Anda di halaman 1dari 8

(Untuk Kalangan Perawat)

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan
rahmatNya, sehingga penyusunan buku dengan judul Manajemen Bencana ini bisa diselesaikan
sesuai dengan target yang telah kami harapkan.
Bencana alam dalam bentuk apapun pasti akan merugikan kita. Masalah ini sudah
menjadi trending topic di era modern saat ini, karena berbagai bencana alam akan terus menerus
datang tanpa kita sadari.
Walaupun manusia dapat memprediksi kapan terjadinya bencana, tetapi tidak akan bisa
menghentikan bencana itu. Walaupun bisa memperkecil korban jiwa, tetapi kerugian yang
diderita amatlah besar. Kita sebagai manusia hanya bisa menghindari, tetapi tidak dapat
menghentikan terjadinya bencana alam, sekuat apapun manusia tersebut.
Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi (gempabumi,
tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hydrometeorologi (banjir, tanah longsor,
kekeringan, angin topan), bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit manusia, penyakit
tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakan industri, kecelakaan
transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait
dengan konflik antar manusia akibat perebutan sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi,
religius serta politik. Sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari situasi
bencana pada suatu daerah konflik.
Kompleksitas dari permasalahan bencana tersebut memerlukan suatu penataan atau
perencanaan yang matang dalam penanggulangannya, sehingga dapat dilaksanakan secara
terarah dan terpadu. Penanggulangan yang dilakukan selama ini belum didasarkan pada langkah-
langkah yang sistematis dan terencana, sehingga seringkali terjadi tumpang tindih dan bahkan
terdapat langkah upaya yang penting tidak tertangani.
Penerbitan buku ini sebagai bentuk tanggungjawab kami untuk berbagi ilmu pengetahuan
dan informasi kebencanaan dalam rangka mewujudkan konsep pengurangan risiko bencana serta
untuk meminimalisir korban dari bencana yang tidak pernah terduga datangnya.
Harapan kami semoga melalui buku ini kita selalu siap dan tangguh menghadapi
bencana. Terima kasih atas seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini dan mohon
maaf atas segala kekurangan yang tersaji. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua di
kemudian hari.

TIM PENYUSUN
Daftar Isi
Bab I : Pendahuluan

Latar Belakang

Penyebab Bencana

Pengertian Manajemen Bencana

Tujuan Manajemen Bencana

Asas Manajemen Bencana

Perundangan Bencana di Indonesia

Bab II : Jenis Bencana

Pengertian Umum

Bencana Alam

Bencana Buatan Manusia (Man Made Disaster)

Bab III : Proses Manajemen Bencana

Pendahuluan

o Konsep Manajemen Bencana

o Tahapan Manajemen Bencana

Pra Bencana

o Kesiagaan

o Peringatan Dini

o Mitigasi Bencana

Saat Kejadian Bencana

o Tanggap Darurat
o Penanggulangan Bencana

Pasca Bencana

o Rehabilitasi

o Konstruksi

Bab IV : Elemen Sistem Manajemen Bencana

Kebijakan Manajemen

Identifikasi dan Penilaian Resiko Bencana (Disaster Risk Assessment)

o Identifikasi Bencana

o Penilaian dan Evaluasi Risiko Bencana

o Pengendalian Risiko Bencana

Perencanaan Awal

Prosedur Manajemen Bencana

Organisasi dan Tanggung Jawab

o Peran dalam Pengorganisasian Bencana

Sumberdaya Penanganan Bencana

Pembinaan dan Pelatihan

o Pelatihan dan Pembinaan Tim Teknis

o PElatihan dan Pembinaan Masyarakat

Komunikasi

Investigasi dan Pelaporan

Inspeksi dan Audit Manajemen Bencana

Bab V : Penerapan Manajemen Bencana

Pengorganisasian
Pedoman Penanganan Bencana

o Bencana Gempa Bumi

o Tsunami

o Letusan Gunung Api

o Tanah Longsor

o Banjir

o kekeringan

o Angin Topan

o Gelombang Pasang

o Kegagalan Teknologi

o Bencana Kebakaran

o Tumpahan dan Bocoran B3

o Pencemaran/Polusi

o Bencana Konstruksi

Bencana Industri

o Dasar Hukum

o Persyaratan Manajemen Bencana

o Penerapan Manajemen Bencana dalam Industri

Bab VI : Proses Pengembangan Manajemen Bencana

Langkah Pengembangan

Kelemahan dalam Manajemen Bencana

Kunci Keberhasilan

Lampiran :
1. Contoh Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat Gedung Bertingkat

2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan


Bencana.

Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh


alam maupun oleh manusia sendiri yang mengakibatkan korban dan penderitaan
manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana
umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan
manusia (Purba, 2005 : 145).
Bencana (disaster) adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (UU No. 24 Tahun
2007).
Definisi bencana seperti dipaparkan di atas mengandung tiga aspek dasar,
yaitu: terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak
(hazard), peristiwa atau gangguan tersebut mengancam kehidupan, penghidupan,
dan fungsi dari masyarakat serta ancaman tersebut mengakibatkan korban dan
melampaui kemampuan masyarakat untuk mengatasi dengan sumber daya
mereka.
Jadi, jika disimpulkan, bencana dapat terjadi karena ada dua kondisi yaitu adanya
peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard) dan kerentanan
(vulnerability) masyarakat. Bila terjadi hazard, tetapi masyarakat tidak rentan,
maka berarti masyarakat dapat mengatasi sendiri peristiwa yang mengganggu,
sementara bila kondisi masyarakat rentan, tetapi tidak terjadi peristiwa yang
mengancam maka tidak akan terjadi bencana.
Bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi pada hari minggu tanggal
26 Desember 2004 jam 08.30 WIB di bumi Aceh NAD merupakan salah satu
contoh peristiwa global pada sejarah abad 21. Bencana alam tersebut
menyebabkan kerugian materi dan jiwa. Terjadi kerusakan infrastruktur di
sepanjang 800 kilometer pesisir pantai barat dan timur NAD. Bangunan dan situs-
situs budaya rusak, 180 ribu rumah pada permukiman-permukiman hancur, dan
lebih dari 120 ribu jiwa meninggal dunia atau hilang dan lebih dari 500 ribu orang
mengungsi dan tinggal di tenda-tenda. Dari peristiwa inilah, di Indonesia
khususnya, pemerintah beserta masyarakat segera bahu membahu berusaha
meningkatkan perhatian dan kemampuan terhadap upaya-upaya penanggulangan
bencana. Kita semakin sadar akan perlunya memiliki suatu sistem
pengangulangan bencana yang komprehensif secara nasional atau disaster
management system. Upaya penanggulangan bencana yang efektif harus
dilakukan sejak dari prabencana, pada saat tanggap darurat dan pasca bencana.
Pendekatan komprehensif untuk mengurangi risiko bencana kemudian
ditetapkan dalam Kerangka Aksi Hyogo yang didukung PBB pada tahun 2005.
Pendekatan ini bertujuan berkurangnya kerugian, nyawa, aset sosial dan ekonomi
masyarakat akibat bencana. UN International Strategy for Disaster Reduction
(UNISDR) menyediakan alat kerjasama antar pemerintah, organisasi, dan aktor
masyarakat sipil untuk mewujudkan penerapan kerangka tersebut.
Sebutan untuk Framework for Action 2005-2015: Building the Resilience of
Nations and Communities to Disasters merupakan hasil dari Konferensi Sedunia
tentang Pengurangan Bencana (World Conference on Disaster Reduction) yang
diselenggarakan tanggal 18-22 Januari 2005 di Kobe, Hyogo, Jepang. Konferensi
ini dihadiri 165 negara. Konferensi tersebut memberikan kesempatan untuk
menggalakkan pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam
kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konferensi tersebut menekankan perlunya
mengetahui cara-cara membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap
bencana.
Substansi dasar dalam Kerangka Aksi Hyogo tersebut adalah perlu adanya
komitmen bersama dalam penanggulangan bencana baik itu pemerintah,
organisasi-organisasi regional dan internasional, masyarakat, swasta, akademisi
dan para pemangku kepentingan terkait lainnya.

B. Penyebab Bencana

Sejak masa lalu manusia telah menghadapi bencana alam yang


berulangkali melenyapkan populasi mereka.Pada zaman dahulu, manusia sangat
rentan akan dampak bencana alam dikarenakan keyakinan bahwa bencana alam
adalah hukuman dan simbol kemarahan dewa-dewa. Semua peradaban kuno
menghubungkan lingkungan tempat tinggal mereka dengan dewa atau tuhan yang

dianggap manusia dapat memberikan kemakmuran maupun kehancuran. Kata


bencana dalam Bahasa Inggris "disaster" berasal dari kata Bahasa Latin "dis"yang
bermakna "buruk" atau "kemalangan" dan "aster" yang bermakna "dari

bintang-bintang". Kedua kata tersebut jika dikombinasikan akan menghasilkan

arti "kemalangan yang terjadi di bawah bintang", yang berasal dari keyakinan

bahwa bintang dapat memprediksi suatu kejadian termasuk peristiwa yang

buruk.

Penyebab Bencana

Pengertian Manajemen Bencana

Tujuan Manajemen Bencana

Asas Manajemen Bencana

Perundangan Bencana di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai