Anda di halaman 1dari 19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif eksperimental


dengan menggunakan model ceoss sectional. Cross sectional yaitu
suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama yaitu melakukan
observasi/pengukuran variable sekali dan sekaligus pada waktu yang
sama (Darma, 2011). Rancangan penelitian ini menggunakan
rancangan survei cross sectional yaitu suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek,
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data Desain
penelitian ini merupakan survei analitik yang menggunakan rancangan
cross sectional (Notoatmojo, 2010). Model tersebut dirasa tepat
karena pada penelitian ini dilakukan pada waktu yang sama dan tidak
ada periode follow-up. Penelitian ini mengamati mengetahui hubungan
self-management dan physical activity terhadap tingkat keparahan lesi
pada penyakit jantung coroner (PJK).

3.2 Lokasi dan Waktu penelitian

3.2.1 Lokasi Peneltian

Penelitian ini dilakukan pada pasien penyakit jantung coroner


(PJK), di lantai III Ruang Cardiovaskuler care unit di Santosa
Hospital Bandung Central, rumah sakit ini memiliki kapasitas 33
pasien penyakit jantung coroner (PJK) perhari.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Januari 2021


sampai bulan februari 2021.

3.3 Kerangka Konsep Penelitian


Manfaat aktivitas fisik terhadap penurunan risiko PJK

dipengaruhi oleh intensitas aktivitas fisik yang dilakukan oleh

individu. Intensitas aktivitas fisik dalam penelitian ini diukur

berdasarkan standar IPAQ (2005) dengan melihat kecukupan skor

MET dan hari beraktivitas fisik dalam satu minggu. Hasil pengukuran

aktivitas fisik dikategorikan kedalam kategori tingkat aktivitas rendah,

sedang dan tinggi. Selain itu self management dapat mempengaruhi

penyakit jantung koroner karena apa yang dilakukan individu untuk

diri mereka sendiri guna menjaga kesehatan dan kesejahteraan

mereka, untuk mempertahankan fungsi fisik mereka dan untuk

mencegah penyakit supaya tidak lebih parah. self management diukur

dengan Coronary Artery Disease Self-Management Scale (CSMS)

yang dikembangkan oleh Ren Hongyan (2009) self management

dikategorikan kedalam kategori tingkat aktivitas rendah, sedang dan

tinggi yang dapat mempengaruhi PJK.

Selain itu penelitian ini juga bertujuan utama penelitian ini untuk

mengetahui risiko dari demografik individu terhadap Tingkat

Keparahan Lesi Koroner (Lesi Ringan, Sedang dan Berat) pada

individu yang self management dan beraktivitas fisik rendah, sedang

dan tinggi. Variabel demografik individu yang diteliti dalam

penelitian ini yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan terakhir,

agama, suku, dan status menikah kemudian untuk variabel kondisi

klinis yaitu, riwayat keluarga mengalami penyakit jantung koroner,


kadar kolesterol, hipertensi, merokok, minum alkohol, dyslipidemia,

obesitas, dan diabetes. Kerangka konsep penelitian berdasarkan

variabel dari beberapa penelitian sebelumnya oleh Fajar (2015), Nisa

dan Amran (2015), Cahyaningrat, dan Lukmanulhakim (2020).

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Demographic
Usia
Jenis kelamin
Pekerjaan
Pendidikan terakhir Self Management
Agama Rendah
Suku Sedang
Status menikah Tinggi

Penyakit Jantung
Koroner
Kondisi klinis Physical activity
Riwayat Keluarga Rendah
Mengalami Penyakit Sedang Tingkat Keparahan Lesi
Jantung Koroner Tinggi Koroner (Lesi Ringan,
Kadar Kolesterol Sedang dan Berat)
Hipertensi
Merokok
Minum Alkohol
Dyslipidemia
Obesitas
Diabetes

Sumber : Peneliti (2020)

Berdasarkan kerangka konsep diatas, ada dua faktor yang dapat

mempengaruhi Tingkat Keparahan Pada PJK yaitu faktor yang dapat

dirubah dan faktor yang tidak dapat dirubah. Faktor yang tidak dapat

dirubah adalah variabel demografik dan kondisi klinis. Dimana faktor

yang dapat dirubah adalah Self Management dan Physical activity. Self
Management dapat mempengaruhi Penyakit Jantung Koroner karena

apa yang dilakukan individu untuk diri mereka sendiri guna menjaga

kesehatan dan kesejahteraan mereka, untuk mempertahankan fungsi

fisik mereka dan untuk mencegah penyakit supaya tidak lebih parah.

