PROGRAM KESEHATAN
BOOK CHAPTER
Guna melengkapi tugas mata kuliah
Perencanaan, Pemantauan, dan Penilaian Program Kesehatan
Oleh Dosen Pengampu: Dr. drg. Wachyu Sulistiadi M.A.R.S.
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan YME telah memberikan kami kemudahan sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan book chapter ini sebagai tugas dari mata kuliah Perencanaan,
Penulis tentu menyadari bahwa book chapter ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca supaya book chapter ini dapat menjadi lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada book chapter ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung
Penulis
e. Prinsip Perencanaan................................................................................................. 4
A. WHO ....................................................................................................................... 19
Program kesehatan adalah kumpulan dari proyek - proyek di bidang kesehatan baik yang
berjangka pendek maupun jangka panjang. Pada umumnya, suatu program kesehatan diadakan
sebagai realisasi dari rencana program kesehatan di bidang kesehatan yang akan memberikan
dampak pada peningkatan derajat kesehatan suatu masyarakat.
Perencanaan adalah sebuah konsep yang terencana dan disusun secara sistematis oleh
suatu badan tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Perencanaan dibutuhkan di semua
tingkatan dan memiliki kecenderungan untuk meningkat sesuai dengan dampak potensial
terbesar terhadap sukses organisasi atau tingkatan manajemen atas.
Untuk menilai suatu kondisi kesehatan digunakan beberapa indikator. Indikator keadaan
kesehatan dapat dibandingkan dengan standar pelayanan kesehatan, cakupan, target program
kesehatan di daerahnya (puskesmas, kabupaten, propinsi, nasional) atau dibandingkan dengan
daerah lain serta dapat dianalisa kejadian dari waktu ke waktu (trend / kecenderungan). Analisa
derajat kesehatan akan menjelaskan masalah kesehatan apa yang dihadapi.
Setelah perencanaan sudah dilaksanakan maka akan dihasilkan capaian-capaian tertentu
dari masing-masing program, sehingga kegiatan selanjutnya adalah mengukur sejauh mana
capaian dari masing-masing program dibandingkan dengan perencanaan yang sudah ditetapkan
diawal kegiatan yang disebut evaluasi.
Di Indonesia sendiri ada berbagai program di bidang kesehatan seperti program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN), program imunisasi lengkap dan lain sebagainya. Untuk menunjang
program tersebut dibutuhkan infrastruktur yang memadai seperti sistem informasi, akreditasi,
pembangunan gedung dan lain.
Setiap program yang dijalankan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya perencanaan
yang matang dan berstruktur serta evaluasi yang dilakukan secara terus menerus untuk
memperbaiki dan meningkatan kualitas sistem program itu sendiri. Pada book chapter ini akan
membahas konsep perencanaan dan evaluasi suatu program kesehatan dan langkah-langkah
perencaan serta evaluasi yang telah dilakukan oleh WHO dan Kemenkes untuk menangani
COVID-19.
B. Perencanaan Kesehatan
a. Pengertian Perencanaan
Beberapa pengertian perencanaan pakar menyebutkan beberapa pengertian
Perencanaan.
a) Siagian (1994), Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang
dalam rangka pencapaian yang telah ditentukan.
b) Kusmiadi (1995), Perencanaan adalah proses dasar yang kita gunakan untuk
memilih Tujuan-tujuan dan menguraikan bagaimana cara pencapaiannya.
c) Billy E Guetz, Perencanaan adalah kemampuan untuk memilih satu kemungkinan
dari berbagai kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk
mencapai tujuan.
c. Manfaat Perencanaan
d. Konsep Perencanaan
Perencanaan adalah sebuah konsep yang terencana dan disusun secara sistematis oleh
suatu badan tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Perencanaan adalah pemilihan dan
penetapan kegiatan, selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh
siapa. Perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah
ditetapkan dan haruslah diimplementasikan. Pada perencanaan konsep yang lama bersifat
naluriah dan dilakukan secara spontan serta peramalan subyektif berdasarkan pengalaman
e. Prinsip Perencanaan
Perencanaan dibuat untuk membantu mendapatkan pilihan yang paling baik dan
efisien. Secara prinsip Perencanaan dilakukan agar setiap kegiatan memiliki tujuan yang
jelas. Dalam kaitannya dengan manajemen waktu, perencanaan dibuat agar dapat
mencapai hasil optimal kendati memiliki waktu yang terbatas. Prinsip Perencanaan dapat
menggunakan berbagai pertimbangan, sistematis, objektif dalam memobilisasi informasi
dan mengelola sumber daya. Penerapan metode multidisiplin dan prosedur dalam suatu
kerangka dan jangka waktu yang ditentukan serta prosesnya berkesinambungan. Secara
lebih rinci, prinsip Perencanaan dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Kontinuitas
Perencanaan yang baik harus dibuat dan dipersiapkan untuk tindakan terus
menerus dan berkesinambungan serta perlu pemikiran peningkatan dan perbaikan
di masa yang akan datang.
b) Berdasarkan fakta hari ini dan perkiraan situasi di masa yang akan datang.
Perencanaan tanpa didukung dengan fakta (data) yang sesuai dengan kebutuhan
tidak akan mampu memberikan hasil yang terbaik. Sehingga perlu data - data
pendukung guna membuat suatu perencanaan sehingga rencana bisa dilakukan
dengan baik.
c) Futuristik
Perencanaan selalu berkaitan dengan masa depan, perencanaan juga harus
memerhatikan berbagai sumber, informasi seputar kinerja pada masa lalu dan
sekarang serta prediksi peristiwa yang mungkin akan terjadi.
d) Fleksibilitas
Fleksibilitas artinya Perencanaan mudah diakomodasikan dengan berbagai
kondisi yang baru dan perubahan masa depan yang belum diketahui. Dalam
pembuatan Perencanaan perlu dipikirkan agar memungkinkan untuk melakukan
penyempurnaan dan pengembangan.
Untuk menilai suatu kondisi kesehatan digunakan beberapa indikator. Indikator keadaan
kesehatan dapat dibandingkan dengan standar pelayanan kesehatan, cakupan, target program
kesehatan di daerahnya (puskesmas, kabupaten, propinsi, nasional) atau dibandingkan dengan
daerah lain serta dapat dianalisa kejadian dari waktu ke waktu (trend / kecenderungan). Analisa
derajat kesehatan akan menjelaskan masalah kesehatan apa yang dihadapi. Analisis ini akan
menghasilkan ukuran-ukuran derajat kesehatan secara kuantitatif, penyebaran masalah
menurut kelompok umur penduduk, menurut tempat dan waktu. Ukuran-ukuran yang
digunakan dalam menggambarkan masalah atau derajat kesehatan adalah ukuran-ukuran
epidemiologi seperti morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian).
a. Morbiditas
Morbiditas diartikan sebagai peristiwa sakit atau kesakitan. Dalam arti luas,
morbiditas mempunyai pengertian yang jauh lebih kompleks, tidak saja terbatas pada
statistic atau ukuran tentang peristiwa-peristiwa tersebut, tetapi juga factor yang
mempengaruhinya (determinant factors), seperti factor sosial, ekonomi dan budaya.
Morbiditas juga mengacu pada angka kesakitan, yaitu jumlah orang yang sakit
dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang
sehat atau kelompok yang beresiko.
b. Mortalitas
Mortalitas diartikan sebagi kematian yang terjadi pada anggota penduduk. Mortalitas
adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada
suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Menurut PBB dan WHO,
terdapat tiga keadaan vital yang masing-masing saling bersifat mutually exclusive.
Artinya, keadaan yang satu tidak mungkin terjadi bersamaan dengan salah satu
keadaan lainnya. Tiga keadaan vital tersebut adalah :
a) Lahir hidup (live birth) adalah peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim
seorang ibu secara lengkap tanpa memandang lamanya kehamilan, dan setelah
perpisahan tersebut terjadi, hasil konsepsi bernapas dan mempunyai tanda-tanda
hidup lainnya, seperti denyut jantung, denyut tali pusat atau gerakan-gerakan otot,
tanpa memandang apakah tali pusat sudah dipotong atau belum.
b. Data statistik
Angka dapat disebut data statistik apabila dapat menunjukkan suatu ciri dari suatu
penelitian yang bersifat agregatif, serta mencerminkan suatu kegiatan lapangan tertentu.
Penggolongan data statistik dapat di tinjau dari :
a) Variabel yang diteliti (segi sifat angkanya), data statistik dapat dibedakan menjadi
dua golongan, yaitu data kontinu dan data diskrit. Data kontinu adalah data
statistik yang angka-angkanya merupakan deretan angka yang sambung-
menyambung. Data diskrit ialah data statistik yang tidak mungkin berbentuk
pecahan.
b) Cara menyusun angka, data statistik dapat dibedakan menjadi data nominal, data
ordinal, dan data interval. Data nominal ialah data statistik yang cara menyusun
angkanya didasarkan atas penggolongan atau klasifikasi tertentu. Data ordinal
juga sering disebut dengan data urutan, yaitu data statistik yang cara menyusun
angkanya didasarkan atas urutan kedudukan (ranking). Data interval ialah data
statistik yang terdapat jarak sama di antara hal-hal yang sedang diselidiki atau
dipersoalkan.
c) Bentuk angka, data statistik dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu data
tunggal (ungrouped data) dan data kelompok atau data bergolong (grouped data).
d) Sumber data, data statistik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data statistik yang diperoleh atau
bersumber dari tangan pertama (first hand data). Sedangkan data sekunder adalah
data statistik yang diperoleh dari tangan kedua (secondhand data).
Skala merupakan hasil pengukuran yang terdiri atas beberapa jenis skala yang bervariasi.
Pengukuran adalah pemberian angka terhadap objek atau fenomena menurut aturan tertentu.
Tiga buah kata kunci yang diperlukan dalam memberikan definisi terhadap konsep
pengukuran. Kata-kata kunci tersebut adalah angka, penetapan, dan aturan. Pengukuran yang
baik, harus mempunyai sifat isomorphism dengan realita. Prinsip isomorphism artinya
terdapat kesamaan yang dekat antara realitas sosial yang diteliti dengan ”nilai” yang diperoleh
dari pengukuran. Oleh karena itu, suatu instrumen pengukur dipandang baik apabila hasilnya
dapat merefleksikan secara tepat realitas dari fenomena yang hendak diukur. Ada empat skala
pengukuran data, yaitu :
a. Ukuran nominal, adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka yang diberikan
kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan tingkatan
apa-apa.
b. Ukuran ordinal adalah angka yang diberikan mengandung pengertian tingkatan.
Ukuran ordinal digunakan untuk mengurutkan objek dari yang terendah ke yang
tertinggi atau sebaliknya.
c. Ukuran interval adalah mengurutkan orang atau objek berdasarkan suatu atribut.
Selain itu, juga memberikan informasi tentang interval antara satu orang atau objek
dengan orang atau objek lainnya. Interval atau jarak yang sama pada skala interval
dipandang sebagai mewakili interval atau jarak yang sama pula pada objek yang
diukur.
d. Ukuran rasio, adalah ukuran yang mencakup semua ukuran sebelumnya ditambah
dengan satu sifat lain, yaitu ukuran ini memberikan keterangan tentang nilai absolut
dari objek yang diukur. Ukuran rasio mempunyai titik nol, karena itu interval jarak
tidak dinyatakan dengan beda angka rata-rata satu kelompok dibandingkan dengan
titik nol. Karena ada titik nol tersebut, maka ukuran rasio dapat dibuat perkalian
ataupun pembagian.
C. Planning Models
Ada beberapa model atau konsep yang dapat kita jadikan sebagai pedoman dalam
perencanaan kesehatan, diantaranya :
a. PRECEDE-PROCEED oleh Green and Kreuter
b. PATCH
Merupakan singkatan dari Planned, Approach, Toward, Community, Health
c. MATCH
Memiliki kepanjangan Multilevel, Approach, Toward, Community and Health. Model
ini mempunyai 5 fase, yaitu :
e. CDC
a) Fase 1: Definisi dan deskripsi masalah
b) Fase 2: Analisis masalah
c) Fase 3: Perencanaan program komunikasi
d) Fase 4: Pengembangan program dan evaluasi
e) Fase 5: Implementasi dan manajemen program
f) Fase 6: Umpan Balik
A. Definisi Evaluasi
Seluruh program dan kegiatan pada umumnya dilaksanakan untuk mencapai tujuan atau
target tertentu, demikian juga dengan program kesehatan, untuk mencapai target yang telah
ditentukan sebelumnya, maka manajemen organisasi akan melakukan berbagai langkah
perencanaan (planning) sesuai dengan analisa situasi yang sudah dilaksanakan sebelumnya.
Setelah perencanaan sudah dilaksanakan maka akan dihasilkan capaian-capaian tertentu dari
masing-masing program, sehingga kegiatan selanjutnya adalah mengukur sejauh mana capaian
dari masing-masing program dibandingkan dengan perencanaan yang sudah ditetapkan diawal
kegiatan yang disebut evaluasi (Susilowati, 2016).
Menurut Wijono (1997) evaluasi merupakan kegiatan yang didesain untuk melihat kualitas
dari aspek pengetahuan, sikap, perilaku, dan status kesehatan dengan cara
mengobservasi/melakukan pengumpulan data dengan menggunakan parameter/indikator yang
dapat dikuantifikasi lalu membandingkan hasil yang dicapai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Evaluasi dilaksanakan karena adanya dorongan atau keinginan untuk mengukur
pencapaian hasil kerja atau kegiatan pelaksanaan program terhadap tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi akan memberikan umpan balik (feed back) terhadap program atau
pelaksanaan suatu kegiatan. Tanpa adanya evaluasi, sulit untuk mengetahui sejauh mana
tujuan-tujuan yang sudah direncanakan oleh suatu program telah tercapai atau belum. Evaluasi
dipandang sebagai suatu cara untuk perbaikan pembuatan keputusan untuk tindakan-tindakan
di masa yang akan datang.
B. Tipe-tipe Evaluasi
Fraenkel (1973) dalam Grodlund (1990) mengklasifikasi evaluasi menjadi tiga kategori,
yaitu:
a. Diagnostic evaluation, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu penilaian kebutuhan
atau identifikasi masalah.
b. Formative evaluation, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program kesehatan
sedang berlangsung, guna melihat efektivitas dari program.
a. Evaluasi proses (process evaluation), yaitu evaluasi yang dilakukan selama program
kesehatan sedang berlangsung, karena bertujuan untuk melakukan monitoring.
Evaluasi ini merupakan evaluasi yang paling sering dilakukan, karena mudah dan
murah;
b. Evaluasi dampak (impact evaluation), yaitu evaluasi yang juga dilakukan selama
program sedang berlangsung dan bertujuan untuk menilai perubahan pengetahuan,
sikap maupun praktek atau ketrampilan sasaran program. Jenis evaluasi ini lebih
mahal, lebih sulit dan lebih jarang dilakukan dibanding evaluasi proses.
c. Evaluasi hasil (outcome evaluation), yaitu evaluasi yang dilakukan di akhir program,
karena bertujuan untuk mengukur perubahan status kesehatan, seperti morbiditas,
mortalitas, fertilitas, dan lain-lain serta kualitas hidup sasaran program promosi
kesehatan. Jenis evaluasi ini merupakan evaluasi yang paling bermanfaat tetapi paling
mahal dan sulit untuk menilai apakah perubahan betul-betul akibat program promosi
kesehatan yang dilakukan bukan karena program lain yang juga dilakukan. Oleh sebab
itu, jenis evaluasi ini paling jarang dilakukan.
C. Teknik Evaluasi
Ada beberapa teknik/ cara evaluasi yang dibagi menjadi dua kategori (Elfindri, dkk.,
2011), diantaranya
a. Kuantitatif
Memberikan gambaran tentang perubahan yang terjadi karena program dan besarnya
perubahan. Contoh dengan cara survei
b. Kualitatif
Merupakan deskripsi dari program & sasaran program serta menggambarkan
dinamika pelaksanaan program, antara lain
Program dapat direvisi
Memperlihatkan keunggulan/kelemahan dari program
Bermanfaat untuk mereplikasikan program di tempat lain
D. Manfaat Evaluasi
Menurut (Prawitasari, 2010) manfaat dan tujuan dilaksanakannya evaluasi adalah sebagai
berikut,
a. Untuk mengukur efisiensi dan efikasi dari program promosi kesehatan.
Efisiensi program promosi kesehatan diukur dari kesesuaian sumber daya yang telah
dialokasikan dengan tercapainya tujuan. Sedangkan efikasi program promosi
kesehatan diukur dari perubahan yang terjadi apakah betul-betul disebabkan oleh
program promosi kesehatan yang dijalankan.
b. Memberikan informasi yang berguna dalam menganalisis serta sebagai rekomendasi
bagi organisasi dalam rangka meningkatkan efektivitas pembuatan kebijakan,
perencanaan, dan pelaksanaan.
c. Membantu organisasi belajar dari pengalaman pengelolaan keadaan sebelumnya
d. Menarik perhatian organisasi akan situasi atau isu penting dalam suatu kejadian
e. Mengidentifikasikan program-program yang berhasil dijalankan dengan baik.
E. Langkah-Langkah Evaluasi
Berdasarkan keseluruhan konsep mengenai monitoring dan evaluasi tersebut di atas, maka
langkah-langkah evaluasi dalam program kesehatan adalah sebagai berikut (Susilowati, 2016):
a. Tahap penentuan hal yang akan dievaluasi
Tahap ini ditetapkan aspek apa saja yang dapat dievaluasi. Apakah itu rencananya,
sumberdaya, proses pelaksanaan, keluaran, efek atau bahkan dampak suatu kegiatan,
serta pengaruh terhadap lingkungan yang luas. Pekerjaan ini akan dapat dilakukan jika
dapat dipelajari dengan baik program yang akan dinilai.
b. Mengembangkan kerangka dan batasan
Di tahap ini dilakukan asumsi-asumsi mengenai hasil evaluasi serta pembatasan ruang
lingkup evaluasi serta batasan-batasan yang dipakai agar objektif dan fokus
c. Menentukan cara atau teknik evaluasi
A. WHO
World Health Organization (WHO), sebagai badan khusus PBB dalam kesehatan
masyarakat, sudah memimpin respon global dalam penanganan COVID-19.Sejak kasus
pertama dilaporkan, WHO dan mitranya telah bekerja sama dengan otoritas China dan pakar
global untuk mempelajari lebih lanjut tentang virus ini, termasuk cara penularannya, populasi
paling berisiko, spektrum penyakit klinis, dan cara yang paling efektif untuk mendeteksi,
mengganggu, dan menahan penularan dari manusia ke manusia.
Pada tanggal 30 Januari 2020, Direktur Jenderal WHO menyatakan wabah 2019 ‑ nCoV
sebagai masalah kesehatan masyarakat darurat yang membutuhkan perhatian internasional di
bawah International Health Regulation (IHR) (2005), mengikuti saran dari Komite Darurat.
Direktur Umum dan Komite Darurat mengeluarkan rekomendasi sementara ke Republik
Rakyat Cina dan ke negara lain.
Komite Darurat juga memberikan saran kepada WHO, dan menyambut multidisiplin yang
akan dipimpin oleh WHO dan misi teknis multi-mitra ke China. Misi ini akan meninjau dan
mendukung upaya untuk menyelidiki hewan tersebut apakah sebagai sumber wabah, spektrum
klinis penyakiT dan tingkat keparahannya, tingkat penularan dari manusia ke manusia di
masyarakat dan di fasilitas kesehatan, dan upaya untuk mengendalikan wabah. Misi ini akan
memberikan informasi kepada komunitas internasional untuk membantu pemahaman situasi,
dampaknya, dan tindakan kesehatan masyarakat yang efektif untuk menanggapi virus. WHO
harus terus menggunakan jaringan ahli teknisnya untuk menilai seberapa baik wabah ini dapat
diatasi secara global, dan mengintensifkan dukungan untuk persiapan dan tanggapan,
khususnya di negara dan wilayah yang rentan.
Pada 3 Feb 20, WHO meluncurkan Strategic preparedness and response plan (SPRP)
atau Rencana Kesiapan dan Respon Strategis yang mencakup langkah-langkah dukungan
untuk meningkatkan respon dan kesiapan anggota negara PBB dalam menghadapi COVID-19.
Pada 12 Feb 20, Pedoman Perencanaan Operasional untuk Mendukung Kesiapan dan Respon
Negara dikeluarkan untuk memberikan panduan praktis bagi UNCT dan mitra untuk segera
mendukung pemerintah nasional dalam rangka persiapan dan respon penanganan COVID-19.
WHO telah menetapkan kerangka monitoring sebagai indikator kinerja utama yang
tercantum di bawah ini dan akan digunakan untuk memantau secara global implementasi
kesiapsiagaan strategis dan rencana respons 2019 ‑ nCoV. Sistem ini akan dibentuk dengan
pemerintah nasional dan mitra untuk memantau kinerja utama indikator secara teratur.
Kategori Indikator Target Rasional
Data epidemiologi dasar untuk
memahami skala dan evaluasi. Analisis
dan stratifikasi lebih lanjut dengan
indikator
Situasi Jumlah negara dengan o Jumlah kasus yang dikonfirmasi di
N/A
Epidemiologi kasus seluruh dunia
o Jumlah negara dengan transmisi local
o Jumlah negara dengan kasus impor
o % negara di mana ada kasus yang
tidak ada terkait langsung dengan
B. Kemenkes – Indonesia
Kemenkes juga merilis protocol komunikasi publik dalam penanganan COVID-19.
Dokumen ini menjelaskan tentang hal-hal terkait komunikasi penanganan COVID-19 sebagai
respon dari berkembangnya COVID-19. Dokumen ini adalah petunjuk teknis untuk Indonesia
yang akan membantu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam menanggapi dan
menyampaikan informasi tentang COVID-19 kepada masyarakat.
Empat pilar komunikasi publik terkait covid-19 yang ditetapkan Kemenkes, yaitu:
a. Himbauan masyarakat tetap tenang dan waspada
b. Koordinasi dengan instansi terkait.
c. Pemberian akses informasi ke media
d. Pengarusutamaan gerakan “cuci tangan dengan sabun”
Pemerintah pusat akan melakukan kegiatan komunikasi yang dirumuskan, sebagai berikut:
a. Membentuk Tim Komunikasi.
Pemerintah juga telah merumuskan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah
daerah, antara lain sebagai berikut:
Amsyah, Zulkifli. 2005. Manajemen Sistem Informasi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Bartholomew, dkk. 2011. Planning Health Promotion Programs. John Wiley & Sons : New
York City.
Green, L & Kreuter, M.W, (2005). Health Promotion Planning, An Educational and
Environmental Approach, Second Edition, Mayfield Publishing Company.
Gronlund, N.E and Linn, R.L. 1990. Measurement and evaluation in teaching 6th edition.
London: Macmillan.
Gunawan, S. (2018). Health Programs Health Programs are a set planned and organized
activities carried out over time to accomplish specific health-related goals and objectives.
(online) Availavle at https://slideplayer.info/slide/12444240/ (Accessed on September,
16th 2019)
Issel, L. M., & Fagen, M. C. (2014). Evaluation of Public Health Programs. In L. Shi & J. A.
Johnsons (Eds.), Novick’s & Morrow’s Public Health Administration: Principles for
Population-based Management (3rd ed.). John and Bartlett.
WHO. 2020. COVID-19: Pedoman Rencana Operasional dan COVID-19 Platform Mitra
untuk mendukung kesiapsiagaan dan respon Nasional https://openwho.org/courses/tim-
nasional-PBB-UNCT-COVID19-kesiapsiagaan-dan-respons-ID diakses pada 15
September 2020 pk 17.00