Anda di halaman 1dari 75

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMBERIAN TERAPI AKUPRESUR UNTUK MENURUNKAN


BATUK PILEK PADA ANAK BALITA YANG MENGALAMI
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

DHITA MARSHA AMELIA


NIRM: 18016

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA


JAKARTA
2021
PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBERIAN TERAPI AKUPRESUR UNTUK MENURUNKAN
BATUK PILEK PADA ANAK BALITA YANG MENGALAMI
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

KARYA TULIS ILMIAH


Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan
Program Diploma Tiga Keperawatan

Diajukan Oleh:

DHITA MARSHA AMELIA

NIRM: 18016

PROGRAM DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA
JAKARTA
2021

i
KARYA TULIS ILMIAH

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMBERIAN TERAPI AKUPRESUR UNTUK MENURUNKAN
BATUK PILEK PADA ANAK BALITA YANG MENGALAMI
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

Dipersiapkan dan disusun oleh:

DHITA MARSHA AMELIA

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 5 Agustus 2021

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Ns. Susiana Jansen, M.Kep., Sp.Kep.An ( )

Ketua Dewan Penguji : Ns. Isnayati, M.Kep ( )

Anggota Penguji I : Ns. Putri Permata Sari, M.Kep ( )

ii
SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME

Saya yang bertanggung jawab di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan

bahwa Karya Tulis Ilmiah ini, saya susun tanpa tindak plagiarisme sesuai

peraturan yang berlaku di Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

Jika dikemudian hari saya melakukan tindak plagiarisme, saya sepenuhnya

akan bertanggung jawab dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Akademi

Keperawatan PELNI Jakarta, termasuk pencabutan gelar atas ijazah yang saya

terima.

Jakarta, 5 Agustus 2021


Penulis

Dhita Marsha Amelia

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan judul “standar operasional prosedur (SOP) pemberian terapi

akupresur untuk menurunkan batuk pilek pada anak balita yang mengalami infeksi

saluran pernapasan akut”. Rangkaian penyusunan laporan Karya Tulis Ilmiah ini

merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar Ahli

Madya Keperawatan di Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak/Ibu/Saudara

yang penulis hormati yaitu:

1. Bapak Ahmad Samdani, S.KM., MPH, selaku Ketua YAYASAN

SAMUDRA APTA.

2. Ibu Buntar Handayani, S.Kp., M.Kep., MM, selaku Direktur Akademi

Keperawatan PELNI Jakarta.

3. Ns. Sri Atun Wahyuningsih, M.Kep., Sp.Kep.J, selaku Ketua Program Studi

Diploma Tiga Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

4. Ns. Isnayati, M.Kep, selaku Ketua Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah.

5. Ns. Putri Permata S, M.Kep, selaku Anggota Penguji I Karya Tulis Ilmiah.

6. Ns. Susiana Jansen, M.Kep., Sp.Kep.An, selaku Pembimbing Karya Tulis

Ilmiah.

iv
7. Seluruh Dosen Akademi Keperawatan PELNI Jakarta yang telah memberikan

bimbingan dan wawasan dengan sabar serta ilmu yang bermanfaat.

8. Kedua orang tua, serta anggota keluarga lainnya yang telah memberikan saya

doa, semangat serta dukungannya untuk menyelesaikan penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

9. Teman-teman mahasiswa/i Akademi Keperawatan PELNI Jakarta Angkatan

XXIII dan berbagai pihak yang telah memberi dukungan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kekurangan, masukan dan saran diharapkan dari semua pihak. Semoga Karya

Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu keperawatan.

Jakarta, 5 Agustus 2021

Dhita Marsha Amelia

v
ABSTRAK

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit saluran pernapasan


bersifat akut yang berlangsung kurang lebih 14 hari, biasa menyerang hidung,
tenggorokan dan paru-paru, disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus
dan jamur yang masuk kedalam tubuh dan berkembang biak sehingga
menimbulkan gejala penyakit. Akupresur salah satu bentuk fisioterapi dengan
memberikan pemijatan dan stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh dapat
digunakan pada gangguan infeksi saluran pernapasan akut. Penulisan ini bertujuan
untuk mengembangkan Standar Operasional Prosedur (SOP) terapi akupresur
untuk menurunkan batuk pilek pada anak balita yang mengalami infeksi saluran
pernapasan akut. Metode penulisan ini menggunakan literature review, dengan
jumlah lima literature review yang terkait dengan pengembangan Standar
Operasional Prosedur (SOP) pemberian terapi akupresur untuk menurunkan batuk
pilek pada anak balita yang mengalami infeksi saluran pernapasan akut. Hasil
yang didapatkan dari penulisan ini yaitu gambaran Standar Operasional Prosedur
(SOP) pemberian terapi akupresur untuk menurunkan batuk pilek pada anak balita
yang mengalami infeksi saluran pernapasan akut. Kesimpulannya yaitu dari
penemuan 5 jurnal didapatkan 12 langkah untuk menurunkan batuk pilek pada
anak balita yang mengalami infeksi saluran pernapasan akut.
Kata kunci: Akupresur; Balita; Batuk; Infeksi Saluran Pernapasan Akut;
Pilek.

vi
ABSTRACT

Acute respiratory tract infection (ARTI) is an acute respiratory disease that takes
place around 14 days, usually attacks the nose, throat, and lungs, caused by
microorganisms such as bacteria, viruses and fungi that enter the body and
multiply cause disease symptoms. Acupressure is a form of physiotherapy by
providing massage and stimulation to certain points on the body that can be used
for acute respiratory infections. This writing aims to develop a Standard
Operating Procedure (SOP) for acupressure therapy to reduce cough and cold in
children under five with acute respiratory infections. This writing method uses a
literature review, with a total of five literature reviews related to the development
of Standard Operating Procedures (SOP) for the provision of acupressure therapy
to reduce cough and cold in children under five with acute respiratory infections.
The results obtained from this paper are a description of the Standard Operating
Procedure (SOP) for the provision of acupressure therapy to reduce cough and
cold in children under five who have acute respiratory infections. The conclusion
is that from the findings of 5 journals, 12 steps were obtained to reduce cough and
cold in children under five who had acute respiratory infections.
Keyword: Acupressure; Acute Respiratory Tract Infection; Cough; Cold;
Toddler.

vii
DAFTAR ISI

KARYA TULIS ILMIAH .....................................................................................ii


SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME ........................................................iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR BAGAN ................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan .................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 7
1. Konsep Anak.............................................................................. 7
2. Konsep Infeksi Saluran Pernapasan Akut ................................ 11
3. Konsep Akupresur ................................................................... 18
4. Peran Perawat Anak ................................................................. 30
B. Kerangka Konsep ................................................................................... 34
BAB III METODE PENULISAN .......................................................................35
A. Metodologi .............................................................................................. 35
B. Plan, Do, Study and Act (PDSA) .......................................................... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................38
A. Hasil ......................................................................................................... 38
B. Pembahasan ............................................................................................. 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................45
A. Kesimpulan.............................................................................................. 45

viii
B. Saran ......................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................47
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL
Hal.

Tabel 4.1 Hasil penelusuran literature review 36

Tabel 4.2 Pengembangan SOP pemberian terapi akupresur batuk pilek pada 38

anak balita yang mengalami ISPA

x
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 2.1 Gerakan Dasar Mengusap 22
Gambar 2.2 Gerakan Dasar Meremas 23
Gambar 2.3 Gerakan Dasar Menekan 23
Gambar 2.4 Gerakan Dasar Menggetar 24
Gambar 2.5 Gerakan Dasar Memukul 25
Gambar 2.6 Lokasi Titik ST 40 26
Gambar 2.7 Lokasi Titik LU 7 27
Gambar 2.8 Lokasi Titik LI 4 28
Gambar 2.9 Lokasi Titik ST 36 28
Gambar 2.10 Lokasi Titik LU 1 29

xi
DAFTAR BAGAN

Hal
Bagan 2.1 Kerangka Konsep 33

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Jadwal Rencana Kegiatan

Lampiran 1.2 Lembar Uji Plagiat

Lampiran 1.3 Lembar Kuesioner

Lampiran 1.4 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 1.5 Lembar Poster

Lampiran 1.6 Lembar Konsultasi

Lampiran 1.7 Lembar Opponent

xiii
DAFTAR SINGKATAN

ARTI = Acute Respiratory Tract Infection


CAM = Complementary and Alternative Medicine
IgA = Immunoglobulin A
ISPA = Infeksi Saluran Pernapasan Akut
LBP = Low Back Pain
RI = Republik Indonesia
UNICEF = United Nations Children’s Fund
WHO = World Health Organization

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2020 infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA) adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas

akibat penyakit menular di dunia. Hampir 4 juta orang meninggal karena

infeksi saluran pernapasan akut setiap tahun, dimana 98% kematian

disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat

tinggi pada bayi, anak-anak dan orang tua, terutama di negara berpendapatan

rendah dan menengah. ISPA adalah salah satu penyebab paling umum

konsultasi atau perawatan yang diberikan di fasilitas pelayanan kesehatan,

terutama dalam layanan anak. Penyakit gangguan pernafasan merupakan

salah satu penyebab utama kematian pada balita diperkirakan mencapai 15%.

Pada tahun 2017, angka kematian yang diakibatkan oleh gangguan pernafasan

sebanyak 808.694 anak dibawah usia 5 tahun, kejadian ini paling banyak

terjadi di wilayah Asia Selatan dan Afrika (WHO, 2019).

Prevalensi ISPA menurut diagnosis tenaga kesehatan di Indonesia

mencapai 4,4% dan prevalensi ISPA berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan

dan gejala mencapai 9,3%. Pada tahun 2018 angka kematian akibat

pneumonia pada balita sebesar 0,08%. Angka kematian akibat pneumonia

pada kelompok bayi lebih tinggi yaitu sebesar 0,16% dibandingkan pada

kelompok anak umur 1 – 4 tahun sebesar 0,05% (Kementerian Kesehatan RI,

2018). Di Indonesia infeksi saluran pernapasan merupakan penyebab dari

1
2

16% kematian balita, yaitu diperkirakan sebanyak 920.136 balita di tahun

2015. Angka kematian akibat pneumonia pada balita tahun 2016 sebesar

0,11% sedangkan tahun 2015 sebesar 0,16%. Pada tahun 2016 Angka

kematian akibat pneumonia pada kelompok umur 1-4 sedikit lebih tinggi

yaitu sebesar 0,13% dibandingkan pada kelompok bayi yang sebesar 0,06%

(Kementerian Kesehatan RI, 2017). Prevalensi ISPA di Provinsi DKI Jakarta

mencapai 15,170%. Prevalensi ISPA pada balita menurut diagnosis oleh

tenaga kesehatan 5,36%, diagnosis oleh tenaga kesehatan atau gejala yang

dialami 10,97% – 15,81% (Kementerian Kesehatan RI, 2018)

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit saluran

pernapasan bersifat akut yang berlangsung kurang lebih 14 hari, biasa

menyerang hidung, tenggorokan dan paru-paru (Masriadi, 2017). ISPA

adalah penyakit saluran pernapasan bagian atas dan bawah, biasanya menular

yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari infeksi ringan

sampai yang parah dan mematikan, tergantung faktor lingkungan dan faktor

pejamu (Sibarani, 2020). Namun demikian, ISPA disebabkan oleh

mikroorganisme seperti bakteri, virus dan jamur yang masuk kedalam tubuh

dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit (Masriadi,

2017). Menurut Kementerian kesehatan gejala ISPA meliputi demam, batuk

kurang dari 2 minggu, pilek atau hidung tersumbat dan sakit tenggorokan

(Kementerian Kesehatan RI, 2018).


3

Anak yang mengalami ISPA akan mengalami dampak seperti gangguan

tidak nafsu makan diakibatkan karena sakit tenggorokan dan radang.

Akibatnya, balita sulit menelan makanan dan minuman. Batuk dan pilek juga

membuatnya tidak nafsu makan, sehingga tubuh menjadi lemas. Status gizi

juga dapat mempengaruhi kekebalan tubuh balita (Khoirunnisa, 2019). Pada

keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang ISPA berat bahkan

serangannya lebih lama (Widia, 2017).

Karena adanya kebutuhan masyarakat yang meningkat dan

berkembangnya penelitian terhadap terapi komplementer menjadi peluang

perawat untuk berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat, maka peran

perawat sangat dibutuhkan. Peran perawat dalam terapi alternatif dan

komplementer yaitu sebagai pelaksana, pendidik, konseling, koordinator dan

peneliti (Hidayah & Raudhotun, 2018).

Akupresur merupakan salah satu terapi komplementer yang merupakan

perkembangan terapi pijat yang berlangsung seiring dengan perkembangan

ilmu akupuntur karena teknik pijat akupresur adalah turunan dari ilmu

akupuntur. Teknik dalam terapi ini menggunakan jari tangan sebagai

pengganti jarum tetapi dilakukan pada titik-titik yang sama seperti digunakan

pada terapi akupuntur. Akupresur atau yang biasa dikenal dengan terapi totok

atau tusuk jari adalah salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan

pemijatan dan stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh (Suardana, 2016).
4

Metode complementary and alternative medicine (CAM) dapat dilakukan

untuk kebutuhan pemenuhan nutrisi, terapi musik untuk mengurangi

kecemasan, distraksi, hypnosis untuk mengurangi kecemasan dan tingkat

nyeri, terapi perilaku, akupresur dan pijat dapat digunakan pada gangguan

pernapasan. Terapi CAM ini juga dapat dilakukan untuk membantu

mengurangi keluhan dan mempercepat proses penyembuhan. Metode terapi

pijat juga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan

sirkulasi oksigen ke seluruh tubuh pada pasien dengan gangguan infeksi

saluran pernapasan akut (Alsac & Polat, 2019).

Menurut penelitian Marisa tahun 2019 menunjukkan bahwa hasil

penelitian mengenai pemberian terapi akupresur untuk mempercepat

penyembuhan batuk pilek pada anak di Puskesmas Margorejo Metro Selatan

bahwa ada pengaruh antara akupresur dengan lama hari batuk pilek pada

ISPA (Marisa, 2019). Sari tahun 2020 menyatakan bahwa pemberian terapi

pijat akupresur pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan

napas sangat efektif dalam mengendalikan otot-otot di pernapasan sehingga

batuk menjadi reda, frekuensi batuk dapat berkurang dan sekret dapat keluar

sedikit demi sedikit (Sari, 2019).

Berdasarkan rangkaian diatas tingginya angka kejadian ISPA pada anak

yang dapat menyebabkan kematian, sebagai penulis ingin mengembangkan

SOP terapi akupresur untuk menurunkan batuk pilek pada anak balita yang

mengalami ISPA.
5

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penulisan adalah “Bagaimana prosedur yang

tepat dalam melakukan pemberian terapi akupresur untuk menurunkan batuk

pilek pada anak balita yang mengalami ISPA”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengembangkan Standar

Operasional Prosedur (SOP) terapi akupresur untuk menurunkan batuk

pilek pada anak balita yang mengalami infeksi saluran pernapasan akut.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan gambaran SOP terapi akupresur untuk menurunkan

batuk pilek pada anak balita yang mengalami ISPA.

b. Mengetahui keefektifan dari pemberian terapi akupresur pada anak

melalui literature review pada 5 jurnal.

c. Menentukan langkah-langkah yang tepat SOP terapi akupresur untuk

menurunkan batuk pilek pada anak balita yang mengalami ISPA.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Masyarakat

Hasil penulisan dapat menjadi informasi bagi masyarakat guna

meningkatkan pengetahuan, terutama pada anak balita yang mengalami

ISPA.
6

2. Bagi Perkembangan Ilmu Teknologi Keperawatan

a. Dapat menjadi panduan dalam memberikan terapi akupresur pada

anak yang mengalami ISPA.

b. Dapat menjadi refrensi bagi pelaksanaan penulisan bidang

keperawatan tentang terapi akupresur pada anak balita yang

mengalami ISPA pada masa yang akan datang dalam rangka

peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

SOP terapi akupresur ini dapat diterapkan oleh perawat dalam

menangani masalah ISPA.

4. Bagi Penulis

Hasil penulisan dapat menambah pengetahuan dan dapat

mengaplikasikan ilmu dan menambah pengalaman saat penulisan Karya

Tulis Ilmiah, serta sebagai masukan pengetahuan tentang pemberian

terapi akupresur pada anak balita yang mengalami ISPA.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Anak

a. Pengertian Anak

Anak adalah semua seseorang yang berusia dibawah 18

tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (UNICEF,

2018). Anak adalah aset bangsa yang akan meneruskan perjuangan

bangsa, sehingga harus diperhatikan pertumbuhan dan

perkembangannya (Ratu, 2018).

b. Pengertian Balita

Anak Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Anak

Balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau

lebih populer dengan pengertian usia anak dibawah lima tahun, atau

biasa digunakan perhitungan bulan yaitu 12 – 59 bulan (Kementerian

Kesehatan, 2015). Periode penting dalam tumbuh kembang anak

adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada

masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan

anak selanjutnya (Hidayat, 2020).

7
8

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

1) Faktor Internal

a) Ras, anak yang dilahirkan dari ras atau bangsa Amerika

tidak memiliki faktor herediter ras atau bangsa Indonesia

atau sebaliknya

b) Keluarga, ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur

tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus

c) Umur, kecepatan pertumbuhan yang pesat terjadi pada masa

prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja

d) Jenis kelamin, fungsi reproduksi pada anak perempuan

berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah

melewati masa pubertas pertumbuhan anak laki-laki akan

lebih cepat

e) Genetik, genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak

yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada

beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh

kembang anak

f) Kelainan kromosom, kelainan kromosom umumnya disertai

dengan kegagalan pertumbuhan dan perkembangan seperti

pada sindrom down dan sindrom turner (Pratiwi, 2021).


9

2) Faktor Eksternal

a) Faktor prenatal

1) Gizi, nutrisi yang dikonsumsi ibu selama hamil akan

mempengaruhi pertumbuhan janin yang dikandungnya.

Oleh karena itu asupan nutrisi pada saat hamil harus

sangat diperhatikan

2) Mekanis, trauma dan posisi fetus yang abnormal dapat

menyebabkan kelainan kongenital

3) Toksin/zat kimia, beberapa obat-obatan seperti

aminopterin, thalidomid dapat menyebabkan kelainan

kongenital palatoskisis

4) Endokrin, diabetes mellitus pada ibu hamil dapat

menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia

adrenal

5) Radiasi, paparan radium dan sinar rontgen dapat

mengakibatkan kelainan pada janin

6) Infeksi, infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh

TORCH (toksoplasma, rubella, cytomegalovirus, herpes

simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin

7) Kelainan imunologi, eritroblastosis fetalis disebabkan

oleh perbedaan golongan darah antara ibu dan janin

8) Anoksia embrio, yang disebabkan oleh gangguan fungsi

plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terganggu


10

9) Psikologis ibu, kehamilan yang tidak diinginkan,

perlakuan salah atau kekerasan mental pada ibu selama

hamil serta gangguan psikologis lainnya dapat

mempengaruhi pertumbuhan janin (Yuliastati, 2016).

b) Faktor postnatal

1) Gizi. Untuk tumbuh kembang yang optimal, bayi dan

anak membutuhkan nutrisi yang cukup. Pada masa

bayi, makanan utamanya adalah ASI

2) Penyakit kronis atau kelainan kongenital.

3) Lingkungan fisik dan kimia. Lingkungan sering

disebut milieu adalah tempat anak hidup yang

berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak

(provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik,

kurangnya sinar matahari, paparan radioaktif, zat kimia

tertentu mempunyai dampak negatif terhadap

pertumbuhan anak

4) Psikologis. Faktor psikologis yang dimaksud adalah

bagaimana hubungan anak dengan orang sekitarnya.

Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang

tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan

mengalami hambatan dalam proses pertumbuhan dan

perkembangannya
11

5) Endokrin. Gangguan hormon, seperti pada penyakit

hipotiroid dapat menyebabkan anak mengalami

hambatan pertumbuhan

6) Sosio-ekonomi. Kemiskinan selalu berkaitan dengan

kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek

dan ketidaktahuan. Keadaan seperti ini dapat

menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan

anak

7) Obat-obatan. Pemakaian kortikosteroid jangka lama

akan menghambat pertumbuhan (Yuliastati, 2016).

2. Konsep Infeksi Saluran Pernapasan Akut

a. Pengertian ISPA

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi

akut yang menyerang saluran pernapasan bagian atas dan bawah.

Virus, jamur dan bakteri merupakan penyebab dari infeksi ini. ISPA

biasanya akan muncul pada musim pancaroba yang diakibatkan oleh

sirkulasi virus di udara yang meningkat. Perubahan udara dari panas

ke dingin akan menyebabkan daya tahan anak menjadi lemah.

Biasanya menyerang anak di bawah lima tahun dan kelompok yang

memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap

penyakit (Padila, 2019).

ISPA adalah infeksi akut yang menyerang satu bagian atau

lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk


12

adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura). ISPA merupakan

penyakit yang disebabkan oleh agen infeksius yang menimbulkan

gejala dalam waktu beberapa hari. Penyakit ini ditularkan melalui

droplet, berkontak dengan tangan atau permukaan yang

terkontaminasi juga dapat menularkan penyakit ini (Widianti, 2020).

b. Klasifikasi ISPA

1) Pneumonia Ringan: Memiliki gejala non spesifik seperti

demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek.