Kemudian Physical activity juga dapat mempengaruhi kadar profil

lipid darah, aktivitas fisik dapat memberikan pengaruh positif terhadap

profil lipid yaitu menaikan kadar kolesterol HDL, menurunkan kadar

kolesterol jahat dan lemak.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat dan

ukuran yang dimiliki dan pada akhirnya memberikan nilai beda pada

sesuatu, dalam hal penelitian, variabel menjadi penciri dan penanda

dari penelitian yang lainnya (Nursalam,2015)

3.4.1 Variable dependen adalah variable yang dipengaruhi atau

menjadi akibat karena variable bebas. Variable dalam

penelitian ini adalah tingkat keparahan lesi pada penyakit

jantung coroner (PJK).

3.4.2 Variable independen adalah variable yang mempengaruhi atau

sebab perubahan timbulnya variable terikat. Variable dalam

penelitian ini adalah demografik seperti usia, jenis kelamin,

pekerjaan, pendidikan terakhir, agama, suku, dan status

pernikahan, variabel clinical characteristics seperti riwayat

keluarga mengalami penyakit jantung koroner, kadar


kolesterol, hipertensi, merokok, minum alkohol, dyslipidemia,

obesitas, dan diabetes, variabel self-management dan variabel

physical activity pada pasien penyakit jantung coroner (PJK)

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan semua variabel dan

istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional

sehingga mempermudah pembaca dalam mengartikan makna

penelitian (Setiadi, 2013).

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel-variabel

penelitian secara operasional berdasarkan karakteristik yang

diamati sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek

atau fenomena. Definisi operasional ditentukan atas dasar

parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian yang akan

dilaksanakan oleh peneliti (Nursalam, 2016)

Judul Penelitian ini adalah Hubungan Self Management dan

Physical Activity terhadap tingkat keparahan lesi pada penyakit

jantung koroner, untuk masing- masing variabel definisi

operasionalnya adalah:
Tabel Definisi Operasional

No Variable Definisi Operasional Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur

1 Independen : Usia dimana Kuisoner Mengisi Usia individu Katagori


Demographic Usia individu mulai kueisoner dalam satuan (Rasio)
sejak lahir hingga Tahun
sampai usia ulang tahun
terakhir pada saat
menjadi responden
Jenis kelamin Kuisoner Mengisi 1. Laki-laki Katagori
individu berdasarkan kueisoner 2. Perempuan (Ordinal )
kartu keluarga dan
pengamatan ciri-ciri
fisik individu
Pekerjaan merupakan Kuisoner Mengisi 1. wirausaha, Katagori
sumber penghasilan kueisoner 2. karyawan (Ordinal )
individu saat menjadi swasta,
responden, seperti 3. PNS
wirausaha, karyawan 4. pensiunan.
swasta, PNS, atau
pensiunan.
Pendidikan terakhir Kuisoner Mengisi 1. SD Katagori
merupakan pendidikan kueisoner 2. SMP (Ordinal )
formal terakhir yang 3. SMA/sedera
sudah ditempuh dan jat
lulus. 4. S1
5. S2
6. S3
Agama merupakan Kuisoner Mengisi 1. Islam Katagori
kepercayaan individu kueisoner 2. Kristen (Ordinal )
terhadap kepada Tuhan 3. Khatolik
Yang Mahakuasa, 4. Hindhu
seperti islam, 5. Budha
Kristen,khatolik, 6. lainnya
hindhu, dan budha
Suku merupakan garis Kuisoner Mengisi Esay Katagori
keturuan individu atau kueisoner (Ordinal )
kelompok individu
seperti jawa, sunda,
Dayak dsb
Status Pernikahan Kuisoner Mengisi 1. sudah Katagori
merupakan satus kueisoner menikah (Ordinal )
individu yang terdapat 2. llajang
di KTP sudah menikah
atau masih lajang
2 Independen : Riwayat keluarga, Kuisoner Mengisi - Katagorik
Clinical Informasi klinis terkait kueisoner (Nominal)
characteristics dengan riwayat keluarga
mengalami penyakit
jantung koroner,
kadar kolesterol, Kuisoner Mengisi Katagori
kueisoner (Ordinal )
Hipertensi merupakan Kuisoner Mengisi 1. Tidak Katagori
Status diagnosis kueisoner Hipertensi (Rasio)
riwayat tekanan darah 2. Hipertensi
tinggi pada individu
yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan
Merokok : Kuisoner Mengisi 1. Tidak pernah Katagori
Status merokok individu kueisoner merokok (Rasio)
selama satu bulan 2. Pern
terakhir. Merokok ah merokok
apabila merokok setiap 3. Mer
hari atau kadang- okok
kadang. Pernah
merokok apabila tidak
merokok tetapi pernah
merokok sebelumnya.
Tidak merokok apabila
responden tidak pernah
merokok.
Minum alkohol, Status Kuisoner Mengisi 1. Tada Katagori
minum alkhohol kueisoner k pernah (Rasio)
individu selama satu minum
bulan terakhir. minum alkhohol
alkhohol apabila minum 2. Pern
setiap hari atau kadang- ah minum
kadang. Pernah minum alkhohol
alkhohol apabila tidak 3. Min
meminum akan tetapi um alkhohol
pernah minum alkhohol
sebelumnya. Tidak
minum alkhohol apabila
responden tidak pernah
minum alkhohol.
Dyslipidemia, Kuisoner Mengisi 1. Tida Katagori
merupakan Status kueisoner k (Rasio)
diagnosis Dyslipidemia
riwayat dyslipidemia 2. Dysl
pada individu yang ipidemia
dilakukan oleh tenaga
kesehatan
Diabetes merupakan Kuisoner Mengisi 1. Tidak Katagori
Status diagnosis kueisoner Diabetes (Rasio)
riwayat Diabetes pada 2. Diabetes
individu yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan
Obesitas merupakan Kuisoner Mengisi 1. Tidak Katagori
Status diagnosis kueisoner Obesitas (Rasio)
riwayat Obesitas pada 2. Obesitas
individu yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan
3 Independen : Suatu kemampuan yang Kuisoner Mengisi 1 = rendah Katagori
self- berkenaan dengan kueisoner ( skor < 44) (Ordinal )
management keadan diri sendiri dan 2 = sedang
ketrampilan dimana ( skor X 44-
individu dapat 86)
mengelola dan 3 = tinggi
mengatur diri untuk ( skor >87)
mengarahkan perubahan
tingkahlaku
4 Independen: Aktivitas fisik diperoleh Obsevas, Mengisi 1 = Kegitan Katagorik
physical dengan wawancara wawanca kueisoner Ringan (Ordinal )
activity untuk mengukur skor ra 2 = Kegiatan
MET (metabolic Sedang
equivalent) dari jenis 3 = Kegiatan
aktivitas fisik berat dan Berat
sedang yang dilakukan
oleh individu.
5 Dependen: tingkat keparahan lesi Metode angiografi 1 = skor 1-6 Katagorik
tingkat koroner dibagi menjadi gensisni untuk lesi (Nominal)
keparahan lesi tiga kelompok koroner
berdasarkan skor ringan
modifikasi Gensini, 2 = 7-13
yaitu lesi koroner untuk lesi
ringan jika skor 1-6 lesi koroner
sedang jika skor 7-13 sedang
dan lesi koroner berat 3 = >13 untuk
jika skor >13 lesi koroner
berat

3.6 Populasi dan Sample

3.6.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien penyakit

jantung coroner (PJK) yang dirawat di Ruang

Cardiovaskuler care unit di Santosa Hospital Bandung

Central.

