DISUSUN OLEH
KELOMPOK D
LARISSA ELORA SINTIA PERMATA SARI
IHZA MAIDIS SUSANTI SINTIA TRIO PUTRI
NOVIA TRI DANDA LEONY PRISKA PRISYLIA
CINDY REGINA REFIOLA VERMONTASYA
MIFTAHUL MUBARAK KAMELIANTI
IMELDA
DOSEN PEMBIMBING
Ns. Nurleny, S.Kep
Meria Kontesa, SKp, M.Kep
PROFESI NERS
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2021/2022
SATUAN ACARA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
A. Latar Belakang
Lansia dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Proses menjadi lansia merupakan proses alamiah yang dapat terjadi pada setiap
orang. Lansia merupakan seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas, mengalami
penurunan daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh
(Sarwono, 2015). Bertambahnya usia manusia, terjadi proses penuaan secara degenerative
yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada tubuh manusia tersebut, tidak
hanya mengalami perubahan fisik, kognitif, perasaan, sosial tetapi juga mengalami
perubahan pada seksual (Azizah, 2011).
Lanjut usia yang mengalami penurunan pada fungsi kognitif akan berakibat terhadap
aktivitas sehari-hari dan ketergantungan terhadap orang lain. Solusi untuk mengatasi
masalah yang terjadi yaitu dengan meningkatkan fungsi kognitif pada lanjut usia.
Terdapat beberapa program yang dapat dilakukan yaitu dengan latihan meningkatkan
daya ingat (memori), terapi manajemen stres yang dialami lansia, terapi kemampuan
sosial lansia, terapi komunikasi antar lansia serta terapi perilaku (Murtiyani et al, 2017).
Salah satu perubahan fisik yang terjadi pada lansia adalah meningkatnya gangguan
kognitif yang terjadi pada lansia yaitu demensia. Demensia merupakan suatu istilah yang
digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif pada seseorang yang bersifat
progresif dan biasanya dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari
(Stanley and Beare, 2007). Demensia ini bila tidak ditangani bisa menimbulkan dampak
bagi penderita diantaranya terjadi perubahan perilaku pada lansia tersebut seperti
melupakan dirinya sendiri, memusuhi orang-orang disekitarnya, dan sering berkeluyuran
pada malam hari sehingga mudah hilang (Brooker, 2009; Carpenito, 2009). Jumlah
penderita demensia meningkat seiring dengan beberapa faktor dan angka harapan hidup
yang meningkat pula.
Berdasarkan data didapatkan bahwa demensia akan menjadi krisis kesehatan terbesar
di abad ini yang jumlah penderitanya terus bertambah. Jumlah orang yang hidup dengan
demensia di seluruh dunia saat ini diperkirakan mencapai 35.600.000. Jumlah ini akan
berlipat ganda pada tahun 2030 dan lebih dari tiga kali lipat pada tahun 2050. Prevalensi
demensia di Indonesia dari 220 juta penduduk akan di temukan sekitar 2,2 juta penderita.
Di asia pasifik, penderita demensia meningkat dari 13,7 juta orang di tahun 2005 menjadi
64,6 juta orang ditahun 2050. Berdasarkan data Deklarasi Kyoto, tingkat prevalensi dan
insidensi demensia di Indonesia menempati urutan keempat setelah China, India, dan
Jepang. Menurut data-data diatas prevalensi dan insidensi demensia dapat diatasi dengan
berbagai penatalaksanaan yaitu dengan farmakologi dan non farmakologi
Penatalaksanaan demensia dengan obat-obatan yang digunakan untuk menangani
demensia antara lain rivastigmin digunakan untuk terapi demensia ringan hingga
menengah, donezepin dan galantamin (BPOM, 2015). Sedangkan untuk terapi yang bisa
digunakan untuk demensia adalah terapi teka-teki silang, music, terapi brain gym, dan
terapi puzzle. Namun yang direkomendasikan pada lansia yaitu lebih ke terapi
nonfarmakologi seperti salah satunya terapi Teka-Teki Silang.
Teka teki silang merupakan sebuah permainan yang cara mainnya yaitu mengisi
ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf sehingga membentuk
sebuah kata yang sesuai dengan petunjuk. Manfaat teka teki silang untuk kesehatan otak
lansia yaitu melatih kerja otak, mempertahankan keterampilan kognitif, meningkatkan
kemampuan berpikir secara menyeluruh, mencegah lansia cepat pikun, dan meningkatkan
kemampuan menyelesaikan masalah. Semakin bertambah usia semakin terbatas pula
kegiatan untuk lansia lakukan namun hal ini seharusnya tidak menghalangi lansia untuk
mencari kegiatan untuk melatih kerja otaknya. Salah satu aktivitas untuk otak lansia yang
meningkatkan kesehatan otak yaitu melatihnya dengan bermain teka teki silang.
Permainan ini melibatkan kedua sisi otak baik yang kiri maupun yang kanan,
sehingga membantu lansia melatih kerja otak secara menyeluruh. Otak kanan akan
memproses kreatifitas, sementara otak kiri memproses logika. Dengan demikian, bermain
teka teki silang membantu lansia meningkatkan kemampuan kognitif secara menyeluruh.
