Anda di halaman 1dari 23

IMPLEMENTASI PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS

KOLABORASI PENTAHELIX DAN KETANGGUHAN KOMUNITAS


PADA MASA PANDEMI COVID-19

DR. HENDRO WARDHONO, M.Si


WAKIL KETUA IV IKATAN AHLI KEBENCANAAN INDONESIA (IABI)
KETUA PUSAT STUDI BENCANA & LINGKUNGAN (PSBL) UNIV. DR. SOETOMO SURABAYA
UNSUR PENGARAH MASYARAKAT PROFESIONAL (UPMP) BPBD PROV. JAWA TIMUR (2012-2017)
DIREKTUR PUSAT PENELITIAN & PELATIHAN INDONESIA TANGGUH (PUSPPITA)
4 SFDRR
PRIORITAS
AKSI 1 MEMAHAMI RISIKO
BENCANA;

2
MEMPERKUAT TATA
KELOLA RISIKO BENCANA
DAN MANAJEMEN RISIKO
BENCANA;

3 INVESTASI DALAM
PENGURANGAN RISIKO
BENCANA UNTUK
KETANGGUHAN;

4
MENINGKATKAN
Sendai Framework for DRR KESIAPSIAGAAN BENCANA
2015-2030 UNTUK RESPON YANG EFEKTIF,
DAN UNTUK “BUILD BACK
BETTER" DALAM PEMULIHAN,
REHABILITASI DAN
REKONSTRUKSI.
KOLABORASI PENTAHELIX PENANGANAN COVID-19

Collaborative Governance

PEMERINTAH CG is a governing arrangement where


one or more public agencies directly
engage non-state stakeholders in a
collective decision-making process that
is formal, consencus-oriented, and
deliberative and that aims to make or
MASYARAKAT AKADEMISI implement public policy or manage
public programs or assets
(CG adalah tatakelola yang mengatur di mana satu
atau lebih lembaga publik secara langsung melibatkan
pemangku kepentingan non-negara dalam proses
pengambilan keputusan kolektif yang formal,
berorientasi pada konsencus, dan musyawarah dan
yang bertujuan untuk membuat atau
mengimplementasikan kebijakan publik atau
mengelola program atau aset public)
(Ansell and Gash , 2008)
MEDIA SWASTA

1. Starting Condition; 2. Facilitative


Leadership; 3. Institutional Design;
4. Collaborative Process
A MODEL OF COLLABORATIVE GOVERNANCE (Ansell & Gash, 2008)

PRINSIP-PRINSIP PENGURANGAN RISIKO BENCANA DALAM DIMENSI SOSIAL


BERBASIS COLLABORATIVE DISASTER RISK MANAGEMENT (CollDRM) – (Maarif, 2019)

 BERPRINSIP SAPALIBATISME, SEMUA PIHAK DAPAT BERKONTRIBUSI DALAM PRGRAM PRB WAJIB ’DISAPA DAN DILIBATKAN’ DALAM
RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM PRB DAN DIPERLUKAN STAKEHOLDER MAPPING YANG KOMPREHENSIF.

 PRINSIP VERTIZONTAL, BAHWA SEMUA PIHAK HARUS SALING MELENGKAPI DAN MENGISI (FILLING IN THE GAP) KHUSUSNYA PADA
HUBUNGAN PUSAT – DAERAH. JIKA DAERAH BELUM MEMILIKI KAPASITAS MELAKSANAKAN SEBUAH PROGRAM PRB, MAKA DIISI ATAU
DILENGKAPI OLEH PIHAK LAINNYA, KHUSUSNYA YANG BERADA PADA LEVEL PUSAT.

 MENGEMBANGKAN NETWORKING & KEMITRAAN, DALAM SETIAP IMPLEMNTASI PROGRAM PRB HARUS DAPAT DIKEMBANGKAN ATAU
MENAMBAH JEJARING BARU YANG PADA AKHIRNYA BERTONTRIBUSI PADA KEMITRAAN PROGRAM PRB DALAM JANGKA MENENGAH DAN
PANJANG.

