Anda di halaman 1dari 78

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

SKIN TO SKIN CONTACT (KONTAK KULIT) PADA


BAYI BARU LAHIR DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN HIPOTERMIA

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

LIZA SEPTIANI

NIRM : 17034

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA
TAHUN 2020
PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
SKIN TO SKIN CONTACT (KONTAK KULIT) PADA
BAYI BARU LAHIR DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN HIPOTERMIA

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilimiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Ahlimadya Keperawatan

Program Studi D-3 Keperawatan

Diajukan oleh:

LIZA SEPTIANI

NIRM: 17034

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA
TAHUN 2020

i
KARYA TULIS ILMIAH
PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
SKIN TO SKIN CONTACT (KONTAK KULIT) PADA
BAYI BARU LAHIR DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN HIPOTERMI

Dipersiapkan dan disusun oleh :


LIZA SEPTIANI
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 25 Agustus 2020
Susunan Dewan Penguji
Pembimbing Utama Ketua Dewan Penguji

Sri Mulyani N.,APP., S.Kep.,MKM Elfira Awalia R.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.An


NRP : 03389 NIDN :0323048305

Pembimbing Pendamping

Nining Hening P.,S.KM.,SSiT.,MKM


NIDN : 0315065802

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Ahlimadya Keperawatan pada program studi D-3 Keperawatan
Akademi Keperawatan PELNI Jakarta
Tanggal 25 Agustus 2020

Sri Atun Wahyuningsih, Ns., M.Kep., Sp. Kep.J


Ketua Program Studi Diploma-III Akademi Keperawatan PELNI Jakarta

ii
LEMBAR PERNYATAAN PLAGIARISME

Saya yang bertanggung jawab di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa

Karya Tulis Ilmiah ini, Saya susun tanpa tindak plagiarisme sesuai dengan

peraturan yang berlaku di Akademi Keperawatan PELNI Jakarta. Jika dikemudian

hari ternyata Saya melakukan tindakan plagiarisme, Saya akan bertanggung jawab

sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Akademi Keperawatan

PELNI Jakarta kepada Saya.

Jakarta, 25 Agustus 2020

Pembuat Pernyataan

Liza Septiani

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan judul “Pengembangan SOP Skin To Skin Contact (Kontak

Kulit) Pada Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir Dengan Masalah Keperawatan

Hipotermi”. Rangkaian penyusunan ini laporan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan

salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar Ahlimadya

Keperawatan di Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak/Ibu/Saudara

yang penulis hormati yaitu :

1. Ahmad Samdani,SKM,MPH. Ketua Yayasan Samudra Apta

2. Buntar Handayani,S.Kp.,M.Kep.,MM, Direktur Akademi Keperawatan

PELNI Jakarta

3. Sri Atun Wahyuningsih,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.J Ketua Program Studi D3

Keperawatan Akademi Keperawatan PELNI Jakarta

4. Sri Mulyani Nurhayati.,APP.,S.Kep.,MKM Dosen Pembimbing Utama Karya

Tulis Ilmiah

5. Nining Hening Pramesti.SKM.,SiT.,MKM, Dosen Pembimbing Pendamping

Karya Tulis Ilmiah

iv
6. Elfira Awalia Rahmawati., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An Ketua Dewan Penguji

Sidang Karya Tulis Ilmiah

7. Kedua Orang Tua beserta keluarga dan saudara yang telah memberikan

dukungan moral dan doa dalam penyelesaian penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih

banyak kekurangan, masukan dan saran diharapkan dari semua pihak. Semoga

Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu keperawatan.

Jakarta, 25 Agustus 2020

Liza Septiani

v
ABSTRAK

Data World Health Organitation (WHO) tahun 2015 8,5% - 52% dan diperkirakan
17 juta bayi baru lahir mengalami hipotermi. Salah satu penyebab terjadi nya
hipotermi pada bayi baru lahir karena bayi mengalami mekanisme hilangnya
panas seperti konduksi, konveksi, evaporasi dan radiasi yang menyebabkan bayi
hipotermi. Hipotermi cukup berbahaya pada bayi baru lahir karena dapat terjadi
hipoglikemi asidosis metabolik, hipoksia otak bahkan sampai berakibat kematian.
Skin to skin contact (kontak kulit) dapat digunakan sebagai alternatif non-
farmakologis yang dapat berpengaruh untuk mencegah hipotermi pada bayi baru
lahir. Tujuan penulisan ini untuk mengembangkan SOP skin to skin contact
(kontak kulit) pada bayi baru lahir dengan masalah keperawatan hipotermi.
Metode penulisan ini menggunakan literature review, dengan jumlah lima
literature review terkait dengan SOP skin to skin contact (kontak kulit) pada bayi
baru lahir. Hasil yang didapatkan dari literature review yaitu skin to skin contact
(kontak kulit) mampu mencegah terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir.
Kesimpulan dari penulisan ini adalah pengembangan SOP skin to skin contact
(kontak kulit) pada bayi baru lahir efektif untuk mencegah hipotermi pada bayi
baru lahir.

Kata kunci : Bayi Baru Lahir, Hipotermi, Skin to Skin Contact (Kontak Kulit)
Daftar Pustaka : 40 (2014-2020)

vi
ABSTRACK

Data from World Health Organitation (WHO) 2015 8.5% - 52% and an estimated
17 million newborns are hypothermic. One of the causes of hypothermia in
newborns is because the baby experiences heat loss mechanisms such as
conduction, convection, evaporation and radiation which causes the baby to be
hypothermic. Hypothermia is quite dangerous in newborns because it can occur
hypoglycemia, metabolic acidosis, brain hypoxia and even death. Skin to skin
contact (skin contact) can be used as a non-pharmacological alternative that can
have an effect on preventing hypothermia in newborns. The purpose of this paper
is to develop SOP skin to skin contact (skin contact) in newborns with
hypothermic nursing problems. This writing method uses a literature review, with
a total of five literature reviews related to SOP skin to skin contact (skin contact)
in newborns. The results obtained from the literature review are that skin to skin
contact is able to prevent hypothermia in newborns. The conclusion of this paper
is that the development of SOP skin to skin contact (skin contact) in newborns is
effective in preventing hypothermia in newborns.
Keywords : Hypothermia, Newborns, Skin to Skin Contact.
Reference : 40 (2014-2020)

vii
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN PLAGIARISME ....................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR SKEMA ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A . Latar Belakang ................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................3
1. Tujuan Umum..............................................................................................3
2. Tujuan Khusus .............................................................................................4
D. Manfaat Penulisan ............................................................................................4
1. Bagi Masyarakat ..........................................................................................4
2. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan ..........4
3. Bagi Pelayanan Kesehatan ...........................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................................6
1. Konsep Keperawatan Maternitas .................................................................6
2. Konsep Bayi Baru Lahir ............................................................................13
3. Konsep Hipotermi .....................................................................................19
4. Konsep Skin to skin contact (kontak kulit) ................................................22
B. Kerangka Konsep Penelitian .........................................................................32
BAB III METODELOGI ...................................................................................... 33
A. Metodologi ...................................................................................................33

viii
B. PDSA (Plan, Do, Study, Act) ........................................................................33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 36
A. Hasil .............................................................................................................36
B. Pembahasan ..................................................................................................43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 46
A. Kesimpulan ...................................................................................................46
B. Saran .............................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 48
LAMPIRAN...........................................................................................................52

ix
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 4.1 Hasil Penelusuran Literature Review....................................................36

Tabel 4.2 Pengembangan SOP Intervensi Skin to Skin Contact...........................43

( kontak kulit) pada bayi baru lahir

x
DAFTAR SKEMA

Hal

Skema 2.1 Kerangka Konseptual...........................................................32

xi
DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 2.1 Mekanisme Kehilangan Panas Pada Bayi Baru Lahir...................20

Gambar 2.2 Posisi Awal Bayi Saat dilakukan Kontak Kulit.............................23

Gambar 2.3 Posisi Bayi Saat dilakukan Kontak Kulit......................................24

Gambar 2.4 Posisi Mengeluarkan Bayi dari Baju.............................................25

Gambar 2.5 Kerangka Konseptual....................................................................32

xii
DAFTAR SINGKATAN

AKB = Angka Kematian Bayi


ASI = Air Susu Ibu

BBL = Bayi Baru Lahir


BBLR = Bayi Baru Lahir Rendah
BSE = Breast Self-Efficary

IMD = Inisiasi Menyusui Dini


KB = Keluarga Berencana
KEP = Kekurangan Energi Protein

KMC = Kangaroo Mother Care


PMK = Perawatan Metode Kanguru
SOP = Standar Operasional Prosedur

SSC = Skin to Skin Contact


WHO = World Health Organitation
WUS = Wanita Usia Subur

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Uji Plagiat

Lampiran 2. Rencana Kegiatan Penulisan

Lampiran 3. Informed Consent

Lampiran 4. Lembar Kuisioner

Lampiran 5. Lembar Observasi

Lampiran 6. Standar Operasional Prosedur Skin to Skin Contact (Kontak Kulit)

Lampiran 7. Curriculum vitae

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data World Health Organitation (WHO) tahun 2015 8,5% - 52%

dan diperkirakan 17 juta bayi baru lahir mengalami hipotermi. Di

Indonesia tahun 2017 angka kematian bayi yaitu 68 per 1.000 dari angka

kelahiran hidup dan 7% nya adalah karena hipotermi (Human

Development Report, 2017).

Berdasarkan data Survey Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2012 menyebutkan angka kematian neonatus (AKN) yaitu

19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan angka neonatus pada

SDKI 2007 hanya menurun 1 poin dibanding SDKI 2002- 2003 yaitu 20

per 1.000 kelahiran hidup. Hasil survei penduduk antar sensus (SUPAS)

2015 menunjukkan AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, artinya

sudah mencapai target MDGs 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup

(Kemenkes RI, 2016).

Dari hasil observasi mahasiswa Akper Pelni Jakarta yang dimulai

pada bulan September 2019 sampai dengan Desember 2019 dengan

jumlah mahasiswa 121 selama melaksanakan dinas di Ruang Kenari

Rumah Sakit Pelni Jakarta data yang diperoleh yaitu bayi baru lahir yang

mengalami hipotermi sebanyak 24 bayi dan dilakukannya Inisiasi

Menyusui Dini (IMD) pada bayi sebanyak 31 bayi.

1
2

Kemampuan pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir sangat

penting untuk mempertahankan suhu tubuh bayi normal 36,5- 37,50C.

Suhu ruangan yang panas atau dingin dapat mempengaruhi suhu tubuh

bayi. Hipotermi terjadi saat suhu tubuh bayi di bawah 36,50C. Bayi yang

mengalami hipotermi dapat mengalami stress dingin akibat peningkatan

konsumsi oksigen, produksi asam laktat, penurunan kemampuan

pembekuan darah dan hipoglikemia. Bayi baru lahir mempertahankan

suhu dan menghasilkan panas melalui termogulasi tanpa menggigil, begitu

sebaliknya panas pada terjadi orang dewasa (Ratih A, 2018).

Bayi baru lahir mengalami perubahan biologis selama hari

pertama kelahiran, akan tetapi kesehatannya tergantung pada perawatan

yang diterimanya. Kulit ibu bersalin berfungsi sebagai incubator, karena

lebih hangat dari pada kulit ibu yang tidak bersalin. Secara otomatis dapat

mempengaruhi suhu bayi baru lahir yang rentan mengalami kehilangan

panas (Wildan HD, 2017).

Bayi baru lahir yang mengalami Hipotermi biasanya terjadi

akibat paparan kulit pada udara atau larutan dingin. Hipotermia biasanya

menyebabkan peningkatan frekuensi jantung dan pernafasan serta

penurunan kadar glukosa (Wulan MP, 2017).

Penyebab bayi baru lahir mudah menjadi hipotermia adalah

karena luas permukaan tubuh relatif lebih luas. Lemak sub kutan lebih

tipis. Kurangnya lemak atau verniks pada bayi (Erni Hernawati LK, 2017).
3

Dalam mencegah hipotermi pada bayi baru lahir maka diperlukan

peran perawat sebagai edukator, peran ini dilakukan dengan membantu

klien dalam meningkatkan pengetahuan ibu untuk mencegah terjadinya

hipotermi pada bayi baru lahir, serta memberikan intervensi skin to skin

contact (kontak kulit) pada ibu terhadap suhu tubuh bayi baru lahir agar

tidak terjadi hipotermi.

Berdasarkan uraian diatas, melihat tingginya angka kejadian dan

dampak dari hipotermi kemudian di dukung dari berbagai jurnal terkait

skin to skin contact (kontak kulit) pada ibu terhadap suhu tubuh bayi baru

lahir agar tidak terjadi hipotermi, maka penulis tertarik untuk

mengembangkan protokol intervensi skin to skin contact (kontak kulit)

pada bayi baru lahir dengan masalah keperawatan hipotermi.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah “Pentingnya

penanganan yang tepat dalam memberikan intervensi skin to skin contact

(kontak kulit) pada bayi baru lahir dengan masalah keperawatan

hipotermi”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dilakukannya penulisan ini bertujuan untuk

mengembangkan SOP pemberian intervensi skin to skin contact

(kontak kulit) pada bayi baru lahir dengan masalah keperawatan

hipotermi.
4

2. Tujuan Khusus

a. Mengembangkan SOP pemberian intervensi skin to skin contact

(kontak kulit) sebagai penanganan masalah keperawatan

hipotermi pada bayi baru lahir.

b. Memberikan gambaran SOP pemberian intervensi skin to skin

contact (kontak kulit) yang benar dan tepat pada bayi baru lahir

dengan masalah keperawatan hipotermi.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Masyarakat

Dalam penulisan ini dapat mengetahui, menginformasikan dan

membudayakan mengenai SOP intervensi skin to skin contact (kontak

kulit) dengan masalah hipotermi, sehingga dapat diaplikasikan kepada

masyarakat khususnya pada bayi baru lahir.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Keperawatan

a. Sebagai acuan atau panduan dalam memberikan intervensi skin to

skin contact (kontak kulit) pada bayi baru lahir saat pengambilan

data penelitian.

b. Sebagai salah satu sumber informasi bagi pelaksanaan penelitian

bidang keperawatan tentang tindakan pengaruh intervensi skin to

skin contact (kontak kulit) pada ibu terhadap suhu tubuh bayi baru

lahir pada masa yang akan datang dalam rangka peningkatan ilmu

pengetahuan dan teknologi keperawatan.


5

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

SOP skin to skin contact (kontak kulit) dapat digunakan dalam

menangani masalah hipotermi pada suhu tubuh bayi baru lahir.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Keperawatan Maternitas

a. Definisi Keperawatan Maternitas

Keperawatan Maternitas merupakan salah satu ilmu yang

menguraikan tentang pemberian layanan kesehatan yang

berkualitas dan profesional yang mengidentifikasi, berfokus dan

beradaptasi dengan kebutuhan fisik dan psikososial ibu hamil,

bersalin, nifas, dan gangguan reproduksi, bayi baru lahir, dan

keluarganya (Deswani, 2017)

b. Falsafah Keperawatan Maternitas

Keperawatan maternitas meyakini bahwa peristiwa

kelahiran merupakan proses fisik dan psikis yang normal serta

membutuhkan adaptasi fisik dan psikososial dari individu dan

keluarga. Keluarga perlu berpartisipasi aktif untuk

mempertahankan kesehatan ibu dan bayinya. Pengalaman

melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga dan

dapat mengakibatkan krisis situasi jika salah satu anggota keluarga

bukan merupakan satu keluarga yang utuh. Sikap, nilai, dan

perilaku setiap individu dipengaruhi oleh budaya dan sosial

ekonomi dari calon ibu, sehingga ibu serta calon individu yang

dilahirkan akan dipengaruhi oleh budaya yang diwarisi.

6
7

Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik

dengan selalu menghargai klien dan keluarganya berhak

menentukan perawatan yang sesuai dengan dirinya. Kegiatan yang

dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan mendidik WUS, serta

melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah

kehamilan, persalinan, nifas, dan membantu mendeteksi

penyimpangan-penyimpangan dari keadaan normal.

Selama kehamilan sampai persalinan memberikan

konsultasi tentang perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan,

membantu proses persalinan, merawat masa nifas dan bayi baru

lahir sampai umur 40 hari, serta merujuk kepada tim kesehatan lain

jika membutuhkan penanganan lebih lanjut (Wagiyo dan Putrono,

2016).

c. Paradigma Keperawatan Maternitas

Menurut Wagiyo dan Putrono (2016, hal. 15) Paradigma

keperawatan pada keperawatan maternitas meliputi manusia,

lingkungan, kesehatan, dan keperawatan:

1) Manusia

Terdiri dari Wanita Usia Subur (WUS) berkaitan

dengan sistem reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara

dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta

keluarganya adalah anggota keluarga yang unik dan utuh,

merupakan mahluk bio-psikososial dan spiritual yang memiliki


8

sifat berbeda secara individual dan dipengaruhi oleh usia dan

tumbuh kembangnya. Salah satu tugas perkembangan wanita

adalah pengalaman melahirkan anak yang dapat merupakan

krisis situasi dalam keluarga tersebut apabila tidak mampu

beradaptasi dengan baik.

2) Lingkungan

Sikap, nilai dan perilaku seseorang sangat dipengaruhi

oleh lingkungan budaya dan sosial disamping pengaruh fisik.

Proses kehamilan dan persalinan serta nifas akan melibatkan

semua anggota keluarga dan masyarakat. Proses kelahiran

merupakan permulaan suatu bentuk hubungan baru dalam

keluarga yang sangat penting, sehingga pelayanan maternitas

akan mendorong interaksi yang positif dari orang tua, bayi dan

anggota keluarga lainnya menggunakan sumber-sumber dalam

keluarga.

3) Sehat

Sehat adalah suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan

dasar, bersifat dinamis, dimana perubahan-perubahan fisik dan

psikososial memengaruhi kesehatan setiap individu yang

memiliki hak untuk lahir sehat sehingga WUS dan ibu

memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang

berkualitas.

4) Keperawatan Ibu
9

Keperawatan ibu merupakan pelayanan keperawatan

profesional yang ditujukan kepada Wnita Usia Subur (WUS)

berkaitan dengan sistem reproduksi, kehamilan, melahirkan,

nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40

hari, bseserta keluarganya yang berfokus pada pemenuhan

kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan

psikososial menggunakan pendekatan proses keperawatan.

Keperawatan ibu memberikan asuhan keperawatan holistik

dengan selalu menghargai klien dan keluarganya serta

menyadari bahwa klien dan kelularganya berhak menentukan

perawatan yang sesuai untuk dirinya.

d. Ruang Lingkup Maternitas

Keperawatan maternitas mencakup, kesehatan

reproduksi dan perinatal care (prenatal, intranatal, postnatal

dan neonates) dan berfokus pada ibu, anak serta keluarga baik

sehat (fisiologis) maupun sakit (patologis) dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan secara preventif

dan supportif. Adapun lingkup keperawatan maternitas

(Wahyuningsih, 2019):

1) Berfokus pada pemenuhan kebutuhan klien dalam

mengadakan adaptasi terhadap perubahan fisik dan

psikososial dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan

keluarga.
10

2) Pendekatan dilakukan kepada keluarga sebagai satu

kesatuan

3) Kegiatan yang dilakukan meliputi : kegiatan mendidik,

advokasi, dan melakukan tindakan keperawatan dalam

mengatasi masalah klien dalam menghadapi kehamilan,

persalinan, kelahiran, nifas, juga memberikan konsultasi

tentang perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan,

perawatan bayi baru lahir sampai usia 40 hari menuju

kemandirian dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain

untuk masalah yang butuh penanganan medis

4) Dalam menjalankan perannya, perawat mengadakan

interaksi dengan klien untuk :

a) Mengkaji masalah kesehatan dan sumber-sumber yang

ada pada klien, keluarga dan masyarakat

b) Merencanakan dan melaksanakan tindakan untuk

mengatasi masalah-masalah klien, keluarga dan

masyarakat

c) Memberikan dukungan pada potensi yang dimiliki klien

dengan tindakan kepercayaan yang tepat

5.) Keberhasilan penerapan asuhan memerlukan kerjasama tim

yang terdiri dari klien, keluarga, petugas kesehatan dan

masyarakat
11

e. Peran Perawat Maternitas

Menurut (Nasution, 2015) ada lima peran tindakan

keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat maternitas,

yaitu memberi pelayanan (care giver), pendidik (Educator),

pelindung pasien (advocator), pembaharu (change agent),

peneliti.

1) Memberi pelayanan (Care girver)

Peran perawat sebagai care girver yaitu

memberikan pelayanan keperawatan kepada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan masalah

keperawatan yang terjadi dari masalah yang bersifat

sederhana sampai masalah yang sifat kompleks. Peran

perawat maternitas sebagai care giver pada ibu post partum

untuk mengurangi nyeri pembengkakan payudara dapat

dilakukan perawat maternitas yaitu dengan memberikan

kompres daun kubis dingin.

2) Pendidik (Educator)

Peran perawat sebagai pendidik klien yaitu

membatu klien dalam meningkatkan kesehatan dengan

memberikan pengetahuan yang berhubungan dengan

masalah keperawatan dan tindakan medis yang diterima

oleh klien, sehingga klien dan keluarga menerima tanggung

jawab mengenai hal yang diketahui. Peran perawat


12

maternitas sebagai educator diharapkan dapat membantu

memberikan pengetahuan kepada ibu post partum mengenai

bagaimana cara mengurangi nyeri pembengkakan payudara

dengan kompres daun kubis dingin

3) Pelindung Pasien (Advocate)

Peran perawat sebagai advokat atau pelindung klien,

yaitu membantu mempertahankan lingkungan yang aman

bagi klien dan membantu klien dalam mengambil

keputusan untuk menghindari terjadinya sebuah kecelakaan

dan melindungi klien dari efek yang tidak diinginkan yang

berasal dari prosedur diagnostik atau pengobatan tertentu.

Peran perawat sebagai advocate harus menjadi pembela

bagi ibu post partum dan keluarga untuk mendapatkan hak

dan perlakuan yang sama dengan orang lain.

4) Pembaharu (Change Agent)

Sebagai pembaharu, perawat menggadakkan invasi

dalam cara berfikir, bersikap, bertingkah laku dan

meningkatkan keterampilan klien atau keluarga agar

menjadi sehat. Peran perawat maternitas sebagai chage

agent yaitu melakukan pembaharuan intervensi non

farmakologi yang mudah di lakukan ibu post partum

dirumah.

5) Peneliti
13

Peran perawat sebagai peneliti merupakan perawat

yang menyelidiki atau meneliti fenomena yang sedang

terjadi di dalam masyarakat yang dirancang secara

sistematis untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu

pelayanan kesehatan. Peran perawat maternitas sebagai

peneliti yaitu menyelidiki masalah yang terjadi pada ibu

post partum.

2. Konsep Bayi Baru Lahir

a. Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir

mengalami proses kelahiran, berusia 0-28 hari, BBL memerlukan

penyesuaian fisiologis berupa maturase, adaptasi (menyesuaikan

diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstrauterain) dan

toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik (Marmi, 2015).

Bayi baru lahir (BBL) normal merupakan bayi yang lahir

dengan kehamilan 37-42 minggu dan berat lahir 2.500-4.000 gram.

Bayi baru lahir mengalami penurunan suhu tubuh karena

kehilangan panas empat kali lebih besar dari orang dewasa yang

menyebabkan hipotermi (Hutagaol, 2014).

Ciri-ciri bayi normal adalah, sebagai berikut :

1) Berat badan 2.500-4.000 gram.

2) Panjang badan 48-52 cm.

3) Lingkar dada 30-38.


14

4) Lingkar kepala 33-35.

5) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.

6) Pernapasan ± 40-60 kali/menit.

7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan

cukup.

8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna.

9) Kuku agak panjang dan lemas.

10) Genetalia : pada perempuan labia mayora sudah menutupi

labia minora, dan pada laki-laki testis sudah turun dan skrotum

sudah ada.

11) Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

12) Refleks moro atau gerak memeluk jika dikagetkan sudah baik.

13) Refleks grap atau menggenggam sudah baik.

14) Eliminasi baik, mekonium keluar 24 jam pertama, mekonium

berwarna hitam kecoklatan (Tando, 2016).

b. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir

Menurut Sondakh (2017) perubahan fisiologis pada bayi

baru lahir adalah :

1) Perubahan pada sistem pernapasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30

detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat

aktivitas normal sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu


15

oleh beberapa rangsangan lainnya. Frekuensi pernapasan bayi

baru lahir berkisar 30-60 kali/menit.

2) Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan

terjadi peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan

karbondioksida akan mengalami penurunan. Hal ini

mengakibatkan terjadinya penurunan resistansi pembuluh darah

dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan ductus

arteriosus tertutup.

3) Perubahan termoregulasi dan metabolik

Sesaat sesudah lahir, bila bayi dibiarkan dalam suhu

ruangan 25ºC, maka bayi akan kehilangan panas melalui

evaporasi, konveksi, konduksi, dan radiasi. Suhu lingkungan

yang tidak baik akan menyebabkan bayi menderita hipotermi

dan trauma dingin (cold injury).

4) Perubahan Sistem Neurologis

Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis

belum berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan

gerakan-gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang

labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada

ekstremitas.

5) Perubahan Sistem Gastrointestinal


16

Kadar gula darah tali pusat 65 mg/100 ml akan

menurun menjadi 50 mg/100 ml dalam waktu 2 jam sesudah

lahir, energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam

pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam

lemak sehingga kadar gula akan mencapai 120 mg/100 ml.

6) Perubahan Ginjal

Sebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam pertama

setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah

itu mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam.

7) Perubahan Hati

Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang

essensial untuk pembekuan darah. Hati juga mengontrol jumlah

bilirubin tak terkonjugasi yang bersirkulasi, pigmen berasal

dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan

sel-sel darah merah.

8) Perubahan Imun

Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme

penyerang dipintu masuk. Imaturitas jumlah sistem pelindung

secara signifikan meningkatkan resiko infeksi pada periode

bayi baru lahir.

c. Masalah yang terjadi pada Bayi Baru Lahir

1) Bayi rewel
17

Bayi rewel atau menangis tidak selalu karena lapar.

Rewel bisa disebabkan mengompol, kepanasan/kedinginan,

terlalu lelah atau ingin tidur, ingin ditimang atau mendengar

suara ibunya, merasa sendiri, atau memang ada yang tidak

nyaman/nyeri pada tubuhnya. Terkadang kandungan susu sapi

(susu, biskuit, roti dan lainnya) atau kafein (teh, kopi, coklat)

pada makanan/minuman ibu juga dapat menjadi penyebabnya.

Susu sapi memicu alergi, sementara kafein dapat membuat bayi

sulit tidur dan gelisah. Cari penyebab bayi rewel, berikan

dukungan dan rasa percaya diri pada ibu.

2) Bayi kolik

Bayi kolik ditandai dengan tangisan bayi begitu keras

tanpa sebab yang jelas dan amat sulit ditenangkan disertai

gerakan bayi menekukkan kakinya ke arah perut atau berusaha

menggerakkan/mengangkat punggungnya. Kolik kerap

dikaitkan dengan masalah pada saluran cerna bayi, alergi

makanan atau masalah psikologis bayi dan keluarga. Bila pada

pemeriksaan semua hal didapati dalam batas normal, tangisan

akan berkurang pada usia 3 bulan dan akhirnya akan

menghilang dengan sendirinya. Pertumbuhan bayi kolik

umumnya normal.

3) Gumoh
18

Gumoh normal dialami oleh sebagian besar bayi pada

usia 0-12 bulan. Gumoh bukan muntah. Gumoh yaitu keluarnya

sebagian isi lambung tanpa didahului rasa mual dan tanpa

peningkatan tekanan dalam perut bayi. Isi lambung mengalir

keluar begitu saja. Bayi kurang bulan umumnya lebih sering

mengalami gumoh dibanding bayi cukup bulan.

4) Hidung tersumbat

Hidung tersumbat adalah keluhan yang umum dijumpai

sehari-hari pada usia 0-3 bulan. Bayi mutlak bernapas melalui

hidung, sehingga sedikit saja ada sumbatan di lubang

hidungnya yang masih amat kecil itu, maka gejala hidung

tersumbat akan segera terdengar. Hidung tersumbat dapat

disebabkan oleh pilek yang sebagian besar disebabkan oleh

virus atau peradangan ringan akibat polusi udara (asap rokok,

asap dalam rumah). Virus bersifat self limitted disease atau

sembuh sendiri.

5) Hipotermia

Hipotermia cenderung terjadi pada masa transisi pada

bayi baru lahir. Masa transisi bayi merupakan masa yang

sangat kritis pada bayi dalam upaya untuk dapat bertahan

hidup. Bayi baru lahir harus beradaptasi dengan kehidupan di

luar uterus yang suhunya jauh lebih dingin bila dibandingkan

suhu didalam uterus yang relatif lebih hangat sekitar 37˚C.


19

Kemampuan bayi baru lahir tidak stabil dalam mengendalikan

suhu secara adekuat, bahkan jika bayi lahir saat cukup bulan

dan sehat sehingga sangat rentan untuk kehilangan panas

3. Konsep Hipotermi

a. Definisi Hipotermi

Hipotermi adalah penurunan suhu inti tubuh menjadi <

35ºC (atau 95ºF) secara involunter. Lokasi pengukuran suhu inti

tubuh mencakup rektal, esofageal, atau membran timpani, yang

dilakukan secara benar (Tanto, 2014).

Menurut Setiati (2014), hipotermia disebabkan oleh

lepasnya panas karena konduksi, konveksi, radiasi, atau evaporasi.

Hipotermia adalah keadaan suhu tubuh dibawah 35ºC, dan dapat

dikategorikan sebagai berikut:

1) Hipotermia ringan : 32-35ºC

2) Hipotermia sedang : 28-32ºC

3) Hipotermia berat : di bawah 28ºC

Mekanisme terjadinya hipotermi :

1) Radiasi

Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat

bayi ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur

tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi, contohnya bayi

ditempatkan dekat jendela yang terbuka.

2) Konduksi
20

Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak

langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin,

contohnya bayi diletakkan di atas timbangan atau tempat tidur

bayi tanpa alas.

3) Konveksi

Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada

bayi saat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin,

contohnya angin dari kipas angin, penyejuk ruangan tempat

bersalin.

4) Evaporasi

Evaporasi adalah kehilangan panas karena menguapnya

cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena

tubuh tidak segera dikeringkan.

Gambar 2.1 Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir

b. Faktor Penyebab Hipotermi

Penyebab utama terjadinya hipotermia, karena kurangnya

pengetahuan tentang mekanisme kehilangan panas dari tubuh bayi

dan pentingnya mengeringkan bayi secepat mungkin. Lingkungan,


21

berat badan lahir, usia kehamilan, hipoglikemia, sosial ekonomi

serta penanganan petugas juga dapat mempengaruhi terjadinya

hipotermi. Suhu lingkungan yang dingin menyebabkan bayi

membakar cadangan lemak guna memperoleh suhu yang sesuai.

Bayi baru lahir memiliki risiko kehilangan panas tubuh

setelah dilahirkan, sedangkan bayi prematur menjadi lebih rentan

karena mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum sempurna.

Suhu yang dingin dapat menyebabkan tubuhnya secara alamiah

membakar cadangan lemak untuk mendapatkan suhu tubuh yang

sesuai, cadangan yang terbatas ini tidak akan bertahan lama,

sehingga bayi perlu dihangatkan dengan cara dipeluk oleh ibunya,

bersentuhan antara kulit bayi dengan kulit ibu tanpa pelapis apapun

(Nuli, 2017).

c. Tanda-Tanda Bayi Hipotermi

Penurunan suhu pada bayi baru lahir dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu lingkungan, syok, infeksi, kurang gizi, obat-

obatan dan cuaca. Sehingga bayi mengalami mekanisme hilangnya

panas seperti konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi yang

menyebabkan bayi mengalami hipotermia (Yaniedu, 2014). Dan

disertai dengan tanda-tanda hipotermia, seperti :

1) Bayi menggigil

2) Aktivitas berkurang

3) Tangisan melemah
22

4) Kulit tubuh bayi berwarna tidak merata (cutis marmorata)

5) Kaki teraba dingin

d. Penatalaksanaan hipotermi pada bayi baru lahir

1) Pemantauan suhu tubuh bayi secara tepat dan teliti

2) Mengusahakan suhu kamar optimal atau pemakaian selimut

hangat

3) Lampu penghangat

4) Incubator

5) Metode kangguru

6) Metode skin to skin (kontak kulit)

4. Konsep Skin to skin contact (kontak kulit)

a. Definisi skin to skin contact (kontak kulit)

Metode kontak kulit ibu dan bayi (skin to skin contact)

merupakan cara yang dapat menurunkan suhu tubuh bayi. Metode

ini merupakan bentuk interaksi antara orangtua dengan bayinya

yang lebih dikenal dengan perawatan metode Kanguru. Skin to skin

contact dapat menimbulkan dampak positif yang signifikan pada

bayi dan mempengaruhi hubungan orang tua bayi dalam

berinteraksi (Mardi A, 2013).

b. Manfaat skin to skin

Menurut Susilawati (2020) adapun manfaat kontak kulit

bayi ke kulit ibu adalah sebagai berikut :


23

1) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan

menyesuaikan suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan

saat menyusu menurunkan risiko kematian karena hipotermia

(kedinginan)

2) Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu

pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Dengan

demikian, bayi akan lebih jarang rewel sehingga mengurangi

pemakaian energi

c. Penatalaksanaan skin to skin contact (kontak kulit)

Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan

tubuh dan mencegah kehilangan panas dan anjurkan ibu untuk

menyusui bayinya segera setelah lahir sebaiknya pemberian ASI

harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.

Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak

kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat,

tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam satu pakaian (merupakan

teknologi tepat guna baru) disebut Metoda Kanguru. Sebaiknya ibu

menggunakan pakaian longgar berkancing depan (Saifuddin AB,

2014).

d. Posisi bayi saat skin to skin contact (kontak kulit)

1) Posisikan bayi diantara kedua payudara ibu, dada bayi bertemu

dengan dada ibu.


24

Gambar 2.2 posisi awal bayi saat dilakukan skin to skin

2) Kepala dihadapkan pada salah satu sisi dengan posisi sedikit

ekstensi. Posisi ekstensi ini diharapkan dapat mempertahankan

jalan nafas atas tetap terbuka dan mempertahankan kontak mata

dengan ibu. Hindari kepala terlalu hiperekstensi atau fleksi.

Pinggul diposisikan fleksi (frog position) dan lengan juga

diposisikan fleksi. Gunakan gaun panjang dengan ikat

pinggang atau selimut yang berfungsi seperti kantong kanguru

untuk memfiksasi posisi bayi agar tetap aman terutama saat ibu

berdiri. Pastikan fiksasi yang digunakan menutupi dada bayi

dengan batas bawah fiksasi setinggi epigastrium ibu, serta tidak

menghambat pergerakan abdomen bayi. Hal ini bertujuan agar

bayi memiliki ruang yang cukup untuk melakukan pernapasan

abdominal.
25

Gambar 2.3 posisi bayi saat dilakukan skin to skin

3) Berikan petunjuk cara memasukkan dan mengeluarkan bayi

dari kantong. Bila ibu sudah terbiasa, hal ini akan mengurangi

ketakutan untuk melakukannya.

a) Pegang bayi dengan 1 tangan di bawah leher sampai bagian

belakang bayi.

b) Fiksasi dengan lembut rahang bagian bawah untuk

mencegah tertutupnya jalan nafas saat bayi diposisikan

tengkurap.

c) Letakkan tangan lainnya pada bokong bayi

Gambar 2.4 posisi mengeluarkan bayi dari baju


26

e. Standar Operasional Prosedur Skin to Skin Contact (Kontak

Kulit)

1) Pengertian

Metode kontak kulit ibu dan bayi (skin to skin

contact) merupakan cara yang dapat menurunkan suhu tubuh

bayi. Metode ini merupakan bentuk interaksi antara orangtua

dengan bayinya yang lebih dikenal dengan perawatan metode

Kanguru. Skin to skin contact dapat menimbulkan dampak

positif yang signifikan pada bayi dan mempengaruhi hubungan

orang tua bayi dalam berinteraksi (Mardi A, 2013).

2) Tujuan

a) Memperbaiki status metabolisme bayi, regulasi termal, pola

nafas dan saturasi oksigen

b) Mengurangi apnea dan bradikardi

c) Meningkatkan angka berat badan dan produksi ASI

d) Memperpendek hari rawat

e) Berfungsi sebagai analgesik selama prosedur medis yang

menyebabkan nyeri (Lawn, 2016)

3) Persiapan Alat

a) Kain panjang

b) Popok bayi/pampers

c) Topi bayi

d) Alat pengukur tanda vital bayi (termometer, stetoskop, jam)


27

4) Prosedur Pelaksanaan

a) Fase Orientasi

(1) Melakukan salam terapeutik pada responden

Rasonal : Komunikasi terapeutik adalah komunikasi

interpersonal antara perawat dan klien yang dilakukan

secara sadar ketika perawat dan klien saling

memengaruhi dan memperoleh pengalaman bersama

yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah

klien serta memperbaiki pengalaman emosional klien

yang pada akhirnya mencapai kesembuhan klien

(Anjaswarni, 2016).

(2) Melakukan informed consent

Rasional : Sebelum menjalani prosedur medis atau

perawatan kesehatan lainnya, seorang dokter atau

petugas kesehatan harus menyampaikan informed

consent yaitu memberitahu pasien tentang sifat

alternatif dan resiko dari prosedur medis yang akan

dilakukan. Setelah menerima informasi, pasien dapat

menyetujui atau menolak prosedur medis tersebut (The

Joint Commision, 2016).

b) Fase Kerja

(1) Mempersiapkan ruangan dan menyiapkan alat


28

Rasional : Mengatur ruang perawatan dan peralatannya

demi kelancaran pelaksanaan pemberian pelayanan

kepada pasien dan menumbuhkan kepercayaan dan

kesan baik dalam diri pasien dan keluarganya maupun

masyarakat (Tambajong, F, K, 2014).

(2) Mencuci tangan

Rasional : Salah satu tindakan sanitasi dengan

membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air

dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan

memutuskan mata rantai kuman (Kementrian

Kesehatan RI, 2014).

(3) Mengukur tanda-tanda vital bayi (suhu, nadi,

pernafasan)

Rasional : Suatu cara untuk mendeteksi adanya

perubahan sistem tubuh, mengetahui kondisi dan

perkembangan vital sign pasien, mengetahui frekuensi,

irama pernafasan, frekuensi nadi, tekanan darah, dan

untuk mengetahui adanya kelainan pada pasien (Yus

wandi, 2017).

(4) Membuka pakaian bayi kecuali popok

Rasional : Agar semakin luas kontak kulit yang terjadi

antara ibu dan bayi (Upahita, D, 2020).


29

(5) Ajarkan ibu cara memasukkan dan mengeluarkan bayi

dari gendongan dengan cara memegang bayi dengan

satu tangan di belakang leher hingga punggung, topang

bagian dagu dengan jari-jari agar kepala bayi tidak

tertekuk.

(6) Masukkan kaki bayi pada bagian bawah gendongan

kanguru yang sudah disediakan

(7) Letakkan bayi diantara payudara dengan posisi tegak,

dada bayi menempel ke dada ibu

Rasional : Agar dada ibu dan bayi bertemu, posisi yang

dekat dengan payudara ibu dapat merangsang produksi

ASI (Upahita, D, 2020).

(8) Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau

gendongan kanguru dengan menyilangkan kain bagian

atas dibawah ketiak dan diatas bahu ibu kemudian

diikat. Kedua ujung kain bagian bawah dilingkarkan

kebelakang dan ujung-ujungnya diikatkan. Kain bagian

atas dibawah telinga bayi.

Rasional : Agar bayi tidak jatuh ketika ibu berdiri.

Jangan ikat kain terlalu kencang agar bayi masih

memiliki cukup ruang untuk bernapas (Upahita, D,

2020).
30

(9) Kepala bayi dipalingkan ke sisi kiri atau kanan dengan

posisi agak tengadah (ekstensi) untuk menjaga saluran

nafas terbuka.

Rasional : Bertujuan untuk menjaga saluran nafas bayi

tetap terbuka dan juga untuk memungkinkan bayi dan

ibu melakukan kontak mata (Upahita, D, 2020).

(10) Posisi kaki seperti posisi kodok, tangan dalam posisi

fleksi

(11) Kenakan topi bayi

Rasional : Untuk menjaga suhu tubuh bayi tetap stabil,

berbeda dengan orang dewasa yang tubuhnya bisa lebih

fleksibel menyesuaikan suhu panas atau dingin, tubuh

bayi belum bisa melakukannya secara otomatis

(Octama, C, 2018).

d) Fase Terminasi

(1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan

Rasional : Evaluasi merupakan pengawasan manajerial

untuk mendapat hasil yang sesungguhnya dibandingkan

dengan hasil yang diharapkan.oleh karena itu evaluasi

sangat di butuhkan setelah kita melakukan pengkajian,

diagnosis, perencanaan, dan pelaksanaan (Ronita

Jayanti, 2018)

(2) Berpamitan dengan klien


31

Rasional : Berpamitan merupakan salah satu bagian

dari komunikasi terapeutik fase terminasi, dalam hal ini

perawat harus dapat mengetahui keberhasilan dirinya

dalam mencapai tujuan dari terapi yang telah diberikan

dan ungkapan perasaan dari klien. Berpamitan juga

merupakan salah satu bentuk kesopanan yang

ditunjukkan seseorang untuk mengakhiri sebuah

interaksi (Kementerian Kesehatan RI, 2016)


32

B. Kerangka Konsep Penelitian

Bayi Baru Lahir


Tanda-tanda bayi
hipotermi : Mekanisme
kehilangan panas :
1.Bayi menggigil Hipotermi
2.Aktivitas 1. Radiasi
berkurang 2. Konduksi
3.Tangisan melemah 3. Konveksi
4.Kulit tubuh 4. Evaporasi
Faktor terjadinya
berwarna tidak
hipotermi
merata Sumber: Yaniedu
5.Kaki teraba dingin (2014)

Sumber: Yaniedu
(2014)

Literature Review :
Pengaruh skin to skin
contact (kontak kulit) untuk
mencegah terjadinya
hupotermi pada bayi baru
lahir

SOP Intervensi skin to skin contact


(kontak kulit) untuk mencegah
terjadinya hipotermi pada bayi baru
lahir

Sumber : Roesli (2018); Yaniedu (2014)


Skema 2.1 Kerangka Konseptual
BAB III
METODELOGI

A. Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam pengembangan SOP intervensi

skin to skin contact (kontak kulit) pada ibu terhadap suhu tubuh bayi baru

lahir adalah Literature Review. Literature review pada penulisan ini

digunakan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat dalam

upaya mengurangi hipotermi pada suhu tubuh bayi baru lahir.

Literature review adalah suatu kerangka, konsep atau orientasi

untuk melakukan analisis dan klasifikasi fakta yang dikumpulkan dalam

penelitian yang dilakukan. Sumber-sumber rujukan (buku, jurnal, majalah)

yang diacu hendaknya relevan dan terbaru (state of art) serta sesuai

dengan yang terdapat dalam pustaka acuan. Tujuan melakukan literature

review adalah untuk mendapatkan landasan teori yang bisa mendukung

pemecahan masalah yang sedang diteliti. Teori yang didapatkan

merupakan langkah awal agar peneliti dapat lebih memahami

permasalahan yang sedang diteliti dengan benar sesuai dengan kerangka

berpikir ilmiah (Zuliyanti & Nurliana, 2019).

B. PDSA (Plan, Do, Study, Act)

1. Plan

a. Pengkajian terkait penyebab hipotermi pada bayi baru lahir

33
34

b. Menentukan rencana asuhan keperawatan pada masalah

keperawatan hipotermi berupa intervensi skin to skin contact

(kontak kulit)

c. Menentukan kriteria pasien bayi baru lahir yang dapat diberikan

asuhan keperawatan berupa intervensi skin to skin contact (kontak

kulit)

Adapun kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karekteristik atau persyaratan umum

yang diharapkan peneliti untuk bisa memenuhi subjek

penelitian (Sani, 2018). Adapun kriteria inklusi penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a) Bayi baru lahir normal

b) Bayi dengan nilai APGAR 7-10 (asfiksia ringan/normal)

c) Ibu dengan primigravida

d) Ibu bayi bersedia menjadi responden dan dilakukan skin to

skin

e) Bertempat tinggal yang terjangkau dari peneliti

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi adalah suatu karakteristik dari populasi yang

dapat menyebabkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi

namun tidak dapat disertakan menjadi subjek penelitian (Sani,

2018) antara lain:


35

a) Orangtua bayi baru lahir yang tidak bersedia mengikuti

penelitian

b) Bayi baru lahir yang tidak mengalami hipotermi

c) Bayi baru lahir yang memiliki riwayat gangguan kesehatan

dan penyakit setelah kelahiran

2. Do

Penulis mengembangkan SOP berupa intervensi skin to skin contact

(kontak kulit) pada bayi baru lahir dengan masalah hipotermi

3. Study

a. Penulis melakukan study literature terkait intervensi skin to skin

contact (kontak kulit) pada bayi baru lahir dengan hipotermi

b. Penulis menganalisis hasil pencarian literature review terkait

intervensi skin to skin contact (kontak kulit) pada bayi baru lahir

dengan hipotermi

c. Penulis mencari jurnal atau teori pendukung sebagai bentuk

rasionalisasi asuhan keperawatan dalam setiap proses atau langkah

pada SOP yang penulis kembangkan.

4. Act

SOP ini akan dijadikan sebagai panduan dalam memberikan intervensi

skin to skin contact (kontak kulit) pada bayi baru lahir dengan masalah

keperawatan hipotermi, agar hasil yang didapatkan menjadi jauh lebih

efektif dan efisien.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil penelusuran Literature Review

Adapun hasil penelusuran Literature Review yang terdiri dari 5 jurnal

antara lain :

Tabel 4.1
Hasil Penelusuran Literature Review Intervensi Skin To Skin Contact
(Kontak Kulit) Pada Ibu Terhadap Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir
Judul Metode
No Peneliti Intervensi Hasil
Penelitian Penelitian
1. Pengaruh Heni Dilakukan - Menjelaskan Pemberian
Skin To Purwanin pada 14 standar intervensi
Skin gsih & bayi dengan operasional melakukan
Contact Widuri, total prosedur skin to skin
(PMK) 2019 sampling. (SOP) contact
Terhadap Instrumen - mengukur berpengaruh
Penurunan digunakan suhu axila pada suhu
Suhu berupa tubuh bayi
Tubuh termometer
Pada Bayi digital axila
dan Standar
Operasional
Prosedur
(SOP) Skin
to Skin
Contact.
2. Efektifitas Fenny Dilakukan Mengisi Pemberian
Metode Fernando pada 13 lembar metode
Kanguru & Ayu bayi dengan observasi, lalu kanguru
Terhadap Gusti, total setelah 24 jam berpengaruh
Suhu Pada dkk, sampling. kemudian pada suhu
Bayi Berat 2019 Instrumen bayi tubuh bayi.
Lahir digunakan dilakukan
Rendah berupa metode PMK
(BBLR) lembar kemudian
observasi dilakukan
yang berisi pengukuran
data tentang suhu aksila.

36
37

Judul Metode
No Peneliti Intervensi Hasil
Penelitian Penelitian
ibu dan Pengukuran
bayi, dan berat badan
hasil dan panjang
pengukuran bayi
suhu tubuh dilakukan
bayi, pada saat satu
termometer jam bayi baru
aksila, lahir.
pengukur
panjang
badan, dan
timbangan
berat badan
3. Pengaruh Suprihati Dilakukan Mengisi Pemberian
Perawatan n, K, pada 15 lembar Metode
Metode 2016 bayi dengan kuisioner dan Kanguru
Kanguru total lembar dengan ayah
Dengan sampling. observasi, lalu berpengaruh
Ayah Instrumen setelah 24 jam pada suhu
Terhadap yang kemudian tubuh bayi.
Suhu digunakan bayi
Tubuh berupa dilakukan
Ayah dan termometer Metode
Bayi digital axila Kanguru
untuk kemudian
mengukur dilakukan
suhu aksila pengukuran
ayah dan suhu aksila
bayi, ayah dan bayi
kuisioner menggunakan
untuk termometer
mendapatka digital axila
n data mikrolife
tentang
identitas dan
karakteristik
ayah dan
bayi, lembar
observasi
yang
digunakan
untuk
mencatat
suhu tubuh
38

Judul Metode
No Peneliti Intervensi Hasil
Penelitian Penelitian
ayah dan
bayinya.
4. Pengaruh Hutagaol, Dilakukan Pengukuran Selama satu
Inisiasi Darwin, pada 18 yang jam kontak
Menyusui Yantri, bayi dengan dilakukan kulit ke kulit,
Dini (IMD) 2014 total adalah suhu inti dan
Terhadap sampling. pengukuran suhu kulit
Suhu Dan Instrumen suhu aksila, perut
Kehilangan yang suhu kulit, meningkat
Panas Pada digunakan suhu udara, yang
Bayi Baru berupa suhu dingin, mengindikasi
Lahir termoscope kecepatan kan
digital, angin yang keuntungan
termometer dilakukan dalam
infra merah segera setelah pencegahan
digital, lahir dan satu kehilangan
flowmeter, jam setelah panas. Selama
termometer kelahiran. bayi berada
dinding, Berat badan dalam bedong
nomogram dan panjang dan jauh dari
duBois, badan bayi ibu dapat
papan diukur satu terjadi
pengukur jam setelah penurunan
panjang kelahiran. suhu tubuh
badan, Baik bayi pada bayi
timbangan yang baru lahir.
berat badan dilaksanakan
bayi IMD maupun
kontrol akan
diberikan
pakaian/bedon
g, dengan 1
lapis bedong,
1 lapis kain
segitiga dan 1
buah topi
kain.
5. Pengaruh Mustya, Dilakukan Pertama Hasil ini rata-
Metode M & pada 15 mengumpulka rata tingkat
KMC Fitriahadi bayi dengan n responden suhu tubuh
tehadap , E, 2017 total dalam suatu sesudah
Suhu sampling. tempat untuk dilakukan
Tubuh Instrumen selanjutnya metode KMC
BBL di yang dilakukan lebih baik
39

Judul Metode
No Peneliti Intervensi Hasil
Penelitian Penelitian
RSU PKU digunakan perawatan dibandingkan
Muhamma berupa metode KMC, dengan rata-
diyah termometer kemudian rata sebelum
Bantul suhu aksila, peneliti dilakukan
kain, dan mengajarkan metode KMC,
baju untuk prosedur yang
perawatan KMC, lalu sebelumnya
metode melakukan sebagian
kanguru, air pengukuran besar
savlon, air suhu tubuh mengalami
sabun, pada hipotermia
aquades, responden ringan
tissue, sebelum menjadi
kapas, DTT. diberikan normal. Hal
Selain itu metode KMC ini
juga yang dicatat membuktikan
menggunak di lembar bahwa metode
an status observasi, KMC
pasien, setelah itu mempunyai
lembar isian melakukan manfaat untuk
data sempel, pemberian mengurangi
lembar metode KMC tingkat
kesediaan sebanyak satu hipotermia
menjadi kali dalam yang dialami.
responden sehari dengan
dan lembar kurun waktu
observasi 15 menit
untuk sampai 30
mencatat menit
hasil terhadap
pengukuran responden.
suhu badan Setelah
bayi. selesai
melakukan
metode KMC,
kembali
melakukan
pengukuran
suhu tubuh
terhadap
responden
lalu dicatat di
lembar
observasi
40

Judul Metode
No Peneliti Intervensi Hasil
Penelitian Penelitian
untuk
mengetahui
ada tidaknya
pengaruh
metode KMC
pada BBL

2. Pengembangan protokol Intervensi Skin To Skin Contact (Kontak

Kulit) Pada Ibu Terhadap Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir

Tabel 4.2
Pengembangan protokol Intervensi Skin To Skin Contact (Kontak
Kulit) Pada Ibu Terhadap Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir
No SOP Rasionalisasi
1. Melakukan salam terapeutik pada Komunikasi terapeutik
responden adalah komunikasi
interpersonal antara perawat
dan klien yang dilakukan
secara sadar ketika perawat
dan klien saling
memengaruhi dan
memperoleh pengalaman
bersama yang bertujuan
untuk membantu mengatasi
masalah klien serta
memperbaiki pengalaman
emosional klien yang pada
akhirnya mencapai
kesembuhan klien
(Anjaswarni, 2016).

2. Memberikan informed consent Sebelum menjalani prosedur


medis atau perawatan
kesehatan lainnya, seorang
dokter atau petugas
kesehatan harus
menyampaikan informed
consent yaitu memberitahu
pasien tentang sifat alternatif
dan resiko dari prosedur
41

No SOP Rasionalisasi
medis yang akan dilakukan.
Setelah menerima informasi,
pasien dapat menyetujui
atau menolak prosedur
medis tersebut (The Joint
Commision, 2016).

3. Melakukan wawancara kepada wawancara adalah suatu


responden teknik pengumpulan data
yang penting karena teknik
ini membantu peneliti
mendapatkan informasi
secara mendalam dan
memahami suatu situasi atau
masalah (Rosaliza, 2015).

4. Memepersiapkan ruangan dan Mengatur ruang perawatan


menyiapkan alat dan peralatannya demi
kelancaran pelaksanaan
pemberian pelayanan kepada
pasien dan menumbuhkan
kepercayaan dan kesan baik
dalam diri pasien dan
keluarganya maupun
masyarakat (Tambajong, F,
K, 2014).

5. Mencuci tangan Salah satu tindakan sanitasi


dengan membersihkan
tangan dan jari jemari
menggunakan air dan sabun
oleh manusia untuk menjadi
bersih dan memutuskan
mata rantai kuman
(Kementrian Kesehatan RI,
2014).

6. Mengukur tanda-tanda vital bayi Suatu cara untuk mendeteksi


(suhu, nadi, pernafasan) adanya perubahan sistem
tubuh, mengetahui kondisi
dan perkembangan vital sign
pasien, mengetahui
frekuensi, irama pernafasan,
frekuensi nadi, tekanan
42

No SOP Rasionalisasi
darah, dan untuk mengetahui
adanya kelainan pada pasien
(Yus wandi, 2017).

7. Membuka pakaian bayi kecuali popok Agar semakin luas kontak


kulit yang terjadi antara ibu
dan bayi (Upahita, D, 2020).
8. Memasukkan bayi ke dalam Agar dada ibu dan bayi
gendongan kanguru yang sudah bertemu, posisi yang dekat
disediakan dan letakkan bayi diantara dengan payudara ibu dapat
payudara dengan posisi tegak, dada merangsang produksi ASI
bayi menempel ke dada ibu (Upahita, D, 2020).

9. Posisi bayi diamankan dengan kain Agar bayi tidak jatuh ketika
panjang atau gendongan kanguru ibu berdiri. Jangan ikat kain
dengan menyilangkan kain bagian atas terlalu kencang agar bayi
dibawah ketiak dan diatas bahu ibu masih memiliki cukup ruang
kemudian diikat untuk bernapas (Upahita, D,
2020).

10. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kiri Bertujuan untuk menjaga


atau kanan dengan posisi agak saluran nafas bayi tetap
tengadah (ekstensi) terbuka dan juga untuk
memungkinkan bayi dan ibu
melakukan kontak mata
(Upahita, D, 2020).

11. Mengenakan topi bayi Untuk menjaga suhu tubuh


bayi tetap stabil, berbeda
dengan orang dewasa yang
tubuhnya bisa lebih fleksibel
menyesuaikan suhu panas
atau dingin, tubuh bayi
belum bisa melakukannya
secara otomatis (Octama, C,
2018).
43

No SOP Rasionalisasi
12. Melakukan evaluasi tindakan yang Evaluasi merupakan
telah dilakukan pengawasan manajerial
untuk mendapat hasil yang
sesungguhnya dibandingkan
dengan hasil yang
diharapkan.oleh karena itu
evaluasi sangat di butuhkan
setelah kita melakukan
pengkajian, diagnosis,
perencanaan, dan
pelaksanaan (Ronita Jayanti,
2018)

13. Berpamitan dengan klien Berpamitan merupakan


salah satu bagian dari
komunikasi terapeutik fase
terminasi, dalam hal ini
perawat harus dapat
mengetahui keberhasilan
dirinya dalam mencapai
tujuan dari terapi yang telah
diberikan dan ungkapan
perasaan dari klien.
Berpamitan juga merupakan
salah satu bentuk kesopanan
yang ditunjukkan seseorang
untuk mengakhiri sebuah
interaksi (Kementerian
Kesehatan RI, 2016)

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil literature review, skin to skin contact

(kontak kulit) dengan metode kanguru (kangaroo mother care) yaitu

sebuah metode perawatan bayi yang baru lahir dengan cara meletakkan

bayi di dada ibu (skin to skin) untuk menyalurkan kehangatan pada

bayi. Tujuannya kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi dapat
44

menurunkan hilangnya radiasi serta bertujuan untuk mempertahankan

neutral thermal environment/NTE, yaitu kisaran suhu lingkungan

sehingga bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya tetap normal

dengan metabolisme basal minimum dan kebutuhan oksigen terkecil

(Lestari, SA, Septiwi, C, Iswati, N, 2014).

Menurut American Journal of Maternal/Child Nursing, skin

to skin contact yang dilakukan selama minimal 6 jam pada minggu

pertama, dan dilanjutkan setidaknya dua jam pada bulan berikutnya,

mampu memberikan relaksasi dan menumbuhkan rasa keibuan,

sehingga mengurangi postpartum depression yang membahayakan

bagi ibu dan juga bayi. Bila ibu, karena berbagai alasan kesehatan,

tidak mampu melakukan skin to skin, maka ayah dengan teknik yang

sama bisa menggantikan posisi sang ibu (Indri, M, 2017).

Kontak kulit ke kulit segera antara ibu dan bayi atau yang

lebih dikenal dengan skin to skin contact (SSC) merupakan metode

intervensi yang mudah dan dapat diaplikasikan pada ibu yang

melahirkan secara normal maupun bedah besar (Aghdas, 2014). SSC

menjadi salah satu tahap dalam keberhasilan program inisiasi

menyusui dini (IMD) yang secara signifikan dapat meningkatkan BSE

(Breast Self-Efficary) ibu menyusui (Keemer, 2014). Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi SSC terhadap

keyakinan ibu menyusui paska bedah sesar (Dewi, T, Rachmawati, IN,

Sabri, L, 2017).
45

Perawatan dengan metode kanguru (PMK) yaitu dengan

melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu

merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi baru

lahir yang paling mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu,

perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang.

Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung

kesehatan dan keselamatan bayi yang lahir premature maupun yang

aterm. Kehangatan tubuh ibu merupakan sumber panas yang efektif.

Hal ini terjadi bila ada kontak langsung antara kulit ibu dengan kulit

bayi (Parti, Malik, S, Nurhayati, 2020).

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa intervensi skin

to skin contact (kontak kulit) dengan metode kanguru (kangaroo

mother care) yaitu sebuah metode perawatan bayi yang baru lahir

dengan cara meletakkan bayi di dada ibu yang dapat menyalurkan

kehangatan pada bayi, dan efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi

baru lahir yang paling mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu,

perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang.

Skin to skin contact yang dilakukan selama minimal 6 jam pada

minggu pertama, dan dilanjutkan setidaknya dua jam pada bulan

berikutnya, mampu memberikan relaksasi dan menumbuhkan rasa

keibuan, sehingga mengurangi postpartum depression yang

membahayakan bagi ibu dan juga bayi.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Keseimpulan dari hasil pengembangan SOP intervensi skin to

skin contact (kontak kulit) pada suhu tubuh bayi baru lahir dengan

masalah keperawatan hipotermi setelah dilakukan prosedur skin to skin

contact (kontak kulit) antara lain :

1. SOP intervensi skin to skin contact (kontak kulit) dapat dikembangkan

melalui literature review yang dilakukan lima jurnal.

2. Berdasarkan literature review yang dilakukan lima jurnal bahwa

intervensi skin to skin contact (kontak kulit) pada suhu tubuh bayi baru

lahir sebagai pengobatan non farmakologis atau secara alami dapat

mencegah terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir. Intervensi yang

aman dan cukup efektif serta banyak manfaatnya.

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

SOP intervensi skin to skin contact (kontak kulit) pada suhu tubuh bayi

baru lahir dengan masalah keperawatan hipotermi dapat diaplikasikan

kepada masyarakat.

2. Bagi Perkembangan

a. Sebagai acuan atau panduan dalam memberikan skin to skin

contact (kontak kulit) pada bayi baru lahir untuk mencegah

terjadinya hipotermi saat pengambilan data dan penelitian.

46
47

b. Sebagai salah satu sumber informasi bagi pelaksanaan bagi

penelitian bidang keperawatan tentang tindakan keperawatan skin

to skin contact (kontak kulit) untuk mencegah terjadinya hipotermi

pada bayi baru lahir dimasa yang akan datang dalam rangka

meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

SOP skin to skin contact (kontak kulit) dapat digunakan dalam

menangani masalah keperawatan hipotermi pada bayi baru lahir.


DAFTAR PUSTAKA

Ain H. (2019). Buku Saku Standar Operasional Prosedur Tindakan


Keperawatan Anak. Surabaya: Media Sahabat Cendikia.

Anita, DA & Tinah. (2015). Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Kejadian


Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Kebidanan; 7(2):
156-166

Anjaswani T. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan


Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan.

Bobak, Lowdermilk & Jensen. (2015). Buku Ajar Keperawatan


Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC

Chaidir, R. (2016). Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Suhu


Tubuh Bayi Baru Lahir di BPM Padang Panjang. Jurnal
IPTEKS Terapan; 11(1): 20-26

Depkes RI. (2014). Profil Kesehatan Kota Semarang. Diakses pada


tanggal 20 maret 2020 http://www.pip@litbang

Deswani. (2017). Bahan Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta


Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

Dewi T, Rachmawati IN, Sabri L. (2017). Pengaruh Kontak Kulit ke


Kulit Segera Terhadap Keyakinan Ibu Menyusui Paska
Bedah Besar. JKP; 5(2): 136-144

Fernando F, Ningsih AG, Pebrina M, Morika HD. (2019). Efektifitas


Metode Kanguru Terhadap Suhu Tubuh Pada Bayi Berat
Lahir rendah (BBLR). Jurnal Kesehatan Medika Saintika; 10
(1): 32-37

Heriyeni H. (2018). Pengaruh Metode Kanguru Terhadap Stabilitis


Suhu Tubuh Bayi Di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum
Daerah Bengkalis. Menara Ilmu; 12(10): 86-93

Hutagaol HS, Darwin E, Yantri E. (2014). Pengaruh Inisiasi Menyusui


Dini (IMD) Terhadap Suhu dan Kehilangan Panas Pada Bayi
Baru Lahir. Jurnal Kesehatan Andalas; 3(3): 332-338

48
49

Kementrian Kesehatan RI. (2014). Perilaku Mencuci Tangan Pakai


Sabun di Indonesia. Diakses pada tanggal 11 September 2020
http://www.kemkes.go.id
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kusuma, PW & Comalasari, I. (2018). Pengaruh Inisiasi Menyusui
Dini Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Bayi Baru Lahir
di BPM Mastuti Amd. Keb Kecamatan Pardasuka Kabupaten
Pringsewu. Jurnal Kelitbangan Pengembangan Dan Inovasi
IPTEK Kabupaten Pringsewu; 3(2): 127-135

Lestari SA, Septiwi C, Iswati N. (2014). Pengaruh Perawatan Metode


Kanguru/Kangaroo Mother Care Terhadap Stabilitas Suhu
Tubuh Bayi Berat Lahir Rendah di Ruang Peristi RSUD
Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan;10(3):133-
136.

Marmi & Rahardjo, K. (2014). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita Dan


Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Mustiya, M. (2017). Pengaruh Metode KMC Terhadap Suhu Tubuh


Pada BBL di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Tesis,
Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

Nuryanti NZ, Neni MS, Sulistyaningsih. (2018). Asuhan Bidan Dan


Perawat Yang Tepat Mengurangi Risiko Kejadian Hipotermi
Pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan
Aisyiyah; 14(1): 49-58

Parti, Malik S, Nurhayati. (2020). Pengaruh Perawatan Metode


Kanguru (PMK) Terhadap Pencegahan Hipotermi Pada Bayi
Baru Lahir. Jurnal Bidan Cerdas; 2(2):66-71

Purwaningsih, H & Widuri. (2019). Pengaruh Skin To Skin Contact


(PMK) Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Bayi Demam.
Jurnal Perawat Indonesia; 3(1): 79-84

Puspita, W. (2014). Jurnal Asuhan Keperawatan Maternitas.


Yogyakarta: Nuha Medika

Roesli, U. (2014). Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta:


Pustaka Bunda
Ronita Jayanti, (2018). Pentingnya Perawat Melakukan Evaluasi
Setelah Melaksanakan Asuhan Keperawatan.
50

Rosaliza, M. (2015). Wawancara Sebuah Interaksi Komunikasi Dalam


Penelitian Kualitatif. Jurnal Ilmu Budaya, 11(2), 71-79

Saifuddin, AB. (2014). Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sastroasmoro, S & Ismael, S. (2014). Dasar-Dasar Metodologi


Penelitian Klinis Edisi Ke-5. Jakarta: Sagung Seto

Sauhur HH, Darwin E, Yantri E. (2014). Pengaruh Inisiasi Menyusui


Dini Terhadap Suhu Dan Kehilangan Panas Pada Bayi Baru
Lahir. Jurnal Kesehatan Andalas; 3(3): 332-338

Siregar, AZ & Harahap, N. (2019). Strategi dan Teknik Penulisan


Karya Tulis Ilmiah dan Publikasi. Jakarta: Deepublish.

Sondakh, JJ. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru


Lahir. Malang: Erlangga.

Suprihatin K. (2016). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru dengan


Ayah Terhadap Suhu Tubuh Ayah dan BBLR. Jurnal
Keperawatan; 9(1): 41-45

Tando. (2016). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Anak Balita.


Jakarta: EGC.
The Joint Commission (2016, February). Informed consent: More than
getting a signature. Diperoleh dari
https://www.jointcommission.org/resources/news-and-
multimedia/newsletters/newsletters/quick-safety/quick-
safety--issue-21-informed--consent-more-than-getting-a-
signature/informed-consent-more-than-getting-a-signature/
Upahita, D. (2020). Metode Kanguru Untuk Bayi Berat Lahir Rendah.
Jakarta: CV Budi Utama
Vivi, PF. (2017). Pentingnya Melakukan Pengukuran Suhu Tubuh
Pada Bayi Baru Lahir Untuk Mengurangi Hipotermi. Jurnal
Ilmiah Bidan; 11(2): 9-12

Wagiyo & Putrono. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal,


Intranatal, dan Bayi Baru Lahir Fisiologis dan Patologis.
Edisi 1. Yogyakarta: ANDI.

Wahyuni, S. (2014). Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita: Penuntun


Belajar Praktik Klinik. Jakarta: EGC.
51

Yaniedu. (2014). Mekanisme Kehilangan Panas. Jurnal Ilmiah


Keperawatan; 7(4): 15-19

Yongki, dkk. (2014). Asuhan Pertumbuhan Kehamilan Dan


Persalinan, Neonatus, Bayi Dan Balita. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Yunanto, A. (2014). Termoregulasi. Jakarta: IDAI.


Zuliyanti Amelia. S & Nurliana H, (2019). Strategi dan Teknik
Penulisan Karya Tulis Ilmiah dan Publikasi. Ngalik. Sleman:
CV Budi Utama.
LAMPIRAN
Lampiran 1

Hasil Uji Plagiat


Lampiran 2

Rencana Kegiatan Penelitian

JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI


NO KEGIATAN 2020 2020 2020 2020 2020
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Penyusunan Proposal
3 Pengumpulan Proposal
4 Ujian Proposal
5 Revisi Proposal
6 Uji Etik
7 Praktek Penelitian
Penyusunan Hasil
8
Penelitian
9 Ujian Hasil Penelitian
10 Revisi Hasil Penelitian
Lampiran 3

INFORMED CONSENT (LEMBAR PERSETUJUAN)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Usia :

Pekerjaan :

Alamat :

Dengan ini menyatakan untuk bersedia menjadi subjek penelitian

dalam pemberian intervensi skin to skin contact (kontak kulit) dan

berpartisipasi bila diperlukan dengan senang hati tanpa paksaan, yang

diberikan oleh :

Nama : Liza Septiani

NIRM : 17034

Mahasiswa Akademi Keperawatan Pelni Jakarta

Demikian pernyataan persetujuan ini, saya buat agar dapat digunakan

sebagaimana mestinya.

Jakarta, 25 Agustus 2020

Peneliti Responden

( ) ( )
Lampiran 4

KUISIONER KONTAK KULIT ANTARA IBU DAN BAYI


Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Anak ke :

No Pertanyaan Jawaban Ibu

1. Menurut ibu, apakah kontak kulit


antara ibu dan bayi efektif untuk
menurunkan suhu bayi?

2. Adakah kesulitan pada saat


melakukan kontak kulit?

3. Apakah ibu merasa nyaman saat


melakukan kontak kulit pada bayi?

4. Apakah bayi nyaman dan merasa


tenang saat dilakukan kontak kulit
pada ibu?

5. Apakah ayah ikut aktif dalam


pemberian kontak kulit pada ibu dan
bayi?

Jakarta, 25 Agustus 2020

Responden Peneliti

( ) ( )
Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI HASIL PEMANTAUAN SUHU TUBUH


PADA BAYI BARU LAHIR PRE & POST PEMBERIAN
SKIN TO SKIN CONTACT (KONTAK KULIT)

Nama Ibu :

Nama Bayi :

Jenis kelamin :

Pekerjaan Ibu :

Usia Ibu :

Suhu Bayi
Hari/Tanggal Waktu
Pernafasan Keterangan

Sebelum Sesudah
Lampiran 6

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INTERVENSI


SKIN TO SKIN CONTACT (KONTAK KULIT)
Tujuan 1. Memperbaiki status metabolisme bayi, regulasi termal,
pola nafas dan saturasi oksigen
2. Mengurangi apnea dan bradikardi
3. Meningkatkan angka berat badan dan produksi ASI
Alat dan Bahan  Kain panjang
 Popok bayi/pampers
 Topi bayi
 Alat pengukur tanda-tanda vital (termometer dan stetoskop)
No. SOP Rasionalisasi
1. Melakukan Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara
salam terapeutik perawat dan klien yang dilakukan secara sadar ketika perawat
kepada dan klien saling memengaruhi dan memperoleh pengalaman
responden bersama yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah
klien serta memperbaiki pengalaman emosional klien yang
pada akhirnya mencapai kesembuhan klien (Anjaswarni,
2016).
2. Memberikan Sebelum menjalani prosedur medis atau perawatan kesehatan
informed cosent lainnya, seorang dokter atau petugas kesehatan harus
menyampaikan informed consent yaitu memberitahu pasien
tentang sifat alternatif dan resiko dari prosedur medis yang
akan dilakukan. Setelah menerima informasi, pasien dapat
menyetujui atau menolak prosedur medis tersebut (The Joint
Commision, 2016).
3. Melakukan Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang
wawancara penting karena teknik ini membantu peneliti mendapatkan
kepada informasi secara mendalam dan memahami suatu situasi atau
responden
masalah (Rosaliza, 2015).
4. Menyiapkan Mengatur ruang perawatan dan peralatannya demi kelancaran
ruangan dan pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien dan
menyiapkan alat menumbuhkan kepercayaan dan kesan baik dalam diri pasien
dan keluarganya maupun masyarakat (Tambajong, F, K,
2014).
5. Mencuci tangan Salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan
jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk
menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman
(Kementrian Kesehatan RI, 2014).
6. Mengukur tanda- Suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh,
tanda vital bayi mengetahui kondisi dan perkembangan vital sign pasien,
(suhu, nadi, mengetahui frekuensi, irama pernafasan, frekuensi nadi,
pernafasan) tekanan darah, dan untuk mengetahui adanya kelainan pada
pasien (Yus wandi, 2017).

7. Mmembuka Agar semakin luas kontak kulit yang terjadi antara ibu dan
pakaian bayi bayi (Upahita, D, 2020).

8. Memasukkan Agar dada ibu dan bayi bertemu, posisi yang dekat dengan
bayi ke dalam payudara ibu dapat merangsang produksi ASI (Upahita, D,
gendongan 2020).
kanguru yang
sudah disediakan
dan letakkan
bayi diantara
payudara dengan
posisi tegak,
dada bayi
menempel ke
dada ibu
9. Posisi bayi Agar bayi tidak jatuh ketika ibu berdiri. Jangan ikat kain
diamankan terlalu kencang agar bayi masih memiliki cukup ruang untuk
dengan kain bernapas (Upahita, D, 2020).
panjang atau
gendongan
kanguru dengan
menyilangkan
kain bagian atas
dibawah ketiak
dan diatas bahu
ibu kemudian
diikat
10. Kepala bayi Bertujuan untuk menjaga saluran nafas bayi tetap terbuka dan
dipalingkan ke juga untuk memungkinkan bayi dan ibu melakukan kontak
sisi kiri atau mata (Upahita, D, 2020).
kanan dengan
posisi agak
tengadah
(ekstensi)
11. Mengenakan Untuk menjaga suhu tubuh bayi tetap stabil, berbeda dengan
topi bayi orang dewasa yang tubuhnya bisa lebih fleksibel
menyesuaikan suhu panas atau dingin, tubuh bayi belum bisa
melakukannya secara otomatis (Octama, C, 2018).
12. Melakukan Evaluasi merupakan pengawasan manajerial untuk mendapat
evaluasi hasil yang sesungguhnya dibandingkan dengan hasil yang
tindakan yang diharapkan.oleh karena itu evaluasi sangat di butuhkan setelah
telah dilakukan kita melakukan pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan
pelaksanaan (Ronita Jayanti, 2018)
13. Berpamitan Berpamitan merupakan salah satu bagian dari komunikasi
dengan klien terapeutik fase terminasi, dalam hal ini perawat harus dapat
mengetahui keberhasilan dirinya dalam mencapai tujuan dari
terapi yang telah diberikan dan ungkapan perasaan dari klien.
Berpamitan juga merupakan salah satu bentuk kesopanan yang
ditunjukkan seseorang untuk mengakhiri sebuah interaksi
(Kementerian Kesehatan RI, 2016)
Lampiran 7

CURICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama : Liza Septiani


Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 22 September 1999
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kp. Sanggrahan Rt 004 Rw 003 no. 116
Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan
Kembangan, Jakarta Barat, 11620.
Agama : Islam
Email : lizaseptiani224@gmail.com

DATA PENDIDIKAN

TK : TK Al-Jihad Jakarta
SD : SD Negeri Meruya Utara 12 Pagi Jakarta
SMP : SMP Negeri 197 Jakarta
SMA : SMK Negeri 13 Jakarta
Perguruan Tinggi : D3 Keperawatan Akademi Keperawatan Pelni
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai