Oleh
1490122115
A. Latar Belakang
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai denganpenurunan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan lansia adalah keadaan yang
ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan Perubahan fungsi kognitif
dan motoric pada lansia.
Perubahan perubahan yang dialami pada lansia salah satunya adalah Penurunan
fungsi otak, pada lansia terjadi perubahan pada sistem persarafan dimana otak
mengalami penyusutan (atropi). Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan jumlah sel otak
serta terganggunya mekanisme perbaikan sel otak yang disebabkan karena berkurangnya
cabang-cabang neuron (spina dendrit) dan kerapatan sinapsis serta merosotnya lapisan
myelin yang melapisi akson pada neuron. Proses kemunduran fungsi kognitif pada lansia
juga disertai dengan kemunduran fungsi motorik yaitu terjadi penurunan kekuatan dan
kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, penurunan fungsi propioceptif serta
kecepatan, gangguan sistem vestibular, visual dan waktu reaksi. (Ponto: 2015)
Menurut penelitian Graff (2007), salah satu cara untuk mengoptimalkan
fungsi kognitif dan motoric halus pada lansia dengan menggunakan terapi okupasi.
Terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk
melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. (Direja dalam sholihah dan aktifah:
2021). Salah satu kreasi seni yang dilakukan oleh lansia adalah meronce. Meronce adalah
merangkai objek benda menjadi sebuah kesatuan menarik dengan adanyan bantuan tali
maupun benang.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk lansia agar dapat mengkreasikan ide kreatifitas dan karya nya secara mandiri
2. Tujuan Khusus
Pada saat TAK klien dapat
a. Berpartisipasi aktif selama kegiatan
b. Mampu membangkitkan diri untuk melakukan aktivitas
c. Mampu meningkatkan kemampuan fisik lansia
d. Mengikuti kegiatan sesuai instruksi
e. Mempertahankan dan atau meningkatkan keterampilan kognitif dan motoric
C. Metode TAK
Demontrasi
E. Sasaran
Lansia di panti werdha karitas
Waktu Jawab
1 Pra Interaksi dan 5 menit 1. Mengucapkan salam Ronaldo
Apersepsi 2. Melakukan kontrak waktu dengan
peserta
3. Menjelaskan tujuan, metode dan
cara meronce
Ponto, D. L., Bidjuni, H., & Karundeng, M. (2015). Pengaruh Penerapan Terapi Okupasi
Terhadap Penurunan Stres Pada Lansia Di Panti Werdha Damai Ranomuut
Manado. JURNAL KEPERAWATAN, 3(2).
Savitri. Dkk. (2020). “Pengabdian Masyarakat: Terapi Okupasi Pada Lansia Dengan Tema
“Lansia Mampu Berkarya” Di Panti Werha Sukacita Batam”. DEDIKASI. 1(1). 27-35
Sholihah, C., & Aktifah, N. (2021, December). Literature Review: Gambaran Pengaruh Terapi
Okupasi Terhadap Penurunan Tingkat Stres Pada Lansia. In Prosiding Seminar Nasional
Kesehatan (Vol. 1, pp. 772-778).
Yusuf. Dkk. (2018). “Pengaruh Millieu Therapy Metode Kreasi Seni membuat Gelang terhadap
Penurunan Kesepian (Loneliness) Lansia”. MKK. 1(1). 109-118.
I. Lampiran Materi TAK
1. Terapi Okupasi
Terapi okupasi merupakan bentuk psikoterapi suportif berupa
aktivitas-aktivitas yang membangkitkan kemandirian secara manual,
kreatif dan edukasional untuk penyesuaian diri dengan lingkungan
dan meningkatkan derajat kesehatan fisik dan mental pasien. Terapi
okupasi pada lansia merupakan salah satu alternatif non farmakologi
yang mudah dilakukan, mudah dibuat dan mudah digunakan tetapi
memberikan manfaat besar dalam menurunkan stress (Sholihah dan
Nurul Aktifah, 2021).
Terapi okupasi merupakan suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah
ditentukan dengan tujuan untuk memperbaiki, memperkuat,
meningkatkan kemampuan, serta mempermudah belajar keahlian atau
fungsi yang dibutuhkan dalam prises penyesuaian diri dengan lingkungan
(Widari, 2019) dalam (Savitri dkk, 2020).