Anda di halaman 1dari 72

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PIJAT OKSITOSIN MENGGUNAKAN MINYAK LAVENDER


UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI AIR SUSU IBU
(ASI) PADA IBU POST OPERASI SECTIO CAESAREA

WINDI WULANDARI
NIRM: 17062

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI


JAKARTA
2020
PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PIJAT OKSITOSIN MENGGUNAKAN MINYAK LAVENDER
UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI AIR SUSU IBU
(ASI) PADA IBU POST OPERASI SECTIO CAESAREA

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahlimadya Keperawatan
Program Diploma Tiga Keperawatan

Diajukan Oleh:
WINDI WULANDARI
NIRM: 17062

PROGRAM DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PELNI

JAKARTA
2020

i
KARYA TULIS ILMIAH

Judul

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PIJAT OKSITOSIN MENGGUNAKAN MINYAK LAVENDER
UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI AIR SUSU IBU
(ASI) PADA IBU POST OPERASI SECTIO CAESAREA
Dipersiapkan dan disusun oleh :

WINDI WULANDARI

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 21 Agustus 2020

Susunan Dewan Penguji

Pembimbing Utama Ketua Dewan Penguji

Nining Hening P,S.KM.,SSiT.,MKM Ns. Susiana Jansen,M.Kep.,Sp.Kep.An


NIDN.0315065802 NIDN.0301019202

Pembimbing Pendamping

Sri Mulyani Nurhayati,APP.,S.Kep.,MKM


NRP. 03389
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu syarat penelitian untuk
memperoleh gelar Ahlimadya Keperawatan pada Program Diploma Tiga
Keperawatan Akademi Keperawatan PELNI Jakarta
Tanggal 21 Agustus 2020

Ns. Sri Atun Wahyuningsih, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.J


Ketua Program Studi Diploma Tiga Keperawatan

ii
SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME

Saya yang bertanggung jawab dibawah ini dengan sebenarnya


menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini, Saya susun tanpa tindak plagiarisme
sesuai dengan peraturan yang berlaku di Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.
Jika dikemudian hari ternyata Saya melakukan tindakan plagiarisme, Saya
akan bertanggung jawab sepenuhnya menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Akademi Keperawatan PELNI Jakarta kepada Saya.

Jakarta, 21 Agustus 2020


Pembuat Pernyataan

Windi Wulandari

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat-Nya dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pengembangan Standar Operasional Prosedur

(SOP) Pijat Oksitosin Menggunakan Minyak Lavender Dengan Masalah

Keperawatan Produksi Air Susu Ibu (Asi) pada Ibu Post Op Sectio Caesarea.”

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada yang terhormat:

1. Ahmad Samdani.,SKM.MPH Ketua Yayasan Samudra Apta.

2. Buntar Handayani,SKp.,MKep.,MM. Direktur Akademi Keperawatan PELNI

Jakarta

3. Sri Atun Wahyuningsih.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.J,Ka Prodi Akademi

Keperawatan Pelni Jakarta

4. Nining Hening Pramesti.,SKM.,SsiT,MKM sebagai Pembimbing Utama dan

Penguji Karya Tulis Ilmiah

5. Sri Mulyani Nurhayati,APP.,S.Kep.,MKM sebagai Pembimbing Pendamping

dan Penguji Karya Tulis Ilmiah

6. Susiana Jansen, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.An sebagai Ketua Dewan Penguji Karya

Tulis Ilmiah

7. Semua dosen Akademi Keperawatan PELNI Jakarta yang telah memberikan

bimbingan dan wawasannya dengan sabar serta ilmu yang bermanfaat.

iv
8. Kedua orangtua dan anggota keluarga lainnya yang telah memberikan

semangat, doa dan dukungannya untuk menyelesaikan penyusunan Karya

Tulis Ilmiah.

9. Teman – teman Mahasiswa/i Akademi Keperawatan PELNI Jakarta Angkatan

XXII dan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata, semoga semua bantuan dan dukungan yang telah

diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

kesehatan khususnya keperawatan

Jakarta, 21 Agustus 2020

Windi Wulandari

v
ABSTRAK

Sectio caesarea adalah kondisi dimana proses persalinan melalui pembedahan


dengan irisan di perut seorang ibu. Masalah yang umumnya dialami oleh yaitu
kurangnya produksi air susu ibu. Pijat oksitosin dipercaya sebagai salah satu
langkah dalam meningkatkan prosuksi air susu ibu. Minyak lavender memliki
kandungan yang bagus untuk kesehatan. Tujuan penulisan pada literature review
ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian pijat oksitosin menggunakan
minyak lavender untuk meningkatkan produksi air susu ibu (ASI) pada ibu post
op sectio caesarea. Penulisan ini bertujuan untuk mengembangkan standar
operasional prosedur pijat oksitosin. Metode penulisan ini menggunakan
Literature Review, dengan jumlah lima Literature Review yang terkait dengan
standar operasional prosedur pijat oksitosin. Hasil yang didapatkan setelah
melakukan Literature Review yaitu didapatkanya 10 tahapan standar operasional
prosedur pijat oksitosin yang dapat meningkatkan produksi air susus ibu pada ibu
post op sectio caesarea. Kesmpulannya yaitu pijat oksitosin dengan minyak
lavender mampu untuk meningkatkan produksi air susus ibu pada ibu post op
sectio caesarea.

Kata Kunci : Air Susu Ibu; Minyak Lavender; Pijat Oksitosin; Post Partum;
Standar Operasional Prosedur.

vi
ABSTRACT

Sectio caesarea is a condition wherein a labor is performed surgically with an


incision in a mother's stomach. The problem commonly experienced by women is
the lack of milk production. Oxytocin massage is believed to be one of the steps in
increasing breast milk production. Lavender oil is good for health. The purpose of
writing in this literature review is to determine the effect of giving oxytocin
massage using lavender oil to increase the production of breast milk (ASI) in
post-op women with caesarean section. This paper aims to develop a standard
operating procedure for oxytocin massage. This writing method uses a Literature
Review, with a total of five Literature Reviews related to standard operating
procedures for oxytocin massage. The results obtained after conducting a
Literature Review were 10 stages of standard operating procedures for oxytocin
massage which can increase the production of breast milk in post-op sectio
caesarean mothers. The conclusion is that oxytocin massage with lavender oil is
able to increase the production of breast milk in post-op sectio caesarean
mothers.

Keywords: Breast Milk; Lavender Oil; Oxytocin Massage; Post Partum;


Standard Operating Procedures.

vii
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME ....................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL................................................................................................. ix
DAFTAR BAGAN ................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 7
1.Tujuan Umum ........................................................................................ 7
2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 7
D. Manfaat Penulisan..................................................................................... 7
BAB II TINJAU PUSTAKA ................................................................................ 9
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 9
B. Kerangka Konsep .................................................................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 30
A. Metodologi .............................................................................................. 30
B. Plan, Do, Study and Act (PDSA) ........................................................... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 33
A. Hasil ........................................................................................................ 33
B. Pembahasan............................................................................................. 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 45
A. Kesimpulan ............................................................................................. 45
B. Saran ....................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA

viii
DAFTAR TABEL
Hal

Tabel 4.1 Hasil Penelusuran Literature Review………………………...………33

Tabel 4.2 Hasil Pengembangan Literature Review……………………………..39

ix
DAFTAR BAGAN

Skema 2.1 Kerangka konsep ............……………………………………...…29

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Plagiat

Lampiran 2 Jadwal Rencana Kegiatan

Lampiran 3 Lembar Kuesioner Karakteristik

Lampiran 4 Lembar Observasi

Lampiran 5 Lembar Kuesioner

Lampiran 6 Standar Operasional Prosedur

Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa Nifas (puerperineum) adalah masa yang dimulai setelah plasenta

lahir dan berakhir ketika alat-alat kandung kemih kembali sebelum hamil.

Masa nifas berlangsung selama kira-kira 2-6 minggu. Masa nifas

(puerperineum) berasal dari bahasa latin yaitu puer yang artinya bayi dan

paraous yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah melahirkan.

Involusi adalah perubahan uterus setelah persalinan, yang berangsur-angsur

kembali seperti keadaan semula yang dengan kondisi dan ukuran dalam

keadaan tidak hamil (Saleha, 2014).

Penurunan produksi dan pengeluaran ASI (air susu ibu) pada hari-hari

pertama setelah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan

hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran

produksi dan pengeluaran ASI (air susu ibu). Ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kelancaran produksi dan pengeluaran ASI (air susu ibu) yaitu

dengan perawatan payudara, stress, penyakit atau kesehatan ibu,konsumsi

rokok, pil dan asupan nutrisi. Perawatan payudara sebaiknya dilakukan segera

setelah persalinan dan harus dilakukan ibu secara rutin. Pemberian rangsangan

pada otot-otot payudara akan membantu merangsang hormon proklatin untuk

membantu produksi air susu (Bobak, 2010).

Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi

ketidaklancaran produksi ASI (air susu ibu). Hormon oksitosin berdampak

1
2

pada pengeluaran hormon prolaktin sebagai stimulasi reflek oksitosin sebelum

ASI (air susu ibu) dikeluarkan atau diperas. Bentuk stimulasi yang dilakukan

pada ibu adalah dengan pijat oksitosin. Pijat oksitosin dilakukan pada

sepanjang tulang belakang (vetebrae) sampai tulang costae kelima-keenam ibu

akan merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa nyeri. Sehingga dengan

begitu hormon oksitosin keluar dan ASI (air susu ibu) pun cepat keluar.

Tindakan pijat oksitosin ini dapat memberikan sensai rileks pada ibu dan

melancarkan aliran saraf serta saluran ASI (air susu ibu) kedua payudara lancar

(Amin & Jaya, 2014).

Pengeluaran ASI (air susu ibu) dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

produksi dan pengeluaran. Produksi ASI (air susu ibu) dipengaruhi oleh

hormon prolaktin sedangkan dipengaruhi oleh hormon oksitosin. Hormon

oksitosin akan keluar melalui rasangan ke puting susu melalui isapan mulut

bayi atau melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi, dengan dilakukan

dengan pijatan pada tulang belakang ibu akan merasa tenang, rileks,

meningkatkan ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya, sehingga dengan

begitu hormon oksitosin keluar dan ASI (air susu ibu) pun cepat keluar (WBW,

2013).

ASI (air susu ibu) adalah cairan yang diciptakan khusus yang keluar

langsung dari payudara seseorang ibu untuk bayi. ASI (air susu ibu) merupakan

makanan bayi yang paling sempurna, praktis, murah dan bersih karena

langsung diminum dari payudara ibu, ASI (air susu ibu) mengandung semua
3

zat gizi dan cairan yang dibutuhkan bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi di 6

bulan pertamanya (Walyani, 2015).

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2013) cara

pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi

secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan dan meneruskan menyusui

anak sampai umur 24 bulan. ASI (air susu ibu) merupakan makanan terbaik

untuk bayi yang mengandung sel darah putih, protein dan zat kekebalan yang

cocok untuk bayi serta ASI (air susu ibu) membantu pertumbuhan dan

perkembangan anak secara optimal serta melindungi terhadap penyakit .

Pijat ASI (air susu ibu) yang sering dilakukan dalam rangka

meningkatkan ketidaklancaran produksi ASI (air susu ibu) adalah pijat

oksitosin. Pijat oksitosin, bisa dibantu pijat oleh ayah atau nenek bayi. Pijat

oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex let

down. Selain untuk merangsang refleks let down manfaat pijat oksitosin adalah

memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement),

mengurangi sumbatan ASI (air susu ibu), merangsang pelepasan hormon

oksitosin, mempertahankan produksi ASI (air susu ibu) ketika ibu dan bayi

sakit (Departemen Kesehatan RI, 2013).

Faktor penghambat dalam pemberian ASI (air susu ibu) adalah produksi

ASI (air susu ibu) itu sendiri. Produksi ASI (air susu ibu) yang kurang dan

lambat keluar dapat menyebabkan ibu tidak memberikan ASI (air susu ibu)

pada bayinya dengan cukup. Selain hormon prolaktin,proses laktasi juga

bergantung pada hormon oksitosin, yang dilepas dari hipofise posteriror


4

sebagai reaksi terhadap penghisapan puting, oksitosin mempengaruhi sel-sel

mioepitel yang mengelilingi alveoli mamae sehingga alveoli berkontraksi dan

mengeluarkan air susu yang sudah disekresikan oleh kelenjar mamae. Reflek

oksitosin ini dipengaruhi oleh jiwa ibu, jika ada rasa cemas, stress dan ragu

yang terjadi, maka pengeluaran ASI (air susu ibu) bisa jadi akan terhambat

(Kodrat, 2013).

Salah satu cara untuk menstimulasi oksitosin adalah dengan pijat

punggung. Pijat punggung merupakan cara yang mudah untuk dimengerti dan

dipahami, praktis untuk dikerjakan, dan tidak membutuhkan waktu yang lama

untuk melakukannya serta dapat dilakukan oleh siapapun (suami, keluarga,

petugas). Pijat punggung cervical 5-6 sampai setinggi tulang belikat bagian

bawah menggunakan ibu jari tangan dengan gerakan melingkar kecil pada

kedua sisi tulang punggung selama 2-3 menit (WHO, 2010). Pijat oksitosin

bermanfaat meningkatkan relaksasi dan tingkat kenyamanan ibu, sehingga

memicu produksi hormon oksitosin dan mempengaruhi pengeluaran ASI (air

susu ibu). Efek pijat oksitosin adalah sel kelenjar payudara mensekresi ASI (air

susu ibu) sehingga bayi mendapatkan ASI (air susu ibu) sesuai dengan

kebutuhan dan berat badan bayi bertambah. Dan di oleskan dengan minyak

Lavender secukupnya , Minyak aromaterapi lavender terkenal sebagai minyak

pijat yang dapat memberikan relaksasi. Metode pijat menggunakan minyak

aromaterapi merupakan cara yang popular dalam penggunaan minyak

aromaterapi. Karena bisa bekerja dalam beberapa cara pada waktu yang sama.
5

Dimana kulit akan menyerap minyak dan aromaterapi akan masuk melalui

pernapasan, ditambah terapi fisik dari pijat itu sendiri (Fitriana, 2017).

Data Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) tahun 2015

disimpulkan bahwa presentase cakupan kasus bendungan ASI (Air Susu Ibu)

pada ibu nifas di 10 negara yaitu Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura,

Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja tercatat

107.654 ibu nifas, pada tahun 2015 terdapat ibu nifas yang mengalami

bendungan ASI sebanyak 95.698 (66,87%) ibu nifas, serta pada tahun 2016 ibu

yang banyak mengalami bendungan ASI (Air Susu Ibu) sebanyak 76.543

(71,10%) dengan angka tertinggi yang terjadi di Indonesia (37, 12 %) (Depkes

RI, 2017). Menurut penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

RI pada tahun 2018 kejadian bendungan ASI (Air Susu Ibu) di Indonesia

terbanyak terjadi pada ibu-ibu bekerja sebanyak 16% dari ibu menyusui

(Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Peran perawat sebagai advokat yaitu perawat melindungi hak klien

sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan

hak-haknya bila dibutuhkan. Peran perawat sebagai pendidik, bertanggung

jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan kepada klien,

tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainnya. Perawat harus bisa

berperan sebagai pendidik bagi keluarga, kelompok dan masyarakat.

Peran perawat sebagai konseling, tugas utama perawat adalah

mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat

sakitnya. Konseling diberikan kepada individu, keluarga dalam


6

mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu.

Pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan.

Peran perawat sebagai kolaborasi, dalam hal ini perawat bersama klien,

keluarga, team kesehatan lain berupaya mengidentifikasi pelayanan kesehatan

yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan

klien, pemberian dukungan, padua keahlian dan keterampilan dari berbagai

profesional pemberian pelayanan kesehatan.

Berdasarkan latar belakang diatas dan dari pengamatan yang peneliti

dapatkan serta fenomena yang terjadi selama praktek di Ruang Kenari Rumah

Sakit PELNI hampir seluruh Ibu post partum sectio caesarea mengalami

produksi asi yang tidak lancar . Maka penulis tertarik untuk mengembangkan

Standar Operasional Prosedur pijat oksitosin menggunakan minyak lavender

untuk meningkatkan produksi ASI (Air Susu Ibu) pada ibu post op sectio

caesarea.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penulis ini adalah “Pentingnya prosedur yang

tepat dalam melakukan asuhan keperawatan berupa terapi pijat oksitosin

menggunakan minyak lavender untuk meningkatkan produksi ASI (air susu

ibu) pada ibu post op sectio caesarea”


7

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk Pengembangan Standar Operasional Prosedur pijat

oksitosin menggunakan minyak lavender untuk meningkatkan produksi

ASI (air susu ibu) pada ibu post op sectio caesarea

2. Tujuan Khusus

a. Mengembangkan Standar Operasional Prosedur pijat oksitosin

menggunakan minyak lavender untuk meningkatkan produksi ASI (air

susu ibu) pada ibu post op sectio caesarea.

b. Memberikan gambaran Pengembangan Standar Operasional Prosedur

pijat oksitosin menggunakan minyak lavender untuk meningkatkan

produksi ASI (air susu ibu) pada ibu post op sectio caesarea.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Masyarakat

Standar Operasional Prosedur Pemberian pijat oksitosin

menggunakan minyak lavender untuk meningkatkan produksi ASI (air susu

ibu) pada ibu post op sectio caesarea dapat diaplikasikan dalam kepada

masyarakat khususnya pada ibu post partum sectio caesarea.

2. Bagi perkembangan Ilmu Teknologi Keperawatan

a. Sebagai acuan atau panduan dalam pijat oksitosin menggunakan

minyak lavender untuk meningkatkan produksi ASI (air susu ibu) pada

ibu post op sectio caesarea.


