Anda di halaman 1dari 5

DIALOG ANTARA PERAWAT DENGAN PENYITAS DALAM

KONDISI PASCA BENCANA

Dosen pembimbing
Eriyono Budi Wijoyo, S.Kep, Ns, M.Kep

Disusun Oleh :
Nurhayati (2114201018)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2023
A. Fase Prainteraksi
Ny. A adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Jawa Barat bersama suami
dan anaknya. Keluarga mereka tinggal di daerah yang cukup rentan terkena bencana
alam tanah longsor. Hari ini terjadi bencana longsor di daerah tersebut dikarenakan
hujan dengan intensitas tinggi yang tidak berhenti. Saat perawat ke lokasi kejadian,
penyitas sudah dibawa ke tenda pengungsian. Penyitas terlihat menangis karena
ketakutan, menyesal, berkeringat dan tangannya bergetar/tremor, sulit untuk
berkomunikasi karena masih trauma atas kejadian yang baru saja terjadi, dan terlihat
mengasingkan dirinya. Saat kejadian terjadi rumah Ny. A roboh barang-barangnya
tertimbun, suami dan anaknya pun meninggal.

B. Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik :
“Assalamu’alaikum, selamat sore ibu.”
2. Memperkenalkan nama, maksud dan tujuan datang kesini
“Perkenalkan saya perawat Nurhayati, perawat dari puskesmas Marga Jaya yang
akan membantu ibu untuk proses penanganan psikologis yang ibu alami terutama
pada bencana alam ini. Boleh saya tau dengan ibu siapa namanya?
3. Menyampaikan kerahasiaan
“Baik bu, untuk segala kerahasiaan akan saya jaga sebaik mungkin. Jadi silahkan
nanti ibu ceritakan dan sampaikan apa saja yang ibu rasakan dan pikirkan kepada
saya, dan saya akan mendengarkannya dengan baik. Setelah itu saya akan ajarkan
ibu aktivitas yang dapat ibu lakukan untuk mengurangi rasa cemas ibu.
Bagaimana bu apakah ibu bersedia?
4. Kontrak waktu dan tempat.”
“Jika ibu bersedia. Untuk waktunya kurang lebih 15 menit, untuk tempatnya
disini saja. Bagaiman bu apakah ada yang ingin ditanyakan? Baik jika tidak ada
kita lanjutkan ya bu untuk komunikasinya.”