3.6.2 Sample

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan convenience sampling yang merupakan

pengambilan sampel didasarkan pada ketersediaan elemen

dan kemudahan untuk mendapatkannya, sampel

dipilih/terpilih karena sampel tersebut ada pada tempat dan

waktu yang tepat serta sesuai kriteria (Sugiarto, 2001).


Ukuran sample akan di hitung menggunakan G-Power

Software Versi 3.1.9.2. dengan t-test dan statistical test

yaitu linear bivariate regression dengan asumsi α = 0.05,

power level = 0.80, total sampel yang direkrut adalah 150.

3.6.3 Kriteria Inklusi

a. Pasien dengan penyakit jantung koroner yang menjalani

pemeriksaan angiografi.

b. Pasien di diagnosa menderita penyakit jantung koroner >

6 bulan.

c. Pasien penderita penyakit jantung koroner minimal

berusia 40-60 tahun.

d. dilakukan pemasangan PCI (Percutaneous Coronary

Intervention) pada pasien penderita penyakit jantung

coroner.

e. Pasien mampu berkomunikasi secara verbal.

f. Pasien bersedia menjadi responden dengan

menandatangani informed consent saat melakukan

pengambilan data dalam penelitian

3.6.4 Kritera Eksklusi

a. Pasien dengan gangguan daya ingat sehingga tidak

mampu memberikan informasi yang dibutuhkan.

b. Pasien dengan keadaan umum buruk


c. Pasien yang mengalami gangguan pendengaran

d. Pasien yang mengalami gangguan mental

Hal ini diperlukan karena peneliti perlu mendapatkan data

yan valid terkait dengan tema penelitian, pernyataan dan

pertanyaan penelitian hanya bisa dijawab oleh pasien

yang memiliki kriteria eksklusi diatas.

3.7 Instrument Penelitian

3.7.1 Demografik karakteristik

Data demografik tentang karakteristik reponden seperti,

nama, pendidikan, Pekerjaan, Agama, Suku, Status menikah, usia

yang nantinya dikategorikan berdasarkan perkembangan, dan

jenis kelamin.

3.7.2 Informasi klinis

Informasi klinis yang dibutuhkan peneliti seperti, apakah ada

anggota keluarga yang memiliki riwayat mengalami penyakit

jantung koroner, kadar kolesterol, hipertensi, merokok, minum

alkohol, dyslipidemia, obesitas dan diabetes.

3.7.3 Tingkat keparahan lesi koroner

Keparahan lesi koroner diukur melalui skor modifikasi

Gensini yang diperoleh dari pemeriksaan angiografi koroner.

Penilaian skor modifikasi Gensini meliputi delapan segmen arteri

koroner yang dikelompokkan menurut beratnya oklusi, yaitu nilai

1 untuk stenosis <50%, nilai 2 untuk stenosis 50-74%, nilai 3

untuk stenosis 75-99%, dan nilai 4 untuk oklusi total. Setiap


segmen pembuluh darah yang telah diukur derajat stenosisnya

dijumlahkan, lalu dikalikan dengan nilai yang telah ditentukan

sesuai area arteri koroner yang terlibat, yaitu left main coronary

artery (LM) x 5; proksimal left anterior descending coronary

artery (LAD) x 2.5; proksimal circumflex artery (LCx) x 2.5; mid

LAD x 1.5; right coronary artery (RCA), distal LAD,

posterolateral artery (PLA), dan obtuse marginal artery (OM) x

1, segmen yang lain x 0.5. Pada penelitian ini tingkat keparahan

lesi koroner dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan skor

modifikasi Gensini, yaitu lesi koroner tidak berat jika skor ≤13

dan lesi koroner berat jika skor >13 (Gensini, 1983).