 BERBASIS PEMBERDAYAAN KOMUNITAS, BAHWA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM PRB, SEDAPAT MUNGKIN IMPLEMENTOR
BERKOLABORASI DENGAN BERBAGAI PROGRAM SERUMPUN YANG SUDAH DILAKSANAKAN PIHAK TERKIAT LAINNYA, DENGAN
MENGEDEPANKAN PRINSIP-PRINSIP PEMBERDAYAAN, YAKNI (I) ENABLING); (II) EMPOWERING; (III) PROTECTING.

 PEMANFATAN INTERNET OF THINGS (IoT) & SMART CITY, PROGRAM PRB YANG SEDANG DAN TELAH DILAKSANAKAN DAN ATAU RANCANGAN
PROGRAM PRB YANG AKAN DIRUMUSKAN DAPAT DIKEMBANGKAN DENGAN MENGGUNAKAN IoT DAN PROGRAM SMART CITY YANG SAAT INI
SEDANG DAN TELAH DIKEMBANGKAN DI 100 KAB/KOTA DI INDONESIA.
TAHAPAN PROTOKOL MASYARAKAT PRODUKTIF DAN AMAN COVID-19
TIDAK TERPAPAR COVID DAN
TIDAK TERKAPAR PHK
SELAMA PANDEMI MASIH
BERLANGSUNG.., PROTOKOL
KESEHATAN HARGA MATI…!!!
 Dilaksanakan secara PARALEL
 Hati-hati (pertimbangkan segala aspek)
 Dukungan masyarakat
 Keselamatan rakyat

TAHAP I
Pengurangan pembatasan kab /
kota yg memiliki klasifikasi hijau
(blm ada kasus)

Prasyarat :
 Kesiapan kab / kota dan dukungan
masyarakat. TAHAP V
 Sektor yg
Penerapan “Adaptasi Kebiasaan Baru”
diprioritaskan secara
di Bidang Pendidikan
bertahap.
 Simulasi dan pelibatan media.
TAHAP II TAHAP III TAHAP IV Prasyarat :
 Dukungan Kepala Daerah dan Tomas.
9 sektor dengan risiko dampak yang rendah Memilih provinsi sesuai kriteria WHO untuk Penerapan “Adaptasi Kebiasaan Baru” di Lokasi  Protokol Kesehatan
menjalankan “Adaptasi Kebiasaan Baru” Wisata dilaksanakan
Prasyarat : secara ketat.
 Jababeka sebagai model. Prasyarat :
 Protokol kesehatan yg ketat.  Konsultasi dgn orang tua murid
Prasyarat :  Dukungan Kepala Daerah dan Tomas.
 Valuasi ekonomi dan jumlah karyawan.  Tersedianya tenaga medis setiap saat
 Dukungan Kepala Daerah dan Tomas.  Protokol kesehatan disosialisasikan dan bisa
 9 Sektor : Sektor pertambangan,  Simulasi dan pelibatan media.
 Tiap bidang yg akan dilonggarkan menjalankan dijalankan.
perminyakan, industri, protokol kesehatan secara ketat.  Sanksi bagi yg melanggar
konstruksi, perkebunan, pertanian dan  Sanksi yg keras bagi yg melanggar.  Tersedianya tenaga medis setiap saat.
peternakan, perikanan, logistik, serta  Evaluasi jika ada perubahan kasus  Membangun sistem IT dalam rangka tracing. THE HUNGRY MEN BECOME
transportasi barang terkonfirmasi.  Simulasi dan pelibatan media ANGRY MEN
 Simulasi dan pelibatan media.  Simulasi dan pelibatan media.
!!! -- UNTUK DIPERHATIKAN -- !!!!

