Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

DISUSUN OLEH
AGUSTIAN JEFRY (193023)
CINDY AGNESHA MANURUNG (193026)
RINI ERVINA (193045)
RACHEL REGINA N (193044)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


AKADEMIK KEPERAWATAN RS PGI CIKINI
JAKARTA PUSAT

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
bimbingan dan penyertaan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
laporan proposal ini dengan judul “Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi” dengan baik.
Laporan proposal ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Sri Hunun Widiastuti, M. Kep., Sp. Kep. J
selaku dosen Keperawatan Jiwa yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk
membimbing dan mengarahkan kami demi penyelesaian laporan proposal ini.

Kami menyadari bahwa laporan proposal yang kami buat ini masih jauh dari
kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih laik lagi di masa mendatang. Semoga
laporan proposal ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 15 Maret
2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang……………………………………………………………. 1
2. Rumusan Masalah………………………………………………………… 2
3. Tujuan …………………………………………………………………….. 2
4. Manfaat……………………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi………………………… 3


B. Jenis Terapi……………………………………………………………….. 4
C. Kriteria Hasil……………………………………………………………... 6
D. Mekanisme Pelaksanaan………………………………………………… 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………. 9
B. Saran…………………………………………………………………….... 9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu gangguan jiwa yaitu isolasi sosial. Isolasi sosial adalah keadaan
dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya (Damayanti, dkk 2021:68). Setiap
individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial pada berbagai
tingkat hubungan yaitu dari hubungan intim bisa sampai hubungan saling
ketergantungan. Keintiman dan saling ketergantungan dalam menghadapi dan
mengatasi berbagai kebutuhan setiap hari. Individu tidak akan mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Kepuasan
berhubungan dapat dicapai jika individu dapat terlibat secara aktif dalam proses
berhubungan. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) merupakan upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan
sosial. TAKS merupakan terapi modalitas yang dilakukan perawat pada
sekolompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai asuhan. Didalam
kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan
dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif. Pada klien dengan Isolasi Sosial
perlu diberikan terapi aktivitas kelompok.
Dampak dari isolasi sosial yang sering terjadi antara lain mengalami
kecemasan, tidak percaya diri, tidak mau berinteraksi, muncul halusinasi. Maka
dari itu untuk mengatasi masalah isolasi dapat dilakukan dengan terapi yaitu
TAKS. Terapi Aktivitas Kelompok : Sosialisasi merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang sangat penting dilakukan untuk membantu dan memfasilitasi klien
isolasi sosial untuk mampu bersosialisasi secara bertahap melalui tujuh sesi untuk
melihat kemampuan sosialisasi klien. Ketujuh cara ini terbukti efektif menurut
penelitian yang dilakukan oleh Setya, T (2009) didapatkan adanya pengaruh
TAKS tehadap kemampuan berinteraksi pada klien isolasi sosial dirumah sakit,
Jiwa Pusat Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. Sedangkan penelitian Joko (2009) di
Rumah Sakit Jiwa Surakarta menyatakan bahwa ada pengaruh yang singnifikan
pelaaksanaan TAKS sesi satu dan sesi dua terhadap perubahan perilaku menarik

1
diri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi (TAKS) dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial pada pasien
dengan masalah isolasi sosial. Sehingga pasien dapat dengan mudah melakukan
interaksi dengan yang lain. Maka dari itu penulis tertarik untuk membuat laporan
proposal dengan judul “Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
dikemukakan adalah “Bagaimana Cara Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi?”

C. Tujuan
Tujuan ini adalah untuk mengetahui cara terapi aktivitas kelompok sosialisasi.

D. Manfaat
Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan sebagai kajian penambah materi dalam meningkatkan
pengetahuan khususnya dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi


Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan
yang sama. Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat, yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensoris, terapi
aktivitas kelompok sosialisasi dan terapi aktivitas kelompok orientasi realitas (Yosep,
2013). Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target
asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang sering bergantung, saling
membutuhkan dan menjadi tempat klien berlatih perilaku baru yang adiktif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah terapi non farmakologi yang
diberikan oleh perawat terlatih terhadap pasien dengan masalah keperawatan yang
sama. Terapi diberikan secara berkelompok dan berkesinambungan dalam hal ini
khususnya Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi perilaku kekerasan
(Keliat & Akemat, 2012). Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi
tambahan. Lancester mengemukakan beberapa aktivitas digunakan pada terapi
aktivitas kelompok, yaitu menggambar, membaca puisi, mendengarkan musik,
mempersiapkan meja makan dan kegiatan sehari-sehari lainnya. Birckhead (1989)
menyatakan bahwa beberapa keuntungan yang diperoleh individu untuk klien melalui
terapi yang dapat diperoleh individu oleh klien melalui terapi aktivitas kelompok
meliputi dukungan (support), pendidikan meningkat pemecahan masalah,
meningkatkan hubungan interpersonal dan juga meningkatkan uji realitas (reality
testing) pada klien dengan gangguan orientasi realitas (Direja, 2011).
TAK Sosialisasi adalah salah satu intervensi keperawatan yang efektif untuk
meningkatkan kemampuan klien berinteraksi sosial (Yosep, 2009). Hal ini sesuai
dengan penelitian Andaryaniwati (2003), bahwa ada pengaruh yang bermakna dari
pelaksanaan TAK Sosialisasi untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial,
dan juga penelitian pada Keliat (2003) bahwa ada pengaruh yang bermakna dari
pelaksanaan TAK Sosialisasi terhadap kemampuan berinteraksi sosial.

3
B. Jenis Terapi
Berikut ini beberapa jenis terapi aktifitas yang bisa diterapkan sehari-hari,
antara lain:
1.Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi
Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif atau persepsi adalah suatu terapi yang
mempunyai tujuan untuk membantu pasien yang mempunyai masalah kemrosotan
orientasi dan memberikan stimulus persepsi demi tujuan dalam menyebarkan Teori-
Teori Motivasi proses berfikir serta untuk memperkecil perilaku maladaptif. Pasien
ini melakukan terapi ini ketika ditandai dengan adanya gangguan yang berhubungan
dengan norma, selalu menarik diri dari relaitas, mempunyai ide negatif namun dari
segi fisik tampak sehat dan dapat berkomunikasi dengan baik. Tujuan terapi ini:
a.Meningkatkan kemampuan pasien menghadapai realita
b.Meningkatkan kemampuan pasien untuk fokus
c.Meningkatkan kemampuan intelektual pasien
d.Meningkatkan kemampuan pasien untuk mengemukakan pendapat dan menerima
pendapat

2. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori


Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori adalah jenis terapi dalam upaya untuk
menstimulasi atau memberikan stimulus sensori pada seorang pasien yang mengalami
kemunduran dalam fungsi sensorisnya. Tujuan terapi ini:
a.Meningkatkan kemampuan sensori
b.Meningkatkan seseorang untuk fokus memusatkan perhatian
c.Meningkatkan kesegaran dan kebugaran jasmani
d.Meningkatkan seseorang untuk mengekspresikan perasaan

3. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas


Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah terapi dalam upaya
mengorientasikan pasien terhadap kenyataan. Terapi ini biasanya dilakukan pada
kelompok pasien yang mengalami masalah pada orientasi orang, waktu dan tempat.
Pasien ini melakukan terapi ini ketika ditandai dengan adanya dengan gangguan
orientasi realita seperti halusinasi, ilusi, waham, gangguan orientasi realita terhadap
orang, waktu dan tempat namun secara mental baik dan sehat serta dapat
berkomunikasi dengan baik.

4
Tujuan terapi ini:
a.Mengupayakan pasien untuk mengidentifikasi stimulus internal (fikiran, perasaan,
sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar)
b.Dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
c.Dapat berbicara sesuai realita
d.Mampu mengenali diri sendiri serta orang lain, waktu dan tempat

4. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi


Terapi aktifitas kelompok sosialisasi adalah terapi yang dilaksanakna dengan tujuan
meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan interaksi sosial dan juga berperan
aktif dalam lingkunagn sosial. Pasien yang melakukan terpai ini ditandai dengan
adanya gangguan kurang memiliki minat untuk mengikuti kegiatan ruangan, sering
berada di tempat tidur, menarik diri, kontak sosial kurang, harga diri rendah, gelisah,
curiga, takut dan cemas, tidak ada inisiatif memulai pembicaraan namun secara fisik
mereka sehat dan menerima kenyataan. Tujuan terapi ini:
a.Meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,
b.Saling memperhatikan dan memberi tanggapan terhadap orang lain
c.Dapat mengekpresikan ide
d.Mampu menyebutkan identitasnya dan identitas penderita lain

5. Terapi aktifitas kelompok penyaluran energi


Terapi aktifitas kelompok penyaluran energi adalah terapi demi upaya untuk
menyalurkan serta menyebarkan energi secara kontruktif sehinggan pasien dapat
meluapkan rasa marah dan rasa batin tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri
dan lingkungannya. Tujuan terapi ini:
a.Menyalurkan energi destruktif ke konstrukstif.
b.Meningkatkan minat pasien untuk mengekspresikan perasaan
c.Meningkatkan hubungan interpersonal

Manfaat
Penggunaan Terapi Aktivitas kelompok dalam upaya kesehatan jiwa ini ternyata
memberikan dampak positif bagi pencegahan, pengobatan serta pemulihan kesehatan
jiwa seseorang. Berikut adalah beberapa keuntungan melalui terapi aktifitas kelompok
ini :

5
1) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
2) Meningkatkan kemampuan dalam menguji kenyataan
3) Meningkatkan keterampilan mengekspresikan diri
4) Meningkatkan keterampilan sosial untuk diterapkan sehari-hari
5) Meningkatkan empati
6) Meningkatkan pembentukan sosialisasi
7) Meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri
8) Membangkitkan motivasi dari segi kognitif dan afektif
9) Meningkatkan identitas diri
10) Meningkatkan stimulasi kognitif
11) Meningkatkan stimulasi sensori
12) Meningkatkan realitas
13) Meningkatkan proses menerima umpan balik
14) Mengupayakan seseorang saling bertukar pengalaman
15) Memberikan pengalaman pada anggota lain

C. Kriteria Hasil
1. Evaluasi Struktur
Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan memungkinkan
klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan. Posisi tempat dilantai
menggunakan tikar. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan. Alat yang
digunakan dalam kondisi baik. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer
berperan sebagaimana mestinya.
2. Evaluasi Proses
Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir. Leader
mampu memimpin acara. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh
kegiatan. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan. Fasilitator
membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam
antisipasi masalah. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan
kepada kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok. Peserta
mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
3. Evaluasi Hasil
Diharapkan 75% dari kelompok mampu:

6
Menjelaskan apa yang sudah digambarkan dan apa yang dilihat.
Menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan jelas

D. Mekanisme Pelaksanaan
1. Persiapan
Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan sensori
persepsi :
- Halusinasi
- Membuat kontrak dengan klien
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
Salam terapeutik :
- Salam dari terapis kepada klien
- Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
- Menanyuakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
3. Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
4. Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu mengenal
suara-suara yang didengar. Terapis menjelaskan aturan main berikut. Jika ada
klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin pada terapis.
Lama kegiatan 45 menit. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai
5. Tahap kerja
Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara-suara
yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya,
dan perasaan klien pada saat terjadi. Terapis meminta klien menceritakan isi
halusinasi, kapan terjadinya, situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien
saat terjadi halusinasi. Mulai dari klien dari sebelah kanan, secara berurutan
sampai semua klien mendapat klien. Hasilnya tulis di whiteboard. Beri pujian
pada klien yang melakukan dengan baik. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi
terjadi, dan perasaan klien dari suara yang biasa didengar.

7
6. TAHAP TERMINASI
Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK. Terapis
memberikan pujian atas keberhasilan kelompok. Tindak lanjut. Terapis meminta
klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaannya jika terjadi
halusinasi. Kontrak yang akan datang. Menyepakati TAK yang akan datang,
yaitu cara mengontrol halusinasi. Menyepakati waktu dan tempat.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketergantungan serta mempunyai norma yang sama. Terapi aktivitas
kelompok adalah terapi modalitas yang di lakukan perawat kepada sekelompok klien
yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang di gunakan sebagai
terapi, dan kelompok di gunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi
dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempay klien berlatih prilaku baru yang adaftif untuk memperbaiki
perilaku lama yang maladaftiv.

B. Saran
Sebagai perawat haruslah mengetahui tentang terapi aktivitas kelompok serta
dapat mengaplikasikannya dalam praktiv keperawatan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anna Keliat. (2011). Terapi Aktivitas Kelompok. Edited by M. Ester. EGC

Damayanti, dkk. (2021). Modul Praktikum Keperawatan Jiwa untuk Mahasiswa Diploma III
Keperawatan. Jawa Barat: CV. Adanu Abimata

10

Anda mungkin juga menyukai