Anda di halaman 1dari 94

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMBERIAN AIR KELAPA HIJAU TERHADAP PENURUNAN NYERI


DYSMENORRHEA PADA REMAJA PUTRI

Disusun oleh:

NILAM ADHITIYA RAMADHANI

NIRM: 18031

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA


JAKARTA
2021
PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBERIAN AIR KELAPA HIJAU TERHADAP PENURUNAN NYERI
DYSMENORRHEA PADA REMAJA PUTRI

KARYA TULIS ILMIAH


Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahlimadya Keperawatan

Program Studi Diploma Tiga Keperawatan

Disusun oleh:

NILAM ADHITIYA RAMADHANI


NIRM: 18031

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA
JAKARTA
2021

i
KARYA TULIS ILMIAH

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMBERIAN AIR KELAPA HIJAU TERHADAP PENURUNAN NYERI
DYSMENORRHEA PADA REMAJA PUTRI
Dipersiapkan dan disusun oleh :

NILAM ADHITIYA RAMADHANI

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 19 September 2021

DEWAN PENGUJI

Pembimbing Utama : Putri Permata Sari, Ns., M.Kep ( )

Ketua Dewan Penguji : Buntar Handayani, SKp., M.Kep., MM ( )

Anggota Penguji I : Tini Wartini, S.Pd., S.Kep., MKM ( )

ii
SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME

Saya yang bertanggungjawab di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa

Karya Tulis Ilmiah ini, Saya susun tanpa tindak plagiarisme sesuai peraturan yang

berlaku di Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

Jika dikemudian hari Saya melakukan tindak plagiarisme, Saya sepenuhnya akan

bertanggungjawab dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Akademi

Keperawatan PELNI Jakarta, termasuk pencabutan gelar atas ijazah yang saya

terima.

Jakarta, 19 September 2021

Penulis

Nilam Adhitiya Ramadhani

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini dengan judul “Pengembangan Standar Operasional Prosedur

Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap Penurunan Nyeri Dysmenorrhea Pada

Remaja Putri”. Rangkaian penyusunan laporan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan

salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar Ahlimadya

Keperawatan di Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

Dalam penyusunan ini tidak terlepas dukungan dari berbagai pihak.

Penulis secara khusus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah membantu. Penulis banyak menerima bimbingan,

petunjuk dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak yang bersifat moral

maupun material. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu/Saudara yang penulis hormati yaitu:

1. Bapak Ahmad Samdani, SKM., MPH, Ketua Yayasan Samudra Apta.

2. Ibu Buntar Handayani, SKp., M.Kep., MM, Direktur Akademi Keperawatan

PELNI Jakarta.

3. Tini Wartini, S.Pd., S.Kep., M.KM, Dosen penguji II Karya Tulis Ilmiah

Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

4. Ns. Sri Atun Wahyuningsih, M.Kep., Sp.Kep.J, Ketua Program Studi

Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

iv
5. Ns. Putri Permata Sari, M.Kep, Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

6. Seluruh Dosen dan Staff Akademi Keperawatan PELNI Jakarta yang telah

memberikan banyak dukungan, do‟a serta ilmu yang sangat bermanfaat.

7. Untuk kedua orang tua, kakak, dan anggota keluarga besar yang selama ini

telah membantu penulis dalam bentuk perhatian, kasih sayang, semangat, serta

doa yang tidak henti-hentinya mengalir demi kelancaran dan kesuksesan

penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman-teman mahasiswa/i Akademi Keperawatan PELNI Jakarta Angkatan

XX III dan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis

mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan, masukan dan saran

diharapkan dari semua pihak. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat

untuk kemajuan ilmu keperawatan.

Jakarta, 19 September 2021

Nilam Adhitiya Ramadhani

v
ABSTRAK

Pendahuluan: Dysmenorrhea merupakan nyeri yang dirasakan pada pinggang dan


perut bawah disebabkan oleh kontraksi dinding rahim yang terjadi akibat
peningkatan kadar prostaglandin dalam proses pelepasan dinding rahim.
Prevalensi nyeri dysmenorrhea sangat besar di dunia, berdasarkan World Health
Organization (WHO) tahun 2018, rata-rata lebih dari 50% perempuan mengalami
dysmenorrhea. Remaja putri di Indonesia yang mengalami dysmenorrhea sebesar
76%. Terapi non farmakologi yang dapat diterapkan salah satunya dengan air
kelapa hijau. Air kelapa memiliki kandungan banyak zat-zat penting untuk tubuh.
Kelapa memiliki kadar air sebanyak 95,5 gram dari 100 gram buah kelapa. Kalori
yang terkandung berkisar 17 kalori/100 gram yang mempunyai manfaat untuk
memberikan hidrasi pada cairan tubuh, menurunkan berat badan, meningkatkan
daya tahan tubuh, meningkatkan sirkulasi, mempertahankan elektrolit agar
seimbang, dan menurunkan nyeri dysmenorrhea. Tujuan: mengembangkan
standar operasional prosedur pemberian air kelapa hijau terhadap penurunan nyeri
dysmenorrhea. Metode: menggunakan literature review terkait standar
operasional prosedur pemberian air kelapa hijau dengan pendekatan Plan, Do,
Study, Act (PDSA). Hasil: tersusunnya pengembangan Standar Operasional
Prosedur (SOP) terkait adanya penurunan nyeri dysmenorrhea pada remaja putri.
Kesimpulan dari penulisan ini terdapat bukti bahwa kandungan gizi dalam air
kelapa hijau dapat dijadikan sebagai terapi alternatif non farmakologi dalam
menurunkan nyeri dysmenorrhea pada remaja putri.

Kata Kunci: Dysmenorrhea; Kelapa Hijau; Menstruasi; Remaja Putri; Terapi


Non Farmakologi

vi
ABSTRACT

Introduction: Dysmenorrhea is pain felt in the waist and lower abdomen caused
by uterine wall contractions that occur due to increased levels of prostaglandins
in the process of releasing the uterine wall. The prevalence of dysmenorrheal pain
is very large in the world, based on the World Health Organization (WHO) in
2018, on average more than 50% of women experience dysmenorrhea. Adolescent
girls in Indonesia who experience dysmenorrhea are 76%. One of the non
pharmacological therapiest that can be applied is green coconut water. Coconut
water contains many important substances for the body. Coconut has water
content of 95,5 grams from 100 grams of coconut. The calories contained are
arround 17 calories/100 grams which have the benefit of providing hydration to
body fluids, losing weight, increasing endurance, increasing circulation,
maintaining electrolyte, and reducing dymenorrhea pain. Purpose: develop
operating procedures for giving green coconut water to reduce dysmenorrhea
pain. Method: using literature review related to standard operating procedures
for providing green coconut water with the Plan, Do, Study, Act (PDSA)
approach. The result of the writing are development of Standard Operating
Procedures (SOP) related to the reduction of dysmenorrhea pain in adolescent
girls. Conclusion: there is evidence that the nutritional content in green coconut
water can be used as a non pharmacological alternative therapy in reducing
dysmenorrhea pain in adolescent girls.

Keyword: Adolescent Girls; Dysmenorrhea; Green Coconut; Menstruation; Non


Pharmacology

vii
DAFTAR ISI

KARYA TULIS ILMIAH............................................................................ ii


SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME.............................................. iii
KATA PENGANTAR................................................................................. iv
ABSTRAK..................................................................................................... vi
ABSTRACT.................................................................................................. vii
DAFTAR ISI................................................................................................. viii
DAFTAR BAGAN....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xii
DAFTAR SINGKATAN............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 4
1. Tujuan Umum....................................................................................... 4
2. Tujuan Khusus...................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan..................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TERORI................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka....................................................................................... 7
1. Konsep Meternitas................................................................................ 7
2. Konsep Menstruasi............................................................................... 9
3. Konsep Dysmenorrhea......................................................................... 22
4. Konsep Pemberian Air Kelapa Hijau................................................... 29
5. Konsep Remaja..................................................................................... 35
B. Kerangka Konsep...................................................................................... 39
BAB III METODE PENULISAN............................................................... 40
A. Metodologi................................................................................................ 40
B. Plan, Do, Study, Act (PDSA).................................................................... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 43
A. Hasil.......................................................................................................... 43
1. Hasil Penelusuran Literature Review............................................... 43
2. Pengembangan SOP Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap
49
Penurunan Nyeri Dysmenorrhea pada Remaja Putri...........................
B. Pembahasan............................................................................................... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 56
A. Kesimpulan................................................................................................ 56
B. Saran.......................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 58
LAMPIRAN.................................................................................................. 64

viii
DAFTAR BAGAN

Hal.
Bagan 2.1 Kerangka Konsep 39

ix
DAFTAR GAMBAR

Hal.
Gambar 2.1 Organ Internal 10
Gambar 2.2 Organ Eksterna 13
Gambar 2.3 Fase Menstruasi 17
Gambar 2.4 Nyeri Dysmenorrhea 22
Gambar 2.5 Skala Penilaian Numerik 28
Gambar 2.6 Buah Kelapa Hijau 29
Gambar 2.7 Gelas ukuran 250 ml 32

x
DAFTAR TABEL

Hal.
Tabel 4.1 Hasil Penelusuran Literature Review 44
Tabel 4.2 Pengembangan SOP 54

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Observasi


Lampiran 2 Standar Operasional Prosedur Pemberian Air Kelapa Hijau
Terhadap Penurunan Nyeri Dysmenorrhea (Siti Nurlina Suhatini,
2020)
Lampiran 3 Standar Operasional Prosedur Pemberian Air Kelapa Hijau
Terhadap Penurunan Nyeri Dysmenorrhea (Siti Khodijah, 2017)
Lampiran 4 Standar Operasional Prosedur Pemberian Air Kelapa Hijau
Terhadap Penurunan Nyeri Dysmenorrhea (Leni Tri Wahyuni,
2018)
Lampiran 5 Standar Operasional Prosedur Pemberian Air Kelapa Hijau
Terhadap Penurunan Nyeri Dysmenorrhea (Umi Nur Cahyati & Uli
Na‟mah, 2019)
Lampiran 6 Standar Operasional Prosedur Pemberian Air Kelapa Hijau
Terhadap Penurunan Nyeri Dysmenorrhea (Irma Rismaya,
Rosmiyati, & Ana Mariza., 2020)
Lampiran 7 Bagan Pengembangan Standar Operasional Prosedur Pemberian Air
Kelapa Hijau Terhadap Penurunan Nyeri Pemberian Air Kelapa
Hijau Terhadap Penurunan Nyeri Dysmenorrhea
Lampiran 8 Pengembangan Standar Operasional Prosedur Pemberian Air
Kelapa Hijau Terhadap Penurunan Nyeri Pemberian Air Kelapa
Hijau Terhadap Penurunan Nyeri Dysmenorrhea
Lampiran 9 Lembar Plagiat
Lampiran 10 Lembar Oponen
Lampiran 11 Lembar Konsul
Lampiran 12 Biografi

xii
DAFTAR SINGKATAN

WHO = World Health Organization


SDKI = Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
SOP = Standar Operasional Prosedur
NSAID = Non Steroidol Anti Inflammatory Drugs
GnRH = Gonadotropin-Releasing Hormone
FSH = Follicle-Stimulating Hoemone
LH = Luteinizing Hormone
PID = Pelvic Inflammation Disease
PDGF2a = Prostaglandin F2 alfa
NRS = Numerical Rating Scale
SMP = Sekolah Menengah Pertama
SMA = Sekolah Menengah Atas
PERMENKES RI = Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
MEN.KES = Kementrian Kesehatan

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pubertas merupakan hal yang dialami setiap individu baik laki-laki

maupun perempuan. Perempuan yang sudah memasuki masa pubertas biasanya

ditandai dengan perubahan hormon estrogen dan progesteron, pertumbuhan

tinggi badan, pembesaran payudara, tumbuh rambut halus pada kelmaluan dan

ketiak, kulit menjadi lebih halus, suara terdengar lebih halus dan melengking,

pinggul membesar, paha menjadi lebih bulat, dan terjadi menstruasi secara

periodik (Rosyida, 2019). Menstruasi merupakan hal yang terjadi pada

perempuan secara periodik, disebabkan karena adanya perdarahan akibat

luruhnya sebagian endometrium atau dinding rahim karena tidak terjadinya

implantasi embrio (Purwoastuti & Walyani, 2015). Gangguan menstruasi yang

terjadi pada sebagian wanita menyebabkan terganggunya aktivitas, salah satu

gangguan yang dialami adalah dysmenorrhea atau nyeri haid (Afiyanti &

Pratiwi, 2016).

Prevalensi nyeri dysmenorrhea sangat besar di dunia, berdasarkan World

Health Organization (WHO) tahun 2018, rata-rata lebih dari 50% perempuan

mengalami dysmenorrhea. Perempuan di Amerika Serikat yang mengalami

dysmenorrhea diperkirakan hampir 90% dan 10% sampai 15% perempuan

mengalami dysmenorrhea berat yang mengganggu aktivitas dan berdampak

pada ketidakhadiran sekolah pada remaja sekitar 14% karena mengalami

dysmenorrhea. Remaja putri di Indonesia yang mengalami dysmenorrhea

1
2

sebesar 76% dan remaja putri sebesar 58% tidak mengalami dysmenorrhea

pada saat menstruasi. Persentase tersebut didapatkan dari hasil diskusi yang

dilakukan remaja putri pada teman sebaya dan ibunya (Kementrian Kesehatan

RI, 2017).

Dysmenorrhea merupakan nyeri yang dirasakan pada pinggang dan

perut bawah disebabkan oleh kontraksi dinding rahim yang terjadi akibat

peningkatan kadar prostaglandin dalam proses pelepasan dinding rahim

(Ratnawati, 2017). Wanita yang mengalami nyeri saat menstruasi biasanya

menimbulkan rasa tidak nyaman jika tidak diatasi, gejala yang sering muncul

pada perempuan atau remaja putri dengan dysmenorrhea ditandai dengan rasa

mual, ingin muntah, sakit kepala, punggung terasa nyeri, dan pusing

(Sibaragiang, 2016).

Penanganan dysmenorrhea dapat dilakukan dengan tindakan terapi

farmakologi maupun non farmakologi. Terapi farmakologi dilakukan dengan

cara pemberian obat-obatan analgesik yang dapat meredakan rasa nyeri yaitu

golongan Non Steroidol Anti Inflammatory Drugs (NSAID) yang berfungsi

memblok prostaglandin. Terapi farmakologi yang digunakan terus-menerus

dengan dosis yang tinggi dapat menimbulkan efek samping pada penggunanya,

diantaranya dapat menimbulkan kerusakan pada organ hati dan ginjal. Terapi

non farmakologi dapat dilakukan dalam upaya meredakan dysmenorrhea

diantaranya pemberian kompres hangat, kompres dingin, massage pada area

perut, olahraga, pengalihan nyeri dengan mendengarkan musik, dan

penggunaan bahan herbal (Haryono, 2016).