Hasil Riset PSBL Unitomo (2017) Tentang Survey Kepuasan Masyaraat (SKM) BPBD Kab. Sidoarjo
TENTANG KETANGGUHAN
KOMUNITAS
 Ketangguhan
Ketangguhan pada
pada masyarakat
masyarakat pesisir
pesisir dalam
dalam program
program Pengembangan
Pengembangan Desa
Desa Pesisir
Pesisir Tangguh
Tangguh (PDPT)
(PDPT)
yang
yang digagas oleh Kementerian Kelautan & Perikanan sejak tahun 2012, terangkum dalam 5 (lima)
digagas oleh Kementerian Kelautan & Perikanan sejak tahun 2012, terangkum dalam 5 (lima)
aspek,
aspek, yaitu
yaitu :: (i)
(i) manusia;
manusia; (ii)
(ii) usaha;
usaha; (iii)
(iii) sumberdaya;
sumberdaya; (iv)
(iv) lingkungan
lingkungan // infrastruktur;
infrastruktur; dan
dan (v)
(v)
siaga bencana;
siaga bencana;

 Twigg
Twigg (2012)
(2012) menyatakan
menyatakan bahwa
bahwa pemahaman
pemahaman atasatas resillience
resillience atau
atau yang
yang dapat
dapat diterjemahkan
diterjemahkan sebagai
sebagai
‘ketahanan’
‘ketahanan’ yang
yang pada
pada hakikatnya
hakikatnya mencakup
mencakup tiga
tiga pengertian,
pengertian, yaitu
yaitu :: (i)
(i) kapasitas
kapasitas untuk
untuk menyerap
menyerap
tekanan
tekanan atau kekuatan-kekuatan yang menghancurkan, melalui perlawanan atau adaptasi; (ii)
atau kekuatan-kekuatan yang menghancurkan, melalui perlawanan atau adaptasi; (ii)
kapasitas
kapasitas untuk
untuk mengelola,
mengelola, atau
atau mempertahankan
mempertahankan fungsi-fungsi
fungsi-fungsi dandan struktur-struktur
struktur-struktur dasar
dasar
tertentu, selama kejadian kejadian yang mendatangkan malapetaka; dan (iii)
tertentu, selama kejadian kejadian yang mendatangkan malapetaka; dan (iii) kapasitas untuk kapasitas untuk
memulihkan
memulihkan diri
diri atau
atau ‘melenting
‘melenting balik’
balik’ setelah
setelah suatu
suatu kejadian
kejadian // peristiwa
peristiwa bencana;
bencana;

 Syamsul
Syamsul Maarif
Maarif (2015)
(2015) menawarkan
menawarkan konsep
konsep ketangguhan
ketangguhan yang
yang ‘cukup
‘cukup praktis’
praktis’ bahwa
bahwa komunitas
komunitas bisa
bisa
dinyatakan ‘tangguh’ dalam menghadapi bencana pada dasarnya merujuk pada dua
dinyatakan ‘tangguh’ dalam menghadapi bencana pada dasarnya merujuk pada dua kata kunci, yakni kata kunci, yakni
‘selamat’
‘selamat’ dan
dan ‘bangkit
‘bangkit kembali’.
kembali’. Maknanya
Maknanya adalah
adalah bahwa
bahwa ketika
ketika seseorang
seseorang dan
dan atau
atau komunitas
komunitas berada
berada
di wilayah terdampak bencana, maka mereka mampu ‘secara minimal’ merencanakan,
di wilayah terdampak bencana, maka mereka mampu ‘secara minimal’ merencanakan, mengorganisasi mengorganisasi
dan
dan menerapkan
menerapkan tahapan
tahapan penyelamatan
penyelamatan paling
paling tidak
tidak untuk
untuk diri
diri dan
dan atau
atau komunitasnya
komunitasnya agaragar dapat
dapat
terhindar
terhindar dari bencana yang terjadi serta mampu bangkit kembali dari keterpurukan akibat bencana baik
dari bencana yang terjadi serta mampu bangkit kembali dari keterpurukan akibat bencana baik
secara
secara mental
mental // spiritual
spiritual (dalam
(dalam domain
domain ilahiyah)
ilahiyah) maupun
maupun dalam
dalam domain
domain non-ilahiyah
non-ilahiyah (material).
(material).
MENUJU INDONESIA TANGGUH

Mewujudkan masyarakat yang memiliki kemampuan:

