Anda di halaman 1dari 42

KONSEP PERENCANAAN DAN EVALUASI

PROGRAM KESEHATAN

BOOK CHAPTER
Guna melengkapi tugas mata kuliah
Perencanaan, Pemantauan, dan Penilaian Program Kesehatan
Oleh Dosen Pengampu: Dr. drg. Wachyu Sulistiadi M.A.R.S.

Disusun Oleh:

Adelita wahyu ramadani 1906428575

Febriana Widya 1906428796

Fenindra Anggi Alifta 1906428801

Mita Praba Kinanti 1906428934

Risma Nur Hakiki 1906429142

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS INDONESIA

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan YME telah memberikan kami kemudahan sehingga penulis mampu

untuk menyelesaikan pembuatan book chapter ini sebagai tugas dari mata kuliah Perencanaan,

Pemantauan, dan Penilaian Program Kesehatan.

Penulis tentu menyadari bahwa book chapter ini masih jauh dari kata sempurna dan

masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis

mengharapkan kritik serta saran dari pembaca supaya book chapter ini dapat menjadi lebih baik

lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada book chapter ini penulis mohon maaf

yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung

dalam menulis book chapter ini.

Demikian, semoga book chapter ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Depok, September 2020

Penulis

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

TENTANG BUKU INI....................................................................................................... iv

CHAPTER 1 - DASAR - DASAR PERENCANAAN PROGRAM KESEHATAN .......... 1

A. Pengertian Program Kesehatan ............................................................................... 1

B. Perencanaan Kesehatan ........................................................................................... 1

b. Urgensi Perencanaan ................................................................................................ 3

c. Manfaat Perencanaan .............................................................................................. 3

d. Konsep Perencanaan ................................................................................................ 3

e. Prinsip Perencanaan................................................................................................. 4

CHAPTER 2 - ANALISIS MASALAH DAN TUJUAN PERENCANAAN


KESEHATAN ..................................................................................................................... 6

A. Analisis Masalah Kesehatan .................................................................................... 6

B. Tujuan Perencanaan Kesehatan .............................................................................. 7

C. Langkah-Langkah Perencanaan Program Kesehatan ............................................ 7

CHAPTER 3 - ASPEK TEKNOLOGI PERENCANAAN KESEHATAN ....................... 9

A. Data dan Pengukuran............................................................................................... 9

B. Skala Pengukuran .................................................................................................. 11

C. Planning Models ..................................................................................................... 11

D. Perencanaan Kesehatan Ditinjau dari Waktu ...................................................... 13

E. Perencanaan Ditinjau dari Kajian Masalah .......................................................... 14

CHAPTER 4 - EVALUASI DALAM PROGRAM KESEHATAN ................................. 15

A. Definisi Evaluasi ..................................................................................................... 15

B. Tipe-tipe Evaluasi ................................................................................................... 15

C. Teknik Evaluasi ...................................................................................................... 16

D. Manfaat Evaluasi .................................................................................................... 17

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan ii


E. Langkah-Langkah Evaluasi ................................................................................... 17

CHAPTER 5 - KONSEP PERENCANAAN DAN EVALUASI DALAM


PENANGANAN COVID-19 ............................................................................................. 19

A. WHO ....................................................................................................................... 19

B. Kemenkes – Indonesia ............................................................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 36

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan iii


TENTANG BUKU INI

Program kesehatan adalah kumpulan dari proyek - proyek di bidang kesehatan baik yang
berjangka pendek maupun jangka panjang. Pada umumnya, suatu program kesehatan diadakan
sebagai realisasi dari rencana program kesehatan di bidang kesehatan yang akan memberikan
dampak pada peningkatan derajat kesehatan suatu masyarakat.
Perencanaan adalah sebuah konsep yang terencana dan disusun secara sistematis oleh
suatu badan tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Perencanaan dibutuhkan di semua
tingkatan dan memiliki kecenderungan untuk meningkat sesuai dengan dampak potensial
terbesar terhadap sukses organisasi atau tingkatan manajemen atas.
Untuk menilai suatu kondisi kesehatan digunakan beberapa indikator. Indikator keadaan
kesehatan dapat dibandingkan dengan standar pelayanan kesehatan, cakupan, target program
kesehatan di daerahnya (puskesmas, kabupaten, propinsi, nasional) atau dibandingkan dengan
daerah lain serta dapat dianalisa kejadian dari waktu ke waktu (trend / kecenderungan). Analisa
derajat kesehatan akan menjelaskan masalah kesehatan apa yang dihadapi.
Setelah perencanaan sudah dilaksanakan maka akan dihasilkan capaian-capaian tertentu
dari masing-masing program, sehingga kegiatan selanjutnya adalah mengukur sejauh mana
capaian dari masing-masing program dibandingkan dengan perencanaan yang sudah ditetapkan
diawal kegiatan yang disebut evaluasi.
Di Indonesia sendiri ada berbagai program di bidang kesehatan seperti program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN), program imunisasi lengkap dan lain sebagainya. Untuk menunjang
program tersebut dibutuhkan infrastruktur yang memadai seperti sistem informasi, akreditasi,
pembangunan gedung dan lain.
Setiap program yang dijalankan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya perencanaan
yang matang dan berstruktur serta evaluasi yang dilakukan secara terus menerus untuk
memperbaiki dan meningkatan kualitas sistem program itu sendiri. Pada book chapter ini akan
membahas konsep perencanaan dan evaluasi suatu program kesehatan dan langkah-langkah
perencaan serta evaluasi yang telah dilakukan oleh WHO dan Kemenkes untuk menangani
COVID-19.

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan iv


CHAPTER I
DASAR - DASAR PERENCANAAN PROGRAM KESEHATAN

A. Pengertian Program Kesehatan


Program kesehatan adalah kumpulan dari proyek - proyek di bidang kesehatan baik yang
berjangka pendek maupun jangka panjang. Pada umumnya, suatu program kesehatan diadakan
sebagai realisasi dari rencana program kesehatan di bidang kesehatan yang akan memberikan
dampak pada peningkatan derajat kesehatan suatu masyarakat.
Di Indonesia sendiri ada berbagai program di bidang kesehatan seperti program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN), program imunisasi lengkap dan lain sebagainya. Untuk menunjang
program tersebut dibutuhkan infrastruktur yang memadai seperti sistem informasi, akreditasi,
pembangunan gedung dan lain sebagainya. Dalam menjalankan program seperti JKN
diperlukan pelayanan yang bersentuhan langsung dengan peserta misalnya pelayanan rawat
jalan, rawat inap dan gawat darurat.
Jika diperhatikan kembali ada perbedaan pada contoh kegiatan tersebut. Terdapat program
kesehatan yang disebut JKN, ada proyek infrastruktur kesehatan berupa pengadaan sistem
informasi, dan ada pelayanan kesehatan untuk memastikan bahwa program tersebut menyentuh
langsung ke masyarakat.
Antara proyek, program dan pelayanan kesehatan mempunyai hubungan. Proyek bertujuan
mendukung program kesehatan, program bertujuan menjalankan amanat kebijakan dan
pelayanan bertujuan memberikan manfaat program kesehatan.

B. Perencanaan Kesehatan
a. Pengertian Perencanaan
Beberapa pengertian perencanaan pakar menyebutkan beberapa pengertian
Perencanaan.
a) Siagian (1994), Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang
dalam rangka pencapaian yang telah ditentukan.
b) Kusmiadi (1995), Perencanaan adalah proses dasar yang kita gunakan untuk
memilih Tujuan-tujuan dan menguraikan bagaimana cara pencapaiannya.
c) Billy E Guetz, Perencanaan adalah kemampuan untuk memilih satu kemungkinan
dari berbagai kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk
mencapai tujuan.

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 1


d) T. Hani Handoko (2003), perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan
dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh
siapa.
Menurut WHO perencanaan Kesehatan adalah suatu ketelitian, suatu interpretasi yang
cermat serta suatu upaya pengembangan pelayanan kesehatan yang teratur yang
dilaksanakan atas dasar pemanfaatan seluruh ilmu pengetahuan modern serta pengalaman
yang dimiliki sedemikian rupa sehingga terpenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat
berdasarkan sumber - sumber yang tersedia. Perencanaan Kesehatan merupakan suatu
proses yang terdiri dari langkah - langkah yang berkesinambungan artinya suatu langkah
tidak dapat dilakukan sebelum langkah sebelumnya terlaksana.
Perencanaan Kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang yang didahului dengan penetapan tujuan, mengenali masalah kesehatan
melalui analisis situasi masalah masyarakat, menentukan dan memilih sumber daya yang
dibutuhkan, menyusun kegiatan yang akan dilakukan, menetapkan besarnya biaya,
menentukan waktu pelaksanaan, menentukan tempat kegiatan, menentukan sasaran,
menetapkan target yang akan dicapai, dan menyusun indikator pencapaian serta bentuk
evaluasi yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah kesehatan yang
dihadapi oleh masyarakat.
Adapun berbagai unsur agar terlaksananya Perencanaan Kesehatan, yaitu :
a) Rumusan misi
Suatu rencana yang baik harus mengandung rumusan tentang misi yang dianut
oleh organisasi yang menyusun rencana. Uraian yang tercantum dalam misi
mencakup ruang lingkup yang sangat luas.
b) Rumusan masalah
Suatu rencana yang baik haruslah mengandung rumusan tentang masalah yang
ingin diselesaikan. Rumusan masalah yang baik harus mempunyai tolak ukur dan
bersifat netral.
c) Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus
Suatu rencana yang baik harus mengandung rumusan tujuan yang ingin dicapai.

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 2


b. Urgensi Perencanaan

Perencanaan dibutuhkan di semua tingkatan dan memiliki kecenderungan untuk


meningkat sesuai dengan dampak potensial terbesar terhadap sukses organisasi atau
tingkatan manajemen atas. Perencanaan organisasi haruslah aktif, dinamis,
berkesinambungan dan kreatif.
Terdapat pembagian tiga tingkat manajemen utama yaitu puncak, menengah, dan
rendah. Manajemen puncak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merencanakan
rencana - rencana jangka panjang, strategis, keseluruhan organisasi. Manajemen pada
tingkat bawah merencanakan khususnya bagi kelompok kerjanya dan untuk jangka waktu
yang pendek.
Setidaknya ada dua alasan pokok pentingnya kegiatan perencanaan menurut T. Hani
Handoko yaitu untuk mencapai “protective benefit” yang dihasilkan dari pengurangan
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan dan “positive benefits”
dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian tujuan organisasi.

c. Manfaat Perencanaan

Beberapa manfaat dari perencanaan adalah :


a) Dipakai sebagai alat pengawasan dan pengendalian kegiatan sehari-hari
perusahaan. Perencanaan yang telah disusun dengan baik akan memudahkan
parapelaksana untuk mengetahui apakah tindakan mereka menyimpang atau
sesuai dengan rencana.
b) Perencanaan yang disusun dengan cermat dapat ah dipilih dan ditetapkan kegiatan
- kegiatan mana yang diperlukan dan mana yang tidak.
c) Dengan adanya rencana, segala kegiatan dapat dilakukan secara tertib dan teratur
sesuai dengan tahap - tahap yang semestinya.

d. Konsep Perencanaan

Perencanaan adalah sebuah konsep yang terencana dan disusun secara sistematis oleh
suatu badan tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Perencanaan adalah pemilihan dan
penetapan kegiatan, selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh
siapa. Perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah
ditetapkan dan haruslah diimplementasikan. Pada perencanaan konsep yang lama bersifat
naluriah dan dilakukan secara spontan serta peramalan subyektif berdasarkan pengalaman

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 3


masa lalu. Sedangkan pada perencanaan dengan konsep yang baru merupakan proses
mobilisasi data dan proses organisir sumber daya yang ada, disengaja, sistematik dan
objektif.

e. Prinsip Perencanaan

Perencanaan dibuat untuk membantu mendapatkan pilihan yang paling baik dan
efisien. Secara prinsip Perencanaan dilakukan agar setiap kegiatan memiliki tujuan yang
jelas. Dalam kaitannya dengan manajemen waktu, perencanaan dibuat agar dapat
mencapai hasil optimal kendati memiliki waktu yang terbatas. Prinsip Perencanaan dapat
menggunakan berbagai pertimbangan, sistematis, objektif dalam memobilisasi informasi
dan mengelola sumber daya. Penerapan metode multidisiplin dan prosedur dalam suatu
kerangka dan jangka waktu yang ditentukan serta prosesnya berkesinambungan. Secara
lebih rinci, prinsip Perencanaan dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Kontinuitas
Perencanaan yang baik harus dibuat dan dipersiapkan untuk tindakan terus
menerus dan berkesinambungan serta perlu pemikiran peningkatan dan perbaikan
di masa yang akan datang.
b) Berdasarkan fakta hari ini dan perkiraan situasi di masa yang akan datang.
Perencanaan tanpa didukung dengan fakta (data) yang sesuai dengan kebutuhan
tidak akan mampu memberikan hasil yang terbaik. Sehingga perlu data - data
pendukung guna membuat suatu perencanaan sehingga rencana bisa dilakukan
dengan baik.
c) Futuristik
Perencanaan selalu berkaitan dengan masa depan, perencanaan juga harus
memerhatikan berbagai sumber, informasi seputar kinerja pada masa lalu dan
sekarang serta prediksi peristiwa yang mungkin akan terjadi.
d) Fleksibilitas
Fleksibilitas artinya Perencanaan mudah diakomodasikan dengan berbagai
kondisi yang baru dan perubahan masa depan yang belum diketahui. Dalam
pembuatan Perencanaan perlu dipikirkan agar memungkinkan untuk melakukan
penyempurnaan dan pengembangan.

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 4


e) Realistis
Perencanaan harus realistis dalam mencapai target yang ditentukan dengan
mempertimbangkan berbagai saran pendukung yang ada.

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 5


CHAPTER II
ANALISIS MASALAH DAN TUJUAN PERENCANAAN KESEHATAN

A. Analisis Masalah Kesehatan

Untuk menilai suatu kondisi kesehatan digunakan beberapa indikator. Indikator keadaan
kesehatan dapat dibandingkan dengan standar pelayanan kesehatan, cakupan, target program
kesehatan di daerahnya (puskesmas, kabupaten, propinsi, nasional) atau dibandingkan dengan
daerah lain serta dapat dianalisa kejadian dari waktu ke waktu (trend / kecenderungan). Analisa
derajat kesehatan akan menjelaskan masalah kesehatan apa yang dihadapi. Analisis ini akan
menghasilkan ukuran-ukuran derajat kesehatan secara kuantitatif, penyebaran masalah
menurut kelompok umur penduduk, menurut tempat dan waktu. Ukuran-ukuran yang
digunakan dalam menggambarkan masalah atau derajat kesehatan adalah ukuran-ukuran
epidemiologi seperti morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian).
a. Morbiditas
Morbiditas diartikan sebagai peristiwa sakit atau kesakitan. Dalam arti luas,
morbiditas mempunyai pengertian yang jauh lebih kompleks, tidak saja terbatas pada
statistic atau ukuran tentang peristiwa-peristiwa tersebut, tetapi juga factor yang
mempengaruhinya (determinant factors), seperti factor sosial, ekonomi dan budaya.
Morbiditas juga mengacu pada angka kesakitan, yaitu jumlah orang yang sakit
dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang
sehat atau kelompok yang beresiko.
b. Mortalitas
Mortalitas diartikan sebagi kematian yang terjadi pada anggota penduduk. Mortalitas
adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada
suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Menurut PBB dan WHO,
terdapat tiga keadaan vital yang masing-masing saling bersifat mutually exclusive.
Artinya, keadaan yang satu tidak mungkin terjadi bersamaan dengan salah satu
keadaan lainnya. Tiga keadaan vital tersebut adalah :
a) Lahir hidup (live birth) adalah peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim
seorang ibu secara lengkap tanpa memandang lamanya kehamilan, dan setelah
perpisahan tersebut terjadi, hasil konsepsi bernapas dan mempunyai tanda-tanda
hidup lainnya, seperti denyut jantung, denyut tali pusat atau gerakan-gerakan otot,
tanpa memandang apakah tali pusat sudah dipotong atau belum.

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 6


b) Lahir mati (fetal death) adalah peristiwa menghilangnya tanda-tanda kehidupan
dari hasil konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut dikeluarkan dari rahim ibunya.
Termasuk dalam pengertian “lahir mati”adalah stillbirthI adalah kematian janin
dalam kandungan yang berusia 20-28 minggu, keguguran (miscarriages) adalah
kematian janin dalam kandungan secara spontan atau karena kecelakaan pada
awal kehamilan, dan aborsi adalah kematian janin dalam kandungan secara
disengaja (baik legal maupun tidak) pada awal kehamilan.
c) Mati (death) adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara
permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.

B. Tujuan Perencanaan Kesehatan

Tujuan perencanaan kesehatan adalah merumuskan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan


di masa yang akan datang (yang akhirnya) bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Perencanaan dan evaluasi bertujuan memastikan tujuan tercapai secara efektif. Upaya
kesehatan masyarakat membutuhkan aktivitas dan struktur yang sangat beragam baik dari
sector kesehatan maupun sector yang terkait.

C. Langkah-Langkah Perencanaan Program Kesehatan


a. Mengenal masalah, masyarakat & wilayah
a) Mengenal masalah à Pendekatan yang dimulai dari hal umum (permasalahan
sosial) ke hal khusus (intervensi/program promosi kesehatan).
b) Mengenal masyarakat
- Jumlah penduduk
- Keadaan Sos-bud & ekonomi
- Pola komunikasi
- Sumber daya
c) Mengenal wilayah :
- Lokasi (terpencil, pesisir/pegunungan,transportasi)
- Sifat (musim, kering/air cukup dll)
b. Menetapkan prioritas
Mempertimbangkan beratnya masalah dan akibatnya, pertimbangan politis dan
sumber daya yang ada.
c. Menetapkan tujuan program kesehatan

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 7


Macam-macam tujuan:
a) Tujuan Program
Tujuan jangka panjang
Pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu tertentu yang
berhubungan dengan status kesehatan
Contoh: prevalensi anemia pada ibu hamil menurun 50% setelah program
berjalan 5 tahun
b) Tujuan pendidikan
Tujuan jangka menengah
Deskripsi perilaku yg akan dicapai yang dapat mengatasi masalah yg ada
Contoh: cakupan minum pil tambah darah meningkat 30% setelah program
berjalan 2 tahun
c) Tujuan perilaku
Tujuan jangka pendek
Pendidikan (pengetahuan, sikap) yang harus dicapai agar tujuan perilaku tercapai
Contoh: pengetahuan masyarakat tentang anemia dan upaya pencegahannya
meningkat 60% setelah program berjalan 6 bulan
d. Menetapkan sasaran program kesehatan sasaran langsung (primer) dan tidak langsung
(sekunder & tersier) individu, kelompok
e. Menetapkan isi program Promkes
f. Menetapkan metode yang akan digunakan
g. Menetapkan media yang akan digunakan
h. Menyusun rencana pelaksanaan program Promkes
i. Menyusun rencana evaluasi

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 8


CHAPTER III
ASPEK TEKNOLOGI PERENCANAAN KESEHATAN

A. Data dan Pengukuran


a. Data
Data merupakan kumpulan fakta atau segala sesuatu yang dapat dipercaya sebagai
dasar menarik suatu kesimpulan. Data adalah bentuk jamak dan kata tunggalnya adalah
datum. Agar dapat dikatakan akurat, data memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut :
a) Objektif atau sesuai dengan keadaan sebenarnya
b) Representative atau dapat menggambarkan keadaan sebenarnya
c) Up to date atau terbaru
d) Relevan dengan masalah yang akan dipecahkan

Menurut cara memperolehnya data dibagi menjadi :


a) Data primer, yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari
sumber pertama.
b) Data sekunder, adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang
bukan pengolahnya.

Sedangkan menurut sumbernya data dibagi menjadi :


a) Data internal : berasal dari dalam instansi mengenai kegiatan lembaga dan untuk
kepentingan instansi itu sendiri.
b) Data eksternal : berasal dari luar instansi

Pembagian data menurut waktu pengumpulan nya :


a) Data time series : dikumpulkan dari waktu-kewaktu pada satu obyek untuk
menggambarkan perkembangan.
b) Data cross section : dikumpulkan pada satu waktu tertentu pada beberapa obyek
untuk menggambarkan keadaan.

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 9


Terakhir, pembagian data menurut sifatnya :
a) Data Kualitatif : berupa pendapat atau judgement sehingga tidak berupa angka
akan tetapi berupa kata atau kalimat. Contoh : Respon masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan gratis sangat positif.
b) Data Kuantitatif : berupa angka atau bilangan. Contoh : Tingkat kematian covid-
19 di dunia sebesar 3,64%.

b. Data statistik
Angka dapat disebut data statistik apabila dapat menunjukkan suatu ciri dari suatu
penelitian yang bersifat agregatif, serta mencerminkan suatu kegiatan lapangan tertentu.
Penggolongan data statistik dapat di tinjau dari :
a) Variabel yang diteliti (segi sifat angkanya), data statistik dapat dibedakan menjadi
dua golongan, yaitu data kontinu dan data diskrit. Data kontinu adalah data
statistik yang angka-angkanya merupakan deretan angka yang sambung-
menyambung. Data diskrit ialah data statistik yang tidak mungkin berbentuk
pecahan.
b) Cara menyusun angka, data statistik dapat dibedakan menjadi data nominal, data
ordinal, dan data interval. Data nominal ialah data statistik yang cara menyusun
angkanya didasarkan atas penggolongan atau klasifikasi tertentu. Data ordinal
juga sering disebut dengan data urutan, yaitu data statistik yang cara menyusun
angkanya didasarkan atas urutan kedudukan (ranking). Data interval ialah data
statistik yang terdapat jarak sama di antara hal-hal yang sedang diselidiki atau
dipersoalkan.
c) Bentuk angka, data statistik dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu data
tunggal (ungrouped data) dan data kelompok atau data bergolong (grouped data).
d) Sumber data, data statistik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data statistik yang diperoleh atau
bersumber dari tangan pertama (first hand data). Sedangkan data sekunder adalah
data statistik yang diperoleh dari tangan kedua (secondhand data).

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 10


B. Skala Pengukuran

Skala merupakan hasil pengukuran yang terdiri atas beberapa jenis skala yang bervariasi.
Pengukuran adalah pemberian angka terhadap objek atau fenomena menurut aturan tertentu.
Tiga buah kata kunci yang diperlukan dalam memberikan definisi terhadap konsep
pengukuran. Kata-kata kunci tersebut adalah angka, penetapan, dan aturan. Pengukuran yang
baik, harus mempunyai sifat isomorphism dengan realita. Prinsip isomorphism artinya
terdapat kesamaan yang dekat antara realitas sosial yang diteliti dengan ”nilai” yang diperoleh
dari pengukuran. Oleh karena itu, suatu instrumen pengukur dipandang baik apabila hasilnya
dapat merefleksikan secara tepat realitas dari fenomena yang hendak diukur. Ada empat skala
pengukuran data, yaitu :
a. Ukuran nominal, adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka yang diberikan
kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan tingkatan
apa-apa.
b. Ukuran ordinal adalah angka yang diberikan mengandung pengertian tingkatan.
Ukuran ordinal digunakan untuk mengurutkan objek dari yang terendah ke yang
tertinggi atau sebaliknya.
c. Ukuran interval adalah mengurutkan orang atau objek berdasarkan suatu atribut.
Selain itu, juga memberikan informasi tentang interval antara satu orang atau objek
dengan orang atau objek lainnya. Interval atau jarak yang sama pada skala interval
dipandang sebagai mewakili interval atau jarak yang sama pula pada objek yang
diukur.
d. Ukuran rasio, adalah ukuran yang mencakup semua ukuran sebelumnya ditambah
dengan satu sifat lain, yaitu ukuran ini memberikan keterangan tentang nilai absolut
dari objek yang diukur. Ukuran rasio mempunyai titik nol, karena itu interval jarak
tidak dinyatakan dengan beda angka rata-rata satu kelompok dibandingkan dengan
titik nol. Karena ada titik nol tersebut, maka ukuran rasio dapat dibuat perkalian
ataupun pembagian.

C. Planning Models

Ada beberapa model atau konsep yang dapat kita jadikan sebagai pedoman dalam
perencanaan kesehatan, diantaranya :
a. PRECEDE-PROCEED oleh Green and Kreuter

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 11


PRECEDE adalah singkatan dari Predisposing, Reinforcing, dan Enabling Constructs
in Educational / Environmental Diagnosis and Evaluation. Secara umum, fase
PRECEDE sesuai dengan langkah 1 hingga 4 model seperti yang digambarkan pada
Gambar 1. PROCEED, di sisi lain, adalah singkatan dari Policy, Regulation, and
Organizational Construction in Education and Environmental Development. Aspek
model ini dimulai dengan langkah 5 model yang digambarkan pada Gambar 1.

b. PATCH
Merupakan singkatan dari Planned, Approach, Toward, Community, Health

c. MATCH
Memiliki kepanjangan Multilevel, Approach, Toward, Community and Health. Model
ini mempunyai 5 fase, yaitu :

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 12


a) Goal Setting
b) Intervention Planning
c) Program Development
d) Implementation Preparation
e) Evaluation

d. Model Umum untuk Perencanaan Program


a) Menilai Kebutuhan
Melihat apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh obyek perencanaan.
b) Mengidentifikasi Masalah
Menilai masalah yang sedang terjadi sehingga dibutuhkannya perencanaan
tersebut.
c) Menetapkan Target dan Sasaran
Apa goals atau target yang ingin kita capai. Siapa atau apa obyek/sasaran yang
kita tuju.
d) Pengembangan dan Intervensi
Pengembangan dari masalah hingga munculnya ide untuk membuat intervensi.
e) Menerapkan Intervensi
Menjalankan intervensi yang sudah disepakati.
f) Mengevaluasi Hasil
Melihat dan menilai apakah intervensi yang dilakukan sudah tepat atau belum.

e. CDC
a) Fase 1: Definisi dan deskripsi masalah
b) Fase 2: Analisis masalah
c) Fase 3: Perencanaan program komunikasi
d) Fase 4: Pengembangan program dan evaluasi
e) Fase 5: Implementasi dan manajemen program
f) Fase 6: Umpan Balik

D. Perencanaan Kesehatan Ditinjau dari Waktu

a. Perencanaan jangka pendek (kurang dari 1 tahun), memiliki ciri-ciri :


a) Sasaran lebih mudah dicapai

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 13


b) Untuk kegiatan operasional
c) Rencana tahunan ; tengah tahunan; rencana anggaran
b. Perencanaan proyekPerencanaan jangka menengah ( 2-5 tahun) :
a) Perencanaan program
b) Penjabaran perenc jangka panjang
c. Perencanaan jangka panjang ( lebih dari 15 tahun) :
a) Perencanaan strategi organisasi
b) Sebagai acuan perenc. jangka menengah dan pendek
c) Biasa disebut renstra (rencana strategi)

E. Perencanaan Ditinjau dari Kajian Masalah

a. Perencanaan komprehensif /strategis (1-6)


b. Perencanaan program (2-6)
c. Perencanaan proyek(4-6)

Langkah yang dilakukan adalah :


a. Identifikasi kebutuhan masalah
b. Penentuan prioritas
c. Penetapan tujuan
d. Kegiatan spesifik mencapai tujuan
e. Mobilisasi , koordinasi sumber daya
f. evaluasi

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 14


CHAPTER IV
EVALUASI DALAM PROGRAM KESEHATAN

A. Definisi Evaluasi

Seluruh program dan kegiatan pada umumnya dilaksanakan untuk mencapai tujuan atau
target tertentu, demikian juga dengan program kesehatan, untuk mencapai target yang telah
ditentukan sebelumnya, maka manajemen organisasi akan melakukan berbagai langkah
perencanaan (planning) sesuai dengan analisa situasi yang sudah dilaksanakan sebelumnya.
Setelah perencanaan sudah dilaksanakan maka akan dihasilkan capaian-capaian tertentu dari
masing-masing program, sehingga kegiatan selanjutnya adalah mengukur sejauh mana capaian
dari masing-masing program dibandingkan dengan perencanaan yang sudah ditetapkan diawal
kegiatan yang disebut evaluasi (Susilowati, 2016).
Menurut Wijono (1997) evaluasi merupakan kegiatan yang didesain untuk melihat kualitas
dari aspek pengetahuan, sikap, perilaku, dan status kesehatan dengan cara
mengobservasi/melakukan pengumpulan data dengan menggunakan parameter/indikator yang
dapat dikuantifikasi lalu membandingkan hasil yang dicapai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Evaluasi dilaksanakan karena adanya dorongan atau keinginan untuk mengukur
pencapaian hasil kerja atau kegiatan pelaksanaan program terhadap tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi akan memberikan umpan balik (feed back) terhadap program atau
pelaksanaan suatu kegiatan. Tanpa adanya evaluasi, sulit untuk mengetahui sejauh mana
tujuan-tujuan yang sudah direncanakan oleh suatu program telah tercapai atau belum. Evaluasi
dipandang sebagai suatu cara untuk perbaikan pembuatan keputusan untuk tindakan-tindakan
di masa yang akan datang.

B. Tipe-tipe Evaluasi

Fraenkel (1973) dalam Grodlund (1990) mengklasifikasi evaluasi menjadi tiga kategori,
yaitu:
a. Diagnostic evaluation, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu penilaian kebutuhan
atau identifikasi masalah.
b. Formative evaluation, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program kesehatan
sedang berlangsung, guna melihat efektivitas dari program.

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 15


c. Summative evaluation, yaitu evaluasi yang dilakukan di akhir program, untuk melihat
apakah program masih akan dilanjutkan, dimodifikasi atau dihentikan.

Sedangkan Green (2005) mengklasifikasi evaluasi program kesehatan menjadi:

a. Evaluasi proses (process evaluation), yaitu evaluasi yang dilakukan selama program
kesehatan sedang berlangsung, karena bertujuan untuk melakukan monitoring.
Evaluasi ini merupakan evaluasi yang paling sering dilakukan, karena mudah dan
murah;
b. Evaluasi dampak (impact evaluation), yaitu evaluasi yang juga dilakukan selama
program sedang berlangsung dan bertujuan untuk menilai perubahan pengetahuan,
sikap maupun praktek atau ketrampilan sasaran program. Jenis evaluasi ini lebih
mahal, lebih sulit dan lebih jarang dilakukan dibanding evaluasi proses.
c. Evaluasi hasil (outcome evaluation), yaitu evaluasi yang dilakukan di akhir program,
karena bertujuan untuk mengukur perubahan status kesehatan, seperti morbiditas,
mortalitas, fertilitas, dan lain-lain serta kualitas hidup sasaran program promosi
kesehatan. Jenis evaluasi ini merupakan evaluasi yang paling bermanfaat tetapi paling
mahal dan sulit untuk menilai apakah perubahan betul-betul akibat program promosi
kesehatan yang dilakukan bukan karena program lain yang juga dilakukan. Oleh sebab
itu, jenis evaluasi ini paling jarang dilakukan.

C. Teknik Evaluasi

Ada beberapa teknik/ cara evaluasi yang dibagi menjadi dua kategori (Elfindri, dkk.,
2011), diantaranya
a. Kuantitatif
Memberikan gambaran tentang perubahan yang terjadi karena program dan besarnya
perubahan. Contoh dengan cara survei
b. Kualitatif
Merupakan deskripsi dari program & sasaran program serta menggambarkan
dinamika pelaksanaan program, antara lain
 Program dapat direvisi
 Memperlihatkan keunggulan/kelemahan dari program
 Bermanfaat untuk mereplikasikan program di tempat lain

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 16


Cara yang dapat digunakan pada teknik ini adalah FGD (Focus Group Discussion),
dokumen yg ada, observasi dengan menggunakan cek list, wawancara pasca-pelayanan (exit
interviews) terhadap pengguna pelayanan kesehatan sewaktu mereka selesai dilayani
(umumnya dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya), serta
interviews terhadap petugas kesehatan baik terstruktur, tidak terstruktur (informal).

D. Manfaat Evaluasi

Menurut (Prawitasari, 2010) manfaat dan tujuan dilaksanakannya evaluasi adalah sebagai
berikut,
a. Untuk mengukur efisiensi dan efikasi dari program promosi kesehatan.
Efisiensi program promosi kesehatan diukur dari kesesuaian sumber daya yang telah
dialokasikan dengan tercapainya tujuan. Sedangkan efikasi program promosi
kesehatan diukur dari perubahan yang terjadi apakah betul-betul disebabkan oleh
program promosi kesehatan yang dijalankan.
b. Memberikan informasi yang berguna dalam menganalisis serta sebagai rekomendasi
bagi organisasi dalam rangka meningkatkan efektivitas pembuatan kebijakan,
perencanaan, dan pelaksanaan.
c. Membantu organisasi belajar dari pengalaman pengelolaan keadaan sebelumnya
d. Menarik perhatian organisasi akan situasi atau isu penting dalam suatu kejadian
e. Mengidentifikasikan program-program yang berhasil dijalankan dengan baik.

E. Langkah-Langkah Evaluasi
Berdasarkan keseluruhan konsep mengenai monitoring dan evaluasi tersebut di atas, maka
langkah-langkah evaluasi dalam program kesehatan adalah sebagai berikut (Susilowati, 2016):
a. Tahap penentuan hal yang akan dievaluasi
Tahap ini ditetapkan aspek apa saja yang dapat dievaluasi. Apakah itu rencananya,
sumberdaya, proses pelaksanaan, keluaran, efek atau bahkan dampak suatu kegiatan,
serta pengaruh terhadap lingkungan yang luas. Pekerjaan ini akan dapat dilakukan jika
dapat dipelajari dengan baik program yang akan dinilai.
b. Mengembangkan kerangka dan batasan
Di tahap ini dilakukan asumsi-asumsi mengenai hasil evaluasi serta pembatasan ruang
lingkup evaluasi serta batasan-batasan yang dipakai agar objektif dan fokus
c. Menentukan cara atau teknik evaluasi

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 17


Pemilihan desain evaluasi harus berdasarkan pada aspek dan indikator evaluasi. Jika
akan melakukan monitoring pelaksanaan program (evaluasi proses) maka pendekatan
penelitian kualitatif akan lebih tepat dan bermanfaat, sedangkan jika ingin menilai
perubahan pengetahuan, sikap, praktek, maupun status kesehatan sasaran program,
maka pendekatan penelitian kuantitatif yang harus dipilih.
d. Menyusun instrumen dan rencana pelaksanaan
Selanjutnya ialah mengembangkan instrument pengamatan atau pengukuran serta
rencana analisis dan membuat rencana pelaksanaan evaluasi.
e. Melakukan pengamatan, pengukuran dan analisis.
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data hasil pengamatan,
melakukan pengukuran serta mengolah informasi dan mengkajinya sesuai tujuan
evaluasi
f. Tahap menarik kesimpulan, menyusun saran, serta pelaporan.
Langkah terakhir yang dilakukan ialah menarik kesimpulan serta menyusun saran-
saran sesuai dengan hasil penilaian. Lalu informasi yang dihasilkan dari proses
evaluasi ini disajikan dalam bentuk laporan sesuai dengan kebutuhan atau permintaan.

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 18


CHAPTER 5
KONSEP PERENCANAAN DAN EVALUASI DALAM PENANGANAN COVID-19

A. WHO

World Health Organization (WHO), sebagai badan khusus PBB dalam kesehatan
masyarakat, sudah memimpin respon global dalam penanganan COVID-19.Sejak kasus
pertama dilaporkan, WHO dan mitranya telah bekerja sama dengan otoritas China dan pakar
global untuk mempelajari lebih lanjut tentang virus ini, termasuk cara penularannya, populasi
paling berisiko, spektrum penyakit klinis, dan cara yang paling efektif untuk mendeteksi,
mengganggu, dan menahan penularan dari manusia ke manusia.
Pada tanggal 30 Januari 2020, Direktur Jenderal WHO menyatakan wabah 2019 ‑ nCoV
sebagai masalah kesehatan masyarakat darurat yang membutuhkan perhatian internasional di
bawah International Health Regulation (IHR) (2005), mengikuti saran dari Komite Darurat.
Direktur Umum dan Komite Darurat mengeluarkan rekomendasi sementara ke Republik
Rakyat Cina dan ke negara lain.
Komite Darurat juga memberikan saran kepada WHO, dan menyambut multidisiplin yang
akan dipimpin oleh WHO dan misi teknis multi-mitra ke China. Misi ini akan meninjau dan
mendukung upaya untuk menyelidiki hewan tersebut apakah sebagai sumber wabah, spektrum
klinis penyakiT dan tingkat keparahannya, tingkat penularan dari manusia ke manusia di
masyarakat dan di fasilitas kesehatan, dan upaya untuk mengendalikan wabah. Misi ini akan
memberikan informasi kepada komunitas internasional untuk membantu pemahaman situasi,
dampaknya, dan tindakan kesehatan masyarakat yang efektif untuk menanggapi virus. WHO
harus terus menggunakan jaringan ahli teknisnya untuk menilai seberapa baik wabah ini dapat
diatasi secara global, dan mengintensifkan dukungan untuk persiapan dan tanggapan,
khususnya di negara dan wilayah yang rentan.
Pada 3 Feb 20, WHO meluncurkan Strategic preparedness and response plan (SPRP)
atau Rencana Kesiapan dan Respon Strategis yang mencakup langkah-langkah dukungan
untuk meningkatkan respon dan kesiapan anggota negara PBB dalam menghadapi COVID-19.
Pada 12 Feb 20, Pedoman Perencanaan Operasional untuk Mendukung Kesiapan dan Respon
Negara dikeluarkan untuk memberikan panduan praktis bagi UNCT dan mitra untuk segera
mendukung pemerintah nasional dalam rangka persiapan dan respon penanganan COVID-19.

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 19


Tujuan keseluruhan dari kesiapsiagaan strategis dan rencana respons adalah untuk
menghentikan transmisi 2019 ‑ nCoV di Tiongkok dan ke negara lain, dan untuk mitigasi
dampak wabah di semua negara.
Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, tujuan strategis dari rencana tersebut adalah:
a. Membatasi penularan dari manusia ke manusia, termasuk mengurangi infeksi
sekunder di antara kontak dekat dan perawatan kesehatan pekerja, mencegah peristiwa
amplifikasi transmisi, dan mencegah penyebaran internasional lebih lanjut dari Cina.
b. Mengidentifikasi, mengisolasi, dan merawat pasien sejak dini, termasuk memberikan
perawatan yang dioptimalkan untuk pasien yang terinfeksi.
c. Mengidentifikasi dan mengurangi penularan dari sumber hewan.
d. Mengatasi hal-hal penting yang tidak diketahui tentang keparahan klinis, tingkat
penularan dan infeksi, pilihan pengobatan, dan mempercepat pengembangan
diagnostik, terapi, dan vaksin.
e. Komunikasikan risiko kritis dan informasi acara kepada semua komunitas, dan
melawan informasi yang salah.
f. Meminimalkan dampak sosial dan ekonomi melalui kemitraan multisectoral.

WHO merumuskan rencana kesiapsiagaan dan respons strategis sebagai berikut:


a. Membangun Koordinasi International dan Dukungan Operasional
Dengan cepat membangun koordinasi internasional untuk menyampaikan dukungan
strategis, teknis, dan operasional melalui mekanisme dan kemitraan yang ada, dengan
cara:
a) Koordinasi Mitra
Untuk memastikan koordinasi yang efektif dari mitra internasional dan pemangku
kepentingan yang diuraikan di atas di global, regional dan negara, WHO akan
membentuk manajemen insiden terintegrasi tim di tingkat global, regional dan
negara, sesuai kebutuhan. Tim-tim ini memastikan komunikasi reguler antara
manajer insiden di tingkat geografis yang berbeda dari respon, dan koordinasi
operasional yang erat dengan pemerintah nasional, mitra di semua sektor, dan
layanan di semua level.
b) Analisis dan Peramalan Epidemologi
Investigasi epidemiologi sangat penting dilakukan di awal wabah untuk
mengatasi hal-hal yang belum diketahui. Data yang dikumpulkan dari study ini
digunakan untuk memperbaiki rekomendasi pengawasan dan definisi kasus,

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 20


mengkarakterisasi penularan epidemiologi pada virus, membantu memahami
penyebaran, tingkat keparahan, spektrum penyakit, dampak pada masyarakat, dan
untuk menginformasikan model operasional pada implementasi tindakan
penanggulangan.
c) Komunikasi risiko dan mengelola infodermik
Wabah dan respons 2019 ‑ nCoV telah terjadi dengan disertai kelimpahan
"infodemik" yang berlebihan, informasi - beberapa akurat dan beberapa tidak -
yang membuat sulit bagi orang untuk menemukan sumber yang dapat dipercaya
dan dapat diandalkan saat mereka membutuhkannya. Karena tingginya
permintaan informasi tepat waktu dan tepercaya tentang 2019 ‑ nCoV, tim
komunikasi risiko teknis dan tim media social dari WHO telah bekerja sama untuk
melacak dan menanggapi mitos dan rumor yang beredas. WHO dan mitranya
bekerja 24 jam sehari untuk mengidentifikasi rumor paling umum yang
berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat, seperti tindakan pencegahan
atau penyembuhan yang salah. Mitos-mitos ini kemudian dibantah dengan
berbasis bukti informasi. WHO dan mitranya membuat informasi dan saran
tentang 2019-nCoV di media social dan situs organisasi.
d) Laboratorium dan diagnostic
Mitra akan bekerja sama untuk meningkatkan kapasitas diagnostik global dalam
mendeteksi 2019 – nCoV, menguatkan pengawasan dan melacak penyebaran
penyakit. WHO dan mitranya telah mengaktifkan jaringan laboratorium rujukan
khusus dengan keahlian mampu mendeteksi molekuler dari virus corona.
Laboratorium internasional ini bisa mendukung laboratorium nasional untuk
mengkonfirmasi kasus baru.
e) Keahlian dan bimbingan teknis
Pada 10 Januari, WHO menerbitkan berbagai informasi untuk semua negara
tentang bagaimana mereka dapat mempersiapkan dan merespons kasus dan
cluster 2019 ‑ nCoV, termasuk kemungkinan penanganannya, bagaimana
mengidentifikasi dan memantau orang sakit, mengumpulkan uji sampel, cara
merawat pasien, mencegah penyebaran, mengontrol penularan di fasilitas
kesehatan, mempertahankan stok persediaan, dan berkomunikasi dengan publik
tentang Infeksi 2019 ‑ nCoV.
f) Koordinasi rantai pasokan pandemic

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 21


Mitra akan menggunakan keahlian mereka dalam mengukur kebutuhan sesuai
dengan berbagai skenario wabah, dalam koordinasi pengadaan dan mekanisme
penyediaan, untuk memastikan bahwa negara dan populasi yang paling
membutuhkan terjamin aksesnya ke pasokan dan komoditas penting.
Dalam praktiknya, ini memerlukan pengumpulan dan analisis dari jaringan mitra
untuk didirikan skenario pasokan berdasarkan daftar negara yang diprioritaskan
dan populasi yang terpengaruh, jumlah pasien yang akan dirawat, dan populasi
yang akan dilindungi.
Jaringan Rantai Pasokan Pandemi dan koordinasi mekanisme akan diaktifkan
untuk memastikan arus dan meramalkan ketersediaan pasokan penting untuk
berkoordinasi pendistribusian persediaan yang sesuai ke tempat yang paling
membutuhkan.
g) Bepergian dan berdagang
Bukti menunjukkan bahwa membatasi gerakan orang dan barang selama keadaan
darurat kesehatan masyarakat mungkin tidak efektif, dan dapat mengganggu
bantuan penting dan mengganggu bisnis, yang akan berdampak negative pada
ekonomi negara-negara yang terkena dampak. Namun, dalam keadaan khusus
tertentu, seperti ketidakpastian tentang tingkat keparahan penyakit dan
transmisibilitasnya, tindakan yang membatasi Gerakan orang mungkin terbukti
berguna untuk memberikan waktu dalam menerapkan kesiapsiagaan kegiatan,
dan untuk membatasi potensi penyebaran kasus yang sangat menular. Dalam
situasi seperti itu, negara harus melakukan analisis risiko dan biaya-manfaat
sebelum menerapkan pembatasan tersebut, untuk menilai apakah manfaatnya
lebih besar daripada kekurangannya.
WHO telah menerbitkan dan akan memperbarui saran secara teratur untuk
perjalanan dan perdagangan internasional, yang mencakup nasihat untuk
pelancong internasional, serta tindakan untuk perjalanan internasional seperti
pemeriksaan masuk atau keluar.
WHO dan mitranya akan menjaga komunikasi perwakilan maskapai penerbangan
dan pariwisata internasional organisasi untuk bertukar informasi (dengan fokus
pada manajemen kasus di atas pesawat) dan pelaporan dengan gejala penyakit
pernafasan yang terdeteksi. Ini akan dilakukan sesuai dengan Internasional
Panduan Asosiasi Transportasi Udara yang dikelola oleh awak kabin.

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 22


b. Meningkatkan Kesiapsiagaan dan Operasi Respons
Selain membangun koordinasi internasional dan dukungan operasional, sangat
penting untuk meningkatkan kesiapan negara dan operasi tanggapan, termasuk identifikasi
cepat, diagnosis dan manajemen kasus. Identifikasi dan tindak lanjut diprioritaskan pada
pengaturan berisiko tinggi seperti fasilitas kesehatan, pencegahan infeksi dan kontrol
dalam pengaturan perawatan kesehatan, implementasi langkah - langkah kesehatan untuk
pelancong, dan peningkatan kesadaran dalam populasi melalui komunikasi resiko dan
keterlibatan komunitas. Antara lain dengan cara sebagai berikut:
a) Koordinasi tingkat negara
Dalam manajemen risiko nasional, pemerintah adalah pemimpin untuk
keseluruhan upaya koordinasi dan komunikasi. Pemerintah harus membangun
penilaian risiko global untuk menginformasikan penilaian risiko dan untuk
memutuskan tindakan yang harus dilakukan, pemerintah juga harus membantu
publik dan lembaga swasta dan organisasi dengan memberikan bimbingan,
perencanaan asumsi dan membuat modifikasi yang sesuai pada hukum atau
peraturan di semua tingkatan dan sektor untuk memungkinkan respon yang
efektif. Upaya ini didukung oleh WHO dan organisasi PBB lainnya di bawah IHR
(2005), dan melalui pendekatan koordinasi jika relevan. Proses itu harus dibangun
di atas keadaan darurat kesehatan masyarakat yang ada. Langkah kuncinya adalah
aktivasi oleh komite tanggap darurat nasional untuk memimpin dalam koordinasi
fungsi-fungsi ini, dan untuk menyediakan forum agar mitra dapat terlibat dalam
operasi tanggapan.
b) Komunikasi risiko dan kerjasama komunitas
Komunikasi risiko negara dan keterlibatan masyarakat adalah intervensi
kesehatan masyarakat yang baik di semua negara. Negara-negara harus bersiap
untuk berkomunikasi dengan cepat, secara teratur dan secara transparan dengan
penduduk. Semua negara harus mempersiapkan jaringan komunikasi kesehatan
masyarakat yang ada. Negara harus mengoordinasikan komunikasi dengan
organisasi lain dan termasuk komunitas dalam operasi tanggapan. Mitra bersiap
untuk berkoordinasi untuk mendukung negara dalam komunikasi mereka dan
tanggapan keterlibatan masyarakat.
c) Pengawasan
Otoritas nasional harus memberi tahu WHO tentang kasus yang terdeteksi di
bawah IHR (2005), dan menjalankan kasus berbasis dan / atau pelaporan agregat

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 23


sesuai pedoman pengawasan global. Mitra akan memberikan dukungan apa pun
yang diperlukan untuk mengaktifkan otoritas untuk memenuhi kewajiban
tersebut. Data terpilah pada usia, jenis kelamin, status kehamilan dan hasil (yang
sesuai) harus dilaporkan.
d) Titik Masuk
Negara harus membangun atau memperbarui multi-sektoral rencana kontinjensi
di titik masuk yang terintegrasi dengan lainnya. Rencana operasional darurat di
titik masuk meliputi pemangku kepentingan terkait, dan melakukan latihan
simulasi untuk menilai penerapan operasional rencana tersebut. Dalam istilah
infrastruktur fisik akan perlu untuk ditunjuk tempat yang sesuai, terpisah dari
wisatawan lain, di mana pelancong yang memenuhi definisi terduga 2019-nCoV
kasus dapat diwawancarai dengan aman (termasuk ketentuan alat pelindung diri)
jauh dari wisatawan lain.
Setiap kasus yang dicurigai harus diberikan akses ke medis untuk ditindak lanjuti
dengan membuat perjanjian dengan otoritas medis setempat, dengan
menyediakan fasilitas isolasi, perawatan, dan layanan pendukung lainnya yang
mungkin diperlukan, termasuk untuk pengumpulan sampel dan transportasi untuk
pengujian laboratorium. Protokol dan rujukan jalur harus ditetapkan untuk
memandu pengangkutan yang aman bagi pasien dan kontak dekat mereka yang
ditunjuk sebagai fasilitas medis.
Otoritas titik masuk juga harus menetapkan mekanisme dan prosedur untuk
mengkomunikasikan informasi kepada wisatawan melalui klinik kesehatan, agen
perjalanan, operator tur dan di titik masuk, tentang penyakit, tindakan pencegahan
untuk mengurangi risiko umum infeksi saluran pernapasan akut, dan bagaimana
serta di mana mencari bantuan medis.
e) Tim respon cepat
Tim respon cepat nasional harus dilatih dan diperlengkapi untuk penyelidikan
kasus terduga 2019 – nCoV dan perawatan awal jika sesuai. Ini akan
membutuhkan persiapan dan penyebaran investigasi kasus protokol (sesuai
pedoman WHO) dan persediaan, pembentukan sistem untuk pelacakan kontak
dan pemantauan, serta implementasi berbasis komunitas mekanisme pengawasan.
f) Sistem laboratorium nasional
Program Dana Pengiriman yang didirikan oleh Global Sistem Pengawasan dan
Respon Influenza akan digunakan oleh negara sebagai mekanisme untuk menguji

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 24


sampel klinis di laboratorium rujukan internasional dari pasien dengan definisi
kasus tersangka. Kapasitas nasional untuk deteksi Virus corona juga perlu
diperkuat, pengujian diagnostik dapat dilakukan dengan cepat tanpa kebutuhan
untuk pengiriman luar negeri. Salah satu cara ini bisa dicapai adalah dengan
bekerja dengan jaringan global yang ada untuk mendeteksi patogen pernapasan,
seperti Pusat Influenza Nasional. Bekerja sama dengan fokal laboratorium WHO
regional dan nasional. Poinnya, WHO telah menyusun daftar laboratorium global
yang memiliki kemampuan teknis untuk menguji 2019 ‑ nCoV tetapi kekurangan
reagen. WHO akan mendistribusikan kit pengujian ke laboratorium dalam daftar
yang membutuhkan reagen. Pengiriman kit pertama akan memasok cukup banyak
tes untuk disaring, sekitar 250.000 kasus tersangka.
g) Pencegahan dan pengendalian infeksi
Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi (IPC) sangat penting untuk
memastikan petugas kesehatan dilindungi dari infeksi 2019 ‑ nCoV dan
amplifikasi kegiatan di fasilitas kesehatan. Program IPC di tingkat nasional dan
tingkat institusi medis dengan tim yang berdedikasi dan terlatih, atau setidaknya
satu titik fokus IPC, harus ada dan didukung oleh otoritas nasional dan
manajemen senior fasilitas.
Mitra akan mendukung upaya nasional untuk mengidentifikasi lonjakan kapasitas
(jumlah dan kompetensi) IPC yang dapat digunakan ke lokasi strategis.
Penting untuk memantau, menganalisis, dan memberi umpan balik pemangku
kepentingan terkait data ataupun terkait fasilitas kesehatan, infeksi pada pasien
dan petugas kesehatan untuk memastikan infeksi semacam itu dapat dicegah.
h) Manajemen kasus dan kesinambungan layanan esensial
Mitra akan mendukung negara-negara rentan yang terkena dampak transmisi luas
untuk menjamin kelangsungan esensial pelayanan kesehatan, termasuk melalui
penyediaan tenaga, obat-obatan, diagnostik, dan perlengkapan lainnya. Otoritas
nasional, dengan dukungan mitra di mana diminta menunjuk fasilitas rujukan
untuk perawatan pasien dengan 2019-nCoV, memetakan publik yang ada dan
fasilitas kesehatan swasta dan sistem rujukan dalam kasus mereka perlu dibawa
ke respons sebagai kapasitas lonjakan.
Untuk memperkuat kesiapan, mitra akan mendukung otoritas nasional ketika
diminta untuk menyebarluaskan informasi, melatih dan memberikan edukasi

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 25


kepada tim medis dalam pengelolaan infeksi saluran pernapasan akut yang parah
dan Protokol khusus 2019 ‑ nCoV.
WHO bekerja dengan mitra untuk mengembangkan aplikasi perawatan kritis
2019 – nCoV di ponsel untuk menyebarkan informasi dengan cepat ke layanan
kesehatan lini depan. Operasi klinis kesehatan masyarakat harus diinformasikan
oleh platform database klinis 2019 ‑ nCoV. Otoritas nasional dapat memainkan
peran penting dalam mendukung penelitian dan pengembangan dengan
mempersiapkan penilaian diagnosis laboratorium, terapi, uji coba vaksin,
persetujuan peraturan, otorisasi pasar, dan pengawasan pasca pasar.
i) Logistik, pengadaan, dan manajemen persediaan
Logistik, pengadaan, dan manajemen rantai pasokan harus terintegrasi di seluruh
kesiapsiagaan nasional dan upaya tanggapan. Ini termasuk memastikan logistik
dan manajemen pasokan menangani kebutuhan dan risiko yang timbul dari
peristiwa epidemiologi, kebutuhan komunikasi, dan peristiwa geopolitik, yang
kesemuanya mungkin memiliki pengaruh yang substansial berdampak pada
kemampuan pasar untuk memproduksi yang diperlukan, seperti persediaan, dan
mendistribusikannya secara adil dan efisien ke lokasi yang sesuai.

c. Mempercepat Penelitian Dan Inovasi Prioritas


Mempercepat penelitian prioritas dan inovasi untuk mendukung proses global yang
jelas dan transparan guna mengatur penelitian dan prioritas inovasi. Usaha ini untuk
mempercepat dan meningkatkan skala penelitian, pengembangan, dan ketersediaan yang
adil, vaksin, dan diagnostik.
a) Meningkatkan koordinasi global dari semua pemangku kepentingan terkait
Dunia membutuhkan mekanisme darurat untuk mengoordinasikan semua
pemangku kepentingan yang berbeda dalam penelitian dan pengembangan global
(R&D), dari akademisi dan industri hingga pemerintah nasional, kelompok
masyarakat sipil, dan organisasi non-pemerintah.
b) Mendukung penelitian global yang jelas dan transparan dan proses penetapan
prioritas inovasi
Peta jalan penelitian global konsensus akan memungkinkan potensi penyandang
dana dan peneliti mengakses informasi penting, hal ini akan memungkinkan
mereka untuk memprioritaskan investasi dan pilihan penelitian untuk 2019 ‑

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 26


nCoV. Peta jalan ini akan mempertimbangkan semua aspek yang relevan dalam
hal penelitian, termasuk penelitian operasional.
WHO sedang mengkoordinasikan beberapa konsultasi ahli yang akan
dimasukkan ke dalam penelitian dan inovasi forum internasional.
c) Bangun platform umum untuk standar proses, protokol dan alat, serta untuk
berbagi spesimen, data, dan informasi
Sebagai komunitas penelitian global, kita perlu menyepakati Bersama standar
untuk uji klinis, berbagi spesimen, dan berbagi data selama wabah ini dan lainnya.
Harmonisasi ini diperlukan untuk memastikan bahwa hanya metode yang paling
kuat yang digunakan dalam penelitian apa pun. WHO mempertemukan para
pemangku kepentingan untuk menyetujui protokol standar untuk pengambilan
sampel biologis, penyimpanan sampel, pengiriman dan pengangkutan, pengujian,
pencatatan pengambilan, dan entri data. Platform bersama akan mencakup
repositori untuk data, hasil dan temuan penelitian, dan strategi penyebaran yang
akan diberlakukan untuk memungkinkan berbagi temuan dan data penelitian
awal. Menguasai protokol untuk uji klinis akan memastikan kualitas dan
memfasilitasi agregasi bukti.

WHO telah menetapkan kerangka monitoring sebagai indikator kinerja utama yang
tercantum di bawah ini dan akan digunakan untuk memantau secara global implementasi
kesiapsiagaan strategis dan rencana respons 2019 ‑ nCoV. Sistem ini akan dibentuk dengan
pemerintah nasional dan mitra untuk memantau kinerja utama indikator secara teratur.
Kategori Indikator Target Rasional
Data epidemiologi dasar untuk
memahami skala dan evaluasi. Analisis
dan stratifikasi lebih lanjut dengan
indikator
Situasi Jumlah negara dengan o Jumlah kasus yang dikonfirmasi di
N/A
Epidemiologi kasus seluruh dunia
o Jumlah negara dengan transmisi local
o Jumlah negara dengan kasus impor
o % negara di mana ada kasus yang
tidak ada terkait langsung dengan

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 27


perjalanan ke daerah yang terkena
dampak sebaran masyarakat
o % dari peringatan, tersangka atau
kasus yang dikonfirmasi terdeteksi di
titik masuk
o % kematian dilaporkan di antara
kasus yang dilaporkan
Langkah ini dapat berguna untuk
memperkuat IPC seiring waktu. Data
mungkin tersedia jika platform
pelaporan online untuk data berbagi
% kasus perawatan
TBD didirikan. Beberapa kehati-hatian harus
kesehatan pekerja
ditambahkan tentang interpretasi seperti
yang mungkin dimiliki beberapa petugas
kesehatan, seperti risiko tinggi penularan
komunitas.
% Rencana Respons Ukuran ini membantu menilai dukungan
Tanggapan Strategis (SRP) 80% finansial terhadap respons global sesuai
Global - anggaran didanai SRP.
Manajemen % dana yang diterima Ukuran ini membantu menilai tingkat
Program untuk SRP 100% implementasi dari respon global sesuai
diimplementasikan SRP
% negara meminta alat Indikator ini berfokus pada kapasitas
pelindung lalu menerima N/A untuk menyebarkan pasokan ke negara-
Tanggapan stok negara selama acara tersebut
Global - # perusahaan / Menunjukkan kekuatan PSCN dan
Pasokan organisasi luasnya cakupan organisasi sektor
N/A
aktif berpartisipasi swasta di tingkat global dan negara
dalam PSCN terkait dengan operasi WHO.
Ukuran ini berfokus pada kolaborasi
% negara yang
negara yang berfungsi untuk
Respon Global memenuhi syarat untuk
TBD mengadvokasi penerimaan uji klinis
- R&D mendaftar
multi-situs di negara-negara yang tidak
uji klinis yang terdaftar
memungkinkan selama wabah
Indeks kesiapsiagaan & Tingkat 1: <= 30% Peragakan tingkat kesiapan dan
Operasional Tingkat 2: <= 50% operasional kesiapan berdasarkan

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 28


indeks kesiapan Tingkat 3: <= 70% implementasi IHR (2005)
(Menggunakan 18 file Tingkat 4: <= 90% kapasitas. Mereka didasarkan pada
indikator dari SPAR) Tingkat 5:> 90% penilaian obyektif bukan pada evaluasi
fungsional. Temuannya harus
ditriangulasi dengan instrumen lain
seperti AAR dan SIMex
# negara yang diaktifkan
Pusat Operasi darurat
Kesiapan Menunjukkan kesiapan sistem kesehatan
kesehatan masyarakat
Negara – untuk mengelola
atau mekanisme 100%
Kapasitas kegiatan.
koordinasi untuk
kegiatan selama wabah
2019 - nCoV
% negara yang telah
Ini membahas kesiapan sistem
mempersiapkan
kesehatan. Negara harus
sistem rujukan untuk TBD
telah menunjuk rumah sakit untuk
perawatan pasien 2019-
pasien.
nCoV
% negara yang
melaporkan kasus
Langkah ini dapat fokus pada kolaborasi
2019 - nCoV pertama ke
global /berbagi informasi yang penting
WHO dalam waktu 24 100%
untuk memfasilitasi
jam setelah konfirmasi
manajemen risiko global.
sesuai persyaratan IHR
Negara - (2005)
Pengawasan Indikator ini mencerminkan kapasitas
Dan sistem dengan cepat menetapkan
Deteksi Cepat Untuk 10 tersangka kapasitas pengujian atau akses /
pertama kasus di suatu sambungkan ke laboratorium yang dapat
negara, persentase hasil TBD menguji 2019 - nCoV.
laboratorium tersedia Indikatornya mencerminkan kesiapan.
dalam 72 jam Dalam jangka panjang, itu bisa
menjadi dasar untuk penguatan system
lebih lanjut.
% dari fasilitas Dalam konteks virus corona, fasilitas
80%
kesehatan akut kesehatan harus memiliki infrastruktur,

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 29


dengan kapasitas triase serta operasi standar prosedur
(kuesioner).
IPC &
Kapasitas isolasi: didefinisikan sebagai
Keamanan
% dari fasilitas ketersediaan kamar tunggal dan / atau
Hayati
kesehatan akut 80% area untuk pengelompokan. Dilengkapi
dengan kapasitas isolasi dengan tepat, dengan alat pelindung diri
untuk kontak dan pencegahan tetesan.
% negara yang
dilaporkan telah Mekanisme pelaporan perlu disiapkan
mengkontekstualisasikan untuk mengaktifkan pengumpulan data
>80%
risiko komunikasi dan untuk indikator potensial ini.
Negara - Risiko strategi keterlibatan
Komunikasi komunitas
dan Jumlah individu yang
Kerja Sama dijangkau dengan
Ukuran ini berfokus pada saluran
Komunitas informasi yang
alternatif untuk dijangkau individu dan
disesuaikan melalui
TBD pengambil keputusan di berbagai sektor
(frekuensi) (% dari
– perjalanan dan pariwisata, pangan dan
mereka yang mengambil
pertanian, petugas kesehatan, dan bisnis.
tindakan - mengubah
arah)

B. Kemenkes – Indonesia
Kemenkes juga merilis protocol komunikasi publik dalam penanganan COVID-19.
Dokumen ini menjelaskan tentang hal-hal terkait komunikasi penanganan COVID-19 sebagai
respon dari berkembangnya COVID-19. Dokumen ini adalah petunjuk teknis untuk Indonesia
yang akan membantu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam menanggapi dan
menyampaikan informasi tentang COVID-19 kepada masyarakat.
Empat pilar komunikasi publik terkait covid-19 yang ditetapkan Kemenkes, yaitu:
a. Himbauan masyarakat tetap tenang dan waspada
b. Koordinasi dengan instansi terkait.
c. Pemberian akses informasi ke media
d. Pengarusutamaan gerakan “cuci tangan dengan sabun”
Pemerintah pusat akan melakukan kegiatan komunikasi yang dirumuskan, sebagai berikut:
a. Membentuk Tim Komunikasi.

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 30


b. Menunjuk Juru Bicara dari Kementerian Kesehatan yang memiliki artikulasi dan
kemampuan dalam menghadapi media.
c. Membuat media center.
d. Membuat website sebagai rujukan informasi utama.
e. Menyampaikan data harian nasional secara berkala melalui konferensi pers (yang
dilakukan hanya oleh Juru Bicara COVID-19), rilis dan update di website:
a) Jumlah dan sebaran, Orang dalam Risiko (ODR).
b) Jumlah dan sebaran, Orang dalam Pemantauan (ODP).
c) Jumlah dan sebaran, Pasien dalam Pengawasan (PDP).
d) Jumlah dan sebaran, pasien yang sudah dinyatakan sehat.
e) Jumlah dan sebaran, spesimen yang diambil.
f) Jumlah dan sebaran, hasil pemeriksaan laboratorium terhadap spesimen.
f. Membuat produk komunikasi dan menyebarkan Informasi lain tentang:
a) Penjelasan dasar mengenai apa COVID-19
b) Penjelasan Pencegahan wabah COVID-19.
c) Protokol penanganan dari Orang dalam Pengawasan sampai dinyatakan sehat.
d) Kriteria Pasien dalam Pengawasan.
e) Tindakan terhadap Pasien dalam Pengawasan.
f) Penjelasan tentang karantina dan karantina yang dapat dilakukan di rumah.
g) Kriteria Orang dalam Pemantauan.
h) Protokol penanganan orang masuk dari negara berisiko dan pengawasan di
perbatasan.
i) Protokol WHO tentang penggunaan masker dan alat pelindung diri yang
digunakan.
j) Protokol komunikasi sekolah.
k) Kesiapan logistik dan pangan.
l) 132 rumah sakit rujukan penanganan COVID-19.
m) Penjelasan tentang pemeriksaan kesehatan beserta biaya yang dibebankan.
n) Penjelasan virus mati dalam 5-15 menit.
o) Penjelasan detail tentang fasilitas HOTLINE Pemerintah Pusat: 119.
p) Penjelasan mengenai hoax dan disinformasi yang terjadi.

Pemerintah juga telah merumuskan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah
daerah, antara lain sebagai berikut:

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 31


a. Membentuk Tim Komunikasi yang diketuai oleh Pimpinan Daerah.
b. Menunjuk Juru Bicara dari Dinas Kesehatan yang memiliki artikulasi dan kemampuan
dalam menghadapi media.
c. Informasi berikut dapat disampaikan setelah mendapat persetujuan dari Pemerintah
Pusat, dan hanya disampaikan oleh Juru Bicara COVID-19 Pemerintah Daerah :
a) Jumlah dan sebaran, Orang dalam Risiko (ODR) khusus di daerah tersebut.
b) Jumlah dan sebaran, Orang dalam Pemantauan (ODP) khusus di daerah tersebut.
c) Jumlah dan sebaran, Pasien dalam Pengawasan (PDP) khusus di daerah tersebut.
d) Jumlah dan sebaran, pasien yang sudah dinyatakan sehat khusus di daerah
tersebut.
e) Jumlah dan sebaran, spesimen yang diambil khusus di daerah tersebut.
f) Jumlah dan sebaran, hasil pemeriksaan laboratorium terhadap spesimen khusus
di daerah tersebut.
g) Data dan identitas pasien tidak disebarluaskan ke publik.
d. Juru Bicara dari tingkat Provinsi dapat mengumumkan informasi yang disebut di
nomor 3 di atas pada tingkat provinsi masing-masing.
e. Juru Bicara dari tingkat kab/kota dapat mengumumkan informasi yang disebut di
nomor 3 di atas pada tingkat Kab/Kota masing-masing.
f. Menggunakan materi yang telah dikembangkan oleh Pemerintah Pusat (Kementerian
Kesehatan dan Kementerian Komunikasi dan Informasi) untuk dapat disebarluaskan
di daerah masing-masing:
a) Penjelasan dasar mengenai apa COVID-19
b) Penjelasan Pencegahan wabah COVID-19.
c) Protokol penanganan dari Orang dalam Pengawasan sampai dinyatakan sehat.
d) Kriteria Pasien dalam Pengawasan.
e) Tindakan terhadap Pasien dalam Pengawasan.
f) Penjelasan tentang karantina dan karantina yang dapat dilakukan di rumah.
g) Kriteria Orang dalam Pemantauan.
h) Protokol penanganan orang masuk dari negara berisiko dan pengawasan di
perbatasan.
i) Protokol WHO tentang penggunaan masker dan alat pelindung diri yang
digunakan.
j) Protokol komunikasi sekolah.
k) Kesiapan logistik dan pangan.

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 32


l) 132 rumah sakit rujukan penanganan COVID-19.
m) Penjelasan tentang pemeriksaan kesehatan beserta biaya yang dibebankan.
n) Penjelasan virus mati dalam 5-15 menit.
o) Penjelasan detail tentang fasilitas HOTLINE Pemerintah Pusat: 119.
p) Penjelasan mengenai hoax dan disinformasi yang terjadi.
g. Seluruh pimpinan daerah di tingkat provinsi dan kab/kota dihimbau untuk
mensosialisasikan informasi yang disebutkan di nomor 6 di atas kepada seluruh
lapisan masyarakat, dengan dipandu oleh Dinas Kesehatan setempat, dan
menggunakan narasi-narasi yang disiapkan di website rujukan Kementerian
Kesehatan.
h. Pemerintah Daerah dapat membuat produk komunikasi sesuai dengan data dan
kebutuhan daerah masing-masing.
Pemerintah juga merilis rencana aksi sebagai penanggulangan penanganan COVID-19,
sebagai berikut:
a. Sistem komunikasi risiko
a) Memastikan bahwa pemerintah di tingkat pusat sepakat untuk memasukkan
protokol komunikasi dalam aktivitas penanganan dan kewaspadaan dan siap untuk
mendiseminasi informasi untuk melindungi kesehatan publik dalam cara yang
cepat, transparan dan dapat diakses.
b) Mengkaji protokol komunikasi yang sudah ada dan memastikan apakah perlu
penyesuaian.
c) Menyepakati prosedur pelepasan informasi, seperti alur persetujuan dan produk
komunikasi. Usahakan prosedur persetujuan sesingkat mungkin.
d) Menyiapkan anggaran komunikasi.
e) Membentuk tim komunikasi dan memastikan peran dan tanggung jawab dari
masing-masing anggota tim.
b. Koordinasi internal dan mitra
a) Identifikasi mitra - seperti instansi lain, organisasi, komunitas dan pekerja
kesehatan - dan kontak informasinya, untuk bekerja secara lintas sektoral.
b) Mengkaji kapasitas komunikasi dari semua mitra, identifikasi sasaran khalayak
dan bekerja bersama sebagai tim penanganan lintas sektoral.
c) Merencanakan dan menyepakati peran dan tanggung jawab komunikasi
menggunakan tata laksana (sebagai contoh, instansi mana yang menjadi titik

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 33


kontak pertama untuk isu spesifik, mitra mana yang paling relevan dengan sasaran
khalayak yang mana, dst.)
c. Komunikasi Publik
a) Mengidentifikasi para juru bicara pada seluruh tingkat (pusat dan daerah) dan
keahlian masing-masing, dan beri pelatihan bila diperlukan.
b) Susun standar pesan yang digunakan untuk mengumumkan kasus-kasus yang
ditemukan, tindakan yang akan dilakukan, himbauan kesehatan dan komunikasi
selanjutnya.
c) Identifikasi media-media kunci yang digunakan, siapkan daftar jurnalis dan
bangun hubungan baik dengan para jurnalis dengan menyediakan informasi
berkala mengenai semua perkembangan.
d) Identifikasi media dan kanal media serta influencers lainnya dan kaji potensi
mereka untuk mencapai sasaran khalayak; gunakan kanal influencer yang
terpercaya. Dalam konteks COVID-19, pastikan bahwa pekerja kesehatan
memahami kekhawatiran yang ada di publik dan terlatih untuk menyediakan
himbauan kesehatan kepada masyarakat.
d. Pendekatan Terhadap Komunitas
a) Siapkan metode untuk memahami kekhawatiran, kebiasaan dan kepercayaan
sasaran khalayak.
b) Identifikasi sasaran khalayak, dan kumpulkan informasi mengenai pengetahuan
dan kebiasaan mereka.
c) Gunakan media sosial, secara proaktif informasikan kepada publik, serta
kumpulkan dan jawab semua pertanyaan.
d) Gunakan kanal radio sehingga terjadi interaksi dengan publik.
e) Identifikasi influencer di komunitas seperti tokoh agama, tokoh masyarakat,
pekerja kesehatan, dll dan juga jaringan komunikasi diantara para relawan
kesehatan, organisasi kepemudaan, organisasi agama, dll yang dapat membantu
menjangkau komunitas.
f) Antisipasi informasi untuk komunitas disabilitas.
e. Menghadapi ketidakpastian dan persepsi serta menangani disinformasi
a) Persiapkan kegiatan komunikasi dengan cermat pada saat mengumumkan kasus
pertama, untuk memastikan bahwa informasi yang diberikan menjawab

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 34


kekhawatiran yang akan terjadi. Pada saat yang sama berikan himbauan
bagaimana masyarakat dapat melindungi diri sendiri dari penyebaran.
b) Siapkan sistem monitor pembicaraan yang terjadi dan persepsi yang terbentuk di
publik, terutama mengenai hoax dan disinformasi. Salah satu yang bisa digunakan
adalah monitor media sosial serta menangkap masukan dari pekerja kesehatan dan
call center.
c) Siapkan sistem untuk menanggulangi hoax dan siapkan daftar Frequently Asked
Questions.
d) Usahakan selalu berdialog dengan target khalayak untuk mendapatkan berbagai
masukan
f. Peningkatan Kapasitas
a) Pertimbangkan pelatihan yang diperlukan oleh berbagai pihak yang terlibat dalam
protokol komunikasi, terutama mengenai apa yang sudah dan belum diketahui
mengenai COVID-19, prosedur dan rencana penanganan, dan juga kesiapan
daerah dalam menangani pandemi.

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 35


DAFTAR PUSTAKA

Amsyah, Zulkifli. 2005. Manajemen Sistem Informasi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Bartholomew, dkk. 2011. Planning Health Promotion Programs. John Wiley & Sons : New
York City.

Elfindri, H Evi, K Elmisyana, A Zainal. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Baduose Media.

Green, L & Kreuter, M.W, (2005). Health Promotion Planning, An Educational and
Environmental Approach, Second Edition, Mayfield Publishing Company.

Gronlund, N.E and Linn, R.L. 1990. Measurement and evaluation in teaching 6th edition.
London: Macmillan.

Gunawan, S. (2018). Health Programs Health Programs are a set planned and organized
activities carried out over time to accomplish specific health-related goals and objectives.
(online) Availavle at https://slideplayer.info/slide/12444240/ (Accessed on September,
16th 2019)

Issel, L. M., & Fagen, M. C. (2014). Evaluation of Public Health Programs. In L. Shi & J. A.
Johnsons (Eds.), Novick’s & Morrow’s Public Health Administration: Principles for
Population-based Management (3rd ed.). John and Bartlett.

Kemenkes. 2020. Penanganan Covid-19 Protokol Komunikasi Publik. Jakarta.


https://ksp.go.id/wp-content/uploads/2020/03/Protokol-Komunikasi-COVID-19.pdf
diakses pada 14 September 2020 pk. 15.00

Mamdi, Z. (2019). Perencanaan Program Promosi Kesehatan. Universitas Indonesia:


Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Prawitasari, J. E. 2010. Pengelolaan Kesehatan Masyarakat dalam Kondisi Bencana, (Online),


(http://johana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/chpss_7.pdf), diakses 17 September
2020.

Susilowati, D. 2016. Promosi Kesehatan. Kemenkes RI. Pusdik SDM Kesehatan.

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 36


WHO. 2020. 2019 Novel Coronavirus (2019‑nCoV): STRATEGIC PREPAREDNESS AND
RESPONSE PLAN. Geneva, Switzerland. https://www.who.int/docs/default-
source/coronaviruse/srp-04022020.pdf diakses pada 15 September 2020 pk 14.00

WHO. 2020. COVID-19: Pedoman Rencana Operasional dan COVID-19 Platform Mitra
untuk mendukung kesiapsiagaan dan respon Nasional https://openwho.org/courses/tim-
nasional-PBB-UNCT-COVID19-kesiapsiagaan-dan-respons-ID diakses pada 15
September 2020 pk 17.00

Wijono D. 1997. Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan. UNAIR : Surabaya.

Konsep Perencanaan dan Evaluasi Prorgam Kesehatan 37

Anda mungkin juga menyukai