3

Bahan herbal yang dapat digunakan untuk meredakan nyeri

dysmenorrhea salah satunya adalah air kelapa. Air kelapa memiliki kandungan

banyak zat-zat penting untuk tubuh. Kelapa memiliki kadar air sebanyak 95,5

gram dari 100 gram buah kelapa. Kalori yang terkandung berkisar 17

kalori/100 gram yang mempunyai manfaat untuk memberikan hidrasi pada

cairan tubuh, menurunkan berat badan, meningkatkan daya tahan tubuh,

meningkatkan sirkulasi, mempertahankan elektrolit agar seimbang, dan

menurunkan nyeri dysmenorrhea (Latifha, 2015).

Hasil penulisan yang dilakukan oleh Khodijah (2017) yang berjudul

“Pengaruh Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore

Pada Mahasiswa Prodi D IV Bidan Pendidik Di Universitas „Aisyiyah

Yogyakarta” menyatakan bahwa terdapat penurunan tingkat nyeri haid atau

dysmenorrhea secara signifikan sebelum dan sesudah pemberian air kelapa

hijau. Hal ini sejalan dengan penulisan Wahyuni (2018) yaitu dengan

melakukan wawancara kepada 29 mahasiswi yang mengalami dysmenorrhea

primer, 15 mahasiswa mengalami nyeri berat. Penelitian dilakukan pada hari

pertama dan hari kedua. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa

terdapat penurunan nilai rata-rata nyeri haid yang signifikan sebelum dan

sesudah pemberian air kelapa hijau.

Menurut Suhatini (2020) penulis melakukan penelitian pada siswi kelas

XI di SMA Negeri 12 Bandar Lampung, didapatkan hasil setelah diberikan air

kelapa hijau sebagian besar responden dari 17 yang mengalami nyeri

dysmenorrhea merasakan bahwa nyeri berkurang dan pada penelitian jurnal


4

Chayati & Na‟mah (2019) yaitu dilakukan penerapan pada 5 remaja putri

berusia 13-15 tahun dan didapatkan hasil adanya penurunan nyeri

dysmenorrhea sesudah diberikan air kelapa hijau.

Penelitian yang dilakukan oleh Rismaya, Rosmiyati, & Mariza (2020)

melakukan penelitian pada mahasiswa kebidanan tingkat I dan II Universitas

Malahayati, didapatkan 15 responden dengan hasil rata-rata nyeri

dysmenorrhea sedang sampai berat sebelum diberikan air kelapa hijau, setelah

diberikan air kelapa hijau didapatkan hasil bahwa air kelapa hijau dapat

digunakan sebagi terapi non farmakologi untuk menurunkan nyeri

dysmenorrhea.

Berdasarkan data uraian diatas hampir semua remaja putri mengalami

nyeri dysmenorrhea saat menstruasi. Dampak dysmenorrhea pada remaja putri

yaitu terjadi penurunan aktivitas sehari-hari salah satunya ketidakhadiran di

sekolah, oleh karena itu peran perawat terhadap pemberian air kelapa hijau

untuk memberikan bantuan sebagai upaya penanganan alternatif non

farmakologi, maka penulis tertarik untuk mengembangkan judul

“Pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemberian Air Kelapa

Hijau Terhadap Penurunan Nyeri Dysmenorrhea Pada Remaja Putri”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penulisan Standar Operasional Prosedur (SOP)

ini adalah “pentingnya SOP pemberian air kelapa hijau terhadap penurunan

nyeri dysmenorrhea pada remaja putri”.


5

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulisan ini bertujuan untuk mengembangkan Standar

Operasional Prosedur (SOP) pemberian air kelapa hijau terhadap

penurunan nyeri dysmenorrhea pada remaja putri.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan gambaran penerapan Standar Operasional Prosedur

(SOP) pemberian air kelapa hijau terhadap penurunan nyeri

dysmenorrhea pada remaja putri.

b. Menentukan langkah-langkah yang tepat dalam melakukan Standar

Operasional Prosedur (SOP) pemberian air kelapa hijau terhadap

penurunan nyeri dysmenorrhea pada remaja putri.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Bagi Masyarakat

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

dalam upaya penanganan non farmakologi bagi masyarakat untuk

penurunan nyeri dysmenorrhea pada remaja putri.

2. Manfaat Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Keperawatan

a. Sebagai acuan dan panduan dalam mengembangkan Standar

Operasional Prosedur (SOP) pemberian air kelapa hijau terhadap

penurunan nyeri dysmenorrhea pada remaja putri


6

b. Sebagai informasi bagi pelaksanaan penulisan pada masa yang akan

datang dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

keperawatan tentang pengaruh pemberian air kelapa hijau terhadap

penurunan nyeri dysmenorrhea pada remaja putri.

3. Manfaat Bagi Penulis

Dengan penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) ini

diharapkan penulis mendapat pengalaman dalam mengembangkan standar

operasional prosedur pemberian air kelapa hijau terhadap penurunan nyeri

dysmenorrhea pada remaja putri.

4. Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penulisan ini diharapkan Standar Operasional Prosedur (SOP)

pemberian air kelapa hijau terhadap penurunan nyeri dysmenorrhea pada

remaja putri menjadi alternatif non farmakologi untuk menurunkan nyeri

dysmenorrhea yang dapat diaplikasikan dalam pelayanan kesehatan.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Maternitas

a. Definisi

Keperawatan Meternitas merupakan keperawatan yang

memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan profesional

yang mengidentifikasi, berfokus dan dapat beradaptasi pada kebutuhan

fisik dan psikososial ibu bersalin, keluarga, dan pada bayi baru lahir

yang menjadikan keluarga sebagai unit dasar dalam masyarakat. Tujuan

dari keperawatan maternitas yaitu memberikan asuhan keperawatan

secara holistik (Kerjatin, 2016).

b. Peran dan Fungsi Perawat

Peran perawat sangat penting sebagai pemberi pelayanan

kesehatan dalam memfasilitasi kegiatan promosi kesehatan serta

pencegahan penyakit untuk kalangan perempuan sekitarnya. Menurut

Sekar (2015), terdapat beberapa peranan perawat dalam memfasilitasi

kegiatan tersebut, yaitu:

1) Care giver

Perawat sebagai pemberian asuhan keperawatan dengan

memperhatikan kebutuhan dasar manusia, dengan pengkajian,

menentukan diagnosa, membantu penerapan sesuai dengan

kebutuhan dan melibatkan keluarga (Okdiyantino, 2018).

7
8

2) Advokat

Perawat melakukan suatu proses menjaga, melindungi, hadir di

samping pasien saat klien membutuhkan bantuan perawat yang

bertujuan untuk melindungi hak-hak pasien dalam pelayanan

kesehatan melalui kemitraan partnership dan memperlakukan pasien

sama dengan sebagaimana ia diperlakukan (Aini, 2015)

3) Pendidik

Perawat berperan dalam memberikan pengetahuam melalui

pendidikan pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

serta tenaga keperawatan berupa penyuluhan kesehatan kepada

klien (individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat) (Ligina,

2016).

4) Agen pengubah

Perawat berperan dalam suatu perubahan atau inovasi terhadap

hal-hal yang dapat mendukung peningkatan kesehata yang optimal

(Sekar, 2015).

5) Penulis

Perawat berperan sebagai penulis yaitu untuk meningkatkan

mutu asuhan dan asuhan keperawatan dari penulisan yang dilakukan

(Sekar, 2015).

6) Konsultan

Perawat berperan sebagai tempat konsultasi klien dengan

mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis


9

dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan

keperawatan (Wirentanus, 2019).

7) Kolaborasi

Perawat berperan dalam bekerja sama dengan tim kesehatan

lainnya yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi, dan lain-lain

dalam pemberian pelayanan kesehatan pada klien untuk

mengupayakan pemberian pelayanan keperawatan (Wirentanus,

2019).

2. Konsep Menstruasi

a. Definisi

Menstruasi merupakan perdarahan yang terjadi pada wanita

secara periodik. Kondisi ini terjadi akibat luruhnya dinding rahim yang

tidak dibuahi. Hal tersebut merupakan hal yang wajar terjadi pada

wanita remaja yang sudah pubertas maupun wanita dewasa (Sinaga

dkk, 2017).

Menstruasi pada remaja putri terjadi saat pubertas. Remaja putri

yang pertama kali mengalami menstruasi disebut dengan menarche.

Gangguan-ganggian menstruasi yang dialami remaja putri saat

menstruasi pertama (menarche) diantaranya nyeri dysmenorrhea dan

gangguan siklus menstruasi yang dialami (Fitriningtyas dkk, 2017).

b. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi berkaitan dengan pemberntukan sel telur dan

pembentukan endometrium. Pada umumnya siklus menstruasi rata-rata


10

28 hari, namun tidak semua orang mempunyai siklus yang menstruasi

yang sama, ada yang masanya 21 hari, 28 hari, dan ada pula yang 30

hari. Siklus menstruasi dikendalikan oleh hormon-hormon reproduksi

yang dihasilkan oleh hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (Safrida,

2020). Gangguan siklus menstruasi dibedakan menjadi 3, yaitu

polimenore (kurang dari 20 hari), oligomenore (lebih dari 35 hari), dan

amenore (lebih dari 3 bulan) (Siotoayu dkk, 2016).

c. Anatomi Organ Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita terbagi menjadi 2, terdiri dariorgan

reproduksi dalam (internal) dan organ reproduksi luar (eksternal), yaitu

1) Organ Internal (bagian dalam)

Gambar 2.1 Organ Internal

a) Ovarium (Indung Telur)

Ukuran dan bentuk ovarium tergantung umur dan stadium

siklus menstruasi. Bentuk ovarium sebelum ovulasi adalah

ovoid dengan permukaan licin dan berwarna merah muda


11

keabu-abuan. Setelah berkali-kali mengalami ovulasi, maka

permukaan ovarium tidak rata/licin karena banyaknya jaringan

parut (cicatrix) dan warnanya berubahm menjadi abu-abu. Pada

dewasa muda ovarium berbentuk ovoid pipih dengan panjang

kurang lebih 4 cm, lebar kurang lebih 2 cm, tebal kurang lebih 1

cm dan beratnya kurang lebih 7 gram. Posisi Diktat Anatomi

Fisiologi Sistem Reproduksi-Gasal 2020 14 ovarium tergantung

pada posisi uterus karena keduanya dihubungkan oleh ligamen-

ligamen (Fatmawati, 2020).

b) Tuba Fallopi (Saluran Telur)

Menurut Nani (2018) tuba fallopi merupakan saluran

ovum yang berjalan lateral kiri dan kanan. Panjangnya kurang

lebih 12 cm dengan diameter 3-8 mm. Tuba fallopi terdiri atas:

(1) Pars Interstitialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding

uterus

(2) Pars Isthmus, yaitu bagian medial tuba fallopi yang sempit

(3) Pars Ampularis, yaitu bagian berbentuk saluran leher agak

melebar dan merupakan tempat terjadinya fertilisasi atau

konsepsi ovum oleh sperma

(4) Infundilubulum, yaitu bagian ujung tuba fallopi yang terbuka

ke arah peritoneum dan mempunyai rumbai yang disebut

fimbriae untuk menangkap ovum yang matang saat terjadi


12

ovulasi di ovarium untuk kemudian disalurkan ke tuba

fallopi

Fungsi dari tuba fallopi adalah mengantarkan ovum dari

ovarium ke uterus, menyediakan tempat pembuahan, dan

sebagai saluran ovum yang telah dibuahi (zigot) menuju rahim.

c) Uterus (Rahim)

Menurut Akbar, dkk (2021), uterus merupakan organ yang

memiliki peranan besar pada sistem reproduksi wanita, mulai

saat menstruasi, kehamilan, sampai melahirkan. Bayi dibesarkan

di tempat ini (uterus) selama sembilan bulan. Bentuk uterus

berongga dan terdiri dari otot yang sangat kuat dan mirip

dengan buah pir. Sebelum hamil beratnya 30-50 gram dengan

panjang 9 cm dan lebar 6 cm. Saat hamil uterus mampu mebesar

dan beratnya mencapai 1000 gram. Uterus memiliki tiga lapisan,

diantaranya:

(1) Lapisan parametrium, lapisan bagian luar yang berhubngan

dengan rongga perut

(2) Lapisan myometrium, berfungsi mendorong bayi keluar

pada saat proses persalinan (kontraksi)

(3) Lapisan endometrium, lapisan dalam rahim atau tempat

menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini

terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.


13

d) Vagina

Vagina merupakan suatu saluran musculo-membranosa

yang terletak antara kandung kemih dan rektum. Dinding depan

vagina berukuran 9 cm lebih pendek dari dinding belakang yang

berukuran 11 cm. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan

yang berjalan circulair dan disebut rugae, terutama pada bagian

bawah vagina. Setelah melahirkan, sebagian rugae akan

menghilang. Walaupun disebut selaput lendir vagina, selaput ini

tidak mempunyai kelenjar sama sekali hingga tidak dapat

menghasilkan lendir, mungkin lebih baik disebut kulit

(Nugrahaeni, 2020).

2) Organ Eksternal (bagian luar)

Gambar 2.2 Organ Eksternal

a) Mons Verenis/Mons Pubis

Mons verenis adalah bagian yang menonjol diatas simfisis

dan pada perempuan setelah pubertas di tutup oleh rambut

kemaluan. Pada perempuan umumnya batas atas rambut


14

melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan kebawah

sampai sekitar anus dan paha (Bolon, 2020).

b) Labia Mayora/Bibir besar Kemaluan

Labia mayora merupakan struktur terbesar alat kelamin

wanita yang tebal dan berlapiskan lemak. Labia mayora

mengililingi organ pada alat kelamin bagian luar lainnya dan

berakhir di mons pubis (Handayani, 2021).

c) Labia Minora

Labia minora merupakan lipatan kecil di bagian dalam

labia mayora. Bagian depan labia minora mengililingi klirotis.

Labia minora mempunyai pembuluh darah, sehingga dapat

menjadi besar saat keinginan seks bertambah (Safrida, 2020).

d) Klitoris

Klitoris merupakan area erotis pada wanita, saat wanita

mendapatkan rangsangan seksual klitoris akan membesar dan

mengeras. Fungsi klitoris yaitu mengeluarkan cairan apabila

terdapat rangsangan seksual untuk melumasi vagina saat

melakukan hubungan seksual. Klitoris terdiri dari kelenjar yang

terletak di bagian superior vulva (kelenjar clitoridis) dan korpus

yang tertanam di dalam dinding anterior vagina (korpus

klitoridis). Reseptor androgen, banyaknya pembuluh darah dan

ujung serabut saraf yang terdapat pada klitoris membuat sensitif

terhadap rangsangan (Sinaga, 2017).