1. Akses Informasi
2. Daya Antisipasi
3. Daya Proteksi (dengan menangkis dan menghindar)
3. Daya Adaptasi (living in harmony with risk)
4. Daya Lenting (Bangkit)
!!! STOP PRESS !!!
KEGAGALAN TATA KELOLA PROGRAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Kegagalan program pemberdayaan masyarakat selama ini cenderung
diakibatkan karena kurang mempertimbangkan kebutuhan dari sudut
pandang masyarakat. Banyak lembaga kesulitan dalam memahami
keadaan sosial suatu masyarakat. Hal ini mengakibatkan keterbatasan
informasi yang dimiliki pelaku untuk merancang program yang sesuai peta
masalah dan kebutuhan masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan pemetaan
sosial (social mapping) yang merupakan sebuah cara untuk memperoleh
gambaran utuh mengenai kondisi sosial masyarakat (termasuk
masyarakat pesisir).
MEMULAI DARI APA YANG MASYARAKAT KETAHUI & MILIKI
BUKAN MEMULAI DARI APA YANG KITA (Pemerintah / Fasilitator) KETAHUI & MILIKI
PENTAHELIX TERDIRI DARI PEMERINTAH, DUNIA USAHA, MASYARAKAT, AKADEMISI DAN MEDIA. Adapun penjabaran peran masing-masing
aktor (pentahelix) dalam konteks gotong royong semua aktor / unsur untuk menghadapi bencana adalah sebagai berikut :
Aktor / Unsur Deskrispi Peran & Tanggung Jawab Aktor / Unsur
Pasal 6 – UU 24/2007 (Tanggungjawab Pemerintah / Pusat)
Tanggung jawab Pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi: a.
pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan
program pembangunan; b. perlindungan masyarakat dari dampak bencana; c. penjaminan
pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana secara adil dan
sesuai dengan standar pelayanan minimum; d. pemulihan kondisi dari dampak bencana;
e. pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang memadai; f. pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam
bentuk dana siap pakai; dan g. pemeliharaan arsip/dokumen otentik dan kredibel dari
Pemerintah
ancaman dan dampak bencana.
 
Pasal 8 – UU 24/2007 (Tanggungjawab Pemerintah Daerah)
Tanggung jawab pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi: a.
penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana sesuai
dengan standar pelayanan minimum; b. perlindungan masyarakat dari dampak bencana;
c. pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan
program pembangunan; dan d. pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam
Anggaran
Pasal 28 – Pendapatan
UU 24 / 2007dan Belanja
(Peran Daerah
Lembaga yang memadai.
Usaha)
Lembaga usaha mendapatkan kesempatan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik
secara tersendiri maupun secara bersama dengan pihak lain.

Pasal 29 – UU 24/2007
Dunia /
1) Lembaga usaha menyesuaikan kegiatannya dengan kebijakan penyelenggaraan
Lembaga
penanggulangan bencana.
Usaha
2) Lembaga usaha berkewajiban menyampaikan laporan kepada pemerintah dan/atau badan
yang diberi tugas melakukan penanggulangan bencana serta menginformasikannya kepada
publik secara transparan.
Aktor / Unsur Deskrispi Peran & Tanggung Jawab Aktor / Unsur
Pasal 26 – UU 24/2007 (Hak Masyarakat), Setap orang Berhak :
1) (a) mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman, khususnya bagi kelompok masyarakat rentan
bencana; b. mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana. (c) mendapatkan informasi secara tertulis dan/atau lisan tentang
kebijakan penanggulangan bencana. (d) berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan
pemeliharaan program penyediaan bantuan pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial;
(e) berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan bencana,
khususnya yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya; dan (f) melakukan pengawasan sesuai
dengan mekanisme yang diatur atas pelaksanaan penanggulangan bencana.
Masyarakat
2) Setiap orang yang terkena bencana berhak mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar.
3) Setiap orang berhak untuk memperoleh ganti kerugian karena terkena bencana yang disebabkan
oleh kegagalan konstruksi.
 
