Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN DI DESA KECAMATAN SUKASUKALAH

oleh : Kelompok 7

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2010/2011

Anggota Kelompok :

Evariiani Theralisa Ratri Wulandari S. Chani Sinaro Putra Rizki Frimeryanti Helmy Yusalin Efriliani Ayu Ratnasari Gusti Puspita Sari Noveldy Calzoum Bachri Reni Effendi Mohammad Shahir

54071001003 5407100100 54071001038 54071001059 54071001066 54071001068 54071001076 54071001080 54071001097 54071001104

SOAL UNTUK MASING MASING KELOMPOK

Di sebuah kabupaten yang berpenduduk sekitar 450.000 jiwa, wilayahnya terbagi dalam 12 desa. Sebagian desa terletak ditepian sungai yang lebar dan sebagian lagi jauh dari sungai. Penduduk di tepi sungai mengandalkan sumber air dari sungai, sedangkan yang lainnya mengandalkan sumur galian. Tingkat kelahiran cukup tinggi, begitu juga tingkat kematian bayi, anak dan maternal. Dalam kabupatentersebut terdapat 3 buah puskesmas yang masingmasing dikepalai oleh seorang dokter. Wilayah puskesmas A meliputi desa 1-4 yang berada di daerah yang banyak hutan dan semak belukar. Puskesmas B meliputi desa 5-8 yang berada diatas daerah perbukitan yang cukup tinggi, sedangkan puskesmas C meliputi desa 9-12 yang berada di pinggir sungai. Secara umum, kehidupan sosial ekonomi di kabupaten tersebut tergolong sulit. Di daerah puskesmas A masalah yang dihadapi adalah tingginya kejadian malaria, ISPA, campak dan banyaknya pasangan suami istri yang tidak mempunyai keturunan. Di wilayah puskesmas B banyak sekali bayi dan anak kurang gizi, penyakit gondok, penyakit rabun senja serta tingginya angka kematian ibu akibat perdarahan sehabis melahirkan. Di wilayah puskesmas C masyarakat mengeluh seringnya anak mereka mengalami mencretmencret, penyakit kulit berupa gatal-gatal disekujur tubuh, tifus dan kecacingan.

Anda seorang dokter kepala puskesmas baru di masing-masing puskesmas tersebut ingin sekali mengatasi permasalahan tersebut. Karena itu anda berencana untuk mendesain sebuah program health promotion yang paling cocok untuk mengatasi permasalahan dimasingmasing desa yang ada di wilayah puskesman anda tersebut, sampai 100% siap untuk dilaksanakan. Anda melaporkan rencana tersebut kepada kepala dinas. Kepala dinas setuju dan mengatakan : SELAMAT BERJUANG

Tugas

PRESERNTASIKAN RENCANA HEALTH PROMOTION TERSEBUT DIDEPAN KELAS

RENCANA PROMOSI KESEHATAN DI WILAYAH KECAMATAN SUKASUKALAH

Kabupaten Bukan Gading Retak adalah bagian dari wilayah Kota Kesehatan. Kabupaten Bukan Gading Retak terdiri atas tiga kecamatan dan terbagi menjadi 12 desa dengan luas wilayah sebesar 28,010 km2. Sebagian Wilayah Kabupaten Bukan Gading Retak dialiri oleh sungai Airdewa dengan lebar 40m, dengan kedalaman air antara 1-1,5 m, sedangkan cabangnya mempunyai lebar 25m. Kabupaten Bukan Gading Retak memiliki jumlah penduduk sekitar 450.00 jiwa dengan jumlah pendapatan perkapita cukup, namun kehidupan sosial ekonomi tergolong sulit. Kabupaten ini terbagi dalam tiga kecamatan dengan topografi yang berbeda, yaitu kecamatan Anaksehat, kecamatan Keluarga berencana dan kecamatan Sukasukalah. Kecamatan Anaksehat dengan empat desa, berada di daerah yang banyak hutan dan semak belukar dengan masalah yang dihadapi yaitu tingginya kejadian malaria, ISPA, campak dan banyaknya pasangan suami istri yang tidak mempunyai keturunan. Di kecamatan Keluarga Berencana yang berada diatas daerah perbukitan yang cukup tinggi memiliki masalah banyaknya bayi dan anak kurang gizi, penyakit gondok, penyakit rabun senja serta tingginya angka kematian ibu akibat perdarahan. Sedangkan di kecamatan Sukasukalah berada diaderah pinggir sungai, masyarakat mengeluh seringnya anak mereka mengalami mencret-mencret, penyakit kulit berupa gatal-gatal disekujur tubuh, tifus dan kecacingan.

