Anda di halaman 1dari 3

Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan

dan Berduka
A. Kondisi klien
Ibu M, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja di suatu
perusahaan sebagai tulang punggung keluarga. Seminggu yang lalu, suami
Ibu M meninggal karena kecelakaan. Sejak kejadian tersebut, Ibu M sering
melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum meninggal. Selain
itu, Ibu M juga tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan merasa
gelisah sehingga susah tidur.
B. Masalah keperawatan
Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap
respon kehilangan pasangan
C. Rencana Tindakan keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan
salam terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan
dengan klien
2. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Dengarkan setiap perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat
menghakimi
3. Ajarkan klien teknik relaksasi

D. Tujuan khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan
klien dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan
perawat
2. Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya
3. Klien merasa lebih tenang

E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik :
“Selamat pagi Ibu M. Saya Apriani, Ibu bisa memanggil saya
suster Apri. Saya perawat yang dinas pagi ini dari pukul 07.00
sampai 14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu. Nama Ibu
siapa? Ibu senangnya dipanggil apa?”
b. Validasi / Evaluasi :
“Baiklah, bagaimana keadaan Ibu M hari ini?”
c. Kontrak :
“Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar?
Saya rasa 30 menit cukup Bu. Ibu bersedia?”
“Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Baiklah.”

2. Fase Kerja
“Baiklah Ibu M, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan
Ibu M saat ini?”
“Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi
sebenarnya memang suami Ibu telah meninggal. Sabar ya, Bu ”
“Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba
Ibu pikir, jika Ibu pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu
dengan suami Ibu karena beliau memang sudah meninggal. Itu sudah
menjadi kehendak Tuhan, Bu. Ibu harus berusaha menerima
kenyataan ini.”
“Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan.
Meninggalnya suami Ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai
Maha Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun yang dapat
mencegahnya, termasuk saya ataupun Ibu sendiri.”
“Ibu sudah bisa memahaminya?”
“Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa mencoba
mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu. Saya
percaya Ibu mempunyai keahlian yang bisa digunakan. Ibu juga
tidak akan hidup sendiri. Ibu masih punya saudara-saudara, anak-
anak dan orang lain yang sayang dan peduli sama Ibu.”
“Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik
relaksasi yang saya lakukan. Coba sekarang Ibu tarik napas yang
dalam, tahan sebentar, kemudian hembuskan perlahan-lahan.”
“Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.”

3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi:
Subjektif : “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah
mulai memahami kondisi yang sebenarnya terjadi?”
objektif : “Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu
dapatkan dari perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik
relaksasi yang telah kita lakukan.”
b. Rencana Tindak Lanjut :
“Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu dapat
melakukan teknik tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak
terima dengan kenyataan ini, Ibu dapat mengingat kembali
perbincangan kita hari ini.
c. Kontrak :
”Sudah 30 menit ya, Bu. Saya rasa perbincangan kita kali ini sudah
cukup. Besok sekitar jam 09.00 saya akan datang kembali untuk
membicarakan tentang hobi Ibu. Mungkin besok kita bisa
berbincang-bincang di taman depan ya Bu.”
“Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak ada, saya
permisi dulu ya Bu. Pagi ibu.”

Anda mungkin juga menyukai