KELOMPOK 4
Rochmah Rizqiyanti (22020117120013)
Widiana Rizki Kinestiwi (22020117130063)
Lely Damayanti (22020117130073)
Putri Laely Saura Ramadhani (22020117130083)
Anisah Zaky Farras Amalia (22020117140023)
Eny Indriani (22020117140092)
A17-2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ny. F, usia 35 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja di suatu
perusahaan sebagai tulang punggung keluarga. Seminggu yang lalu, suami
Ny. F meninggal karena kecelakaan. Sejak kejadian tersebut Ibu Ny. F
mengatakan bahwa Ny. F sering melamun dan selalu mengatakan jika
suaminya belum meninggal. Ny. F terlihat sering mengingkari kehilangan,
dan menangis tidak mau mengurusi anaknya yang masih SMP. Selain itu,
Ny. F juga tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan merasa gelisah
sehingga susah tidur.
2. Diagnosa Keperawatan
Berduka disfungsional
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan
klien dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat
b. Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya
c. Klien merasa lebih tenang
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan
salam terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan
dengan klien
b. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Dengarkan setiap perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat
menghakimi
c. Ajarkan klien teknik relaksasi
B. Strategi pelaksanaan
1. Tahap orientasi
a. Salam terapeutik:
“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu F. Saya Eny Indriani, Ibu bisa
memanggil saya Nrs. Eny. Saya perawat yang dinas pagi ini dari pukul
07.00 sampai 14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu.”
b. Evaluasi / validasi:
“Baiklah Ibu, bagaimana keadaan Ibu F hari ini?”
c. Kontrak:
1) Topik:
“Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar
tentang keadaan ibu?”
2) Waktu:
“Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang? Bagaimana jika
20-30 menit?”
3) Tempat:
“Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Baiklah.”
2. Tahap kerja
“Baiklah Ibu F, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu F
saat ini?”
“Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi
sebenarnya memang begitu, bahwa suami Ibu telah meninggal. Ibu
sabar ya.”
“Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu pikir,
jika Ibu pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan suami Ibu
karena beliau memang sudah meninggal. Itu sudah menjadi kehendak
Tuhan, Bu. Ibu harus berusaha menerima kenyataan ini.”
“Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa mencoba
mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu. Saya
percaya Ibu mempunyai keahlian yang bisa digunakan. Ibu juga tidak
akan hidup sendiri. Ibu masih punya orang tua, memiliki anak yang
sangat cantik dan masih banyak orang yang sayang dan peduli dengan
Ibu.”
“Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik relaksasi
yang saya lakukan. Coba sekarang Ibu tarik napas yang dalam, tahan
sebentar, kemudian hembuskan perlahanlahan.”
(Objektif) : “Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu
dapatkan dari perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik relaksasi
yang telah kita lakukan.”
b. Tindak Lanjut :
“Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu dapat
melakukan teknik tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak terima
dengan kenyataan ini, Ibu dapat mengingat kembali perbincangan kita hari
ini.”
“Bu, ini ada buku kegiatan untuk ibu, Bagaimana kalau kegiatan teknik
rileksasi ibu masukkan kedalam jadwal kegiatan ibu?”
“Ibu setuju?”
“Nah, Disini ada kolom kegiatan, tanggal, waktu dan keterangan. Ibu bisa
mengisi kegiatan tenik rileksasi pada kolom kegiatan. Kira-kira jam
berapa ibu nanti melakukan teknik rileksasi bu?”
“Cara mengisi buku kegiatan ini: jika ibu melakukannya tanpa dibantu
atau diingatkan oleh orang lain ibu tulis “M” disini, jika ibu di bantu atau
diingatkan ibu tulis “B” dan jika ibu tidak melakukannya ibu tulis “T”, Ibu
paham Bu?”
A. Proses keperawatan
1. Pengkajian
Pada pertemuan kedua, Ny. F sudah mulai menunjukkan rasa penerimaan
terhadap kehilangan. Namun, ia masih menarik diri dari lingkungan dan
orang-orang sekitarnya. Ia juga masih melamun dan merasa gelisah
sehingga tidurnya tidak nyenyak.
2. Diagnosa keperawatan
Berduka Disfungsional
3. Tujuan khusus
Klien tidak menarik diri lagi dan dapat membina hubungan baik kembali
dengan lingkungannya maupun dengan orang-orang di sekitarnya
4. Tindakan keperawatan
a. Libatkan klien dalam setiap aktivitas kelompok, terutama aktivitas yang
ia sukai
b. Berikan klien pujian setiap kali klien melakukan kegiatan dengan benar
B. Strategi pelaksanaan
2. Tahap orientasi
a) Salam terapeutik:
“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu F. Masih ingat dengan saya Bu?
Ya, betul sekali. Saya Ners Eny, Bu. Seperti kemarin, pagi ini dari pukul
07.00 sampai 14.00 nanti saya yang akan merawat Ibu.”
b) Evaluasi validasi:
“Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik dari kemarin?
Bagus kalau begitu”
“wah bagus bu, ibu sudah melakukan teknik rileksasi secara mandiri”
c) Kontrak:
1) Topik
“Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Bu. Hari ini kita
bertemu untuk membicarakan hobi Ibu tujuannya supaya ibu
dapat melakukan aktifitas yang ibu sukai dan ibu dapat
berinteraksi dengan orang-orang disekeliling ibu.”
2) Waktu
“Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang? Bagaimana
jika 20-30 menit bu?”
3) Tempat
“Ibu maunya dimana? Bagaimana ditaman depan, ibu setuju?”
2. Tahap kerja
“Nah, Bu. Apakah Ibu sudah memikirkan hobi yang Ibu senangi?”
“Ternyata Ibu hobi senam ya? Semua orang mungkin bias senam namun
tidak semua orang suka olah raga senam lho, Bu. Apalagi senam harus
lincah dan ceria”
“Wah, ternyata Ibu juga hobi menyanyi, pasti suara Ibu bagus. Bisa Ibu
menunjukkan sedikit bakat menyanyi Ibu pada saya?”
“Wah ternyata Ibu memang berbakat menyanyi, suara Ibu juga cukup
bagus.”
“Cukup sering juga ya Bu. Pasti Ibu dulu instruktur senamnya ya.”
“Nah, bagaimana kalau sekarang Ibu saya ajak bergabung dengan yang
lain untuk senam di lapangan, kebetulan hari ini ada olahraga senam? Ibu
bisa melakukan hobi Ibu ini bersama-sama dengan yang lain.”
“Ibu-ibu, kenalkan, ini Ibu F. Ibu F juga akan ikut senam bersama-sama.
Ibu F ini jago senam lho.”
“Nah, sekarang bisa Ibu bias memimpin teman-teman untuk senam ya,
bagaimana apakah ibu bersedia?”
“Wah, bagus sekali Bu. Ibu hebat. Gerakan ibu sangat lincah dan luwes
sekali. Bahkan saya yang masih muda saja merasa sangat kelelahan namun
ibu tampak segar sekali”
“Ibu F, saat Ibu sedang merasa emosi tapi tidak mampu meluapkannya, Ibu
bisa melakukan kegiatan ini bersama-sama yang lain. Selain itu, kegiatan ini
juga dapat membuat Ibu berhubungan lebih baik dengan yang lainnya dan
Ibu tidak merasa kesepian lagi.”
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi:
(Subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa sudah lebih baik
dibandingkan kemarin?”
(Objektif): “Sekarang coba Ibu ulangi lagi apa saja manfaat yang dapat
Ibu dapatkan dengan melakukan kegiatan yang Ibu senangi.”
b. Tindak Lanjut :
“Baiklah Bu, kalau begitu Ibu dapat melakukan senam di pagi hari saat
Ibu sedang merasa sedih. Selain dapat menyehatkan, ibu juga dapat
berinteraksi dengan ibu-ibu yang lain. Jadi sedih ibu akan hilang.”
“Nah nanti kalau ibu melakukan kegiatan ini, ibu jangan lupa mengisi
buku kegiatan”
“Caranya sama dengan sebelumnya, jika ibu melakukan sendiri, tanpa
diingatkan dan dibantu oleh perawat atau orang lain ibu tulis “M”, dan
jika ibu di bantu dalam melakukan kegiatan , ibu tulis “B”, dan jika ibu
malas atau lupa mengerjakannya ibu tulis “T”. Ibu paham bu?
“Nah bu bagaimana kalau besok jam 08.00 setelah makan pagi, saya
akan kembali lagi untuk mengajarkan Ibu cara meminum obat dengan
benar.”
“Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak, saya permisi
dulu ya, Bu. Assalamu’alaikum.”
STRATEGI PELAKSANAAN 3 (SP3) PADA KLIEN DENGAN
KEHILANGAN DAN BERDUKA
A. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pada pertemuan ketiga, Ibu F sudah mulai tidak banyak melamun dan
mulai membuka dirinya kepada orang-orang sekitarnya. Ibu F juga mau
membalas sapaan ataupun senyuman jika ada perawat ataupun orang lain
yang menyapanya ataupun tersenyum padanya. Namun, Ibu F mengaku ia
masih terbayang akan suaminya saat ia akan tidur. Hal tersebut membuat
Ibu F merasa gelisah, tidur tidak nyenyak, bahkan sulit tidur.
2. Diagnose Keperawatan
Berduka Disfungsional
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat mengetahui aturan yang benar dalam meminum obat
b. Ansietas klien berkurang sehingga klien dapat tidur dengan nyenyak
4. Tindakan keperawatan
a. Ajarkan klien cara meminum obat dengan benar
b. Awasi klien saat minum obat
B. Strategi Pelaksanaan
1. Tahap orientasi
a. Salam terapeutik:
“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu F.”
b. Evaluasi validasi:
“Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa semalam Ibu bisa tidur dengan
nyenyak?”
c. Kontrak:
1) Topik
“Ibu tidak bisa tidur dengan nyenyak ya? Baiklah, sesuai dengan janji
kita yang kemarin, saya akan memberitahu Ibu obat yang harus Ibu
minum untuk mengurangi kecemasan Ibu dan agar Ibu dapat tidur
dengan nyenyak.”
2) Waktu
“ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang? Bagaimana jika
20-30 menit?”
3) Tempat
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di kamar ini saja.”
B. Tahap kerja
“Nah, kita langsung mulai saja ya Bu. Ini ada beberapa macam obat-
obatan yang harus Ibu minum.”
“Ini obatnya ada dua macam ya Bu. Yang warna putih ini namanya BDZ.
Fungsi dari obat ini agar pikiran Ibu bisa lebih menjadi tenang. Kalau
pikiran Ibu tenang, Ibu bias tidur dengan nyenyak.”
“Kemudian, yang warna kuning ini adalah HLP. Ini juga harus Ibu
minum agar perasaan Ibu bisa rileks dan Ibu tidak lagi merasakan cemas
yang berlebihan.”
“Nah Bu, semua obat ini diminum tiga kali sehari ya Bu, jam 7 pagi, jam 1
siang, dan jam 7 malam. Masing-masing obat satu butir saja. Obat-obatan ini
juga harus diminum setelah Ibu makan.”
“Ooh, jadi Ibu tidak tahan dengan rasa pahitnya ya? Kalau begitu,
setelah Ibu minum obat Ibu bisa memakan permen agar rasa pahitnya dapat
berkurang.”
“Jika setelah minum obat ini mulut Ibu menjadi terasa kering sekali, Ibu
bisa minum banyak air untuk mengatasinya agar mulut Ibu tidak kering.”
“Tapi jika ada efek samping yang berlebihan seperti gatal-gatal, pusing,
atau mual, Ibu bisa panggil saya atau perawat lain yang sedang bertugas.”
“Nah, sebelum ibu meminum obatnya, pastikan dulu ya Bu, obatnya sesuai
atau tidak. Ibu juga jangan lupa perhatikan waktunya agar obat tersebut
dapat diminum tepat waktu.”
2. Tahap terminasi
a. Evaluasi:
(Subjektif): “Apa Ibu sudah mengerti apa saja obat yang harus Ibu minum
dan bagaimana prosedur sebelum meminumnya?”
(Objektif): “Bagus. Kalau Ibu sudah mengerti, coba ulangi lagi apa saja
obat yang harus Ibu minum dan apa saja prosedur meminum
obatnya.”
b. Tindak Lanjut :
“Seperti yang sudah saya katakan tadi ya Bu, jika setelah minum obat
mulut Ibu terasa kering, Ibu dapat meminum air yang banyak. Dan
kalau Ibu merasa gatal-gatal, pusing, atau bahkan muntah, Ibu dapat
menghubungi saya atau perawat lain yang sedang bertugas.”
“Baiklah Bu, nanti jam 14.00 setelah makan siang, saya akan datang
kembali untuk memantau perkembangan Ibu. Kita bertemu di ruangan
ini saja ya Bu.”
“Sebelum saya pergi apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah Bu,
kalau tidak ada, saya permisi dulu. Assalamu’alaikum.”
STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP2) PADA KELUARGA KLIEN DENGAN
KEHILANGAN DAN BERDUKA
A. Proses keperawatan
3. Pengkajian
Pada pertemuan keempat, Ibu F sudah mulai menunjukkan rasa penerimaan
terhadap kehilangan. Namun, keluarga masih belum paham bagaimana
menghadapi kondisi klien yang masih terbayang akan suaminya dan
perasaan kehilangan klien yang acapkali datang.
4. Diagnosa keperawatan
Berduka Disfungsional
3. Tujuan khusus
Mengajarkan kepada keluarga bagaimana cara mendukung perilaku
kehilangan klien agar menjadi sebuah respon yang positif
5. Tindakan keperawatan
a. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa sikap menghindari,
marah, tawar menawar, depresi dan menerima adalah wajar dalam
menghadapi kehilangan
b. Memberi gambaran tentang tata cara mengungkapkan perasaan yang bisa
diterima
B. Strategi pelaksanaan
2. Tahap orientasi
a) Salam terapeutik:
“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu A. Masih ingat dengan saya Bu?
Ya, betul sekali. Saya Ners Eny, Bu. Seperti kemarin, pagi ini dari pukul
07.00 sampai 14.00 nanti saya yang akan merawat anak Ibu.”
c) Evaluasi validasi:
“Bagaimana keadaan Ibu hari ini?
Bagus kalau begitu”
“Bagaimana keadaan Ibu saat ini melihat kondisi anak Ibu, Bu?”
d) Kontrak:
4) Topik
“Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Bu. Hari ini kita
bertemu untuk membicarakan tentang sikap yang dapat
mendukung anak Ibu tujuannya supaya anak Ibu dapat
menerima kondisinya dan Ibu dapat berinteraksi dengan anak
Ibu serta agar dapat menguatkan anak Ibu.”
5) Waktu
“Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang? Bagaimana
jika 20-30 menit bu?”
6) Tempat
“Ibu maunya dimana? Bagaimana ditaman depan, ibu setuju?”
3. Tahap kerja
“Nah, Bu. Apakah Ibu sudah tahu bagaimana cara mendukung anak Ibu?”
“Wah, ternyata Ibu juga tahu bagaimana cara menangani anak Ibu dengan
menguatkannya ya. Boleh saya tahu kata-kata apa yang Ibu ungkapkan
kepada anak Ibu untuk mendukungnya?”
“Nah, sekarang bisa Ibu bias mengajarkan kepada anggota keluarga yang
lain ya Bu, bagaimana apakah ibu bersedia?”
“Ibu A, saat Ibu sedang merasa tidak terima dengan keadaan anak Ibu, Ibu
bisa melakukan kegiatan ini bersama-sama yang lain. Selain itu, kegiatan ini
juga dapat membuat Ibu berhubungan lebih baik dengan anak Ibu dan Ibu
tidak merasa bersedih lagi.”
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi:
(Subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa sudah lebih baik?”
(Objektif): “Sekarang coba Ibu ulangi lagi apa saja manfaat yang dapat
Ibu dapatkan dengan menerima hal ini sebagai sebuah respon yang baik
dalam menghadapi permasalahan anak Ibu.”
b. Tindak Lanjut :
“Baiklah Bu, kalau begitu Ibu dapat mengatakannya saat Ibu sedang
merasa sedih. Selain dapat menenangkan, Ibu juga dapat berinteraksi
dengan anak Ibu dan keluarga menjadi lebih baik. Jadi sedih ibu akan
hilang.”
“Bagaimana jika apa yang saya ajarkan tadi Ibu ajarkan juga kepada
anggota keluarga yang lain?”
“Nah bu bagaimana kalau besok jam 08.00 setelah makan pagi, saya
akan kembali lagi untuk mengajarkan Ibu bagaimana menguatkan
dukungan keluarga terhadap anak Ibu.”
“Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak, saya permisi
dulu ya, Bu. Assalamu’alaikum.”