Anda di halaman 1dari 76

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMBERIAN DISTRAKSI MUROTTAL TERHADAP


PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA
PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE
(CHF) YANG AKAN DILAKUKAN
KATETERISASI

ZAHARA RAHMA UTAMI

NIRM. 17128

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI

JAKARTA

2020
PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBERIAN DISTRAKSI MUROTTAL TERHADAP
PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA
PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE
(CHF) YANG AKAN DILAKUKAN
KATETERISASI

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

program Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Oleh :

ZAHARA RAHMA UTAMI

NIRM. 17128

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI

JAKARTA

2020
KARYA TULIS ILMIAH
Judul

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMBERIAN DISTRAKSI MUROTTAL TERHADAP
PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA
PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE
(CHF) YANG AKAN DILAKUKAN
KATETERISASI

Dipersiapkan dan di susun oleh :

ZAHARA RAHMA UTAMI

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada 19 September 2020

Susunan Dewan Penguji

Pembimbing Utama, Ketua Dewan Penguji,

Buntar Handayani.,SKp.,M.Kep.,MM Elfira Awalia R., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An

NIDN 031.507.69.10 NIDN 032.304.83.05

Pembimbing Pendamping,

Ns. Sri Atun W.,M. Kep.,Sp.Kep.J

NIDN 030.405.67.03

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan program Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah

Akademi Keperawatan Pelni

19 September, 2020
i
SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME

Saya yang bertanggung jawab di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa

Karya Tulis Ilmiah ini saya susun tanpa tindak plagiarisme sesuai dengan

peraturan yang berlaku di Akademi Keperawatan Pelni Jakarta.

Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan

bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh

Akademi Keperawatan Pelni Jakarta kepada saya.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “Pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP)

Pemberian Distraksi Murottal Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada

Pasien Congestive Heart Failure (CHF) Yang Akan Dilakukan Kateterisasi”

Rangkaian penyusunan laporan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu

syarat yang harus di penuhi untuk menyelesaikan Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah

di Akademi Keperawatan Pelni Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak/Ibu/Saudara

yang penulis hormati yaitu :

1. Ahmad Samdani.,SKM, MPH, Ketua Yayasan Samudra Apta.

2. Buntar Handayani.,SKp.,M.Kep.,MM, Direktur Akademi Keperawatan Pelni

Jakarta, Pembimbing dan Penguji.

3. Ns. Sri Atun W.,M.Kep.,Sp.Kep.J, Ka Prodi, Pembimbing dan Penguji.

4. Elfira Awalia Rahmawati., Ns. Sp. Kep. An, Dosen Penguji.

5. Tini Wartini, SPd., S.Kep., MKM, Wali dosen kelas 3B.

6. Para Dosen dan beserta Wadir dan Ka Prodi Akademi Keperawatan Pelni

Jakarta yang telah memberikan bimbingan dan wawasannya dengan sabar

serta ilmu yang bermanfaat.

iii
7. Tenaga Kependidikan yang selama ini telah memberikan support.

8. Kedua orang tua, adik dan keluarga saya yang telah memberikan semangat,

doa dan motivasi untuk menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Teruntuk Riyandi terimakasih sudah mendukung dan mensupport selama

pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Untuk Lisa, Tya, Zahra, Asrilah, Dede, Annisa, Nia, dan Vina terima kasih

selalu kasih dukungan dan motivasi untuk bisa menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan baik.

11. Dan semua temen-temen angkatan 22 Akper Pelni Jakarta yang telah

mendukung dan memberikan semangat untuk menyelesaikan penyusunan

Karya Tulis Ilmiah dengan tepat waktu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk memperbaiki

agar lebih sempurna dalam penyusunannya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini

bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Atas bantuan dan kerjasamanya, serta bimbingannya selama ini. Penulis

mengucapkan terima kasih.

Jakarta, 19 September 2020

Zahara Rahma Utami

iv
ABSTRAK

Latar Belakang : Penyakit jantung atau Congestive Heart Failure (CHF)


bagi sebagian orang yang menderita penyakit jantung merasa jantung adalah
bagian vital yang sangat penting maka dari itu banyak orang yang mengalami
penderita Congestive Heart Failure (CHF) akan mengalami tingkat
kecemasan terlebih lagi jika penderita harus dilakukan tindakan kateterisasi.
Kecemasan adalah merupakan ketika seseorang mempunyai pengalaman
emosi yang tidak menyenangkan, datang dari dalam yang menyebabkan
kegelisahan dan ketakutan yang berhubungan dengan suatu ancaman bahaya
yang tidak bisa di mengerti oleh individu lainnya. Perasaan ini ciri-cirinya
seperti komponensomatik, fisiologi, otonomi, biokimiawi, hormonal dan
perilaku. Salah satu intervensi yang dapat menurunkan kecemasan adalah
dengan pemberian terapi murottal.
Tujuan : Mengembangkan SOP pemberian terapi murottal terhadap
penurunan tingkat kecemasan.
Metode : Penulisan ini menggunakan literature review, yaitu dengan lima
literature review yang terkait dalam SOP pemberian terapi murottal terhadap
penurunan tingkat kecemasan pada pasien Congestive Heart Failure (CHF)
yang akan dilakukan kateterisasi.
Hasil : Penulisan ini menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan
beberapa jurnal menyatakan 80% pasien setelah diberikan terapi murottal
menjadi kecemasan ringan, 15% pasien tidak mengalami kesemasan dan 5%
pasien mengalami kecemasan sedang.
Kesimpulan : Berdasarkan lima literature review pengembangan SOP ini
menunjukan bahwa ada perbedaan tingkat kecemasan pada pasien sebelum
dan sesudah di berikan terapi murottal dan sesudah diberikan terapi murottal
pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) yang akan dilakukan
kateterisasi.

Kata kunci : Congestive Heart Failure (CHF); Kateterisasi; Kecemasan;


Standar Operasional Prosedur; Terapi Murottal.

v
ABSTRACT

Background: Heart disease or Congestive Heart Failure (CHF) for some people
who suffer from heart disease feel that the heart is a very important vital part,
therefore many people who experience Congestive Heart Failure (CHF) sufferers
will experience levels of anxiety even more so if the patient has to. performed
catheterization. Anxiety is when someone has an unpleasant emotional
experience, which comes from within which causes anxiety and fear associated
with a threat of danger that other individuals cannot understand. These feelings
have characteristics such as components, physiology, autonomy, biochemistry,
hormonal and behavior. One of the interventions that can reduce anxiety is by
giving murottal therapy.
Purpose: Developing SOP for giving murottal therapy to reduce anxiety levels.
Methods: This study uses a literature review, with five literature reviews related
to the SOP for giving murottal therapy to reduce anxiety levels in Congestive
Heart Failure (CHF) patients who will undergo catheterization.
Results: This study shows that there is a significant difference in several journals
stating that 80% of patients after being given murottal therapy had mild anxiety,
15% of patients had no anxiety and 5% of patients had moderate anxiety.
Conclusion: Based on the five literature review, the development of SOP shows
that there are differences in the level of anxiety in patients before and after being
given murottal therapy and after being given murottal therapy in patients with
Congestive Heart Failure (CHF) who are going to undergo catheterization.

Keywords: Congestive Heart Failure (CHF); Catheterization; Anxiety;


Standard Operating Procedures; Murottal Therapy.

vi
DAFTAR ISI

KARYA TULIS ILMIAH ..................................................................................... i


SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME ........................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 6
1. Tujuan Penulisan Umum ...................................................................... 6
2. Tujuan Penulisan Khusus ..................................................................... 6
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 6
1. Bagi Pelayanan Kesehatan ................................................................... 6
2. Bagi Penulis.......................................................................................... 6
3. Bagi Institusi dan Pendidikan ............................................................... 7
4. Bagi Masyarakat ................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 8
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 8
1. Konsep Keperawatan Jiwa ................................................................... 8
2. Konsep Kecemasan ............................................................................ 10
3. Konsep Terapi Murottal ..................................................................... 23
4. Konsep Kateterisasi Jantung .............................................................. 27
B. Kerangka Konseptual .............................................................................. 29

vii
BAB III METODELOGI PENELITIAN .......................................................... 30
A. Metodelogi .............................................................................................. 30
B. Plan, Do, Study, Act (PDSA) .................................................................. 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 35
A. Hasil ........................................................................................................ 35
1. Hasil Penelusuran Literature Review ................................................. 35
2. Pengembangan SOP Pemberian Terapi Murottal............................... 40
B. Pembahasan............................................................................................. 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 48
A. Kesimpulan ............................................................................................. 48
B. Saran ....................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 50

viii
DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1. Hasil Penelusuran Literature Review 35

Tabel 2. Pengembangan SOP Pemberian Terapi Murottal 40

ix
DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 1. Rentang Respon 14

Gambar 2. Kerangka Konseptual 29

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Uji Plagiarisme


Lampiran 2. Lembar Observasi
Lampiran 3. Kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
Lampiran 4. Catatan Revisi Sidang

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan Jiwa memahami istilah “ kesehatan jiwa “ merupakan dasar

dalam bidang psikiatri. World Health Organization (WHO, 2017)

menjelaskan bahwa pada dasarnya kesehatan tidak hanya dilihat secara

kesehatan fisik saja, melainkan kesehatan jiwa yang juga berpengaruh besar

dalam kesejahteraan suatu individu. Di karenakan terdapat kesinambungan

yang erat dalam kesehatan. Sehat seutuhnya merupakan idaman semua

individu menjadikan kesehatan tidak hanya dilihat secara fisik, melainkan

kesehatan jiwa juga termasuk dalam sehat yang seutuhnya. Jika individu bisa

menjaga kesehatan jiwa yang kokoh, maka individu tersebut dinyatakan

mampu untuk memenuhi kriteria individu sejahtera. Akan tetapi, diperlukan

kesinambungan antara keduanya sehingga suatu individu dinyatakan sehat

seutuhnya atau individu yang sejahtera. Tidak hanya itu kesehatan jiwa bisa

dilandasi dengan spiritual yang kuat dalam keseharian masing – masing

individu. Bisa dinyatakan seorang individu sejahtera dikarenakan secara fisik

yang tidak terganggu, jiwa yang sehat, spiritiual yang kuat dan hubugan

sosial antar individu terjaga satu sama lain (Rosdahl, 2017).

Jumlah saat ini untuk penderita gangguan jiwa di dunia adalah

berkisaran 450 jiwa termasuk juga penderita skizofrenia (WHO, 2017). Selain

1
2

itu, ada dimana kondisi gangguan jiwa seperti depresi yaitu suatu kondisi

gangguan kesehatan jiwa yang saat ini masih menjadi pengaruh terbesar di

dunia. Depresi menjadi salah satu penyebab disabilitas terbesar di seluruh

penjuru dunia dan berdampak besar bagi perekonomian setiap negara. Angka

prevalensi untuk perempuan memiliki gejala depresi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan laki-laki, akan tetapi perbedaan ini masih belum

terbukti keakuratannya. Dari keseluruhan orang yang disurvei, (21,4%) laki-

laki dan (22,3%) perempuan menjadi gejala depresi sedang sampai berat

(Peltzer K & Pengpid S, 2018).

Di Indonesia daerah paling tinggi dengan gangguan mental emosional

pada tahun 2007 yaitu Kabupaten/kota Luwu Timur dengan prevalensi

(33,7%) menempati angka paling tinggi di seluruh daerah Indonesia. Daerah

paling rendah di seluruh Indonesia dengan gangguan mental emosional pada

tahun 2007 yaitu Kabupaten/kota Yuhukimo dengan prevalensi (1,6%). Pada

tahun 2013 yaitu Sulawesi Tenggara dengan prevalensi (11%), menempati

angka paling tinggi di seluruh daerah Indonesia. Daerah paling rendah di

seluruh Indonesia dengan gangguan mental emosional pada tahun 2013

Lampung dengan prevalensi (1.2%). Pada tahun 2018 Sulawesi Tenggara

dengan prevalensi (19,8%) menempati angka paling tinggi di seluruh daerah

Indonesia. Pada tahun 2018 daerah paling rendah dengan gangguan mental

emosional adalah Jambi dengan prevalensi (3.6%). Sedangkan ibu kota DKI

Jakarta yaitu dengan prevalensi (5%) pada tahun 2013, dan prevalensi

meningkat sebanyak (10%) pada tahun 2018 (Kemenkes, 2007& 2018).


3

Angka prevalensi gangguan mental emosional berdasarkan Provinsi, di

DKI Jakarta sekitar (14,9%), pada tahun 2007. Kemudian pada tahun 2013

menurun menjadi (5,7%). Pada tahun 2018 meningkat menjadi (10%). Maka

angka tertinggi yaitu pada tahun 2007 dan angka terendah yaitu pada Tahun

2013. Prevalensi depresi pada penduduk umur diatas 15 tahun, pada tahun

2013 di Indonesia sebesar (6,1%) dan pada tahun 2018 meningkat menjadi

(9,8%). Prevalensi depresi tertinggi pada tahun 2013 berdasarkan antar

Provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Tenggara (12,3%) dan pada tahun 2018

menjadi (19,8%). Prevalensi terendah pada tahun 2013 yaitu Provinsi Jambi

(1,8%) dan pada tahun 2018 meningkat menjadi (3,6%). Untuk Provinsi DKI

Jakarta pada tahun 2013 sebesar (5,8%) dan pada tahun 2018 meningkat

menjaadi (10%) (Hasil Kemenkes, 2007 & 2018).

Hasil penelitian Darliana, 2012. Di Indonesia, khususnya di Rumah

sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, telah melakukan tindakan kateterisasi

jantung 650 tindakan pada tahun 2006 dan 1125 tindakan pada tahun 2007.

Menjalani prosedur kateterisasi jantung invasif ini akan menimbulkan

kecemasan dan stres pada pasien. Banyak faktor yang menyebabkan pasien

menjadi cemas saat akan dilakukannya tindakan kateterisasi jantung antara

lain cemas karena rasa nyeri yang akan timbul, terpisah dari keluarga dan

teman dan komplikasi lain yang mungkin terjadi.

Prognosis dan tanda gejala yang dirasakan oleh pasien dengan penyakit

kardiovaskular tidak hanya menimbulkan kecemasan tetapi juga dapat

berdampak pada nilai spiritual pasien tersebut. Ketakutan dan penolakan


4

terhadap penyakit cenderung dirasakan pasien akan tetapi jarang untuk

diperhatikan. Penelitian Saleh (2018), menunjukan terapi Murottal Al-Qur’an

sangat efektif dalam menurunkan kecemasan pasien karena stimulan Al-

Qur’an rata-rata didominasi oleh gelombang delta, dimana gelombang delta

ini mengindikasikan bahwa kondisi otak yang sesungguhnya berada dalam

keadaan yang sangat rileks atau tenang. Stimulan terapi Al-Qur’an ini sering

memberikan efek gelombang delta di bagian frontal dan central baik sebelah

kanan dan kiri otak. Daripada itu, adapun fungsi dari bagian frontal yaitu

sebagai pusat intelektual umum dan pengontrol emosi, sedangkan fungsi dari

bagian central yaitu sebagai pusat kontrol gerakan-gerakan yang dilakukan.

Sehingga stimulan Al-Qur’an dapat memberikan ketenangan, ketentraman

dan kenyamanan.

Murottal Al-Qur’an merupakan suatu teknik relaksasi yang dapat

memberikan ketenangan dan memulihkan tubuh. Sehingga terapi murottal Al-

Qur’an dapat mempengaruhi perubahan kualitas tidur pada lanjut usia itu

sendiri dengan cara mendengarkan Al-Qur’an ada pengaruh religius atau

keimanan dengan penyembuhan religius terlibat dalam peningkatan

kemungkinan bertambahnya usia harapan hidup penurunan kecemasan,

depresi dan kemarahan yang dialami lanjut usia sehingga kualitas tidurnya

menjadi baik. Maka penting untuk memberika terapi murottal Al-Qur’an

sebelum tidur untuk meningakatkan kualitas tidur lanjut usia (Suryani, 2016).
5

Penulis akan melakukan literature review untuk pengembangan SOP

dengan cara mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Selain

berdasarkan jurnal yang saya yakinkan untuk mengambil judul kecemasan

pada pasien congestive heart failure (CHF), beradasarkan pengalaman pribadi

saya juga karena orang tua saya ada riwayat sakit congestive heart failure

(CHF) yang akan dilakukan tindakan kateterisasi dan saya merasakan betul

pada saat itu orang tua saya sangat cemas, tetapi belum ada pengembangan

SOP untuk menurunkan tingkat kecemasan dengan mendengarkan bacaan

ayat-ayat suci Al-Qur’an dari perawat untuk pasien diruangan dengan

congestive heart failure (CHF) yang akan dilakukan tindakan kateterisasi.

Berdasarkan studi pendahuluan dan latar belakang di atas, maka penulis

tertarik untuk membuat penulisan ini lebih jauh mengenai pengembangan

SOP pemberian terapi murottal untuk mengurangi tingkat kecemasan pada

pasien congestif heart failure (CHF) yang akan dilakukan kateterisasi.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengembangan SOP pemberian terapi murottal terhadap

penurunan tingkat kecemasan pada pasien congestif heart failure (CHF) yang

akan dilakukan kateterisasi?


6

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Penulisan Umum

Mengembangkan SOP pemberian terapi murottal untuk penurunan

tingkat kecemasan pada pasien congestif heart failure (CHF) yang akan

dilakukan kateterisasi.

2. Tujuan Penulisan Khusus

a. Mengembangkan SOP pemberian terapi murottal untuk penurunan

tingkat kecemasan pada pasien congestif heart failure (CHF) yang akan

dilakukan kateterisasi.

b. Memberikan gambaran SOP pemberian terapi murottal yang benar dan

tepat untuk penurunan tingkat kecemasan pada pasien congestif heart

failure (CHF) yang akan dilakukan kateterisasi.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penulisan ini dapat menjadi masukan dalam meningkatkan mutu dan

kualitas pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien congestif heart

failure (CHF) yang akan dilakukan kateterisasi sehingga kecemasan dapat

berkurang.

2. Bagi Penulis

Untuk memperoleh pengalaman dalam melaksanakan aplikasi riset

keperawatan di tatanan pelayanan keperawatan, khususnya di penelitian

tentang pelaksanaan intervensi terapi murottal terhadap penurunan tingkat


7

kecemasan pada pasien congestif heart failure (CHF) yang akan dilakukan

kateterisasi.

3. Bagi Institusi dan Pendidikan

Penulisan ini diharapkan menjadi rujukkan bagi perkembangan ilmu

pegetahuan khususnya Keperawatan Jiwa dalam memenuhi kebutuhan

pasien dengan kecemasan di masyarakat.

4. Bagi Masyarakat

Melalui penulisan ini di harapkan SOP terapi murottal sebagai

penanganan masalah keperawatan penurunan tingkat kecemasan dapat

diaplikasikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Keperawatan Jiwa

a. Definisi Keperawatan Jiwa

Stuart dan Sundeen memberikan batasan tentang keperawatan jiwa,

yaitu suatu proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan

mempertahankan perilaku, yang mengontribusi pada fungsi yang

terintegrasi. Sementara ANA (American Nurses Association)

mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa adalah suatu bidang

spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku

manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara terapeutik sebagai

kiatnya (Stuart, 2007).

b. Peran Perawat Jiwa

Peran perawat perkembangan dan perubahan terbaru dalam profesi

keperawatan telah membawa pengaruh yang besar terhadap bidang

keperawatan seperti psikiatrik. Salah satu dari perubahan ini adalah

pengembangan dan implementasi diagnosis keperawatan, yang

membuat perencanaan asuhan keperawatan tentang psikiatrik tertulis

lebih berguna bagi wawasan dan dokumentasi dalam pembuatan asuhan

keperawatan psikiatrik (Doengoes, 2007).

Peran perawat harus memiliki pengetahuan dan kompetensi yang

harus luas sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat

8
9

dan berkualitas pada orang dengan gangguan jiwa dalam berbagai cara.

Seperti pengkajian terhadap pasien, koordinasi tritmen modalitas,

pemberian obat, monitor efek obat, edukasi pengobatan dan program

pemeliharaan obat (Stuart, 2016).

1) Peran perawat jiwa dalam pelaksanaan program

Memiliki peran sebagai pemberi asuhan keperawatan secara

langsung. Peran yang pertama adalah memberikan tindakan

keperawatan pada keluarga dan penderita. Perawat kesehatan jiwa

menyatakan pernah memberikan tindakan keperawatan kepada

keluarga dan penderita.

2) Peran perawat jiwa sebagai pendidik

Sebagai pendidik, peran perawat yang pertama adalah dengan

memberikan pendidikan kesehatan jiwa. Perawat kesehatan jiwa

memberikan pendidikan kesehatan jiwa kepada keluarga seperti

menyarankan keluarga agar memperlakukan penderita dengan baik,

mengarahkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar penderita,

misalnya mandi, makan, mengajak penderita untuk berkomunikasi,

mengajak penderita bersosialisasi ke lingkungan sekitar penderita,

mengajak penderita untuk berkomunikasi, atau memberikan

kesibukan pada penderita.


10

2. Konsep Kecemasan

a. Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,

yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti atau tidak jelas dan tidak

berdaya. Keadaaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik atau

tidak jelas. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan

secara interpersonal. Ansietas / Kecemasan merupakan respons

emosional terhadap penilaian tersebut (Stuart, 2007).

Kecemasan adalah suatu perasaan khawatir yang berlebihan dan

tidak jelas, juga merupakan suatu respons terhadap stimuli eksternal

maupun internal yang menimbulkan gejala emosional, kognitif, fisik,

dan tingkah laku (Baradero, 2015).

Ansietas adalah perasaan yang tidak diinginkan atau kekhawatiran

tidak jelas yang disertai respon autonom (sumber yang sering kali tidak

spesifik atau tidak diketahui oleh individu itu sendiri), perasaan takut

yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya yang ada. Hal ini

merupakan isyarat untuk kewaspadaan atau sinyal yang

memperingatkan individu akan adanya bahaya dan kemampuan

individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Nurarif, 2015).

Ansietas adalah perasaan selalu waspada, khawatir yang berlebih,

atau tidak nyaman di lingkungan sekitar seakan – akan ada sesuatu yang

dirasakan sebagai ancaman. Ansietas berbeda dengan rasa takut. Takut

merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya,


11

sedangkan ansieatas adalah respons emosional terhadap penilaian

tersebut (Keliat, 2011).

b. Respon Kecemasan

1) Respon Fisiologi

Respon Kecemasan menurut Stuart & Sundeen (1998) dapat

terjadi berbagai perubahan yang meliputi : Sistem Kardiovaskuler,

Sistem Respiratori, Sistem Neuromuskuler, Sistem Gastrointestinal,

Sistem Urinaria, Sistem Integumen (Ihdaniyati, 2009).

2) Respon Psikologi

a) Perilaku

Kelelahan, ketegangan fisik, tremor, reaksi tibatiba, bicara cepat,

koordinasi kurang, sering terjadi kecelakaan.

b) Kognitif

Gangguan perhatian, konsentrasi berkurang, pelupa, selalu salah

dalam mengambil keputusan, blocking, penurunan lapang

pandang, penurunan produktifitas, penurunan kreatifitas, menarik

diri, kebingungan, objektifitas kurang, takut mati.

c) Afektif

Gelisah, tidak sabar, tegang, mudah terganggu, ketakutan, mudah

tersinggung.
12

c. Tingkat Kecemasan

(Dalami, 2009) mengemukakan tingkat kecemasan, diantaranya :

1) Ansietas Ringan

Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan

peristiwa yang terjadi dikehidupan sehari – hari, pada tingkat ini

lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati – hati dan

waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan

mengahasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

a) Respon fisiologi : sesekali napas pendek, nadi dan tekanan darah

naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir

bergetar.

b) Respon kognitif : lapang persepsi melebar, mampu menerima

rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah,

menjelaskan masalah secara efektif.

c) Respon perilaku dan emosional : tidak dapat duduk tenang,

tremor halus pada tangan, suara kadang – kadang meninggi.