15

e) Vestibulum

Setiap sisi vestibulum dibatasi lipatan labia dan

bersambung dengan vagina. Uretra juga masuk kedalam

vestibulum di depan vagina, tepat di belakang klirotis. Kelenjar

vestibula mayor (bartholini) terletak tepat di belakang labia

mayora di setiap sisi. Kelenjar ini mengeluarkan lendir dan

salurannya keluar antara hymen dan labia minora (Pearce,

2017).

f) Hymen

Menurut Lestari (2016), hymen merupakan selaput darah

yang bentuknya bisa berbeda-beda pada setiap wanita. Selaput

ini akan robek pada saat bersenggama, kecelakaan,

masturbasi/onani yang terlalu dalam, olahraga, dan sebagainya.

Jenis-jenis hymen/selaput darah, antara lain:

(1) Annual hymen, bentuk selaput darah melingkari penuh

lubang vagina

(2) Septate hymen, selaput darah ini ditandai dengan beberapa

lubang yang terbuka

(3) Cibriform hymen, bentuk selaput darah ini ditandai dengan

beberpa lubang yang terbuka, tetapi lubang ini lebih kecil

dan jumlahnya banyak


16

(4) Introitus, pada perempuan yang sangat berpengalaman pada

hubungan seksual bisa saja lubang selaput darahnya

membesar, namun masih menyisakan jaringan selaput darah.

d. Fase Menstruasi

Fase menstruasi menurut Zalukhu (2017) terdapat 3 fase, yaitu:

1) Fase Menstruasi

Fase ini berlangsung 3 sampai 7 hari dimana terjadinya

pelepasan endometrium yang mengakibatkan keluarnya darah

(perdarahan). Hormon-hormon ovarium pada fase ini mengalami

kadar paling rendah.

2) Fase Poliferasi

Fase ini berlangsung 7 sampai 9 hari mulai dari terhentinya

menstruasi hingga hari ke 14. Fase poliferasi merupakan fase

persiapan rahim untuk memperlekat janin (endometrium tumbuh

kembali), dimulai setelah menstruasi berakhir. Hari ke 12 sampai 14

dapat terjadi pelepasan sel telur yang disebut dengan ovulasi.

3) Fase Sekresi

Fase sekresi merupakan masa setelah terjadinya pelepasan sel

telur (ovulasi) berlangsung 11 hari. Fase ini mengeluarkan hormon

progesteron yang akan mempengaruhi pertumbuhan endometrium

agar kondisi rahim siap dilekatkan janin (implantasi).


17

Gambar 2.3 Fase Menstruasi

e. Faktor yang Mempengaruhi Menstruasi

Faktor yang dapat mempengaruhi menstruasi pada wanita, diantaranya:

1) Stress

Tingkat stress dapat menimbulkan ketidakteraturan pada siklus

menstruasi karena stress akan mempengaruhi hormon prolaktin

yang secara langsung berhubungan dengan aktivitas elevasi kortisol

basal dan menimbulkan penurunan hormon LH (Islamy & Farida,

2019).

2) Asupan Gizi

Asupan gizi yang kurang atau berlebih akan berpengaruh

terhadap ketidakteraturan siklus menstruasi. Remaja dengan gizi

yang kurang maka terjadi penurunan kadar GnRH yang di

sekresikan oleh LH dan FSH sehingga terjadi penurunan kadar

estrogen yang dapat mempengaruhi siklus mentruasi dan ovulasi.

Gizi berlebih pada remaja akan meningkatkan kadar hormon

esterogen sehingga sekresi GnRH (Gonadotrhopin Releasing


18

Hormone) terganggu dan menghambat sekresi FSH (Follicele

Stimulating Hormone). Hal ini dapat menyebabkan siklus mentruasi

menjadi panjang (Yolandiani, Fajria, & Putri., 2021)..

3) Riwayat Keluarga

Menarche dan siklus menstruasi yang teratur maupun tidak

teratur dipengaruhi oleh genetik. Wanita dengan riwayat keluarga

yang memiliki gangguan menstruasi berisiko besar untuk

mengalami gangguan menstruasi (Rujiantina, 2016).

4) Aktivitas Fisik

Tingkat aktivitas fisik sedang sampai berat yang dilakukan

individu akan membuat terjadinya gangguan siklus menstruasi.

Aktivitas fisik yang berat merangsang inhibisi Gonadotropin

Releasing Hormon (GnRH) dan aktivitas gonadotropin sehingga

menurunkan level dari serum estrogen (Andriana, Aldriana, &

Andria., 2018).

f. Masalah-Masalah saat Menstruasi

Gangguan-gangguan menstruasi yang dapat dialami pada wanita,

diantaranya:

1) Kelainan siklus menstruasi

a) Polimenorea

Siklus menstruasi lebih pendek dari biasanya (kurang dari

21 hari). Penyebabnya adalah gangguan hormonal yang


19

mengakibatkan gangguan ovulasi, peradangan, dan

endometriosis (Akbar, dkk., 2021).

b) Oligomenorea

Oligomenorea didefinisikan sebagai aliran darah

menstruasi yang tidak teratur dan tidak konsisten pada wanita

ditandai dengan siklus menstruasi lebih dari 35 hari atau 4

sampai 9 siklus menstruasi dalam setahun (Riaz & Parekh,

2021).

c) Amenorea

Amenorea adalah terjadinya keterlambatan menstruasi

lebih dari 3 bulan berturut-turut, sedangkan pada amenorea

jangka panjang yang waktunya hingga lebih dari tiga sampai

enam bulan dapat menandakan bahwa ovarium tidak berfungsi

dengan baik sehingga dapat menyebabkan terjadinya kista

ovarium (Alfi & Anisah, 2021).

Menurut (Meiriza & Satria, 2017) amenorea dibagi menjadi dua,

yaitu:

(1) Amenorea Pimer

Amenorrhea primer merupakan keadaan dimana wanita

yang telah usia 16 tahun namun menstruasi belum juga

datang.
20

(2) Amenorea Sekunder

Amenorrhea sekunder adalah penderita pernah

mengalami menstruasi tetapi setalah itu menstruasi datang

sekali 3 bulan.

2) Kelainan banyak dan lamanya perdarahan menurut (Harnani,

marlina, & Kursani., 2015), yaitu:

a) Hipermenorea (menoragia)

Perdarahan menstruasi lebih banyak dari normal atau lebih

lama dari normal (lebih dari 8 hari. Penyebab kelainan ini pada

kondisi di dalam uterus, misalnya ada mioma uteri dengan

permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan

kontraktilitas yang terganggu, polip endometrium, gangguan

pelepasan endometrium pada saat menstruasi, dan sebagainya.

b) Hipomenorea

Perdarahan yang lebih pendek atau kurang dari perdarahan

normalnya. Penyebabnya terletak pada konstitusi penderita,

pada uterus (misalnya sesudah miomektomi), pada gangguan

endokrin, dan lain-lain. Adanya hipomenorea tidak

mengganggu fertilitas.
21

3) Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi menurut

(Jalilah & Prapitasari, 2020), yaitu:

a) Premenstrual tension

Ketegangan sebalum menstruasi terjadi sebelum

menstruasi bahkan sampai menstruasi berlangsung. Terjadi

karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron

menjelang menstruasi. Terjadi pada usia 30-40 tahun.

b) Mastodinia/mastalgia

Rasa tegang pada payudara menjelang menstruasi.

Penyebabnya didominasi hormon estrogen, sehingga terjadi

retensi air dan garam yang disertai hiperemia di daerah payudara

c) Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)

Rasa sakit yang timbul saat ovulasi, berlangsung beberapa

jam sampai beberapa hari di pertengahan siklus menstruasi

d) Dysmenorrhea

Nyeri yang terjadi ketika menstruasi. Terjadi pada 30-75%

wanita dan memerlukan pengobatan. Dysmenorrhea dibedakan

menjadi dua, yaitu dysmenorrhea primer dan dysmenorhea

sekunder.

Adapun perdarahan diluar menstruasi yaitu metorargia yang

merupakan perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya

dengan menstruasi.
22

3. Konsep Dysmenorrhea

a. Definisi

Dysmenorrhea atau nyeri haid adalah nyeri yang dirasakan pada

wanita yang ditimbul pada saat menstruasi atau sebelum menstruasi

yang disebabkan oleh peningkatan kadar prostaglandin sehingga

menimbulkan kontraksi pada uterus (Latifha, 2015).

Gambar 2.4 Nyeri Dysmenorrhea

Wanita yang mengalami dysmenorrhea memproduksi

prostaglandin 10 kali lebih banyak dari wanita yang tidak

dysmenorrhea. Prostaglandin menyebabkan meningkatnya kontraksi

uterus, dan pada kadar yang berlebih akan mengaktivasi usus besar

(Nurwana, Sabilu, & Fachlevy., 2017).

Peningkatan prostaglandin pada endometrium yang

mengakibatkan iskemia, perdarahan, dan nyeri (Haryono, 2016).


23

b. Klasifikasi

Dysmenorrhea menurut Afiyanti & Pratiwi (2016) terbagi

menjadi dua jenis, yaitu:

1) Dysmenorrhea Primer

Dysmenorrhea primer atau biasanya dikenal sebagai

premenstrual sindroma (PMS) yang terjadi akibat peningkatan

hormon prostaglandin pada jaringan endometrium. Kondisi ini

biasanya terjadi pada remaja perempuan pada periode menarche

pada 6 bulan sampai 2 tahun. Dysmenorrhea primer akan hilang

sendirinya saat perempuan 25 tahun atau pada perempuan setelah

melahirkan pervagina.

2) Dysmenorrhea sekunder

Dysmenorrhea sekunder disebabkan karena adanya gangguan

seperti fibromyomas dan endometriosis, infeksi pada panggul,

stenosis serviks, kanker uterus, dan kanker ovarium.

c. Etiologi

Penyebab munculnya dysmenorrhea Ratnawati (2018)

dipengaruhi dari faktor endokrin sampai faktor psikologis, diantaranya

yaitu:

1) Perempuan yang merokok

2) Menstruasi pada usia kurang dari 12 tahun

3) Usia dibawah 30 tahun

4) Perdarahan hebat pada siklus menstruasi yang sedang terjadi


24

5) Riwayat keluarga

6) Mempunyai adenomiosis

7) Menderita kista ovarium

8) Penderita anemia

9) Perempuan dengan gangguan endometriosis

10) Pelvic Inflammation Disease (PID)

11) Utrine fibroid

12) Utrine polip

13) Obstruksi kanalis servikalis

14) Septum vagina transverse

15) Leiomioma submukosa

d. Patofisiologi

Prostaglandin F2 alfa (PDGF2a) pada fase luteal dan menstruasi

disekresi. PDGF2a yang dilepaskan dengan berlebih akan

mengakibatkan peningkatan amplitude dan menyebabkan terjadinya

vasospasme ateriol uterus sehingga mengakibatkan iskemia dan kram

abdomen bagian bawah yang bersifat siklik. Respon sistemik terhadap

PDGF2a meliputi kelemahan, nyeri punggung, pengeluaran keringat,

mual, muntah, anoreksia, dan diare. Gejala lain yang dirasakan yaitu

nyeri kepala, tidak dapat berkonsentrasi, pusing bahkan pingsan (gejala

pada sistem saraf pusat) (Utari, 2015).


25

e. Manifestasi Klinis

Menurut (Akbar, Tjokroprawiro, & Hendarto., 2020) gejala klinis

pada dysmenorrhea diantaranya adalah:

1) Dysmenorrhea Primer

Dysmenorrhea primer terjadi pada siklus ovulasi, biasanya

terjadi pada remaja beberapa bulan atau tahun setelah menarche.

Nyeri timbul sesaat sebelum atau saat mulai menstruasi, berangsur

menurun selama 72 jam. Nyeri terutama di daerah suprapubik,

kadang-kadang paha bagian dalam, punggung bawah. Beratnya

gejala juga berhubungan dengan banyaknya darah haid, tahanan

kanalis servikalis dan subjektivitas penderita. Gejala akan

berkurang dengan bertambahnya usia dan melahirkan anak

pervagina.

2) Dysmenorrhea Sekunder

Dysmenorrhea sekunder gejala yang dirasakan tergantung pada

penyebabnya. Umumnya gejala bertambah dengan hari menstruasi,

usia lebih lanjut, dan gejala dapat muncul seminggu sebelum

menstruasi dan berlangsung sampai menstruasi selesai.

Karakteristik keluhan nyeri yang dapat berhubungan dengan

dysmenorrhea sekunder diantaranya onset dysmenorrhea pada usia

>25 tahun, disertai gejala disparunia, ada keluhan nyeri saat buang

air besar (dyschezia), dan didapatkan keluhan progresif bertambah

berat
26

f. Faktor Resiko

Menurut Barus (2018) terdapat faktor resiko yang berhubungan

dengan nyeri dysmenorrhea, yaitu:

1) Menarche usia dini

2) Periode menstruasi yang lama

3) Aliran darah yang hebat saat menstruasi

4) Merokok

5) Obesitas/kegemukan

6) Kebiasaan konsumsi alkohol

7) Riwayat keluarga yang terkena penyakit

g. Penatalaksanaan

Menurut Isnania (2020) penangangan dysmenorrhea dengan

memberikan penjelasan tentang dysmenorrhea kemudian dengan

memberikan terapi farmakologi dan non farmakologi.

1) Pemahaman tentang dysmenorrhea

Menjelaskan bahwa dysmenorhea bukan kelainan yang

mengerikan untuk kesehatan. Memberikan penjelasan dan

berdiskusi tentang dysmenorrhea dan cara penanganannya

diharapkan dapat memberikan gambaran pada penderita agar tidak

salah mengartikan dysmenorrhea.

2) Pemberian obat analgesik

Pengobatan analgesik dapat diberikan sebagai terapi

simptomatik, obat yang selalu diberikan adalah jenis preparat


27

kombinasi aspirin, fenasetin, dan kefein. Penggunaan obat tersebut

yang tersebar adalah novalgin, ponstan, acid amenophen untuk

penggunaan obat sebaiknya konsultasi terlebih dahulu dengan

dokter.

3) Terapi Hormonal

Arahan untuk diberikan terapi hormon tujuannya adalah untuk

merangngsang ovulasi. Hal tersebut bersifat sementara hanya untuk

menunjukkan bahwa dysmenorrhea yang diderita merupakan

dysmenorrhea primer, dengan mengkonsumsi salah satu jenis pil

kombinasi dengan kontrasepsi.

4) Terapi obat non steroid (Antiprostaglandin)

Terapi ini merupakan golongan jenis indometasin, ibuprofen,

dan naproxen. Sebaiknya pengobatan diberikan sebelum

mengalami menstruasi, di hari pertama menstruasi dikonsultasikan

kepada dokter terlebih dahulu.

5) Pengobatan non farmakologi

Terapi ini disebut lebih efektif karena tidak menimbulkan efek

samping, terdapat banyak terapi non farmakologi yang dapat

dilakukan.

h. Alat Pengukuran Nyeri

Alat ukur yang digunakan pada penelitian sebelumnya dengan

menggunakan skala penilaian numerik. Menurut Barus (2018) pada


28

pengukuran nyeri terdapat beberapa instrumen yang sering digunakan

pada saat akan melakukan pengkajian terhadap nyeri, salah satunya:

1) Skala Penilaian Numerik (Numerical Rating Scale/NRS)

Pengukuran ini digunakan untuk mengetahui penilain nyeri

menggunakan skala 0 sampai 10.

Gambar 2.5 Skala Penilaian Numerik

1. Skala 0 (tidak nyeri): tidak nyeri, wajah tampak tersenyum,

aktivitas tidak terganggu.

2. Skala 1-3 (nyeri ringan): perut bagian bawah terasa kram,

aktivitas masih dapat dilakukan, komunikasi baik, kontentrasi

baik.

3. Skala 4-6 (nyeri sedang): perut bagian bawah terasa kram,

wajah tampak menyeringai, mendesis, nyeri yang dirasakan

menyebar ke daerah pinggang, penurunan nafsu makan,

aktivitas sebagian terganggu, sulit untuk konsentrasi, tampak

memegang bagian yang terasa nyeri, dapat mendeskripsikan

nyeri yang dirasakan.

4. Skala 7-9 (nyeri berat tapi masih dapat terkontrol): perut bagian

bawah terasa kran berat, wajah tampak menyeringai, menangis,

nyeri menyebar dari area pinggang sampai paha, tidak dapat


29

beraktivitas, respon terhadap perintah terkadang tidak diikuti,

dapat menunjukkan lokasi nyeri yang dirasakan, mual, tidak

nafsu makan.

5. Skala 10 (nyeri sangat berat/tidak dapat terkontrol): perut bagian

bawah terasa kram berat, nyeri menyebar dari daerah pinggang

sampai kaki dan punggung, pusing, mual hingga muntah, tidak

nafsu makan, tubuh lemas, tidak bisa beraktivitas, tangan

tampak mengepal, gigi mengatup, menjerit terkadang hingga

pingsan, tidak mampu berkomunikasi.

4. Konsep Pemberian Air Kelapa Hijau

a. Definisi

Kelapa dalam bahasa latin adalah Cocos Nucifera. Kelapa

merupakan jenis tumbuhan yang manfaatnya paling banyak dan mudah

tumbuh pada tanah tropis di Indonesia. Indonesia termasuk negara

dengan penghasil kelapa terbesar di dunia (Fitri & Sarwinanti, 2015).

Gambar 2.6 Buah Kelapa Hijau

Tanaman kelapa sering dijumpai di pesisir pantai dan buah kelapa

sangat mudah ditemukan. Jenis kelapa hijau sangat digemari

masyarakat karena air kelapa hijau mempunyai banyak manfaat bagi

kesehatan tubuh (Suryana, 2018).


30

b. Mekanisme Kelapa Hijau

Air kelapa hijau dapat merelaksasikan otot yang disebabkan oleh

aktifitas prostaglandin, karena pada saat menstruasi, lapisan rahim yang

rusak dikeluarkan dan akan digantikan dengan yang baru, senyawa

molekul yang disebut prosstaglandin dilepaskan. Senyawa ini

menyebabkan otot-otot rahim berkontraksi. Kontraksi otot rahim

menyebabkan suplai darah ke endometrium menyempit (vasokontriksi)

dan proses inilah yang menyebabkan rasa sakit saat menstruasi (Chayati

& Na‟mah, 2019).

Cairan berelektrolit yang terkandung dalam air kelapa hijau dapat

mencegah terjadinya dehidrasi. Asam folat yang terkandung dalam air

kelapa hijau bermanfaat untuk menggantikan darah yang keluar. Asam

folat merupakan suatu komponen yang dibutuhkan dalam produksi sel

darah merah, degan produksi darah yang cukup makan akan

memperlancar peredaran darah. Peredaran darah yang lancar akan

mencukupi sel akan kebutuhan oksigen dan nutrisi, dengan kondisi ini

tubuh akan lebih tahan terhadap sensasi nyeri yangditimbulkan

(Khodijah, 2017).

Kandungan lain dari air kelapa hijau adalah kalsium dan

magnesium yang dapat merelaksasikan atau mengurangi ketegangan

otot rahim akibat dari prostaglandin yang meningkat, dan air kelapa

hijau juga mengandung vitamin C yang merupakan zat-zat alami anti

inflamasi yang membantu meringankan rasa sakit akibat kram


31

menstruasi dengan menghambat enzimcyclooxygenase yang

mempunyai peran dalam mendorong proses pembentukan prostaglandin

(Wahyuni, 2020).

c. Langkah-langkah Pemberian Air Kelapa Hijau

1) Prosedur pemberian air kelapa hijau untuk menurunkan nyeri

dysmenorrhea berdasarkan jurnal Khodijah (2017):

(a) Melakukan pengukuran skala nyeri menggunakan skala nyeri

numerik sebelum diberikan air kelapa hijau

(b) Pemberian air kelapa sebanyak 250 ml dengan 1 potong gula

aren dicampur dan diaduk sampai merata, tunggu selama 2 jam

sebelum dilakukan post-test

(c) Air kelapa diberikan sebanyak 2 kali sehari 1 gelas (250 ml)

pagi dan sore, selama 3 hari berturut-turut

(d) Setelah 2 jam pemberian air kelapa hijau dilakukan pengukuran

kembali pada nyeri yang dirasakan

2) Prosedur pemberian air kelapa hijau untuk menurunkan nyeri

dysmenorrhea berdasarkan jurnal Wahyuni (2020) adalah:

(a) Menjelaskan dan mengajarkan prosedur kerja

(b) Lakukan pengukuran nyeri pada hari pertama dan hari kedua

menstruasi dengan menggunakan skala penilaian numerik

sebelum dilakukan pemberian air kelapa hijau

(c) Air kelapa hijau diberikan selama 2 hari berturut-turut

menggunakan gelas ukuran 250 ml dan tunggu sampai 2 jam


32

Gambar 2.7 Gelas ukuran 250 ml

(d) Setelah diberikan air kelapa hijau dilakukan pengukuran nyeri

menggunakan skala penilaian numerik dan kategori

(e) Data yang terkumpul dilihat dari hasil sebelum pemberian air

kelapa hijau (pre test) dan setelah pemberian air kelapa hijau

(post test) pada responden

3) Prosedur pemberian air kelapa hijau untuk menurunkan nyeri

dysmenorrhea berdasarkan jurnal Suhatini (2020):

(a) Melakukan verifikasi kepada siswi tentang intervensi yang akan

dilakukan dimana sebelumnya sudah ada informed consent

(b) Mencuci tangan

(c) Kupas kulit kelapa dengan golok

(d) Setelah kelapa terbuka tuangkan air kelapa kedalam gelas ukur

sebanyak 250 ml

(e) Pindahkan air kelapa kedalam gelas beling

(f) Langsung berikan kepada responden

(g) Pemberian air kelapa kepada siswi untuk mengetahui pengaruh

terhadap penurunan nyeri haid (dysmenorrhea)


33

(h) Air kelapa diberikan kepada siswi yang sedang merasakan nyeri

haid (dimenorea) sebanyak satu gelas atau 250 ml

(i) Air kelapa diberikan dua kali sehari pagi dan sore

(j) Anjurkan siswi untuk segera minum setelah diberikan

(k) Lakukan selama tiga hari berturut-turut

(l) Lakukan evaluasi penurunan nyeri

4) Prosedur pemberian air kelapa hijau untuk menurunkan nyeri

dysmenorrhea berdasarkan jurnal Chayati & Na‟mah (2019):

(a) Sebelum dilakukan penerapan, partisipan mengisi skala nyeri

menstruasi yang dirasakan pada saat itu pada lembar skala

observasi numerik yang telah disediakan

(b) Peneliti memberikan air kelapa hijau sebanyak 250 cc

(c) Ditunggu selama 30 menit setelah pemberian

(d) Setelah partisipan menunggu 30 menit, partisipan kembali

mengisi lembar skala observasi numerik untuk mengetahui

adanya penurunan nyeri yang dirasakan setelah diberikan air

kelapa hijau

(e) Peneliti hanya memberikan 1 kali sehari pada sore hari

(f) Peneliti melakukan penelitian selama 3 hari berturut-turut

5) Prosedur pemberian air kelapa hijau untuk menurunkan nyeri

dysmenorrhea berdasarkan jurnal Rismaya, Rosmiyati, & Mariza

(2020):
34

(a) Dilakukan pengukuran skala nyeri dengan menggunakan skala

nyeri numerik

(b) Penulis memberikan air kelapa sebanyak 250 cc

(c) Setelah diberikan air kelapa hijau diukur kembali nyeri yang

dirasakan dengan skala numerik

(d) Air kelapa diberikan 2 kali sehari selama 3 hari

d. Manfaat Pemberian

Air kelapa memiliki kandungan banyak zat-zat penting untuk

tubuh. Kelapa memiliki kadar air sebanyak 95,5 gram dari 100 gram

buah kelapa. Kalori yang terkandung berskisar 17 kalori/100 gram yang

mempunyai manfaat untuk memberikan hidrasi pada cairan tubuh,

menurunkan berat badan, meningkatkan daya tahan tubuh,

meningkatkan sirkulasi, mempertahankan elektrolit agar seimbang, dan

menurunkan nyeri dysmenorrhea (Latifha, 2015).

Kandungan lain yang terkandung pada air kelapa yaitu kalsium

14,11 mg/100 ml, magnesium 9,11 mg/100 ml, dan vitamin C 8,59

mg/100 ml. Kalsium dan magnesium yang terdapat pada air kelapa

dapat mengurangi ketegangan otot sedangkan vitamin C yang

merupakan zat alami anti inflamasi berperan dalam meringankan rasa

sakit akibat kram menstruasi dengan menghambat enzim

cyclooxygenase, dimana enzim tersebut memiliki peran dalam

mendorong proses pembentukan prostaglandin (Rismaya, 2020).


35

Air kelapa mempunyai manfaat untuk merangsang tubuh agar

produksi kadar hormon prostaglandin stabil sehingga mencegah

terjadinya hiperkontraksi pada rahim dan nyeri berkurang (Nurwarida,

2018).

5. Konsep Remaja Putri

a. Definisi

Remaja merupakan masa dimana pertumbuhan dari anak-anak

menuju dewasa atau dikenal dengan masa pubertas. Masa remaja

ditandai dengan pertumbuhan yang sangat pesat baik pada fisik maupun

psikologis. Organ-organ reproduksi mulai dapat berfungsi pada masa

pubertas (Proverawati, 2015).

b. Ciri-ciri Remaja

Menurut Putro (2017), ciri-ciri remaja diantaranya sebagai berikut:

1) Masa remaja awal, biasanya duduk di bangku Sekolah Menengah

Pertama (SMP). Ciri-cirinya ditandai dengan:

(a) Tidak stabil keadaannya, lebih emosional

(b) Mempunyai banyak masalah

(c) Masa yang kritis

(d) Mulai tertarik dengan lawan jenis

(e) Munculnya rasa kurang percaya diri

(f) Suka mengembangkan pemikiran baru, gelisah, suka berkhayal,

dan suka menyendiri


36

2) Masa remaja madya (pertengahan), biasanya duduk dibangku

Sekolah Menengah Atas (SMA). Ciri-cirinya ditandai dengan:

(a) Sangat membutuhkan teman

(b) Cenderung bersifat narsistik/kecintaan pada diri sendiri

(c) Berada dalam kondisi keresahan dan kebingungan, karena

pertentangan yang terjadi dalam diri

(d) Berkeinginan besar mencoba banyak hal yang belum diketahui

dirinya

(e) Keinginan menjelajah alam sekitar yang lebih luas

3) Masa remaja akhir. Ciri-cirinya ditandai dengan:

(a) Aspek-aspek psikis dan fisiknya mulai stabil

(b) Meningkatnya berfikir realistis, memiliki sikap pandang yang

sudah baik

(c) Lebih matang dalam cara menghadapi masalah

(d) Ketenangan emosional bertambah, lebih mampu menguasai

perasaan

(e) Sudah terbentuk identitas seksual dan tidak akan berubah lagi

(f) Lebih banyak perhatian terhadap lambang-lambang kematangan

c. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

Menurut Wulandari (2015), karakterististik pertumbuhan dan

perkembangan remaja diantaranya adalah:


37

1) Pertumbuhan fisik

Pertumbuhan meningkat cepat dan mencapai puncak kecepatan.

Pada fase remaja awal (11-14 tahun) karakteristik sekunder mulai

tampak, seperti penonjolan payudara pada remaja perempuan,

pembesaran testis pada remaja laki-laki, pertumbuhan rambut

ketiak, rambut pubis. Karakteristik sekunder ini tercapai dengan

baik pada tahap remaja pertengahan (14-17 tahun) dan pada tahap

remaja akhir (17-20 tahun) struktur dan pertumbuhan reproduktif

hampir komplit dan remaja telah matang secara fisik.

2) Kemampuan berpikir

Pada tahap awal remaja mencari-cari nilai dan energi baru serta

membandingkan normalitas dengan teman sebaya yang jenis

kelaminnya sama. Sedangkan pada remaja tahap akhir, mereka telah

mampu memandang masalah secara komprehensif dengan identitas

intelektual yang sudah terbentuk.

3) Identitas

Pada tahap awal, ketertarikan dengan teman sebaya ditunjukkan

dengan penerimaan atau penolakan. Remaja mencoba berbagai

peran, mengubah citra diri, mencintai diri sendiri meningkat,

mempunyai banyak fantasi kehidupan, idealistis. Stabilitas terhadap

harga diri dan definisi terhadap citra tubuh serta peran gender

hampir menetap pada remaja di tahap akhir.


38

4) Hubungan dengan orang tua

Keinginan yang kuat untuk tetap bergantung pada orang tua adalah

ciri yang dimiliki oleh remaja pada tahap awal. Dalam tahap ini,

tidak terjadi konflik utama terhadap kontrol orang tua. Remaja pada

tahap pertengahan mengalami konflik utama terhadap kemandirian

dan kontrol. Pada tahap ini terjadi dorongan besar untuk emansipasi

dan pelepasan diri. Perpisahan emosional dan dan fisik dari

orangtua dapat dilalui dengan sedikit konflik ketika remaja akhir.