Pasal 27 – UU 24/2007 (Kewajiban Masyarakat) Setiap orang Berkewajiban :
(a). menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara keseimbangan, keserasian,
keselarasan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup; (b). melakukan kegiatan penanggulangan
bencana; dan (c). memberikan informasi yang benar kepada publik tentang penanggulangan
bencana.
Media massa memiliki jaringan yang luas dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.
Sehingga independensi dan edukasi dalam pemberitaan harus terjaga dan terpelihara;
 
 Peningkatan kapasitas masyarakat dan atau komunitas dalam pengetahuan bencana dan
penanggulangannya memerlukan peranan media dalam menyampaikan penanganan bencana
kepada seluruh stakeholders atau masyarakat luas;
Media /
 
Jurnalis
 Media adalah pengganda BNPB dan BPBD dalam penanggulangan bencana. Media mampu
mempengaruhi keputusan politik, mengubah perilaku dan menyelamatkan masyarakat. Apa yang
publik pikirkan seringkali tergantung pada apa yang publik terima dari media. Secanggih
apapun seseorang atau pemerintah dalam menangani bencana, tanpa bantuan publikasi
media massa sama saja nihil. Karena tidak ada masyarakat yang tahu apa yang telah
dilakukannya dalam penanganan bencana yang terjadi (Sutopo, Kapusdatin Humas BNPB).
Aktor / Unsur Deskrispi Peran & Tanggung Jawab Aktor / Unsur
 Pelibatan akademisi, pakar-pakar kebencanaan untuk meneliti, melihat, mengkaji, titik mana
yang sangat rawan bencana harus dilakukan secara masif, termasuk melalui KKN Tematik
Penanggulngan Bencana. Para peneliti dan akademisi / pakar harus mampu memprediksi
ancaman dan mengantisipasi serta mengurangi dampak bencana. Libatkan akademisi dan
pakar dalam semua siklus penanggulangan bencana, dan jangan bekerja hanya pada saat
terjadinya bencana. Pakar di Indonesia meskipun tidak banyak tetapi ada, sehingga kita
mengetahui adanya megathrust, pergeseran lempeng dan termasuk dampak sosial atas
peristiwa bencana, dll. Setelah pakar berbicara, kemudian dapat dijadikan rujukan untuk
melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
 
 Pembangunan sistem peringatan dini yang terpadu berbasiskan rekomendasi dari hasil
penelitian dan kajian serta masukan dari akademisi dan pakar kebencanaan harus dipakai,
termasuk hingga ke level daerah. Belajar dari Jepang, masyarakat tidak panik saat gempa.
Akademisi / Mereka baru berlari ketika ada sirine dan mengetahui jalur evakuasi.
Perguruan  
Tinggi
TIGA SEKTOR PRIORITAS UNTUK KETANGGUHAN
MASYARAKAT
2019-2024 [Pengetahuan & Ketrampilan]

1 2 3
PENGUATAN
PENGUATAN
PENGUATAN RELAWAN
FORUM PENGURANGAN
DESA TANGGUH BENCANA PENANGGULANGAN
RISIKO BENCANA
BENCANA

8.509 34 Desk Relawan 34


Destana Tsunami Penanggulangan Forum
Bencana Provinsi Pengurangan
1.133 Peningkatanan Kapasitas
Sumber Daya Relawan PB
Risiko Bencana
Provinsi
Destana Eupsi Gunungapi
PENGUATAN (ALTERNATIF)
7 OBYEK KETANGGUHAN (DALAM DESTANA)
GERAKAN MASYARAKAT UNTUK MEMANEN AIR HUJAN
Air hujan merupakan salah satu sumber daya yang seharusnya dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat. Sayangnya belum banyak
yang menyadari dan menggunakan tetesan air hujan sebagai air layak pakai khususnya untuk kebutuhan air bersih. Umumnya air hujan
yang turun dibiarkan mengalir begitu saja dan tidak jarang membuat genangan di tempat-tempat yang drainasenya buruk. Masyarakat lebih
memilih menggunakan air tanah yang biasanya akan mengering saat musim kemarau. Memanen air hujan adalah peluang untuk
menghemat penggunaan air tanah dan tentu saja kegiatan yang ramah lingkungan. Alat pemanen air hujan dimaksudkan untuk
memanfaatkan air hujan agar dapat digunakan, karena air hujan adalah air murni dan telah terdistilasi. Keuntungan kegiatan memanen air
hujan adalah menghemat listrik, air hujan merupakan sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, air hujan yang dipanen mencegah
genangan air ketika turun hujan dan kegiatan memanen air hujan tentu saja ramah lingkungan. Permodelan kegiatan memanen air hujan
yang dilakukan oleh sebuah komunitas atau kelompok masyarakat merupakan awal dari perjalanan menuju green lifestyle. Ide memanen air
hujan ini harus disebarluaskan untuk menyelamatkan bumi.
PROGRAM PASAR TANGGUH BENCANA
(Melalui KKN Tematik Pengurangan Risiko Bencana / PRB)
MENGAPA HARUS PASAR..
SALAH SATU OBYEK KETANGGUHAN YANG MEMILII KARATERISTIK :
- TERDAPAT SEJUMLAH POTENSI ANCAMAN / BENCANA ANTARA LAIN
KEBAKARAN, BANJIR DAN PUTING BELIUNG;
- TEMPAT BERKUMPULNYA ORANG (PEDAGANG DAN PENGUNJUNG)
DALAM JUMLAH BESAR DAN RELATIF HINGGA 24 JAM SEHARI;
- SECARA INFRASTRUKTUR / SARANA FISIK BELUM BANYAK YANG
MEMENUHI STANDAR KESELAMATAN & KEMANAN DALAM UPAYA
PENGURANGAN RISIKO BENCANA.

18
PUSKESMAS SIAGA BENCANA (PUSGANA)

=== MENGAPA HARUS PUSKESMAS ===


• Adalah fasilitas pelayanan dasar kesehatan yang merupakan kontak pertama pasien dalam proses awal
pelayanan medik;
• Puskesmas merupakan salah satu fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan) primer/dasar yang menjadi
ujung tombak pelayanan kesehatan pada masyarakat baik yang bersifat UKM (Upaya Kesehatan
Masyarakat) maupun UKP (Upaya Kesehatan Perorangan);
• Puskesmas adalah unit pelaksana teknis milik Dinas Kesehatan Kab/kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan;
• Sebagai Unit Pelaksana Teknis yang melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan Kab/Kota.

== DALAM UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA==


!! - PUSKESMAS DAPAT BERFUNGSI SEBAGAI LAYANAN INFORMASI BENCANA -!!
!! - PUSKESMAS SEBAGAI LEMBAGA LITERASI & PEMBELAJARAN KEBENCANAAN - !!
!! - PUSKESMAS SEBAGAI TITIK KUMPUL DAN ATAU SHELTER (DALAM TANGGAP DARURAT) - !!

19
STRATEGI : PENINGKATAN INDEKS KAPASITAS DI KABUPATEN/KOTA
KEBIJAKAN : 1. PENCEGAHAN :
Perda PB, BPBD, RPB, Forum PB, Gerakan PRB, Penegakan Hukum,
Info PB, Tataruang berbasis PB Penguatan Kebijakan dan 5. Restorasi Lahan Gambut
KELEMBAGAAN : Kelembagaan – 6 % Peningkatan Efektivitas MITIGASI :
BPBD, Forum PRB Bangunan tahan gempabumi,
Pencegahan dan Mitigasi bangunan break water tsunami dan
Bencana – 21 % gelombang ektrem, revitalisasi
tanggul/embung/taman kota
Peta Risiko Bencana, 2.
Rencana Penanggulangan Bencana
Pengkajian Risiko dan
Perencanaan Terpadu – 6 % KESIAPSIAGAAN :
Rencana Kontijensi per ancaman, Sistem
6. Peringatan Dini per ancaman, Rencana
evakuasi per ancaman, jalur dan tempat
INFORMASI : Perkuatan Kesiapsiagaan evakuasi sementara
Sarana Penyampaian, Pusdalops, Sosialisasi, 3. dan Penanganan Darurat PENANGANAN DARURAT :
Bulan PRB, DiBI
DIKLAT:
Pengembangan Sistem Bencana – 35 % Penentuan status tanggap darurat, sistem
komando operasi tanggap darurat, kaji
Pelatihan PB per tahun, Gladi PB per Informasi, Diklat cepat bencana, penyelamatan dan
ancaman LOGISTIK :
Manajemen logistik peralatan
dan Logistik – 7,5 % pertilongan korban (SAR), perbaikan
darurat, bantuan masyarakat terjauh