Program Promosi Kesehatan Kecamatan Sukasukalah I. Menentukan Kebutuhan Promosi Kesehatan a. Diagnosis Masalah
i. Fase I : Diagnosis Sosial 1. Terjadi penurunan kualitas belajar siswa karena terjadi

peningkatan jumlah kesakitan akibat infeksi Salmonella thypii dan parathypii

2. Peningkatan

angka kriminalitas karena desakan biaya pengobatan serta terjadi penurunan kualitas dan kesempatan warga untuk kerja (penurunan opportunity cost).

3. Penurunan pelayanan kesehatan masyarakat akibat bertambahnya jumlah penderita sakit terutama akibat tifus.

ii. Fase II : Diagnosis Epidemiologi

Kecamatan Sukasukalah yang merupakan bagian dari Kabupaten Bukan Gading Retak memiliki jumlah penduduk sekitar 140.000 jiwa dan tersebar di empat desa yang terletak ditepian sungai, yaitu desa kolot, desa modern, desa tradisional dan desa jadul. Penduduk di kecamatan ini mengandalkan sumber air dari sungai untuk kehidupan sehari-hari.

1 3 2

Sungai

Kecamatan

1. Desa Kolot

2. Desa Modern

3. Desa Tradisional

4. Desa Jadul

35 000 30 000 25 000 20 000 15 000 10 000 5 000 0 Desa Kolot Desa Mo ern d Desa Trad ision al Desa Jadu l L aki-laki P erem u p an

Sebagian besar penduduk kecamatan sukasukalah bekerja sebagai buruh tambak ikan, dan sebagian lainnya bekerja sebagai nelayan. Status sosial penduduk desa ini tergolong sulit dengan pendapatan ratarata perhari per-keluarga adalah Rp. 40.000,00. Warga Kecamatan Sukasukalah sulit mendapatkan air bersih karena belum dialiri oleh PDAM, sehingga sumber air masyarakat adalah sungai airdewa. Selain digunakan sebgai sumber air untuk minum dan kegiatan rumah tangga lainnya, air dari sungai ini juga digunakan untuk mandi, cuci piring, cuci pakaian dan tempat BAB. Jadi dapat disimpulkan bahwa sanitasi lingkungan didaerah ini sangatlah tidak baik.

Berdasarkan data puskesmas Kecamatan Sukasukalah, didapatkan bahwa sering terjadi wabah penyakit pada warga. Data menyebutkan bahwa warga sering terjangkit penyakit seperti tifus, diare, cacingan dan penyakit gatal mendadak pada kulit. Insidensi tifus lebih tinggi dibandingkan penyakit lainnya dan selalu meningkat setiap tahunnya terutama pada musim kemarau. Infeksi menular ini terjadi pada semua kalangan usia, namun paling sering terjadi pada anak-anak tingkat sekolah dasar.

Dari data survey yang telah dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2010, ditemukan bahwa 25% warga kecamatan Sukasukalah pernah menderita dan didiagnosis tifus abdominalis dan 60% lainnya sedang menderita penyakit tifus. Dari penelitian, diketahui dan dibuktikan penyebab dari penyakit ini adalah kurangnya perhatian warga terhadap kebersihan lingkungan dan tingginya angka kejadian tifus juga didukung oleh lokasi kecamatan yang berada di pinggir sungai.

Diare 9% Kecacingan 4% Tifus 85% Penyakit kulit 2%

Untuk itu, Tim dari Puskesmas DoyanSehat, dikepalai oleh dr. Chani S.P selaku kepala puskesmas yang memegang penuh daerah kecamatan Sukasukalah, berencana ingin melakukan promosi kesehatan diwilayah ini dengan harapan agar angka kejadian tifus dan penularan penyakit ini dapat dicegah agar tidak terjadi endemik ke wilayah kecamatan lain.

Ketua Kegiatan dr. Chani Sinaro Putra Sekretaris Kegiatan Rizki Frimeryanti Helmy Bendahara Kegiatan Gusti Puspita Sari

Bagian Penyuluhan Ayu Ratnasari

Bagian Pelatihan Khusus Ratri Wulandari

Bagian Kerja Bakti Noveldi Calzoum Bachri Muhammad Shahir

Evariani Theralisa

iii. Fase III : Diagnosis Prilaku dan Lingkungan

1. Masakah Perilaku

a. Kebersihan lingkungan
i. Mandi, cuci baju dan alat makan di sungai

ii. Buang Air besar sembarangan iii. Tidak cuci tangan sebelum makan b. Pembuangan sampah i. Membuang sampah ke sungai ii. Membuang limbah rumah tangga ke sungai c. Air minum i. Menggunakan air sungai untuk makan dan minum, dan tidak dimasak sempurna. 2. Masalah lingkungan : a. Jarang diadakannya penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan. b. Ada kebiasaan mengkonsumsi daging setengah matang
c. Tidak sedikit masyarakat yang berhenti minum obat jika

keluhan tidak ada lagi, padahal obat yg di berikan belum habis d. Banyaknya anak sekolah yang jajajn di sembarang tempat.

iv. Fase IV : Diagnosis Pendidikan dan Organisasional : 1. Faktor

predisposisi (predisposing factor) : Rendahnya pengetahuan warga dan sikap warga untuk mengatasi wabah tifus yang terjadi. mendukung dalam kebersihan warga.

2. Faktor pemungkin (enabling factor) : Lingkungan yang tidak

3. Faktor penguat (reinforcing factor) : Kurangnya perhatian

tokoh masyarakat dan pejabat desa dalam memantau kesehatan warga.


v. Fase V : Diagnosis Administratif dan Kebijakan

Untuk mendukung terlaksananya kegiatan program promosi kesehatan di kecamatan sukasukalah ini, maka akan sangat dibutuhkan bantuan dan dukungan baik moril, spirituil dan dana dalam kerjasama antara pihak penyelenggar, unsur pemerintahan setempat dan terutama tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh besar bagi warga desa. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, akan menghambat dan menyulitkan penyampaian pendidikan untuk dimengerti. Dengan adanya keterlibatan tokoh masyarakat dan pejabat desa, maka dapat dijadikan pilot project (contoh) bagi warga di kecamatan sukasukalah untuk menghimbau betapa pentingnya kesehatan. Dan kerjasama dengan unsur pemerintahan dapat mendukung perizinan dan penyediaan fasilitas pendukung terlaksananya kegiatan promosi kesehatan.

b. Menetapkan Prioritas Masalah Penentuan prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas :

Daftar Masalah P Jumlah kejadian tifus angka 4 5 S RI 4 5 4 4

Important DU 3 4 SB 5 5 PC 3 3 PL 1 1

Technical

Resources Availability 2 2

IxTxR

1 1

5760 12000

Prilaku masyarakat yang tidak perduli dengan sanitasi lingkungan dan kebersihan diri (BAB sembarangan, cuci piring-gelas tidak bersih, jarang cuci tangan, dll) Rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan. Fasilitas MCK yang tidak sesuai Tidak ada koordinasi dari masyarakat, tim kesehatan dan pejabat setempat dalam memantau dan concern tentang insidensi penyakit yang timbul. Minimnya kegiatan penyuluhan kesehatan Keterangan : Masalah Prioritas

6000

3 3

3 2

3 2

4 2

5 5

2 1

1 1

1 1

1 1

1080 120

480

Makin penting (importance) masalah tersebut makin diprioritaskan penyelesaiannya.


-

Besarnya masalah (prevalence) Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity) Kenaikan besarnya masalah (rate of increase)

Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (degree of un meet need) Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit) Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern) Suasana politik (political climate)

Kelayakan teknologi Makin layak teknologi (pengasaan ilmu dan teknologi sesuai) yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah (technical feasibility) makin diprioritaskan masalah tersebut..

Sumber daya yang tersedia Makin tersedia sumber daya (tenaga (man), dana (money), dan sarana (material) yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah (resources availability) makin di prioritaskan masalah tersebut. Dari tabel diatas, didapatkan bahwa prioritas masalah terjadinya tifus pada warga kecamatan sukasukalah adalah akibat kurangnya perhatian warga terhadap sanitasi lingkungan dan kebersihan pribadi. Promosi kesehatan akan dilakukan untuk memperbaiki hal ini dengan harapan mampu mengurangi angka kejadian tifus pada warga kecamatan sukasukalah.

II.