5) Hubungan dengan sebaya

Remaja pada tahap awal dan pertengahan mencari afiliasi

dengan teman sebaya untuk menghadapi ketidakstabilan yang

diakibatkan oleh perubahan yang cepat; pertemanan lebih dekat

dengan jenis kelamin yang sama, namun mereka mulai

mengeksplorasi kemampuan untuk menarik lawan jenis. Mereka

berjuang untuk mengambil tempat di dalam kelompok; standar

perilaku dibentuk oleh kelompok sebaya sehingga penerimaan oleh

sebaya adalah hal yang sangat penting. Sedangkan pada tahap akhir,

kelompok sebaya mulai berkurang dalam hal kepentingan yang

berbentuk pertemanan individu. Mereka mulai menguji hubungan

antara pria dan wanita terhadap kemungkinan hubungan yang

permanen.
39

B. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual merupakan gambaran umum pada penulisan yang

akan dilakukan. Prosedur dan hal-hal yang akan dikaji dalam penulisan ditulis

dalam kerangka konseptual. Konsep yang sudah ditentukan dapat dipakai untuk

menggambarkan suatu fenomena serta menjadi alat ukur untuk penulisan yang

akan dilakukan (Hernawati, 2017).

Remaja Putri

Alat Ukur Nyeri: Faktor resiko yang


1) Skala Deskripsi Menstruasi mempengaruhi
Intensitas Nyeri terjadinya
Sederhana dysmenorrhea:
2) Skala Intensitas 1) Mernarche dini
Nyeri Dysmenorrhea
Nyeri Numerik (usia pertama kali
3) Skala Analog menstruasi <12
Visual tahun)
4) Skala Nyeri Penatalaksanaan Non Farmakologi: 2) Kurang atau tidak
Wajah (Wong 1) Kompres hangat pernah
Baker Facial 2) Kompres dingin berolahraga
Gramace Scale) 3) Massage pada area perut 3) Siklus menstruasi
5) skala Nyeri 4) Olahraga memanjang/lama
denga bservasi 5) Pengalihan nyeri dengan menstruasi
Perilaku mengguanakan musik > normal (7 hari)
6) Skala Peringkat 6) Penggunaan bahan herbal (Air Kelapa 4) Konsumsi alkohol
Intesnsitas Nyeri Hijau) 5) Riwayat keluarga
6) Merokok
Literature Review pengaruh pemberian air
kelapa hijau terhadap penurunan nyeri
dysmenorrhea

Pengembangan Standar Operasional Prosedur Pemberian Air


Kelapa Hijau Terhadap Penurunan Nyeri Dysmenorrhea

Bagan 2.1 Kerangka Konsep

Sumber: Barus (2018); Haryono (2016); Herawati (2017)


BAB III
METODE PENULISAN

A. Metodelogi

Metodelogi penulisan yang digunakan pada pengembangan standar

operasional prosedur pengaruh pemberian air kelapa hijau terhadap penurunan

nyeri dysmenorrhea pada remaja putri adalah literature review. Literature

review adalah metode pengumpulan data dengan cara mencari dan membaca

sumber-sumber tertulis yang ada seperti buku atau literature yang menjelaskan

tentang landasan teori (Rusmawan, 2019).

Literature review merupakan analisis terintegrasi (tidak hanya ringkasan)

penulisan ilmiah yang berkaitan dengan pertanyaan pada penulisan yang

artinya, literature menunjukkan korespondensi antara tulisan-tulisan dan

pertanyaan yang dirumuskan. Literature review dapat digunakan tergantung

dengan jenis kebutuhan, salah satunya berupa karya yang berdiri sendiri atau

pengantar untuk makalah penulisan-penulisan yang lebih besar. Literature

review merupakan hal yang penting karena dapat menjelaskan latar belakang

pada penulisan suatu topik, menunjukkan mengapa topik tersebut penting

untuk diteliti, menemukan hubungan antara studi/ide penulisan,

mengidentfikasi tema, konsep dan penulis utama pada sutu topik,

mengidentifikasi kesenjangan utama dan membahas pertanyaan penulisan lebih

lanjut berdasarkan penulisan atau studi sebelumnya (Ningtyas, 2020).

Tujuan dibuatnya literature review adalah untuk mendapatkan gambaran

mengenai hal-hal apa saja yang sudah pernah dikerjakan oleh orang lain

40
41

sebelumnya dan menghindari plagiarisme penulisan sebelumnya (Nursalam,

2020).

B. Plan, Do, Study and Act (PDSA)

1) Plan

a. Mencari dan mengumpulkan jurnal-junal, buku, dan artikel terkait

judul pemberian air kelapa hijau terhadap penurunan nyeri

dysmenorrhea dan mencari buku teori asuhan keperawatan terkait

remaja, sistem reproduksi, dan menstruasi.

b. Mengidentifikasi jurnal–jurnal, buku, dan artikel terkait pemberian

air kelapa hijau terhadap penurunan nyeri dysmenorrhea pada remaja

putri.

c. Menganalisis jurnal–jurnal terkait prosedur pemberian air kelapa

hijau terhadap penurunan nyeri dysmenorrhea pada remaja putri.

d. Kriteria remaja putri yang dapat diberikan untuk dilakukan asuhan

keperawatan berupa terapi non farmakologi pemberian air kelapa

hijau. Kriteria yang dimaksud adalah remaja putri yang mengalami

nyeri dysmenorrhea ringan sampai berat saat menstruasi.

2) Do

Penulis akan mengembangkan Standar Operasional Prosedur (SOP)

yang merupakan terapi non farmakologi berupa pemberian air kelapa hijau

untuk mengetahui adanya penurunan terhadap nyeri dysmenorrhea yang

sering dialami pada sebagian remaja putri dengan study literature.


42

3) Study

a. Penulis melakukan study literature terkait pemberian air kelapa hijau

pada penurunan nyeri dysmenorrhea

b. Penulis menganalisis hasil pencarian literature review terkait pemberian

air kelapa hijau pada penurunan nyeri dysmenorrhea

c. Penulis mencari jurnal atau teori pendukung sebagai bentuk

rasionalisasi asuhan keperawatan dalam setiap proses atau langkah pada

Standar Operasional (SOP) yang penulis kembangkan.

d. Penulis menetapkan langkah-langkah yang tepat saat melakukan

pemberian air kelapa hijau sehingga menjadi Standar Operasional

Prosedur (SOP).

4) Act

Standar Operasional Proseudur (SOP) ini akan dijadikan sebagai

panduan dalam terapi non farmakologi pemberian air kelapa hijau terhadap

penurunan nyeri dysmenorrhea agar hasil yang didapatkan menjadi lebih

efektif dan efisien.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil Penelusuran Literature Review

Tabel 4.1 Hasil Penelusuran Literature Review SOP terhadap Penurunan


Nyeri Dysmenorrhea Pada Remaja Putri
Intervensi
Judul Metode
No Peniliti Pemberian Air Hasil
Penelitian Penelitian
Kelapa Hijau
1 Pengaruh Siti Penelitian 1. Melakukan Setelah
Pemberian Air Khodijah, dilakukan pengukuran diberikan Air
Kelapa Hijau 2017 pada skala nyeri Kelapa Hijau
Terhadap Mahasiswi menggunakan didapatkan
Penurunan Prodi D IV skala nyeri pada 1
Nyeri Bidan numerik responden
Dismenore Pada Pendidik di sebelum dengan nyeri
Mahasiswa Universitas diberikan air ringan setelah
Prodi D IV „Aisyiyah kelapa hijau. itervensi
Bidan Pendidik Yogyakarta, 2. Pemberian air menjadi nyeri
Di Universitas Jenis kelapa sedang. Pada
„Aisyiyah Penelitian sebanyak 23 responden
250 ml dengan
Yogyakarta yang dengan nyeri
1 potong gula
dilakukan aren dicampur sedang, 9
adalah Quasi dan diaduk responden
Pre merata, tunggu tetap pada
eksperimen, selama 2 jam nyeri sedang,
Merode yang sebelum 11 responden
digunakan dilakukan post mengalami
test.
adalah One penurunan
3. Air kelapa
Group Pre
diberikan
Test-Post
sebanyak 2
Test Design
kali sehari 1
dengan
gelas (250 ml)
sampel
pagi dan sore,
sebanyak 30
selama 3 hari
responden,
berturut-turut.
Instrumen
4. Setelah 2 jam
Penelitian
pemberian air
mengguna-
kelapa hijau
kan NRS
dilakukan

43
44

Intervensi
Judul Metode
No Peniliti Pemberian Air Hasil
Penelitian Penelitian
Kelapa Hijau
(Numeric pengukuran
Rating Scale) kembali pada
nyeri yang
dirasakan
2 Pengaruh Leni Tri Penelitian 1. Menjelaskan Pemberian air
Pemberian Air Wahyuni, dilakukan dan kelapa hijau
Kelapa Hijau 2018 pada mengajarkan efektif pada
Terhadap Mahasiswi penurunan
prosedur
Penurunan STIKes dan nyeri
Nyeri Haid AKFAR kerja. dysmenorrhea.
(Dismenore) Ranah 2. Lakukan Terdapat
Primer Pada Minang pengukuran perbedaan
Mahasiswi Padang, Jenis nyeri pada hari yang
Sekolah Tinggi Penelitian pertama dan bermakna
Ilmu Kesehatan yang hari kedua sebelum dan
dan Akademi dilakukan setelah
menstruasi
Farmasi Ranah adalah Quasi diberikan air
Minang Padang Pre dengan kelapa hijau.
eksperimen, menggunakan Air kelapa
Metode yang skala penilaian hijau dapat
digunakan numerik dijadikan salah
adalah One sebelum satu alternatif
Group Pre dilakukan non
Test-Post, farmakologi
pemberian air
Sampel untuk
sebanyak 15 kelapa hijau. mengurangi
responden 3. Air kelapa nyeri
dengan hijau diberikan dysmenorrhea
teknik selama 2 hari
purposive berturut-turut
sampling,
menggunakan
instrumen
yang gelas ukuran
digunakan 250 ml dan
adalah skala tunggu sampai
nyeri 2 jam
numerik 4. Setelah
diberikan air
kelapa hijau
dilakukan
pengukuran
nyeri
menggunakan
skala penilaian
numerik dan
kategori
45

Intervensi
Judul Metode
No Peniliti Pemberian Air Hasil
Penelitian Penelitian
Kelapa Hijau
5. Data yang
terkumpul
dilihat dari
hasil sebelum
pemberian air
kelapa hijau
(pre test) dan
setelah
pemberian air
kelapa hijau
(post test)
pada
responden
3 Pengaruh Siti Penelitian 1. Melakukan Didapatkan
Pemberian Air Nurlina dilakukan verifikasi penurunan
Kelapa Suhatini, pada Siswi kepada siswi nyeri
Terhadap 2020 Kelas XI Di tentang dysmenorreha
Penurunan SMA Negeri intervensi yang
Nyeri Haid 12 Bandar yang akan signifikan
(Dismenorea) Lampung, dilakukan setelah
Pada Siswi Penelitian dimana pemberian air
Kelas XI Di yang sebelumnya kelapa hijau
SMA Negeri 12 dilakukan sudah ada
Bandar adalah Quasi informed
Lampung Tahun Pre consent
2020 eksperimen, 2. Mencuci
Metode yang tangan
digunakan 3. Kupas kulit
adalah One kelapa dengan
Group Pre golok
Test-Post, 4. Setelah kelapa
Sampel terbuka
sebanyak 12 tuangkan air
kelapa
siswi
kedalam gelas
ukur sebanyak
250 ml
5. Pindahkan air
kelapa
kedalam gelas
beling
6. Langsung
diberikan
kepada
responden
46

Intervensi
Judul Metode
No Peniliti Pemberian Air Hasil
Penelitian Penelitian
Kelapa Hijau
7. Pemberian air
kelapa kepada
siswi untuk
mengetahui
pengaruh
terhadap
penurunan
nyeri haid
(dismenorea)
8. Air kelapa
diberikan
kepada siswi
yang sedang
merasakan
nyeri haid
(dimenorea)
sebanyak satu
gelas atau 250
ml
9. Air kelapa
diberikan dua
kali sehari
pagi dan sore
10.Anjurkan
siswi untuk
segera minum
setelah
diberikan
11.Lakukan
selama tiga
hari berturut-
turut
12.Lakukan
evaluasi
penurunan
nyeri
4 Penerapan Umi Nur Penelitian 1. Sebelum
Kombinasi Pijat Cahyati dilakukan dilakukan
Effleurage dan dan Lutfia pada 5 penerapan,
Pemberian Air Uli remaja putri partisipan
Kelapa Hijau Na‟mah, usia 13-15 mengisi skala
Terhadap Nyeri 2019 tahun di nyeri
Dismenore Pada Desa menstruasi
Remaja Putri Sampang yang
47

Intervensi
Judul Metode
No Peniliti Pemberian Air Hasil
Penelitian Penelitian
Kelapa Hijau
Usia 13-15 Kecamatan dirasakan didapatkan
Tahun Sempor, pada saat itu hasil
Penelitian ini pada lembar penurunan
menggunaka skala nyeri
n metode observasi menstruasiseti
deskriptif numerik yang ap kali
analitik telah kunjungan
dengan disediakan
pendekatan 2. Peneliti
studi kasus, memberikan
Instrumen air kelapa
yang hijau
digunakan sebanyak 250
adalah cc
lembar 3. Ditunggu 30
observasi menit
skala nyeri 4. Setelah
numerik pre menunggu 30
dan post menit,
partisipan
kembali
mengisi
lembar skala
observasi
numerik untuk
mengetahui
adanya
penurunan
nyeri yang
dirasakan
setelah
diberikan air
kelapa hijau
5. Peneliti hanya
memberikan 1
kali sehari
pada sore hari
6. Diberikan
selama 3 hari
berturut-turut
5 Pemberian Air Irma Penelitian 1. Dilakukan Hasil yang
Kelapa Hijau Rismaya, dilakukan pengukuran diperoleh yaitu
Dapat Rosmiyati pada skala nyeri didapatkan
Menurunkan , Ana Mahasiswi dengan perubahan
Dismenore Mariza, Kebinanan menggunakan yang
2020 Tingkat I dan skala nyeri signifikan
48

Intervensi
Judul Metode
No Peniliti Pemberian Air Hasil
Penelitian Penelitian
Kelapa Hijau
Tingkat II numerik setelah
Universitas 2. Penulis pengobatan 3
Malahayati, memberikan hari dapat
Jenis air kelapa mengurangi
penelitian sebanyak 250 intensitas nyeri
menggunaka cc menstruasi
n metode 3. Setelah
kuantitatif, pemberian air
Rancangan kelapa hijau
penelitian
diukur
menggunaka
n eksperimen kembali nyeri
(pre- yang
eksperimen) dirasakan
dengan dengan skala
pendekatan numerik
Pre Test- 4. Air kelapa
Post Test
diberikan 2
with control
grup design, kali sehari
populasi selama 3
penelitian hari
sebanyak 54
orang,
Teknik
pengambilan
sampel
mengguna-
kan
purposive
sampling
sebanyak 30
mahasiswi,
Instrumen
yang
digunakan
adalah skala
nyeri
numerik
49

2. Pengembangan SOP Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap

Penurunan Nyeri Dysmenorrhea pada Remaja Putri

Tabel 4.2 Pengembangan SOP Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap


Penurunan Nyeri Dysmenorrhea pada Remaja Putri
No SOP Rasionalisasi
1 Pendataan identitas Pengumpulan data merupakan bahan
responden penelitian dasar yang diolah untuk dijadikan
suatu informasi dari pasien,
membuat data dasar tentang pasien,
dan membuat catatan data serta
mengorganisir tentang respons
kesehatan pasien yang akan lebih
berguna dan bermanfaat bagi
pemakai informasi tersebut untuk
mencapai tujuan yang telah
(Leniwita & Anggraini, 2019;
Mulyanti & Dinarti, 2017; Saputra &
Sudarmaji, 2017).
2 Menjelaskan dan Membantu memperjelas pada hal-hal
mengajarkan prosedur kerja yang diperlukan. Komunikasi
diartikan sebagai suatu pengiriman
dan penerimaan pesan atau berita
antaradua orang atau lebih dengan
cara yang tepat sehingga pesan atau
berita dapat dipahami. Penerapkan
kemampuan komunikasi terapeutik
yang efektif untuk dapat meyakinkan
pasien bahwa pelayanan yang akan
diterima benar-benar berkualitas
(Anjaswari, 2016; Anwar, 2017;
Pieter, 2017).
3 Melakukan informed Informed consent atau persetujuan
consent tindakan medik dalam bidang hukum
kesehatan adalah suatu persetujuan
dari pihak pasien (atau dari keluarga
jika pasien tidak mungkin
memberikan persetujuan) secara
bebas dan bernalar atas tindakan
yang akan dilakukan. Pernyataan
klien atau yang sah mewakilinya
yang isinya berupa persetujuan atas
rencana tindakan tanpa adanya unsur
pemakasaan. Berdasarkan pasal 1 (a)
Permenkes RI Nomor
50

No SOP Rasionalisasi
585/MEN.KES/PER/X/1989 dimana
pasal 1 (a) menyatakan bahwa
persetujuan tindakan medik
(informed consent) adalah
persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarganya atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medik
yang akan dilakukan terhadap pasien
tersebut. (Marini, 2018; Purnama,
2016; Suntama, 2017).
4 Mencuci tangan Mencuci tangan atau hand hygiene
merupakan salah satu langkah efektif
untuk memutus rantai transmisi
infeksi. Prosedur pada tindakan hand
hygiene yaitu dengan 6 langkah
benar membersihkan tangan
menggunakan sabun atau antiseptik
dibawah air yang mengalir atau
menggunakan handscrub dengan
yang bertujuan untuk
menghilangkan kotoran dari kulit
secara mekanis dan mengurangi
jumlah mikroorganisme sementara.
(Ratnawati & Sianturi, 2018; Fauzia
& Rahmawati, 2018; Aditya,
Harahap, & Putra., 2020).
5 Melakukan pengukuran Melakukan pengukuran nyeri
nyeri dysmenorrhea dysmenorrhea sebelum diberikan air
sebelum diberikan air kelapa hijau untuk mengetahui
kelapa hijau menggunakan kuantitas nyeri yang dirasakan
skala nyeri numerik yang responden. Pengukuran nyeri dengan
akan dicatat dalam lembar skala nyeri numerik dianggap
observasi (pre test) sederhana dan mudah dimengerti,
sensitif terhadap dosis, jenis
kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih
baik daripada VAS terutama untuk
menilai nyeri akut. Bertujuan untuk
menilai intensitas dan memberi
kebebasan penuh klien untuk
mengidentifikasi keparahan nyeri
(Djohan, 2017; Mayasari, 2016;
Yudiyanta, Khoirunnisa, &
Novitasari., 2015).
51

No SOP Rasionalisasi
6 Memberikan air kelapa Air kelapa hijau mengandung
hijau sebanyak 1 gelas (250 kalsium dan magnesium yang dapat
ml) setelah air kelapa hijau merelaksasikan otot rahim akibat
dikeluarkan dari buahnya prostaglandin yang meningkat.
Kandungan vitamin dalam air kelapa
hijau berfungsi sebagai analgetik.
Air kelapa juga mengandung
sejumlah cairan berelektrolit salah
satunya mengandung asam folat
didalamnya yang bermanfaat untuk
menggantikan darah yang keluar,
asam folat merupakan salah satu
komponen yang dibutuhkan dalam
produksi sel darah merah, dengan
produksi darah yang cukup akan
memperlancar peredaran darah,
peredaran darah yang lancar akan
mencukupi sel akan kebutuhan
oksigen dan nutrisi. Air kelapa hijau
yang sudah dikeluarkan dari
buahnya dapat bertahan selama 4
jam di luar ruangan dan bila
disimpan di kulkas akan bertahan
sampai 24 jam (Pattiiha, Novelia, &
Suciawati., 2021; Rismaya,
Rosmiyati, & Mariza., 2020;
Wahyuni, 2020; Khodijah, 2017).
7 Pemberian air kelapa hijau Adanya perubahan yang signifikan
diberikan selama 3 hari terhadap pengurangan intensitas
berturut-turut 2x1 hari pagi nyeri dysmenorrhea setelah
dan sore pengobatan hari ke 3. Pemberian air
kelapa yang diberikan 2x1 pagi dan
sore lebih efektif (Chayati &
Na‟mah, 2019; Khodijah, 2017;
Rismaya, Rosmiyati, & Mariza,
2020).
8 Melakukan evaluasi dengan Melakukan pengukuran nyeri
pengukuran nyeri dysmenorrhea kembali untuk
dysmenorrhea kembali mengetahui tingkat nyeri yang
setelah 2 jam dari dirasakan untuk mengetahui evaluasi
pemberian air kelapa hijau tingkat nyeri yang dirasakan setelah
menggunakan skala nyeri pemberian air kelapa hijau. Evaluasi
numerik dengan skala nyeri digunakan untuk mungukur
sedang sampai berat yang keberhasilan dari rencana dan
akan dicatat dalam lembar pelaksanaan tindakan keperawatan
52

No SOP Rasionalisasi
observasi (post test) yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan klien. Pengamatan yang
dilakukan untuk mengamati
perubahan yang terjadi (Rismaya,
Rosmiyati, & Mariza., 2020;
Wahyuni, 2020; Khodijah, 2017;
Sitanggang, 2019; Chayati &
Na‟mah, 2019).
9 Melakukan dokumentasi Dokumentasi merupakan catatan
hasil dari kegiatan yang dilakukan
perawat. Dokumentasi juga
merupakan salah satu aspek
terpenting dari peran pemberi
perawatan kesehatan. Pencatatan ini
masuk dalam dokumentasi
keperawatan tentang apa yang terjadi
pada klien, mengandung informasi
yang dapat dijadikan sebagai bahan
atau objek riset dan pengembangan
profesi keperawatan (Basri, Utami,
& Mulyadi, 2020; Leniwita &
Anggraini, 2019; Olfah & Ghofur,
2016).

B. Pembahasan

Hasil pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP) didapatkan

hasil sebagai berikut yang telah didukung oleh jurnal terkait. Intervensi yang

telah dikembangkan oleh penulis yaitu melakukan pendataan identitas

responden penelitian yang merupakan bahan dasar yang diolah untuk dijadikan

suatu informasi dari pasien, membuat data dasar tentang pasien, dan membuat

catatan data serta mengorganisir tentang respons kesehatan pasien yang akan

lebih berguna dan bermanfaat bagi pemakai informasi tersebut untuk mencapai

tujuan yang telah (Leniwita & Anggraini, 2019; Mulyanti & Dinarti, 2017;

Saputra & Sudarmaji, 2017).


53

Intervensi selanjutnya yang dikembangkan yaitu menjelaskan dan

mengajarkan prosedur kerja yang bertujuan membantu memperjelas pada hal-

hal yang diperlukan. Komunikasi diartikan sebagai suatu pengiriman dan

penerimaan pesan atau berita antaradua orang atau lebih dengan cara yang

tepat sehingga pesan atau berita dapat dipahami. Penerapkan kemampuan

komunikasi terapeutik yang efektif untuk dapat meyakinkan pasien bahwa

pelayanan yang akan diterima benar-benar berkualitas (Anjaswari, 2016;

Anwar, 2017; Pieter, 2017).

Informed consent yaitu intervensi selanjutnya yang merupakan

persetujuan tindakan medik dalam bidang hukum kesehatan adalah suatu

persetujuan dari pihak pasien (atau dari keluarga jika pasien tidak mungkin

memberikan persetujuan) secara bebas dan bernalar atas tindakan yang akan

dilakukan. Pernyataan klien atau yang sah mewakilinya yang isinya berupa

persetujuan atas rencana tindakan tanpa adanya unsur pemakasaan.

Berdasarkan pasal 1 (a) Permenkes RI Nomor 585/MEN.KES/PER/X/1989

dimana pasal 1 (a) menyatakan bahwa persetujuan tindakan medik (informed

consent) adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas

dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap

pasien tersebut. (Marini, 2018; Purnama, 2016; Suntama, 2017). Langkah

berikutnya dengan mencuci tangan karena dengan melakukan prosedur

mencuci tangan atau hand hygiene dengan air mengalir atau handscrub

merupakan salah satu langkah efektif untuk memutus rantai transmisi infeksi
54

(Ratnawati & Sianturi, 2018; Fauzia & Rahmawati, 2018; Aditya, Harahap, &

Putra, 2020).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rismaya, Rosmiyati, & Mariza

(2020), didapatkan hasil perubahan yang signifikan terhadap penurunan

intensitas nyeri dysmenorrhea pada hari ke-3 setelah responden mengkonsumsi

air kelapa hijau yang diberikan sebanyak 2 kali sehari 250 ml dan dikonsumsi

selama 3 hari berturut-turut. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fina

Feronica Kotangon, dkk (2020) pada siswi kelas XI SMAN 2 Ratahan, dalam

penelitian ini terdapat perbedaan penurunan nyeri dikarenakan responden

melakukan aktifitas aktif dan tidak aktif, dimana saat melakukan aktifitas aktif

dapat memproduksi hormon β endorphin yang dapat meredakan kram, karena

endorphin menghasilkan efek pereda sakit untuk menghilangkan prostaglandin

yang menyebabkan kontraksi otot saat haid. Penurunan intensitas nyeri terjadi

pada responden setelah pemberian air kelapa hijau, dalam hal ini air kelapa

hijau mampu menurunkan nyeri dymernorrhea.

Penelitian yang dilakukan oleh Nuryanih & Suhatika (2020) pada

mahasiswa tingkat I di STIKes Yatsi Tangerang dengan 82 responden,

diantaranya 35 responden mengalami dysmenorrhea yang mengkonsumsi air

kelapa hijau dan diperoleh hasil bahwa adanya hubungan konsumsi air kelapa

hijau dengan penurunan nyeri dysemenorrhea.

Hasil penelitian Nabillah Pattiiha, Shinta Novelia, Anni Suciawati (2021)

yang dilakukan pada remaja didapatkan hasil setelah pemberian air kelapa

muda hijau 2 kali 1 hari selama 3 hari berturut-turut tingkat nyeri post test lebih
55

baik dibandingkan dengan pre test yang menunjukkan tidak ada yang

mengalami nyeri haid berat atau berat sekali. Hal ini menunjukkan bahwa Air

kelapa dapat menurunkan tingkat nyeri haid karena memiliki kandungan gizi

yang tinggi untuk beragam kesehatan. Sejalan dengan hasil penelitian Realita,

Dewi, Susilowati (2021) yang dilakukan pada remaja putri usia 15-18 tahun

dengan sedikit nyeri 11 responden, agak mengganggu 7 responden, dan sangat

mengganggu 1 responden. Setelah dilakukan terapi non farmakologi pemberian

air kelapa hijau pada remaja putri sebagian besar remaja putri sudah tidak

mengalami nyeri dysmenorrhea.

Melihat bahwa pemberian air kelapa hijau mampu menurunkan nyeri

dymenorrhea pada remaja putri, terapi pemberian air kelapa hijau ini dapat

menjadi salah satu terapi non farmakologi yang dapat dilakukan dalam

penurunan nyeri dysmenorrhea.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil pengembangan Standar Operasional Prosedur

(SOP) Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap Penurunan Nyeri Dysmenorrhea

Pada Remaja Putri antara lain:

1. Tersusunnya pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pembeian

Air Kelapa Hijau Terhadap Penurunan Nyeri Dysmenorrhea Pada Remaja

Putri terdiri dari 9 langkah.

2. Air kelapa hijau dapat menurunkan nyeri dysmenorrhea karena terdapat

kandungan gizi seperti kalsium, magnesium, asam folat, dan vitamin yang

dapat mengurangi ketegangan otot serta terdapat zat anti inflamasi yang

membantu meringankan rasa sakit akibat kram menstruasi dan dapat

menurunkan kadar hormon prostaglandin yang menyebabkan nyeri saat

menstruasi (nyeri dysmenorrhea).

3. Pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dikembangkan

terdiri dari 9 langkah dimulai dari pendataan identitas responden penelitian,

menjelaskan dan mengajarkan prosedur kerja, melakukan informed consent,

mencuci tangan, melakukan pengukuran nyeri dysmenorrhea sebelum

diberikan air kelapa hijau menggunakan skala nyeri numerik yang akan

dicatat dalam lembar observasi (pre test), memberikan air kelapa hijau

sebanyak 1 gelas (250 ml), pemberian air kelapa hijau diberikan selama 3

hari berturut-turut pagi dan sore, Melakukan evaluasi dengan pengukuran

nyeri dysmenorrhea kembali setelah diberikan air kelapa hijau

56
57

menggunakan skala nyeri numerik yang akan dicatat dalam lembar

observasi (post test), dan melakukan dokumentasi.

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

Diharapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) ini dapat digunakan

sebagai alternatif non farmakologi.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan

Pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP) ini dapat

dijadikan sebagai acuan dan panduan pengembangan selanjutnya.

3. Bagi Penulis

Diharapkan penulisan selanjutnya dapat mencari banyak literature

review sehingga dapat dijadikan referensi.

4. Bagi Pelayanan Kesehatan

Pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP) ini dapat

menjadi alternatif non farmakologi untuk menurunkan nyeri

dysmenorrhea.

5. Bagi Institusi

Pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP) ini dapat

dijadikan referensi kepustakaan.