Tataruang berbasis PB,


Sekolah/Madrasah Aman Bencana,
4. 7.
Pelayanan dasar pemerintah,
Rumah sakit/puskesmas Aman Penanganan Tematik Kawasan Pengembangan Sistem pemulihan infrastruktur penting,
Bencana,
Desa Tangguh Bencana
Rawan Bencana – 10,5 % Pemulihan Bencana – 14 % perbaikan rumah penduduk,
pemulihan livelihood
SARAN / MASUKAN
• Penanggulangan Bencana merupakan Urusan Bersama (Kolaboratif), termasuk Pemerintah dan Pemerintah
Daerah. Untuk itu perlu didorong forum lintas pelaku hingga tingkat desa, salah satunya berbetuk Forum PRB
(Pengurangan Risiko Bencana) Desa, termasuk di Kabupaten/Kota & Provinsi.

• Penguatan kapasitas pentahelix di semua level pemerintahan tak terkecuali di tingkat desa / kelurahan
merupakan kunci untuk mewujudkan ketangguhan bangsa dalam menghadapi Bencana.

• Program-program yang bertajuk ketangguhan dari beragam sektor perlu di sinergikan dan atau saling
melengkapi sehinga tidak berjalan sendiri-sendiri atau mengedepankan ego sektoral. Desa Tangguh,
Kampung Siaga, Desa Siaga dan Kampung Tangguh pada prinsipnya bisa saling melengkapi (fill in the gap).

• Untuk mewujudkan ketangguhan maka kesiapsiagaan diperlukan, namun masih belum mencukupi. Upaya
pencegahan dan mitigasi harus ditingkatkan.

• Pemerintah Daerah dapat mengintegrasikan PRB kedalam rencana pembangunan di daerah sehingga bisa
melaksanakan strategi PRB melalui program dan aksinya
Peningkatan POLICY CAPACITY (Melakukan Pilihan-Pilihan Cerdas Sejumlah
Alternatif Kebijakan Untuk AKBAR)

Alternatif Pilihan Kebijakan Untuk Adaptasi Kebiasaan Baru (AKBAR)


Aspek / Elemen Selama Pandemi
Masa Transisi (Pemulihan) Pasca Pandemi

Dipertimbangkan untuk menggunakan pola dan struktur organisasi yang


Menggunakan Pola GUGUS merujuk pada UU Penanggulangan Bencana beserta turunannya dengan
Struktur Birokrasi
TUGAS mendepankan pada upaya-upaya pengurangan risiko bencana (Pasal 37 UU
24/2007) dengan pelibatan pentahelix.

Juru Bicara GUGUS TUGAS yang Pemanfaatan Forum PRB di Daerah


Komunikasi Juru Bicara GUGUS TUGAS sudah mulai melibatkan Forum PRB di sebagai media informasi, komunikasi
pusat / daerah dan edukasi

Alokasi / porsi anggaran yang


memadai untuk Bencana non-Alam
 
Dukungan Sumberdaya dan perlunya ‘connecting doors’
Melalui Refocussing & Realokasi Anggaran
untuk pemanfaatannya secara lintas
instansi / lembaga

Disposisi (Dispotition) Perlunya optimalisasi kolobarasi pentahelix mulai dari pusat hingga daerah
Bertumpu Pada Pemerintah
dengan menggunakan prinsip-prinsip pemulihan sosial ekonomi sesuai
(GUGUS TUGAS)
Leader Style & Commitment amanah dalam UU PB (24/2007)

By : Dr. Hendro Wardhono, M.Si (Wakil Ketua IV - IABI)


-TERIMAKASIH-

Semoga Bermanfaat
Working Together to
Disaster Risk Reduction
and, Do Little, Do Now !!!

Anda mungkin juga menyukai