8

b. Sebagai salah satu sumber informasi bagi pelaksanaan peneliti bidang

keperawatan tentang tindakan terapi pijat oksitosin menggunakan

minyak lavender untuk meningkatkan produksi ASI (air susu ibu) pada

ibu post op sectio caesarea pada masa yang akan datang dalam rangka

peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Dari penulis ini dapat mengetahui, menginformasikan, membiasakan

dan membudayakan mengenai penerapan Standar Operasional Prosedur

teknik pemberian pijat oksitosin menggunakan minyak lavender untuk

meningkatkan produksi ASI (Air Susu Ibu) pada ibu post op sectio

caesarea.
BAB II

TINJAU PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Keperawatan Maternitas

a. Pengertian Keperawatan Maternitas

Keperawatan maternitas adalah ilmu yang menguraikan

tentang pemberian layanan kesehatan yang berkualitas, profesional,

mengidentifkasi, berfokus dan beradaptasi dengan kebutuhan fisik dan

psikososial ibu hamil, bersalin, nifas, gangguan reproduksi, bayi baru

lahir dan keluarganya (Deswani 2017).

Keperawatan maternitas merupakan pelayanan profesional

berkualitas yang difokuskan pada kebutuhan adaptasi fisik dan

psikososial ibu selama proses konsepsi atau kehamilan, melahirkan,

nifas, keluarga dan bayi bat lahir dengan melakukan pada pendekatan

keluarga sebagai sentral pelayanan (Wagiyo & Putrono, 2016)

b. Falsafah Keperawatan Maternitas

Keperawatan maternitas meyakini bahwa peristiwa kelahiran

merupakan proses fisik dan psikis yang normal serta membutuhkan

adaptasi fisik dan psikososial dari individu dan keluarga. Keluarga

pada berpatisipasi aktif untuk mempertahankan kesehatan ibu dan

bayinya (Wagiyo & Putrono, 2016).

Pengalaman kelahiran anak merupakan tugas perkembangan

keluarga dan mengakibatkan krisis situasi jika salah satu anggota

9
10

keluarga bukan merupakan satu keluarga yang utuh. Sikap, nilai dan

perilaku setiap individu dipengaruhi oleh budaya dan social ekonomi

dari calon ibu (Nuraeni, 2017).

c. Karakteristik Keperawatan Maternitas

Menurut Nuraeni (2017) Karakteristik Keperawatan maternitas

yaitu:

1) Fokus kebutuhan dasar adalah sejahtera

2) Pendekatan keluarga yaitu FCMC

3) Tindakan khusus dengan peran perawat

4) Terjadi interaksi dengan adanya strategi pelayanan

5) Kerja Tim yang terkait

d. Peran Perawat Maternitas

Berikut ini adalah berbagai upaya yang dapat dilakukan

perawat maternitas adalah meningkatkan produksi ASI (air susu ibu)

pada ibu post partum dengan tindakan sectio caesarea menurut

(Rabiah, 2012)

1) Care giver

Peran perawat care giver pada ibu post partum dengan

tindakan sectio caesarea untuk meningkatkan produksi dapat

dilakukan perawat maternitas yaitu dengan memberikan pijat

oksitosin menggunakan minyak lavender.


11

2) Educator

Peran perawat sebagai educator diharapkan dapat

membantu memberikan pengetahuan kepada ibu post partum

dengan tindakan sectio caesarea mengenai bagaimana cara

meningkatkan produksi ASI (air susu ibu).

3) Counselor

Peran perawat maternitas sebagai counselor untuk

membantu klien membuat keputusan yang akan meningkatkan

kesehatan secara menyeluruh, yang diberikan secara objektif dan

lengkap sistematik.

4) Researcher

Perawat maternitas melakukan pemantauan ibu post

partum dengan sectio caesarea dalam meningkatkan produksi

ASI (air susu ibu).

5) Advocate

Peran perawat sebagai advocate harus menjadi pembela

bagi ibu post partum dengan tindakan sectio caesarea dan

keluarga untuk mendapatkan hak dan perlakuan yang sama.

6) Case manager

Peran perawat maternitas sebagai case manager dapat

diaplikasikan menjadi ketua tim dalam upaya meningkatkan

produksi ASI (air susu ibu).


12

2. Konsep Post Partum

a. Pengertian Post partum

Post partum adalah merupakan masa pulih kembali mulai dari

persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, yaitu

kira-kira 6-8 minggu. Pada masa post partum ibu banyak mengalami

kejadian seperti perubahan fisik, psikologis untuk menghadapi masa

nifas yang bila tidak ditangani segera, akan dapat membahayakan

kesehatan atau mendatangkan kematian ibu di waktu masa nifas

(Indriyani,2016).

b. Pengertian Sectio Caesarea

Post Partum Sectio caesarea adalah Sectio caesarea adalah

suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding

uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia

untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Sarwono,2012)

1) Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis masa nifas menurut Revan Rubin

dibagi menjadi 3 Tahap :

a) Periode Taking in : periode ini terjadi 1-2 hari sesudah

melahirkan. ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung,

perhatiannya tertuju pada tubuhnya, mungkin akan

mengulang-mengulang menceritakan pengalamannya waktu

melahirkan, peningkataan nutrisi dibutuhkan untuk

mempercepat pemulihan dan penyembuhan luka, serta


13

persiapan proses laktasi aktif, dalam memberi asuhan, harus

dapat memfasilitasi kebutuhan psikologis ibu. berikan juga

dukungan mental atau apresiasi atas nnn perjuangan ibu

sehingga dapat berhasil melahirkan anaknya. harus dapat

menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu sehingga ibu

dapat dengan leluasa dan terbuka mengemukan permasalahan

yang dihadapi.

b) Periode Taking Hold: periode ini berlangsung pada hari ke 2-

4 post partum, ibu menjadi perhatian pada kemampuannya

menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung

jawab terhadap bayi, ibu berkonsentrasi pada pengontrolan

fungsi tubuhnya, bab, bak, serta kekuatan dan ketahanan

tubuhnya, ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan

perawatan bayi, misalnya menggendong, memandikan,

memasang popok, dan sebagainya.

c) Periode Letting Go: periode ini biasanya terjadi setelah ibu

pulang ke rumah. periode ini pun sangat berpengaruh

terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan

ia harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang

sangat tergantung padanya. hal ini menyebabkan

berkurangnya hak ibu, kebebasan, dan hubungan sosial.


14

2) Perubahan Fisiologi

a) Perubahan Uterus

Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah

30x25x20 cm dengan kapasitas lebih dari 4000 cc. Hal ini

memungkinakan adekuatnya akomodasi pertumbuhan janin.

Pada saat ini rahim membesar akibat hipertropi dan hiperplasi

otot polos rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi

higroskopik, dan endometrium menjadi desidua. Berat uterus

naik secara luar biasa dari 30 gram menjadi 1000 gram pada

akhir bulan. Uterus berkembang sampai ke xifisternum.

Pengurangan tinggi fundus uteri dikenal dengan istilah

lightening, terjadi pada beberapa bulan terakhir kehamilan,

pada saat fetus turun ke bagian bawah uterus. Hal ini

bertujuan untuk membuat jaringan pelvik menjadi lebih

lunak, dengan tonus uterus yang baik, dengan formasi yang

baru dari segmen bawah rahim.

b) Serviks

Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk

serviks agak mengangah seperti corong, segera setelah bayi

lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat

mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi

sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korvus dan

servik berbentuk semacam cincin (Sulistyawati, 2010).


15

c) Perineum

Segera setelah melahirkan perineum menjadi kendur

karena sebelumnya teregang tekanan kepala bayi yang

bergerak maju. Pada post natal hari ke 5 perineum sudah

mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun

tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.

d) Payudara

Penurunan kadar progesteron secara cepat dengan

peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan, payudara

menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses

laktasi.

e) Laktasi

Setelah melahirkan hormon-hormon yang dihasilkan

plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar

pituitari dan mengeluarkan prolaktin hormon laktogenik.

3. Konsep Menyusui

a. Pengertian Menyusui

Proses laktasi atau menyusui adalah proses pembentukan ASI

(air susu ibu) yang melibatkan hormon prolaktin dan hormon

oksitosin. Hormon proklatin selama kehamilan akan meningkat akan

tetapi ASI (air susu ibu) belum keluar karena masih terhambat hormon

eksterogen yang tinggi. Dan pada saat melahirkan, hormon esterogen


16

dan progesteron akan menurun dan hormon proklatin akan lebih

dominam sehingga terjadi sekresi ASI (air susu ibu) (Astutik, 2014).

b. Proses pembentukan ASI (air susu ibu)

1) Laktogenesis I

Pada fase akhir kehamilan, payudara perempuan

memasuki fase pembentukan laktogenesis I, dimana payudara

mulai memproduksi kolostrum yang berupa cairan kuning kental.

Pada fase ini payudara perempuan juga membentuk penambahan

dan pembesaran lobules-alveolus, tingkat progesteron yang tinggi

dapat mengahmbat produksinya ASI (air susu ibu). Pada fase ini

kolostrum yang keluar pada saat hamil atau sebelum bayi tidak

menjadikan masalah sedikit atau banyaknya ASI (air susu ibu)

yang akan diproduksi.

2) Laktogenesi II

Pada saat melahirkan dan plasenta akan keluar

menyebabkan menurunya hormon progesterone, esterogen dan

human placental lactogen (HPL) secara tiba-tiba akan tetapi kadar

hormon prolaktin tetap tinggi yang menyebabkan produksi ASI

(air susu ibu) yang berlebih dan fase ini disebut laktogenesis II.

