu dapat menjelaskan cara pertama untuk membantu mengurangi
perasaan sedih?”
Pasien : “Cara pertama dengan mengungkapkan perasaan secara verbal kepada orang
yang Saya percaya.”
Perawat : “Bagus sekali, Ibu sudah mengikuti kegiatan ini dengan baik.” Saya rasa kita
sudah ngobrol-ngobrol selama 15 menit ya Bu. Bagaimana kalau besok pagi jam
09.00 Saya ajarkan cara yang kedua, apakah Ibu bersedia?
Pasien : “Bersedia Sus”
Perawat : “Tempatnya mau dimana Ibu?”
Pasien : “Di sini lagi aja Sus.”
Perawat : “Baik Kalau begitu Saya permisi dulu ya Bu. Terimakasih atas waktu dan
kerjasamanya. Selamat beristirahat. Wassalamualaikum.”

Anda mungkin juga menyukai