DAFTAR PUSTAKA

Aditya, R., Harahap, J., Putra, C., (2020). Analisis Implementasi Hand Hygiene
Dan Perilaku Tenaga Kesehatan Dalam Pelaksanaannya Di RSUD DR.
RM. Djoelham Binjai. Journal Health & Science: Gorontalo Journal
Health & Science Community
Afiyanti, Y., & Pratiwi , A. (2016). Seksualitas Dan Kesehatan Reproduksi
Perempuan Promosi, Permasalahan, Dan Penanganannya Dalam
Pelayanan Kesehatan Dan Keperawatan. Jakarta: Rajawali Pers.
Aini, C. N. N. (2015). Peran Dan Tugas Perawat Maternitas Di Indonesia. Jurnal
Scribd
Akbar, H., dkk. (2021). Teori Kesehatan Reproduksi. (n.p.): Yayasan Penerbit
Muhammad Zaini
Akbar, M. I. K., Tjokroprawiro, B. A., Hendarto, H. (2020). Ginekologi Praktis
Komprehensif.
Alfi, Z. C. A. Y., Anisah. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Amenorrhea Pada Wanita Subur. Jurnal Kesehatan Indra
Husada
Andriana., Aldriana, N., Andrina. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi di Universitas Pasir Pengaraian. Jurnal
Kebidanan
Anjaswarni, T. (2016). Komunikasi Dalam Keperawatan. Modul Bahan Ajar
Cetak Keperawatan
Anwar, K. (2017). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan
Pasien Rawat Inap PKU Muhammdiyah Bantul Yogyakarta
Ariyanti, V. D., Veronica, S. Y., & Kameliawati, F. (2020). Pengaruh Pemberian
Jus Wortel Terhadap Penurunan Skala Nyeri Dismenore Primer Pada
Remaja Putri. Wellnes And Healhty Magazine, 2.
Barus, E. M. BR. (2018). Perbandingan Tingkat Nyeri Haid (Dismenorea)
Sebelum Dan Sesudah Hipnoterapi pada Mahasiswi Kebidanan D-III
Tingkat I di Poltekkes Kemenkes Medan. Skripsi, 26.
Basri, B., Utami, T., Mulyadi, E. (2020). Konsep Dasar Dokumentasi
Keperawatan. Bandung: Media Sains Indonesia
Bolon, C. M. T., dkk. (2020). Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa
Kebidanan. Yayasan Kita Menulis

58
59

Chayati, U. N., Na'mah, L. U. (2019). Penerapan Kombinasi Pijat Effleurage dan


Pemberian Air Kelapa Hijau terhadap Penurunan Nyeri Dismenore pada
Remaja Putri Usia 13-15 Tahun.University Research Colloqium
Djohan, A. (2017). Proses Dan Pengukuran Fisioterapi. Makassar: CV. Physo
Sakti
Fatmawati, L. (2020). Diktat Keperawatan Maternitas I Anatomi Fisiologi Sistem
Reproduksi
Fauzia, N., Rahmawati. (2018). Pengaruh Fakrot Individu Terhadap Kepatuhan
Perawat Dalam Melaksanakan Hand Hygiene. Jurnal Ilmu Keperawatan
Florida, U. of W. (2020). Literature Review: Conducting & Writing. Retrieved
from https://libguides.uwf.edu/c.php?/g=215199&p=1420475
Handayani, S. (2021). Anantomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Jawa Barat:
Media Sains Indonesia dan Penulis
Harnani, Y., Marlina, H., Kursani, E. (2015). Teori Kesehatan Reproduksi (Untuk
Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat). Yogyakarta: DEEPUBLISH
Haryono. (2016). Siap Menghadapi Menstruasi dan Menopause. Yogyakarta:
Goysen Publishing
Herawati, R. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Haid
(Dysmenorrhea) Pada Siswi Madrasah Aliyah Negeri Pasir Pengaraian
Hernawati, S. (2017). Metodologi Penulisan Dalam Bidang Kesehatan. Jawa
Timur: Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES).
Islamy, A., Farida. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi
Pada Remaja Putri Tingkat III. Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 7 No 1
Isnania, R. S., (2020). Tingkat Dismenore Dengan Tingkat Stress Remaja Putri
Jalilah, N. H., Prapitasari, R. (2020). Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga
Berencana. Jawa Barat: CV. Adanu Abimata
Karjatin, A. (2016). Keperawatan Maternitas. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Khodijah, S. (2017). Pengaruh Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap Penurunan
Nyeri Dismenore Pada Mahasiswa Prodi IV Bidan Pendidik Universitas
Kotangon, F. F., dkk. (2020). Pengaruh Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap
Penurunan Nyeri Dismenore Pada Siswi Kelas XI SMAN 2 Ratahan
Kecamatan Pasan Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Biofarmasetikal
Tropis
60

Latifah, U. (2015). Pengaruh Air Kelapa Hijau Sebagai Terapi Non Farmakologis
Terhadap Penurunan Nyeri Dismenorea Pada Siswi Kelas IX Di SMK
Ma'arif 5 Gombong. Skripsi
Leniwita, H., Anggraini, Y. (2019). Modul Dokumentasi Keperawatan.
Universitas Kristen Indonesia
Lestari, F. (2015). Pengaruh Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap Tingkat Nyeri
Haid Pada Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
'Aisyiyah Yogyakarta. Naskah Publikasi.
Lestari, H. D. (2016). Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia 2. (n.p.): PPPPTK Bisnis
dan Pariwisata
Ligina, N. L .(2016). Peran Perawat Sebagai Pendidik. Jurnal Scribd
Marini, S. A. (2018). Tinjauan Pelaksanaan Informed Consent Pada Tindakan
Operasi Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Haji Makassar Tahun 2018
Mayasari, C. D. (2016). Pentingnya Pemahaman Manajemen Nyeri Non
Farmakologi Bagi Seorang Perawat
Meiriza, W., Satria, O. (2017). Hubungan Berat Badan Tidak Normal Dengan
Kejadian Amenore Pada Remaja Putri. Jurnal Kesehatan Perintis
Mouliza, N. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dismenore Pada
Remaja Putri Di MTS Negeri 3 Medan. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi.
Mulyanti, Y., Dinarti. (2017). Bahan Ajar Keperawatan Dokumentasi
Keperawatan
Nani, D. (2018). Fisiologi Manusia Siklus Reproduksi Wanita. Jakarta: Penebar
Plus˖ (Penebar Swadaya Grup)
Nugrahaeni, A. (2020). Pengantar Anatomi Fisiologi Manusia. (n.p.): Anak Hebat
Indonesia
Ningtyas, F. W. (2020). Panduan Literature Review Untuk Sripsi. Jember:
Universitas Jember.
Nuraeni, R. (2017). Keperawatan Maternitas. Cirebon: LovRinz Publishing.
Nursalam. (2020). Penulis Literature Review Dan Systematic Revuew Pada
Pendidikan Kesehatan (Contoh). Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga
Nurwana., Sabilu, Y., Fachlevy, A. F., (2017). Analisis Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Disminorea Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 8
Kendari Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
61

Nurwaridha. (2018). Pengaruh Pemberian Air Kelapa Terhadap Penurunan Nyeri


Haid PAda Siswi Di SMP Muhammadiyah 2 Gamping Yogyakarta.
Naskah Publikasi.
Nuryanih., Suhatika. (2020). Pengaruh Konsumsi Air Kelapa Hijau Terhadap
Pengurangan Nyeri Haid (Dismenorea). Jurnal Kesehatan Vol. 9 No. 1
Okdiyantino, G. (2018). Peran Dan Fungsi Perawat Dalam Bidang Maternitas.
Jurnal Scribd
Olfah. Y., Ghofur, A. (2016). Dokumentasi Keperawatan. Modul Bahan Ajar
Cetak Kebidanan
Pattiiha, N., Novelia, S., Suciawati, A. (2021). Pengaruh Air Kelapa Muda Hijau
Terhadap Nyeri Dismenore Pada Remaja. Indonesian Jurnal Of Health
Development Vol.3 No.1
Pearce, E. C. (2017). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Pieter, H. Z. (2017). Dasar-Dasar Komunikasi Bagi Perawat. Jakarta: Kencana
Purnama, S. G.(2016). Informed Consent. Modul Etika dan Hukum Kesehatan
Putra, K. Z. (2017). Memahami Ciri Dan Tugas Perkembangan Remaja. Jurnal
Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama
Rahayu, A., dkk. (2017). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Lansia. Surabaya:
Airlangga University Press
Ratnawati, A. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Reproduksi. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
Ratnawati, L., Sianturi. S. R. (2018). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Perawat Dalam Menerapkan Hand Hygiene. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan
Realita, F., Dewi, R. K., Susilowati, E. (2021). Pengaruh Konsumsi Air Kelapa
Hijau Terhadap Penurunan Nyeri Haid. Jurnal Kesehatan Vol. 12 No. 2
Riaz, Y., Parekh, U. (2021). Oligomenorrhea. Gujarat (India): StatPearls
Publishing LLC
Rismaya , I., Rosmiyati, & Mariza, A. (2020). Pemberian Air Kelapa Hijau Dapat
Menurunkan Dismenore. Jurnal Kebidanan
Rosyida, D. A. (2019). Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Yogyakarta:
PT. Pustaka Baru
62

Rujiantina, A. S. (2016). Hubungan Konsumsi Fitoestrogen Dan Persentase


Lemak Tubuh Dengan Siklus Menstruasi Pada Wanita Vegetarian.
Proposal Penelitian, 11.
Rusmawan, U. (2019). Teknik Penulisan Tugas Akhir dan Skripsi Pemrograman.
Jakarta: Elex Media Komputerindo
Safrida. (2020). Anatomi dan Fisiologi Manusia. (n.p.): Syiah Kuala University
Press
Saputra, D. D., Sudarmaji. (2017). Pemodelan Sistem Aplikasi Pengolahan Data
Pasien Pada Rumah Sakit Islam Kota Metro Lampung
Sekar, R. A. (2015). Peran Perawat Terhadap Ketepatan Waktu Tanggap
Penanganan Kasus Cedera Kepala Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Skripsi, 28-30.
Sibagariang, E. E. (2016). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Anggota
IKAPI.
Sinaga, E., dkk. (2017). Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta: Universitas
Nasional.
Sitanggang, R. (2019). Tujuan Evaluasi Dalam Keperawatan. INA-Rxiv Papers
Suhatini, S. N. (2020). Pengaruh Pemberian Air Kelapa Terhadap Penurunan
Nyeri Haid (Dismenorea) Pada Siswi Kelas XI Di SMA Negeri 12 Bandar
Lampung. Politeknik Kesehatan Tanjung Karang
Suntama, W. (2017). Kajian Tentang Informed Concent (Persetujuan Tindakan
Medik) Menurut UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Lex
Privatum
Utari, A. D. (2015). Pengaruh Pendidikan kesehatan tentang Dismenore Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Mengalami Dismenore Di
SMP Negeri 1 Pleret Bantul Yogyakarta. Skripsi, 12.
Wahyuni, L. T. (2018). Pengaruh Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap
Penurunan Nyeri Haid (Dismenore) Primer Pada Mahasiswi Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Dan Akademi Farmasi Ranah Minang Padang.
Lentera Kesehatan 'Aisyiyah
Wirentanus, L. (2019). Peran Dan Wewenang Perawat Dalam Menjalankan
Tugasnya Berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan. Media Keadilan Jurnal Ilmu Hukum
World Health Organization (WHO) Disminorea. In: WHO. 2018
63

Wulandari, A. (2015). Karakteristik Pertumbuhan Perkembangan Remaja Dan


Implikasinya Terhadap Kesehatan Dan Keperawatannya. Jurnal
Keperawatan Anak
Yolandiani, R. P., Fajria, L., Putri, Z. M., (2021). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Ketidakteraturan Siklus Menstruasi Pada Remaja.
Literature Review
Yudiyanta., Khoirunnisa, N., Novitasari, R. W. (2015). Assesment Nyeri
Zalukhu, S. (2017). Pengetahuan Menstruasi Pada Remaja Putri (Studi Etnografi
Kelurahan Kampung Aur, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan
Provinsi Sumatra Utara. Skripsi
LAMPIRAN

64
Lampiran 1 Lembar Observasi

LEMBAR OBSERVASI NYERI DISMENORE

A. Memberikan 1 lembar observasi kepada setiap responden yang bersedia

menjadi subjek penulisan untuk mengisikan identitdas responden yang berisi

tentang :

Nama :

Umur :

TB :

BB :

Lama rata-rata menstruasi :

Tanggal rata-rata menstruasi :

B. Skala Nyeri Dismenore

Dalam pengisian skala pengukuran nyeri dismenore ini, saya mohon

saudari untuk memberikan tanda lingkaran ( O ) pada skala nyeri berikut

sesuai dengan nyeri yang anda rasakan sekarang.

Pre test

Skala nyeri?
Post test

Skala nyeri?

SKALA :

0 = tidak nyeri/dismenore, wajah tampak tersenyum, aktivitas tidak terganggu.

1-3 = nyeri/dismenore ringan, perut bagian bawah terasa kram, aktivitas masih

dapat dilakukan, komunikasi baik, konsrntrasi baik.

4-6 = nyeri/dismenore sedang, sebagian terganggu, wajah tampak menyeringai,

mendesis, nyeri yang dirasakan menyebar ke daerah pinggang, penurunan

nafsu makan, sulit berkonsetrasi, tampak memegang bagian yang terasa

nyeri, dapat mendeskripsikan nyeri yang dirasakan.

7-9 = nyeri/dismenore berat, perut bagian bawah terasa kram berat, wajah tampak

menyeringai, menangis, nyeri menyebar di area pinggang sampai paha,

tidak dapat beraktivitas, respon terhadap perintah terkadang tidak diikuti,

dapat menunjukkan lokasi nyeri yang dirasakan, mual, tidak nafsu makan.

10 = nyeri/dismenore sangat berat, perut bagian bawah terasa kram berat, nyeri

menyebar di area pinggang sampai kaki dan punggung, pusing, mua hingga

muntah, tidak nafsu makan, tubuh lemas, tidak bisa beraktivitas, tangan

tampak mengepal, gigi mengatup, terkadang menjerit hingga pingsan, tidak

mampu berkomunikasi.

Sumber: Barus (2018); Latifah (2015)


Lampiran 2 Standar Operasional Prosedur Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap
Penurunan Nyeri Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap Penurunan
Nyeri Dysmenorrhea

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN AIR KELAPA

PENGERTIAN Memberikan informasi tentang prngaruh pemberian air


kelapa terhadap penurunan nyeri haid (dismenorea)
KEBIJAKAN Pada Siswi kelas XI SMA Negeri 12 Bandar Lampung
ALAT DAN BAHAN 1. Alat-alat
a. Golok
b. Gelas Ukur
c. Sedotan
d. Gelas beling
2. Bahan
a. Kelapa
LANGKAH- Persiapan
LANGKAH 1. Melakukan verifikasi terhadap siswi tentang
intervensi yang akan dilakukan dimana
sebelumnya sudah ada informed concent
2. Mencuci tangan
3. Kupas kulit kelapa dengan golok
4. Setelah kelapa terbuka tuangkan air kelapa
kedalam gelas ukur sebanyak 250 ml
5. Pindahkan air kelapa kedalam gelas beling
6. Langsung berikan kepada responden
Pelaksanaan
1. Pemberian air kelapa kepada siswi untuk
mengetahui pengaruh terhadap penurunan nyeri
haid
2. Air kelapa diberikan kepada siswi yang sedang
merasakan nyeri haid (dismenorea) sebanyak 1
gelas (250 ml)
3. Air kelapa diberikan 2x sehari pagi dan sore
4. Anjurkan siswi untuk segera meminumnya setelah
diberikan
5. Lakukan selama 3 hari berturut-turut
6. Lalu lakukan evaluasi penurunan nyeri
7. Data yang terkumpul dilihat dari hasil sebelum
pemberian air kelapa hijau (pre test) dan setelah
pemberian air kelapa hijau (post test) pada
responden
(Sumber: Siti Nurlina Suhatini, 2020)
Lampiran 3 Standar Operasional Prosedur Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap
Penurunan Nyeri Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap Penurunan
Nyeri Dysmenorrhea

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN AIR KELAPA


HIJAU TERHADAP PENURUNAN NYERI DYSMENORRHEA
PENGERTIAN Pemberian air kelapa hijau terhadap penurunan nyeri
dismenore
KEBIJAKAN Pada Mahisiswi Program Studi D IV Bidan Pendidik
Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
ALAT DAN BAHAN 1. Alat-alat
a. Gelas 250 ml
b. Sendok
c. Pisau
d. Talenan
2. Bahan
a. Kelapa
b. Gula aren
LANGKAH-LANGKAH 3. Melakukan pengukuran skala nyeri
menggunakan skala nyeri numerik sebelum
diberikan air kelapa hijau (pre test)
4. Pemberian air kelapa sebanyak 250 ml dengan 1
potong gula aren dicampur dan diaduk merata,
tunggu selama 2 jam sebelum dilakukan (post
test)
5. Air kelapa diberikan sebanyak 2 kali sehari 1
gelas (250 ml) pagi dan sore, selama 3 hari
berturt-turut
6. Setelah 2 jam pemberian air kelapa hiaju
dilakukan kembali pengukuran pada nyeri yang
dirasakan
(Sumber: Siti Khodijah, 2017)
Lampiran 4 Standar Operasional Prosedur Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap
Penurunan Nyeri Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap Penurunan
Nyeri Dysmenorrhea

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN AIR KELAPA


HIJAU TERHADAP PENURUNAN NYERI HAID (DYSMENORRHEA)
PRIMER
PENGERTIAN Kandungan nutrisi dalam air kelapa hijau dapat
menurunkan nyeri dismenore
KEBIJAKAN Pada Mahisiswi STIKes dan AKFAR Ranah Minang
Padang
ALAT DAN BAHAN 1. Alat
a. Gelas
b. Sedotan
2. Bahan
a. Kelapa hijau
LANGKAH- 1. Menjelaskan dan mengajarkan prosedur kerja
LANGKAH 2. Lakukan pengukuran nyeri pada hari pertama dan
hari kedua menstruasi dengtan menggunakan skala
penilaian numerik sebelum dilakukan pemberian air
kelapa hijau
3. Air kelapa hijau diberikan selama 2 hari berturut-
turut menggunakan gelas ukuran 250 ml dan tunggu
sampai 2 jam
4. Setelah diberikan air kelapa hiaju dilakukan
pengukuran nyeri menggunakan skala penilaian
numerik dan kategori
5. Data yang terkumpul dilihat dari hasil sebelum
pemberian air kelapa hijau (pre test) dan setelah
pemberian air kelapa hijau (post test) pada
responden
(Sumber: Leni Tri Wahyuni, 2018)
Lampiran 5 Standar Operasional Prosedur Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap
Penurunan Nyeri Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap Penurunan
Nyeri Dysmenorrhea

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN AIR KELAPA


HIJAU TERHADAP PENURUNAN DISMENORE
PENGERTIAN Peemberian air kelapa hijau dapat digunakan sebagai
alternatif dalam penurunan dismenore
KEBIJAKAN Pada 5 Remaja Putri Usia 13-15 tahun
ALAT DAN BAHAN 1. Alat
a. Gelas
b. Sedotan
c. Lembar observasi
2. Bahan
b. Kelapa hijau
LANGKAH- 1. Sebelum dilakukan penerapan, partisipan mengisi
LANGKAH skala nyeri menstruasi yang dirasakan pada saat itu
pada lembar skala observasi numerik yang telah
disediakan
2. Peneliti memberikan air kelapa hijau sebanyak 250
cc
3. Ditunggu selama 30 menit
4. Setelah menunggu 30 menit, partisipan kembali
mengisi lembar skala observasi numerik untuk
mengetahui adanya penurunan nyeri yang dirasakan
setelah diberikan air kelapa hijau
5. Peneliti hanya memberikan 1 kali sehrai pada sore
hari
6. Diberikan selama 3 hari berturut-turut
(Sumber: Umi Nur Cahyati & Uli Na‟mah, 2019)
Lampiran 6 Standar Operasional Prosedur Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap
Penurunan Nyeri Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap Penurunan
Nyeri Dysmenorrhea

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN AIR KELAPA


HIJAU DAPAT MENURUNKAN DISMENORE
PENGERTIAN Air kelapa hijau dapat dijadikan alternatif non
farmakologi terhadap penurunan nyeri dismenore
KEBIJAKAN Pada Mahisiswi Kebidanan Tingkat I dan II Universitas
Mahalayati
ALAT DAN BAHAN 3. Alat
d. Gelas beling
e. Gelas ukur
f. Sedotan
4. Bahan
c. Kelapa hijau
LANGKAH- 7. Dilakukan pengukuran skala nyeri numerik
LANGKAH 8. Penulis memberikan air kelapa sebanyak 250 cc
9. Setelah diberikan air kelapa hijau diukur kembali
mnyeri yang dirasakan dengan skala numerik
10. Air kelapa diberikan 2 kali sehari selama 3 hari
berturut-turut
(Sumber: Irma Rismaya, Rosmiati, & Ana Mariza., 2020)
Lampiran 7 Bagan Pengembangan Standar Operasional Prosedur Pemberian Air
Kelapa Hijau Terhadap Penurunan Nyeri Pemberian Air Kelapa
Hijau Terhadap Penurunan Nyeri Dysmenorrhea

BAGAN PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PEMBERIAN AIR KELAPA HIJAU TERHADAP PENURUNAN NYERI
DYSMENORRHEA

Menjelaskan dan
Pendataan Identitas Melakukan Informed
Mengajarkan
Responden Penelitian Consent
Prosedur Kerja

Melakukan
Pengukuran Nyeri
Memberikan air Dysmenorrhea
kelapa hijau sebanyak sebelum diberikan air
1 gelas (250 ml) Mencuci Tangan
kelapa hijau
setelah air kelapa Menggunakan Skala
hijau dikeluarkan dari Nyeri Numerik dan
buahnya Lembar Observasi
(Pre Test)

Pemberian Air Melakukan evaluasi dengan


Kelapa Hijau pengukuran nyeri dysmenrrhea
diberikan selama 3 kembali setelah 2 jam Melakukan
hari berturut-turut pemberian air kelapa hijau Dokumentasi
2x1 hari pagi dan menggunakan sakal nyeri
sore numerik dengan skala nyeri
sedang sampai berat yang akan
dicatat dalam lembar
observasimenggunakan skala
numerik dan lembar observasi
(post test)

Pengembangan Standar Operasional Prosedur dari: Nilam Adhitiya Ramadhani


Lampiran 8 Pengembangan Standar Operasional Prosedur Pemberian Air Kelapa
Hijau Terhadap Penurunan Nyeri Pemberian Air Kelapa Hijau
Terhadap Penurunan Nyeri Dysmenorrhea

PENGEMBANGAN STANDAR O PERASIONAL PROSEDUR


PEMBERIAN AIR KELAPA HIJAU TERHADAP PENURUNAN NYERI
DYSMENORRHEA

PENGERTIAN Air kelapa hijau dapat merelaksasikan otot rahim saat


menstruasi pada wanita yang diakibatkan oleh peningkatan
aktifitas prostaglandin
REFERENSI - Chayati & Na‟mah (2019)
- Kodijah (2017)
- Rismaya, Rosmiyati, & Mariza (2020)
- Suhatini (2020)
- Wahyuni (2018)
LANGKAH- 1. Pendataan identitas responden penelitian
LANGKAH 2. Menjelaskan dan mengajarkan prosedur kerja
3. Melakukan informed consent
4. Mencuci tangan
5. Melakukan pengukuran nyeri dysmenorrhea sebelum
diberikan air kelapa hijau (pre test)
6. Memberikan air kelapa hijau sebanyak 1 gelas (250
ml)
7. Pemberian air kelapa hijau diberikan selama 3 hari
berturut-turut pagi dan sore
8. Melakukan evaluasi dengan pengukuran nyeri
dysmenorrhea kembali setelah diberikan air kelapa
hijau (post test)
9. Melakukan dokumentasi
Lampiran 9 Lembar Plagiarisme
Lampiran 10 Lembar Oponen

LEMBAR HADIR OPPONENT

Nama : Nilam Adhitiya Ramadhani

Nirm : 18031

NO HARI/ NAMA JUDUL TTD KDP


TGL MHS
SIDANG
1. Jum‟at, Zenalidia Pengembangan Standar Operasional
30 Maret Ermilda Prosedur (SOP) Pemberian Kompres
2021 (Proposal) Dingin terhadap Intensitas
Nyeri pada Bayi Pasca Imunisasi
Campak
2. Sabtu, 22 Santi Analisis Intervensi Pemberian
Mei 2021 Novitasari Rebusan Daun Salam Untuk
(Proposal) Menurunkan Asam Urat Bagi Lansia
Di RW 03 Kelurahan Cengkareng
Timur Kecamatan Cengkareng
Jakarta Barat
3. Rabu, 1 Anggi Analisis Praktek Keperawatan
September Safriyanti Pengaruh Milieu therapy Metode
2021 (Ujian Bermain Ular Tangga Untuk
Hasil) Mengurangi Tingkat Kesepian
(Lonelines) Pada Lansia Di Wilayah
Kelurahan Puskesmas Duri Kepa
Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta
Barat
4. Jumat, 3 Teti Analisis Intervensi Pemberian Terapi
September Noermaya Slow Deep Breathing Untuk
2021 Rifadillah Menurunkan Tekanan Darah Pada
(Ujian Lansia Hipertensi
Hasil)

5. Jumat, 3 Alma Pengembangan Protokol Pemberian


September Zahra Terapi Tepid Water Sponge Untuk
2021 Fitriani Menurunkan Suhu Tubuh Pada Anak
(Ujian Balita Yang Mengalami Kejang
Hasil) Demam
6. Jumat, 3 Dewi Pengembangan Standar Operasional
September Astuti Prosedur Pemberian Aroma Jars
2021 (Ujian Terhadap Asupan Nutrisi Anak
Hasil) Prasekolah Saat Hospitalisasi
Lampiran 11 Lembar Konsul

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA

AKREDITASI BAN-PT

SK No.103/SK/BAN-PT/Ak-XII/Dpl-III/IV/2013

LEMBAR KONSUL

Nama Mahasiswa : Nilam Adhitiya Ramadhani

NIRM : 18031

Judul Makalah : Pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP)


Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap Penurunan Nyeri
Dysmenorrhea Pada Remaja Putri

URAIAN
No TTD PEM.
Materi perbaikan/saran
1 Pengajuan Judul KTI Judul harus lebih spesifik, lihat buku
panduan, cari jurnal sesuaikan dengan
judul

2 Membahas penulisan Perbaiki latar belakang, latar belakang


Bab I, II disesuaikan membentuk kalimat yang
nyambung, masukan rumusan masalah
dan manfaat penelitian
3 Materi Bab I, II Perbaikan latar belakang harus ada
benang merahnya, penambahan saran
pada manfaat penelitian, perubahan
judul (Mahasiswa Remaja Putri)

4 Materi Bab II Ditambahkan lagi materinya, cari


konsep maternitas, dirapihkan lagi
URAIAN
No TTD PEM.
Materi perbaikan/saran
5 Materi Bab I, II, III Perbaikan latar belakang, penambahan
rumusan masalah, perbaikan judul
bentuk piramida terbalik, penambahan
pada Bab II, menambahkan definisi
dari kerangka konsep Bab III
6 Materi Bab I, II, III Perbaikan lembar persetujuan,
penambahan daftar singkatan, gambar,
dll, penambahan materi pada Bab II,
perbaikan kerangka konsep
7 Materi Bab I, II, III Perbaikan jarak-jarak penulisan,
pembenaran pada penulisan,
penambahan kata/kalimat

8 Materi Bab I, II, III Dirapihkan lagi, perbaiki spasinya,


periksa kata/kalimat cetak miring

9 Materi Revisi Bab I, Perbaikan spasi, penulisan sumber


II, III ditambahkan, penambahan kalimat,
penambahan sumber baru

10 Materi Revisi Bab I, Perbaikan sistematika penulisan,


II, III menambahkan mekanisme air kelapa
hijau pada Bab II, perbaikan kerangka
konsep
11 Materi Revisi Bab I, Pengubahan kaliamat proposal
II, III menjadi karya tulis ilmiah, perbaikan
daftar gambar, penambahan gambar

12 Materi Revisi Bab I, Perbaikan penulisan sitasi


II, III
URAIAN
No TTD PEM.
Materi perbaikan/saran
13 Materi Revisi Bab I- Menambahkan rasional,
V menambahkan kata/kalimat yang
kurang, memperbaiki paragraf,
merapihkan daftar isi
14 Materi Revisi Bab V Kesimpulan dan saran tidak dipisah

15 Lampiran Lampiran tidak pakai halaman

16 Poster Diperbaiki lagi kata-katanya

17 Materi Bab IV dan V Penulisannya dirapihkan kembali,


spasi diperhatikan

18 Kata pengantar Diluruskan penulisannya


Lampiran 12 Biografi

DAFTAR RIWYAT HIDUP

A. IDENTITAS

Nama : Nilam Adhitiya Ramadhani

NIRM : 18031

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Desember 2000

Agama : Islam

Suku Bangsa : Betawi

Alamat Rumah : Jl. H. Pekir Rt 005/006 Kec. Kebayoran


Lama, Kel. Grogol Utara, Jakarta Selatan,
DKI Jakarta
Email : nilam.adhitiya@gmail.com

No. Hp : 081286207640

Anda mungkin juga menyukai