Mengembangkan Komponen Promosi Kesehatan


a. Tujuan promosi kesehatan

Setelah 7 bulan program ini diterapkan, angka kejadian tifus diharapkan turun hingga <50%.
b. Sasaran promosi kesehatan i. Pejabat desa dan tokoh masyarakat : agar dapat menjadi contoh bagi

warga, sehingga bersedia mengikuti program promosi kesehatan ini.


ii. Kepala keluarga (Ayah/ibu) : Sebagai agen primer dalam pencegahan

tifus di lingkungan keluarga dan dengan harapan agar memiliki tingkat kesadaran yang tinggi untuk segera mengobati jika ada anggota keluarga yang terjangkit penyakit tifus.
iii. Guru-guru SD/SMP/SMA/yang sederajat : Sebagai agen yang

dipercaya untuk menyampaikan informasi pada murid-murid sekolah mengenai tindakan pencegahan agar tidak tertular tifus.

c. Isi promosi kesehatan

i. Informasi Kesehatan mengenai Tifus


1. Definisi Tifus : Tifus adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh kuman Salmonela Thipii atau parathypii. 2. Gejalanya:


a. Demam lebih dari 5 hari, terutama terjadidi malam hari.

b. Nyeri kepala, pusing, lemah, dan perasaan tidak enak di perut. c. Diare atau sulit buang air besar
d. Mual, muntah.

e. Lidah yang berselaput dan kotor.


3. Proses terjadinya penyakit : Kuman akan masuk ke dalam

tubuh melalui kontaminasi makanan. Bila tubuh tidak mampu melawan kuman ini, makan kuman akan berkembang didalam usus manusia, dan menimbulkan gejala penyakit tifus.
4. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan

cara: a. Menghindari mengkonsumsi jajanan di pinggir jalan serta jika mengkonsumsi telur sebaiknya telur yang benar-benar matang. b. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan istirahat yang cukup (7-8 jam/sehari), olahraga teratur 3-4 kali dalam seminggu selama 1 jam, agar daya tahan tubuh selalu fit.
c. Hindari makanan yang tidak higienis dan jangan

makan/minum makanan atau minuman yang belum dimasak (belum matang). Bila dimasak hingga suhu 100C, maka akan membunuh kuman-kuman yang terdapat didalamnya, terutama kuman penyebab tifus. d. Mencuci tangan sebelum makan. e. Untuk menghindari penyebaran kuman, Buang air besar sebaiknya pada tempatnya, jangan dikali atau sungai 5. Tindakan pengotaban :

a. Berobat ke dokter untuk mendapat antibiotik yang tepat

serta obat-obatan yang lain


b. Makan makanan yang bergizi, namun yang lunak-lunak

dan tidak berserat. c. Istrirahat yang cukup. d. Bila demam sangat tinggi, dapat dikompres dengan air hangat dan banyaklah minum air putih ii. Penyuluhan tentang pendidikan lingkungan iii. Mengubah prilaku masyarakat 1. Sanitasi Lingkungan a. Mengajak warga untuk menjaga kebersihan lingkungan. b. Penyediaan air bersih dengan melakukan kegiatan 2. Sanitasi Pribadi. a. Membiasakan Cuci tangan (terutama sebelum makan, setelah melakukan kegiatan dan setelah BAB). b. Mengajarkan cara baik untuk cuci tangan, yaitu : i. Menggunakan sabun dan air mengalir. ii. Dimulai dari telapak tangan selama 5 detik, kemudian ke sela-sela jari, bersihkan kuku dan mulai ke lengan bawah.
iii. Setelah itu, basuh dengan air mengalir dan

jangan biarkan tangan yang sudah bersih memegang benda yang kotor lagi.
d. Metode dan Media i. Penyuluhan Kesehatan meliputi penyampain informasi mengenai

penyakit tifus, proses terjadinya penyakit dan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan. ii. Kerja Bakti Rencana program kerja bakti dilakukan dua hari dari seminggu jadwal kegiatan. Diharapkan seluruh warga dapat berperan dalam kegiatan ini.