2) Ansietas Sedang

Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan

sekitar menjadi menurun. Individu lebih memfokuskan hal – hal

penting saat itu dan mengenyampingkan hal lain yang tidak

penting.
13

a) Respon fisiologi : sering napas pendek, nadi (ekstra systole)

tekanan darah naik, mulut kering, anorexia, diare/konstipasi,

gelisah.

b) Respon kognitif : lapang persepsi menyempit, rangsang luar

tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi

perhatian.

c) Respon perilaku dan emosi : gerakan tersentak – sentak

(meremas tangan), bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur,

perasaan tidak aman.

3) Ansietas Berat

Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit,

individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan

mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu lagi berpikir

realitas dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan

perhatian pada area lain.

a) Respon fisiologi : napas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan.

b) Respon kognitif : lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu

menyelesaikan masalah

c) Respon perilaku dan emosi : perasaan merasa terancaman

meningkat, verbalisasi cepat, blocking.


14

4) Panik

Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sudah sangat

menyempit tidak bisa berpikir jernih dan sudah terganggu sehingga

tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa

– apa walaupun telah diberikan pengarahan.

a) Respon fisiologi : napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi,

sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah.

b) Respon kognitif : lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat

berpikir logis.

c) Respon perilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah,

ketakutan, berteriak – teriak, blocking, kehilangan kendali atau

kontrol diri, persepsi kacau.

d. Rentang Respon Kecemasan

Rentang respon kecemasan berfluktuasi antara respons adaptif

dan maladaptive menurut (Dalami, 2009) :

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 2.1 Rentang Respon


15

e. Alat Ukur Tingkat Kecemasan

Kecemasan dapat diukur dengan menggunakann alat ukur

kecemasan yang disebut Hamilton anxiety rating scale (HARS)

digunakan untuk menilai tingkat kecemasan. Instrumen pengumpulan

data melalui alat ukur HARS telah digunakan sebelumnya oleh

Larasati (2012) dengan topik dan sasaran yang berbeda - beda.

Kuisioner HARS terdiri dari 14 macam kelompok pertanyaan.

Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner HARS memiliki skala 0-4.

Nilai rata-rata yang diperoleh responden diklasifikasikan berdasarkan

nilai level tingkat kecemasan yaitu dengan skor 0-14 (artinya tidak ada

kecemasan), skor 14-20 (artinya kecemasan ringan), skor 21-27

(artinya kecemasan sedang), skor 28-41 (artinya kecemasan berat) dan

untuk skor 42-56 (artinya kecemasan berat sekali).

Skala HARS menurut Hamilton Anxienty Rating Scale (HARS)

penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, yang meliputi :

a) Perasaan ansietas berupa cemas, firasat buruk, takut akan pikiran

sendiri atau mudah tersinggung.

b) Ketegangan berupa perasaan yang selalu tegang, lesu, mudah

tergaanggu, gemetar dan gelisah.

c) Ketakutan terhadap gelap, orang asing, ditinggal sendirian,

terhadap binatang besar, keramaian lalu lintas dan terhadap

kerumunan orang banyak.


16

d) Gangguan tidur berupa tidak bisa / sulit terlelap, terbangun di

malam hari, tidur nyenyak/pulas, bermimpi buruk dan menakutkan.

e) Gangguan kecerdasan berupa sukar berkonsetrasi dan daya ingat

yang buruk, mudah lupa.

f) Perasaan depresi berupa hilangnya minat, berkurangnya

kesenangan pada hobi, sedih, dan perasaan yang cenderung

berubah-ubah sepanjang hari.

g) Gejala somatik (motorik) seperti sakit dan nyeri pada otot, kaku,

kedutan di otot, gigi gemeretuk dan suara yang tidak stabil.

h) Gejala somatik (sensorik) berupa penglihatan kabur, muka merah

dan pucat, merasa lemah dan perasaan ditusuk-tusuk.

i) Gejala karidovaskuler berupa takikardia, berdebar – debar, nyeri di

dada, denyut nadi mengeras, detak jantung hilaang sekejap.

j) Gejala respiratori berupa rasa tertekan pada dada, perasaan

tercekik, sering menarik napas disertai dengan napas panjang,

merasa napas pendek dan sesak.

k) Gejala gastrointestinal berupa sulit menelan, perut melilit,

gangguan pencernaan/obstipasi, nyeri lambung sebelum dan

sesudah makan, perasaan terbakar di perut, dan mual muntah.

l) Gejala urogenital seperti sering buang air kecil, tidak dapat

menahan air seni, amenorrhoe, ereksi lemah dan impotensi.

m) Gejala otonom seperti mulut kering, muka merah, mudah

berkeringat, pusing, sakit kepala, dan perasaan merinding.


17

n) Tingkah laku selama wawancara gelisah, jari-jemari gemetar,

kening berkerut, wajah tegang, tonus otot meningkat, napas pendek

dan cepat.

Cara penilaian pada tingkat kecemasan adalah dengan memberikan

nilai dengan kategori :

Jika skor 0 (tidak ada gejala sama sekali)

0= tidak ada gejala sama sekali

1= satu gejala yang ada

2= sedang/separuh gejala yang ada

3= berat/ lebih dari separuh gejala yang ada

4= sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan skor 1-14

dengan hasil:

Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan

Skor 14-20 = kecemasan ringan

Skor 21-27 = kecemasan sedang

Skor 28-41 = kecemasan berat

Skor 42-56 = kecemasaan berat sekali

f. Psikodinamika

Pandangan Freud meliputi konflik antara kebutuhan id dan

superego, dan ego yang bertindak sebagai mediator. Ansietas terjadi


18

jika ego tidak cukup kuat untuk menyelesaikan konflik. Teori Sullivan

mengemukakan bahwa ketakutan karena ketidakcocokan tentang figur

ibu adalah dasar ansietas. Kasih sayang/cinta bersyarat menyebabkan

ego mudah pecah dan kurang percaya diri. Individu dengan gangguan

ansietas memiliki harga diri renda, takut gagal, dan mudah terancam.

Dollard dan Miller (1950) meyakini bahwa ansietas merupakam

respons belajar yang dibawa sejak lahir untuk menghindari nyeri.

Ansietas merupakan akibat dihadapkannya seseorang pada dua

keinginan atau tujuan yang bersaing.

Teori kognitif mengenukakan bahwa terdapat gangguan dalam

mekanisme kognisi dan informasi pusat yang berproses dengan

gangguan perasaan dan perilaku yang berlanjut. Ansietas dipertahankan

oleh distorsi pemikiran dengan pencapaian situasi yang salah mengerti

atau disfungsi. Individu merasa mudah diserang, dan distorsi pikiran

menyebabkan hasil yang negatif (Doengoes, 2007).

a) Faktor predisposisi

(Dalami, 2009) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan

terjadinya ansietas, diantaranya:

(1) Faktor Biologis. Otak mengandung reseptor spesifik untuk

benzodiazepines. Reseptor ini diperkirakan turut berperan dalam

mengatur ansietas.
19

(2) Pandangan Psikoanalitik. Ansietas merupakan konflik

emosional antara dua elemen kepribadian yaitu ide, ego, dan

super ego. Ide melambangkan dorongan insting dan impuls

primitif. Super ego mencerminkan/menggambarkan hati nurani

dari seseorang dan dikendalikan oleh norma – norma budaya

seseorang itu sendiri, sedangkan ego digambarkan sebagai

mediator antara ide dan super ego. Ansietas berfungsi untuk

meperingatkan ego tentang suhu budaya yang perlu segera

diatasi.

(3) Pandangan Interpersonal. Ansietas terjadi dari ketakutan akan

penolakkan interpersonal. Berhubungan juga dengan trauma

masa perkembangan seperti kehilangan, perpisahan. Individu

dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami

ansietas berat.

(4) Pandangan Perilaku. Ansietas merupakan bentuk frustasi yaitu

segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk

mencapai tujuan yang diinginkannya.

g. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi ansietas dibedakan menjadi 2 yaitu:

(1) Ancaman terhadap integritas seseorang seperti ketidakmampuan

atau penurunan fungsi fisiologis akibat sakit sehingga menganggu

individu untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari


20

(2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang. Ancaman ini akan

menimbulkan gangguan terhadap identitas diri, harga diri, dan

fungsi sosial individu.

h. Adaptasi dan Mekanisme Koping

1) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan

berorientasi pada tindakan realistik yang bertujuan untuk

menurunkan situasi stres, misalnya :

a) Perilaku menyerang (agresif) : digunakan individu untuk

mengatasi rintangan agar terpenuhinya kebutuhan.

b) Perilaku menarik diri : dipergunakan untuk menghilangkan

sumber ancaman baik secara fisik maupun secara psikologis.

c) Perilaku kompromi : dipergunakan untuk mengubah tujuan-

tujuan yang akan dilakukan atau mengorbankan kebutuhan

personal untuk mencapai tujuan.

2) Mekanisme pertahanan ego. bertujuan untuk membantu mengatasi

ansietas ringan dan sedang. Mekanisme ini berlangsung secara

tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi realitas dan bersifat

maladaptif. Mekanisme pertahanan Ego yang digunakan adalah:

a) Kompensasi Adalah proses dimana seseorang memperbaiki

penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan

keistimewaan /kelebihan yang dimilikinya.


21

b) Penyangkalan (Denial) : Menyatakan ketidaksetujuan terhadap

realitas yang ada dengan mengingkari realitas tersebut.

Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.

c) Pemindahan (Displacemen) : Pengalihan terhadap emosi yang

semulanya ditujukan pada seseorang / benda tertentu yang

biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.

d) Disosiasi : Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari

kesadaran atau identitasnya.

e) Identifikasi (Identification) : Proses dimana seseorang mencoba/

mencontoh untuk menjadi orang yang ia kagumi dan yang

disukai dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku

dan selera orang tersebut.

f) Intelektualisasi (Intelektualization) : Penggunaan dengan

berpikir logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari

pengalaman yang mengganggu perasaannya.

g) Introjeksi (Intrijection) : Mengikuti norma - norma dari luar

sehingga ego tidak akan lagi terganggu oleh ancaman yang ada

dari luar (pembentukan superego).

h) Fiksasi : Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek

tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran) sehingga

perkembangan selanjutnya terhalang.


22

i) Proyeksi : Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri

kepada orang lain terutama keinginan. Perasaan emosional dan

motivasi tidak dapat ditoleransi.

j) Rasionalisasi : Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah

lakunya menurut alasan yang seolah - olah rasional dan masuk

akal, sehingga tidak menjatuhkan harga diri.

i. Macam – Macam Alat Ukur Tingkat Kecemasan

1) Visual Analoge Scale For Anxiety (VAS – A)

Breivik H, Borchgrevink P.C, Allen S cit. Hassyati (2018),

mengemukakan VAS-A sebagai salah satu skala pengukuran yang

digunakan untuk mengukur intensitas kecemasan pasien yang biasa

digunakan. Terdapat 11 titik, mulai dari tidak ada rasa cemas (nilai

0) hingga rasa cemas terburuk yang bisa dibayangkan (nilai 10).

VAS-A merupakan pengukuran tingkat kecemasan yang cukup

sensitif dan unggul karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik

pada rangkaian, daripada dipaksa memilih satu kata atau satu

angka. Pengukuran dengan VAS-A pada nilai 0 dikatakan tidak ada

kecemasan, nilai 1 - 3 dikatakan sebagai cemas ringan, nilai 4 – 6

dikatakan sebagai cemas sedang, diantara nilai 7 – 9 cemas berat,

dan 10 dianggap panik atau kecemasan luar biasa.

2) The Modified Dental Anxiety Scale (MDAS)

The Modified Dental Anxiety scale merupakan alat ukur yang

memiliki keabsahan tinggi dan dapat dipercaya, dengan sistem


23

jawaban yang lebih sederhana dan lebih konsisten. Digunakan

untuk mengukur kecemasan dental pada studi tertentu. Selain itu

jawaban disederhanakan untuk menemukan angka dari tidak cemas,

cemas, dan sangat cemas (Humphris, 2000).

3) Face Image Scale (FIS)

Menurut Buchanan (2002), FIS digunakan untuk mengukur

tingkat kecemasan pada anak-anak menggunakan ekspresi wajah.

Ekspresi wajah menggambarkan situasi atau keadaan dari

kecemasan, mulai dari ekspresi wajah sangat senang hingga sangat

tidak senang. Skala ini menunjukkan dari skor 1 yaitu

menunjukkan ekspresi yang paling positif (sangat senang) sampai

skor 5 pada bagian wajah yang paling menunjukkan ekspresi

negatif (sangat tidak senang).

4) Visual Numeric Rating Scale of Anxiety (VNRS – A)

Pasien diminta menyatakan menggambarkan skala besar

kecemasan yang dirasakan VNRS – A menggunakan skala dari

angka 0 (nol) sampai 10 (sepuluh), dimana 0 menunjukan tidak

cemas, 1 – 3 cemas ringan, 4 – 6 cemas sedang, 7 – 9 cemas berat,

dan 10 menunjukan tingkat panik ( Fajriati, 2013 ; Liza, 2014).

3. Konsep Terapi Murottal

a. Definisi Terapi Murottal

Faridah (2015), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa

terapi murotal dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan


24

disebabkan oleh pengaruh terapi mendengarkan ayat-ayat Al-Quran

berupa, adanya perubahan arus listrik di otot, perubahan sirkulasi

darah, perubahan detak jantung dan kadar darah pada kulit.

Perubahan yang ada tersebut menunjukan adanya

relaksasi/penurunan ketegangan terhadap urat saraf reflektif yang

mengakibatkan terjadinya pelonggaran pembuluh nadi dan

penambahan kadar darah dalam kulit, diiringi dengan penurunan

frekuensi detak jantung. Terapi murotal yang bekerja pada otak,

dimana ketika didorong oleh rangsangan dari luar (terapi Al-

Qur’an), maka otak dapat menghasilkan zat kimia yang disebut

neuropeptide.

Molekul ini akan menangkutkan kedalam reseptor–reseptor

mereka yang ada di dalam tubuh dan akan memberikan umpan

balik berupa kenikmatan atau kenyamanan. Terapi murotal Al-

Qur'an atau bacaan AL-Qur'an dengan keteraturan irama dan

bacaan yang benar juga merupakan sebuah musik. Al-Qur'an

mampu mendatangkan ketenangan dan meminimalkan kecemasan

97% bagi mereka yang mendengarnya 65% mendapatkan

ketenangan dari bacaan Al-Qur'an dan 35% mendapatkan

ketenangan dari bacaan dalam bahasa Arab bukan Al-Qur'an.

Pemberian terapi murotal Al-Qur'an terbukti efektif meningkatkan

kadar β-Endorphin pada ibu yang dilantunkan dengan tempo

lambat, lembut penuh penghayatan dapat menimbulkan suatu


25

respon relaksasi. Faktor lain adalah keyakinan bahwa Al-Qur'an

kitab suci yang mengandung firman Allah dan merupakan

pedoman hidup bagi manusia. Dengan mendengarkan murotal

selama 25 menit menggunakan speaker box Qur'an membawa

subjek lebih dekat dengan Tuhannya (Wahida, Nooryanto &

Andarini, 2015).

b. Manfaat Terapi Murottal

Sangat efektif dalam menurunkan kecemasan pasien karena

stimulan Al-Qur’an rata-rata didominasi oleh gelombang delta,

dimana gelombang delta ini mengindikasikan bahwa kondisi otak

yang sesungguhnya berada dalam keadaan yang sangat rileks atau

tenang. Stimulan terapi Al-Qur’an ini sering memberikan efek

gelombang delta di bagian frontal dan central baik sebelah kanan

dan kiri otak. Daripada itu, adapun fungsi dari bagian frontal yaitu

sebagai pusat intelektual umum dan pengontrol emosi, sedangkan

fungsi dari bagian central yaitu sebagai pusat kontrol gerakan-

gerakan yang dilakukan. Sehingga stimulan Al-Qur’an dapat

memberikan ketenangan, ketentraman dan kenyamanan (Saleh,

2018).

c. Murottal Untuk Kesehatan

Menurut Al-Atsari (2017) dalam Asmaja, 2019 sudah sejak

dulu banyak orang yang sudah tahu, kalau Al-Qur’an merupakan

sumber rujukan ilmu pengetahuan. Bahkan, ilmuwan yang masuk


26

islam karena meneliti Al-Qur’an dari segi ilmu kesehatan. Dokter

Al Qadhi mengemukakan hasil penelitiannya, bahwa mereka yang

mendengarkan Al-Qur’an mendapat pengaruh luar biasa terhadap

fisiologi. Bagusnya bukan hanya mereka yang tahu bahasa Arab

saja yang akan mendapatkan dampak itu. Mereka yang asing

terhadap bahasa Arab pun juga dapat merasakan dampaknya.

Penelitian yang didukung dengan alat modern itu menghasilkan

kesimpulan yang mengatakan bahwa Al-Qur’an dapat

meningkatkan kesehatan dan ketenangan jiwa sampai 98%.

d. Surah Ar-Rahman

1) Definisi Surah Ar-Rahman

Surah Ar-Rahman adalah surah ke-55 dalam Al-Qur’an,

surah ini tergolong surah makkiyah, terdiri atas 78 ayat.

Dinamakan Ar-Rahman yang berarti Yang Maha Pemurah

berasal dari kata Ar-Rahman yang terdapat pada ayat-ayat

pertama surah ini.Yusup, Nihiyati, Iswari dkk (2016). Imam Al-

Baihaqqi meriwayatkan bahwa Nabi SAW. Bersabda. “segala

sesuatau memiliki pangantinya dan pengantin Al –Qur’an adalah

surah Ar-Rahman, Penemuan itu karena indahnya Surah ini dan

karena didalamnya terulang 31 kali kalimat fa–biayyi alaaí-rabbi

kuma tukadzdzi-ban (maka nikmat Tuhanmu yang manakah

yang kamu dustakan?) yang terletak diakhir setiap ayat yang


27

menjelaskan nikmat Allah yang diberikan kepada manusia.

Shihab ( 2002 ) dalam Asmaja, 2019).

4. Konsep Kateterisasi Jantung

a. Definisi Kateterisasi Jantung

Kateterisasi jantung merupakan prosedur invasif dengan

memasukkan satu atau lebih kateter ke dalam jantung dan

pembuluh darah tertentu untuk memvisualisasikan ruang jantung,

katup, pembuluh darah besar, dan arteri koroner. Prosedur ini untuk

membantu dalam diagnosis yang ditetapkan, pencegahan

perkembangan kondisi jantung dan evaluasi yang akurat serta

pengobatan yang kritis pada pasien (Brunner & Suddart, 2009).

b. Indikasi

Pemeriksaan kateterisasi jantung menurut Brunner & Suddart

(2009) dapat dilakukan pada penyakit koroner yang sudah

diketahui atau diduga berupa: angina tidak stabil, serangan angina

baru, evaluasi sebelum tindakan operasi, iskemia, hasil treadmil

positif, nyeri dada atipikal atau spasme koroner, angina pektoris,

gagal trombolitik, shock, komplikasi mekanik (ventrikel septal

defek, ruptur dinding/otot polos).

c. Kontra Indikasi

Kontra indikasi relatif antara lain : penyakit gagal jantung

kongestif yang tidak terkontrol, tekanan darah tinggi, aritmia,

penyakit pembuluh darah serebral yang kurang dari satu bulan,


28

infeksi/demam, elektrolit tidak seimbang, perdarahan

gastrointestinal, kehamilan, antikoagulasi (perdarahan akut tidak

terkontrol), pasien tidak kooperatif, keracunan obat (seperti

digitalis, phennothiazid), gagal ginjal. Sedangkan kontra indikasi

mutlak (tidak boleh dilakukan) apabila tidak cukup perlengkapan

atau fasilitas (Muttaqin, 2009).

d. Komplikasi

Hal-hal yang kemungkinan bisa terjadi akibat tindakan kateterisasi

jantung menurut Farouque, et al ( 2005):

1) Komplikasi mayor antara lain: tromboemboli, infark miokard, alergi

kontras seperti: spasme laring, spasme bronkus, hipotensi berat atau

henti jantung, aritmia berat seperti: ventrikel fibrilasi, kematian.

2) Komplikasi minor: aritmia (sinus bradikardi, ventrikel premature beat

dan ventrikel takikardi), alergi ringan, seperti erupsi kulit,perdarahan

pada tempat tusukan atau hematom, infeksi, edema paru, komplikasi

jarang seperti: ruptur pembuluh darah, kateter melilit, kateter putus,

perforasi arteria koroner, nyeri daerah tusukan.


29

B. Kerangka Konseptual

Adapun Kerangka Konseptual yang peneliti ambil pada penelitian kali ini

adalah sebagai berikut :


Pasien dengan gangguan
kardiovaskuler CHF yang
akan di lakukan
kateterisasi

Karakteristik tingkat kecemasan Cemas Faktor pencetus kecemasan

1. Tidak ada gejala sama 1. Ancaman terhadap


sekali integritas diri
2. 1 dari gejala yang ada Tingkat 2. Ancaman terhadap
3. Separuh dari gejala yang Kecemasan sistem diri
ada (Asmadi, 2008)
1. Ringan
4. Lebih dari separuh
2. Sedang
gejala yang ada 3. Berat
5. Semua gejala ada
4. Panik
(HARS)

Literatur review : Terapi murottal


terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada pasien congestive
heart failure (CHF) yang akan
dilakukan kateterisasi

Pengembangan SOP Terapi


murottal terhadap penurunan
tingkat kecemasan pada pasien
congestive heart failure (CHF)
yang akan dilakukan kateterisasi

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Sumber: Muliawati, (2015).


BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Metodelogi

Metodelogi yang digunakan dalam pengembangan SOP pemberian

terapi murottal terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien congestive

heart failure (CHF) yang akan dilakukan kateterisasi adalah Literature

Review. Literature review pada penulisan ini digunakan untuk

mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat berdasarkan sumber terkait.

Literature review adalah analisa kritis dari penelitian yang sedang

dilakukan terhadap topik khusus atau berupa pertanyaan terhadap suatu

bagian dari keilmuan. Literature Review membantu kita dalam menysusun

kerangka berfikir yang sesuai dengan teori, temuan, maupun hasil penelitian

sebelumnya dalam menyelesaikan rumusan masalah pada penelitian yang kita

buat (Agusta,2014).

B. Plan, Do, Study, Act (PDSA)

1. Plan

a. Pengkajian terkait penyebab dan tingkat kecemasan pada pasien

congestive heart failure (CHF) yang akan dilakukan kateterisasi

b. Menentukan rencana asuhan keperawatan berupa pengembangan sop

pemberian distraksi tehnik murottal terhadap penurunan tingkat

kecemasan pada pasien congestive heart failure (CHF)

c. Menentukan kriteria pasien yang akan diberikan distraksi terapi

murottal

30
31

1) Pasien dengan kesadaran penuh (composmentis)

2) Pasien berjenis kelamin perempuan maupun laki-laki

3) Pasien dengan congestive heart failure (CHF)

4) Pasien yang beragama islam

5) Pasien yang berusia 40 – 70 tahun

6) Pasien yang bersedia menjadi responden

7) Pasien yang akan dilakukan tindakan kateterisasi

8) Mengalami kecemasan ringan sampai sedang, berdasarkan HARS

(Hamilton Anxiety Rating Scale).

d. Skala HARS menurut Hamilton Anxienty Rating Scale (HARS)

penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, yang meliputi :

1) Perasaan ansietas berupa cemas, firasat buruk, takut akan pikiran

sendiri atau mudah tersinggung.

2) Ketegangan berupa perasaan yang selalu tegang, lesu, mudah

tergaanggu, gemetar dan gelisah.

3) Ketakutan terhadap gelap, orang asing, ditinggal sendirian,

terhadap binatang besar, keramaian lalu lintas dan terhadap

kerumunan orang banyak.

4) Gangguan tidur berupa tidak bisa / sulit terlelap, terbangun di

malam hari, tidur nyenyak/pulas, bermimpi buruk dan menakutkan.

5) Gangguan kecerdasan berupa sukar berkonsetrasi dan daya ingat

yang buruk, mudah lupa.


32

6) Perasaan depresi berupa hilangnya minat, berkurangnya

kesenangan pada hobi, sedih, dan perasaan yang cenderung

berubah-ubah sepanjang hari.

7) Gejala somatik (motorik) seperti sakit dan nyeri pada otot, kaku,

kedutan di otot, gigi gemeretuk dan suara yang tidak stabil.

8) Gejala somatik (sensorik) berupa penglihatan kabur, muka merah

dan pucat, merasa lemah dan perasaan ditusuk-tusuk.

9) Gejala karidovaskuler berupa takikardia, berdebar – debar, nyeri di

dada, denyut nadi mengeras, detak jantung hilaang sekejap.

10) Gejala respiratori berupa rasa tertekan pada dada, perasaan

tercekik, sering menarik napas disertai dengan napas panjang,

merasa napas pendek dan sesak.

11) Gejala gastrointestinal berupa sulit menelan, perut melilit,

gangguan pencernaan/obstipasi, nyeri lambung sebelum dan

sesudah makan, perasaan terbakar di perut, dan mual muntah.

12) Gejala urogenital seperti sering buang air kecil, tidak dapat

menahan air seni, amenorrhoe, ereksi lemah dan impotensi.

13) Gejala otonom seperti mulut kering, muka merah, mudah

berkeringat, pusing, sakit kepala, dan perasaan merinding.

14) Tingkah laku selama wawancara gelisah, jari-jemari gemetar,

kening berkerut, wajah tegang, tonus otot meningkat, napas pendek

dan cepat.
33

Cara penilaian pada tingkat kecemasan adalah dengan memberikan

nilai dengan kategori :

Jika skor 0 (tidak ada gejala sama sekali)

0= tidak ada gejala sama sekali

1= satu gejala yang ada

2= sedang/separuh gejala yang ada

3= berat/ lebih dari separuh gejala yang ada

4= sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan skor 1-14

dengan hasil:

Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan

Skor 14-20 = kecemasan ringan

Skor 21-27 = kecemasan sedang

Skor 28-41 = kecemasan berat

Skor 42-56 = kecemasaan berat sekali

2. Do

Penulis mengembangkan SOP berupa pemberian terapi murottal

terhadap tingkat kecemasan pada pasien congestive heart failure (CHF)

yang akan dilakukan kateterisasi.


34

3. Study

a. Penulis melakukan study literature terkait pemberian terapi murottal

terhadap tingkat kecemasan pada pasien congestive heart failure (CHF)

yang akan dilakukan kateterisasi.

b. Penulis menganalisis hasil pencarian literature review terkait pemberian

terapi murottal terhadap tingkat kecemasan pada pasien congestive

heart failure (CHF) yang akan dilakukan kateterisasi.

c. Penulis mencari jurnal atau teori pendukung sebagai bentuk

rasionalisasi asuhan keperawatan dalam setiap proses atau langkah pada

SOP yang penulis kembangkan.

4. Act

SOP ini akan dijadikan sebagai panduan dalam memberikan terapi

murottal terhadap tingkat kecemasan pada pasien congestive heart failure

(CHF) yang akan dilakukan kateterisasi, agar hasil yang didapatkan

menjadi jauh lebih efektif dan efisien.


35

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil Penelusuran Literature Review

Tabel 4.1 Hasil Penelusuran Literature Review pemberian terapi murottal


terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien congestive heart
failure (CHF) yang akan dilakukan kateterisasi.

Intervensi
Judul Metode
No. Peneliti Pemberian terapi Hasil
penelitian penelitian
murottal Al-Qur’an

1. Pengaruh Trimutia Sampling 1. Peneliti Penelitian


terapi sari purposive mengumpulka ini
murottal (2018) digunakan n data membuktika
terhadap untuk berdasarakan n bahwa
tingkat memilih kriteria inklusi pemberian
kecemasan sampel yang 2. Peneliti terapi
pasien pre terdiri dari 20 memberikan murotal
kateterisasi responden Informed bahwa
jantung laki-laki. consent untuk sebanyak
diruang Instrumen di tanda 90% berada
elang I yang tangani dalam
RSUP digunakan 3. Peneliti kondisi
DR.Kariadi kuesioner menilai tingkat cemas
Semarang. Visual kecemasan sedang dan
Analogy pre- 10% dalam
Scale (VAS- kateterisasi kategori
A), MP3 4. Peneliti cemas
player audio memulai ringan.
murotal surat intervensi
Ar-Rahman. dengan
dilakukan menyalakan
Maret 2018 MP3 player
di Ruang audio murotal
Elang I surat Ar-
RSUP Dr. Rahman
Kariadi selama 13,5
Semarang menit untuk di
36

dengarkan
kepada
responden
5. Setelah
intervensi
selesai peneliti
melakukan
penilaian
tingkat
kecemasan
post-
kateterisasi.
2. Dampak Florina Dilakukan 1. Peneliti Intervensi
Pelayanan (2016) pada 32 melakukan pada
Spiritual responden wawancara penelitian
terhadap dengan total 2. Peneliti pelayanan
Tingkat sampling. menerikan spiritual
Kecemasan Instrumen Informed menururn
Pasien yang di consent yang cemas
dengan gunakan 3. Peneliti sedang 20
Tindakan kuesioner melakukan responden
Kateterisasi State Trait penilaian (90,62%)
Jantung Di Anxiety tingkat setelah
Cardio Inventory kecemasan pre- diberikan
Vaskular (STIA), kateterisasi pelayanan
And Brain ruang 4. Peneliti spiritual
Center RSUP tindakan melakukan yang
Prof. DR. R. kateterisasi pelayanan mengalami
D. Kandou jantung di spiritual baik cemas
Manado. cardio untuk pasien ringan
vaskular and sesuai dengan sebanyak 23
brain center agama yang responden
RSUP Prof. mereka anut (71,87%).
DR. R. D. jika beragama
Kandou islam akan
Manado . diberikan
pelayanan
spiritual seperti
murottal atau
dzikir, jika
beragama
nasrani akan
dilakukan
pelayanan
spiritual seperti
mendengarkan
37

musik klasik.
5. Peneliti
melakukan
penilaian
tingkat
kecemasan
post-
kateterisasi.
3. Pengaruh Lestari Penelitian ini 1. Peneliti Berdasarkan
Terapi (2015) dilakukan melakukan dari hasil
Murottal dengan wawancara penelitian
Terhadap teknik 2. Peneliti ini
Tingkat purposive melakukan didapatkan
Kecemasan sampling 16 observasi bahwa 75%
Pasien responden 3. Peneliti minilai pasien
Dengan dengan tingkat dengan
Penyakit penyakit kecemasan pada kecemasan
Jantung jantung pada pasien sedang
Koroner Di koroner di penderita menurun
Ruang ICCU ruang ICCU jantung koroner menjadi
RSUD Dr. RSUD dr. diruang ICCU 18,75%
Soedarso Soedarso 4. Peneliti pasien yang
Pontianak. Pontianak. memberikan memiliki
Instrumen intervensi kecemasan
yang dengan sedang
digunakan memutar MP3 menjadi
kuesioner player audio ringan
Zung Self murotal surat sebanyak
Ratinf Ar-Rahman 81,25% dari
Anxiety Scale selama 12 keseluruhan
(ZSRAS, menit. jumlah
MP3 player 5. Lalu setelah responden.
audio murotal pemberian
surat Ar- terapi murottal
Rahman. selesai peneliti
mengkur
kembali tingkat
kecemasan
pasien dengan
penderita
jantung koroner.
38

4. Pengaruh Syafei Teknik 1. Peneliti Intervensi ini


Pemberian (2018) pengambila melakukan menunjukkan
Terapi Audio n accidental wawancara ada
Murottal Qur’an sampling 2. Peneliti penurunan
Surat Ar- yang melakukan signifikan
Rahman berjumlah observasi intensitas
Terhadap 56 berdasarkan nyeri sebelum
Tingkat responden kriteria inklusi dan sesudah
Kecemasan Pada pasien untuk pemberian
Pasien Pre- penderita responden terapi
Operasi Katarak katarak 3. Peneliti murottal Al
Senilis. yang akan mengukur Qur’an surat
dilakukan tingkat Ar-Rahman
operasi kecemasan selama 25
katarak. pasien menit. Terapi
Instrumen menggunakan murottal juga
yang HARS menunjukkan
digunakan sebelum peningkatan
yaitu audio operasi signifikan
murottal QS katarak kadar β-
Ar-Rahman 4. Peneliti endorphin
dan memulai sebelum
kuesioner intervensi perlakuan dan
Hamilton dengan setelah
Anxiety mendengarkan perlakuan.
Rating surah Ar- Dapat
Scale Rahman disimpulkan
(HARS) kepada bahwa
Penelitian responden tentang terapi
ini selama 25 murottal Al
dilakukan menit Qur’an surat
pada 5. Setelah Ar-Rahman
tanggal 3-8 intervensi dapat
juli 2017 di selesai peneliti meningkatkan
RS Khusus mengukur kadar β-
Mata kembali endorphin
Provinsi tingkat dan
Sumatera kecemasan menurunkan
Selatan. pada pasien intensitas
setelah operasi nyeri.
katarak.
5. Perbedaan Rahmaya Pengambila 1. Penelti Hasil dari
Pengaruh Terapi ti (2017) n data 80 mengumpulka penelitian
Psikoreligius pasien n data dengan tersebut
Dengan Terapi dengan survey adalah
Musik Klasik agama 2. Peneliti 1. Ada
Terhadap islam mengukur pengaruh
39

Kecemasan sebanyak 76 tingkat terapi


Pasien Pre- pasien dan kecemasan musik
Operatif Di kristen 6 sebelum klasik
RSUD Dr. H. orang. dilakukan terhadap
Abdul Moeloek Penelitian operasi penurunan
Provinsi ini 3. Peneliti tingkat
Lampung dilakukan di melakukan kecemasan
RS Abdul intervensi pada
Moeloek memberikan pasien
Provinsi terapi murottal sebelum
Lampung surah Ar- operasi
dari Rahman untuk 2. Ada
September pasien pengaruh
– November beragama terapi
2016. Di islam yang psikoreligi
tiga ruang akan us pada
bedah dilakukan pasien
ortophedi, operasi dan sebelum
ruang bedah terapi musik operasi
wanita, klasik untuk 3. Ada
ruang bedah pasien perbedaan
laki-laki. beragama penyaruh
Instrumen nasrani yang terapi
yang akan psikoreligi
digunakan dilakukan us dan
menggunak operasi terapi
an 4. Seteleh musik
kuesioner pemberian klasik
Zung Self intervensi sebelum
Ratinf peneliti operasi.
Anxiety mengukur
Scale kembali
(ZSRAS, tingkat
dan kecemasan
diberikan pada pasien
terapi setelah
murottal Al- operasi.
Qur’an
surah Ar-
Rahman
dan musik
klasik.
40

2. Pengembangan SOP Pemberian Terapi Murottal Terhadap Penurunan Tingkat

Kecemasan Pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) Yang Akan

Dilakukan Kateterisasi.

Tabel 4.2 Pengembangan SOP Pemberian Terapi Murottal Terhadap


Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF)
Yang Akan Dilakukan Kateterisasi.

No. SOP Rasionalisasi


1. Melakukan bina Bina hubungan saling percaya adalah
hubungan saling percaya kemampuan perawat dalam membangun dan
memelihara komunikasi unterpersonal yang
baik juga membutuhkan rasa kebersamaan
dan percaya dalam berhubungan (Perry,
2009) dalam (Windiarto, 2013) (Phutra,
2016)
2. Mengucapkan salam Komunikasi terapeutik merupakan suatu
terapeutik komunikasi yang sangat memperhatikan
kemampuan berbahasa, karena sifatnya yang
ditujukan untuk memberi terapi kepada
pasien/klien atau lawan bicara. Komunikasi
terapeutik sendiri merupakan bagian dari
komunikasi interpersonal dalam dunia
kesehatan khususnya bidang keperawatan
yang membutuhkan rasa percaya/kepercayaan
(trust), sikap suportif (supportiveness), dan
sikap terbuka (open mindedness) dari masing-
masing pihak (Hannika, 2018) (Faradisi,
2018) (Maulidia, 2018).
3. Menanyakan perasaan Tanyakan bagaiamana kabar dan perasaan
pasien pasien saat akan mulai tindakan kateterisasi
jantung, hal itu menandakan bahwa kita
sebagai perawat peduli akan psikis yang
dirasakan pasien yang dalam keadaan cemas
(Rahmayati, 2017) (Asmaja, 2019) (Lestari,
2015).
4. Mencuci tangan Cuci tangan adalah proses membuang kotoran
dan debu secara mekanis dari kulit kedua
belah tangan dengan memakai sabun dan air.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan
kotoran dan debu secara mekanis dari
permukaan kulit dan mengurangi jumlah
mikroorganisme sementara (Dahlan dan
Umrah, 2013) dalam (Anggraeni, 2016)
41

(Florina, 2016).
5. Melakukan inform Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
consent dengan responden peneliti dengan
memberikan lembar persetujuan informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian
dilakukan dengan memberikan lembar
persetujuan dengan menjadi responden
(Nursalam, 2013) (Hannika, 2018) (Faradisi,
2018).
6. Menjelaskan tentang Murottal Ar-Rahman dan terjemahnya adalah
tujuan terapi Murottal bacaan surah Ar-Rahman yang dibaca oleh
surah Ar-Rahman qori’ dan dilengkapi dengan terjemahnya,
a. Pasien mampu direkam, dan digunakan sebagai terapi religi.
menikmati Murottal Pasien fokus pada terapi yang dijalankan
Ar-Rahman dan sehingga pasien dapat merasakan dan
terjemahnya yang menikmati alunan surah Ar-Rahman yang
didengar dilantukan oleh qori’. Jika pasien fokus pada
b. Pasien mampu terapi murottal surah Ar-Rahman pasien akan
mengerti terjemah mengerti apa dibalik terjemahan setiap ayat
ayat Ar-Rahman yang yang dilantunkan. Lalu pasien dapat
didengarnya menceritakan apa yang dia rasakan selama
c. Pasien mampu mendapatkan terapi murottal surah Ar-
menceritakan Rahman (Alfiyah, 2018) (Perry, 2009) dalam
perasaan setelah (Windiarto, 2013).
mendengarkan
murottalar-Rahman
dan terjemahnya
7. Memberi kesempatan Pasien mempunyai kebebasan dalam
pasien untuk bertanya mengajukan pertanyaan kepada pasien terkait
atau menyampaikan apa saja yang kurang jelas dan belum
sesuatu dimengerti. Tujuannya agar apa yang di
rasakan pasien dan disampaikan dari perawat
kepada pasien jelas dan tidak ada
kesalahpahaman (Aotama, 2018)
(Trimutiasari, 2018) (Syafei, 2018).
8. Pertahankan privasi Privasi sebagai suatu kemampuan untuk
selama tindakan mengontrol interaksi, kemampuan untuk
dilakukan memperoleh pilihan-pilihan atau kemampuan
untuk mencapai interaksi seperti yang
diinginkan (SOP RSUD Buleleng, 2019)
(Alfiyah, 2018) (Syafei, 2018).
9. Mengukur tingkat Pasien diukur tingkat kecemasannya
kecemasan pasien menggunakan skala HARS untuk mengetahui
sebelum dilakukan berapa nilai kecemsan dari pasien tersebut.
intervensi Hal ini kan menjadi acuan untuk dibandikan
tingkat kecemasan setelah di berikan
42

intervensi (Trimutiasari, 2018) (Rahmayati,


2017) (Asmaja, 2019).
10. Mencatat hasil skala Dokumentasi keperawatan merupakan suatu
kecemasan sebelum hal yang penting sebagai pelaporan akan
dilakukan intervensi ke tindakan yang telah kita lakukan (Syafei,
dalam lembar observasi 2018) (Perry, 2009) dalam (Windiarto, 2013).
11. Berikan posisi nyaman Keadaan yang rileks dan keadaan nyaman
kepada pasien menjadi suatu hal yang penting dalam
melakukan intervensi karena mempengaruhi
tindakan keperawatan jika pasien nyaman
perawat melakukan tindakan akan baik dan
pasien juga merasa aman (Lestari, 2015)
(Rahmayati, 2017) (Asmaja, 2019).
12. Bawa peralatan ke dekat Setelah pasien sudah siap perawat segera
pasien mempersiapkan alat yang akan digunakan
a. Kuesioner HARS untuk mengukur tingkat kecemasan pasien
(Hamilton anxiety lalu perawat menggunakan MP3 player untuk
Rating Scale) terapi murottal surah Ar-Rahman dan
b. MP3 Surah Ar- menggunakan headphone agar tidak
Rahman dan mengganggu pasien lain (Trimutiasari, 2018)
terjemahnya (Syafei, 2018) (Alfiyah, 2018).
c. Headphone
13. Melakukan intervensi : Terapi murottal Al-Qur’an surah Ar-Rahman
a. Berikan headphone sangat efektif dalam menurunkan kecemasan
agar tidak pasien karena stimulan Al-Qur’an rata-rata
mengganggu pasien didominasi oleh gelombang delta, dimana
lain dan membantu gelombang delta ini mengindikasikan bahwa
pasien berkonsentrasi kondisi otak yang sesungguhnya berada
pada murottal Ar- dalam keadaan yang sangat rileks atau tenang
Rahman dan (Saleh, 2018) (Rahmayati, 2017) (Asmaja,
terjemahnya 2019).
b. Anjurkan pasien
untuk napas dalam.
c. Anjurkan pasien
untuk menutup mata
dan menikmati
murottal Ar-Rahman
dan terjemahnya.
d. Murottal Ar-Rahman
dan terjemahnya
diperdengarkan
selama 15-20 menit

14. Menanyakan perasaan Komunikasi ini sangat penting agar kita


pasien sebagai perawat tau feedback yang rasakan
43

setelah pasien mendengarkan terapi murottal


dan jangan lupa untuk pemberian
reinforcement positif (Alfiyah, 2018)
(Trimutiasari, 2018) (Syafei, 2018).
15. Mengukur tingkat Pasien diukur tingkat kecemasannya
kecemasan pasien menggunakan skala HARS untuk mengetahui
sesudah dilakukan berapa nilai kecemsan dari pasien tersebut.
intervensi Hal ini kan menjadi acuan untuk dibandikan
tingkat kecemasan setelah di berikan
intervensi (Trimutiasari, 2018) (Alfiyah,
2018) (Syafei, 2018).
16. Mencatat hasil skala Dokumentasi keperawatan merupakan suatu
kecemasan sesudah hal yang penting sebagai pelaporan akan
dilakukan intervensi tindakan yang telah kita lakukan (Syafei,
kedalam lembar 2018) (Alfiyah, 2018) (Trimutiasari, 2018).
observasi
17. Mencuci tangan Cuci tangan adalah proses membuang kotoran
dan debu secara mekanis dari kulit kedua
belah tangan dengan memakai sabun dan air.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan
kotoran dan debu secara mekanis dari
permukaan kulit dan mengurangi jumlah
mikroorganisme sementara (Dahlan dan
Umrah, 2013) dalam (Anggraeni, 2016)
(Florina, 2016).

B. Pembahasan

Hasil penulisan menunjukkan bahwa skor kecemasan sebelum dan

sesudah terapi murottal mengalami penurunan dan tidak ada yang meningkat.

Hasil ini sesuai dengan penelitian (Alfiyah, 2018) dengan judul pengaruh

terapi murottal Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap kecemasan pre-operatif

dengan sub arachnoid blok (sab) di RS PKU Muhammadiyah Bantul

Yogyakarta. Penelitian ini untuk mengatahui pengaruh tarpi murottal Al-

Qur’an dan terjemahnya terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operatif

dengan regional anestesi. Penelitian ini dapat memberikan manfaat membantu

memberikan informasi tentang pengaruh terapi murottal Ar-Rahman dan


44

terjemahannya terhadap kecemasan pasien pre operatif dengan regional

anestesi. Penelitian ini juga tidak mengandung resiko yang berarti, karena

peneliti hanya memberikan fasilitas kepada pasien selama 15-20 menit untuk

mendengarkan murottal Ar-Rahman dan terjemahannya. Hasil yang didapat

dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap

pengaruh murottal surah Ar-Rahman terhadap tingkat kecemasan sebelum

dan sesudah di berikan terapi. Sebelum di berikan terapi murottal surah Ar-

Rahman mengalami kecemasan ringan, kecemasan sedang dan tidak

mengalami kecemasan.

Penelitian yang dilakukan oleh Phutra, 2016 dengan judul pengaruh

terapi murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi Di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta didapatkan hasil dari peneliti

adanya responden yang akan dilakukan operasi yang mengalami kecemasan.

Penelitian ini menggunakan kuesioner HARS sebagai alat ukur dari tingkat

kecemasan dan menggunakan MP3 Player surah Ar-Rahman selama 15 menit

sebagai intervensi penurunan tingkat kecemasan terhadap pasien yang akan

dilakukan operasi. Dari hasil penelitian tersebut bisa disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh dari terapi murottal terhadap tingkat kecemasan.

Dinyatakan bahwa sebelum di lakukan terapi murottal pasien yang ada yang

mengalami kecemasan ringan dan kecemasan sedang. Sedangkan, Setelah

dilakukan terapi murottal diketahui ada beberapa orang kategori cemas

ringan, dan mengalami cemas sedang.


45

Penelitian Faradisi, 2018 dengan judul pengaruh pemberian terapi

murottal terhadap penurunan kecemasan post operasi didapatkan bahwa hasil

dari penilitian ini adalah melibatkan efektifitas terapi murottal terhadap

penurunan kecemasan post operasi open reduction and internal fixation

(ORIF) pada pasien fraktur, alat ukur yang digunakan untuk penelitian ini

menggunakan VAS-A dan Mp3/headphone selama 15 menit tiap sesi, dan

diberikan sebanyak dua sesi dalam dua hari. Penelitian ini menggunakan

rancangan eksperimental pre-post test. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa

setelah terapi murottal pada hari pertama dan kedua penelitian, skor posttest

kecemasan menurun secara signifikan. Tapi pada pretest hari kedua, skala

kecemasan tidak berbeda dengan pretest hari pertama. Ini berarti responden

kembali merasakan tingkat kecemasan pada tingkat yang sama dengan skala

nyeri pada pretest hari ke pertama. Kemudian, Kecemasan pada posttest hari

kesatu dan kedua tidak berbeda secara signifikan.

Penelitian yang dilakukan Maulidia, 2018 dengan judul terapi murotal

Al-Quran terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien post operasi

sectio caesarea. Pada penelitian ini peneliti melakukan intervensi

menggunakan murottal Al-Qur’an surah Ar-Rahman, dimana Surah Ar-

Rahman adalah surat ke 55 yang terdiri dari 78 ayat, yang di dalamnya

terdapat pengulangan ayat sebanyak 31 kali yang mengalun begitu indah dan

menenangkan hati, ayat tersebut berbunyi fabi ayyi aalaa i robbikuma

tukaddziban yang artinya “maka nikmat Tuhanmu yangmanakah yang kamu

dustakan?” Ayat tersebut menerangkan kemurahan Allah kepada hamba-


46

hamba-Nya, dengan memberikan nikmat-nikmat yang tidak terhingga kepada

hamba-Nya baik di dunia maupun di akhirat nanti (Syaamil, 2010 dalam

Kaida, 2016). Penelitian ini menggunakan alat ukur HARS sebagai untuk

menentukan tingkat kecemasan pada pasien post operasi sectio caesarea.

Hasil dari tabel tersebut diperoleh nilai signifikasi tingkat kecemasan sebelum

dilakukan terapi murotal Al-Quran dan setelah dilakukan terapi murotal Al-

Quran diperoleh nilai signifikasi. Dari hasil tersebut maka dapat disumpulkan

bahwa data sebelum dan sesudah pemberian terapi murotal Al-Quran

berdistribusi normal.

Penelitian menurut Asmaja, 2019 dengan judul pengaruh murottal Al-

Qur’an surah Ar-Rahman terhadap kecemasan ibu hamil trimester III Di

Bidan Praktik Mandiri CMH Palembang. Penelitian ini menggunakan

intervensi untuk mengembangkan terapi non-farmakologi untuk menurunkan

kecemasan ibu hamil dengan menambahkan intervensi terapi murottal Al-

Qur’an surah Ar-Rahman. Sebelum dilakukan intervensi murottal Al-Qur’an

Surah ArRahman terhadap ibu hamil trimester III didapatkan rata-rata skor

kecemasan ibu masih rendah jika dibandingkan dengan sesudah

intervensi.Hasil analisis pada penelitian ini didapatkan rata-rata skor 64

Poltekkes Kemenkes Palembang kecemasan ibu hamil trimester III sebelum

dilakukan intervensi adalah kecemasan sedang dan setelah dilakukan

intervensi didapatkan menjadi kecemasan ringan.

Dari beberapa penelitian ini diatas dapat disimpulkan bahwa terapi

murottal Al-Qur’an surah Ar-Rahman mampu menurunkan tingkat


47

kecemasan dikarenakan manfaat yang dirasakan dari bacaan surah

terserbut. Seperti yang sudah dilakukan peneliti yang melakukan intervensi

terapi murottal Al-Qur’an surah Ar-Rahman membuktikan bahwa adanya

perbedaan saat sebelum di berikan terapi murottal dan sesudah diberikan

terapi murottal, hasil ini signifikan dikarenakan terapi ini ampuh untuk

menurunkan tingkat kecemasan karena kandungan bacaan surah Ar-

Rahman yang berartikan baik untuk pasien-pasien yang mengalami tingkat

kecemasan yang akan dilakukan operasi.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil pengembangan SOP terapi murottal dengan

masalah Congestive Heart Failure (CHF) yang akan dilakukan tindakan

kateterisasi terhadap dalam upaya penurunan tingkat kecemasan antara

lain:

1. SOP terapi murottal Al-Qur’an dapat dikembangkan melalui literature

review dengan lima jurnal.

2. Berdasarkan literature review yang dilakukan dari lima jurnal tersebut,

maka didapatkan hasil bahwa intervensi terapi murottal Al-Qur’an

terbukti bermanfaat dalam upaya penurunan tingkat kecemasan pada

pasien Congestive Heart Failure (CHF) yang akan dilakukan tindakan

kateterisasi.

B. Saran

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penulisan ini dapat menjadi masukan dalam meningkatkan mutu dan

kualitas pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien congestif heart

failure (CHF) yang akan dilakukan kateterisasi sehingga kecemasan dapat

berkurang.

48
49

2. Bagi Penulis

Untuk memperoleh pengalaman dalam melaksanakan aplikasi riset

keperawatan di tatanan pelayanan keperawatan, khususnya di penelitian

tentang pelaksanaan intervensi terapi murottal terhadap penurunan tingkat

kecemasan pada pasien congestif heart failure (CHF) yang akan dilakukan

kateterisasi.

3. Bagi Institusi dan Pendidikan

Penulisan bisa menjadi rujukkan bagi perkembangan ilmu pegetahuan

khususnya Keperawatan Jiwa dalam memenuhi kebutuhan pasien dengan

kecemasan.di masyarakat.

4. Bagi Masyarakat

Melalui penulisan ini di harapkan SOP terapi murottal sebagai

penanganan masalah keperawatan penurunan tingkat kecemasan dapat

diaplikasikan.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Siti Nur NZ., Astuti, IA., Arumsari, Asri. (2015). Evaluation Of The Post-
Labioplasty Result According To The Comprehensive Assessment Performed By
Indonesian Cleft Center Team. Padjadjaran Journal Dentistry.
http://journal.unpad.ac.id/pjd/article/view/26688 Diambil pada 10 Mei 2020 pukul
12.15 WIB

Agusta, Yudhi. (2014) . Literature Riview. Widuri Raharja Info.


https://widuri.raharja.info/index.php?title=Literature_review#:~:text=Menurut%20Hasi
buan%2C%20Literatur%20review%20berisi,untuk%20dijadikan%20landasan%20kegi
atan%20penelitian.&text=Suatu%20literatur%20review%20yang%20baik,tahun%20ter
akhir)%2C%20dan%20memadai. Diambil pada 15 Agustus 2020 pukul 13.00 WIB

Alfiyah, Nur Istianah. (2018). Pengaruh Terapi Murottal Ar-Rahman dan Terjemahnya
Terhadap Kecemasan Pre Operatif dengan Sub Arachnoid Blok (SAB) di RS PKU
Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. (Skripsi). Poltekkes Kemenkes Yogyakarta,
Yogyakarta. Diambil pada 25 Agustus 2020 pukul 13.46 WIB

Anggraeni, Erina Setya. (2016). Perbedaan Pendidikan Kesehatan Metode Demonstrasi


Secara Langsung Dengan Audio Visual Tentang Cuci Tangan Terhadap Praktek Dan
Perilaku Cuci Tangan Pada Anak Usia Pra Sekolah. (Skripsi). Universitas
Muhammadiyah, Purwokerto. Diambil pada 27 September 2020 Pukul 22.03 WIB

Aotama, Felicia F. (2018). Materi Buku Panduan Komunikasi Terapeutik. Jakarta, Indonesia :
EGC.

Asmaja, Jumil. (2019). Pengaruh Murottal Al-Qur’an Surah Ar-Rahman Terhadap


Kecemasan Ibu Hamil Trimester Iii Di Bidan Praktik Mandiri Cmh Palembang.
(Skripsi). Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Ri Program Studi Diploma
Iv Keperawatan Jurusan Keperawatan, Palembang. Diambil pada 27 September
2020 Pukul 15.46 WIB

Azis, Wahida., Nooryanto, M., Andarini, Sri. (2015). Terapi Murotal Al-Qur'an Surat Ar-
Rahman Meningkatkan Kadar β-Endorphin dan Menurunkan Intensitas Nyeri pada Ibu
Bersalin Kala I Fase Aktif. Jurnal Kedokteran Brawijaya.
https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/672 Diambil pada 10 Mei 2020 pukul
12.26 WIB

50
51

Baradero, M. Wilfrid, M. Maratning, DA. (2016). Kesehatan Mental Psikiatri. Jakarta,


Indonesia : EGC.

Blais, Kathleen K., Hayes, Janice S., Kozier, Barbara., & Erb, Glenora. (2007). Praktik
Keperawatan Profesional Konsep & Persperktif. Jakarta, Indonesia : EGC.

Breivik H., Borchgrevink P.C., Allen S cit., Hassyati. (2018). Validation of Digital Visual
Analog Scale Pain Scoring With a Traditional Paper-based Visual Analog Scale in
Adult. Journal AAOS Global Research & Riview.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6132313/ Diambil pada 10 Mei 2020
pukul 11.40 WIB

Chrisnawati G, Aldino T. (2019). Aplikasi Pengukuran Tingkat Kecemasan Berdasarkan


Skala HARS Berbasis Android. Jurnal Teknik Komputer AMIK BSI. Diambil pada 21
Januari 2020 pukul 19.22 WIB.

Dalami, Ermawati. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta,
Indonesia : EGC

Departemen Kesehatan RI. (2018). Prevalensi Gangguan Mental Emosional. Jakarta,


Indonesia.https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil kesehatan-indonesia-2018.pdf . Diambil pada 21 Januari 2020 pukul
19.26 WIB

Doengoes, Marilynn E. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri. Jakarta, Indonesia :


EGC.

Faridah, Nur Virgianti. (2015). Terapi Murottal (Al-Qur’an) Mampu Menurunkan Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Laparatomi. Jurnal Keperawatan. Diambil pada 28
Agustus 2020 pukul 14.54WIB

Faradisi, Firman. (2018). Pengaruh Pemberian Terapi Murottal terhadap Penurunan


Kecemasan Post Operasi. journal.stikespku.ac.id. Diambil pada 25 September 2020
Pukul 15.33 WIB

Hamid Achir Yani S. (2009). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta, Indonesia :
EGC.
52

Hannika, Fasya., Supratman, Lucy Pujasari. (2018). Komunikasi Terapeutik Perawat Pada
Pasien Gangguan Jiwa. Jurnal Penelitian Komunikasi. Diambil pada 27 September
2020 Pukul 21.50 WIB

Haryani, S., Dahliyanti, ND. (2015). Efektifitas Support Family System Terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Kateterisasi Jantung Di SMC RS Telogorejo. Jurnal
Keperawatan STIKES Telogorejo. Diambil pada 21 Januari 2020 pukul 19.54 WIB.

Hibbert, Allison. (2009). Rujukan Cepat Psikiatri. Jakarta, Indonesia : EGC.

Huda, AM. (2016). Pengaruh Pemberian Murottal Al-Qur’an Terhadap Tingkat Kecemasan
Pasien Pre Operasi Katarak Di RSD Dr. Soebandi Jember. (Skripsi). Universitas
Jember, Jember. Diambil pada 16 April 2020 pukul 19.46 WIB

Humphris, G.M., Freeman,R., Campbell, J., Tuutti, H., D'Souza, V. (2011). Further evidence
for the reliability and validity of the Modified Dental Anxiety Scale. International
Dental Journal. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1875-
595X.2000.tb00570.x Diambil pada 10 Mei 2020 pukul 11.51 WIB

Ihdaniyati, IA., & Arifah, Siti. (2009). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme
Koping Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Di RSU Pandan Arang Boyolali. Berita
Ilmu Keperawatan. Diambil pada 21 Januari 2020 pukul 19.55 WIB.

Keliat, Budi A. (2013). Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan Jiwa.
Jakarta, Indonesia : EGC.

Keliat, Budi A., Wiyono, A Kemat Pawiro., & Susanti, Herni. (2011). Manajemen Kasus
Gangguan Jiwa. Jakarta, Indonesia : EGC.

Kementrian Kesehatan RI. (2018). Pusat Data dan Informasi Tentang Kesehatan Jiwa.
Jakarta, Indonesia : Kementerian Kesehatan RI.
file:///C:/Users/User/Downloads/InfoDatin-Kesehatan-Jiwa.pdf Diambil pada 21
Januari 2020 pukul 19.30 WIB

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Tentang Penanggulangan Pemasungan Pada Orang


Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta, Indonesia : Kementerian Kesehatan RI.
https://www.persi.or.id/images/regulasi/permenkes/pmk542017.pdf
Diambil pada 21 Januari 2020 pukul 19.34 WIB
53

Kementrian Kesehatan RI. (2007). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 Tentang
Kesehatan Jiwa. Jakarta, Indonesia : Kementrian Kesehatan RI.
Diambil pada 21 Januari 2020 pukul 19.35 WIB

Kementrian Kesehatan RI. (2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 Tentang
Kesehatan Jiwa. Jakarta, Indonesia : Kementrian Kesehatan RI. Diambil pada 21
Januari 2020 pukul 19.35 WIB

Kementrian Kesehatan RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 Tentang
Kesehatan Jiwa. Jakarta, Indonesia : Kementrian Kesehatan RI. Diambil pada 21
Januari 2020 pukul 19.37 WIB

Kristina. (2017). Pengaruh Kegiatan Mewarnai Pola Mandala Tehadap Tingkat Kecemasan
Mahasiswa Akademi Keperawatan Dirgahayu Samarinda. Nurseline Journal. Diambil
pada 16 April 2020 pukul 19.59 WIB

Kuntjojo. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta, Indonesia : EGC.

LeMone, Priscilla. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta, Indonesia :
EGC.

Lestari, Dian. (2015). Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien
Dengan Penyakit Jantung Koroner Di Ruang ICCU RSUD Dr. Soedarso Pontianak.
(Skripsi). Universitas Tanjungpura, Pontianak. Diambil pada 07 September 2020 pukul
20.02 WIB

Mayrani, D. Eva., Hartati, Elis. (2013). Intervensi Terapi Audio Dengan Murottal Surah Ar-
Rahman Terhadap Perilaku Anak Autis. Jurnal Keperawatan Soedirman. Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Diambil 07
September 2020 pukul 12.13 WIB

McCance, Kathryn L., & Huether, Sue E. (2019). Buku Ajar Patofisiologi. Sangapura :
Elsevier.

Maulidia, Zahrah., Muladiatin, Indah. (2018). Terapi Murotal Al-Quran Terhadap


Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea. Jurnal
Kesehatan. Diambil pada 27 September 2020 pukul 14.18 WIB

Muliawati, D. (2015). Perbedaan Efektivitas Terapi Murottal Dan Aromaterapi Lavender


Terhadap Penurunan Gejala Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di Rsud Dr. R.
54

Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. (Skripsi). Universitas Muhammadiyah,


Purwokerto. Diambil pada 06 Februari 2020 pukul 12.00 WIB

Muttaqin, Arif. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta, Indonesia : EGC.

Ningsih, Santi Fitria., Darwin., Karim., Febriana., Sabrian. (2016). Efektivitas Terapi
Emotional Freedom Technique (EFT) Terhadap Kecemasan Pasien Kanker Payudara
Stadium II Dan III. Jurnal Online Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau. Diambil 10 Mei 2020 pukul 12.08 WIB

Nurarif, A.H., Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta, Indonesia : Percetakan Medication
Publishing.

Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta, Indonesia : EGC.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:Pendekatan Praktis (e4). Jakarta,


Indonesia : Salemba Medika.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:Pendekatan Praktis. Jakarta,


Indonesia : Salemba Medika.

O’Brien, Patricia G. (2014). Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatri. Jakarta, Indonesia :


EGC.

Pertama, I. (2018). Metode Penelitian. Poltekkes Denpasar. Di peroleh dari


http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/583/5/BAB%20IV.pdf Diambil pada 06
Februari 2020 pukul 12.15 WIB

Phutra, Hendra. (2016). Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien
Pre Operasi Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. (Skripsi). Stikes Jenderal
Achmad Yani Yogtakarta. Diambil pada 25 September 2020 Pukul 14.45 WIB

Rattu, Florina. (2016). Dampak Pelayanan Spiritual terhadap Tingkat Kecemasan Pasien
dengan Tindakan Kateterisasi Jantung Di Cardio Vaskular And Brain Center RSUP
Prof. DR. R. D. Kandou Manado. (Thesis). Universitas Katolik De La Sall, Manado.
Diambil pada 16 April 2020 Pukul 13.00 WIB
55

Sari, Rinjani K. (2018). Analisis Penerapan Pendidikan Multikultural Dalam Menumbuhkan


Sikap Tolerasni Siswa Di SMP Raden Fatah Batu. (Thesis). Universitas Muhammadiyah,
Malang. Diambil pada 16 April 2020 pukul 19.00 WIB

Saleh, Muhammad CI., Agustina, DM., & Hakim, Lukmanul. (2018). Pengaruh Murottal Al-
Qur’an Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Jantung. Jurnal Kesehatan STIKES
Suaka Insan Banjarmasin. Diambil pada 21 Januari 2020 pukul 20.40 WIB

Sholihah, Anisa Asri., Sulastri, Siti & Almujadi. (2019) Hubungan Tingkat Pengetahuan
Dengan Tingkat Kecemasan Dental Sebelum Pencabutan Gigi Di Klinik Pratama 24
Jam Firdaus. (Thesis). Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Diambil pada 10 Mei 2020
pukul 13.20 WIB

Soeparmin, Soesilo. (2010). Distraksi Sebagai Salah Satu Pendekatan Yang Dilakukan
Dalam Mencapai Keberhasilan Perawatan Gigi Anak. Dentika Dental Journal. Diambil
pada 16 April 2020 pukul 19.03 WIB

Sugianto D. (2018, Agustus 28). Menilik Prevalensi Gejala Depresi Di Indonesia. Jakarta,
Indonesia.https://www.intothelightid.org/2018/08/28/menilik-prevalensi-gejala-depresi-
di-indonesia/ Diambil pada 16 April 2020 pukul 19.14 WIB

Suryani, S. (2016). Pengaruh Terapi Audio Murottal Surah Ar-Rahman Terhadap Tingkat
Insomnia Pada Lanjut Usia Di Upt Panti Wredha Budhi Dharma Ponggalan Yogyakarta
(Skripsi). Universitas Aisyiyah, Yogyakarta. Diambil pada 21 Januari 2020 pukul 19.40
WIB

Stuart, Gail W., Keliat, Budi A., & Pasaribu, Jesika. (2016). Prinsi Dan Praktik Keperawatan
Kesehatan Jiwa Stuart. Sangapura : Elsevier.

Struart, Gail W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta, Indonesia : EGC.

Syafei, Abdul. (2018). Pengaruh Pemberian Terapi Audio Murottal Qur’an Surat Ar-
Rahman terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre-Operasi Katarak Senilis. Jurnal
Kesehatan. Diambil pada 25 September 2020 Pukul 14.00 WIB

Rahman, Arif., Marchira, Carla Raymondalexas., Rahmat, Ibrahim. (2016). Peran Dan
Motivasi Perawat Kesehatan Jiwa Dalam Program Bebas Pasung: Studi Kasus Di
Mataram. Berita Kedokteran Masyarakat UGM. Diambil pada 11 Mei 2020 pukul
11.12 WIB
56

Rahmayati, El., Handayani, Ririn Sri. (2017). Perbedaan Pengaruh Terapi Psikoreligius
dengan Terapi Musik Klasik terhadap Kecemasan Pasien Pre Operatif di RSUD dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Kesehatan. Diambil pada 07 September 2020
pukul 20.00 WIB

Townsend, Mary C. (1998). Buku Saku Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta,
Indonesia : EGC.

Trimutiasari, R. (2018). Pengaruh Terapi Murotal Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Kateterisasi Jantung Di Ruang Elang I RSUP Dr. Kariadi
Semarang.(Thesis).Universitas Muhammadiyah, Semarang. Diambil pada 16 April 2020
pukul 19.16 WIB

Taufan, Andy. (2017) Pengaruh Terapi Doa Terhadap Skala Kecemasan Pasien Pre Operasi
Di Ruang Instalasi Bedah Sentral Rsud Dr. M. Ashari Pemalang. (Undergraduate thesis),
Muhammadiyah University of Semarang. Diambil pada 10 Mei 2020 pukul 13.00 WIB

Wikihow. (2018). Cara Menghitung Perbandingan. California, Amerika Serikat.


https://id.wikihow.com/wikiHow:Tentang-wikiHow Diambil pada 11 Mei 2020 pukul
10.00 WIB

Windiarto, Januwar (2013) Upaya Penyelesaian Kegagalan Berhubungan Sosial Melalui


Intervensi Bina Hubungan Saling Percaya Pada Sdr.S Dengan Gangguan Isolasi
Sosial Diruangan Merpati RSJ Dr Radjiman Wediodininggrat Lawang 2012. (Thesis).
University of Muhammadiyah Malang.

Yusuf, Ah., Fitriyasari Rizky, PK., Nihyati, Hanik Endang. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta, Indonesia : EGC.
57

LAMPIRAN
58

Lampiran 1
59

Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI

LEMBAR OBSERVASI PRE DAN POST DI LAKUKAN DISTRAKSI MUROTTAL


TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN CONGESTIVE HEART
FAILURE (CHF) YANG AKAN DILAKUKAN KATETERISASI

Nama responden :..................................................................................

Usia :..................................................................................

Jenis kelamin :..................................................................................

Skala Kecemasan Pre


No Hari/tanggal Waktu Jml Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1.
2.
3.
4.
5.

Skala Kecemasan Post


No Hari/tanggal Waktu Jml Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1.
2.
3.
4.
5.
60

Lampiran 3

Nama / Usia : …………………………

Ruangan : …………………………

Hari/Tanggal, Waktu : …………………………

Score
No. Tanda dan Gejala
0 1 2 3 4
Perasaan Cemas:
 Firasat buruk
1.  Takut akan kepikiran
sendiri
 Mudah tersinggung
Ketegangan :
 Merasa tegang
2.  Gelisah
 Gemetar
 Mudah terganggu
 Lesu
Ketakutan :
 Takut terhadap gelap
3.  Terhadap orang asing
 Bila tinggal sendiri
 Takut pada binatang
besar
Gangguan Tidur :
 Sukar memulai tidur
4.  Terbangun pada malam
hari
 Tidur tidak pulas
 Mimpi buruk
61

Gangguan Kecerdasan :
 Penurunan daya ingat
5.  Mudah lupa
 Sulit konsentrasi

Perasaan Depresi :
 Hilangnya minat
 Berkurangnya
6. kesenangan pada hoby
 Sedih
 Perasaan tidak
menyenangkan sepanjang
hari.
Gejala Somatik:
 Nyeri pada otot-otot dan
7. kaku
 Gertakan gigi
 Suara tidak stabil
 Kedutan otot.
Gejala sensorik:
 Perasaan ditusuk-tusuk
8.  Penglihatan kabur
 Muka merah
 Pucat serta merasa
lemah.
Gejala Kardiovaskuler :
 Takikardi
9.  Nyeri di dada
 Denyut nadi mengeras
 Detak jantung hilang
sekejap
Gejala Pemapasan :
 Rasa tertekan di dada
10.  Perasaan tercekik
 Sering menarik napas
panjang
 Merasa napas pendek.
Gejala Gastrointestinal:
 Sulit menelan
 Obstipasi
11.  Berat badan menurun
 Mual dan muntah
 Nyeri lambung sebelum
dan sesudah makan
 Perasaan panas di perut.
Gejala Urogenital :
12.  Sering kencing
 Tidak dapat menahan
62

keneing
 Aminorea
 Ereksi lemah atau
impotensi.
Gejala Vegetatif : a)
 Mulut kering
13.  Mudah berkeringat
 Muka merah
 Bulu roma berdiri
 Pusing atau sakit kepala.
Perilaku Sewaktu Wawancara:
 Gelisah
 Jari-jari gemetar
 Mengkerutkan dahi atau
14. kening
 Muka tegang
 Tonus otot meningkat
 Napas pendek dan cepat.

Total Score :
Cara penilaian pada tingkat kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan

kategori :

Jika skor 0 (tidak ada gejala sama sekali)

0= tidak ada gejala sama sekali

1= satu gejala yang ada

2= sedang/separuh gejala yang ada

3= berat/ lebih dari separuh gejala yang ada

4= sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan skor 1-14 dengan hasil:

Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan

Skor 14-20 = kecemasan ringan

Skor 21-27 = kecemasan sedang

Skor 28-41 = kecemasan berat

Skor 42-56 = kecemasaan berat sekali


63

Catatan revisi masukan penguji bu elfira

 Judul tambahkan (SOP)


 Awal paraghraf menjorok 5 spasi
 Dari paraghraf ke paraghraf lain hanya 1 enter
 Pemberian titik setelah referensi
 Huruf latin cetak miring
 Penulisan chf diubah huruf besar semua dalam kurung (CHF)
 Dalam kriteria inklusi pada pasien dengan umu 40 -70 tahun , karena saya simpulkan
dari 10 jurnal yang saya pakai untuk literature review ini rata-rata pasien dengan
(CHF) yang akan dilakuka kateterisasi berumur sekitar 40-70 tahun
 Penambahan skala HARS di BAB III bagian Plan
 Pengubahan pada bagian SOP untuk masing-masing di berikan rasional
 Di pembahasan sudah membahas SOP sendiri dengan teori yang sudah ada sebanyak
5 jurnal
 Isi kesimpulan yaitu tujuan khusus
 Saran disamakan dengan manfaat
 Lampirkan lembar observasi, dan kuesioner

Catatan revisi masukan pembimbing Bu atun


 Membuat poster
 Pakai abstrak bahasa inggris

Anda mungkin juga menyukai