2) Pneumonia Sedang: pneumonia tetapi tidak ada tanda-tanda

pneumonia berat. Batuk, sulit bernapas dan napas cepat.

Kategori usia:

a) usia < 2 bulan, > 60x napas/menit

b) usia 2 – 11 bulan, > 50x napas/menit

c) usia 1 – 5 tahun, > 40x napas/menit (tanda-tanda pneumonia

parah)

3) Pneumonia Berat: kesadaran menurun, nafsu makan menurun,

bibir dan ujung nadi membiru (sianosis), tarikan dinding dada

kedalam, pernapasan cepat.

Kategori usia:

a) usia < 2 bulan, > 60x napas/menit

b) usia 2 – 11 bulan, > 50x napas/menit

c) usia 1 – 5 tahun, > 40x napas/menit (WHO, 2020).


13

c. Penyebab ISPA

Berikut ini beberapa mikroorganisme penyebab munculnya

ISPA yang sering terjadi:

1) Rhinovirus adalah jenis virus yang menyebabkan pilek. Tetapi

pada anak kecil dan orang dengan kekebalan tubuh yang lemah,

pilek bisa berubah menjadi ISPA pada tahap yang serius

2) Adenovirus merupakan gangguan pernapasan seperti pilek,

bronchitis, dan pneumonia

3) Pneumokokus merupakan jenis bakteri yang menyebabkan

meningitis. Tetapi bakteri ini bisa memicu gangguan pernapasan

lain seperti halnya pneumonia. Sistem kekebalan tubuh

seseorang sangat berpengaruh dalam melawan infeksi virus

maupun bakteri terhadap tubuh manusia. Resiko seseorang

mengalami infeksi akan meningkat ketika kekebalan tubuh

melemah. Hal ini cenderung terjadi pada anak-anak dan orang

yang lebih tua, atau siapapun yang memiliki penyakit atau

kelainan dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah (Marisa,

2019).

d. Tanda dan Gejala ISPA

Tanda dan gejala ISPA biasanya muncul dengan cepat, yaitu

dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Penyakit ISPA pada balita

dapat menimbulkan bermacam-macam tanda dan gejala, seperti batuk,


14

kesulitan napas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan demam

(Rosana, 2016).

1) Gejala ISPA ringan:

a) Batuk

b) Pilek, mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung

c) Serak, suara anak parau

d) Demam, suhu tubuh lebih dari 37ᵒC

2) Gejala ISPA sedang:

a) Pernapasan cepat, sesuai usia yaitu usia < 2 bulan, > 60x

napas/menit, usia 2 – 11 bulan, > 50x napas/menit, usia 1 – 5

tahun, > 40x napas/menit

b) Telinga sakit

c) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)

d) Suhu tubuh lebih dari 39ᵒC

3) Gejala ISPA berat:

a) Bibir atau kulit membiru

b) Kesadaran menurun

c) Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak

gelisah

d) Nadi cepat lebih dari 160x/menit (Rosana, 2016).

e. Patofisiologi ISPA

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan

berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen


15

ke saluran pernapasan menyebabkan silia yang terdapat pada

permukaan saluran napas bergerak keatas mendorong virus ke arah

faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika

refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan

mukosa saluran pernapasan (Windasari, 2018).

Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme

mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran

pernapasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-

bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernapasan atas seperti

streptococcus, haemophylus influenza, dan staphylococcus

menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini

menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat

menyumbat saluran napas sehingga timbul sesak napas dan juga

menyebabkan batuk yang produktif (Sibarani, 2020).

Virus yang menyerang saluran napas atas dapat menyebar ke

tempat lain dalam tubuh, juga bisa menyebar ke saluran napas

bawah. Dampak infeksi sekunder bakteri pun bisa menyerang

saluran napas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya

ditemukan dalam saluran napas atas, sesudah terjadinya infeksi virus

dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia

(Windasari, 2018).

Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran napas yang sel-sel

epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi terdahulu. Selain itu, hal-
16

hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia

adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran

udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi

(25% atau lebih). Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan

dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat

menurunkan kemampuan magrofag membunuh bakteri. Antibodi

setempat yang ada di saluran napas ialah IgA, antibodi ini banyak

ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan

terjadinya infeksi saluran napas, seperti yang terjadi pada anak.

Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini

seperti pada pasien keganasan yang mendapati terapi sitostatika atau

radiasi. Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan

hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara napas (Suriani,

2018).

Perjalanan penyakit ISPA dibagi 4 tahap, yaitu:

1) Tahap prepatogenesis: penyebab telah ada tetapi belum

menunjukkan reaksi apa-apa

2) Tahap inkubasi: virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.

Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan

sebelumnya rendah

3) Tahap dini penyakit: dimulai dari munculnya gejala penyakit,

timbul gejala demam dan batuk


17

4) Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi 4 yaitu dapat sembuh

sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis dan dapat

meninggal akibat pneumonia (Suriani, 2018).

f. Faktor Resiko

Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA:

1) Usia

Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita

atau terkena penyakit ISPA lebih besar dibandingkan dengan anak

yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah

(Herianton, 2018).

2) Status Imunisasi

Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya

lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya

tidak lengkap (Herianton, 2018).

3) Status Gizi

Anak dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA

dibandingkan anak dengan gizi normal karena faktor daya tahan

tubuh yang kurang. Penyakit infeksi akan menyebabkan anak

tidak nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi

(Rumahorbo, 2016).
18

4) Lingkungan

Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di

kota-kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya

penyakit ISPA pada anak (Herianton, 2018).

g. Cara Penularan ISPA

1) Transmisi droplet

Droplet berasal dari orang yang telah terinfeksi. Droplet

dapat keluar selama terjadinya batuk, bersin, dan berbicara.

Penularan terjadi bila droplet yang mengandung mikroorganisme

ini tersembur dalam jarang dekat melalui udara dan mengenai

mata, mulut, hidung, tenggorokan atau faring.

2) Kontak langsung

Kontak langsung atau bersentuhan dengan bagian tubuh

yang terdapat pathogen, sehingga pathogen berpindah ke tubuh

yang bersentuhan (Rosana, 2016).

3. Konsep Akupresur

a. Pengertian Akupresur

Akupresur disebut juga dengan terapi totok/tusuk jari adalah

salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan

stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh. Akupresur juga

diartikan sebagai menekan titik-titik penyembuhan menggunakan

jari secara bertahap yang merangsang kemampuan tubuh untuk

penyembuhan diri secara alami (Setyowati, 2018).


19

Akupresur dilakukan dengan menggunakan jari tangan

sedangkan akupunktur dengan menggunakan jarum, dengan titik

yang sama pada meridian organnya. Meridian merupakan jalur-

jalur aliran energi vital yang ada pada tubuh manusia yang

menghubungkan masing-masing bagian tubuh membentuk sebuah

kesatuan yang utuh dalam tubuh. Akupresur adalah salah satu jenis

atau cara perawatan kesehatan tradisional keterampilan yang

dilakukan melalui teknik penekanan dipermukaan tubuh pada titik-

titik akupresur dengan menggunakan jari, atau alat bantu yang

berujung tumpul, dengan tujuan untuk perawatan kesehatan (Sari,

2020).

b. Manfaat Akupresur

Akupresur bermanfaat untuk pencegahan penyakit,

penyembuhan penyakit, rehabilitasi (pemulihan) dan meningkatkan

daya tahan tubuh. Akupresur juga bermanfaat untuk menghilangkan

nyeri dan gejala-gejala pada berbagai penyakit, seperti menurunkan

low back pain (LBP) (Setyowati, 2018).

Ada banyak manfaat yang didapatkan dari akupresur, di antara nya:

1) Mengatur fungsi saraf, memperbaiki tingkat rangsangan dan

hambatan di lapisan permukaan otak, membebaskan ketegangan

dan kelelahan otak, juga dapat menurunkan kepekaan lapisan

permukaan otak terhadap nyeri, berefek menenangkan.


20

2) Memperkuat daya tahan tubuh, memacu sirkulasi darah,

mempercepat pengeluaran sampah metabolisme, memperbaiki

pencernaan penyerapan gizi dan utilisasinya, meningkatkan daya

tahan tubuh terhadap penyakit.

3) Memperbaiki sirkulasi darah, membuat kapiler darah di daerah

yang di akupresur melebar, memacu penyerapan produk

peradangan, meredakan bengkak radang, melenyapkan bengkak

sembab dan bekuan darah setempat.

4) Meredakan otot kram, melenyapkan kelelahan, meningkatkan

daya kerja otot dan daya tahan melawan penyakit, mengubah

kondisi semi-sehat menjadi kondisi sehat (Zhongyao, 2016).

c. Manfaat Akupresur Pada Batuk Pilek

Pijatan Akupresur di sepanjang meridian tangan paru-paru dapat

mengatasi batuk pilek, dikarenakan disepanjang meridian tangan

paru-paru terdapat titik-titik dimana xue (darah) yang mengalir akan

diangkut ke permukaan tubuh. Fungsi dari meridian paru-paru

sendiri adalah mengoptimalkan penyebaran darah dan

mendistribusikannya ke seluruh tubuh, dimana pada saat pemijatan

terciptanya sensasi rasa (nyaman, pegal, kesemutan, dan

sebagainya). Apabila pemijatan dilakukan dengan benar maka

sirkulasi chi (energi) dan xue (darah) menjadi lancar, selain itu

pijatan akupresur dapat merangsang keluarnya hormon endomorfin

(hormon sejenis morfin yang dihasilkan dari dalam tubuh untuk


21

memberikan rasa tenang). Pijatan akupresur yang dilakukan dengan

benar pada titik-titik batuk pilek akan membuat relaksasi otot,

termasuk organ paru ikut menjadi relaksasi dan pendistribusian

darah menjadi lebih lancar, sehingga kebutuhan oksigen menjadi

optimal dan mengurangi produksi sekret yang berlebihan, hal ini

mengakibatkan terjadinya penurunan batuk pilek (Hartono, 2012).

Dari aspek psikologis, akupresur dapat membantu perbaikan

terhadap kualitas tidur klien, hal tersebut terjadi karena pengaruh

dari reaksi akupresur yang merangsang pengeluaran serotonin yang

berfungsi sebagai neurotransmitter pembawa signal rangsangan ke

batang otak yang dapat mengaktifkan kelenjar pineal untuk

memproduksi hormon melatonin (Sukrisminiati, 2020).

d. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Terapi Akupresur

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemijatan

akupresur, yaitu:

1) Kebersihan terapis

Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan

sabun antiseptik sebelum dan sesudah melakukan tindakan

sangatlah penting karena hal tersebut dilakukan dengan tujuan

mencegah penularan penyakit antara terapis dan pasien


22

2) Bagian-bagian yang tidak dapat dipijat

Pemijatan tidak dapat dilakukan pada kondisi kulit terkelupas,

tepat pada bagian tulang yang patah, dan tepat bagian yang

bengkak

3) Pasien dalam kondisi gawat

Penyakit-penyakit yang tidak boleh dipijat adalah tiga penyakit

yang dapat menyebabkan kematian tiba-tiba, yaitu ketika

serangan jantung, gagal napas, dan penyakit saraf otak. Apabila

menemukan gejala demikian segera rujuk kerumah sakit karena

penanganan yang keliru dapat menyebabkan pasien terlambat

mendapatkan pengobatan yang lebih baik (Fajarianti, 2019).

e. Klasifikasi Gerakan Dasar Akupresur

1) Mengusap (Efflurage/strocking)

Adalah gerakan mengusap dengan menggunakan telapak tangan

atau bantalan jari tangan. Gerakan dilakukan dengan

meluncurkan tangan dipermukaan tubuh searah dengan

peredaran darah menuju jantung maupun kelenjar-kelenjar getah

bening. Tekanan diberikan secara bertahap dan disesuaikan

dengan kenyamanan klien. Gerakan ini dilakukan untuk

mengawali dan mengakhiri pemijatan. Manfaat gerakan ini

adalah untuk merelaksasi otot dan ujung-ujung saraf (Ikhsan,

2017)
23

Gambar 2.1 (Sumber: Sari, 2020).

2) Meremas (Petrissage)

Adalah gerakan memijat atau meremas dengan menggunakan

telapak tangan atau jari-jari tangan. Teknik ini digunakan pada

area tubuh yang berlemak dan jaringan otot yang tebal. Dengan

meremas remas terjadi pengosongan dan pengisian pembuluh

darah vena dan limfe. Suplai darah yang lebih banyak dibawa ke

otot yang sedang dipijat (Ikhsan, 2017).

Gambar 2.2 (Sumber: Sari, 2020).

3) Menekan (Friction)

Adalah gerakan melingkar kecil-kecil dengan penekanan yang

lebih dalam menggunakan jari, ibu jari, buku jari bahkan siku

tangan. Gerakan ini bertujuan melepaskan bagian-bagian otot

yang kejang juga menyingkirkan akumulasi dari sisa-sisa

metabolism. Pijat friction juga membantu memecah deposit


24

lemak karena bermanfaat dalam kasus obesitas. Friction juga

dapat meningkatkan aktivitas sel-sel tubuh sehingga aliran darah

lebih lancar di bagian yang terasa sakit sehingga dapat

meredakan rasa sakit (Ikhsan, 2017).

Gambar 2.3 (Sumber: Fajarianti, 2019).

4) Menggetar (Vibration)

Adalah gerakan pijat dengan menggetarkan bagian tubuh dengan

menggunakan telapak tangan ataupun jari-jari tangan. Untuk

melakukan vibrasi, taruh telapak tangan di bagian tubuh yang

akan digetar, kemudian tekan dan getarkan dengan gerakan kuat

dan lembut disebut vibrasi, Gerakan yang kuat disebut shaking

atau mengguncang. Vibrasi bermanfaat untuk memperbaiki atau

memulihkan dan mempertahankan fungsi saraf serta otot

(Ikhsan, 2017).

Gambar2.4 (Sumber: Fajarianti, 2019).


25

5) Memukul (Tapotement)

Adalah gerakan menepuk atau memukul yang bersifat

merangsang jaringan otot, dilakukan dengan kedua tangan

bergantian secara cepat. Untuk memperoleh hentakan tangan

yang ringan, tidak sakit pada klien tapi merangsang sesuai

dengan tujuannya, maka diperlukan fleksibilitas pergelangan

tangan. Tapotement tidak boleh dikenakan pada area yang

bertulang menonjol ataupun pada otot yang tegang serta area

yang terasa sakit atau nyeri. Tapotement bermanfaat untuk

memperkuat kontraksi otot saat distimulasi. Pijat ini juga

berguna untuk mengurangi deposit lemak dan bagian otot yang

lembek (Ikhsan, 2017).

Gambar 2.5 (Sumber: Sari, 2020).

f. Teknik Manipulasi Akupresur

Teknik manipulasi atau sering disebut sebagai teknik rangsangan

pada pemijatan akupresur merupakan teknik pemijatan yang dilakukan

berdasarkan hasil pemeriksaan klien dan penegakkan diagnosa. Pada

kasus-kasus simptomatis, teknik manipulasi atau rangsangan telah


26

ditetapkan secara empiris. Adapun Teknik manipulasi atau

perangsangan dibagi menjadi dua:

1) Teknik Penguatan (Tonifikasi)

Pemijatan dilakukan pada titik akupresur yang dipilih

maksimal 30 kali putaran atau tekanan. Arah putaran searah

dengan jarum jam. Tekanan yang digunakan sedang dan tidak kuat.

Titik yang dipilih maksimal 10 titik akupresur. Jika pemijatan

dilakukan pada area jalur meridian, arah pemijatan harus searah

dengan jalur perjalanan meridian.

2) Teknik Pelemahan (Sedasi)

Pemijatan dilakukan pada titik akupresur yang dipilih

sebanyak 40-60 kali putaran atau tekanan. Arah putaran

berlawanan dengan jarum jam. Tekanan pemijatan yang digunakan

sedang sampai kuat. Titik yang dipilih disesuaikan dengan

kebutuhan. Jika pemijatan dilakukan pada area jalur meridian, arah

pemijatan harus berlawanan arah jalur perjalanan meridian

(Wardani, 2020).

g. Lokasi Titik Akupresur

1) ST 40 (Fenglong)

Titik ST 40 (Fenglong) menggunakan metode menekan

dengan ibu jari atau jari telunjuk, berfungsi untuk melonggarkan

tenggorokan dan mengencerkan dahak (Sukrisminiati, 2020).

Letaknya di pertengahan antara tempurung lutut dan mata kaki


27

luar, 2 jari tepi (Taslim, 2020). Indikasi nyeri dada, sesak nafas,

dahak yang berlebihan, nyeri tenggorokan, paralisis ekstremitas

sebelah bawah, sakit kepala, vertigo, epilepsi. Pemijatan

dilakukan berlawanan arah jarum jam dengan tekanan sedang

sampai kuat sebanyak 40-60 kali putaran atau tekanan (Ikhsan,

2017).

Gambar 2.6 (Sumber: Sukrisminiati, 2020).

2) LU 7 (Lieque)

Letaknya 2 jari diatas pergelangan tangan, segaris ibu jari

tangan (Taslim, 2020). Indikasi batuk, sesak nafas dan faringitis.

Pemijatan dilakukan searah jarum jam dengan tekanan sedang

atau tidak kuat sebanyak 30 kali putaran atau tekanan (Ikhsan,

2017).

Gambar 2.7 (Sumber: Taslim, 2020).


28

3) LI 4 (Hegu)

Titik LI (Hegu) berfungsi untuk mengatasi pilek atau hidung

tersumbat (Sukrisminiati, 2020). Letaknya di punggung tangan

pada tonjolan tertinggi ketika ibu jari dan telunjuk dirapatkan

(Taslim, 2020). Titik ini diindikasikan untuk sakit kepala, sakit

gigi, radang tenggorokan yang disebabkan oleh pathogen panas,

rhinitis, sinusitis. Pemijatan dilakukan dengan disedasi

(dilemahkan) dengan cara menekan dengan ibu jari atau jari

telunjuk ke arah yang berlawanan dengan arah jarum jam

(Sukrisminiati, 2020).

Gambar 2.8 (Sumber: Sukrisminiati, 2020).

4) ST 36 (Zusanli)

Titik ST 36 (Zusanli) menggunaan cara menekan dengan ibu jari

atau dengan jari telunjuk, berfungsi untuk meningkatkan imunitas

dan stamina (Sukrisminiati, 2020). Letaknya 4 jari dibawah lutut,

1 jari di tepi luar tulang kering (Taslim, 2020). Titik ini dapat

digunakan untuk terapi penyakit lambung seperti diare, sembelit,

perut kembung, pusing, badan terasa lesu serta dapat menguatkan


29

sistem pencernaan. Pemijatan dilakukan dengan ditonifikasi

(dikuatkan) dengan cara menekan dengan ibu jari, diputar searah

jarum jam (Sukrisminiati, 2020).

Gambar 2.9 (Sumber: Sukrisminiati, 2020).

5) LU 1 (Zhongfu)

Titik LU 1 (Zhongfu) berfungsi untuk menguatkan paru-paru

(Sukrisminiati, 2020). Letaknya pada garis lateral dada III,

setinggi sela iga 1 dan iga 2. Indikasi batuk, sesak nafas, nyeri

dada atau nyeri punggung. Pemijatan dilakukan searah jarum jam

dengan tekanan sedang atau tidak kuat sebanyak 30 kali putaran

atau tekanan (Ikhsan, 2017).

Gambar 2.10 (Sumber: Sukrisminiati, 2020).


30

4. Peran Perawat Anak

a. Sebagai pendidik

Perawat berperan sebagai pendidik, baik secara langsung dengan

memberi penyuluhan atau pendidikan kesehatan pada orang tua

maupun secara tidak langsung dengan menolong orang tua atau anak

memahami pengobatan dan perawatan anaknya. Kebutuhan orang

tua terhadap pendidikan kesehatan dapat mencakup pengertian dasar

penyakit anaknya, perawatan anak selama dirawat dirumah sakit,

serta perawatan lanjut untuk persiapan pulang kerumah. Tiga domain

yang dapat dirubah oleh perawat melalui pendidikan kesehatan

adalah pengetahuan, keterampilan serta sikap keluarga dalam hal

kesehatan khususnya perawatan anak sakit (Yuliastati, 2016).

b. Sebagai konselor

Suatu waktu anak dan keluarganya mempunyai kebutuhan psikologis

berupa dukungan atau dorongan mental. Sebagai konselor, perawat

dapat memberikan konseling keperawatan ketika anak dan

keluarganya membutuhkan. Hal inilah yang membedakan layanan

konseling dengan pendidikan kesehatan. Dengan cara mendengarkan

segala keluhan, melakukan sentuhan dan hadir secara fisik maka

perawat dapat saling bertukar pikiran dan pendapat dengan orangtua

tentang masalah anak dan keluarganya dan membantu mencarikan

alternatif pemecahannya (Yuliastati, 2016).


31

c. Melakukan koordinasi atau kolaborasi

Dengan pendekatan interdisiplin, perawat melakukan koordinasi dan

kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain dengan tujuan

terlaksananya asuhan yang holistik dan komprehensif. Perawat

berada pada posisi kunci untuk menjadi koordinator pelayanan

kesehatan karena 24 jam berada disamping pasien. Keluarga adalah

mitra perawat, oleh karena itu kerjasama dengan keluarga juga harus

terbina dengan baik tidak hanya saat perawat membutuhkan

informasi dari keluarga saja, melainkan seluruh rangkaian proses

perawatan anak harus melibatkan keluarga secara aktif (Yuliastati,

2016).

d. Sebagai pembuat keputusan etik

Perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat keputusan

etik dengan berdasarkan pada nilai normal yang diyakini dengan

penekanan pada hak pasien untuk mendapat otonomi, menghindari

hal-hal yang merugikan pasien dan keuntungan asuhan keperawatan

yaitu meningkatkan kesejahteraan pasien. Perawat juga harus terlibat

dalam perumusan rencana pelayanan kesehatan ditingkat kebijakan.

Perawat harus mempunyai suara untuk didengar oleh para pemegang

kebijakan dan harus aktif dalam gerakan yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan anak. Perawat yang paling mengerti

tentang pelayanan keperawatan anak. Oleh karena itu perawat harus

dapat meyakinkan pemegang kebijakan bahwa usulan tentang


32

perencanaan pelayanan keperawatan yang diajukan dapat memberi

dampak terhadap peningkatan kualitas pelayanan kesehatan anak

(Yuliastati, 2016).

e. Sebagai peneliti

Sebagai peneliti perawat anak membutuhkan keterlibatan penuh

dalam upaya menemukan masalah-masalah keperawatan anak yang

harus diteliti, melaksanakan penelitian langsung dan menggunakan

hasil penelitian kesehatan atau keperawatan anak dengan tujuan

meningkatkan kualitas praktik atau asuhan keperawatan pada anak.

Pada peran ini diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam melihat

fenomena yang ada dalam layanan asuhan keperawatan anak sehari-

hari dan menelusuri penelitian yang telah dilakukan serta

menggunakan literatur untuk memvalidasi masalah penelitian yang

ditemukan. Pada tingkat kualifikasi tertentu, perawat harus dapat

melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas praktik keperawatan anak (Yuliastati, 2016).

1. Alat Ukur

a. Lembar Kuesioner

Berupa pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

data atau informasi tentang karakteristik anak dan status kesehatan

anak dan kondisi rumah anak. Lembar kuesioner yang digunakan

yaitu identitas responden (ibu), identitas anak, kejadian ISPA pada

anak (Rudianto, 2013).


33

b. Lembar Observasi

Observasi adalah suatu prosedur yang berencana meliputi

melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas

tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

Lembar observasi yang digunakan yaitu lembar observasi SOP

terapi akupresur dan identitas klien (Fajarianti, 2019).


34

B. Kerangka Konsep

Anak balita yang


mengalami ISPA

Faktor-faktor yang
mempengaruhi ISPA
Alat Ukur pada anak
Mengalami batuk
1. Kuisioner pilek 1. Usia
2. Lembar 2. Status imunisasi
Observasi 3. Status gizi
4. Lingkungan
Literature review Pemberian
Terapi Akupresur Untuk
Menurunkan Batuk Pilek Pada
Anak Balita Yang Mengalami
ISPA

Standar Operasional Prosedur


Pemberian Terapi Akupresur
untuk menurunkan batuk pilek
pada anak balita yang
mengalami ISPA

Bagan 2.1 Kerangka Konsep


(Sumber: Rumahorbo, 2016; Herianton, 2018; Fajarianti, 2019; Rudianto, 2013).
BAB III
METODE PENULISAN

A. Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam pengembangan SOP terapi

akupresur pada anak ISPA adalah literature review. Literature review pada

penulisan ini digunakan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat

dalam menangani ISPA pada balita dengan memberikan terapi akupresur.

Metode yang akan digunakan untuk penulisan ini adalah studi literatur.

Penulisan dengan literature juga merupakan penulisan dan dapat

dikategorikan sebagai karya ilmiah. Efektif dan review yang dilakukan

dengan baik sebagai metode penulisan menciptakan landasan yang kokoh

untuk maju pengetahuan dan memfasilitasi pengembangan teori (Isniah,

2020).

B. Plan, Do, Study and Act (PDSA)

1. Plan

a. Mengumpulkan jurnal terkait terapi akupresur batuk pilek pada anak

balita yang mengalami ISPA.

b. Mengidentifikasi jurnal-jurnal terkait terapi akupresur batuk pilek

pada anak balita yang mengalami ISPA.

c. Menentukan kriteria pasien anak yang dapat diberikan asuhan

keperawatan yaitu pemberian terapi akupresur. Kriteria anak:

35
36

1) Kriteria inklusif:

a) Pasien balita yang mengalami ISPA

b) Pasien balita yang mengalami batuk pilek

c) Pasien bersedia menjadi responden dan kooperatif

d) Pasien balita dalam kondisi sadar

2) Kriteria eksklusif:

a) Pasien balita yang mengalami kulit terluka, bengkak

b) Pasien balita dengan keadaan terlalu lapar ataupun terlalu

kenyang (Suardana, 2016).

2. Do

Penulis mengembangkan SOP pemberian terapi akupresur batuk

pilek pada anak balita yang mengalami ISPA.

3. Study

a. Penulis melakukan studi literature terkait pemberian terapi

akupresur pada anak yang mengalami ISPA.

b. Penulis mencari jurnal atau teori pendukung sebagai bentuk

rasionalisasi asuhan keperawatan dalam setiap proses atau langkah

pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang penulis

kembangkan.

c. Penulis menganalisis hasil pencarian literature review terkait

pemberian terapi akupresur terhadap batuk pilek pada anak balita.


37

4. Act

Standar Operasional Prosedur (SOP) ini akan dijadikan sebagai

panduan dalam memberikan terapi akupresur pada anak balita yang

mengalami ISPA, agar hasil yang didapatkan menjadi lebih efektif dan

efisien.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil literature review sebagai berikut:


Tabel 4.1 Hasil penelusuran literatur review
No. Judul Peneliti Metode Intervensi Hasil
Penelitian
1. Pengaruh Terapi Selda Yuzer Data 1. Memberikan Kesimpulannya
Akupresur dan Alsac dan dikumpulkan informasi tentang bahwa ada
Pijat dalam Sevinc Polat. melalui langkah-langkah keefektifan
Meredakan (2019) formulir prosedur dalam
Masalah informasi 2. Menempatkan anak meredakan
Pernafasan Pada orangtua, dalam posisi gejala infeksi
Anak formulir berbaring saluran
informasi (terlentang atau pernapasan
anak, dan tengkurap) akut dengan
tindakan 3. Menentukan titik akupresur dan
penilaian akupresur terapi pijat.
pernapasan 4. Penerapan gerakan
prasekolah selama 15 detik
dengan kedua ibu
jari tangan pada
titik akupresur
5. Lakukan akupresur
dalam 15 menit
6. Setelah terapi
bersihkan dengan
handuk
7. Lakukan 3 kali
sehari
8. Penghentian
prosedur
9. Pencatatan selesai
prosedur
2. Pengaruh Ade Okta Jenis 1. Persiapan alat dan Rata-rata
Akupresur Fajarianti. penelitian bahan (minyak, lamanya batuk
Terhadap (2019) menggunakan handuk atau pilek pada anak
Lamanya Batuk analisa data selimut) balita sesudah
Pilek Pada kuantitatif 2. Posisikan pasien dilakukan
Balita di dengan design dalam keadaan terapi
Puskesmas quasi berbaring atau akupresur yaitu
Margorejo experiment tengkurap 3 hari dari 6-7
Metro Selatan (eksperimen 3. Tentukan lokasi hari.
Kota Metro semu) dengan titik akupresur (LI
pendekatan 4, LI 20, ST 40)
one shot case 4. Lakukan gerakan
study group mengusap,
design menekan, meremas,
menggetar dan

38
39

No. Judul Peneliti Metode Intervensi Hasil


Penelitian
memukul
5. Lakukan terapi
dalam waktu 5-10
menit
6. Setelah terapi
bersihkan dengan
handuk
7. Lakukan terapi
akupresur 3 kali
sehari (pagi, siang,
malam)
3. Pengaruh Pijat Yunita Dwi Jenis 1. Mencuci tangan Berdasarkan
Akupresur dan Wardani. penelitian pre- 2. Persiapan alat hasil terdapat
Moksibusi (2020) experiment 3. Mengoleskan adanya
Terhadap dengan one minyak diarea yang pengaruh pijat
Lamanya Batuk shot case akan dipijat akupresur dan
Pilek Pada Anak study design 4. Lakukan moksibusi
Balita peregangan dengan terhadap
pengurutan ringan lamanya batuk
pada kaki dan pilek pada anak
tangan balita.
5. Melakukan
pemijatan teknik
pijat dasar, yaitu
mengusap,
menekan, meremas,
menggetar dan
memukul
6. Melakukan
pemijatan pada titik
akupresur (ST 36,
ST 40, LI 4, LU 7,
LI 20, LU 1)
7. Bersihkan daerah
tubuh yang terkena
minyak pijat
8. Mencuci tangan
9. Pemijatan
dilakukan dalam
waktu 5-10 menit
10. Lakukan selama 3
kali sehari
4. Pengaruh Purnama Jenis 1. Memposisikan Berdasarkan
Metode Handayani, penelitian pasien dalam hasil dan
Akupresur Risky yang keadaan duduk atau pembahasan
Terhadap Pilek Novianty, digunakan berbaring dapat
Pada Anak Di Sri Kurnia. yaitu 2. Tentukan lokasi disimpulkan
Wilayah Kerja (2019) quantitative titik akupresur bahwa sebelum
Puskesmas dengan 3. Lakukan gerakan diberikan terapi
Binjai Kota penelitian pre- mengusap, mayoritas
Tahun 2019 experimental menekan, meremas, mengalami
design menggetar dan batuk pilek
memukul kuat, setelah
40

No. Judul Peneliti Metode Intervensi Hasil


Penelitian
4. Pemijatan diberikan terapi
dilakukan dalam mayoritas anak
waktu 5-15 menit mengalami
5. Lakukan selama 3 batuk pilek
kali sehari ringan. Ada
pengaruh
signifikan
metode
akupresur
terhadap batuk
pilek pada
anak.
5. Pengaruh Terapi Yunia Jenis 1. Posisikan pasien Rata-rata lama
Akupresur Marisa. penelitian pre- dalam keadaan hari batuk pilek
Terhadap Lama (2019) experiment berbaring atau pada ISPA
Hari Batuk dengan one tengkurap nonpneumonia
Pilek Pada ISPA shot case 2. Tentukan lokasi pada anak
NonPneumonia study design titik akupresur (LU setelah
Pada Anak di 7, ST 40) dilakukan
Puskesmas 3. Lakukan gerakan akupresur
Margorejo mengusap, adalah 3 hari
menekan, meremas, dari 6 hari.
menggetar dan
memukul
4. Lakukan terapi
dalam waktu 5-10
menit
5. Lakukan terapi
akupresur 1 kali
sehari

2. Pengembangan SOP pemberian terapi akupresur batuk pilek pada anak

balita yang mengalami ISPA.

Tabel 4.2 Pengembangan SOP pemberian terapi akupresur batuk pilek

pada anak balita yang mengalami ISPA.

No. SOP Rasional

1. Mengucapkan salam Membina hubungan saling percaya dengan perilaku


terapeutik terapeutik. Menerapkan etika keperawatan. Merupakan
cara untuk membina hubungan terapeutik (Kurnia, 2017;
Kristyaningsih, 2018; Sari, 2020).
2. Menunjukkan informed Memberikan lembar persetujuan bahwa bersedia untuk
consent menjadi responden. Persetujuan tindakan yang sudah
direncanakan. Keputusan yang didasarkan atas kerja
41

No. SOP Rasional

sama antara tenaga kesehatan dengan pasien (Sari, 2020;


Murdiman, 2019; Mukti, 2016).
3. Persiapan alat: Minyak Menyiapkan alat dengan benar dapat dapat
kayu putih mempermudah tindakan yang akan dilakukan. Setiap
tindakan yang akan dilakukan harus disiapkan
peralatannya terlebih dahulu. Menyiapkan alat dengan
benar dapat mempermudah tindakan yang akan dilakukan
(Sari, 2020; Makiyah, 2019; Sukrisminiati, 2020).
4. Mencuci tangan Mencegah penyebaran mikroorganisme. Mencegah
sebelum tindakan terjadinya penularan penyakit. Meminimalkan transmisi
pathogen (Suardana, 2016; Sari, 2020; Sukrisminiati,
2020).
5. Memposisikan pasien Memudahkan perawat untuk melakukan tindakan.
Memberi posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan
pasien dan tetap rileks. Membuat keadaan pasien rileks
(Makiyah, 2019; Fajarianti, 2019; Marisa, 2019).
6. Mengoleskan minyak Minyak kayu putih untuk meredakan kembung, dan
kayu putih baunya untuk menetralkan rasa mual, pusing.
Memberikan efek mengencerkan dahak dan melegakan
pernapasan. Dapat menciptakan kehangatan (Iskandar,
2019; Pujiningsih, 2018; Feronika, 2015).
7. Lakukan gerakan Peregangan ringan pada tangan dan kaki. Meningkatkan
mengusap, meremas, sirkulasi darah. Meningkatkan sistem imun dan energi
menekan, menggetar, (Kharismawati, 2019; Sukrisminiati, 2020; Sari, 2020).
memukul
8. Menentukan titik Titik ST 40: Meredakan tenggorokan. Mengencerkan
akupresur (ST 40, ST dahak. Pemijatan dilakukan berlawanan arah jarum jam
36, LU 1, LU 7, LI 4) dengan tekanan sedang sampai kuat sebanyak 40-60 kali
putaran atau tekanan (Fajarianti, 2019; Sukrisminiati,
2020; Wardani, 2020).
Titik ST 36: Menghilangkan pusing. Menguatkan
stamina tubuh. Meningkatkan nafsu makan. Pemijatan
dilakukan searah jarum jam dengan tekanan sedang atau
tidak kuat sebanyak 30 kali putaran atau tekanan (Alfira,
2017; Marisa, 2019; Suardana, 2016; Sukrisminiati,
2020).
Titik LU 1: Meredakan batuk, sesak napas, nyeri dada
dan punggung. Pemijatan dilakukan searah jarum jam
dengan tekanan sedang atau tidak kuat sebanyak 30 kali
putaran atau tekanan (Sari, 2020; Sukrisminiati, 2020;
Fajarianti, 2019).
Titik LU 7: Mengatur fungsi paru serta mengusir dingin,
menyembuhkan batuk dan sulit bernapas, sakit kepala
dan sakit tenggorokan. Pemijatan dilakukan searah jarum
jam dengan tekanan sedang atau tidak kuat sebanyak 30
kali putaran atau tekanan (Fairus, 2021; Sukrisminiati,
2020; Pujiningsih, 2018).
LI 4: Mengatasi pilek atau hidung tersumbat. Mengatasi
42

No. SOP Rasional

batuk. Pemijatan dilakukan berlawanan arah jarum jam


dengan tekanan sedang sampai kuat sebanyak 40-60 kali
putaran atau tekanan (Sukrisminiati, 2020; Wardani,
2020; Fairus, 2021).
9. Lakukan tindakan Membuat pasien terasa lebih nyaman. Mengurangi
selama 5-10 menit gangguan tidur. Agar pasien lebih rileks. (Feronika,
2015; Lingga, 2017; Risma, 2019).
10. Lakukan terapi 3 kali Membantu perbaikan kualitas tidur. Membantu
sehari melepaskan hormone endorphin yang dapat memberikan
rasa tenang. Membuat pasien terasa lebih nyaman. Agar
pasien lebih rileks. (Risma, 2019; Fajarianti, 2019;
Feronika, 2015; Sukrisminiati, 2020).
11. Membereskan alat Menjaga kebersihan tempat tidur pasien. Mengakhiri
sebuah tindakan. Memelihara kebersihan yang terapeutik
(Sari, 2020; Rahmadi, 2019; Kurnia, 2017).
12. Mendokumentasikan Mencatat intevensi yang sudah diberikan. Mencatat
tindakan tindakan yang telah dilakukan kepada pasien. Pencatatan
intervensi tersebut dilakukan. Sebagai bukti tertulis
bahwa sudah diberikan intervensi suatu tindakan kepada
pasien (NANDA, 2015; Fatie, 2018; Kusnadi, 2017;
Atmanto, 2020).

B. Pembahasan

Batuk pilek menurut ilmu pengobatan timur disebabkan karena

penyebab penyakit luar, akibat serangan dingin pada permukaan tubuh.

Hidung merupakan bagian saluran pernapasan yang langsung berhubungan

dengan alam semesta, dan berfungsi memasukkan udara luar ke dalam paru-

paru. Ketika yang dihirup adalah cuaca dingin atau kering maka memicu

terjadinya pilek dan batuk (Hartono, 2012). Batuk pilek juga dipicu oleh

lemahnya energi (qi) pada paru, limpa dan serangan pathogen dingin pada

permukaan tubuh, menyebabkan timbulnya gejala seperti hidung tersumbat,

keluar ingus dari hidung dan sesak napas yang merupakan tanda dan gejala

pilek (Fairus, 2021).


43

Akupresur yang dilakukan dengan tekanan menggunakan tangan, jari

atau ibu jari merupakan intervensi non-invasif dan non-farmakologis.

Akupresur dapat menghasilkan relaksasi yang mendalam dan persuasi mental

positif, meningkatkan tonisitas otot, melancarkan aliran darah di jaringan dan

memperkuat sistem saraf dalam tubuh. Teknik akupresur meningkatkan

oksigenasi paru-paru, memperkuat fungsi paru-paru dan meredakan batuk dan

nyeri (Aliha, 2019).

Cheng tahun 2018 menyatakan bahwa akupresur memiliki efek

meningkatkan sirkulasi metabolisme dan meningkatkan kekebalan tubuh.

Akupresur terbukti efektif dan aman terutama pada anak-anak, menunjukkan

bahwa manfaat positif yang signifikan diperoleh dari pemberian terapi

akupresur. Terapi akupresur memiliki beberapa kelebihan seperti mudah untuk

dilakukan, efisien, tidak membahayakan untuk diaplikasikan, dan tidak

menimbulkan efek samping (Nursinta, 2019).

Menurut penelitian Handayani tahun 2020 menyatakan bahwa tujuan

akupresur adalah sebagai pengobatan awal suatu penyakit atau kelainan yang

dapat dihilangkan tanpa obat seperti kolik, masuk angin, kurang nafsu makan,

menggigil, dan pegal-pegal. Akupresur juga dipercaya dapat meningkatkan

kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa sakit dan menciptakan

rasa nyaman. Melalui terapi akupresur penyakit pasien dapat disembuhkan

karena akupresur dapat digunakan untuk menyembuhkan keluhan sakit, dan

dipraktikan ketika dalam keadaan sakit. Sebagai rehabilitasi (pemulihan)

akupresur dipraktikan untuk meningkatkan kondisi kesehatan sesudah sakit.


44

Selain itu, akupresur juga bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh

(promotif) walaupun tidak sedang dalam keadaan sakit (Suardana, 2016).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian terapi

akupresur dapat menurunkan batuk pilek pada anak balita yang mengalami

infeksi saluran pernapasan akut. Terapi akupresur dapat mengurangi produksi

sekret yang berlebihan, hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan batuk

pilek.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil pengembangan Standar Operasional Prosedur

(SOP) pemberian terapi akupresur untuk menurunkan batuk pilek pada anak

balita yang mengalami infeksi saluran pernapasan akut.

1. Diketahui gambaran Standar Operasional Prosedur (SOP) pemberian

terapi akupresur untuk menurunkan batuk pilek pada anak balita yang

mengalami infeksi saluran pernapasan akut.

2. Tersusunnya pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP)

berdasarkan hasil literature review dengan 5 jurnal didapatkan bahwa

terapi akupresur efektif untuk menurunkan batuk pilek pada anak balita

yang mengalami infeksi saluran pernapasan akut.

3. Diketahui pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP) pemberian

terapi akupresur untuk menurunkan batuk pilek pada anak balita yang

mengalami infeksi saluran pernapasan akut ditemukan 12 langkah.

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

Hasil penulisan dapat menjadi informasi bagi masyarakat guna

meningkatkan pengetahuan, terutama pada anak balita yang mengalami

ISPA.

45
46

2. Bagi Ilmu Teknologi Keperawatan

a. Dapat diterapkan menjadi panduan dalam memberikan terapi

akupresur batuk pilek pada anak yang mengalami ISPA.

b. Dapat diterapkan menjadi referensi bagi pelaksanaan penulisan bidang

keperawatan tentang terapi akupresur batuk pilek pada anak balita

yang mengalami ISPA pada masa yang akan datang dalam rangka

peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penulisan ini dapat digunakan oleh tenaga kesehatan untuk

menangani masalah ISPA pada anak balita.

4. Bagi Penulis

Hasil penulisan ini dapat menambah pengetahuan dan dapat

mengaplikasikan ilmu dan menambah pengalaman saat penulisan Karya

Tulis Ilmiah, serta sebagai masukan pengetahuan tentang pemberian terapi

akupresur batuk pilek pada anak balita yang mengalami ISPA.


DAFTAR PUSTAKA

Alsac, S. Y., Polat, S. (2019). Effect of Acupressure and Massage Therapy in


Relieving Respiratory Problems in Children with Respiratory Distress.
International Journal of Caring Sciences, 12(3), 1537-1546.
Alfira, N. (2017). Efek Akupresur Pada Titik P6 dan ST 36 Untuk Mencegah Post
Operative Nausea and Vomiting Pada Pasien Laparotomi Dengan Spinal
Anestesi (Tesis). Universitas Hasanuddin Makassar.
Aliha, J. M., Nasim, M., Anoshirvan, K., Mojdeh, N. (2019). The Effect of
Acupressure on Respiratory Indices in Patients Undergoing Mechanical
Ventilation. Bali Medical Journal, 8(1), 1-8.
Atmanto, A., Anggorowati., Rofii, M. (2020). Efektifitas Pedoman
Pendokumentasian Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Berbasis Android
Terhadap Peningkatan Mutu Dokumentasi Keperawatan Di Ruang Rawat
Inap. Jurnal Cendekia Utama, 9(1), 83-92.
Cheng, Y., Gao, B., Jin, Y. (2018). Acupuncture for common cold: A Systematic
Review and Meta-analyze Protocol. Medicine, 97(10), 1-4.
Fairus, M., dkk. (2021). Edukasi Teknik Akupresur Untuk Mengatasi Batuk Pilek
Pada Ibu Balita Di Puskesmas Purwosari. Prosiding Penelitian Pendidikan
Dan Pengabdian 2021, 1(1), 928–932.
Fajarianti, A. O. (2019). Pengaruh Akupresur Terhadap Lamanya Batuk Pilek
Pada Balita di Puskesmas Margorejo Metro Selatan Kota Metro (Skripsi).
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
Fatie, M., Zeth, R. (2018). Hubungan Tingkat Pendidikan Perawat Dengan
Penerapan Kompetensi Pendokumentasian Proses Keperawatan. Jurnal
Keperawatan Tropis Papua, 1(1), 19-24.
Feronika, S. (2015). Pentingnya Menjaga Kebersihan Lingkungan. Jurnal Stikes,
4(3), 10-15.
Hartono, R. I. W. (2012). Akupresur Untuk Berbagai Penyakit. Yogyakarta:
Rapha Publishing.
Herianton. (2018). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan ISPA
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Di Ruang Arafah Rumah Sakit Umum
Aliyah 2 (Karya Tulis Ilmiah). Politeknik Kesehatan, Kendari.
Handayani, P., Risky, N., Sri, K. (2020). The Effect of the Acupressure Method on
Common Cold in Infants Aged 6-12 Months in the Binjai Kota Health
Center Work Area in 2019. Science Midwifery, 9(1), 148-152.
Hidayah, N., Nisak, R. (2018). Buku Ajar Terapi Komplementer untuk Mahasiswa
Keperawatan (Evidence Base Practice). Yogyakarta: Samudra Biru.

47
48

Hidayat, Ecep Rian. (2020). Literature Review: Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
ISPA Pada Balita. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Bhakti Kencana.
Ikhsan, Muhamad N. (2017). Dasar Ilmu Akupresur dan Moksibasi. Cimahi:
Bhimaristan Publishing.
Isniah, Sarah., Humiras, H., Fransisca, D. (2020). Plan Do Check Action (PDCA)
Method: Literature Review and Research Issues. Jurnal Sistem dan
Manajemen Industri, 4(1), 1-6.
Iskandar, S., Rizka, W., Joty, A. (2019). Pengaruh Minyak Kayu Putih Dan
Postural Drainase Terhadap Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Pada
Balita ISPA. Jurnal Riset Media Keperawatan, 2(1), 10-17.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Laporan Provinsi DKI Jakarta RISKESDAS
2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Kesehatan Anak Balita di Indonesia.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kharismawati, F. A. (2019). Efektivitas Akupresur dan Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Ibu Hamil Trimester III Di Puskesmas
Grabag I Kabupaten Magelang (Skripsi). Universitas Muhammadiyah
Magelang.
Khoirunnisa, F. (2019). Gambaran Status Gizi Pada Balita Yang Mengalami
Infeksi Saluran Pernafasan Akut Di Puskesmas Jatinangor Kabupaten
Sumedang (Skripsi). Universitas Bhakti Kencana, Bandung.
Kristyaningsih, P., Agus, S., Palupi, S. (2018). Penerapan Komunikasi Terapeutik
Perawat Di Rumah Sakit X Kota Kediri. Adi Husada Nursing Journal, 4(2),
47-50.
Kurnia, E., Maria, A. Y. (2017). Gambaran Sikap Perawat Di Dalam Komunikasi
Terapeutik Pada Anak Usia Balita. Jurnal Penelitian Keperawatan, 3(1).
Kusnadi, E. (2017). Analisis Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan Di Ruang
Rawat Inap NonIntensive Rumah Sakit X. Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan,
9(1), 553-561.
Lingga. (2017). Manfaat Massage Untuk Ibu Post Partum. Jakarta: Salemba
Medika.
Marisa, Yunia. (2019). Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Lama Hari Batuk
Pilek Pada ISPA NonPneumonia Pada Anak di Puskesmas Margorejo.
Skripsi. Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
49

Makiyah, D. (2019). Intervensi Keperawatan Anak Di Rumah Sakit. Jurnal


Keperawatan Anak, 3(6), 6-10.
Masriadi. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. Depok: Rajawali Pers.
Murdiman, N., Abdul., Nur., Trivita. (2019). Hubungan Pemberian Informed
Consent Dengan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Apendisitis Di
Ruang Bedah BLUD Rumah Sakit Konawe. Jurnal Keperawatan, 2(3), 1-8.
Mukti, A., Dita., Yuli., Zeni. (2016). Pengaruh Pemberian Informed Consent
Terhadap Perubahan Kecemasan Pasien Yang Akan Menjalani Tindakan
Operasi Di SMC RS Telogorejo. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan,
8(3), 1-5.
NANDA. (2015). Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Nursinta., Erlisa, C., Nia, L. A. (2019). Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap
Frekuensi Enuresis Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun). Nursing
News, 4(1), 79-87.
Padila., Henni, F., Juli, A., Rujung, A. D. (2019). Perawatan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita. Jurnal Kesmas Asclepius, 1(1), 25-34.
Pratiwi, Eka A., Pembronia, N., Teresia, Elfi., Maria, Kornelia. (2021). Konsep
Keperawatan Anak. Bandung: Media Sains Indonesia.
Pujiningsih, E., Musniati. (2018). Pengaruh Steam Inhalation Dengan Tetesan
Minyak Kayu Putih Terhadap Pengeluaran Sekret Pada Anak Yang
Menderita ISPA Di Puskesmas. Jurnal Ilmu Kesehatan dan Farmasi, 6(1), 5-
7.
Putri, Liza., Siska, Iskandar. (2021). Buku Ajar Keperawatan Anak. Sumatera
Barat: Insan Cendekia Mandiri
Rahmadi, A. (2019). Intervensi Massage Untuk Anak Di Rumah Sakit. Jurnal
Keperawatan Anak, 4(5), 8-10.
Ratu, N. L. (2018). Hubungan Keikutsertaan Anak Dalam Pendidikan Anak Usia
Dini Dengan Hasil Skrining Perkembangan Anak Usia 36-60 Bulan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Dadok Tunggul Hitam (Skripsi). Universitas
Andalas, Padang.
Risma, D. (2019). Intervensi Pemberian Minyak Kayu Putih Terhadap Pasien
Ispa. Jakarta: Kencana.
Rudianto. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gejala ISPA Pada
Balita Di 5 Posyandu Desa Tamansari Kecamatan Pangkalan Karawang
Tahun 2013 (Skripsi). Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Rosana, Eka Novia. (2016). Faktor Risiko Kejadian ISPA Pada Balita Ditinjau
Dari Lingkungan Dalam Rumah Di Wilayah Kerja Puskesmas Blado 1
(Skripsi). Universitas Negeri Semarang.
50

Rumahorbo, A. T. (2016) Terapi Komplementer Dalam Mengatasi ISPA Pada


Keluarga Yang Memiliki Balita Di Desa Beganding Kabupaten Karo
(Skripsi). Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sari, F. (2020). Aplikasi Akupresur Untuk Mengatasi Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Nafas Pada Anak (Karya Tulis Ilmiah). Universitas Muhammadiyah,
Magelang.
Setyowati., Heni. (2018). Akupresur Untuk Kesehatan Wanita Berbasis Hasil
Penelitian. Magelang: Unimma Press.
Suardana, I, W., Sulisnadewi., Laksmyta, A., A.A Ngurah Taruma Wijaya.
(2016). Akupresur dan Perubahan Keluhan ISPA Pada Pasien Balita. Jurnal
Gema Keperawatan, 9(2), 151-155.
Suriani, Yenilis. (2018). Asuhan Keperawatan Pada An. R Dengan Gangguan
ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Air Haji Kecamatan Linggo Sari Baganti
Kabupaten Pesisir Selatan (Karya Tulis Ilmiah). Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Perintis, Padang.
Sukrisminiati, N. (2020). Perbedaan Pengetahuan dan Keterampilan Ibu Sebelum
Dengan Sesudah Diberikan Bimbingan Pijat Akupresur Pada Bayi Dengan
Klasifikasi Bukan Pneumonia (Skripsi). Politeknik Kesehatan Denpasar.
Sibarani, P. (2020). Penerapan Teknik Batuk Efektif Pada Asuhan Keperawatan
Anak Dengan ISPA Di Ruang Anak RSUD H. Hanafie Muara Bungo (Karya
Ilmiah Akhir Ners). STIKes Perintis, Padang.
Tamsir. (2016). Gambaran Perilaku Ibu Terhadap Kejadian Penyakit ISPA Pada
Balita Di Puskesmas Mabodo, Kec. Kontunaga Kabupaten Muna Tahun
2016 (Proposal Penelitian). Universitas Haluoleo. Kendari.
UNICEF Indonesia. (2018). Konvensi Hak Anak: Versi Anak-Anak. Jakarta,
Indonesia: UNICEF Indonesia.
Widia, L. (2017). Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kejadian ISPA Pada
Balita. Jurnal Darul Azhar, 3(1), 28-35.
WHO Indonesia. (2020). Pusat Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Berat. Jakarta, Indonesia: WHO Indonesia.
WHO Indonesia. (2019). Pneumonia. Jakarta, Indonesia: WHO Indonesia.
Wardani, Yunita Dwi. (2020). Pengaruh Pijat Akupresur dan Moksibusi
Terhadap Lamanya Batuk Pilek Pada Anak Balita (Skripsi). Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang.
Yuliastati. (2016). Modul Buku Ajar Keperawatan Anak. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Zhongyao, Lou. (2016). Akupresur Mandiri Perawatan Kesehatan. Jakarta: PT
Legacy Utama Kreasindo.
LAMPIRAN
Lampiran 1.1
JADWAL RENCANA KEGIATAN

No. Kegiatan JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT
1. Pengajuan Judul
2. Penyusunan
Proposal
3. Pengumpulan
Proposal
4. Ujian Proposal
5. Revisi Proposal
6. Literature
Review
7. Penyusunan
Pengembangan
SOP
8. Pengumpulan
Pengembangan
SOP
9. Ujian Hasil
Pengembangan
SOP
10. Revisi
Pengembangan
SOP
11. Pengumpulan
KTI
Lampiran 1.2
LEMBAR UJI PLAGIAT
Lampiran 1.3
LEMBAR KUESIONER
Data Responden

Inisial ibu (responden) :


Usia ibu :
Pekerjaan ibu :
Pendidikan :
Usia balita :
Berat/tinggi badan balita :
Status imunisasi balita : mendapatkan imunisasi
tidak mendapatkan imunisasi
NO Pertanyaan YA TIDAK

1. Apakah anak ibu pernah mengalami sakit batuk


pilek/demam pada kurun waktu 1 tahun terakhir?
2. Apakah kejadian sakit batuk/pilek tersebut lebih dari 14
hari?
3. Apakah dalam dua minggu terakhir ini anak ibu
mengalami tanda-tanda klinis seperti batuk-batuk atau
pilek disertai demam?
4. Apakah status imunisasi balita lengkap (BCG, DPT,
Polio, Campak, dan Hepatitis)? Ya/Bila Tidak (sebutkan
imunisasi yang diberikan pada balita anda)
Tidak: ……………………..
5. Apakah balita Ibu mendapatkan ASI Eksklusif selama 6
bulan?

Sumber: Rudianto (2013).


Lampiran 1.4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

Nama : Dhita Marsha Amelia

Tempat Tanggal Lahir : Purbalingga, 26 Maret 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Jl. Kalianyar II RT 012/01 NO.1, Kalianyar,

Tambora, Jakarta Barat, DKI Jakarta, 11310

Alamat Email : marshaamelia1@gmail.com

No. HP : 0856955333432

Status : Mahasiswi

Golongan Darah :O

Kewarganegaraan : Indonesia

B. Riwayat Pendidikan

Tahun 2006 sampai 2012 : SDN Grogol 09

Tahun 2012 sampai 2015 : MTs Al-Munawar

Tahun 2015 sampai 2018 : SMK Ibu Pertiwi 2

Tahun 2018 sampai 2021 : Akademi Keperawatan Pelni Jakarta


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN TERAPI AKUPRESUR
Tujuan Untuk mengetahui pengaruh terapi akupresur untuk
menurunkan batuk pilek
Alat Minyak kayu putih
No. Langkah SOP Rasional
1. Mengucapkan salam Membina hubungan saling percaya dengan perilaku terapeutik
terapeutik (Kurnia, 2017).
2. Menunjukkan informed Memberikan lembar persetujuan bahwa bersedia untuk menjadi
consent responden (Mukti, 2016).
3. Persiapan alat: Minyak kayu Menyiapkan alat dengan benar dapat dapat mempermudah tindakan
putih yang akan dilakukan (Makiyah, 2019).
4. Mencuci tangan sebelum Mencegah penyebaran mikroorganisme (Suardana, 2016).
tindakan
5. Memposisikan pasien Membuat keadaan pasien rileks (Makiyah, 2019).
6. Mengoleskan minyak kayu Memberikan efek mengencerkan dahak dan melegakan pernapasan
putih (Iskandar, 2019).
7. Lakukan gerakan mengusap, Peregangan ringan pada tangan dan kaki (Kharismawati, 2019).
meremas, menekan,
menggetar, memukul
8. Menentukan titik akupresur Titik ST 40: Meredakan tenggorokan. Pemijatan dilakukan
(ST 40, ST 36, LU 1, LU 7, berlawanan arah jarum jam dengan tekanan sedang sampai kuat
LI 4) sebanyak 40-60 kali putaran atau tekanan (Sukrisminiati, 2020;
Wardani, 2020).
Titik ST 36: Menghilangkan pusing. Menguatkan stamina tubuh.
Pemijatan dilakukan searah jarum jam dengan tekanan sedang atau
tidak kuat sebanyak 30 kali putaran atau tekanan (Alfira, 2017;
Sukrisminiati, 2020).
Titik LU 1: Meredakan batuk. Pemijatan dilakukan searah jarum jam
dengan tekanan sedang atau tidak kuat sebanyak 30 kali putaran atau
tekanan (Sari, 2020; Fajarianti, 2019).
Titik LU 7: Menyembuhkan batuk dan sulit bernapas, Pemijatan
dilakukan searah jarum jam dengan tekanan sedang atau tidak kuat
sebanyak 30 kali putaran atau tekanan (Fairus, 2021; Sukrisminiati,
2020).
LI 4: Mengatasi pilek atau hidung tersumbat. Pemijatan dilakukan
berlawanan arah jarum jam dengan tekanan sedang sampai kuat
sebanyak 40-60 kali putaran atau tekanan (Wardani, 2020; Fairus,
2021).
9. Lakukan tindakan selama 5- Membuat pasien terasa lebih nyaman. (Feronika, 2015).
10 menit
10. Lakukan terapi 3 kali sehari Membantu melepaskan hormone endorphin yang dapat memberikan
rasa tenang. (Risma, 2019
11. Membereskan alat Menjaga kebersihan tempat tidur pasien (Rahmadi, 2019).
12. Mendokumentasikan Sebagai bukti tertulis bahwa sudah diberikan intervensi suatu
tindakan tindakan kepada pasien (NANDA, 2015).
Lampiran 1.6

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA

AKREDITASI BAN-PT
SK No.103/SK/BAN-PT/Ak-XII/Dpl-III/IV/2021
LEMBAR KONSUL
Nama Mahasiswa: Dhita Marsha Amelia
NIRM : 18016
Judul Makalah : Pengambangan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemberian
Terapi Akupresur Untuk Menurunkan Batuk Pilek Pada Anak Balita Yang
Mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Akut
URAIAN TTD PEM.
No
Materi Perbaikan/saran
1. Pembahasan 1. Judul harus lebih spesifik.
mengenai judul KTI 2. Baca panduan.
3. Cari jurnal dan disesuaikan
dengan judul.
2. Membahas 1. Cari data angka kejadian (data
penulisan BAB 1 dunia, data Indonesia, data di
Jakarta) menurut lembaga
pemerintah
2. Dampak jika dibiarkan atau
tidak ditangani
3. Tambahkan peran perawat
4. Perbaikan pada tujuan umum
3. Konsul BAB 1, 1. Perbaikan kata yang disingkat
BAB 2, dan BAB 3 2. Perbaikan tinjauan pustaka anak
3. Cari referensi konsep anak
dengan jelas
4. Pada PDSA harus rinci dan
terstruktur
5. Tambahkan referensi
4. Konsul BAB 1, 1. Cari data kematian anak
BAB 2, dan BAB 3 2. Perbaikan pada tujuan khusus
3. Cari referensi konsep anak
4. Tambahkan gambar
5. Perbaikan kata asing
6. Pada PDSA harus diperbaiki
lagi
7. Tambahkan referensi
5. Sidang Proposal 1. Judul harus diperbaiki
2. Alasan di latar belakang
3. Referensi harus berbeda-beda
setiap materi
4. Masukkan kriteria inklusi dan
eksklusi
5. Gambar harus sesuai dengan
judul
6. SOP harus diperbaiki
6. Konsul BAB 1, 1. Tambahkan kata kunci pada
BAB 2, BAB 3, abstrak
BAB 4 dan BAB 5 2. Manfaat penulisan dirapikan
3. Gambar ganti dengan yang jelas,
tambahkan sumber
4. Berikan judul pada bagan
kerangka konsep
5. Tambahkan tabel header pada
tabel literature review
6. Tambahkan rasional dan rapikan
tabel
7. Perbaiki kalimat di pembahasan
8. Perbaiki kalimat di kesimpulan
dan saran
7. Sidang Hasil 1. Judul harus diperbaiki
2. Referensi ditambahkan
3. Abstrak masukkan kesimpulan
4. Alat ukur disesuaikan
5. Kerangka konsep disesuaikan
6. Hasil literature review diganti
dan dijelaskan
7. Tambahkan rasional
8. Perbaiki pembahasan
8. Konsultasi setelah 1. Tujuan khusus dibenarkan
sidang hasil dengan 2. Tambahkan rasional
penguji 3. Table header
4. Poster diperbaiki
9. Konsultasi setelah 1. Perbaiki abstrak
sidang hasil dengan 2. Perbaiki bab I
penguji 3. Rapihkan table SOP
10. Konsultasi setelah 1. Perbaiki abstrak
sidang hasil dengan 2. Perbaiki typo
pembimbing 3. Rapikan penulisan
Lampiran 1.7
LEMBAR HADIR OPPONENT

Nama : Dhita Marsha Amelia


NIRM : 18016
NO. HARI/ NAMA MHS JUDUL TTD KDP
TGL SIDANG
1. Minggu, 6 Nur Annisya Pengembangan Protokol Perawatan
Juni 2021 Rubbubiatillah Tali Pusat Menggunakan Topikal ASI
Terhadap Lama Waktu Pelepasan
Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir

2. Kamis, 17 Dwi Nur Analisis Intervensi Terapi Aktivitas


Juni 2021 Octavia Psikoreligius Dzikir Pada Pasien
Halusinasi Pendengaran Di Rumah
Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan Jakarta.
3. Senin, 30 Agil Afrianto Pengembangan Standar Operasional
Agustus Prosedur (SOP) Terapi Meronce
2021 Manik - Manik Terhadap
Perkembangan Motorik Halus Pada
Anak Pra Sekolah.
4. Selasa, 31 Indry Yani Analisis Intervensi Therapy Senam
Agustus Shapira Yoga Terhadap Perubahan Skala
2021 Nyeri Setelah Senam Yoga Pada
Lanjut Usia Dengan Nyeri Sendi Di
RW.001 Kelurahan Kedoya Selatan.
5. Selasa, 14 Endah Pengembangan Standar Operasional
September Cahyaningsih Prosedur (SOP) Pemberian
2021 Akupresure Tui Na Untuk Menambah
Berat Badan Pada Balita Yang
Mengalami Kesulitan Makan.
6. Rabu, 15 Iin Marlia Pengembangan Standar Operasional
September Prosedur (SOP) Pemberian Massage
2021 Punggung Pada Anak Usia Pra
Sekolah Dengan Masalah
Keperawatan Gangguan Pola Tidur.

Anda mungkin juga menyukai