Kerja bakti ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang melakukan kegiatan bersih-bersih lingkungan dan kelompok yang membangun toilet sesuai dengan aturan kebersihan dan kesehatan. Kegiatan bersih-bersih lingkungan meliputi, pengumpulan sampah di suatu tempat yang telah disediakan, pembersihan selokan, melakukan fogging Kegiatan pembangunan toilet dilakukan dengan target setiap rumah memiliki jamban yang sesuai. Namun hal ini akan sangat sulit dilakukan dengan waktu yang terbatas. Maka, untuk tahap awal, akan dilakukan pembangunan beberapa toilet/jamban untuk masing-masing RT terlebih dahulu. Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan, yaitu : Tidak mencemari air o Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
o

Jarang lubang kotoran ke sumur/sumber air bersih sekurang-kurangnya 10 meter

o Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur. o Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang, danau, sungai, dan laut

Tidak mencemari tanah permukaan. o Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan. o Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian. Bebas dari serangga

Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah

Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celahcelah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya

Lantai jamban harus selalu bersih dan kering Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan o o o Jika menggunakan jamban cemplung, lubang Jika menggunakan jamban leher angsa, Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi jamban harus ditutup setiap selesai digunakan permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran
o

Lantai jamban harus kedap air dan permukaan

bowl licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodic Aman digunakan oleh pemakainya

Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lai yang terdapat di daerah setempat Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan Lantai jamban rata dan miring kea rah saluran lubang kotoran

bagi pemakainya

Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100

Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan


o

Jamban harus berdinding dan berpintu Dianjurkan agar bangunan jamban beratap

sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan. iii. Pelatihan Khusus (Suling air bersih) Ada banyak pilihan untuk menyaring air yang keruh dan kotor agar layak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Penyaringan air ini dilakukan sebelum air dimasak dengan suhu tinggi hampir 100C, untuk kemudian baru dapat digunakan untuk makan atau minum. Proses sederhana pembuatan saringan air ini dilakukan tanpa menggunakan bahan kimia. Dengan syarat bahwa air yang akan disaring tidak mengandung limbah kimia berbahaya. Saringan dimulai dengan membuat lapisan pasir, ijuk, arang aktif, pasir dan batu.

Salah satu kegunaan arang adalah untuk mengurangi/menghilangkan bau. Bila masalah yang dihadapi cukup berat, maka dapat mencoba dengan menambahkan satu buah lapisan batu zeolit.
e. Rencana evaluasi

Evaluasi akan dilakukan oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kotamadya selama 6 bulan setelah program promosi kesehatan di semua desa yang terletak di kecamatan sukasukalah selesai dilaksanakan. Indikator evaluasi adalah perubahan prilaku warga dan angka kejadian sebelum dan setelah program dijalankan. Sasaran primer evaluasi adalah jumlah masyarakat yang telah mendapatkan pengobatan tifus dan warga yang belum terkena tifus. Proses evaluasi dilakukan di kantor/balai desa bersama ketua RT setempat.

f. Jadwal pelaksanaan Setelah melakukan survey epidemiologi selama dua bulan yaitu terhitung dari bulan Januari 2010-Februari 2010, maka tim berencana membuat Rencana Promosi Kesehatan. Terhitung mulai tanggal 2 Mei 2010, rencana kegiatan dimulai dengan penyusunan struktur tim, pembuatan panduan dan rencana kegiatan. Kegiatan akan dilanjutkan dengan pelaksanaan promosi kesehatan di keempat desa kecamatan Sukasukalah, dan diakhiri dengan evaluasi kegiatan selama hampir enam bulan. Dan jadwal kegiatan berakhir pada minggu akhir bulan desember. Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Minggu 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 ke8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

11

Keterangan : 1. 2. 3. Membentuk struktur tim dan membuat panduan Membuat rencana promosi kesehatan Mencari advokasi dan dukungan sosial

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Melihat feedback hasil advokasi dan pencarian dana Melakukan promosi kesehatan di desa Kolot Melakukan promosi kesehatan di desa Tradisional Melakukan promosi kesehatan di desa Jadul Melakukan Promosi kesehatan di desa Modern Analisis proses promosi kesehatan (monitoring) Evaluasi kegiatan Pembuatan Laporan Pertanggungjawaban kegiatan

g. Rencana pelaksanaan di tiap desa i. Hari 1 : Penyuluhan Kesehatan (penyampain informasi) ii. Hari 2-3 : Kerja Bakti iii. Hari 4-5 : Pelatihan khusus suling air bersih pada Pak RT dan jajarannya dengan harapan pada akhirnya setiap RT akan memiliki satu tangki air bersih.

III.

Evaluasi Promosi Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai