Anda di halaman 1dari 94

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMBERIAN KOMPRES DAUN KUBIS DINGIN TERHADAP


PENURUNAN NYERI PEMBENGKAKAN PAYUDARA
PADA IBU POST PARTUM SECTIO CAESAREA

Oleh :
Intan Yuliyana
NIRM: 17030

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA


JAKARTA
2020
PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBERIAN KOMPRES DAUN KUBIS DINGIN TERHADAP
PENURUNAN NYERI PEMBENGKAKAN PAYUDARA
PADA IBU POST PARTUM SECTIO CAESAREA

KARYA TULIS ILMIAH


Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah saatu syarat untuk

memperoleh gelar Ahlimadya Keperawatan

Program studi D-3 Keperawatan

Diajukan oleh:
INTAN YULIYANA
NIRM: 17030

Program studi D3 Keperawatan


AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA
JAKARTA
2020
ABSTRAK

Pada umumnya payudara setelah melahirkan akan membesar keras dan tidak
nyaman karena adanya peningkatan suplai darah ke payudara bersamaan dengan
terjadinya produksi air susu. Pada kondisi ini bersifat normal dan akan
berlangsung selama pada beberapa hari. Ibu post partum dengan sectio caesarea
mempunyai hambatan tiga kali lebih besar dalam proses menyusui di bandingkan
dengan ibu post partum normal. Hal ini di karena ibu tidak dilakukan inisiasi
menyusui dini serta mengalami keterlambatan dalam pemberian ASI. Pembesaran
payudara dapat menimbulkan rasa yang sakit dan membuat ibu post partum
merasa tidak nyaman salah satu intervensi non farmakologi yang mudah
dilakukan yaitu kompres kubis. Tujuan umum dilakukan penulisan ini untuk
mengembangkan SOP pemberian kompres daun kubis dingin terhadap nyeri
pembengkakan payudara pada ibu post partum sectio caesarea. Studi ini
merupakan suatu tinjauan literatur yang mencoba menggali pengaruh pemberian
kompres daun kubis terhadap pembengkakan payudara pada ibu postpartum. Hasil
review dari 5 penelitian menunjukkan kompres daun kubis efektif dalam
mengurangi pembengkakan payudara. Hal ini dikarenakan daun kubis yang
mengandung asam amino metionin, sinigrin (Allylisothiocyanate), minyak
mustard, magnesium, Oxylate heterosides belerang keberhasilan menyusui.efektif
mengurangi pembengkakan payudara, sehingga memperpanjang durasi
menyusui.

Kata Kunci : Ibu Post Partum, Kompres Daun Kubis Dingin, Pembengkakan
Payudara, Sectio Caesarea.

ii
ABSTRACT
In general, the breasts after giving birth will be hard and uncomfortable because
of the increased blood supply to the breasts along with the production of milk.
This condition is normal and will last for several days. Post partum mothers with
sectio caesarea have three times greater barriers to breastfeeding compared to
normal post partum mothers. This is because mothers do not initiate early
breastfeeding and experience delays in breastfeeding. Breast enlargement can
cause pain and make post partum mothers feel uncomfortable. One of the easy
non-pharmacological interventions is a cabbage compress. The general purpose
of this writing is to develop the SOP for giving cold cabbage leaf compresses to
the pain of breast swelling in post partum sectio caesarea mothers. This study is a
literature review that tries to explore the effect of giving cabbage leaf compresses
on breast engorgement in postpartum mothers. The results of a review of 5 studies
show cabbage leaf compresses are effective in reducing breast engorgement. This
is because the cabbage leaves containing the amino acid methionine, sinigrin
(Allylisothiocyanate), mustard oil, magnesium, Oxylate heterosides sulfur are
effective in reducing breast engorgement, thereby extending the duration of
breastfeeding.

Keywords: Breast Engorgement, Cold Cabbage Leaf Compresses, Post Partum


Mother, Sectio Caesarea.

iii
KARYA TULIS ILMIAH
PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBERIAN KOMPRES DAUN KUBIS DINGIN TERHADAP
PENURUNAN NYERI PEMBENGKAKAN PAYUDARA
PADA IBU POST PARTUM SECTIO CAESAREA
Dipersiapkan dan disusun oleh :
INTAN YULIYANA
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 7 Oktober 2020
Susunan Dewan Penguji
Pendamping Utama Ketua Dewan Penguji

Sri Mulyani N.,APP., S.Kep.,MKM Elfira Awalia R.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.An


NRP : 03389 NIDN :0323048305

Pembimbing Pendamping

Nining Hening P.,S.KM.,SSiT.,MKM


NIDN : 0315065802

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Ahlimadya Keperawatan pada program studi
Diploma-3 Keperawatan Akademi Keperawatan PELNI Jakarta
Tanggal 7 Oktober 2020

Sri Atun Wahyuningsih, Ns., M.Kep., Sp. Kep.J


Kaprodi Diploma-3 Akademi Keperawatan PELNI Jakarta

iv
SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME

Saya yang bertanggung jawab di bawah ini dengan sebenarnya

menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini, Saya susun tanpa tindak plagiarisme

sesuai peraturan yang berlaku di Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

Jika dikemudian hari Saya melakukan tindak plagiarisme, Saya

sepenuhnya akan bertanggung jawab dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh

Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

Jakarta, 7 Oktober 2020


Pembuat Pernyataan

Intan Yuliyana

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan judul “Pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP)

pemberian kompres daun kubis dingin terhadap penurunan nyeri pembengkakan

payudara pada ibu post partum sectio caesarea”. Rangkaian penyusunan laporan

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk

mencapai gelar Ahlimadya Keperawatan di Akademi Keperawatan PELNI

Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak/Ibu/Saudara

yang penulis hormati yaitu:

1. Ahmad Samdani, SKM, MPH Ketua Yayasan Samudra Apta.

2. Buntar Handayani, S.Kp, M.Kep., MM, Direktur Akademi Keperawatan

PELNI Jakarta.

3. Sri Atun W., Ns., M. Kep., Sp. J, Kaprodi Akademi Keperawatan PELNI

Jakarta

4. Ns. Elfira Awalia Rahmawati, M.Kep., Sp.Kep.An, ketua dewan penguji

sidang Karya Tulis Ilmiah.

5. Sri Mulyani Nurhayati., APP.,S.Kep., MKM, dosen pembimbing Utama

Karya Tulis Ilmiah.

vi
6. Nining Hening Pramesti, S.KM., SSiT, MKM, dosen pembimbing

Pendamping Karya Tulis Ilmiah.

7. Kedua Orang tua beserta saudara dan keluarga yang telah memberikan

dukungan moral dan doa untuk penyelesaian penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu

keperawatan.

Jakarta, 7 Oktober 2020

Intan Yuliyana

vii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
SURAT PENGESAHAN ....................................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME.............................................................v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................x
DAFTAR BAGAN................................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar belakang .........................................................................................1
B. Rumusan masalah ....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORITIS ............................................................................7
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................................7
1. Konsep Keperawatan Maternitas ......................................................7
2. Konsep Post partum ........................................................................14
3. Masalah- Masalah dalam Menyusui ...............................................24
4. Nyeri Pembengkakan Payudara ......................................................26
5. Susunan Operasional Prosedur Kompres Daun Kubis ...................32
B. Kerangka konsep .................................................................................36
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................37
A. Metodologi ..........................................................................................37
B. Plan, Do, Study and Act (PDSA) ........................................................37
BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................39
A. Hasil ....................................................................................................39

viii
B. Pembahasan .........................................................................................48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................52
A. Kesimpulan..........................................................................................52
B. Saran ....................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................54
LAMPIRAN ...........................................................................................................60

ix
DAFTAR TABEL
Hal.
Table 2.1 Skala pembengkakan payudara menurut Hill and Humerick 30
Tabel 4.1 hasil penelusuran Literature review 39
Tabel 4.2 Pengembangan SOP Intervensi kompres daun kubis dingin terhadap 46
penurunan nyeri pembengkakan payudara

x
DAFTAR BAGAN
Hal.
Bagan 1. Kerangka Konsep 35

xi
DAFTAR SINGKATAN

ASI = Air Susu Ibu


SOP = Standar Operasional Prosedur
WHO = World Health Organization
WUS = wanita pada masa usia subur

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Uji Plagiat


Lampiran 2. Rencana kegiatan penelitian
Lampiran 3. Informed consent
Lampiran 4. Lembar kuesioner
Lampiran 5. Lembar observasi
Lampiran 6. Pedoman prosedur kompres daun kubis dingin
Lampiran 7. Strandar operasional prosedur kompres daun kubis
Lampiran 8. Curriculum Vitae

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada umumnya payudara setelah melahirkan akan membesar keras

dan tidak nyaman karena adanya peningkatan suplai darah ke payudara

bersamaan dengan terjadinya produksi air susu. Pada kondisi ini bersifat

normal dan akan berlangsung selama pada beberapa hari. Menurut penelitian

Yopi (2019) pembesaran payudara dapat menimbulkan rasa yang sakit dan

membuat ibu tidak leluasa dalam menggunakan bra atau membiarkan benda

apapun menyentuh payudara.

Menurut WHO (World Health Organization) kurang lebih 40% ibu

postpartum memilih untuk tidak menyusui dikarenakan mengalami nyeri

pembengkakan payudara mencapai puncak 3 sampai 5 hari post partum dan

seperempat sampai setengah dari wanita tersebut meminum analgesic untuk

meredakan nyeri payudara pada masa nifas (Maryati, 2017).

Di Indonesia angka kejadian bendungan air susu ibu (ASI) pada ibu

post partum berkisar 10%-20% dari populasi ibu post partum. Dimana angka

mobiditas 10% pertahun. Ini menandakan setiap tahun jumlah penderita

bendungan ASI di Indonesia berkisar 2,3 juta dari total ibu post partum

(Mariyati, 2017). Tingkat pembengkakan antara 20% sampai dengan 85% dan

biasa terjadi pada hari-hari pertama pasca persalinan. Sebanyak 10% wanita

mengalami nyeri berat pada payudara hingga 14 hari post partum. Kejadian

1
2

pembengkakan payudara 43,4% dari 145 ibu post partum dan pembengkakan

payudara terjadi 253 kali (48%) lebih tinggi pada primipara (Nina, 2017).

Dari hasil observasi mahasiswa Akademi Keperawatan PELNI Jakarta

yang di mulai pada bulan September 2019 sampai dengan Desember 2019

dengan jumlah mahasiswa 60 selama melaksanakan dinas di ruang Kenari

Rumah Sakit PELNI Jakarta data yang di peroleh terdapat 30 ibu post partum

yang mengalami nyeri pembengkakan payudara dari 60 ibu post partum.

Pada ruang Kenari Rumah Sakit PELNI Jakarta untuk mengurangi

nyeri pembengkakan payudara hanya dengan menggunakan kompres dingin

dan massage. Penatalaksanaan kompres dingin dapat mengurangi rasa sakit

payudara, untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening

lakukan pengurutan payudara yang dimulai dari putting ke arah corpus

(Edmat, 2015). Breast massase dilakukan karena bertujuan memperlancar

sirkulasi darah dan merangsang reseptor di sistem duktus, menyebabkan

duktus menjadi lebar dan lunak, sehingga secara reflekstoris dikeluarkannya

oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior (Sutrisminah, 2015).

ASI yang tidak di berikan secara kontinyu akan mengakibatkan

terjadinya pembengkakan payudara, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah

duktus laktoferus. Selain itu, menggunakan bra yang ketat serta keadaan

putting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.

Apabila tidak ada intervensi yang dilakukan karna adanya pembengkakan

payudara akan menimbulkan putting susu lecet mastitis, dan abses payudara

hingga sampai menimbulkan septicemia (Miftakur, 2019).


3

Ibu post partum dengan sectio caesarea mempunyai hambatan tiga kali

lebih besar dalam proses menyusui di bandingkan dengan ibu post partum

normal. Hal ini di karena ibu tidak dilakukan inisiasi menyusui dini serta

mengalami keterlambatan dalam pemberian ASI. Selain itu, ibu juga

mengalami nyeri, kelelahan dan proses persalinan yang panjang dapat

menyebabkan pembengkakan payudara (Clara, 2016). Hal ini dikarenakan

adanya perubahan hormonal secara cepat yang terjadi dalam tubuh ibu setelah

proses persalinan.

Rasa ketidaknyaman setelah post partum dan trauma setelah

persalinan juga dapat mendukung terjadinya stress post partum. Ibu post

partum yang mengalami stress maka akan terjadi pelepasan adrenalin yang

menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah pada alveoli. Akibatnya terjadi

let-down reflex sehingga air susu tidak mengalir dan mengalami bendungan

ASI. Apabila keadaan ini berlanjut maka dapat mengakibatkan terjadinya

mastitis dan abses payudara (Clara, 2016)

Peran perawat yaitu sebagai pemberi asuhan keperawatan (caregiver),

karena didalam memberikan asuhan keperawatan seorang perawat bukan

saja membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses

penyembuhan, namun berfokus pada kebutuhan kesehatan klien secara

holistik (Jernal, 2020).

Menurut Yuni (2019) salah satu intervensi non farmakologi yang

mudah dilakukan yaitu kompres kubis. Kompres daun kubis pada payudara

yang pembengkakan dapat dilakukan bila kulit payudara tidak ada luka dan
4

tidak alergi sulfa, kompres menjadi efektif dan terlihat hasilnya dalam waktu

1-2 jam sehingga ibu post partum dapat menyusui secara eksklusif dan dapat

meningkatkan kepercayaan diri ibu selama proses menyusui (Arista, 2018).

Daun kubis dapat digunakan sebagai terapi pembengkakan payudara.

Hal ini membantu memperlebar pembuluh darah kapiler sehingga dapat

meningkatkan aliran darah untuk keluar masuk. Daun kubis dapat digunakan

untuk sebuah terapi pembengkakan seperti pembengkakan payudara. Kubis

(Brassia Oleracea Var. Capitata) mengandung asam amino metionin yang

berfungsi sebagai antibiotik, selain itu mengandung sinigrin

(Allylisothiocyanate), minyak mustard, magnesium, oxylate heterosides

belerang. Hal ini akan membantu pelebaran pembuluh darah kapiler sehingga

meningkatkan aliran darah untuk keluar masuk pada daerah payudara, yang

akan membuat tubuh untuk menyerap cairan kembali yang terbendung

didalam payudara. Selain kandungan tersebut, kubis mengandung gel

pendingin yang dapat menyerap panas sehingga memberikan efek nyaman

bagi ibu yang mengalami nyeri pembengkakan payudara (Nina, 2017).

Berdasarkan latar belakang diatas melihat tingginya angka kejadian

dan dampak dari nyeri dan pembengkakan payudara kemudian di dukung dari

berbagai jurnal yang terkait dengan kompres daun kubis dingin maka penulis

tertarik untuk mengembangkan SOP pemberian kompres daun kubis dingin

terhadap nyeri pembengkakan payudara pada ibu post partum sectio caesarea.
5

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Pentingnya penanganan

yang tepat dalam memberikan kompres daun kubis dingin pada ibu post

partum sectio caesarea dengan masalah pembengkakan payudara”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dilakukan penulisan ini untuk mengembangkan SOP

pemberian kompres daun kubis dingin terhadap nyeri pembengkakan

payudara pada ibu post partum sectio caesarea.

2. Tujuan Khusus
a. Mengembangkan SOP pemberian kompres daun kubis dingin terhadap

nyeri pembengkakan payudara pada ibu post partum sectio caesarea.

b. Memberikan gambaran SOP pemberian kompres daun kubis dingin

terhadap nyeri pembengkakan payudara pada ibu post partum sectio

caesarea.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
SOP pemberian kompres daun kubis dingin dapat diaplikasikan

dalam bentuk tindakan non farmakologi pada ibu yang mengalami nyeri

pembengkakan payudara.

2. Bagi Perkembangan Teknologi Ilmu Keperawatan


Sebagai acuan atau panduan dalam memberikan kompres daun

kubis dingin terhadap nyeri pembengkakan payudara pada ibu post partum

sectio casarea saat pengambilan data penelitian.


6

3. Bagi Pelayanan kesehatan


SOP kompres daun kubis dingin dapat digunakan dalam menangani

masalah nyeri pembengkakan payudara pada ibu post partum sectio

caesarea.
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Keperawatan Maternitas
a. Definisi Keperawatan Maternitas
Keperawatan maternitas adalah pemberian layanan kesehatan

yang berkualitas dan profesional yang mengidentifikasi, berfokus dan

beradaptasi dengan kebutuhan fisik dan psikososial ibu bersalin,

keluarga dan bayi baru lahir yang menjadikan keluarga sebagai unit

dasar dalam masyarakat yang memiliki fungsi penting dalam

melahirkan, mengasuh anak dan saling mendukung anggota

keluarganya. Keperawatan maternitas dipusatkan pada keluarga dan

masyarakat dengan memberikan asuhan keperawatan secara holistik.

Semua individu mempunyai hak untuk lahir sehat dengan potensi

optimal mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang

berkualitas atau optimal (Karjayin, 2016).

Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk

pelayanan profesional keperawatan yang ditujukan kepada wanita

pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan sistem reproduksi,

kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru

lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya, berfokus pada

pemenuhan kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik dan

7
8

psikososial untuk mencapai kesejahteraan keluarga dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan (Maria, 2017).

Keperawatan Maternitas adalah pelayanan professional

berkualitas yang di fokuskan pada kebutuhan adaptasi fisik dan

psikososial ibu selama proses konsepsi atau kehamilan, melahirkan,

nifas, keluarga, dan bayi baru lahir dengan menekankan pada

pendekatan keluarga sebagai sentral pelayanan (Wagiyo & Putrono,

2016).

b. Falsafah Keperawatan Maternitas


Menurut Wagiyo dan Putrono (2016) setiap individu

mempunyai hak untuk lahir sehat. Oleh sebab itu, setiap individu

berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Keperawatan maternitas menyakini bahwa peristiwa kelahiran

merupakan proses fisik dan psikis yang normal serta membutuhkan

adaptasi fisik dan psikososial dari individu dan keluarga. Keluarga

perlu didukung untuk memandang kehamilannya sebagai pengalaman

yang positif dan menyenangkan. Upaya mempertahankan kesehatan

ibu dan bayinya sangan membutuhkan partisipasi aktif dari

keluarganya.

Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan

selalu menghargai klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien

dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk


9

dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan

mendidik WUS dan melakukan tindakan keperawatan dalam

mengatasi masalah kehamilan, persalinan dan nifas serta membantu

mendeteksi penyimpangan-penyimpangan secara dini dari keadaan

normal.

Selama kehamilan sampai persalinan dan masa diantara dua

kehamilan, memberikan konsultasi tentang perawatan kehamilan,

pengaturan kehamilan, membantu dalam proses persalinan dan

menolong persalinan normal, merawat wanita masa nifas dan bayi

baru lahir sampai umur 49 hari menuju kemandirian, merujuk kepada

tim kesehatan lain untuk kondisi-kondisi yang membutuhkan

penanganan lebih lanjut.

c. Paradigma Keperawatan Maternitas


Menurut Maria (2017) Paradigma keperawatan pada

keperawatan maternitas meliputi manusia, lingkungan, sehat dan

keperawatan.

1) Manusia

Terdiri dari wanita usia subur wanita pada masa usia subur

(WUS) berkaitan dengan sistem reproduksi, kehamilan,

melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai

umur 40 hari, beserta keluarganya adalah anggota keluarga yang

unik dan utuh, merupakan makhluk bio-psikososial dan spiritual

yang memiliki sifat berbeda secara individual dan dipengaruhi oleh


10

usia dan tumbuh kembangnya. Salah satu tugas perkembangan

wanita adalah pengalaman melahirkan anak yang dapat merupakan

krisis situasi dalam keluarga tersebut apabila tidak mampu

beradaptasi dengan baik.

2) Lingkungan

Sikap, nilai dan perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh

lingkungan budaya dan sosial disamping pengaruh fisik Proses

kehamilan dan persalinan serta nifas akan melibatkan semua

anggota keluarga dan masyarakat. Proses kelahiran merupakan

permulaan suatu bentuk hubungan baru dalam keluarga yang sangat

penting, sehingga pelayanan maternitas akan mendorong interaksi

yang positif dari orang tua, bayi dan anggota keluarga lainnya

dengan menggunakan sumber-sumber dalam keluarga.

3) Sehat

Sehat adalah suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar,

bersifat dinamis dimana perubahan-perubahan fisik dan psikososial

mempengaruhi kesehatan seseorang.setiap indivisu memeiliki hak

untuk lahir sehat sehingga WUS dan ibu memiliki hak untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

4) Keperawatan Ibu

Keperawatan ibu merupakan pelayanan keperawatan

professional yang ditujukan kepada wanita usia subur wanita pada

masa usia subur (WUS) berkaitan dengan sistem reproduksi,


11

kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru

lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya yang berfokus pada

pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan

psikososial dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

Keperawatan ibu memberikan asuhan keperawatan holistik dengan

selalu menghargai klien dan keluarganya serta menyadari bahwa

klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai

untuk dirinya.

d. Ruang Lingkup Keperawatan Maternitas


Keperawatan maternitas mencakup, kesehatan reproduksi

dan perinatal care (prenatal, intranatal, postnatal dan neonates) dan

berfokus pada ibu, anak serta keluarga baik sehat (fisiologis)

maupun sakit (patologis) dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan secara preventif dan supportif. Adapun lingkup

keperawatan maternitas (Wahyuningsih, 2019):

1) Berfokus pada pemenuhan kebutuhan klien dalam mengadakan

adaptasi terhadap perubahan fisik dan psikososial dengan

tujuan untuk mencapai kesejahteraan keluarga.

2) Pendekatan dilakukan kepada keluarga sebagai satu kesatuan

3) Kegiatan yang dilakukan meliputi : kegiatan mendidik,

advokasi, dan melakukan tindakan keperawatan dalam

mengatasi masalah klien dalam menghadapi kehamilan,

persalinan, kelahiran, nifas, juga memberikan konsultasi


12

tentang perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan,

perawatan bayi baru lahir sampai usia 40 hari menuju

kemandirian dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk

masalah yang butuh penanganan medis

4) Dalam menjalankan perannya, perawat mengadakan interaksi

dengan klien untuk :

a) Mengkaji masalah kesehatan dan sumber-sumber yang ada

pada klien, keluarga dan masyarakat

b) Merencanakan dan melaksanakan tindakan untuk mengatasi

masalah-masalah klien, keluarga dan masyarakat

c) Memberikan dukungan pada potensi yang dimiliki klien

dengan tindakan kepercayaan yang tepat

5.) Keberhasilan penerapan asuhan memerlukan kerjasama tim

yang terdiri dari klien, keluarga, petugas kesehatan dan

masyarakat

e. Peran Perawat Maternitas


Menurut (Nasution, 2015) ada lima peran tindakan

keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat maternitas, yaitu

memberi pelayanan (care giver), pendidik (Educator), pelindung

pasien (advocator), pembaharu (change agent), peneliti.

1) Memberi pelayanan (Care girver)

Peran perawat sebagai care girver yaitu memberikan

pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok


13

dan masyarakat sesuai dengan masalah keperawatan yang

terjadi dari masalah yang bersifat sederhana sampai masalah

yang sifat kompleks. Peran perawat maternitas sebagai care

giver pada ibu post partum untuk mengurangi nyeri

pembengkakan payudara dapat dilakukan perawat maternitas

yaitu dengan memberikan kompres daun kubis dingin.

2) Pendidik (Educator)

Peran perawat sebagai pendidik klien yaitu membatu

klien dalam meningkatkan kesehatan dengan memberikan

pengetahuan yang berhubungan dengan masalah keperawatan

dan tindakan medis yang diterima oleh klien, sehingga klien

dan keluarga menerima tanggung jawab mengenai hal yang

diketahui. Peran perawat maternitas sebagai educator

diharapkan dapat membantu memberikan pengetahuan

kepada ibu post partum mengenai bagaimana cara

mengurangi nyeri pembengkakan payudara dengan kompres

daun kubis dingin

3) Pelindung Pasien (Advocate)

Peran perawat sebagai advokat atau pelindung klien,

yaitu membantu mempertahankan lingkungan yang aman

bagi klien dan membantu klien dalam mengambil keputusan

untuk menghindari terjadinya sebuah kecelakaan dan

melindungi klien dari efek yang tidak diinginkan yang


14

berasal dari prosedur diagnostik atau pengobatan tertentu.

Peran perawat sebagai advocate harus menjadi pembela bagi

ibu post partum dan keluarga untuk mendapatkan hak dan

perlakuan yang sama dengan orang lain.

4) Pembaharu (Change Agent)

Sebagai pembaharu, perawat menggadakkan invasi

dalam cara berfikir, bersikap, bertingkah laku dan

meningkatkan keterampilan klien atau keluarga agar menjadi

sehat. Peran perawat maternitas sebagai chage agent yaitu

melakukan pembaharuan intervensi non farmakologi yang

mudah di lakukan ibu post partum dirumah.

5) Peneliti

Peran perawat sebagai peneliti merupakan perawat

yang menyelidiki atau meneliti fenomena yang sedang terjadi

di dalam masyarakat yang dirancang secara sistematis untuk

meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan

kesehatan. Peran perawat maternitas sebagai peneliti yaitu

menyelidiki masalah yang terjadi pada ibu post partum.

2. Konsep Post partum


a. Definisi Post Partum
Post partum (Nifas) adalah masa persalinan dan segera setelah

kelahiran, masa pada waktu saluran reproduktif kembali keadaan

semula (Anik, 2015).


15

Post partum merupakan keadaan yang dimulai setelah plasenta

lahir dan berakhir ketika organ kandungan kembali seperti keadaan

semula yang berlangsung sekitar 6 minggu (Rizkiani, 2017).

Post partum dimulai inpartu sejak uterus berkontraksi dan

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan

sekitar dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Pada ibu belum inpartu

jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks

(Kurniasih, 2018).

b. Definisi Sectio Caesarea


Sectio caesara merupakan salah satu pembedahan untuk

melahirkan janin dengan membuka lapisan dinding perut dan dinding

uterus (Kurniasih, 2018)

Sectio caesarea adalah melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Yuni, 2019).

Sectio caesarea adalah sebuah cara melahirkan anak dengan

melakukan sebuah sayatan pembedahan yang menembus abdomen dan

uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih (Hastuti, 2015).

c. Perubahan Psikologis Ibu Post Partum


Menurut Dewi (2017) beberapa penyesuaian psikologis

dibutuhkan oleh wanita untuk melakukan aktivitas dan peran barunya

sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama.


16

1) Periode Taking In

Pada periode taking in berlangsung 1-2 hari setelah

melahirkan. Ibu biasanya akan pasif dengan lingkungan. Sehingga

perlu menjaga komunikasi terapeutik. Ibu menjadi bergantungan

dengan orang lain. Perhatiannya tertuju pada perubahan tubuhnya.

Ibu biasanya akan bercerita tentang pengalaman melahirkan secara

berulang-ulang. Pada fase ini pula, seorang ibu post partum akan

mengalami kekecewaan atau fase denial, biasa muncul dari dalam

dirinya, bayi yang dilahirkan, suami atau keluarga (Dewi, 2017).

Taking in adalah faktor psikologis dalam proses kehamilan dan

persalinan yaitu emosional ibu pada saat melahirkan, yaitu ditemani

oleh orang terdekat, mendapat penurun rasa sakit, mendapatkan rasa

aman dari orang terdekat terhadap bayinya dan menerima bayinya,

serta mendapatkan perhatian, kasih sayang dan dihargai oleh orang

terdekat selama proses melahirkan (Kirana, 2015).

2) Periode Taking Hold

Fase taking hold berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan. Selama fase ini ibu selalu merasa khawatir akan

ketidakmampuannya dan tanggung jawab merawat anak. Bayi baru

lahir harus memenuhi sejumlah tugas dan perkembangan untuk

memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik secara terpisah

dari ibunya (Taviyanda, 2019).


17

Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada fungsi tubuhnya,

misalnya pengontrolan fungsi tubuhnya seperti buang air kecil dan

buang air besar, mulai belajar mengubah posisi seperti duduk atau

jalan, dan belajar untuk melakukan perawatan diri dan bayinya. Pada

periode ini butuh peran pendamping dari keluarga untuk

memberikan dukungan dan komunikasi yang baik agar ibu merasa

mampu melewati fase ini (Dewi, 2017).

3) Periode Letting Go

Periode letting go yaitu fase menerima tanggung jawab

dengan peran barunya yang berlangsung selama 10 hari setelah

melahirkan (Nigrum, 2017). fase letting go di mana fase ini biasanya

terjadi bila ibu sudah pulang dari rumah sakit dan melibatkan

keluarga. Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan

peran barunya yang berlangsung setelah melahirkan (Maimunah,

2019).

Seorang ibu nifas pada masa ini sudah mampu melakukan

perawatan diri sendiri dan bayinya secara mandiri dan sudah mampu

menyesuaikan diri. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali

ke rumah. Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang

berkaitan dengan bayinya (Dewi, 2017).


18

d. Perubahan Fisiologi Ibu Post Partum


Menurut Suma dan Tita (2018) perubahan fisiologi pada ibu

post partum meliputi :

1) Involusi uteri

Involusi uteri merupakan proses kembalinya uterus pada

kondisi sebelum kehamilan. Perubahan ini dapat diketahui dengan

melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU

(Tinggi Fundus Uteri). Tinggi fundus uteri pada ibu post partum:

a) Setelah bayi lahir : setinggi pusat

b) Setelah 1 minggu : pertengahan pusat dan simpisis

c) Setelah 2 minggu : tidak teraba di atas simpisis

d) Setelah 6 minggu : normal

e) Setelah 8 minggu : normal seperti sebelum lahir

2) Lokhea

Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi

situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan

keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan

desidua inilah yang dinamakan lokia. Lokia adalah ekskresi cairan

rahim selama masa partus dan mempunyai reaksi basa atau alkalis

yang membuat organisme berkembang biak lebih cepat dari pada

kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau

yang amis (anyir) namun biasanya tidak terlalu menyengat dan

jumlah yang keluar berbeda-beda pada setiap ibu post partum.


19

Lokia mengalami perubahan karena adanya proses involusi (Suma

& Tita 2018). Menurut Safitri dan Cahyanti (2016) lokhea

dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya

yaitu :

a) Lokhea Rubra

Lokhea ini akan keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-4

masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena

terisi darah yang segar, jaringan jaringan sisa-sisa plasenta,

dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan

mekonium.

b) Lokhea Sanguinolenta

Lokhea sanguinolenta berwarna merah kecokelatan dan

berlendir, biasanya berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7

post partum.

c) Lokhea Serosa

Lokhea serosa berwarna kuning kecokelatan dan

mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi

plasenta, biasanya keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.

d) Lokhea Alba

Lokhea alba mengandung leukosit, sel desidua, sel

epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.

Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post

partum.
20

3) Perubahan pada serviks

Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor,

terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus

uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga

perbatasan antara korpus dan serviks uteri akan berbentuk cincin.

Warna serviks akan berwarna merah kehitam-hitaman karena

penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan

pemeriksa dapat dimasukan 2-3 jari dan setelah 1 minggu post

partum hanya 1 jari saja yang dapat masuk (Wati & Ratnasari,

2017)

Serviks akan setinggi segmen bawah uterus tetap

edematosa, tipis dan rapuh selama beberapa hari post partum.

Ektoserviks (bagian serviks yang menonjol keluar vagina) biasanya

terlihat memar dan terdapat laserasi kecil kondisi yang optimal

untuk perkembangan infeksi. Muara serviks, yang berdilatasi 10

cm sewaktu partus, akan menutup secara bertahap. Tangan

pemeriksa dapat memasukkan 2 jari kedalam muara serviks pada

hari ke 4 sampai ke-6 post partum, tetapi hanya tangkai kuret

terkecil yang hanya dapat dimasukkan pada akhir minggu ke 2.

Muara serviks eksterna tidak akan berbentuk lingkaran seperti

sebelum partus, tetapi terlihat memanjang membentuk seperti suatu

celah, sering disebut seperti mulut ikan. Laktasi akan menunda


21

produksi estrogen yang mempengaruhi mukus dan mukosa

(Machmudah, 2015).

4) Perubahan pada vulva, vagina dan perineum

Pada proses persalinan vulva dan vagina mengalami

penekanan dan pengerangan, seta beberapa hari post partum vulva

dan vagina ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae biasanya

timbul kembali pada minggu ke-3. Himen terlihat tonjolan kecil

dalam proses pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis

yang biasanya khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina selalu

berubah dibandingkan keadaan wanita post partum primipara

(Suma & Tita 2018).

Perubahan perineum post partum terjadi saat perineum

dilakukan eposiotomi dengan indikasi tertentu. Latihan otot

perineum akan dapat mengembalikan otot tersebut dan dapat

mengencangkan vagina. Esterogen pada post partum akan menurun

dan berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae.

Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu ke-4 meskipun

tidak akan semenonjol pada wanita multipara. Pada umumnya

rugae akan memipih secara permanen (Safitri & Cahyanti 2016).

5) Perubahan sistem pencernaan

Perubahan fisiologis pada sistem pencernaan yaitu

gangguan saat defekasi karena penurunan hormon progesteron dan

rasa sakit pada daerah perineum sehingga ibu takut untuk buang air
22

besar. Keinginan buang air besar akan tertunda sampai 2-3 hari

post partum (Machmudah, 2015).

6) Perubahan sistem perkemihan

Perubahan fisiologis pada ibu post partum yang terjadi

pada sistem perkemihan disebabkan karena otot-otot yang bekerja

pada kandung kemih dan uretra tertekan oleh bagian terdepan janin

pada saat persalinan. Disamping itu ibu juga akan mengalami

diuresis pada 24 jam pertama, hal ini disebabkan karena pengaruh

peningkatan hormon estrogen pada saat hamil yang bersifat retensi

dan akan dikeluarkan kembali bersama urine pada periode post

partum (Machmudah, 2015).

7) Perubahan sistem muskuloskeletal

Saat post partum tonus uterus berkontraksi setelah partus.

Pembuluh darah yang berada pada otot-otot uterus akan terjepit,

sehingga akan menghentikan perdarahan. Ligament, diafragma

pelvis, serta fasia yang merangsang partus, akan menjadi cuit dan

pulih kembali. Proses stabilisasi secara sempurna biasa terjadi 6-8

minggu post partum (Suma & Tita 2018).

8) Perubahan sistem hematologi

Sel darah merah (eritrosit) berkisar anata 15.000 selama

partus. Peningkatan sel darah putih (leukosit) berkisar antara

25.000-30.000 dan merupakan manifestasi adanya infeksi pada

proses partus yang lama. Hal tersebut dapat meningkat pada fase
23

awal post partum dan terjadi bersamaan dengan peningkatan

tekanan darah serta jumlah volume plasma dan volume sel darah

merah. Pada hari ke 2-3 post partum konsentrasi hematokrit

menurun kurang lebih 2% atau lebih. Jumlah kehilangan darah

selama partus kurang lebih 700-1500 ml (200 ml hilang saat partus,

500-800 ml akan hilan pada minggu pertama post partum, dan 500

ml hilang pada post partum) (Wati & Ratnasari, 2017).

9) Perubahan sistem endokrin

Setelah plasenta terlepas dari dinding uterus kadar

hormone HCG (hormone chrorionic gonadhotropin) dan HPL

(hormone plasenta lactogenic) secara berangsur turun dan akan

kembali normal setelah post partum hari ke 7. HCG tidak akan

terdapat pada urine ibu hamil dan setelah post partum hari ke 2.

HPL juga sudah tidak terdapat pada plasenta (Machmudah, 2015).

10) Perubahan tanda-tanda vital

Setelah 24 jam post partum, suhu tubuh biasanya

meningkat menjadi 38ºC, sebagai akibat meningkatnya kerja otot,

dehidrasi dan perubahan kadar hormon yang menetap 2 hari setelah

24 jam post partum. Maka harus di perhatikan adanya infeksi

seperti infeksi pada post partum (sepsis puerparalsi), infeksi saluran

kemih, endometritis (peradangan endometrium), pembengkakan

payudaya dan lain-lain (Safitri & Cahyanti 2016).


24

11) Perubahan laktasi

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

pembengkakan payudara, dan salah satunya adalah rasa cemas atau

stress yang dirasakan oleh ibu post pastum. Ibu post partum sangat

rentan sekali untuk mengalami stress selama masa nifas. Hal ini

dikarenakan adanya perubahan hormonal secara cepat yang terjadi

dalam tubuh ibu setelah proses persalinan. Rasa ketidaknyaman

setelah masa persalinan dan trauma persalinan juga dapat

mendukung terjadinya stress post partum (Sri, 2019).

3. Masalah- Masalah dalam Menyusui


a. Putting Lecet

Putting susu lecet dapat disebabkan teknik menyusui yang

salah, trauma pada puting susu saat menyusui, selain itu dapat

terjadi retak dan pembentukan celah - celah, Retakan pada putting

susu bisa disembuhkan dengan sendirinya dalam waktu kurang dari

48 jam. Jika puting susu lecet jangan menghentikan menyusu,

perbaiki posisi menyusui yang benar, usahakan bayi menghisap

sampai seluruh aerola masuk kedalam mulut bayi, jika sudah

selesai menyusu tekan dagu bayi atau ujung bibir bayi agar udara

masuk dan mulut bayi terbuka (Astri, 2020)

b. Mastitis atau abses payudara

Mastitis merupakan peradangan payudara yang terjadi pada

laktasi. Manisfestasi klinik mastitis antara lain kemerahan,


25

pembengkakan payudara, demam atau infeksi sistemik. Mastitis

dapat terjadi sebagai akibat dari faktor ibu maupun faktor bayi.

Penyebab mastitis pada ibu meliputi praktik menyusui yang buruk

seperti kesalahan dalam posisi menyusu karena kurangnya

pengetahuan atau pendidikan tentang menyusui, saluran yang

tersumbat, putting pecah atau sistem kekebalan tubuh ibu yang

terganggu, yang dapat menyebabkan mastitis melalui mekanisme

sistemik yang meningkatkan kerentanan terhadap infeksi atau

mengurangi suplai susu sebagai respons terhadap nutrisi yang

buruk, stress dan kelelahan ibu (Ika & Narsiah, 2019).

c. Pembengkakan Payudara

Masalah pembengkakan payudara pada ibu menyusui sering

kita temui di masyarakat. Pembengkakan payudara merupakan

salah satu masalah menyusui yang sering dialami oleh ibu setelah

melahirkan. Pembengkakan payudara dapat menimbulkan rasa

nyeri yang berdampak pada proses pemberian ASI. Pembengkakan

payudara disebabkan karena keterlambatan dalam menyusui dini,

ASI yang kurang sering dikeluarkan serta adanya batasan waktu

saat menyusui. Pembengkakan payudara juga menyebabkan ibu

menghentikan proses menyusui karena payudara terasa sakit, tidak

nyaman saat menyusui, dan mengganggap jika payudara

bermasalah maka proses menyusui dihentikan agar tidak

menularkan penyakit kepada anaknya. Hal ini dapat memberikan


26

dampak terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi, jika bayi

tidak mendapatkan ASI maka kebutuhan gizi bayi tidak terpenuhi

secara baik dan bayi akan mudah terkena penyakit (Ratih, Yulia &

Ganis, 2019)

4. Nyeri Pembengkakan Payudara


a. Definisi
Pembengkakan payudara merupakan bendungan air susu karena

adanya penyempitan pada daerah duktus laktiferus atau kelenjar yang

tidak dikosongkan secara sempurna (Nina, 2017).

Pembengkakan payudara merupakan hambatan dalam

pemberian air susu untuk bayi, apabila kejadian ini meningkat harus

dibutuhkan penanganan yang baik agar ibu merasa lebih nyaman

dalam mengatasi masalah ini (Miftakhur dkk, 2019).

b. Penyebab
Pembengkakan payudara disebabkan karena ibu menyusi yang

tidak kontinyu, sehingga ASI terkumpul pada daerah duktus.

Pembengkakan payudara biasa terjadi pada hari ketiga post partum.

Selain itu penggunaan bra yang ketat dan keadaan putting susu yang

tidak bersih dapat menyebabkan terjadinya sumbatan pada daerah

duktus (Miftakhur, 2019).

c. Fakor yang mempengaruhi pembengkakan payudara


Menurut Yuni (2019) Faktor yang menyebabakan nyeri

pembengkakan payudara yaitu:


27

1) Posisi mulut dan putting susu ibu yang salah

2) Produksi ASI berlebihan

3) Terlambat menyusui

4) Pengeluaran ASI yang jarang

5) Waktu menyusui yang terbatas

d. Tanda Payudara Bengkak


Payudara yang mengalami pembengkakan akan sulit di hisap

oleh bayi, karena apabila payudara bengkak akan lebih menonjol, dan

putting akan lebih datar sehingga akan sulit dihisap oleh bayi, kulit

pada payudara akan nampak lebih mengkilap, ibu biasanya merasa

badannya demam, dan payudara terasa nyeri. Disarankan bagi ibu

yang menyusui bayi yang mengalami pembengkakan payudara

terlebih dahulu harus diperah dengan tangan atau di pompa agar

payudara lebih lunak, hal ini menyebabkan bayi akan lebih mudah

menyusui (Djamaluddin, 2020)

e. Penatalaksanaan pembengkakan payudara


Menurut Yuni (2019) ada beberapa cara untuk mengurangi

pembengkakan payudara:

1) Massase payudara, Massase payudara dilakukan bertujuan untuk

mempelancar sirkulasi darah dan merangsang sistem duktus,

sehingga dapat menyebabkan duktus menjadi lunak dan lebar, dan

secara reflekstoris dikeluarkan oksitosin dari kelenjar hipofisis

posterior. Hormon oksitosin yang di keluarkan melalui rangsangan


28

massase payudara selain untuk berkontraksi otot-otot payudara

yang berguna mempercepat produksi ASI juga merangsang

kontraksi dan retrasi pada tunus uterus sehingga perdarahan pada

saat post partum dapat dicegah, dan proses involusi dapat bejalan

dengan cepat (Sutrisminah, 2015).

2) Kompres dingin, Kompres dingin untuk mengurangi statis

pembuluh darah vena dan mengurangi rasa nyeri. Bisa dilakukan

selang-seling dengan kompres panas untuk melancarkan pembuluh

darah. Digunakan untuk cedera tiba-tiba atau yang baru terjadi/

akut. Jika cedera baru terjadi (dalam waktu 48 jam terakhir) yang

lalu timbul pembengkakan, maka dengan kompres dingin bisa

membantu meminimalkan pembengkakan di sekitar cedera karena

suhu dingin mengurangi aliran darah di daerah cidera sehingga

memperlambat metabolisme (Apriyani, 2017).

3) Kompres hangat, suhu hangat dapat mengendorkan otot-otot yang

tegang dan mengurangi rasa nyaman. Kompres panas merupakan

salah satu pilihan tindakan yang digunakan untuk mengurangi dan

mengatasi rasa nyeri pada pembengkakan payudara. Kompres

panas dianggap bermanfaat untuk memperbaiki sirkulasi darah,

terurtama pada pembengkakan payudara post partum. Pemberian

kompres panas menyebabkan terlepasnya endorphin, sehingga

memblok transmisi stimulus nyeri. Cara kerjanya adalah

rangsangan panas akan merangsang reseptor dan mengaktifkan


29

transmisi serabut sensori dan proses ini juga dapat menurunkan

transmisi nyeri (Shintami, 2019).

4) Kompres hangat dingin, untuk menangani rasa nyeri. Pemberian

kompres dingin dipercaya dapat meningkatkan endorphin yang

memblok transmisi stimulus nyeri dan juga menstimulasi serabut

berdiameter besar. Kompres hangat dapat memperbaiki sirkulasi

darah, terutama pada pembengkakan payudara (Amaliya, 2020).

5) Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena

untuk memperlancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan

payudara. Kesalahan dalam menyusui dapat menyebabkan

terjadinya nyeri pembengkakan payudara. Maka dengan cara teknik

menyusui yang benar merupakan metode pemberian ASI melalui

isapan bayi dan mengatur posisi bayi dengan benar (Yolanda,

2019).

6) Perawatan payudara, suatu tindakan untuk merawat payudara

terutama pada masa nifas untuk mempelancar ASI. Perawatan

payudara adalah suatu tindakan merawat payudara yang

dilaksanakan oleh pasien sendiri atau dengan bantuan orang lain,

perawatan payudara dilaksanakan mulai dari hari pertama setelah

partus karena salah satu manfaatnya yaitu untuk melancarkan

pengeluaran ASI yang merupakan sumber makanan utama bagi

bayi (Elvira, 2017).


30

7) Kompres daun kubis dingin, daun kubis dapat digunakan sebagai

terapi pembengkakan payudara. Hal ini membantu mempelebar

pembuluh darah kapuler sehingga dapat meningkatkan aliran darah

untuk keluar masuk. Daun kubis dapat digunakan untuk sebuat

terapi pembengkakan seperti pembengkakan payudara. Kubis

(Brassia Oleracea Var. Capitata) mengandung asam amino

metionin yang berfungsi sebagai antibiotik, selain itu mengandung

sinigrin (Allylisothiocyanate), minyak mustard, magnesium,

oxylate heterosides belerang. Hal ini akan membantu pelebaran

pembuluh darah kapiler sehingga meningkatkan aliran darah untuk

keluar masuk pada daerah payudara, yang akan membuat tubuh

untuk menyerap cairan kembali yang terbendung didalam

payudara. Selain kandungan tersebut, kubis mengandung gel

pendingin yang dapat menyerap panas sehingga memberikan efek

nyaman bagi ibu yang mengalami nyeri pembengkakan payudara

(Nina, 2017).

Pemberian kompres daun kubis dingin dapat berpengaruh

pada skala pembengkakan payudara pada ibu post partum dan

merupakan salah satu pencegahan atau pengobatan pembengkakan

yang sangat mudah didapatkan dan dilakukan, dengan cara pilihlah

daun kubis yang masih segar, daun kubis hijau diambil secara utuh

dilebarkan usahakan jangan robek, daun kubis di gunakan dalam

keadaan dingin (didinginkan kedalam freezer sekitar 20-30 menit


31

dengan suhu 20oC), keluarkan daun kubis dari freezer, lemaskan

tulang daun kubis, tempatkan daun kubis pada payudara yang

mengalami pembengkakan payudara, tutupi semua area payudara

yang bengkak, kompres selama 15-20 menit sampai daun kubis

layu, lakukan 2 hari sekali pada pagi dan sore hari selama 3 hari

berturut turut (Yopi, 2019).

f. Cara penilaian nyeri pembengkakan payudara


Tabel 1. Skala pengbengkakan payudara menurut Hill and Humenick 94

Skala Keadan payudara Kriteria


1 Payudara lembek, tidak ada konsistensi pada Tidak nyeri
payudara, tidak nyeri
2 Ada perubahan sedikit pada payudara, tidak Nyeri ringan
ada nyeri
3 Payudara keras, tetapi tidak ada nyeri Nyeri ringan
4 Payudara keras, mulai terasa nyeri Nyeri sedang
5 Payudara keras dan nyeri Nyeri sedang
6 Sangat keras dan sangat nyeri Nyeri berat

Dengan hasil :

1) Tidak nyeri : payudara lembek, tidak ada konsistensi pada

payudara. Skala nyeri pembengkakan payudara 1.

2) Nyeri ringan : ada perubahan payudara atau payudara keras, tidak

ada nyeri. Skala nyeri pembengkakan payudara 2-3.

3) Nyeri sedang : payudara keras dan mulai terasa nyeri. Skala nyeri

pembengkakan payudara 4-5.


32

4) Nyeri berat : payudara sangat keras dan sangat nyeri . Skala nyeri

pembengkakan payudara 6.

5. Susunan Operasional Prosedur Kompres Daun Kubis


a. Pengerian
Kompres kubis adalah kompres yang dilakukan untuk

mengurangi pembengkakan payudara menggunakan daun kubis (Yuni,

2019).

Perawatan payudara menggunakan kompes daun kubis tersebut

merupakan suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada

masa nifas (masa menyusui) untuk mengurangi nyeri akibat

pembengkakan payudara, apabila perawatan payudara dengan kompres

daun kubis dilakukan dengan baik maka nyeri akibat pembengkakan

payudara akan berkurang (Rahayu, 2020).

b. Tujuan
Kompres daun kubis dingin membantu memperlebar pembuluh

darah kapiler sehingga meningkatkan aliran darah untuk keluar masuk

dari daerah tersebut, sehingga memungkinkan tubuh untuk menyerap

kembali cairan yang terbendung dalam payudara tersebut. Selain itu

daun kubis juga mengeluarkan gel dingin yang dapat menyerap panas

yang ditandai dari klien merasa lebih nyaman (Nina, 2017).

c. Persiapan Alat
1) Daun kubis dingin

2) Wadah tahan dingin

3) kuesioner Hills and Humanick’94


33

d. Prosedur
1.) Fase Orientasi

a) Melakukan salam terapuetik kepada responden

Rasional : Penggunaan komunikasi terapuetik yang efektif

dengan memperhatikan pengetahuan, sikap, dan cara yang

digunakan oleh perawat sangat besar pengaruhnya terhadap

usaha mengatasi berbagai masalah psikologis yang terjadi pada

pasien (Sasmito, Majadanlipah, Raihan & Ernawati, 2018)

b) Memberikan infomed consent atau lembar persetujuan

Rasional : Tujuan dari informed consent mendapat informasi

yang cukup untuk mengambil keputusan atas tindakan yang

akan dilaksanakan. Hak pasien untuk menentukan nasibnya

dapat terpenuhi dengan sempurna apabila pasien telah

menerima semua informasi yang diperlukan sehingga pasien

dapat mengambil keputusan (Octaria & Trisna, 2016).

c) Melakukan wawancara

Rasional : Wawancara adalah untuk mendapatkan informasi

yang akan dianggap sebagai data dan data-data yang diperlukan

untuk membuat suatu rumusan sebaik mungkin untuk mencapai

tujuan penelitian (Rosaliza, 2015).

d) Memberikan kuesioner Hills and Humanick’94

Rasional : Kuesioner sebagai sekumpulan pertanyaan yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden terkait


34

dengan pribadinya maupun hal-hal lain yang terkait dengan

materi penelitian (Nugroho, 2018).

2.) Fase Kerja

a) Menyiapkan alat-alat kompres daun kubis

Rasional : Agar intervensi yang dilakukan dapat berjalan dengan

lancar, dibutuhkan menyiapan alat, bahan dan media. Selain itu

dapat menciptakan kondisi yang aman dan nyaman untuk

responden (Gunawan, 2019).

b) Melakukan cuci tangan sebelum tindakan

Rasional : Mencuci tangan yaitu menghindarkan kita dari

tertularnya beberapa penyakit seperti infeksi saluran pernapasan,

penyakit kulit, penyakit gangguan usus dan saluran pencernaan

(diare, muntah), infeksi cacing dan penyakit lain yang

berpotensi kearah kematian (Dewi & Purwaningsih, 2017).

c) Memberikan kompres daun kubis dingin yang sudah di taruh di

freezer dengan suhu 20oc selama 30 menit dan didiamkan

selama 20-30 menit diatas payudara bengkak.

Rasional : Kompres daun kubis yang mengandung asam

amino metionin, sinigrin (Allylisothiocyanate), minyak mustard,

magnesium, Oxylate heterosides belerang efektif mengurangi

pembengkakan payudara, sehingga memperpanjang durasi

menyusuidan meningkatkan keberhasilan menyusui (Yopi &

dkk, 2019).
35

3.) Fase Terminasi

a) Melakukan evaluasi nyeri pembengkakan payudara setelah

diberikan kompres daun kubis dingin menggunakan kuesioner

Hill and Humanick’94

Rasional : Tahapan evaluasi dilakukan dengan mengadakan

pengukuran kembali dari pengetahuan, sikap dan pelaksanaan

kompres daun kubis. Hasil dari pengukuran sebelum dan

sesudah intervensi (Sulistyowati, 2016).

b) Mencuci tangan setelah tindakan

Rasional : Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan

kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab utama

infeksi nosokomial yang menular di pelayanan kesehatan dan

menyebarkan mikroorganisme multiresisten dan telah di akui

sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah

(Alvadri, 2015).

c) Berpamitan dengan pasien

Rasional : Pada tahap berpamitan kepada pasien merupakan

suatu keharusan bagi setiap peneliti untuk bersikap sopan. Jika

pertemuan diawali dengan salam, maka ketika berpamitan juga

diakhiri dengan salam. Selain pengucapan salam, peneliti juga

menyampaikan maaf atas kesalahan yang tidak disengaja pada

saat pemberian intervensi (Suardana, 2018).


36

B. Kerangka konsep

Bagan 1. Kerangka konsep


Ibu post partum sectio caesarea

Masalah-Masalah dalam Menyusui

Pembengkakan payudara

Alat pengukur nyeri Faktor yang


pembengkakan payudara: menyebabkan nyeri
Nyeri pembengkakan payudara
pembengkakan
1. Skala pembengkakan
payudara yaitu:
payudara
Suryani.2011 1. Posisi mulut dan
Literature Review :
putting susu ibu
Pemberian kompres daun
salah
kubis dingin terhadap
2. Produksi ASI
penurunan nyeri
berlebihan
pembengkakan payudara
3. Terlambat menyusui
pada ibu post partum sectio
4. Pengeluaran ASI
caesarea.
yang jarang
5. Waktu menyusui
yang terbatas
SOP pemberian kompres daun kubis
dingin pada ibu post partum sectio Yuni, 2019
caesarea terhadap nyeri
pembengkakan payudara
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam pengembangan SOP pemberian

kompres daun kubis dingin terhadap penurunan nyeri pembengkakan

payudara pada ibu post partum sectio caesarea ini adalah menggunakan

literature review. Literature review pada penulisan ini digunakan untuk

mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat dalam memberikan kompres

daun kubis dingin.

Literature Review adalah ringkasan komprehensif dari peneliti

sebelumnya tentang suatu topik. Literature Review meneliti artikel ilmiah,

buku dan sumber lain yang relevan dengan bidang penelitian tertentu

(Andruss, 2020).

B. Plan, Do, Study and Act (PDSA)

1. Plan
a. Pengkajian terkait penyebab nyeri pembengkakan payudara

b. Menentukan rencana asuhan keperawatan pada masalah nyeri

pembengkakan payudara dengan diberikan kompres daun kubis dingin.

c. Menentukan kriteria pasien ibu post partum sectio caesarea yang dapat

diberikan asuhan keperawatan yaitu kompres daun kubis

37
38

Adapun kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sebagai berikut:

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti.

Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan

kriteria inklusi (Nursalam, 2003). Adapun kriteria inklusi pada

penelitian ini adalah :

a) Pada ibu post partum dengan tindakan sectio caesarea

b) Ibu post partum hari ke 2 sampai ke 5 yang mengalami

pembengkakan payudara

c) Ibu post partum dengan skala nyeri ringan sampai sedang

d) Bayi hidup dan dalam proses menyusui

e) Responden yang menandatangani inform consent

2) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-

sebab tertentu (Nursalam, 2003). Adapun kriteria eksklusi

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Ibu post partum yang sudah melakukan treatment lain untuk

mengurangi pembengkakan payudara

b) Ibu post partum dengan skala nyeri berat

c) Terdapat infeksi payudara

d) Memiliki alergi daun kubis


39

2. Do
Penulis mengembangkan SOP berupa pemberian kompres daun

kubis dingin terhadap nyeri pembengkakan payudara pada ibu post partum

sectio caesarea.

3. Study
a. Penulis melakukan study literature terkait pemberian kompres daun

kubis dingin terhadap nyeri pembengkakan payudara pada ibu post

partum sectio caesarea.

b. Penulis menganalisis hasil pencarian literature review terkait

pemberian kompres daun kubis dingin terhadap nyeri pembengkakan

payudara pada ibu post partum sectio caesarea.

c. Penulis mencari jurnal atau teori pendukung sebagai bentuk

rasionalisasi asuhan keperawatan dalam setiap proses atau langkah

pada SOP yang penulis kembangkan.

4. Act
SOP ini dijadikan sebagai panduan dalam memberikan kompres

daun kubis dingin terhadap nyeri pembengkakan payudara pada ibu post

partum sectio caesarea agar tujuan keperawatan dapat tercapai dengan

baik.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil penelusuran jurnal-jurnal yang terkait maka didapatkan literature

review sebagai berikut:

Tabel 4.1 hasil penelusuran Literature review


No Judul Peneliti Metode Intervensi Hasil
Penelitian penelitian Terapi Kompres
Daun Kubis
1. Pengaruh Yopi Studi ini a. Pilih daun Kompres daun
Pemberian Suryatim merupakan kubis yang kubis yang
Kompres Pratiwi, suatu tinjauan segar mengandung
Daun Kubis Sri literature b. Daun kubis asam amino
Terhadap Handayani (literature hijau diambil metionin,
Pembengka , Dian review) secara utuh sinigrin
kan Soekmawa Sumber untuk perlembar, (Allylisothiocya
Payudara ti Riezqy melakukan usahakan nate), minyak
Pada Ibu Ariendh, tinjauan tidak robek. mustard,
Postpartum 2019 literatur ini c. Daun kubis magnesium,
meliputi studi dapat Oxylate
pencarian digunakan heterosides
sistematis data dalam belerang
base kondisi keberhasilan
terkomputerisa dingin menyusui efektif
si (Pubmed, (didinginkan mengurangi
Pro Quest, dan dalam pembengkakan
googlecendeki freezer payudara,
a) jurnal sekitar 20-30 sehingga
penelitian menit sampai memperpanjang
berjumlah 11 suhu daun durasi
penelitian. 18°C) atau menyusui.
pada suhu
kamar.
d. Keluarkan
dan siapkan
daun kubis
yang sudah
dingin.
e. Letakkan
daun kubis
dingin di atas

39
40

No Judul Peneliti Metode Intervensi Hasil


Penelitian penelitian Terapi Kompres
Daun Kubis
payudara
f. Tutupi
semua area
payudara
yang
bengkak dan
kulit yang
sehat
g. Kompres
payudara
selama 15-20
menit atau
sampai daun
kubis
tersebut layu
(dapat
dilakukan
didalam bra)
h. Lakukan 2
kali sehari
selama 3 hari
berturut-turut

2. Pengaruh Endah Penelitian ini a. Daun kubis a. Ada


pemberian Zuni merupakan dicuci penurunan
kompres Astutik, penelitian b. Ditiriskan lalu skala
daun kubis Faridah eksperimen didinginkan Pembengkaka
dingin Aini, semu (Quasi ke dalam n Payudara
Terhadap Yunita Experimen) freezer dengan Sesudah
skala Galih dengan suhu -20C Diberikan
pembengka Yudanari, rancangan sekitar 30 Kompres
kan 2016 penelitian Non menit. Daun Kubis
payudara Randomized c. Lemaskan Dingin pada
pada ibu Control Group tulang daun Kelompok
postpartum Pretest kubis, Perlakuan
Dengan Posttest. letakkan daun dengan nilai p-
Engorgeme Terdapat 36 kubis dingin di value 0,000
nt Di sample ibu dalam bra (= 0,05).
kecamatan post partum selama kurang b. Ada
bergas dengan design lebih 30 menit pengaruh
yaitu pada atau hingga bermakna
design ini daun menjadi pemberian
kelompok layu dan kompres daun
41

No Judul Peneliti Metode Intervensi Hasil


Penelitian penelitian Terapi Kompres
Daun Kubis
eksperimen suhunya kubis dingin
maupun sama dengan terhadap skala
kelompok suhu tubuh pembengkaka
kontrol dipilih d. Dilakukan 2 n payudara
secara non kali sehari dengan nilai
random. selama tiga p-value p-
hari atau value 0,000
hingga (= 0,05).
payudara yang
bengkak
sembuh, jika
pembengkaka
n parah dapat
dilakukan
sesering
mungkin.

3. Pengaruh Ervi Jenis a. Pengumpulan Pemberian


Pemberian Damayanti penelitian ini data dilakukan kompres daun
Kompres , Dewi adalah Quasy dengan teknik kubis dingin
Daun Kubis Ariani, Eksperimental pengumpulan memiliki
Dingin Danik dengan desain data secara perbedaan yang
sebagai Agustin, penelitian pre primer yaitu signifikan dalam
Terapi 2020 test-post test peneliti menurunkan
Pendamping with control melakukan skala
Bendungan group. wawancara pembengkakan
ASI Terdapat 32 dan observasi dan intensitas
terhadap ibu post langsung nyeri payudara,
Skala partum dibagi kepada bila
Pembengka menjadi responden. dibandingkan
kan dan kelompok Wawancara dengan
Intensitas intervensi dan yang perlakukan
Nyeri kontrol pada digunakan perah ASI
Payudara ibu post adalah dengan nilai p
serta partum hari wawancara sebesar 0,005
Jumlah ASI kedua. terpimpin, dan untuk
pada Ibu yaitu intensitas nyeri
Postpartum wawancara memiliki nilai p
di RSUD yang sebesar 0,002,
Bangil dilakukan dimana nilai p <
berdasarkan α (0,05).
pertanyaan Namun, untuk
yang sesuai jumlah ASI
42

No Judul Peneliti Metode Intervensi Hasil


Penelitian penelitian Terapi Kompres
Daun Kubis
dengan lembar yang diperoleh
observasi menunjukkan
(lembar nilai p sebesar
observasi 0,344 dimana
berisi skala nilai p > α
pembengkaka (0,05), dapat
n yang disimpulkan
diadopsi dari bahwa
Hill dan pemberian
Hummenick, kompres daun
1994). kubis dingin
b. Peneliti akan tidak memiliki
memberi perbedaan yang
pertanyaan signifikan
dan dengan
menuliskan pemberian
jawabkan perlakuan perah
responden ASI.
kedalam
lembar
observasi.
c. Peneliti
menyiapkan
kubis yang
telah dibeli
dari satu
tempat yang
sama
d. Kemudian
memotong
lembaran
kubis dengan
hati-hati dan
mencucinya
e. Daun kubis
dimasukkan ke
dalam lemari
pendingin
selama 20-30
menit
f. Lalu
kompreskan
daun kubis
43

No Judul Peneliti Metode Intervensi Hasil


Penelitian penelitian Terapi Kompres
Daun Kubis
dingin pada
payudara ibu
hingga
menutupi
seluruh
permukaan
payudara,
selama
30menit,
perlakuan ini
dilakukan
sebanyak 3
kali dalam
sehari.

4. Kompres Siti Penelitian ini a. Pada tahap pre Kompres daun


kubis dan Rofi’ah, menggunakan test peneliti kubis paling
sirih merah Istu Putri studi quasy bersama efektif
efektif Rahayu, eksperimental, enumerator menurunkan
menurunkan Nuril dengan melakukan derajat
derajat Nikmawat pretestposttest penilaian skala pembengkakan
pembengka i, 2020. with control engorgement payudara ibu
kan group design. (pembengkaka postpartum.
payudara Terdapat 45 n payudara) Disarankan
ibu responden. sebelum kepada tenaga
postpartum Responden dilakukan kesehatan
dijadikan 3 kompres daun khususnya bidan
kelompok kubis dan untuk
yaitu 15 ibu daun sirih mengajarkan
nifas merah. teknik kompres
kelompok b. Pemberian daun kubis
intervensi kompres daun kepada ibu nifas
kompres daun kubis atau sebagai salah
kubis, 15 ibu daun sirih satu terapi non
nifas merah dengan farmakologis
kelompok cara daun untuk
intervensi kubis (6-7 lbr) menurunkan
kompres daun daun sirih derajat
sirih merah, merah (15-20 pembengkakan
dan 15 ibu lbr) dengan air payudara ibu
nifas 2 ml postpartum.
kelompok dihaluskan Penelitian
kontrol. hingga kubis selanjutnya
44

No Judul Peneliti Metode Intervensi Hasil


Penelitian penelitian Terapi Kompres
Daun Kubis
atau daun sirih diharapkan
lembut, dapat
setelah itu menganalisis
dibalurkan ke lebih lanjut
payudara kandungan daun
kecuali areola kubis yang dapat
dan puting. disintesa dari
Pengompresan bahan lain serta
dibiarkan mengolah daun
sekitar 20 kubis menjadi
menit. ekstrak yang
Prosedur lebih mudah
kompres ini dalam
diulang empat pemanfaatan
kali setiap hari untuk
selama 2 hari. mengurangi
c. Pada tahap pembengkakan
post test payudara.
peneliti
bersama
dengan
enumerator
kembali
melakukan
penilaian skala
engorgement
(pembengkaka
n payudara)

5. Pengaruh Putri Ayu Jenis a. Pengambilan a. Pembeng


Pemberian Yessy penelitian ini sampel kakan
Kompres Ariescha, adalah quasi- sebanyak 30 payudara
Kol Andayani eksperimental, orang. Teknik sebelum
Terhadap Boang metode one- pengambilan dilakukan
Penurunan Manalu, group pretest- sampel yang kompres kol
Pembengka Nurul Aini postest design. lebih tinggi
digunakan
kan Siagian, Terdapat dibandingkan
pada
Payudara Mutiara responden 30 dengan
Pada Ibu Dwi ibu post penelitian ini pembengkaka
Post Partum Yanti, partum. adalah n payudara
Di Klinik Rehulina covenience setelah
Bersalin Tarigan, sampling diberikan
Kasih Ibu 2019 kompres kol.
45

No Judul Peneliti Metode Intervensi Hasil


Penelitian penelitian Terapi Kompres
Daun Kubis
Deli Tua b. Kompres kol Rerata (mean)
Kabupaten dibiarkan skor pembeng
Deli menempel kakan
Serdang pada payudara payudara
Tahun 2019 sampai kol sebelum
menjadi layu, kompres kol
atau sekitar 20 adalah 4,00
-30 menit. dan rerata
Prosedur ini skor pembeng
diulangi empat kakan
kali yaitu payudara
setiap 6 jam setelah
per hari (24 kompres kol
jam), selama 2 adalah 3,70.
hari. b. Tidak ada
c. Penilaian subjek
paska penelitian
perawatan yang
untuk mengalami
mengevaluasi peningkatan
efektivitas kol pembengkaka
untuk n payudara
mengurangi selama proses
rasa nyeri dan penelitian.
pembengkaka c. Ada
n payudara. pengaruh
kompres kol
(brassica
capitata)
terhadap
penurunan
pembengkaka
n payudara
pada ibu post
partum di
Klinik
Pratama
Kasih Ibu
pada tahun
2019.
46

2. Pengembangan SOP Intervensi Kompres daun kubis dingin terhadap


penurunan nyeri pembengkakan payudara
Tabel 4.2 Pengembangan SOP Intervensi kompres daun kubis dingin
terhadap penurunan nyeri pembengkakan payudara
No. Intervensi Rasional
1. Melakukan salam teraputik Penggunaan komunikasi
kepada responden terapuetik yang efektif dengan
memperhatikan pengetahuan,
sikap, dan cara yang digunakan
oleh perawat sangat besar
pengaruhnya terhadap usaha
mengatasi berbagai masalah
psikologis yang terjadi pada
pasien (Sasmito, Majadanlipah,
Raihan & Ernawati, 2018)
2. Memberikan infomed consent Tujuan dari informed consent
atau lembar persetujuan mendapat informasi yang cukup
untuk mengambil keputusan atas
tindakan yang akan dilaksanakan.
Hak pasien untuk menentukan
nasibnya dapat terpenuhi dengan
sempurna apabila pasien telah
menerima semua informasi yang
diperlukan sehingga pasien dapat
mengambil keputusan (Octaria &
Trisna, 2016).
3. Melakukan wawancara Wawancara adalah untuk
mendapatkan informasi yang akan
dianggap sebagai data dan data-
data yang diperlukan untuk
membuat suatu rumusan sebaik
mungkin untuk mencapai tujuan
penelitian (Rosaliza, 2015).
4. Memberikan kuesioner Hills Kuesioner sebagai sekumpulan
and Humanick’94 pertanyaan yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari
responden terkait dengan
pribadinya maupun hal-hal lain
yang terkait dengan materi
penelitian (Nugroho, 2018).
47

No. Intervensi Rasional


5. Menyiapkan alat-alat Agar intervensi yang dilakukan
kompres daun kubis dapat berjalan dengan lancar,
dibutuhkan menyiapan alat, bahan
dan media. Selain itu dapat
menciptakan kondisi yang aman
dan nyaman untuk responden
(Gunawan, 2019).
6. Melakukan cuci tangan Mencuci tangan yaitu
sebelum tindakan menghindarkan kita dari
tertularnya beberapa penyakit
seperti infeksi saluran pernapasan,
penyakit kulit, penyakit gangguan
usus dan saluran pencernaan
(diare, muntah), infeksi cacing
dan penyakit lain yang berpotensi
kearah kematian (Dewi &
Purwaningsih, 2017).
7. Memberikan kompres daun Kompres daun kubis yang
kubis dingin yang sudah di mengandung asam amino
taruh di freezer dengan suhu metionin, sinigrin
20oc selama 30 menit dan (Allylisothiocyanate), minyak
didiamkan selama 20-30 mustard, magnesium, Oxylate
menit diatas payudara heterosides belerang efektif
mengurangi pembengkakan
bengkak.
payudara, sehingga
memperpanjang durasi
menyusuidan meningkatkan
keberhasilan menyusui.
(Yopi & dkk, 2019).
8. Melakukan evaluasi nyeri Tahapan evaluasi dilakukan
pembengkakan payudara dengan mengadakan pengukuran
setelah diberikan kompres kembali dari pengetahuan,
daun kubis dingin sikap dan pelaksanaan kompres
menggunakan kuesioner Hill daun kubis. Hasil dari
and Humanick’94 pengukuran sebelum dan
sesudah intervensi
(Sulistyowati, 2016).
9. Mencuci tangan setelah Kegagalan untuk melakukan
tindakan kebersihan dan kesehatan tangan
yang tepat dianggap sebagai sebab
utama infeksi nosokomial yang
48

No. Intervensi Rasional


menular di pelayanan kesehatan
dan menyebarkan
mikroorganisme multiresisten dan
telah di akui sebagai kontributor
yang penting terhadap timbulnya
wabah (Alvadri, 2015).
10. Berpamitan dengan pasien Pada tahap berpamitan kepada
pasien merupakan suatu
keharusan bagi setiap peneliti
untuk bersikap sopan. Jika
pertemuan diawali dengan salam,
maka ketika berpamitan juga
diakhiri dengan salam. Selain
pengucapan salam, peneliti juga
menyampaikan maaf atas
kesalahan yang tidak disengaja
pada saat pemberian intervensi
(Suardana, 2018).

B. Pembahasan

Bedasarkan hasil literature review, Kompres kubis merupakan metode

melakukan kompres dengan menggunakan daun kubis dengan tujuan untuk

mengurangi pembengkakan payudara (Yuni & Tuti, 2019). Kompres daun

kubis dingin berguna untuk mengatasi nyeri dan mengurangi oedema. Kompres

daun kubis digunakan untuk membuat siklus vasokontriksi selama 9-16 menit,

dimana aliran darah menurun sehingga oedema lokal dapat menurun dan

pengaliran limpatik dapat lebih optimal (Miftakur, Anggrawati & Deny, 2018).

Metode baru yang dilakukan pada pembengkakan payudara adalah

melakukan pemijatan pada sisi tulang belakang yang disebut dengan “Pijat

oksitosin”. Metode ini memerlukan bantuan orang lain dalam

melaksanakannya sehingga dirasakan kurang efisien. Agar dapat sukses dalam


49

menyusui, maka perlu penanganan dalam perhatian karena payudara bengkak

menunjukan adanya bendungan ASI dan jika tidak ditangani dengan baik

sering kali dapat berlanjut kearah mastitis (Lia, 2019). Penanganan pada

payudara bengkak yang lebih nyaman, dapat dilakukan secara mandiri, dan

tidak menyakitkan ibu dalam pembengkakan payudara yaitu kompres daun

kubis. Kompres daun kubis dingin (Brassica Oleracea Var. Capitata) terbukti

menurunkan pembengkakan payudara pada ibu post partum (Kurnia & Yetti,

2018).

Daun Kubis mempunyai sifat antibiotik dan anti inflamasi karena

kandungan sinigrin (Allylisotiocyanate) rapine, minyak mustard, magnesium

dan sulfur yang dapat membantu pelebaran pembuluh darah kapiler, sehingga

meningkatkan aliran darah untuk keluar masuk dari daerah tersebut, dan

memungkinkan tubuh untuk menyerap kembali cairan yang terbendung dalam

payudara tersebut (Miftakur, Anggrawati & Deny, 2018). Kubis atau kol

(Brassica Oleracea Var. Capitata) merupakan sayuran ekonomis yang sangat

mudah ditemukan di sekitar kita. Kubis kaya akan fitonutrien dan berbagai

vitamin seperti vitamin A, C, E, dan kandungan glukosinolate mempunyai

aktivitas antikanker (Lia, 2019). Selain itu daun kubis (Brassica Oleracea Var.

Capitata) juga mengeluarkan gel dingin yang berfungsi untuk menyerap panas

yang akan membuat klien merasa lebih nyaman (Arista, Wijayanti & Desy,

2018).

Menurut hasil penelitian Miftakur, Anggrawati dan Deny (2018),

pemberian kompres daun kubis dingin efektif dalam menurunkan skala


50

pembengkakan payudara pada ibu post partum. Dari 25 total responden

terdapat hampir sebagian dari (48%) 12 responden mengalami pembengkakan

payudara skala 4 sebelum diberikan kompres daun kubis (brassica oleracea).

Hasil penelitian dari 25 total responden terdapat sebagian besar (60%) 15

responden mengalami pembengkakan payudara skala 1 sesudah diberikan

kompres daun kubis (brassica oleracea). Menurut pendapat peneliti bahwa

kandungan kubis mempunyai sifat antibiotik dan anti-inflamasi yang dapat

membantu memperlebar pembuluh darah kapiler, sehingga meningkatkan

aliran darah untuk keluar masuk dari daerah tersebut, dan memungkinkan

tubuh untuk menyerap kembali cairan yang terbendung dalam payudara

tersebut.

Menurut hasil penelitian Kurnia dan Yetti (2018), menunjukkan nilai

pre tidak terdapat perbedaan antara kelompok perlakuan dan kontrol (p>0,05)

sedangkan pada post terdapat perbedaan antara kelompok perlakuan dan

kontrol (p<0,05), simpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan pengaruh

kompres dingin kubis dan kompres hangat dingin terhadap nyeri

pembengkakan payudara.

Menurut penelitian Siwi (2019), kompres daun kubis yang diberikan

akan mempengaruhi payudara yang terasa nyeri dan sakit karena adanya efek

dingin sehingga ibu merasa nyaman serta kandungan sulfur yang terdapat pada

kol dapat menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan ibu sedikit demi sedikit

hilang pembengkakan pada payudara menjadi berkurang.


51

Menurut penelitian Arista dan dkk (2018), Ada perbedaan skor

pembengkakan payudara sebelum dengan sesudah diberikan penatalaksanaan

kompres daun kubis dan breast care, nilai p < 0,001 serta Z hitung -3,493,

mean skor pembengkakan payudara sesudah perlakuan 2,07 dibandingkan

dengan mean sebelum perlakuan 4,06 yang mempunyai arti penatalaksanaan

kompres daun kubis dan breast care efektif menangani masalah pembengkakan

payudara pada ibu nifas. Ada perbedaan skor pembengkakan payudara sebelum

dengan sesudah diberikan penatalaksanaan dan breast care, nilai korelasi 0,821

serta t hitung 9,798 dan nilai p < 0,001, mean skor pembengkakan payudara

sesudah perlakuan 4,67 dibandingkan dengan mean susudah perlakuan 3,07

yang mempunyai arti penatalaksanaan breast care efektif menangani masalah

pembengkakan payudara pada ibu nifas

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan pijit oksitosin dan kompres

daun kubis dingin dapat menurunkan nyeri pembengkakan payudara. Kompres

daun kubis dingin lebih efektif dalam mengurangi nyeri pembengkakan

payudara karena dapat dilakukan sendiri dan tidak menyakiti ibu dalam

pembengkakan payudara. Selain itu, Kubis atau kol (Brassica Oleracea Var.

Capitata) merupakan sayuran ekonomis yang sangat mudah ditemukan di

sekitar kita.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil pengembangan SOP pemberian kompres

daun kubis dingin terhadap penurunan nyeri pembengkakan payudara

pada ibu post partum sectio caesarea antara lain:

1. SOP pemberian kompres daun kubis dingin terhadap penurunan

nyeri pembengkakan payudara pada ibu post partum sectio caesarea

dapat dikembangkan melalui literature review yang dilakukan

dengan 5 jurnal.

2. Berdasarkan literature review yang dilakukan oleh 5 jurnal maka

didapatkan hasil yaitu adanya pengaruh penurunan nyeri

pembengkakan payudara pada ibu post partum sectio caesarea.

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

Ibu melahirkan (Post Partum) dapat berperan aktif dalam

pengaplikasian pemberian kompres daun kubis dingin terhadap

penurunan nyeri pembengkakan payudara pada ibu post partum

sectio caesarea.

2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Mengembangkan SOP pemberian kompres daun kubis

dingin terhadap penurunan nyeri pembengkakan payudara pada

ibu post partum sectio caesarea.

52
53

3. Bagi Peneliti

Sebelum melakukan penelitian diharapkan lebih banyak

mendapatkan referensi terkait SOP intervensi yang akan diteliti,

agar dapat mengembangkan suatu penelitian dan memiliki

wawasan yang luas.


DAFTAR PUSTAKA

Alvadri, Z. (2015). Hubungan pelaksanaan tindakan cuci tangan perawat dengan


kejadian infeksi rumah sakit di Rumah Sakit Sumber Waras Grogol. Jurnal
Penelitian Ilmu Keperawatan Universitas Esa Unggul, 3(1), 1-24.
Anugerah, A. P., Purwandari, R., & Hakam, M. (2017). Pengaruh Terapi Kompres
Dingin Terhadap Nyeri Post Operasi ORIF (Open Reduction Internal
Fixation) pada Pasien Fraktur di RSD Dr. H. Koesnadi Bondowoso (The
Effect of Cold Compress Therapy toward Post Operative Pain in Patients
ORIF Fracture in RSD Dr. H. Pustaka Kesehatan, 5(2), 247-252.
Apriani, A., & Widyastutik, D. (2018). Efektivitas penatalaksanaan kompres daun
kubis (brassica oleracea var. Capitata) dan breast care terhadap
pembengkakan payudara bagi ibu nifas. Jurnal Ilmiah Maternal, 2(4), 7-12.
Aprida, R. A. (2017). Penerapan kompres daun kol untuk mengurangi
pembengkakan payudara pada ibu postpartum di bpm yustin tresnowati
rowokele kebumen (Doctoral dissertation, stikes muhammadiyah gombong),
2(2), 40-46.
Astuti, Y., & Anggarawati, T. (2019). Pengaruh Kompres Kubis Terhadap Breast
Engorgement Ibu Postpartum Sectio Caesarea. Indonesian Journal of
Nursing Research (IJNR), 2(1), 12-21.
Astutik, P., & Kurlinawati, E. (2017). Pengaruh Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea. STRADA Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 6(2), 30-37.
Astutik, R. Y. (2017). Payudara dan Laktasi. Jakarta : Salemba Medika.
Bahrudin, M. (2018). Patofisiologi nyeri (pain). Saintika Medika: Jurnal Ilmu
Kesehatan dan Kedokteran Keluarga, 13(1), 7-13.
Dewi, U. M. (2016). Faktor yang mempengaruhi praktik menyusui pada ibu post
sectio caesarea di RSI A. Yani Surabaya. Journal of Health Sciences, 9(1),
21-30.
Dewi, R., & Purwaningsih, E. (2017). Pelaksanaan cuci tangan oleh perawat
sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Sai Betik, 9(1), 103-108.
Dewiani, K., & Yetti, P.(2019). Pengaruh kompres daun kubis dingin terhadap
penurunan intensitas nyeri dan pembengkakan payudara pada ibu
postpartum. Jurnal keperawatan muhammadiyah bengkulu, 6(2), 488-493.

54
55

Djamaludin, D., Al Fatih, H., & Qaulia, D. S. (2020). Pemberian kompres daun
kubis (brassica oleracea var. capitata) dengan penurunan nyeri pasien pasca
operasi kanker payudara. Holistik Jurnal Kesehatan, 14(1), 82-87.
Elvira, D., & Panjaitan, A. A. (2017). Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Nifas
Dengan Sikap Dalam Melakukan Perawatan Payudara Di Rumah Sakit
Kartika Husada Kabupaten Kubu Raya Tahun 2017. Jurnal
Kebidanan, 7(1), 265-342.
Gunawan, I. (2019). Managemen Pengelolaan Alat dan Bahan di Laboratorium
Mikrobiologi. Jurnal Pengelolaan Laboratorium Pendidikan, 1(1), 19-25.
Hartati, S., Maryinani, A. (2015). Asuhan Keperawatan Ibu post partum sectio
sesarea. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Hastuti, D. (2015). Hubungan Pengetahuan Tentang Sectio Caesarea dengan


Kecemasan Ibu Pre Operasi Di Ruang Catleya Rumah Sakit Panti Waluyo
Surakarta. Skripsi S-1 keperawatan. Stikes Kusuma Husada. Surakarta.
3(1), 53-57.
Impartina, A. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Teknik
Menyusui Dengan Kejadian Bendungan ASI. MEDISAINS, 15(3), 156-160.

Irfannuddin. (2019). Cara sistematika berlatih meneliti, merangkai sistematika


penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta : Rayyana Komunikasindo,
5(3), 77-81.

Khasanah, N. A., & Sulistyawati, W. (2017). Asuhan Nifas dan Menyusui. EBook
Penerbit STIKes Majapahit,4(2), 1-177.
Kirana, Y. (2015). Hubungan tingkat kecemasan post partum dengan kejadian
post partum blues di rumah sakit dustira cimahi. Jurnal Keperawatan
BSI, 3(1). 70-78.

Kurniasih, N. (2018). Pengaruh endorphin massage terhadap intensitas nyeri


pasien post sectio caesarea di rskia sadewa yogyakarta (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta), 6(2), 87-92.

Linarwati, M., Fathoni, A., & Minarsih, M. M. (2016). Studi deskriptif pelatihan
dan pengembangan sumberdaya manusia serta penggunaan metode behavioral
event interview dalam merekrut karyawan baru di bank mega cabang
kudus. Journal of Management, 2(2), 46-51.
Lele, J. S. A. (2020). Perawat Hubungan peran caregiver perawat dan komunikasi
interpersonal perawat dengan kepuasaan pasien di ruang rawat inap
cempaka dan kelimutu RSUD Prof. Dr. WZ Johanes Kupang. CHMK
NURSING SCIENTIFIC JOURNAL, 4(1), 186-191.
56

Maimunah, S., & Masita, E. D. (2019). Efektifitas Metode Double D terhadap


Depressi Post Partum pada Ibu Nifas Fase Letting Go di Kelurahan
Wonokromo Surabaya. Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and
Midwifery), 6(3), 320-325.
Mappaware, N. A. (2016). Etika dalam Penelitian Kedokteran Kesehatan. UMI
Medical Journal, 1(1), 90-100.
Maryunani, A. (2015). Asuhan ibu nifas dan asuhan ibu menyusui. Bogor : iN
MEDIA.
Metasari, D., & Sianipar, B. K. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi
penurunan nyeri post operasi sectio caesarea di RS. Raflessia
bengkulu. Journal of Nursing and Public Health, 6(1).
Maulida, D. (2020). Literature Review: Kompres Daun Kubis Terhadap
Pembengkakan Payudara Pada Ibu Postpartum, 7(3), 93-106.

Nasution, S. S. (2015). Peran Perawat Maternitas dalam Pencapaian TujuanMDGs


(Millenium Development Goals) Tahun 2015, 2(1), 67-78.
Nikmawati, N, Rahayu, I.,R., Rofiah, S. (2020). Kompres kubis dan sirih merah
efektif menurunkan derajat pembengkakan payudara ibu post partum.
Magelang : Jurnal Jendela Inovasi Daerah, 5(3), 55-78.
Octaria, H., & Trisna, W. V. (2016). Pelaksanaan Pemberian Informasi Dan
Kelengkapan Informed Consent Di Rumah Sakit Umum Daerah
Bangkinang (RSUD Bangkinang). Jurnal Kesehatan Komunitas, 3(2), 59-64
Pradini, N. (2018). Penerapan perawatan payudara dengan tehnik pijat oketani
terhadap kelancaran produksi asi pada asuhan keperawatan ibu post partum di
rumah sakit roemani muhammadiyah semarang (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Semarang), 6(2), 89-90.

Prasetyo, W. (2017). Literature review: Stres perawat di ruang instalasi gawat


darurat. Jurnal Ners Lentera, 5(1), 43-55.
Pratiwi, Y. S., Handayani, S., & Ariendha, D. S. R. (2019). Pengaruh Pemberian
Kompres Daun Kubis Terhadap Pembengkakan Payudara Pada Ibu
Postpartum. Jurnal Kesehatan Qamarul Huda, 7(2), 19-23.
Rahayu, H. S., & wulandari, E. T. (2020). Perbandingan efektivitas kompres air
hangat dan kompres daun kol untuk mengurangi nyeri pada ibu dengan
pembengkakan payudara di wilayah kerja puskesmas wana kabupaten
lampung timur tahun 2020. Jurnal maternitas aisyah (jaman aisyah), 1(3),
150-157.
57

Rizqiani, A. P. (2017). Pengaruh terapi pijat oksitosin terhadap produksi asi pada
ibu post partum primigravida di rumah bersalin citra insani
semarang (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).

Rutiani, C. E. A., & Fitriana, L. A. (2016). Gambaran bendungan ASI pada ibu
nifas dengan seksio sesarea berdasarkan karakteristik di rumah sakit
Sariningsih Bandung. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 2(2), 146-
155.
Rohmah, M., Wulandari, A., & Sihotang, D. W. (2019). Efektivitas Kompres
Daun Kubis (Brassica Oleracea) terhadap Skala Pembengkakan Payudara
pada Ibu Post Partum di PMB Endang Kota Kediri. Journal for Quality in
Women's Health, 2(2), 23-30.
Rohmayanti, L. (2017). Efektivitas Kompres Daun Kubis Dingin Terhadap
Pembengkakan Payudara Pada Ibu Post Partum Dengan Seksio Sesarea Di
Rs Bhineka Bakti Husada (Doctoral dissertation, Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Jakarta), 8(1), 112-121.
Rosaliza, M. (2015). Wawancara, Sebuah interaksi komunikasi dalam penelitian
kualitatif. Jurnal ilmu budaya, 11(2), 60-79.
Salat, S. Y. S., & Indriyani, R. (2019). Pengaruh Stres Post Partum Terhadap
Pembengkakan Payudara Pada Ibu Menyusui Di Desa Matanair. Journal Of
Health Science (Jurnal Ilmu Kesehatan), 4(1), 33-37.
Sari, I. P. (2018). Gambaran kejadian bendungan asi pada ibu nifas. Jurnal antar
kebidanan, 1(1), 1-12.
Sari, V. K., & putri, r. N. (2020). Efektivitas kompres daun kubis dan breast care
terhadap pengurangan pembengkakan payudara pada ibu nifas. Maternal
child health care, 2(2), 119-130.
Sasmito, P., Majadanlipah, M., Raihan, R., & Ernawati, E. (2018). Penerapan
Teknik Komunikasi Terapeutik oleh Perawat pada Pasien. Jurnal
Kesehatan, 11(2), 58-64.
Shintami, R. A., Battya, A. A., & Rohaeni, H. N. (2019). Pengaruh Kompres
Hangat terhadap Penurunan Nyeri Payudara pada Ibu Nifas. Jurnal
Kesehatan Pertiwi, 1(1), 21-25.
Suardana, K. (2018). Pengaruh Metode Komunikasi Efektif SBAR terhadap
Efektifitas Pelaksanaan Timbang Terima Pasien di Ruang Griyatama RSUD
Tabanan. Jurnal Skala Husada: The Journal of Health, 15(1).
Susiloningtyas, I., & Ratnawati, D. (2017). Faktor - faktor yang mempengaruhi
pemanfaatan ruang laktasi di puskesmas gunung pati semarang. Jurnal
Kebidanan, 9(01), 59-67.
58

Susilowati, D. (2017). Depresi postpartum dalam menghadapi perubahan peran


pada ibu nifas. Jurnal Kebidanan Indonesia: Journal of Indonesia
Midwifery, 5(2), 7-12.

Sulistyowati, P. (2016). Evaluasi Kangaroo Mother Care (KMC) pada BBLCR di


RSUD Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal Keperawatan
Soedirman, 10(3), 210-221.
Sutrisminah, E., & Alfiyati, N. (2015). Benefits of Breast Massage on Postpartum
Uterine Involution. INVOLUSI Jurnal Ilmu Kebidanan, 3(5).

Triandini, E., Jayanatha, S., Indrawan, A., Putra, G. W., & Iswara, B. (2019).
Metode Systematic Literature Review untuk Identifikasi Platform dan
Metode Pengembangan Sistem Informasi di Indonesia. Indonesian Journal
of Information Systems, 1(2), 63-77.
Wahyuni, T. S. (2019). Bendungan ASI pada Ibu Postpartum. 2-trik: tunas-tunas
riset kesehatan, 9(3), 107-112.
Wardani, S., & Yuliasri, T. R. (2018). Tingkat pengetahuan ibu post partum
primipara tentang perubahan fisiologi masa nifas, 9(2), 70-77.
Yudiyanta, N. K., & Novitasari, R. W. (2015). Assessment nyeri. Jurnal
CDK, 7(2), 226-231.
Yolanda, D. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Perawatan
Payudara Dan Teknik Menyusui Dengan Terjadinya Bendungan Payudara
Di Ruang Kebidanan Rsi Ibnu Sina Bukittinggi Tahun
2017. 'AFIYAH, 5(1), 61-69.
Zuhana, N. (2017). Perbedaan efektifitas daun kubis dingin (brassica oleracea var.
Capitata) dengan perawatan payudara dalam mengurangi
pembengkakanpayudara (breast engorgement) di kabupaten
pekalongan (Doctoral dissertation, Program Pascasarjana Undip), 5(1), 91-
103.
LAMPIRAN
Lampiran 1

Hasil Uji Plagiat


nyeri pembengkakan payudara hanya dengan menggunakan kompres dan massage. ASI
yang tidak di berikan secara kontinyu akan mengakibatkan terjadinya pembengkakan
payudara, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus laktoferus. Selain itu,
menggunakan bra yang ketat serta keadaan putting susu yang tidak bersih dapat
menyebabkan sumbatan pada duktus. Apabila tidak ada intervensi yang dilakukan karna
adanya pembengkakan payudara akan menimbulkan putting susu lecet mastiyis, dan
abses payudra hingga sampai menimbulkan septicemia (Miftakur, 2019). Ibu post
partum dengan sectio caesarea mempunyai hambatan tiga kali lebih besar dalam proses
menyusui di bandingkan dengan ibu post partum normal. Hal ini di karena ibu tidak
dilakukan inisiasi menyusui dini serta mengalami keterlambatan dalam pemberian ASI.
Selain itu, ibu juga mengalami nyeri, kelelahan dan proses persalinan yang panjang
dapat menyebabkan pembengkakan payudara (Clara, 2016). Hal ini dikarenakan adanya
perubahan hormonal secara cepat yang terjadi dalam tubuh ibu setelah proses
persalinan. Rasa ketidaknyaman setelah post partum dan trauma setelah persalinan juga
dapat mendukung terjadinya stress post partum. Ibu post partum yang mengalami stress
maka akan terjadi pelepasan adrenalin yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh
darah pada alveoli. Akibatnya terjadi let-down reflex sehingga air susu tidak mengalir
dan mengalami bendungan ASI. Apabila keadan ini berlanjut maka dapat mengakibatkan
terjadinya mastitis dan abses payudara (Clara, 2016) Salah satu peran perawat yaitu
sebagai care girver atau pemberi asuhan keperawatan karena perawat memberikan
asuhan keperawatan secara menyeluruh dalam proses penyembuhan dan membantu
klien mendapatkan kesehatannya kembali (jernal, 2020). Menurut Yuni (2019) salah satu
intervensi non farmakologi yang mudah dilakukan yaitu kompres kubis. Kompres daun
kubis pada payudara yang pembengkak dapat dilakukan bila kulit payudara tidak ada
luka dan tidak alergi sulfa, kompres menjadi efektif dan terlihat hasilnya dalam waktu 1-
2 jam sehingga ibu post partum dapat menyusui secara eksklusif dan dapat
meningkatkan kepercayaan diri ibu selama proses menyusui (Arista, 2018). Daun kubis
dapat digunakan sebagai terapi pembengkakan payudara. Hal ini membantu
mempelebar pembuluh darah kapuler sehingga dapat meningkatkan aliran darah untuk
keluar masuk. Daun kubis dapat digunakan untuk sebuat terapi pembengkakan seperti
pembengkakan payudara. Kubis (Brassia Oleracea Var. Capitata) mengandung asam
amino metioni yang befungsi sebagai antibiotic, selain itu mengandung sinigrin
(Allylisothiocyanate), minyak mustard, magnesium, oxylate heterosides belerang. Hal ini
akan membantu pelebaran pembuluh darah kapiler sehingga meningkatkan aliran darah
unruk keluar masuk pada daerah payudara, yang akan membuat tubuh untuk menyerap
cairan kembali yang terbendung didalam payudara. Selain kandungan tersebut, kubis
mengandung gel pendingin yang dapat menyerap panas sehingga memberikan efek
nyaman bagi ibu yang mengalami nyeri pembengkakan payudara (Zuhana, 2017).
Bedasarkan latar belakang diatas melihat tingginya angka kejadaian dan dampak dari
nyeri pembengkakan payudara kemudian di dukung dari berbagai jurnal yang terkait
dengan kompres daun kubis dingin maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang
pemberian kompres daun kubis dingin terhadap penuruan nyeri dan pembengkakan
payudara pada ibu post partum. B. Rumusan masalah Rumusan masalah pada penelian
gaim ran analisis intervensi pemberian kompres daun kubis dingin terhadap penurunan
nri dan pembenakanyudada ibu pospartum”. C. Tujuan Penilitian 1. Tujuan Umum
Tujuan umum di lakukan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran analisi intervensi
pemberian kompres daun kubis dingin terhadap penurunan nyeri pembengkakan
payudara pada ibu post partum section caesarea di rumah sakit pelni Jakarta. 2. Tujuan
Khusus a. Mengidentifikasi nyeri pembengkakan payudara pada ibu post partum sectio
sesarea sebelum dilakukan intervensi kompres daun kubis dingin. b. Mengidentifikasi
nyeri pembengkakan payudara pada ibu post partum section sesarea setelah dilakukan
intervensi kompres daun kubis dingin. c. Mengidentifikasi pengaruh pemberian kompres
daun kubis dingin terhadap nyeri pembengkakan payudara pada ibu post partum section
saesarea. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Membudayakan pengelolahan
penerapan kompres daun kubis dingin terhadap penurunan nyeri pembengkakan
payudara pada ibu post partum sectio caesarea. 2. Bagi Perkembangan Teknologi Ilmu
Keperawatan Menambahkan keluasan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan bidang
keperawatan meternitas terhadap penurunan nyeri pembengkakan payudara pada ibu
post partum section caesarea. 3. Bagi Peneliti Memperoleh pengalaman dalam
mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus desktiptif tentang
pelaksanaan dalam menurunan nyeri pembengkakan payudara pada ibu post partum
section saesarea. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Post partum a. Definisi Post
Partum Post partum (Nifas) adalah masa persalinan dan sgra setelah kelahiran, masa
pada waktu saluran reprodiktif kembali keadaan semula (Anik, 2015). Post partum
merupakan keadaan yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika organ
kandungan kembali seperti keadaan semula yang belangsung sekitar 6 minggu (Rizkiani,
2017). Post partum dimulai inpartu sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan serviks
menjadi terbuka dan menipis dan sekitar dengan keluarnya plasenta secara
lengkap(Kurniasih, 2018). b. Definisi post pastum Sectio Caesarea Section caesara
merupakan salah satu pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka lapisan
dinding perut dan dinding uterus (Kurniasih, 2018) Sectio Caesarea adalah melahirkan
janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Yuni,
2019). 9 Sectio caesarea adalah sebuah cara melahirkan anak dengan melakukan sebuah
sayatan pembedahan yang menembus abdomen dan uterus untuk mengeluarkan satu
bayi atau lebih (Hastuti, 2015). c. Perubahan Psikologis Ibu Post Partum Menurut Dewi
(2017) Beberapa penyesuaian psikologis dibutuhkan oleh wanita untuk melakukan tugas
dan peran baru sebagai ibu pada minggu pertama atau minggu pertama. a. Periode
Taking In Pada periode taking in berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan. Ibu biasanya
akan pasif dengan lingkungan. Sehingga perlu menjaga komunikasi terapeutik. Ibi
menjadi bergantungan dengan orang lain. Perhatiannya tertuju pada perubahan
tubuhnya. Ibu biasanya akan bercerita tengtang pengalaman melahirkan secara
berulang-ulang. Pada fase ini pula, seorang ibu post partum akam mengalami
kekecewaan atau fase denial, enyah itu dari dalam dirinya, bayi yang dilahirkan, suami
atau keluarga. b. Periode Taking Hold Pada periode taking hold berlangsung 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada faese taking hold ibu merasa khawatir dengan kemampuan
merawat bayi.. Ibu akan menjadi lebih sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh
karena itu, ibu membutuhkan dukungan dari 10 orang orang terdekat seperti suami atau
keluarga. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada fungsi tubuhnya, misalnya
pengontrolan fungsi tubuhnya seperti buang air kecil dan buang air besar, mulai belajar
mengubah posisi seperti duduk atau jalan, dan belajar untuk melakukan perawatan diri
dan bayinya. Pada periode ini butuh peran pendamping dari keluarga untuk memberikan
dukungan dan komunikasi yang baik agar ibu merasa mampu melewati fase ini. c.
Periode Letting Go Pada periode letting go berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Fase
di mana seorang ibu nifas sudah menerima tanggung jawab dan peran barunya sebagai
seorang ibu. Seorang ibu nifas pada masa ini sudah mampu melakukan perawatan diri
sendiri dan bayinya secara mandiri dan sudah mampu menyesuaikan diri. Secara umum
fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah. Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih
yang berkaitan dengan bayinya. d. Perubahan Fisiologi Ibu Post Partum Menurut Suma
dan Tita (2018) perubahan fisiologi pada ibu post partum meliputi : . 11 1) Involusi uteri
Involusi uteri merupakan proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum kehamilan.
Perubahan involusi uteri dapat diukur menggunakan pemeriksaan palpasi untuk meraba
tinggi fundus uteri (TFU). Adapun tinggi fundun uteri pada ibu post partum yaitu: a)
Setelah bayi lahir : setinggi pusat b) Setelah 1 minggu : pertengahan pusat dan simpisis
c) Setelah 2 minggu : tidak teraba di atas simpisis d) Setelah 6 minggu : normal e) Setelah
8 minggu : normal seperti sebelum lahir 2) Lokhea Lokhea dakibatkan karena involunsi
uteri, lapisan terluar dari mengelilingi plasenta dan akan menjadi nekrotik. Desidua yang
sudah mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara desidua dan
darah inilah yang disebut dengan lokhea. . Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama
masa partus dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang
biak lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokhea memiliki
bau yang amis, tetapi tidak telalu menyengat dan jumlah volume yang keluar berbeda-
beda pada ibu post partum. Lokhea akan mengalami suatu perubahan karena proses
involusi. Lokhea memiliki 4 jenis yang 12 dibedakan bedasarkan waktu dan warna
keluarnya. Berikut merupakan jenis dari lokhea: a) Lokhea Rubra Lokhea rubra akan
keluar pada hari pertama sampai hari ke 4 post partum. Cairan lokhea ini berwarna
merah hal ini kerena lokhea mengandung darah segar, dinding Rahim, jaringan jaringan
sisa plasenta, lemak bayi, meconium, lanugo (rambut bayi). b) Lokhea Sanguinolenta
Lokhea sanguinolenta ini akan berwarana kecoklatan dan mengadung lendir. Lokhea ini
akan keluar dari hari ke 4 sampai dengan hari ke 7 post partum. c) Lokhea Serosa Lokhea
serosa ini biasanya berwarna kuning kecoklatan dan terkandung serum, robekan
plasenta dan leukosit. Lokhea sesosa akan keluar dari hari ke 7 sampai dengan hari ke 14
post partum. d) Lokhea Alba Didalam lokhea alba mengandung sel desidua, leukosit,
selaput lendir yang berada pada serviks, leukosit dan jaringan jaringan yang sudah mati.
Lokhea alba ini akan keluar selama 2 sampai 6 minggu pada masa post partum. 13 3)
Perubahan pada serviks Pada masa post partum , serviks akan berubah menjadi kendor,
terkulai, lembek dan bentuknya menyerupai corong. Hal ini terjadi karena korpus uteri
berkontraksi tetapi serviks tidak kontraksi, yang akan membuat perbatan antara serviks
dan korpus uteri akan terbentuk seperti cicin. Serviks akan berwarna merah
kehitamanan kerena mengandung pembuluh darah. Setelah bayi dilahirkan, tangan
pemeriksan dapat memasukkan kedalam serviks 2-3 jari dan setelah I minggu post
partum tangan pemeriksa hanya bisa memasukkan 1 jari saja ke dalam serviks. Pada
masa post partum serviks akan setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, rapuh
dan tipis selama beberapa hari post partum. Bagian serviks yang menonjol keluar vagina
(ektoserviks) akan terlihat memar dan mengandung leserasi kecil kondisi yang optimal
yang berguna untuk perkembangan infeksi. Muara serviks, yang berdilatasi 10 cm
sewaktu partus, akan menutup secara bertahap. Tangan pemeriksa dapat memasukkan
2 jari kedalam muara serviks pada hari ke 4 sampai ke-6 post partum, tetapi hanya
tangkai kuret terkecil yang hanya dapat dimasukkan pada akhir minggu ke 2. Muara
serviks eksterna tidak berbentuk lingkatan seperti sebelum partus, tetapi terlihat
memanjang membentuk seperti suatu celah, sering disebut 14 seperti mulut ikan.
Laktasi akan menunda produksi estrogen yang mempengaruhi mucus dan mukosa. 4)
Perubahan pada vulva, vagina dan perineum Pada proses persalinan vulva dan vagina
mengalami penekanan dan pengerangan, seta beberapa hari post partum vulva dan
vagina ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae biasanya timbul kembali pada minggu
ke-3. Himen terlihat tonjolan kecil dalam proses pembentukan berubah menjadi
karankulae mitiformis yang biasanya khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina selalu
berubah dibandingkan keadaan wanita post partum primipara. Perubahan perineum
post partum terjadi saat perinrum dilakukan eposiotomi dengan indikasi tertentu.
Latihan otot perineum akan dapat mengembalikan otot tersebut dan dapat
mengencangkan vagina. Esterogen pada post partum akan menurun dan berperan
dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan kembali terlihat pada
sekitar minggu ke-4 meskipun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara. Pada
umumnya rugae akan memipih secara permanen. 5) Perubahan system pencernaan
Biasanya pada ibu post partum akan mengalami konstipasi. Ini disebabkan karena pada
saat partus mendapat tekanan yang 15 menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan belebihan pada saat partus, kurangnya makanan yang tinggi serat,
hemoroid dan kurang mobilisasi setelah post partum. Pada 1-2 hari post partum yang
biasa terjadi konstipasi karena hormone esterogen yang menurun. 6) Perubahan sistem
perkemihan Pada saat post partum, ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam
pertama post partum. Ini sebabkan terdapatnya spasme sfinker dan edeme lehen
kandung kemih setelah mendapatkan tekanan oleh kepala janin dan tulang pubis selama
partus. Kadar esterogen yang juga bersifat menahan air akan mengalami penurunan
yang mencolok. Keadaan diatas disebut dengan diuresis. 7) Perubahan system
musculoskeletal Saat post partum tonud utrus berkontraksi setelah partu. Pembuluh
darah yang berada pada anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan
menghentikan perdarahan. Ligament, diafragma pelvis, srta fasia yang merangsang
partus, akan menjadi cuit dan pulih kembali. Proses stabilisasi secara sempurna biasa
terjadi 6-8 minggu post partum. 8) Perubahan system hematologi Sel darah merah
(eritrosit) berkisar anata 15.000 selama partus. Peningkatan sel darah putih (leukosit)
berkisar antara 25.000-30.000 dan merupakan manifestasi adanya infeksi pada proses
partus yang 16 lama. Hal tersebut dapat meningkat pada fase awal post partum dan
terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah serta jumlah volume plasma dan
volume sel darah merah. Pada hari ke 2-3 post partum konsentrasi hematocrit menurun
kurang lebih 2% atau lebih. Jumlah kehilangan darah selama partus kurang lebih 700-
1500 ml (200 ml hilang saat partus, 500-800 ml akan hilan pada minggu pertama post
partum, dan 500 ml hilang pada post partum). 9) Perubahan system endokrin Setelah
plasenta terlepas dari dinding uterus kadar hormone HCG (hormone chrorionic
gonadhotropin) dan HPL (hormone plasenta lactogenic) secara berangsur turun dan
akan kembali normal setelah post partum hari ke 7. HCG tidak akan terdapat pada urine
ibu hamil dan setelah post partum hari ke 2. HPL juga sudah tidak terdapat pada
plasenta. 10) Perubahan tanda-tanda vital Setelah 24 jam post partum, suhu tubuh
biasanya meningkat menjadi 38ºC, sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi
dan perubahan kadar hormone yang menetap 2 hari setelah 24 jam post partum. Maka
harus di perhatikan adanya infeksi seperti infeksi pada post partum (sepsis puerparalsi),
infeksi saluran kemih, endometritis (peradangan endometrium), pembengkakan
payudaya dan lain-lain. 11) Perubahan laktasi 17 Ada bebebarapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya pembengkakan payudara, dan salah satunya adalah rasa cemas
atau stress yang dirasakan oleh ibu post pastum. Ibu post partum sangat rentan sekali
untuk mengalami stress selama masa nifas. Hal ini dikarenakan adanya perubahan
hormonal secara cepat yang terjadi dalam tubuh ibu setelah proses persalinan. Rasa
ketidaknyaman setelah masa persalinan dan trauma persalinan juga dapat mendukung
terjadinya stress post partum (Sri, 2019).. 3. Nyeri Pembengkakan payudara a. Definisi
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan yang
diakibatkan kerusakan sebuah jaringan, baik secara actual maupun potensial atau yang
digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (Bahrudin, 2018). Nyeri merupakan
suatu sensasi yang terjadi pada tubuh. Provokasi saraf sensorik nyeri akan menghasilkan
reaksi yang tidak nyaman, distress atau penderitaan (Yudiyanta, 2015). Pembengkakan
payudara merupakan bendungan air susu karena adanya penyempitan pada daerah
duktus laktiferus atau kelenjar yang tidak dikosongkan secara sempurna (Nina, 2017).
Pembengkakan payudara merupakan hambatan dalam pemberian air susu untuk bayi,
apanila kejadian ini meningkat harus dibutuhkan 24 penanganan yang baik agar ibu
merasa lebih nyaman dalam mengatasi masalah ini (Miftakhur dkk, 2019). b. Penyebab
pembengkakan payudra disebabkan karena ibu menyusi yang tidak kontinyu, sehingga
ASI terkumpul pada daerah duktus. Pembengkakan payudra biasa terjadi pada hari
ketiga post partum. Selain itu penggunaan bra yang ketat dan keadaan putting susu yang
tidak bersih dapat menyebabkan terjadinya sumpayan pada daerah duktus (Miftakhue,
2019). c. Fakor yang mempengaruhi pembengkakan payudara Menurut Yuni (2019)
Faktor yang menyebabakan nyeri pembengkakan payudara yaitu: 1) Posisi mulut dan
putung susu ibu yang salah 2) Produksi ASI berlebihan 3) Terlambat meyusui 4)
Pengeluaran ASI yang jarang 5) Waktu menyusui yang terbatas d. Tanda Payudara
Bengkak payudara yang mengalami pembengkakan akan sulit di hisap oleh bayi, karena
apabila payudara bengkak akan lebih menonjol, dan putting akan lebih datar sehingga
akan sulit dihisap oleh bayi, kulit paya payudra akan nampak lebih mengkilap, ibu
biasanya merasa badannya demam, dan 25 payudra terasa nyeri. Disarankan bagi ibu
yang menyusui bayi yang mengalami pembengkakan payudra terlebih dahulu harus
diperah dengan tangan atau di pompa agar payudara lebih lunak, hal ini menyebabkan
bayi akan lebih mudah menyusui (Djamaluddin, 2020) e. Penatalaksanaan
pembengkakan payudara Menurut Yuni (2019) ada beberapa cara untuk mengurangi
pembengkakan payudara: 1) Massase payudara, Massase payudara dilakukan bertujuan
untuk mempelancar sirkulasi darah dan merangsang system duktus, sehingga dapat
menyebabkan duktus menjadi lunak dan lebar, dan secara reflekstoris dikeluarkan
oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior. Hormon oksitosin yang di keluarkan melalui
rangsangan massase payudara selain untuk berkontraksi otot-otot payudara yang
berguna mempercepat produksi ASI juga merangsang kontraksi dan retrasi pada tunus
uterus sehingga perdarahan pada saat post partum dapat dicegah, dan proses involusi
dapat bejalan dengan cepat (Sutrisminah, 2015). 2) Kompres dingin, Kompres dingin
untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan mengurangi rasa nyeri. Bisa
dilakukan selang-seling dengan kompres panas untuk melancarkan pembuluh darah.
Digunakan untuk cedera tiba-tiba atau yang baru terjadi/ akut. Pembengkakan biasa
timbul dalam waktu 48 jam terjadinya cedera baru, dengan memberikan 26 kompres
dingin pada daerah pembengkakan dapat membantu mengurangi bengkak di karenakan
suhu dingin dapat mengurangi aliran darah pada daerah yang terkena cidera dan
memperlambat metabolism (Apriyani, 2017). 3) Kompres hangat, suhu angat dapat
mengendorkan otot-otot yang tegang dan mengurangi rasa nyaman. Kompres panas
merupakan salah satu pilihan tindakan yang digunakan untuk mengurangi dan
mengatasi rasa nyeri pada pembengkakan payudara. Kompres panas dianggap
bermanfaat untuk memperbaiki sirkulasi darah, terurtama pada engorgrment payudara
post partum. Pemberian kompres panas menyebabkan terlepasnya endorphin, sehingga
memblok transmisi stimulus nyeri. Cara kerjanya adalah rangsangan panas akam
merangsang reseptor dan mengaktifkan trannsmisi serabut sensori dan proses ini juga
dapat menurunkan transmisi nyeri (Shintami, 2019). 4) Kompres hangat dingin, untuk
menangani rasa nyeri. Pemberiaan kompres dingin dipercaya dapat meningkatkan
endorphin yang memblok transmisi dtrimulus nyeri dan juga menstimulasi serabut
berdiameter besar. Kompres hangat dapat memperbaiki sirkulasi darah, terutama pada
pembengkakan payudara (Amaliya, 2020). 5) Menyusui lebih sering dan lebih lama pada
payudara yang terkena untuk memperlancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan
payudara. Kesalahan dalam menyusui dapat menyebabkan terjadinya nyeri 27
pembengkakan payudara. Maka dengan cara teknik menyusui yang benar merupakan
metode pemberian ASI melalui isapan bayi dan mengatur posisi bayi dengan benar
(Yolanda, 2019). 6) Perawatan payudara, suatu tindakan untuk merawat payudara
terutama pada masa nifas untuk mempelancar ASI. Perawatan payudara adalah suatu
tindakan merawat payudara yang dilaksanakan oleh pasien sendiri atau dengan bantuan
orang lain, perawatan payudra dilaksanakan mulai dari hari pertama setelah partus
karena salah satu manfaatnya yaitu untuk melancarkan pengeluaran ASI yang
merupakan sumber makanan utama bagi bayi (Elvira, 2017). 7) kompres daun kubis
dingin, daun kubis dapat digunakan sebagai terapi pembengkakan payudara. Hal ini
membantu mempelebar pembuluh darah kapuler sehingga dapat meningkatkan aliran
darah untuk keluar masuk. Daun kubis dapat digunakan untuk sebuat terapi
pembengkakan seperti pembengkakan payudara. Kubis (Brassia Oleracea Var. Capitata)
mengandung asam amino metioni yang befungsi sebagai antibiotic, selain itu
mengandung sinigrin (Allylisothiocyanate), minyak mustard, magnesium, oxylate
heterosides belerang. Hal ini akan membantu pelebaran pembuluh darah kapiler
sehingga meningkatkan aliran darah unruk keluar masuk pada daerah payudara, yang
akan membuat tubuh untuk menyerap cairan kembali yang terbendung didalam
payudara. Selain kandungan tersebut, kubis mengandung gel 28 pendingin yang dapat
menyerap panas sehingga memberikan efek nyaman bagi ibu yang mengalami nyeri
pembengkakan payudara (Zuhana, 2017). Pemberian kompres daun kubis dingin dapat
berpengaruh pada skala pembengkakan payudra pada ibu post partum dan merupakan
salah satu pencegahan atau pengobatan pembengkakan yang sangat mudah didapatkan
dan dilakukan, dengan cara pilihlah daun kubisa yang masih segar, daun kubis hijau
diambil secara utuh dilebarkan usakan jangan robek, daun kubis di gunakan dalam
keadaan dingin (didinginkan kedalam freezer sekitar 20-30 menit dengan suhu 20oC),
keluarkan daun kubis dari freezer, lemaskan tulang daun kubis, tempatkan daun kubis
pada payudara yang mengalami pembengkakan payudara, tutupi semua area payudara
yang bengkak, kompres selama 15-20 menit samapai daun kubis layu, lakukan 2 hari
sekali pada pagi dan sore hari selama 3 hari berturut turut (Yopi, 2019). f. Cara penilaian
nyeri pembengkakan payudara Tabel 1. Skala pengbengkakan payudara menurut Hill
and Humenick 94 Skala Keadan payudara Kriteria 1 Payudara lembek, tidak ada
konsistensi pada payudara, tidak nyeri Tidak nyeri 2 Ada perubahan sedikit pada
payudara, tidak ada nyeri Nyeri ringan 3 Payudara keras, tetapi tidak ada nyeri Nyeri
ringan 29 4 Payudara keras, mulai terasa nyeri Nyeri sedang 5 Payudara keras dan nyeri
Nyeri sedang 6 Sangat keras dan sangat nyeri Nyeri berat Dengan hasil : 1. Tidak nyeri :
payudara lembek, tidak ada konsistensi pada payudara. Skala nyeri pembengkakan
payudara 1. 2. Nyeri ringan : ada peubahan payudara atau payudara keras, tidak ada
nyeri. Skala nyeri pembengkakan payudara 2-3. 3. Nyeri sedang : payudara keras dan
mulai terasa nyeri. Skala nyeri pembengkakan payudara 4-5. 4. Nyeri berat : payudara
sangat keras dan sangat nyeri . Skala nyeri pembengkakan payudara 6. 4. Peran Perawat
Maternitas Menurut (Nasution, 2015) ada lima peran tindakan keperawatan yang dapat
dilakukan oleh perawat maternitas, yaitu memberi pelayanan (Care giver), Pendidik,
Advocator, Change Agent, peneliti. a) Memberi pelayanan (Care girver) Peran perawat
sebagai care girver yaitu memberikan pelayanan keperawatan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat 30 sesuai dengan masalah keperawatan yang
terjadi dari masalah yang bersifat sederhana sampai kemasalah yang sifat komples.
Peran perawat maternitas sebagai care giver pada ibu post partum untuk mengurangi
nyeri pembengkakan payudara dapat dilakukan perawat maternitas yaitu dengan
memberikan kompres daun kubis dingin. b) Pendidik Peran perawat sebagai pendidik
klien yaitu membatu klien dalam meningkatkan kesehatan dengan memberikan
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah keperawatan dan tindakan medik yang
diterima oleh klien, sehingga klien dan keluarga menerima tanggung jawab mengenai
hal yang diketahui. Peran perawat maternitas sebagai Educator diharapkan dapat
membantu memberikan pengetahuan kepada ibu post partum mengenai bagaimana
cara mengurangi nyeri pembengkakan payudara dengan kompres daun kubis dingin c)
Advocate Peran perawat sebagai advokat atau pelindung klien, yaitu membantu
mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan membantu klien dalam
mengambil keputusan untuk menghindari terjdinya sebuah kecelakaan dan melindungi
klien dari efek yang tidak diinginkan yang berasal dari prosedur diagnostic atau
pengobatan tertentu. Peran perawat sebagai advocate harus menjadi pembela bagi 31
ibu post partum dan keluarga untuk mendapatkan hak dan perlakuan yang sama dengan
orang lain. d) Change Agent Sebagai pembaharu, perawat menggadakan invasi dalam
cara berfikir, bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan klien/keluarga
agar menjadi sehat. Peran perawat maternitas sebagai chage agent yaitu melakukan
pembaharuan intervensi non farmakologi yang mudah di lakukan ibu post partum
dirumah. e) Peneliti Peran perawat sebagai peneliti merupakan perawat yang
menyelidiki atau meneliti fenomena yang sedang terjadi di dalam masyarakat yang
dirancang secara sistematis untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan
kesehatan. Peran perawat maternitas sebagai peneliti yaitu menyelidiki masalah yang
terjadi pada ibu post partum. B. Kerangka konsep Bagan 1. Kerangka konsep Ibu post
partum section caesarea Menyusui Pembengkakan payudara Nyeri pembengkakan
payudara Faktor yang menyebabkan nyeri pembengkakan payudara yaitu: Alat pengukur
nyeri: 1. Mengukur nyeri bedasarkan catatan klien (self report measure) 32 BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini desain yang di gunakan
adalah studi kasus deskriftif. Studi kasus merupakan penelitian dengan menggali
informasi apa yang akhirnya bisa dipelajari atau ditarik menjadi sebuah kasus, baik kasus
secara tunggal ataupun jamak (Raharjo, 2017). Sedangkan penelitian deskriptif adalah
peneliatian yang ditujukan untuk mendeskripsikan suatu fenomena yang sudah ada, baik
fenomena alamiah ataupun buatan manusia. Fenonema itu biasa berupa aktivitas,
bentuk, perubahan, karakteristik, kesamaan, hubungan dan perbedaan antara fenomena
yang satu dengan yang lainnya (Linawarti, 201). I. Etika Penelitian Menurut Mappare
(2016) etika keperawatan adalah suatu masalah yang begitu penting dalam suatu
penelitian, karena penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia.
Etika penelitian pada penelitian ini adalah: 1. Informed consent Informed consent
adalah suatu bentuk persetujuan yang dilakukan antara peneliti dengan responden yang
akan dilakukan penelitian dengan membagian suatu kembar persetujuan. Informed
consent akan diberikan sebelum dilakukan sebuah penelitian dengan cara memberikan
lembar persetujuan unruk menjadi sebuah responden. Tujuan dari informed consent
yaitu agak responden mengerti maksud dan tujuan peneliti melakukan penelitian,
mengetahui dampaknya. Jika responden tidak bersedia maka peneliti harus
menghormatu hak pasien. 2. Tanpa nama (Anonimity) Masalah etika keperawatan ini
merupakan masalah yang memberikan jaminan pada responden dengan cara tidak
memberitahukan atau tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menggunakan inisal pada lembar pengumpulan data yang akan di sajikan oleh
peneliti. 3. Kerahasian (Confidentialy) 38 Masalah ini merupakan peneliti memberikan
jaminan kerahasian dalam hasil penelitian, baik secara informative ataupun masalah-
masalah lainnya. Semua informasi mengenai responden yang telah dikumpulkan oleh
peneliti harus dijamin kerahasiannya, hanya kelompok data tertentu yang akan
melaporkan hasil riset.
Lampiran 2

Rencana Kegiatan Penelitian

JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI


NO KEGIATAN 2020 2020 2020 2020 2020
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Penyusunan Proposal
3 Pengumpulan Proposal
4 Ujian Proposal
5 Revisi Proposal
6 Uji Etik
7 Praktek Penelitian
Penyusunan Hasil
8
Penelitian
9 Ujian Hasil Penelitian
10 Revisi Hasil Penelitian
Lampiran 3
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Usia :

Alamat :

Pekerjaan :

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa:

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat
penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan
dilakukan oleh INTAN YULIYANA dengan judul “Analisis intervensi
pemberian kompres daun kubis dingin terhadap penurunan nyeri pembengkakan
payudara pada ibu post partum sectio caesarea” Saya memutuskan setuju untuk
ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela tanpa paksaan.
Bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan diri, maka saya
dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Jakarta, Agustus 2020

( )
Lampiran 4

KUESIONER IBU POST PARTUM DENGAN NYERI PEMBENGKAKAN


PAYUDARA
I. Identitas Responden
Nama Ibu/ Umur :
Nama Suami/ Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Paritas :
Nifas hari ke :
Telp/ Hp :

II. Skala Pembengkakan Payudara Menurut Hill and Humenick’ 94


Skala Keadan payudara Ya/ tidak
1 Payudara lembek, tidak ada konsistensi pada
payudra
2 Ada perubahan sedikit pada payudra
3 Payudara keras, tetapi tidak ada nyeri
4 Payudara keras, mulai terasa nyeri
5 Payudara keras dan nyeri
6 Sangat keras dan sangat nyeri
Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI HASIL PEMBERIAN KOMPRES DAUN KUBIS


DINGIN UNTUK MENGURANGI NYERI PEMBENGKAKAN
PAYUDARA PADA IBU POST PARTUM SECTIO CAESAREA

I. Identitas Responden
Nama Ibu/ Umur :
Nama Suami/ Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Paritas :
Nifas hari ke :
Telp/ Hp :
Hari/ Jenis intervensi pagi Sore
tanggal
sebelum sesudah Sebelum sesudah
Skala pembengkakan
payudara
Skala pembengkakan
payuudara
Skala pembengkakan
payudara
Skala pembengkakan
payudara
Skala pembengkakan
payudara
Lampiran 6
PEDOMAN PROSEDUR

KOMPRES DAUN KUBIS DINGIN

Nama : kompres daun kubis dingin

Sasaran : ibu postpartum sectio caesarea dengan nyeri pembengkakan


payudara

Jumlah ibu : 4 ibu

Waktu : kurang lebih 30 menit

Tujuan : mengurangi nyeri pembengkakan payudara

Petunjuk tindakan

Hari ke-1 :

 Mencari ibu sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

 Menjelaskan maksud dan tujuan pada responden

 Meminta persetujan untuk merawat pasien selama 3 hari

 Memberikan lembar persetujuan kepada respoden

 Melakukan observasi dengan pemeriksaan fisik palpasi payudara sebelum


diberikan

 Persiapan pasien

 Persiapan alat

 Memberikan kompres daun kubis dingin

 Melakukan observasi dengan pemeriksaan fisik setelah di berikan


intervensi
 Membuat kontrak yang akan dating

Hari ke-2:

 Persiapan pasien

 Persiapan alat

 Melakukan observasi dengan pemeriksaan fisik palpasi payudara sebelum


diberikan

 Memberikan kompres daun kubis dingin

 Melakukan observasi dengan pemeriksaan fisik setelah di berikan


intervensi

 Membuat kontrak yang akan dating

Hari ke-3:

 Persiapan pasien

 Persiapan alat

 Melakukan observasi dengan pemeriksaan fisik palpasi payudara sebelum


diberikan

 Memberikan kompres daun kubis dingin

 Melakukan observasi dengan pemeriksaan fisik setelah di berikan


intervensi

 Memberitahu hasil penurunan skala pembengkakan payudara dengan


menggunakan kompres daun kubis dingin
Lampiran 7

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KOMPRES DAUN KUBIS

Standar operasional prosedur kompres daun kubis


Pengertian Kompres kubis adalah kompres yang dilakukan untuk
mengurangi pembengkakan payudara menggunakan
daun kubis

Tujuan Kompres daun kubis dingin membantu memperlebar


pembuluh darah kapiler sehingga meningkatkan aliran
darah untuk keluar masuk dari daerah tersebut,
sehingga memungkinkan tubuh untuk menyerap
kembali cairan yang terbendung dalam payudara
tersebut.
Alat dan Bahan 1) Daun kubis dingin
2) Wadah tahan dingin
3) kuesioner Hills and Humanick’94
Prosedur Pelaksanaan 1. Fase Orientasi
a. Melakukan salam teraputik kepada responden
b. Memberikan infomed consent atau lembar
persetujuan
c. Melakukan wawancara
d. Memberikan kuesioner Hills and Humanick’94
2. Fase Kerja
e. Menyiapkan alat-alat kompres daun kubis
f. Melakukan cuci tangan sebelum tindakan
g. Memberikan kompres daun kubis dingin yang
sudah di taruh di freezer dengan suhu 20oc
selama 30 menit dan didiamkan selama 20-30
menit diatas payudara bengkak.
3. Fase Evaluasi
h. Melakukan evaluasi nyeri pembengkakan
payudara setelah diberikan kompres daun kubis
dingin menggunakan kuesioner Hill and
Humanick’94
i. Mencuci tangan setelah tindakan
j. Berpamitan dengan pasien
Lampiran 8

CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama : Intan Yuliyana


Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 12 Juli 1999
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kp. Bojong RT002/RW015 No. 66 Kota
Tangerang
Agama : Islam
Email : intanyuliyana23@gmail.com

DATA PENDIDIKAN

TK : RA. AL-HIKMAH
SD : SDN Bojong 1 Kota Tangerang
SMP : MTsN 2 Kota Tangerang
SMA : SMAN 9 Kota Tangerang
Perguruan Tinggi : Akademi Keperawatan PELNI Jakarta

Anda mungkin juga menyukai