3.7.4 Self-management

Coronary Artery Disease Self-Management Scale (CSMS)

Perilaku manajemen diri peserta diukur dengan CSMS, yang

awalnya dikembangkan oleh Ren Hongyan (2009) dalam versi

Cina, dan banyak digunakan pada pasien PJK yang dirawat di

rumah sakit. CSMS yang dimodifikasi adalah 26 item skala yang

dibagi menjadi 3 dimensi termasuk (a) Emotional self-

management behaviors dengan 4 item yang mengukur aktivitas

rekreasional, tekanan emosional dan gaya koping; (b) Perilaku

swakelola kehidupan sehari-hari dengan 8 item yang membahas

gaya hidup sehari-hari, termasuk kebiasaan diet, konsumsi

alkohol, penggunaan tembakau, kebiasaan bekerja, istirahat dan

olahraga; (c) Perilaku manajemen diri medis dengan 14 item


mengukur gejala perilaku manajemen diri, pengetahuan tentang

penyakit dan kesehatan perawatan, kepatuhan pengobatan dan

perilaku manajemen diri darurat. Setiap item dinilai pada Skala

Likert 0 sampai 5 dimana 0 buruk dan 5 baik. Skor berkisar 26-

130, dengan skor yang lebih tinggi menunjukkan perilaku

pengelolaan diri yang lebih baik (Ren et al., 2009). Skor rata-rata

= mean / skor maksimum yang mungkin × 100%. Titik potong

ditetapkan pada 70% (Lee, Suwanno, & Riegel, 2009) dari nilai

maksimum yang mungkin untuk membedakan perilaku

pengelolaan diri yang memadai dari yang tidak memadai. CSMS

yang dimodifikasi menyajikan konsistensi internal yang

sebanding dengan Cronbach's alpha 0.851 dalam studi

percontohan (Hu, Lin, Zhang, & Zhong, 2012).

3.7.4 Aktifitas Fisik

Pengukuran aktivitas fisik menggunakan kuesioner

International Physical Activity Questionaire (IPAQ) dapat

digunakan karena telah divalidasi di berbagai negara termasuk

Indonesia dengan cakupan massal. IPAQ terdiri dari dua bentuk,

yaitu bentuk singkat dan panjang. IPAQ bentuk singkat meliputi

aktivitas berjalan dan aktivitas menetap baik sedang maupun

berat. IPAQ bentuk panjang mengukur secara rinci aktivitas

berjalan serta aktivitas sedang dan berat di empat situasi, yaitu

pekerjaan, transportasi, halaman/ kebun dan rumah tangga, serta

waktu luang (Janatin, 2013).


IPAQ dalam bahasa Inggris memiliki hasil uji reliabilitas yang

baik dengan korelasi 0.81 (95% CI = 0.79 – 0.82), sedangkan hasil

uji validitas menunjukkan angka 0.33 (95% CI = 0.26 – 0.39). IPAQ

dalam bahasa Indonesia bersifat reliabel (Jannatin, 2013).

Berdasarkan sistem skor IPAQ (WHO, 2005), aktivitas fisik akan

dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

1) Tingkat aktivitas fisik tinggi, bila memenuhi salah satu

kriteria:

a. Aktivitas intensitas berat 3 hari atau lebih yang

mencapai minimal 1500 METs-menit/minggu, atau

b. Kombinasi berjalan, aktivitas intensitas berat, dan

sedang yang mencapai minimal 3000 METs-

menit/minggu.

2. Tingkat aktivitas fisik sedang, bila memenuhi salah satu

kriteria:

a. Aktivitas intensitas berat 3 hari atau lebih selama 20

menit/hari.

b. Aktivitas intensitas sedang atau berjalan minimal 30

menit/hari selama 5 hari atau lebih, atau

c. Aktivitas intensitas berat, kombinasi berjalan yang

mencapai 600 METsmenit/minggu selama 5 hari atau

lebih.

3. Tingkat aktivitas fisik rendah, bila tidak memenuhi semua

kriteria di atas
3.8 Pengumpulan Data

3.8.1 Etika pengumpulan data penelitian


Pada penelitian di bidang ilmu keperawatan, hampir 90%
subjek yang dipergunakan adalah manusia, maka peneliti
harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian (Nursalam,
2017). Etika dapat membantu peneliti dalam melihat dari
sisi subjek penelitian dan juga membnatu dalam
merumuskan pedoman etis yang kuat dan norma-norma
yang dibutuhkan karena dalam penelitian adanya suatu
perubahan yang dinamis (Masturoh & Anggita, 2018)
1. Informed consent (lembar persetujuan)
Autonomi berarti responden memiliki kebebasan untuk

memilih rencana kehidupan dan cara bermoral pada diri sendiri

(Potter & Perry, 2010). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam

autonomi ialah peneliti harus mempertimbangkan kemungkinan

bahaya dalam penelitian dan peneliti harus memberi perlindungan

pada subyek yang mungkin rentan dalam bahaya (Masturoh &

Anggita, 2018). Responden pada penelitian ini akan mendapatkan

informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian dan mendapat

hak atas kebebasan untuk berpartisipasi atau menolak menjadi

responden dalam penelitian. Responden juga diberikan penjelasan

mengenai data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan. Semua informasi tersebut

diberikan sebelum responden menandatangani lembar persetujuan

menjadi responden (informed consent). Peneliti tidak memaksakan


calon responden yang tidak bersedia menjadi responden dalam

penelitian

2. Justice (keadilan)

Justice atau keadilan berarti tidak membeda-bedakan subjek

(Masturoh & Anggita, 2018). Peneliti menyamakan setiap

perlakuan yang diberikan kepada setiap responden tanpa melihat

dan membedakan suku, agama, ras dan status sosial ekonomi.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Confidentiality adalah masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat,2012).

Kerahasiaan adalah prinsip etika dasar yang menjamin

kemandirian klien (Potter & Perry, 2010). Dalam penelitian ini

kerahasian responden dilakukan dengan cara memberikan kode

reponden pada lembar kuisioner bukan nama asli dari responden

4. Beneficience dan non maleficienc

Beneficence yaitu hasil yang didapatkan diharapkan dapat

menghasilkan manfaat bagi subjek penelitian, sementara non

maleficience ialah tidak membahayakan subjek yang artinya tidak

merugikan subjek penelitian dan memperhatikan keselamatan dan

kesehatan dari responden dalam penelitian (Masturoh & Anggita,


2018). Pada penelitian ini manfaat yang didapat adalah

mengetahui pentingnya self management dan aktifitas fisik pada

tingkat keparahan pada pasien jantung koroner Penelitian ini tidak

akan membahayakan responden, karena responden hanya akan

mengisi kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti.

5. Memperhitungkan manfaat dan kerugian


Penelitian ini diupayakan memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya dan meminimalkan dampak kerugian yang dialami
responden.
3.8.2 Tekhnik Pengumpulan data

Tekhnik pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan

kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang

diperlukan dalam suatu penelitian (Hidayat, 2010).Cara pengumpulan data

dalam penelitian ini penulis menggunakan data prime dan data sekunder

(rekam medis pasien). Langkah – langkah Pengolahan data dilakukan

melalui proses sebagai berikut :

1. Rekruitment Partisipan

Rekruitmen partisipan dengan cara, membuat surat ijin terlebih

dahulu yangditujukan kepada rumah sakit bahwa peneliti akan melakukan

penelitian. Setelah mendapatkan ijin peneliti meminta ijin kepada pasien

yang sesuai untuk menjadi sumber data, agar bersedia menjadi responden

penelitian, karena peneliti menjamin kerahasiaan data responden.

2. Mengisi Instrument
Pengisian instrument dilakukan setelah responden mengijinkan dan

bersedia dimintai keterangannya. Kemudian peneliti menjelaskan bagaimana

cara mengisi intrumen, kemudian responden diminta untuk mengisi semua

pernyataan dan pertanyaan yang ada di instrument. Setelah data terkumpul

penelitimengecek kembali bahwa instrument sudah terisi dengan benar dan

tidak adayang terlewati.

3. Editing

Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh

atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data

atau setelah data terkumpul. Hal – hal yang perlu diperiksa ulang melalui

tahap editing ialah kelengkapan pengisian formulir kuesioner berupa data

demografi dari responden dan jawaban di masing-masing pertanyaan

HSMBQ, serta mengecek seluruh data yang tercantum dalam instrumen

kembali untuk mencegah adanya kesalahan pemasukan data

4. Coding

Pada tahap ini melakukan pengkodean terhadap data yang sudah

diedit sebagai usaha menyerderhanakan data. Peneliti akan memberi

nomor kode pada setiap responden untuk memudahkan dalam pengolahan

data dan analisa data. Pada penelitian ini, data yang diberikan kode yaitu

data demografi ; tingkat pendidikan : SD (1), SMP (2), SMA/SMK (3),

perguruan tinggi (4) ; jenis kelamin : laki-laki (1), perempuan (2);

pekerjaan: bekerja (1), tidak bekerja (2); sedangkan untuk usia tidak

diberikan kode. Coding untuk data nilai self mangemnt yaitu 1 = rendah
( skor < 33) 2 = sedang ( skor X 34-66) 3 = tinggi ( skor >66). Coding

untuk kategori phsical activity yaitu 1 = Kegitan Ringan, 2 = Kegiatan

Sedang 3 = Kegiatan Berat dan Coding untuk kategori tingkat keparahan

lesi yaitu 1 = skor 1-6 untuk lesi koroner ringan, 2 = 7-13 untuk lesi

koroner sedang, 3 = >13 untuk lesi koroner berat

5. Entry

Memproses data yang dilakukan dengan cara meng-entry data dari

hasil observasi menggunakan perangkat komputer.

6. Prosesing

Peneliti memasukan data dari setiap responden yang telah diberi

kode kedalam program komputer untuk diolah. Data yang perlu dimasukan

kedalam program komputer adalah kode responden, jenis kelamin, usia,

pendidikan, pekerjaan, self mangement, phsical activity dan tingkat

keparahan lesi, diperoleh menggunakan instrumen HSMBQ yang telah

terkumpul serta dimasukkan dalam master tabel

7. Cleaning

Setelah seluruh data selesai di entry, dilakukan cleaning untuk

membersihkan kesalahan pengisian data

Adapun rancangan analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu dengan cara sebagai berikut :

Tebel teknik analisa data

Variabel
Tujuan skala Uji statistik
Independen Dependen
1. Identifikasi Demographic - Katagori Statistic
Demographic (rasio dan deskripsi,mean,
pada pasien PJK Ordinal) maksimum,
minimum,
prosentase dan
standar deviasi
2. Identifikasi Clinical - Katagori Statistic
Clinical characteristics (rasio dan deskripsi,mean,
characteristics Ordinal) maksimum,
pada pasien PJK minimum,
prosentase dan
standar deviasi
3. Identifikasi self- self- - Katagori Statistic
managemen managemen (Ordinal) deskripsi,mean,
pada pasien PJK maksimum,
minimum,
prosentase dan
standar deviasi
4. Identfikasi physical - Katagori Statistic
physical activity activity (Ordinal ) deskripsi,mean,
pada pasien PJK maksimum,
minimum,
prosentase dan
standar deviasi
5. Identifikasi - Tingkat Katagori Statistic
tingkat keaparah keaparah lesi (Interval) deskripsi,mean,
lesi maksimum,
minimum,
prosentase dan
standar deviasi
6. Identifikasi self- Physical Katagori Analisa teknik
hubungan self- managemen activity (Interval) regresi
managemen dan physical
dengan physical activity
activity
7. Identifikasi physical Tingkat Katagori Analisa teknik
hubungan activity keaparah lesi (Ordinal ) regresi
physical activity Dan
dengan tingkat Katagori
keparahan lesi (Interval)
8. Identifikasi self- Tingkat Katagori Analisa teknik
hubungan self- managemen keaparah lesi (Ordinal ) regresi
managemen dan dan physical Dan
physical activity activity Katagori
dengan tingkat (Interval)
keparahan lesi

Anda mungkin juga menyukai