Pada fase ini apabila payudara dirangsang kadar proklatin dalam

darah akan meningkat dan akan bertambah lagi pada periode

waktu 45 menit dan akan kembali ke level semula sebelum

rangsangan tiga jam kemudian . hormon proklatin yang keluar


17

dapat menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI

(air susu ibu) hormon proklatin juga akan keluar dalam ASI (air

susu ibu). Level proklatin dalam susu akan lebih tinggi apabila

produksi ASI (air susu ibu) lebih banyak.

3) Laktogenesis III

Fase laktogenesis III merupakan fase dimana sistem

kontrol hormon endokrin mengatur produksinya ASI (air susu

ibu) selama kehamilan dan beberapa hari setelah melahirkan.

Pada saat produksi ASI (air susu ibu) mulai stabil, sistem kontrol

autokrin dimulai. Pada tahap ini apabila ASI (air susu ibu) banyak

dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI (air susu ibu) lebih

banyak. Payudara akan memproduksi ASI (air susu ibu) lebih

banyak lagi jika ASI (air susu ibu) sering banyak dikeluarkan

selain itu reflek menghisap bayi pula akan dapat mempengaruhi

Produksi ASI (air susu ibu) itu sendiri.

c. Fisiologi Pengeluaran ASI (air susu ibu)

Pembentukan reflek prolaktin dimulai sejak kehamilan. Selama

kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya

payudara, yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus

laktiferus dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI (air susu ibu) serta

lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses proliferasi ini

dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu

laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan progesteron.


18

Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang

dari ujung puting susu keluar cairan kolostrum. Cairan kolostrum

tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan

hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum tersebut

terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan

karena kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat

oleh hormon estrogen (Maryunani, 2010).

Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun

dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga

tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen. Hormon

prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk

membuat air susu ibu. Penurunan kadar estrogen memungkinan

naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI (air susu ibu) pun mulai.

Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh bayi

menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan

meningkat pada keadaan : stress atau pengaruh psikis,anestesi,

operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-

obatan. Sedangkan yang menyebabkan prolaktin terhambat

pengeluarannya pada keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh obat-

obatan (Badriul,2011).

Refleks Letdown merupakan proses pelepasan ASI (air susu

ibu) yang berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang

menghisap payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang


19

menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini

akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan

masuk ke sistem duktus untuk selanjutnya mengalir melalui duktus

laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga ASI (air susu ibu) tersedia

bagi bayi. Faktor-faktor yang memicu peningkatan “refleks letdown”

ini yaitu pada saat ibu melihat bayinya, mendengarkan suara bayi,

mencium bayi, dan memikirkan untuk meyusui bayi.

Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka bayi harus segera

disusukan pada ibunya (inisiasi menyusui dini). Dengan seringnya

menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin baik.

Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-

hari pertama menyusui, hal ini merupakan mekanisme alamiah yang

baik untuk kembalinya uterus ke bentuk semula (Anik Maryunani,

2010).

d. Hormon-Hormon yang Mempengaruhi Produksi ASI (air susu

ibu)

1) Hormon Pituitary

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita

tidak menyusui menurun dalam kurun waktu 2 minggu.

2) Hormon Plasenta

Selama periode setelah melahirkan terjadi perubahan

hormon yang besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan


20

penurunan signifikan hormone-hormon yang diproduksi oleh

plasenta. Hormon plasenta turun dengan cepat setelah melahirkan.

3) Hormon Ekstrogen dan Progesteron

Volume darah kehamilan normal selama kehamilan akan

meningkat atau hormone estrogen yang tinggi akan memperbesar

hormone yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan

untuk hormone progesterone dapat mempengaruhi otot halus yang

mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah.

4) Hormon Oksitosin

Hormon oksitosin merupakan hormon yang diproduksi

oleh hipotalamus dan disekresikan oleh dorsal (posterior) lobus

kelenjar pituitary pada kedua jenis kelamin, tetapi pada wanita

efeknya ditingkatkan dan diperluas karena kadar estrogen yang

lebih tinggi. Adanya estrogen meningkatkan jumlah reseptor

oksitosin dan merangsang produksi oksitosin.Selama tahap ketiga

persalinan, hormone oksitosin bekerja pada otot uterus dan

jaringan payudara berperan dalam pelepasan plasenta dan

mempertahankan kontrasi sehingga dapat mencegah perdarahan.

Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI (air susu ibu) dan

sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri

(Rukiyah, 2012) .
21

e. Pengukuran kelancaran ASI (air susu ibu)

Menurut Budiarti (2011), yang menyatakan bahwa untuk

mengetahui banyaknya produksi ASI (air susu ibu) beberapa kriteria

sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI (air susu ibu) cukup

atau tidak cukup yaitu :

1) ASI (air susu ibu) yang banyak dapat merembes keluar melalui

putting.

2) Sebelum disusukan payudara terasa tegang.

3) Jika ASI (air susu ibu) cukup, setelah bayi menyusu bayi akan

tertidur atau tenang selama 3-4 jam.

4) Bayi BAK 6-8 kali dalam sehari.

5) Bayi BAB 3-4 kali dalam sehari.

6) Bayi paling sedikit menyusu 8-10 kali dalam 24 jam.

7) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI (air susu ibu)

setiap kali bayi mulai menyusu.

8) Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi

menelan ASI (air susu ibu)

9) Warna urin bayi kuning jernih.

10) Pada 24 jam pertama bayi mengeluarkan BAB yang bewarna

hijau pekat, kental dan lengket yang dinamakan meconium.


22

4. Konsep Pijat Oksitosin

a. Pengertian Pijat Oksitosin

Pijat punggung atau yang lebih dikenal sebagai pijat oxytocin

merupakan salah satu cara untuk menstimulasi keluarnya oxytocin

dari kelenjar pituitary posterior. Dengan mudahnya pengeluaran

oxytocin ini akan mempermudah seorang bayi dapat dengan mudah

mendapatkan air susu ibu pada saat menyusu ibunya, sehingga

seorang bayi tidak kekurangan air susu ibu pada enam bulan pertama.

Dengan pijat punggung ini juga diharapkan seorang ibu tidak akan

khawatir bahwa bayinya tidak mendapatkan cukup cairan dan nutrisi.

(Melani, 2012).

Pijat oksitosin akan memberikan kenyamanan dan membuat

rileks ibu karena pijat dapat merangsang pengeluaran hormon endorfin

serta dapat menstimulasi refleks oksitosin. Pijat oksitosin juga akan

meningkatkan sirkulasi darah pada daerah payudara sehingga akan

memperlancar pelepasan ASI (air susu ibu) dan produksi ASI (air susu

ibu) meningkat (Horman,2012).

Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang

belakang (vertebrate) sampai tulang costae kelima dan keenam dan

merupakan usaha untuk merangsang hormone proclatin dan oksitosin

setelah melahirkan (Roesli, 2010).


23

b. Metode Pijat Oksitosin

1) Persiapan alat untuk pijat oksitosin

a) Meja

b) Kursi

c) Handuk besar 2 buah

d) Baskom berisi air hangat

e) Waslap 2 buah

f) Minyak lavender

g) Kom kecil 1 buah

h) Baju ganti ibu

2) Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin sebagai berikut

(Depkes,2010)

a) Melepaskan baju ibu bagian atas.

b) Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal

namun ada dua posisi alternatif ,yaitu boleh telungkup dimeja

seperti ini.

Sumber : Departemen kesehatan (2013)

c) Memasang handuk dibagian depan dada dan dibelakang

punggung
24

d) Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak

e) Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan

menggunakan dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk

ke depan. Area tulang belakang leher, cari daerah dengan

tulang yang paling menonjol (processus spinosus/cervical

vertebare 7).

f) Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk

gerakan-gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu

jarinya.

g) Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang

kearah bawah dari leher kearah tulang belikat, selama 2-3

menit.

Sumber : Departemen kesehatan (2013)

h) Mengulangi pemijatan hingga 3 kali

i) Membersihkan punggung ibu dengan washlap air hangat dan

dingin secara bergantian.


25

c. Manfaat Pijat Oksitosin

1) Meningkatkan pengeluaran oksitosin dan prolactin.

Pijat oksitosin dapat membantu memperlancar produksi

ASI (air susu ibu) dengan cara meningkatkan pengeluaran

hormon yang mendukung produksi ASI (air susu ibu), yaitu

prolaktin dan oksitosin. Oksitosin dapat merangsang payudara

untuk berkontraksi, sehingga ASI (air susu ibu) akan dilepaskan

dengan lancar. Selain itu, pijatan juga dapat mengurangi

pengeluaran hormon kortisol (hormon yang dikeluarkan saat

tubuh stres), sehingga pengeluaran hormon prolaktin dan

oksitosin tidak terganggu.

2) Meningkatkan let-down reflex

Tak hanya meningkatkan produksi hormon prolaktin dan

oksitosin, pijat oksitosin juga ternyata dapat meningkatkan let-

down reflex. Ini tentu membantu pengeluaran ASI (air susu ibu)

sampai ke bayi. Hal ini membuat bayi lebih puas setelah menyusu

dan juga dapat membantu meningkatkan berat badan bayi.