Lansia yang bermain teka teki silang menunjukkan kemampuan berfikir yang lebih baik
jika dibandingkan lansia yang tidak memainkan teka teki silang. Bahkan, lansia yang
melakukan permainan ini juga menunjukkan kemampuan berkonsentrasi yang lebih
tinggi. Tidak hanya itu, para lansia yang bermain tek teki silang huruf memiliki
kemampuan yang cukup baik dalam menggunakan tata bahasa yang baik.
Dari penjelasan diatas, kelompok tertarik untuk mengambil topic terapi aktivitas
kelompok (TAK) tentang terapi teka-teki silang terhadap tingkat demensia lansia
diwilayah panti sosial tresna werdha sicincin.
B. TUJUAN
1. Umum
Setelah mengikuti kegiatan terapi kognitif teka teki silang lansia makin
meningkatkan aktivitas dan meningkatkan kemampuan sosial.
2. Khusus
Setelah mengikuti kegiatan terapi kognitif teka teki silang lansia mampu:
a) Mengingkat bentuk objek yang telah ditunjukkan
b) Melatih konsentrasi untuk memusatkan perhatian sesuai petunjuk yang
diberikan
c) Melatih ketajaman daya ingat
C. TINJAUAN TEORI
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Terapi kelompok
ini dilaksanakan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri klien untuk
melakukan hubungan dengan orang lain dan memenuhi kebutuhan dasarnya secara
mandiri tanpa bantuan orang lain.
Secara umum tujuan terapi aktivitas kelompok adalah meningkatkan kemampuan
melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain, melakukan sosialisasi,
dan meningkatkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif. Secara khusus
tujuannya adalah meningkatkan identitas diri dan meningkatkan ketrampilan yang bisa
dilakukan klien. Di samping itu tujuan rehabilitasinya adalah meningkatkan ketrampilan
ekspresi diri, sosial, meningkatkan kepercayaan diri, empati, meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan pemecahan masalah.
Terapi aktivitas kelompok berdasarkan masalah keperawatan yang paling banyak
ditemukan dikelompokkan sebagai berikut:
a. TAK sosialisasi
b. TAK stimulasi sensori
c. TAK orientasi realita
d. TAK stimulasi persepsi: halusinasi
e. TAK peningkatan harga diri
f. TAK kognitif
g. TAK perawatan diri
Berdasarkan data yang didapatkan dari Wisma Sago, Wisma Meraapi, Wisma
Fujiyama, dan Wisma Selasih terdapat 20 orang lansia. Jadi yang akan mengikuti terapi
aktivitas kelompok hanya 10 orang lansia.
E. PROSES SELEKSI
1. Identifikasikan lansia yang memenuhi kriteria
2. Membuat kontrak dengan klien
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Menjelaskan tempat dan waktu kegiatan
5. Membuat perjanjian mengikuti peraturan dalam terapi aktivitas kelompok
2 20 menit Kerja
1) Terapis menjelaskan peraturan Mendengarkan dan
permainan memperhatikan.
2) Klien dibagi menjadi 2 Mendengarkan dan
kelompok, dalam satu melakukan kegiatan
kelompok terdapat lima lansia
3) Setelah berbentuk kelompok, Mendengarkan dan
H. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
Leader : Cindy Regina
Co – Leader : Larissa Elora
Observer : Ihza Maidis Susanti
Fasilitator : Leony Priska Prisylia
Novia Tri Danda
Imelda
Sintia Permata Sari
Sintia Trio Putri
Refiola Vermontasya
Kamelianti
Miftahul Mubarak
J. SETTING TEMPAT
Terapi dilakukan aula PSTW Sabai Nan Aluih :
a. Terapis berdiri
b. Lansia duduk berbanjar setiap kelompok
c. Ruangan nyaman dan tenang
: Leader : Observer
: Co-leader : Fasilitator
: Klien
K. PROSES EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Diharapkan jumlah peserta sesuai dengan yang ditentukan
b. Diharapkan setting tempat sesuai dengan rencana
c. Diharapkan waktu dan tempat sesuai dengan rencana
d. Diharapkan peserta dapat megikuti kegiatan dari awal hingga akhir dengan tertib
2. Evaluasi proses
a. Diharapkan klien tidak meninggalkan tempat selama kegiatan berlangsung
b. Diharapkan klien dapat mengikuti peraturan terapi yang telah ditetapkan
c. Diharapkan klien berpartisipasi aktif dalam kegiatan terapi dan dapat memberi
tanggapan
d. Diharapkan pengorganisasian dapat terlaksana sesuai rencana
3. Evaluasi hasil
a. Diharapkan 70% lansia yang dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal
sampai selesai
b. Diharapkan 70% lansia dapat meningkatkan kognitif
c. Diharapkan 70% lansia dapat meningkatkan kemampuan akan kegiatan kelompok
L. PENUTUP
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi psikologik
yang dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara kolektif dalam rangka
pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien.
Dalam kegiatan aktivitas kelompok, tujuan ditetapkan berdasarkan akan kebutuhan dan
masalah yang dihadapi oleh sebagian besar peserta dan sedikit banyak dapat diatasi
dengan pendekatan terapi aktivitas kolektif.
Demikianlah proposal kami ajukan dalam rangka tugas keperawatan gerontik di
PSTW Sanai Nan Aluih.
(Cindy Regina)
Daftar hadir peserta TAK di aula PSTW Sabai Nan Aluih