Anda di halaman 1dari 12

PREPLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA PM YANG

MENGALAMI KERUSAKAN INTELEKTUAL SEDANG – BERAT DI


RUANG CEMPAKA

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Asuhan


Keperawatan Gerontik
Dosen Pembimbing : Ns. Elis Hartati, M.Kep

Disusun Oleh:
Reva Nofia Oceany 22020116140105
Nur Intan Fitriani 22020116120029
Wening Putri Susanti 22020116120006
Niswatul Imtinan Firstayude 22020116140055
Dinda Arimbi Mutiarasari 22020116140117
Salsabila Nur Istigfari 22020116120051
Desak Made Ayu Andhika S 22020116140118
Indah Septiani 2202020116120027

Kelas A.16-2

DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia
berjumlah 17.303 juta jiwa, dan diperkirakan akan terus meningkat sebanyak 450.000
jiwa per tahun (BPS, 2010). Sementara berdasarkan data WHO tahun 2010
menunjukkan bahwa jumlah penduduk dunia terkhusus lansia dengan demensia
sebanyak 36 juta orang dengan usia di atas 65 tahun. Dalam menanggulangi hal tersebut,
maka berbagai strategi terus dikembangkan. Salah satu upaya yang ditegakkan dalam
menangani permasalahan demensia di Indonesia yakni dengan pemberian terapi aktivitas
kelompok.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan kegiatan yang diberikan pada
sekelompok klien dengan tujuan memberi terapi bagi anggota kelompok tersebut, agar
dapat meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan respon social. TAK bagi
kelompok lansia ditujukan guna pengembangan stimulas persepsi, sensoris, orientasi
realitas, dan sosialisasi. Adapun jenis-jenis terapi kelompok dapat dikategorikan menjadi
beberapa jenis diantaranya : TAK stimulasi kognitif/persepsi, TAK stimulasi sensori,
TAK orientasi realitas, serta TAK penyaluran energy.
Dari jurnal tersebut disebutkan bahwa, para peneliti telah menemukan bukti yang
konsisten bahwa paparan terhadap alam dapat meningkatkan perhatian dan ingatan baik
yang dilaporkan sendiri ataupun yang terlihat dari stres fisiologis. Terapi paparan
terhadap pemandangan alami telah terbukti efektif untuk manajemen stres klinis, serta
pengurangan stres dan kecemasan untuk petugas medis militer. Poster alam dan tanaman
di ruang tunggu rumah sakit telah terbukti mengurangi stres pasien dan bahkan persepsi
rasa sakit setelah menjalani aspirasi dan biopsi sumsum tulang yang dirasa menyakitkan.
Dari penelitian-penelitian ini, terbukti bahwa pemaparan terhadap alam, baik itu secara
langsung, video atau gambar dapat mengurangi tekanan fisik maupun psikologis yang
dirasakan. [CITATION Val \l 1033 ]
Penelitian tersebut menunjukan bahwa, pemandangan alam dinilai lebih
menyenangkan dari pada gambar pemandangan perkotaan, sehingga dapat meningkatkan
minat untuk memperhatikan gambar terkait dengan pemandangan alam. Selain itu
disebutkan pula bahwa pemandangan yang bernuansa alam menunjukan adanya beban
kognitif dan stress yang lebih rendah dari pada pemandangan perkotaan, sehingga
diharapkan dengan pemandangan alam, bisa menambah ketenangan yang dapat memacu
konsentrasi.
Berdasarkan observasi kami di Rumah Pelayanan Lanjut Usia Pucang Gading,
pada tanggal 14 Oktober 2019, terdapat sebanyak 24 lansia dirawat di ruang Cempaka.
Berdasarkan hasil pengkajian kami menggunakan SPMSQ (Short Portable Mental
Status Questionnaire) untuk penilaian fungsi intelektual lansia, didapatkan sebanyak
33% lansia mengalami permasalahan fungsi intelektual. Hasil pengkajian menunjukkan
16 lansia mengalami kerusakan intelektual ringan, 6 lansia mengalami kerusakan
intelektual sedang, dan 2 lansia mengalami kerusakan intelektual berat. Menurut
sejumlah lansia di ruang cempaka, menyatakan bahwa para lansia di rumah pelayanan
lanjut usia belum mengerti tindakan yang tepat untuk menanggulangi permasalahan
fungsi intelektual.
Berdasarkan data di atas serta hasil penelitian terdahulu, maka perlu dilakukan
intervensi untuk meningkatkan fungsi kognitif lansia di Rumah Pelayanan Lanjut Usia.
Pemberian intervensi peningkatan intelektual pada lansia dilakukan melalui permainan
puzzle, berupa gambar yang dibagi menjadi potongan-potongan gambar. Penggunaan
puzzle pada lansia dengan penurunan fungsi intelektual, bertujuan untuk mengasah daya
piker, melatih kesabaran, serta membiasakan kemampuan berbagi [ CITATION Sof16 \l
1033 ]. Melalui pemberian permainan puzzle sebagai salah satu intervensi terapi aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, diharapkan lansia di ruang cempaka, sebagai para
penerima manfaat, dapat terstimulasi untuk memotivasi proses berpikir dan afektif serta
mengurangi perilaku maladaptive, sehingga dapat membantu dalam peningkatan status
kognitif dan intelektual, terlebih kepada para lansia yang mengalami gangguan atau
penurunan fungsi intelektual.

B. DATA YANG PERLU DIKAJI LEBIH LANJUT


Penerima manfaat di Rumah Pelayanan Lanjut Usia dengan permasalahan fungsi
intelektual perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut untuk mengetahui keparahan masalah
yang dialami, beberapa hal yang perlu dikaji lebih lanjut antara lain adalah MMSE
(Mini Mental State Examination). MMSE adalah pengkajian mengenai status metal klien
yang diduga mengalami demensia. MMSE menilai orientasu waktu dan tempat, memori
jangka pendek dan panjang, kemampuan Bahasa, berhitung dan kontruksional.
C. MASALAH KEPERAWATAN
Keterhambatan dalam memingat diakrenakan menurunnya fungsi kognitif
BAB II
RENCANA KEPERAWATAN

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa : Hambatan memori (00131) berhubungan dengan gangguan kognitif
ringan
Data Fokus : - Total kesalahan SPMSQ > 3
- Terdapat 8 lansia dari 24 lansia yang mengalami kesalahan SPMSQ > 4

B. TUJUAN UMUM
Tujuan umum dari terapi aktivitas kelompok ini adalah setelah dilakukan intervensi 3 kali
seminggu dalam 1 bulan mampu meningkatkan fungsi kognitif pada lansia. (Dewi,2016)

C. TUJUAN KHUSUS
Tujuan khusus dari terapi aktivitas kelompok ini, antara lain:
1. Permainan edukasi yang dapat mengasah otak dan kecepatan pikiran dan tangan
2. Memperlambat onset penurunan fungsi kognitif pada lansia
3. Meningkatkan hubungan antar anggota PM di bangsal cempaka untuk menurunkan
isolasi sosial
BAB III
RANCANGAN KEGIATAN
A. TOPIK
Permainan puzzle untuk memperlambat onset penurunan fungsi kognitif pada lansia.

B. METODE PELAKSANAAN
- Permainan Puzzle
- Dinamika Kelompok
- Tanya Jawab

C. SASARAN DAN TARGET


Penerima Manfaat di bangsal Cempaka Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang
Gading Semarang

D. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Persiapan
- Membuat kontrak dengan PM
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
- Salam dari terapis pada PM
- Menanyakan perasaan PM saat ini
- Terapis menjelaskan tujuan kegiatan dan aturan saat saat melakukan kegiatan
3. Tahap kerja
- Terapis membagikan potongan puzzle kepada masing-masing PM
- Terapis meminta masing-masing PM memperkenalkan diri dengan menunjukan
potongan puzzle
- Terapis menjelaskan langkah permainan puzzle

E. MEDIA DAN ALAT BANTU


- Media : Puzzle
- Alat dan bahan : a. kardus
b. gambar bunga
c. lem
d. sterofom

F. SETTING TEMPAT

: Mahasiswa

: Banner

: lansia

G. SUSUNAN ACARA
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Bangsal Waktu
.
1. Pembukaan 1) PM mendengarkan 08.00
1) Salam pembuka. WIB –
2) Mahasiswa Keperawatan 08.05
memperkenalkan Terapi WIB
Permainan Puzzle dan
menjelaskan kontrak waktu.
3) Mahasiswa Keperawatan
menjelaskan cara
melakukan Terapi
Permainan Puzzle.
4) Mahasiswa menentukan
tempat yang nyaman untuk
kegiatan
2. Kegiatan 1) PM masing-masing 08.05
1) Mahasiswa Keperawatan mendaptakan potongan WIB –
membagikan alat dan bahan puzzle 08.25
serta mengintruksikan untuk 2) PM mengikuti intruksi WIB
memulai kegiatan. mahasiswa
2) Mahasiswa Keperawtaan keperawatan
memonitoring 3) PM selesai menyusun
keberlangsungan kegiatan potongan puzzle.
3) Mahasiswa keperawatan
menghentikan kegiatan jika
sudah selesai dalam
memenuhi intruksi
3. Penutupan 1) PM menjawab dengan 08.25
1) Mahasiswa keperawatan jujur apa yang WIB –
menanyakan bagaimana dirasakan setelah 08.30
perasaan PMsetelah melakukan kegiatan WIB
melakukan kegitan 2) PM mendengarkan
2) Mahasiswa keperawatan 3) PM mendengarkan
menjelaskan bahwa PM
dapat kegiatan di Rumah
Pelayanan Sosial Lanjut
USia
3) Salam penutup

H. PENGORGANISASIAN
1. Leader : Wening Putri Susanti
2. Fasilitator :
- Nur Intan Fitriani
- Desak Made Ayu Andhika Saraswati
- Salsabila Nur Istigfari
3. Observer :
- Dinda Arimbi Mutiarasari
- Reva Nofia Oceany
4. Documenter :
- Niswatul Imtinan Firstayude
- Indah Septiani
5. Anggota : PM

I. KRITERIA EVALUASI
1. Kriteria Struktur
- Membuat perencanaan terkait kegiatan
- Pre planning sudah disetujui oleh dosen pembimbing
- Alat dan bahan yang diperlukan sudah siap pada saat pelaksanaan kegiatan
- Penerima manfaat hadir pada saat kegiatan
2. Kriteria Proses
- Penerima manfaat bermain sesuai dengan waktu yang sudah disepakati
- Penerima manfaat berpartisipasi aktif selama kegiatan
- Penerima manfaat dapat berpartisipasi tanpa meninggalkan forum sampai kegiatan
selesai
- Penerima manfaat dapat berinteraksi dengan baik selama proses kegiatan
- Media dan semua alat serta bahan dapat dimanfaatkan dengan baik selama proses
kegiatan berlangsung
3. Kriteria Hasil
- Penerima manfaat dapat berkomunikasi dengan peserta lain secara baik
- Tidak ada lagi PM yang mengalami isolasi social

J. MATERI
Lansia adalah individu yang berusia diatas 65 tahun yang rentan mengalami
penurunan daya tahan tubuh dan fungsi kognitif. Salah satu contohnya adalah kelemahan
otot dan penurunan ingatan. Seiring dengan bertambahnya usia, kerja otak pada lansia
akan mengalami penurunan, sehingga menyebabkan lansia mengalami keadaan dimana
mereka sering merasa lupa atau pikun. Keadaan lupa atau pikun tersebut merupakan
kondisi kemunduran kognitif yang dapat mengganggu aktifitas hidup sehari-hari dan
aktivitas sosial lansia[ CITATION Hat19 \l 1057 ].
Penuaan adalah suatu proses yang natural dan tidak tampak mencolok, terjadi
alami dan disertai penurunan kondisi fisik psikologis, maupun sosial. Proses menua
secara linier dapat digambarkan melalui 3 tahap, yaitu kelemahan, keterbatasan
fungsional, ketidakmampuan, dan keterhambatan yang dibarengi dengan proses
kemunduran. Salah satu sistem tubuh yang akaan mengalami kemunduran tersebut adalah
sistem kognitif atau intelektual. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, presepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain yang menyebabkan reaksi dan perilaku
lansia menjadi semakin lambat[ CITATION Dew16 \l 1057 ].
Materi yang akan disampaikan oleh kelompok adalah tentang bagaimana cara
merawat ingatan dan melatih kognitif lansia agar tidak memperburuk kejadian penurunan
ingatan dengan cara terapi aktifitas kelompok menggunakan permainan puzzle. Terapi
aktivitas kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang dapat membantu anggota
saling berhubungan satu sama lain sekaligus dapat menghilangkan perasaan sedih,
murung, tidak bersemangat, tidak berharga, putus harapan bahkan sampai perasaan ingin
bunuh diri karena dari Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) tersebut antar individu dapat
saling berdiskusi satu sama lain dan saling mengutarakan perasaan yang terpendam
selama ini [ CITATION Nur16 \l 1057 ].
Puzzle adalah suatu gambar yang dibagi menjadi potongan-potongan gambar
yang bertujuan untuk mengasah daya pikir, melatih kesabaran, dan membiasakan
kemampuan berbagi dan berfikir. Puzzle juga dapat digunakan untuk sarana edukasi yang
dapat mengasah otak dan melatih kecekatan pikiran (Misbach, 2010). Penelitian yang
dilakukan oleh Pillai et.all (2011) menunjukan bahwa puzzle dengan jenis crossword
puzzle dapat digunakan untuk memperlambat onset penurunan fungsi kognitif pada
lansia[ CITATION Naw15 \l 1057 ]. Secara garis besar permainan puzzle ini dimainkan oleh
10 atau lebih lansia yang disusun duduk melingkar dan diberikan satu potongan puzzle
untuk kemudian disusun bersama-sama menjadi sebuah gambar. Dalam praktiknya akan
dikembangkan lagi permasalah dan dinamika kelompok yang dimunculkan oleh
mahasiswa untuk didiskusikan kelompok untuk membangun hubungan sosial antar lansia.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, S. R. (2016, Mei). Pengaruh Senam Otak dan Bermain Puzzle terhadap fungsi Kognitif
Lansia di PLTU Jember. Jurnal Kesehatan Primer, I(1), 64-69.
Hatmanti , N. M., & Yunita, A. (2019). Senam Lansia dan Terapi Puzzle Terhadap Demensia
Pada Lansia. Jurnal Keperawatan Muhamaadiyah, 104-107.
Nawangsasi, D. N. (2015). Pengaruh Terapi Puzzle terhadap Tingkat Demensia Lansia di
Wilayah Caturharjo Bantul.
Nurafifah, D., & Susanto, T. E. (2016). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Sensori
Terhadap Tingkat Depresi Lansia
BPS. 2010. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Badan Pusat Statistika. Jakarta.
WHO. 2010. Proposed Working Definition of an Older Person in Africa for the MDS Project.
URL : www.who.int.html.

Anda mungkin juga menyukai