Disusun Oleh
Prodi/Kelas :
S1 Keperawatan/1a
PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT
yang mana berkat dan rahmatnya lah makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin,
sholawat serta salam tak pula kita hanturkan kepada jungjungan nabi besar kita Muhammad
SAW yang kita harapkan syafa`atnya di hari kiamat nanti.
Terima kasih juga kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami sehingga
bisa menyelesaikan makalah kami ini sesuai waktu yang telah ditentukan, dan terima kasih juga
kepada teman-teman yang berperan dalam pembuatan makalah kami ini.
Makalah ini kami buat dalam rangka untuk memperdalam pengetahuan dan pendalaman
dengan harapan agar para mahasisiwa ataupun mahasiswi bisa lebih memperdalam pengetahuan
teori Kemitraan Dalam Promosi Kesehatan dan Program Kesehatan Departemen Kesehatan.
Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kami Promosi Kesehatan
dengan keterbatasan yang ada. Penulis telah berusaha dengan segala daya dan upaya guna
menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwasannya makalah ini jauh dari kata
sempurna, oleh karna itupenulis mengaharapkan saran maupun kritik yang membangun oleh para
pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.
Demikian kata pengantar yang dapat kami sampaikan akhir kata saya ucapkan terima
kasih sebanyak-banyaknya. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap
individu,masyarakat,pemerintah dan swasta.Pemerintah dalam hal ini Departemen
Kesehatan memang merupakan sektor yang paling depan dalam bertanggung
jawab(leading sector) ,namun dalam mengimplementasikan kebijakan dan
program ,intervensi harus bersama-sama dengan sektor lain ,baik pemerintah maupun
swasta.Dengan kata lain sektor kesehatan seyogyanya merupakan pemrakarsa dalam
menjalin kerjasama atau kemitraan (partnership) dengan sektor-sektor terkait.
(Notoadjmojo,2003)
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau
kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut
Notoatmodjo (2003), Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu,
kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan
tertentu. Sedangkan menurut Depkes (2006) dalam promosi kesehatan Online
mengemukana bahwa Kemitraan adalah hubungan (kerjsama) antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat).
Pada Piagam Otawa (WHO 1986) menyiratkan perlunya kemitraan dalam
promosi kesehatan. Piagam tersebut merekomendasikan 9 prasyarat kesehatan, meliputi:
perdamaian, tempat tinggal, makanan, pendapatan, ekosistem, ekosistem yang stabil,
sumber daya yang berkelanjutan, pendidikan, keadilan sosial, keadilan. Implikasi
prasyarat tersebut adalah bahwa mempromosikan kesehatan memerlukan inisiatif
bersama dari berbagai aktor. Piagam tersebut menjadi acuan kemitraan dalam
mengikutsertakan sektor selain kesehatan dari 5 area tindakan: membangun kebijakan
publik yang sehat (building healthy public policy), menciptakan lingkungan pendukung
(creathing supporting environments), memperkuat aksi masyarakat (strengthening
comunity action) mengembangkan keterampilan pribadi (divelping personal skills) dan
reorintasi layanan kesehatan (reorenting health sevices).
1
Dalam membangunkan kebijakan publik yang sehat, piagam Otawa meminta agar
melakukan kemitraan dengan pembuat kebijakan di semua sektor, bukan hanya kesehatan.
Dalam menciptakan lingkungan yang mendukung, menggambarkan adanya keterkaitan
kehidupan, dan mendorong “pemeliharaan timbal balik (reciprocal maintenance)” yang
dibutuhkan dari negara, wilayah dan masyarakat untuk saling menjaga, komunitas dan
lingkungan alam. Penguatan aksi masyarakat terselanggarakan dengan melakukan
kemitraan dengan masyarat setempat. Mengembangkan keterampilan pribadi dilakukan
melalui upaya kolektiv institusi pendidikan, profesional, komersial dan kader kesehatan
serta perlu di fasilitasi di sekolah, rumah, tempat kerja dan lingkungan masyarakat.
Dalam lingkup reorentasi pelayanan kesehatan, piagam Otawa menyatakan: “tanggung
jawab untuk promosi kesehatan pada layanan kesehatan di distribusikan diantara individu,
kelompok masyarakat, profesional kesehatan, instutusi layanan kesehatan dan
pemerintahan. Mereka harus bekerja sama menuju sistem perawatan kesehtan yang
berkontribusi dalam mengejar kesehatan. “gerakan IS perlu melakukan kemitraan dalam
promosi kesehatan. Misalnya, kota sehat, sektor perencanaan kota, perumahan,
pendidikan dan pelayanan sosial. Melakukan kemitraan untuk memperbaiki kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Apa saja kemitraan dalam promosi kesehatan dan program kesehatan departemen
kesehatan.
C. Tujuan
Mengetahui apa saja kemitraan dalam promosi kesehatan dan program kesehatan
departemen kesehatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
d. Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau
organisasi untuk bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan
serta membagi tugas, menanggung bersama baik yang berupa resiko maupun
keuntungan, meninjau ulang hubungan masing-masing secara teratur dan
memperbaiki kembali kesepakatan bila diperlukan. (Ditjen P2L & PM, 2004)
2. Unsur-Unsur Kemitraan
Adapun unsur-unsur kemitraan, yaitu:
a. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
b. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
c. Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak
tersebut
d. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi
manfaat.
Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus
didasarkan pada hal-hal berikut :
a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan
b. Saling mempercayai dan saling menghormati
c. Tujuan yang jelas dan terukur
d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
3. Prinsip Kemitraan
Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu kemitraan oleh
masing-masing anggota kemitraan, yaitu:
a. Prinsip Kesetaraan (Equity)
Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan harus
merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam mencapai
tujuan yang disepakati.
b. Prinsip Keterbukaan
4
Keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota serta
berbagai sumber daya yang dimiliki. Semua itu harus diketahui oleh anggota lain.
Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya kegiatan.
Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan saling melengkapi dan saling
membantu diantara golongan (mitra).
c. Prinsip Azas manfaat bersama (mutual benefit)
Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan memperoleh
manfaat dari kemitraan yang terjalin sesuai dengan kontribusi masing-masing.
Kegiatan atau pekerjaan akan menjadi efisien dan efektif bila dilakukan bersama.
Hal ini sejalan seperti di kemukakan oleh WHO (2000) untuk membangun kemitraan
kesehatan perlu diidentifikasi lima prinsip kemitraan yaitu
a. Policy-makers (pengambil kebijakan)
b. Health managers
c. Health professionals
d. Academic institutions
e. Communities institutions
5
5. Tujuan Kemitraan
Tujuan umum kemitraan ialah meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya
kesehatan dan upaya pembangunan pada umumnya. Sedangkan tujuan khusunya, ialah:
a. Meningkatkan saling pengertian
b. Meningkatkan saling percaya
c. Meningkatkan saling memerlukan
d. Meningkatkan rasa kedekatan
e. Membuka peluang untuk saling membantu
f. Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan
g. Meningkatkan rasa saling menghargai
6. Pelaku Kemitraan
Pelaku kemitraan adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur
pemerintah, Lembaga Perwakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang
dana, dan lain-lain.
Langkah pengembangan kemitraan :
a. Penjajagan/persiapan
b. Penyamaan persepsi
c. Pengaturan peran
d. Komunikasi intensif
e. Melakukan kegiatan
f. Melakukan pemantauan & penilaian.
7. Peran Kemitraan
Beberapa contoh peranan sektor atau ormas dalam membangun kemitraan :
a. Sektor Kesehatan : sebagai penggerak, perumus standar/pedoman
b. Sektor diluar kesehatan : pengembang kebijakan lingkungan dan perilaku sehat
c. Organisasi profesi : memberi masukan, pengembangan, dukungan sumberdaya dan
peran aktif
d. Ormas dan LSM : memberi masukan, pengembangan, dukungan sumberdaya dan
peran aktif
6
e. Media masa : memberi masukan, penyebarluasan informasi
f. Swasta : memberi dukungan sumber daya dalam bentuk sarana, dana, dan tenaga
7
atau PBI termasuk Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Bayi Baru
Lahir dari peserta Penerima PBI; serta 3) Memberikan tambahan Manfaat berupa
layanan preventif, promotif dan deteksi dini dilaksanakan lebih intensif dan terintegrasi.
Khusus untuk daerah terpencil dan sangat terpencil, di bangun RS kelas D Pratama
dengan kapasitas 50 Tempat Tidur untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan
rujukan. Pada regional Papua akan didirikan 13 Rumah Sakit Pratama. Sementara pada
8
Regional Sumatera, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi akan didirikan 55
Rumah Sakit Pratama.
9
Pemerataan pembangunan menunjukan perkembanga yang positif dan itu dicapai
salah satu nya atas pembangunan kesehatan. Subandi menjelaskan pemerataan
pembangunan dinilai dari ketimpangan menurun, tingkat kemiskinan dan pengangguran
menurun, dan indeks pembangunan manusia membaik.
''Indeks pembangunan manusia Indonesia mencapai 70,18 persen, sudah tinggi
prestasinya yang antara lain dikontribusikan dari pembangunan kesehatan,'' jelas
Subandi. Pemerintah menjadikan sektor kesehatan sebagai program prioritas
pembangunan bangsa. Pada Rencan Pembanguna Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019, kesehatan menjadi program prioritas ke dua setelah program percepatan
pengurangan kemiskinan.
10
b. Aplikasi IheFF
Aplikasi ini berfungsi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih
efektif. Melalui aplikasi ini, siappun dapat dengan mudah menemukan fasilitas
kesehatan yang berada dalam radius 3 km dengan menggunakan GPS dari gawai.
Melalui aplikasi itu juga informasi lengkap satu fasilitas kesehatan dan tenaga
kesehatan dari Puskesmas, termasuk jumlah tempat tidur bisa didapatkan. Selain itu
melalui aplikasi ini bisa mencari apotek terdekat.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model kemitraan keperawatan komunitas dalam pengembangan
kesehatan masyarakat” merupakan paradigma perawat spesialis komunitas yang
relevan dengan situasi dan kondisi profesi perawat di Indonesia. Model ini
memiliki ideologi kewirausahaan yang memiliki dua prinsip penting, yaitu
kewirausahaan dan advokasi pada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan azas keadilan sosial dan azas pemerataan. Dalam
tulisan ini telah disajikan analisis mengenai kemanfaatan model kemitraan
keperawatan komunitas terhadap: keperawatan spesialis komunitas, sistem
pendidikan keperawatan komunitas, regulasi, sistem pelayanan kesehatan, dan
masyarakat serta implikasi model terhadap pengembangan kebijakan
keperawatan komunitas dan promosi kesehatan di Indonesia.
Dalam mensukseskan negara dengan tingkat kesehatan yang tinggi perlu
adanya peyelenggaraan aktifitas peningkatan kesehatan dari berbagai pihak.
Kemenkes atau depkes telah menggalangkan program-program kerja dalam
kesehatan dengan sangat baik guna meningkatkan derjat kesehatan masyarakat.
Perlu adanya tindak lanjut seperti projek lanjutan atau promosi projek yang
sedang di galangkan agar tingkat keberhasilan semakin tinggi.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, maka kami sarankan bahwa
sebaiknya para pembaca bisa lebih memfokuskan hal apa saja yang perlu di
perhatikan dalam menjalankan kemitraan kesehatan serta membantu
menyukseskan program kesehatan yang telah di selenggarakan oleh kemenkes
atau depkes.
12
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2006, Kemitraan Dan Peran Serta, promosi kesehatan online, mailto:
webmaster@ promokes.qo.id.
http://www.depkes.go.id