Melakukan pijat oksitosin secara rutin juga dapat memengaruhi

sistem saraf perifer, meningkatkan rangsangan dan komunikasi

antar saraf, mengurangi nyeri, dan memperbaiki aliran darah ke

jaringan dan organ tubuh.

3) Melancarkan refleks pengeluaran ASI (air susu ibu) sehingga

produksi ASI (air susu ibu) banyak dan lancar.


26

d. Pengaruh Pijat Oksitosin

Pengeluaran ASI (air susu ibu) dapat dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu produksi dan pengeluaran. Produksi ASI (air susu ibu)

dipengaruhi oleh hormon prolaktin sedangkan pengeluaran

dipengaruhi oleh hormon oksitosin. Hormon oksitosin akan keluar

melalui rangsangan ke puting susu melalui isapan mulut bayi atau

melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi, dengan dilakukan

pijatan pada tulang belakang ibu akan merasa tenang, rileks,

meningkatkan ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya, sehingga

dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI (air susu ibu) pun

cepat keluar (WBW,2012).

Pijat adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang

(vetebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha

untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan

(Yohmi & Roesli,2012). Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan

hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI (air

susu ibu) pun otomatis keluar. Penelitian ini yang dilakukan oleh Eko

(2012) menunjukan bahwa kombinasi teknik marmet dan pijat

oksitosin dapat meningkatkan produksi ASI (air susu ibu). Pijat

oksitosin bisa dilakukan kapanpun ibu mau dengan durasi 3-5 menit,

lebih disarankan dilakukan sebelum menyusui atau memerah ASI (air

susu ibu), sehingga untuk mendapatkan jumlah ASI (air susu ibu)
27

yang optimal dan baik, sebaiknya pijat oksitosin dilakukan setiap hari

dengan durasi 3-5 menit.

5. Konsep Minyak Lavender

a. Pengertian Minyak Lavender

Aromaterapi lavender adalah aromaterapi yang

menggunakan bunga lavendula atau biasa disebut lavender, yang

memiliki zat aktif berupa linalool acetate dan linalylacetate yang

dapat berefek sebagai efek anti cemas (relaksasi ) pada lavender. Yang

terkandung dalam minyak esensial lavender yaitu sebagai

antidepresan, sulit tidur dan meringankan stres (Koulivand,2013).

b. Kandungan Minyak Lavender

Minyak lavender memiliki banyak potensi karena terdiri atas

beberapa kandungan. Menurut penelitian dalam 100 gram minyak

lavender tersusun atas beberapa kandungan seperti : minyak esensial

(13%), alpha-pinene (0,22%), camphene (0,06%), Beta-myrcene

(5,33%), p-cymene (0,3%), limonene (1,06%), cireol (0,51%),

Linalool (26,21%), borneol (1,21%), terpinen-4-ol (4,64%), linail

acetate (26,32%), geranyl (2,14%), dan caryophynelle (7,55%).

(McLain DE, 2009)

c. Manfaat Minyak Lavender Pada Pijat Oksitosin

Minyak aromaterapi lavender bermanfaat sebagai stress

melawan kelelahan, sulit tidur dan untuk relaksasi. Menghirup

aromaterapi lavender dapat menimbulkan efek relaksasi pada


28

sistem saraf pusat. Hypothalamus yang terdapat pada sistem saraf

pusat berfungsi menghasilkan hormon oksitosin, sehingga efek

relaksasi pada sistem saraf pusat membantu meningkatkan produksi

hormone oksitosin yang berdampak terhadap meningkatkan

produksi air susu ibu (ASI). Penambahan minyak aromaterapi

lavender membantu mempermudah dalam proses pemijatan dan

memberikan relaksasi pada ibu post sectio caesarea dan dapat

memproduksi hormon yang berperan besar pada proses laktasi dan

menyusui secara maksimal


29

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hasil abstraksi, sistesis dan ekstrapolasi dari berbagai

pemikiran ilmiah dan teori yang menggambarkan paradigma penelitian (Febri

2017).

Konsep Keperawatan Langkah-langkah


Maternitas memperlancar ASI :
Faktor produksi ASI :
1. Asupan 1. Perawatan
Post OP Sectio Caesarea
makanan payudara

2. Ketenangan 2. Kebutuhan
Pengeluaran ASI (Air Susu zat gizi
jiwa dan Ibu)
pikiran tercukupi

3. Frekuensi bayi dengan baik


Menyusui
menyusui 3. Melakukan
pijat
Literature review pemberian pijat Oksitosin
oksitosin menggunakan minyak
4. Mengompres
lavender untuk meningkatkan
produksi air susu ibu (ASI) pada payudara
ibu post op sectio caesarea

Alat ukur yang di gunakan untuk mengukur kelancaran produksi


ASI yaitu kuesioner tanda bayi cukup ASI dan tanda ibu
memiliki ASI sehat.

Standar Operasional prosedur pemberian pijat oksitosin


menggunakan minyak lavender dengan mengalami produksi air
susu ibu (ASI) pada ibu post op sectio caesarea.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep


Sumber : Hidayat (2015)
BAB III

METODOLOGI PENELI TIAN

A. Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam pengembangan Standar

Operasional Prosedur pemberian terapi pijat oksitosin menggunakan

minyak lavender untuk meningkatkan produksi ASI (air susu ibu) pada ibu

post op sectio caesarea ini adalah literatur review. Literatur review pada

penulisan ini digunakan untuk mengindentifikasi langkah-langkah yang

tepat dalam menangani masalah keperawatan produksi ASI (air susu ibu)

pada ibu post op sectio caesarea dengan memberikan pijat oksitosin

menggunakan minyak lavende

Literature review atau disebut kajian pustaka adalah kegiatan

mendalami, mencermati, dan menelaah. Literature review yaitu ringkasan

tertulis dari artikel jurnal, buku dan dokumen lain yang menggambarkan

keadaan masa lalu saat ini, mengatur literature menjadi topic, dan

mendokumentasikan kebutuhan untuk penelitian yang diusulkan (Fitrah &

Luthfiyah, 2017).

B. Plan, Do, Study and Act (PDSA)

1. Plan

a. Pengkajian terkait penyebab produksi ASI (air susu ibu) pada ibu

post partum sectio caesarea dengan alat ukur yang digunakan

adalah menimbang berat badan bayi.

30
31

b. Menentukan rencana asuhan keperawatan untuk meningkatkan

produksi ASI (air susu ibu) pada ibu post op sectio caesarea

dengan pijat oksitosin menggunakan minyak lavender.

c. Menentukan kriteria pasien ibu post partum sectio caesarea yang

dapat diberikan asuhan keperawatan yaitu pemberian terapi pijat

oksitosin menggunakan minyak lavender. Kriteria Pasien: Menurut

(Nursalam,2016), Ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan, Ibu

dalam keadaan sehat dan mampu berkomunikasi dengan baik, Ibu

yang memiliki gangguan kecemasan, Ibu yang bersedia menjadi

responden

2. Do

Penulis mengembangkan Standar Operasional Prosedur

berupa pemberian terapi pijat oksitosin menggunakan minyak

lavender untuk meningkatkan produksi ASI (air susu ibu) pada ibu

post op sectio caesarea.

3. Study

a. Penulis melakukan study literature review terkait pemberian pijat

oksitosin menggunakan minyak lavender untuk meningkatkan

produksi ASI (air susu ibu) pada ibu post op sectio caesarea.

b. Penulis menganalisis hasil pencarian literature review terkait

pemberian pijat oksitosin menggunakan minyak lavender untuk

meningkatkan produksi ASI (air susu ibu) pada ibu post op sectio

caesarea.
32

c. Penulis mencari jurnal atau teori pendukung sebagai bentuk

rasionalisasi asuhan keperawatan dalam setiap proses atau

langkah pada Standar Operasional Prosedur yang penulis

kembangkan.

4. Act

Standar Operasional Prosedur ini akan dijadikan sebagai

panduan dalam memberikan terapi pijat oksitosin menggunakan

minyak lavender untuk meningkatkan produksi ASI (air susu ibu)

pada ibu post op sectio caesarea, agar hasil yang didapatkan menjadi

jauh lebih efektif dan efisien.


BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil Penelurusan Jurnal-Jurnal

Tabel 4.1 Hasil Penelusuran Literatur Review:

No Judul Penelitia Metode Pemberian Pijat Hasil


penelitian n penelitian Oksitosin

1. Pijat Faizatul Desain a. Mengucapkan salam Hasil


Oksitosin Ummah, penelitian dan memperkenalkan penelusuran
untuk 2014 menggunakan diri jurnal-jurnal
Mempercep Randomised b. Menjelaskan tujuan yang terkait
at Control Trial. tindakan maka
Pengeluaran Populasi c. Menjelaskan langkah didapatkan
ASI pada sebanyak 28 prosedur literature
Ibu Post ibu bersalin. d. Menanyakan review
Partume Sampel kesiapan pasien sebagai
Sectio diambil secara e. Kontrak waktu berikut :
Caesarea exhaustive f. Melepaskan baju ibu Sebelum
sampling bagian atas, ibu diberikan
berjumlah 28 miring ke kanan terapi pijat
ibu bersalin maupun ke kiri lalu oksitosin 14
yang dibagi memeluk bantal orang
menjadi 2 memasang handuk , sebanyak
kelompok melumuri kedua 8,93% dan
telapak tangan setelah
dengan minyak atau diberikan
baby oil. terapi pijat
g. Memijat sepanjang oksitosin 14
kedua sisi tulang orang 6,21%.
belakang ibu dengan
menggunakan dua
kepalan tangan
dengan ibu jari.
h. Menekan kuat kedua
sisi tulang belakang
membentuk gerakan
melingkar kecil
dengan kedua ibu
jarinya
i. Memijat kedua sisi
tulang belakang
kearah bawah dari
leher ke arah tulang
belikat selama 2-3
menit . mengulangi
pemijatan hingga 3
kali

33
34

No Judul Penelitia Metode Pemberian Pijat Hasil


penelitian n penelitian Oksitosin

j.Membersihkan
punggung ibu dengan
waslap air hangat
dan dingin secara
gantian.
k. Merapikan pasien
dan alat.
l. Evaluasi hasil
m. Rencana tindak
lanjut.
n. Dokumentasi
2. Pijat Dian Nur Jenis a. Menyambut pasien Hasil
Oksitosin Hadianti, penelitian memberi salam dan penelusuran
dan Rika yang memperkenalkan diri jurnal-jurnal
Frekuensi Resmana dilakukan b. Menjelaskan maksud yang terkait
Menyusui (2017) pada dari tujuan maka
pada Ibu peneliatian ini c. Menjelaskan prosedur didapatkan
Post Sectio yaitu yang akan dilakukan literature
Caesarea di penelitian d. Menanyakan kesiapan review
Rumah kuantitatif pasien. sebagai
Sakit Kota dengan e. Menjaga privasi berikut :
Bandung metode pasien Sebelum
penelitian f. Mencuci tangan 7 diberikan
analitik langkah terapi pijat
korelasi g. Membantu oksitosin
dengan melepaskan pakaian sebanyak 25
menggunakan bagian atas dan Bra orang tidak
desai Ibu pijat oksitosin
rancangan h. Mengatur posisi ibu hasil nya
case control i. Menyuruh ibu 48,3%, dan
study. Metode melakukan stimulasi sebanyak 15
pengambilan puting susu dengan orang
quota menarik pelan dan dilakukan
sampling 60 memutar putting susu pijat oksitosin
orang. dengan jari-jarinya. hasilnya
j. Mengurut atau 51,7%
mengusap ringan
payudara
k. Meminta penolong
untuk mengusap
punggungnya dengan
cara : ibu duduk
bersandar kedepan
melipat lengan diatas
meja didepannya dan
meletakkan kepala
diatas lengannya.
l. Menggosoki kedua sisi
tulang belakang
dengan
menggunakan
35

No Judul Penelitia Metode Pemberian Pijat Hasil


penelitian n penelitian Oksitosin

kepalan tinju kedua


tangan dan ibu jari
menghadap ke arah
atas atau depan.
m. Menekan dengan
kuat membentuk
gerakan lingkaran
kecil dengan kedua
ibu jari. Lalu kearah
bawah dikedua sisi
tulang belakang pada
saat yang sama dari
leher kearah tulang
belikat. Dilakukan
selama 2 atau 3
menit.
n. Memberitahu tindakan
sudah selesai
o. Membantu
mengenakan pakaian
p. Merapikan pasien
q. Membersihkan pasien
r. Mencuci tangan 7
langkah
3. Peningkatan Lieni Metode a. Mengucapkan salam Hasil
Pengeluaran Lestari penelitian dan memperkenalkan penelitian dari
ASI Dengan (2018) dengan diri quesy
Pijat menggunakan b. Menjelaskan tujuan experiment
Oksitosin quasy tindakan sebanyak 15
pada Ibu experiment c. Menjelaskan langkah responden
Post Partum yang mencoba prosedur sebelum
Sectio menggali d. Mencuci tangan diberikan
Caesarea tentang e. Mempersiapkan alat. terapi pijat
manfaat f. Menjaga privasi oksitosin
penerapan klien dan menutup sebanyak (p
kombinasi sampiran value ) 0,05
pijat oksitosin g. Melepaskan baju ibu dan setelah
terhadap bagian atas diberikan
pengeluaran h. Ibu duduk bersandar terapi pijat
air susu ibu kedepan, lipat lengan oksitosin (p
(ASI) pada ibu diatas meja dan value) 0,274.
post ibu post meletakkan kepala
partum diatas lengannya dan
sebanyak 15 payudara tergantung
responden. lepas
i. Melumuri kedua
telapak tangan
dengan minyak
j. Memijat disepanjang
kedua sisi tulang
belakang ibu,
36

No Judul Penelitia Metode Pemberian Pijat Hasil


penelitian n penelitian Oksitosin

menggunakan ibu
atau kepala tangan
k. Menekan kuat pada
kedua sisi kedua
tulang belakang
membentuk gerakan
melingkar kecil
dengan ibu jari.
l. Memijat kedua sisi
tulang belakang
kearah bawah dari
leher kearah tulang
belikat selama 2-3
menit.
m. Membersihkan
punggung ibu dengan
waslap air hangat
dan dingin secara
bergantian.

4. Pijat Umi Jenis yang a. Persiapan alat Hasil


Oksitosin Faridah digunakan b. Persiapan perawat penelitian
Untuk (2016) dalam menyiapkan alat dan menujukkan
Memperlanc penelitian ini mendekatkan ke pasien bahwa
ar ASI pada adalah Quasy c. Membaca status Sebelum
Ibu Pasca Eksperimen pasien diberikan
Persalinan yaitu d. Mencuci tangan terapi pijat
penelitian e. Persiapan oksitosin 16
yang menguji lingkungan menutup orang
coba suatu sampiran atau pintu sebanyak
intervensi f. Pastikan privasi hasilnya
pada 16 ibu pasien terjaga 4,50% dan
post partum. g. Perawat mencuci sesudah
tangan diberikan
h. Mengurut atau terapi hasilnya
mengusap ringan 6,81%
payudara dengan
menggunakan ujung
jari
i. Ibu duduk bersandar
ke depan melipat
lengan diatas kursi
dana meletakkan
kepalanya dilengan.
Payudara tergantung
lepas, tanpa baju,
handuk dibentangkan
diatas pangkuan pasien.
Perawat menggosok
kedua sisi tulang
belakang dengan
37

No Judul Penelitia Metode Pemberian Pijat Hasil


penelitian n penelitian Oksitosin

menggunakan kepala
tinju kedua tangan dan
ibu jari menghadap ke
arah atas atau depan.
Menekan dengan kuat ,
membentuk gerakan
lingkaran kecil dengan
kedua ibu jarinya .
perawata menggosok
kearah bawah ke dua
sisi tulang belakang
pada saat yang sama
dari leher ke arah
tulang belikat selama
2-3 menit.
j. Amati respon ibu
selama tindakan.
k. eEaluasi perasaan
ibu
l. Lakukan kontrak
selanjutnya
m. perawat mencuci
tangan
5. Pijat Tuti Desain a. Siapkan alat dan Hasil
Oksitosin (2018) Penelitian dekatkan ke klien penelitian
dan Aroma yang b. Cek status klien menujukkan
Terapi digunakan c. Berikan salam bahwa
Lavender adalah quasy d. Jelaskan tujuan, Sebelum
Dalam eksperimental prosedur dan lamanya diberikan
Meningkatk atau tindakan pada klien terapi pijat
an Produksi rancangan e. Berikan kesempatan oksitosin 22
ASI penelitian klien untuk bertanya orang hasilnya
eksperimense sebelum tindakan 0,05 dan
mu dengan dikakukan sesudah
Randomized f. Jaga privasi klien diberikan pijat
pre dan post g. Cuci tangan oksitosin
test only h. Membantu hasilnya 0,2.
control group melepaskan pakaian
design. bagian atas dan Bra
Sebanyak 22 ibu.
sampel i. Memasang handuk
j. Ibu duduk bersandar
kedepan, melipat
lengan diatas meja
didepannya kemudian
meletakkan kepala
diatas lengannya.
Payudara lepas tanpa
baju.
k. Lumuri kedua
telapak tangan dengan
38

No Judul Penelitia Metode Pemberian Pijat Hasil


penelitian n penelitian Oksitosin

minyak
l. Pijat kedua sisi
tulang belakang dengan
menggunakan kepalan
tinju kedua tangan dan
ibu jari menghadap ke
arah atau atas depan
m. Tekan dengan kuat
membentuk gerakan
lingkaran kecil,dengan
kedua ibu jari
menggosok ke arah
bawah dikedua sisi
tulang belakang pada
saat yang sama dari
leher ke arah tulang
belikat. Selama 15
menit-20 menit
n. Bersihkan punggung
dengan air hangat dan
dingin secara
bergantian
o. Bantu klien
memasang pakaian
kembali
p. Bereskan alat
q. Cuci tangan
r. Evaluasi ibu
s. Lakukan kontrak
selanjutnya
t. Sampaikan salam.
39