C. Fase Kerja
Perawat : “Ibu karena tadi rekan saya sudah turun langsung ke tenda ibu untuk
melakukan pemeriksaan TTV ibu apakah ibu masih ingat hasil TTV
tadi?”
Penyitas : “Saya tidak ingat semua. Saya hanya ingat hasil tekanan darah saya
140/100 mmHg
Perawat : “Hasilnya 140/100 mmHg ya bu. Sepertinya ibu masih syok atas
kejadian yang ibu alami. Tetapi tidak masalah bu, nanti akan turun
ketika ibu sudah tenang dan stabil.
Penyitas : “Iya sus.”
Perawat : “Kalau saya boleh tahu, ibu tinggal dengan siapa disini?”
Penyitas : “Saya tinggal dengan suami dan anak saya, kenapa suami dan anak
saya harus meninggal sus. Kenapa mereka meninggalkan saya
sendirian harusnya saya juga tidak selamat dan ikut dengan mereka?
(menangis dan menyesal).”
Perawat : “Ibu tidak boleh berbicara seperti itu, ini semua bukan kesalahan ibu
ini semua sudah menjadi takdir tuhan bu, musibah memang tidak ada
yang tau tapi ibu juga harus kuat dan tegar untuk kondisi ibu sendiri.
Ibu do’akan saja suami dan anak ibu supaya tenang disana.”
Penyitas : “Saya tidak ikhlas, kenapa semua ini terjadi kepada saya.”
Perawat : “Ibu harus ikhlas dan tenang ya bu. Sejak ibu tiba di tenda ini apakah
ibu sudah makan siang dan beristirahat?”
Penyitas : “Belum sus, saya masih syok dan sedih atas kejadian ini.”
Perawat : “Saya sangat paham bu dengan apa yang ibu alami sekarang. Tapi ibu
harus tetap jaga pola makan ibu disini. Supaya ibu tetap bertenaga dan
juga tidak boleh sampai sakit.”
Penyitas : “Iya sus nanti saya makan.”
Perawat : “Ibu tidak perlu syok, cemas dan sedih lagi, masih banyak orang baik
dan orang yang sayang dengan ibu. Jadi ibu tidak perlu khawatir, ibu
tidak boleh putus asa dan patah semangat. Saya percaya ibu orang yang
kuat. Pasrahkan semuanya kepada Allah, ibu juga harus bersyukur
karena ibu masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk tetap
memperbaiki diri dan melanjutkan hidup, do’akan saja semoga suami
dan anak ibu bisa di tempatkan di tempat terbaik di sisi Allah. Nanti
ada tim yang akan mengevakuasi dan menyelamatkan barang-barang
ibu yang masih bisa diselamatkan. Jika nanti ibu membutuhkan
sesuatu, ibu tidak boleh sungkan-sungkan untuk memberitahukan
kepada tim yang ada disini.”
Penyitas : “Iya sus Aamiin. Terimakasih banyak ya sus, seharusnya saya tidak
harus seperti ini. Terimakasih karena suster telah mengingatkan dan
menyadarkan saya. Saya akan bangkit dan semangat kembali
menjalani hari-hari yang baru.
Perawat : “Semangat bu. Ketika ibu merasakan cemas, gelisah dan takut karena
musibah yang menimpa ibu, apa saja upaya yang sudah ibu lakukan
disini untuk mengurangi kecemasan?”
Penyitas : “Belum ada hal yang saya lakukan selain manangis dan berdo’a.”
Perawat : “Baik bu, sekarang saya akan ajarkan ibu teknik relaksasi napas
dalam untuk mengurangi rasa kecemasan ibu. Sebelumnya apakah ibu
sudah tau apa itu teknik relaksasi napas dalam?”
Penyitas : “Tidak sus.”
Perawat : “Teknik relaksasi napas dalam kita lakukan dengan menarik napas
secara dalam melalui hidung, lalu ditahan sekitar 3 detik, kemudian
hembuskan melalui mulut. Kita coba ya bu.”
Penyitas : “Iya sus.”
Perawat : “Ibu perhatikan saya dulu.”
Penyitas : “Sekarang ibu bisa mencobanya.”
Perawat : “Baik bagus bu. Ibu dapat mengulangi aktivitas ini hingga rasa cemas
ibu berkurang ya bu.”
Penyitas ; “Baik sus.”

D. Fase Terminasi
1. Evaluasi subyektif dan evaluasi obyektif
Subjektif :
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi? Apakah ibu
cukup lega dan merasa tenang setelah menceritakan apa yang ibu rasakan? Atau
ibu masih ada yang ingin diceritakan, saya akan senang mendengarkannya.”
Objektif :
“Baik bu. Boleh ulangi bu bagaimana teknik relaksasi napas dalam yang saya
ajarkan tadi?”
2. Rencana tindak lanjut klien
Perawat : “Jika ibu merasa cemas ibu bisa melakukan teknik relaksasi napas
dalam kembali yang saya ajarkan tadi, ibu bisa mengulangi aktivitas
tadi sampai rasa cemas ibu berkurang. Ibu harus istirahat yang cukup
dan jangan terlalu banyak pikiran.”
3. Rencana tindak lanjut perawat
Perawat : “Baik nanti saya akan kesini lagi jam 7 malam untuk mengecek
tekanan darah ibu apakah sudah stabil atau belum.”
4. Kontrak waktu
“Untuk waktunya kurang lebih 10 menit, tempatnya disini saja.”

Anda mungkin juga menyukai