2. Pengembangan Standar Operasional Prosedur

Tabel 4.2 Pengembangan Standar Operasional Prosedur Pemberian


terapi pijat oksitosin

NO SOP Rasionalisasi
1. Membina hubungan saling BHSP diindikasikan kesiapan perawat
untuk membantu pasien yang masuk dalam
percaya
tahap orientasi bertujuan agar pasien bisa
merasa nyaman dengan perawat dan
menimbulkan rasa percaya kepada perawat.
(Potter & Perry, 2010; Anjaswarni Tri,
2016; Cinthya Evita, 2019; Muniroh Salwa,
2018; Anugrah P, 2017)
2. Identifikasi Pasien Identifikasi merupakan proses pengenalan,
menempatkan obyek atau individu dalam
suatu kelas sesuai dengan karateristik
tertentu. Cara identifikasi pasien yaitu
dengan tanggal lahir, nama pasien, nomor
rekam medis dan gelang berkode batang.
Nomor kamar atau tempat tidur tidak dapat
digunakan untuk identifikasi. (Cintha dkk
2016; Bachtiar, 2012; Mukti dkk, 2013))
3. Memberikan informed consent Informed consent untuk mendapatkan bukti
persetujuan yang dapat
pertanggungjawaban secara legal, etika dan
mengenai rencana sebelum tindakan
dilakukan (Pertiwiwati E dkk, 2014;
Kamer, 2018; Dwi C dkk, 2015).
Menyiapkan Alat Mempermudah saat akan dilakukannya
tindakan (Wijayanti T & Nurlaila, 2017;
a. Meja
4. Mulyani S, 2017; Aromati Ika, 2016)
b. Kursi
c. Handuk besar 2 buah
e. Baskom berisi air hangat
f. Waslap 2 buah
g. Minyak lavender
h. Baju ganti ibu
40

NO SOP Rasionalisasi
5. Mengatur posisi klien Posisi yang nyaman dapat meningkatkan
keyakinan positif terhadap diri,
meningkatkan integritas diri, membentuk
koping dan respon emosi positif. Posisi
nyaman tersebut diantaranya posisi
setengah duduk di tempat tidur atau di kursi
atau dengan posisi lying position (posisi
berbaring) di tempat tidur atau di kursi
dengan satu bantal. (Yusuf Ah, 2010;
Anugrah P, 2017; Lusianah dkk, 2012)
6. Menjaga privasi pasien Privasi merupakan hal yang sangat penting
karena berkaitan dengan kerahasiaanyang
patut untuk dijaga (Prabowo,2011; Faridah
U , 2016; Tuti, 2018)
7. Mencuci tangan Mencuci tangan adalah menghilangkan
kotoran dan menghambat atau membunuh
mikroorganisme pada kulit tangan serta
mencegah penyebaran mikroorganisme
penyebab infeksi yang ditularkan melalui
tangan dengan tujuan untuk menjadi bersih
melalui 6 langkah cuci tangan dan 5
momen. (Priyoto, 2015; World Health
Organization, 2020, Alvadri, 2015).
8. Melakukan pemijatan oksitosin Pijat oksitosin berguna untuk melemaskan
a. Melepaskan baju ibu bagian tubuh yang akan dipijat agar tidak
bagian atas serat, melebarkan pembuluh darah,
b. Menganjurkan Ibu memperlancar asi , membuat ibu terasa
miring ke kanan atau lebih rileks dan mencegah terjadinya infeksi
ke kiri, lalu memeluk (Vaikoh, 2017; Delima, 2016; Yunarsih,
bantal atau telungkup 2018).
dimeja.
c. Perawat atau petugas
melumuri kedua
telapak tangan dengan
minyak 5 tetes
d. Memijat sepanjang
kedua sisi tulang
belakang ibu dengan
menggunakan kedua
kepalan tangan, dan
ibu jari menunjuk ke
depan. Menekan area
tulang belakang leher,
dan daerah tulang yang
paling menonjol
(processus
spinosus/cervical
vertebare 7).
41

NO SOP Rasionalisasi
e. Menekan kuat-kuat
kedua sisi tulang
belakang membentuk
gerakan-gerakan
melingkar kecil-kecil
dengan kedua ibu
jarinya.
f. Pada saat bersamaan,
memijat kedua sisi
tulang belakang kearah
bawah dari leher
kearah tulang belikat,
selama 2-3 menit
g. Mengulangi pemijatan
hingga 3 kali
h. Membersihkan
punggung ibu dengan
washlap air hangat dan
dingin secara
bergantian.

9. Melakukan evaluasi hasil Evaluasi merupakan kegiatan yang terus


tindakan menerus dilakukan untuk menilai respon
pasien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilakukan dan mengetahui seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaan telah tercapai.
(Hartati, 2010; Manurung S, 2011; Meirisa,
2013).
10. Dokumentasikan Bukti pencatatan dan pelaporan yang
dimiliki perawat dalam melakukan catatan
keperawatan yang berguna untuk
kepentingan klien, perawat dan tim
kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan serta mendukung kualitas
pelayanan yang diberikan. (Noorkasiani
dkk, 2015; Pancaningrum D, 2015;
Rosmalia D dkk, 2014)

B. Pembahasan

Pijat atau massage merupakan salah satu intervensi atau

penatalaksanaan non farmakologis untuk mengurangi ketidaknyamanan

pada pasien dan membantu pasien relaksasi, relaksasi ini bertujuan

menurunkan kadar epineprine dan non epineprin dalam darah sehingga


42

adanya keseimbangan (equilibrum), selain itu pemijatan pada bagian

punggung dapat merangsang pengeluaran hormon endorphin (Guyton &

Hall, 2016).

Dalam penelitian Koulivand (2015) menyatakan bahwa

penggunaan minyak aroma terapi lavender untuk jangka pendek relatif

aman, harganya terjangkau dan mudah didapat serta dapat memperlancar

produksi ASI (air susu ibu), minyak aroma terapi lavender terkenal sebagai

minyak pijat yang dapat memberikan relaksasi pada sistem syaraf pusat.

Hypothalamus yang terdapat pada sistem syaraf pusat berfungsi

menghasilkan hormon oksitosin, sehingga efek relaksasi pada sistem

syaraf pusat membantu meningkatkan produksi hormon oksitosin yang

berdampak terhadap meningkatnya produksi ASI (air susu ibu).

Penelitian Siregar (2018) Menyebutkan bahwa Pijat Oksitosin

menggunakan minyak aroma terapi lavender merupakan pemijatan yang

dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflek let down. Pijat

oksitosin ini dilakukan dengan cara memijat pada daerah punggung

sepanjang kedua sisi tulang belakang sehingga diharapkan dengan

dilakukannya pemijatan tulang belakang ini, ibu akan merasa rileks dan

kelelahan setelah melahirkan akan segera hilang. Jika ibu rileks dan tidak

kelelahan dapat membantu pengeluaran hormon oksitosin.

Penelitian Biancuzzo dan Roesli (2015), pijat oksitosin

menggunakan minyak lavender merupakan salah satu solusi yang tepat


43

untuk mempercepat dan memperlancar produksi dan pengeluaran ASI (air

susu ibu) yaitu dengan pemijatan sepanjang tulang belakang (Vetebrae)

sampai tulang costae kelima atau keenam. Pijat ini akan memberikan rasa

nyaman dan rileks pada ibu setelah mengalami proses persalinan sehingga

tidak menghambat sekresi hormone prolaktin dan oksitosin. Pijat oksitosin

menggunakan minyak lavender ini bisa dilakukan segera setelah

melahirkan bayinya dengan durasi 2-3 menit, frekuensi pemberian

pemijatan 2 kali sehari, pemijatan ini tidak harus dilakukan langsung oleh

petugas kesehatan tetapi dapat dilakukan oleh suami atau anggota keluarga

yang lain. Petugas kesehatan harus mengajarkan kepada keluarga agar

dapat membantu ibu melakukan pijat oksitosin karena teknik pijatan ini

cukup mudah dilakukan dan tidak menggunakan alat tertentu. Asupan

nutrisi yang seimbang dan memperbanyak konsumsi sayuran hijau serta

dukungan suami dan keluarga juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan

produksi dan pengeluaran ASI (air susu ibu).

Hal ini sejalan dengan penelitian Spatafora (2015) manfaat pijat

oksitosin menggunakan minyak aroma terapi lavender adalah memberikan

kenyamanan dan membuat rileks ibu karna pijat oksitosin karna dapat

merangsang pengeluaran hormon endorfin dapat menstimulasi refleks

oksitosin pijat punggung juga akan meningkatkan sirkulasi darah pada

daerah payudara sehingga akan memperlancar pelepasan ASI (air susu ibu)

dan produksi ASI (air susu ibu) meningkat.


44

Berdasarkan Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian

Pijat Oksitosin menggunakan minyak aroma terapi lavender dapat

merangsang pengeluaran hormon endorfin dapat menstimulasi refleks

oksitosin pijat punggung juga akan meningkatkan sirkulasi darah pada

daerah payudara sehingga akan memperlancar pelepasan ASI (air susu ibu)

dan produksi ASI (air susu ibu) meningkat.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil pengembangan SOP pijat oksitosin pada ibu post op

sectio caesarea antara lain :

1. SOP pemberian pijat oksitosin terdiri dari 10 langkah mulai dari salam

terapeutik hingga mengevaluasi sehingga pemberian pijat oksitosin untuk

meningkatkan produksi ASI (Air Susu Ibu) pada ibu post op sectio

caesarea menjadi lebih efektif dan nyaman

2. Berdasarkan literatur review yang dilakukan diperkuat dengan teori

pendukung lain maka didapatkan hasil pada masalah keperawatan post op

sectio caesarea dalam pemberian pijat oksitosin dapat meningkatkan

produksi Asi pada ibu post op sectio caesarea bahwa pemberian pijat

oksitosin dapat dilakukan 2-3 menit dengan mengulangi pemijatan 3 kali.

B. Saran

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan SOP Pijat Oksitosin mampu menangani masalah dalam

meningkatkan produksi air susu ibu pada ibu post op sectio caesarea

2. Bagi Perkembangan Teknologi Ilmu Keperawatan

Dapat menjadikan acuan dan sebagai salah satu sumber informasi

yang akurat sehingga pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan

metode yang lain untuk mendapatkan populasi yang besar.

45
46

3. Bagi Masyarakat

Standar Operasional Prosedur Pemberian pijat oksitosin

menggunakan minyak lavender untuk meningkatkan produksi ASI (air

susu ibu) pada ibu post op sectio caesarea dapat diaplikasikan kepada

masyarakat khususnya pada ibu post partum caesarea.


DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh., Rukiyah., & Yulianti, Lia. (2012). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Jakarta: Trans Info Medika.
Asih, Yusari. (2017). Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI pada Ibu
Nifas. Jurnal Keperawatan, 13: 2.
Astutik, R.Y. (2017). Payudara dan Laktasi. Jakarta : Salemba Medika.
Azriani, D., & Handayani S. (2016). The Effect of Oxytocin Massage on Breast
Milk Production. Dama Internasional Journal of Researchers, 1: 47-50.
Bobak, Irene., Lowdermik., & Jensen. (2010). Buku Ajar Keperawatan Maternitas
Edisi 4. Jakarta: EGC
Delima, M., Arni GZ., & Rosya E. (2016). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap
Peningkatan Produksi ASI Ibu Menyusui di Puskesmas Plus Mandiangin.
Jurnal IPTEKS Terapan, 9; 282-293.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Profil kesehatan Indonesia.
Jakarta :Depkes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 5. Jakarta: Depkes RI
Dian Nur. (2017). Pijat Oksitosin Dan Frekuensi Menyusui pada Ibu Post Sectio
caesarea di Rumah Sakit Bandung. Jurnal Ners.
Dewi,Y.,dkk. (2007). Operasi Caesar, Pengantar dari A sampai Z. Jakarta:
EDSA Mahkota.
Faizatul Ummah. (2014). Pijat Oksitosin untuk Memperlancar Pengeluaran ASI
Pada Ibu. Jakarta : EGC

Febri. (2017). Bahan Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta Selatan: Pusdik SDM
Kesehatan
Fitrah, M., & Luthfiyah. (2017). Metodologi Penelitian: Penelitian Kuantitatif
Tindakan Kelas & Studi Kasus. Sukabumi:CV Jejak
Guyton, A.C. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC
Hastono, S.P. (2016). Analisis Data pada Bidang Kesehatan. Jakarta: Rajawali
Pers
Kiftia, Mariatul, (2015). Pengaruh Terapi Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI
pada Ibu Post Partum. Jurnal Ilmu Keperawatan, 3 (1); 42-49.
Kementerian kesehatan RI. 2016. INFODATIN Pusat Data Dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI Situasi Balita. Jakarta Selatan.
Kementerian Kesehatan .(2019) Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Kemenkes
Lieni Lestari. (2018). Peningkatan Pengeluaran ASI Dengan Pijat Oksitosin
Pada Ibu Post Partum. Yogyakarta: Jurnal Kesehatan
Lowdermik., Bobak., dan Jansen. (2011). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Jakarta: EGC.
Maita, Liva. (2016). Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI”. Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 7 (3).
Mardiyaningsih, E. (2012). Efektivitas Kombinasi Teknik Marmet Dan Pijat
Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu Post Seksio Di Rumah Sakit
Wilayah Jawa Tengah. Jurnal Keperawatan Soedirman, 6: 1.
Marmi. (2012). Asuhan Neonatus Bayi. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Notoatmodjo, Soekidjo. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Pilaria, E., & Sopiatun, R. (2017). The Effect of Oxytocin Massage on Postpartum
Mother Breast Milk Production at Pejeruk Public Health in the Year of
2017. Jurnal Kedokteran YARSI, 26 (1); 027-033.
Rahayuningsih, T., Mudigdo, A., & Murti, B. (2016). Effect of Breast Care and
Oxytocin Massage on Breast Milk Production: A study in Sukoharjo
Provincial Hospital. Journal of Maternal and Child Health, 1 (2); 101- 109.
Rahmawati. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya
Rini. (2014). Payudara dan Laktasi. Jakarta : Salemba Medika.
Roesli,U. (2012). Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta : PT. Pustaka Pembangunan
Swadaya.
Saleha. (2014). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Sarwono. (2010). Ilmu Kesehatan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Setianti. (2007). Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Sugiono. (2017). Metode Penelitian Kuanitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:
Alfabeta CV.
Suherni. (2011). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Sulistyawati. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
Andi.
Soetjiningsih. (2012). ASI : Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta :EGC.
Tuti. (2018). Pijat Oksitosin dan aroma terapi lavender meningkatkan produksi
ASI. Jakarta : Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan.
Umi Faridah. (2016). Pijat Oksitosin untuk Memperlancar ASI pada Ibu Pasca
Persalinan di Kabupaten Kudus. Yogyakarta : Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan.
WBW. (2013). Early initiation of breastfeeding can save more thanone million
babies press release world breastfeeding week : Malaysia
LAMPIRAN
Lampiran 1

UJI PLAGIAT
Lampiran 2

JADWAL RENCANA KEGIATAN


Lampiran 3

LEMBAR KUESIONER KARAKTERISTIK

Petunjuk Pengisian :

1. Tulislah jawaban pada lembar yang sudah disediakan

2. Berikan Tanda checklist (√) pada kotak sesuai dengan jawaban anda!

Lembar kuensioner

1. Nama Klien :

2. Umur Klien :

3. Suku Bangsa :

4. Agama :

5. Pendidikan :

SD

SMP

SMA

6. Pekerjaan :

Bekerja

Tidak Bekerja

7. Melakukan Perawatan Payudara

Ya

Tidak

8. Mengkonsumsi obat pelancar ASI

YA

Tidak
Lampiran 4

LEMBAR OBSERVARSI
1. Bayi
Petunjuk
Istilah sesuai dengan hasil timbangan!
NO. Indikator Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3

1. Berat Badan Bayi (gram)


Lampiran 5

LEMBAR KUESIONER
Jawablah pertanyaan dibawah ini memilih salah satu jawaban (YA/TIDAK)
dengan memberikan tanda (√) pada kotak yang telah disediakan :
NO. Pertanyaan YA TIDAK
1. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui
puting.
2. Sebelum disusukan payudara merasa tegang.
3. Jika ASI cukup,setelah bayi menyusu bayi akan
tertidur/tenang selama 3-4 jam.
4. Bayi BAK 6-8 kali dalam satu hari.
5. Bayi BAB 3-4 kali sehari.
6. Bayi paling sedikit menyusu 8-10 kali dalam 24 jam.
7. Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan
ketika bayi menelan ASI.
8. Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI
setiap kali bayi mulai menyusu.
9. Warna urin bayi kuning jernih.
10. Pada 24 jam pertama bayi mengeluarkan BAB yang
bewarna hijau pekat,kental dan lengket, yang
dinamakan meconium.
Lampiran 6

Standar Operasional Prosedur

A. Fase Orientasi

1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri

2. Menjelaskan tujuan tindakan

3. Menjelaskan langkah prosedur

4. Menanyakan Kesiapan pasien

5. Kontrak waktu

B. Fase Kerja

1. Melepaskan baju ibu bagian atas, ibu miring ke kanan maupun ke kiri,
lalu memeluk bantal, memasang handuk , melumuri kedua telapak
tangan dengan minyak lavender
2. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan
dua kepalan tangan dengan ibu jari menunjuk ke depan.

3. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-


gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya.
4. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang kearah bawah
dan leher kearah tulang belikat, selama 2-3 menit. Mengulangi
pemijatan hingga 3 kali.

5. Membersihkan punggung ibu dengan washlap air hangat dan dingin


secara bergantian.
6. Merapikan pasien dan alat
C. Fase Terminasi

1. Evaluasi hasil

2. Rencana Tindak Lanjut

3. Dokumentasi
Lampiran 7

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
1. Nama : Windi Wulandari
2. Tempat,Tanggal Lahir : Jakarta,3 Juni 1999
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat Rumah : Jalan Ancol Selatan RT02/01 No19B.
5. Email : windiwulandari995@gmail.com
6. No Hp : 081211087762
7. Pekerjaan : Mahasiswa
8. Golongan Darah :B

B. Riwayat Pendidikan
1. SDN 13 Sunter Agung 2005-2011
2. SMPN 42 Pademangan 2011-2014
3. SMA Kartini Jakarta Pusat 2014-2017
4. Akademi keperawatan PELNI Jakarta 2017-2020

Anda mungkin juga menyukai