Anda di halaman 1dari 104

PENGEMBANGAN PROTOKOL TEKNIK MARMET TERHADAP

KELANCARAN PRODUKSI ASI PADA IBU


POSTPARTUM PRIMIPARA

DHANIA SHAFFA
NIRM : 18015

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA


JAKARTA
2021
PENGEMBANGAN PROTOKOL TEKNIK MARMET TERHADAP
KELANCARAN PRODUKSI ASI PADA IBU
POSTPARTUM PRIMIPARA

KARYA TULIS ILMIAH

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahlimadya Keperawatan Program Studi Diploma
Tiga Keperawatan Keperawatan

Diajukan Oleh :

DHANIA SHAFFA
NIRM : 18015

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA
JAKARTA
2021

i
KARYA TULIS ILMIAH

Judul

PENGEMBANGAN PROTOKOL TEKNIK MARMET TERHADAP


KELANCARAN PRODUKSI ASI PADA IBU
POSTPARTUM PRIMIPARA

Dipersiapkan dan disusun oleh :

DHANIA SHAFFA

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 3 Agustus 2021

DEWAN PENGUJI

Pembimbing Utama : Putri Permata Sari, Ns., M.Kep ( )

Ketua Dewan Penguji : Susiana Jansen, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.An ( )

Anggota Penguji I : Elfira Awalia R, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.An ( )

ii
SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dhania Shaffa

Nirm : 18015

Program studi : Diploma Tiga Akademi Keperawatan PELNI Jakarta

Dengan ini saya yang bertanggungjawab di bawah ini dengan sebenarnya

menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini, Saya susun tanpa tindak plagiarisme

sesuai peraturan yang berlaku di Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

Jika dikemudian hari Saya melakukan tindak plagiarisme, Saya sepenuhnya akan

bertanggung jawab dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Akademi

Keperawatan PELNI Jakarta, termasuk pencabutan gelar atas ijazah yang saya

terima.

Jakarta, 3 agustus 2021

Penulis

Dhania Shaffa

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal

Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Pengembangan Protokol Teknik Marmet

Terhadap Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu PostPartum Primipara”. Rangkaian

penyusunan laporan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat yang

harus dipenuhi untuk mencapai gelar Ahlimadya Keperawatan di Akademi

Keperawatan PELNI Jakarta.

Dalam penyusunan proposal ini tidak terlepas dukungan dari berbagai

pihak. Peneliti secara khusus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu. Peneliti banyak menerima bimbingan,

petunjuk dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak yang bersifat moral

maupun material. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu/Saudara yang penulis hormati yaitu:

1. Bapak Ahmad Samdani, SKM., MPH, Ketua Yayasan Samudra Apta.

2. Ibu Buntar Handayani, SKp., M.Kep., MM, Direktur Akademi Keperawatan

PELNI Jakarta.

3. Sri Atun Wahyuningsih, Ns., M.Kep., Sp.Kep.J, Ketua Program Studi

Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

4. Putri Permata Sari, Ns., M.Kep, Dosen Pembimbing Proposal Karya Tulis

Ilmiah Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

5. Susiana Jansen, Ns., M. Kep., Sp.Kep.An Dosen Penguji Utama Karya Tulis

Ilmiah

iv
6. Elfira Awalia Rahmawati, Ns., M. Kep., Sp.Kep.An Dosen Penguji II Karya

Tulis Ilmiah.

7. Seluruh Dosen dan Staff Akademi Keperawatan PELNI Jakarta yang telah

memberikan banyak dukungan, do‟a serta ilmu yang sangat bermanfaat.

8. Untuk kedua orang tua, adik – adik dan anggota keluarga besar yang selama

ini telah membantu peneliti dalam bentuk perhatian, kasih sayang, semangat,

serta doa yang tidak henti-hentinya mengalir demi kelancaran dan kesuksesan

peneliti dalam menyelesaikan proposal ini.

9. Terima kasih kepada diri saya sendiri Dhania Shaffa yang sudah

menyelesaikan satu persatu dengan baik, sudah berdamai denagan diri sendiri

dan keadaan sekitar, berjuang dan semangat tanpa henti untuk menyelasaikan

Karya Tulis Ilmiah ini, untuk mu yang ada di dalam diriku aku bangga.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Proposal ini.

Semoga semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis

mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa

penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan, masukan

dan saran diharapkan dari semua pihak. Semoga Karya Tulis Proposal ini dapat

bermanfaat untuk kemajuan ilmu keperawatan.

Jakarta, 3 agustus 2021

Dhania Shaffa

v
ABSTRAK

Air susu ibu (ASI) adalah sumber asupan nutrisi bagi bayi baru lahir, yang mana
sifat ASI bersifat eksklusif sebab pemberiannya berlaku pada bayi berusia 0 bulan
sampai 6 bulan. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) terbaru
tahun 2017 di Amerika Serikat persentase perempuan menyusui mengalami
ketidaklancaran ASI rata–rata mencapai 87,05% atau sebanyak 8.242. Beberapa
metode yang di lakukan dapat digunakan untuk membantu memperlancar
produksi ASI pasca melahirkan diantaranya adalah metode Pijat Oksitosin,
Kompres Hangat, Massase Rolling (punggung), Breast Care, dan teknik marmet.
Salah satu cara untuk memperlancar produksi ASI yaitu dengan teknik marmet.
Teknik Marmet merupakan memerah ASI secara manual mengeluarkan ASI
secara manual dan membantu refleks pengeluaran susu (Milk Ejection Reflex)
telah bekerja bagi ribuan ibu dengan cara yang tidak dimiliki sebelumnya.
Penulisan ini bertujuan untuk mengembangkan protokol teknik marmet terhadap
kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum primipara. Metode penulisan yang
digunakan adalah literature review terkait pengembangan protokol teknik marmet
dengan pendekatan Plan, Do, Study, Act (PDSA). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa berdasarkan dari jurnal-jurnal terkait menunjukkan adanya peningkatan
produksi ASI pada ibu postpartum primipara. Kesimpulan dari penulisan ini
terdapat bukti bahwa teknik marmet dapat meningkatkan produksi ASI pada ibu
postpartum primipara.
Kata kunci : ASI; Kelancaran ASI; Postpartum; Primipara; Teknik Marmet;

vi
ABSTRACK

Breast milk is a source of nutritional intake for newborns, where the nature of
breast milk is exclusive because it is given to infants aged 0 months to 6 months.
Based on the latest World Health Organization (WHO) data in 2017 in the United
States, the percentage of breastfeeding women experiencing breastfeeding
problems on average reaches 87.05% or as many as 8,242. Some of the methods
that can be used to help expedite the production of breast milk after childbirth
include the Oxytocin Massage method, Warm Compresses, Rolling Massage
(back), Breast Care, and the marmetal technique. One way to facilitate breast milk
production is the marmetal technique. The marmetal technique, which is a manual
expression of breast milk, and assists the milk ejection reflex (Milk Ejection
Reflex) has worked for thousands of mothers in a way that was not previously
available. This paper aims to develop a marmet technique protocol for smooth
milk production in primiparous postpartum mothers. The writing method used is a
literature review related to the development of the marmetal technique protocol
with the Plan, Do, Study, Act (PDSA) approach. The results showed that based on
related journals, there was an increase in breast milk production in primiparous
postpartum mothers. The conclusion of this paper is that there is evidence that the
marmetal technique can increase milk production in primiparous postpartum
mothers.
Keywords: Breast milk; Smooth breast milk; Postpartum; Primipara; marmetal
technique

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PLAGIARISME.………………………………………... iii


KATA PENGANTAR……………………………………………….. iv
DAFTAR ISI…………………………………………………………. viii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………... x
DAFTAR TABEL………………………………………………….... xi
DAFTAR SINGKATAN...................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………….. xiii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………… 1
A. Latar Belakang……………………………………………..…. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………...... 6
C. Tujuan Penelitian…………………………………………....... 6
D. Manfaat Penelitian …………………………………………… 7
BAB II LANDASAN TEORI ………………………………………. 9
A. Tinjauan Pustaka..…………………………………………….. 9
1. Konsep Keperawatan Maternitas………..………………… 9
2. Konsep ASI……………………………..…………………. 11
3. Konsep Postpartum……………………..…………………. 24
4. Konsep Teknik Marmet……………………..…….............. 30
B. Kerangka Konsep ……………………………………….......... 36
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………… 37
A. Metodelogi……………………………………………………. 37
B. Plan, Do, Study and Act (PDSA) ……………………………... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………... 41
A. Hasil ……………………………………................................. 41
B. Pembahasan ……………………………………...................... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………. 62

viii
A. Kesimpulan ……………………………………...................... 62
B. Saran…………………………………....................................... 64
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………... 65

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Teknik Marmet ASI Dengan Jari.………………………... 33


Gambar 2.2 Kerangka Konsep……………………………………….... 36

x
DAFTAR TABEL

Table 4.1 Hasil penelusuran literature review ……………………………. 41


Table 4.2 Pengembangan protokol ………………………………………... 52

xi
DAFTAR SINGKATAN

WHO = World Health Organization


KB = Keluarga berencana
SOP = Standar Operasional Prosedur
SPEOS = Stimulasi Pijat Endorphin, Okitoksin Dan Sugestif
ASI = Air Susu Ibu
FCMC = Family Centered Maternity Care
UNICEF = United Nation Childrens Fund
KEMENKES = Kementrian Kesehatan
SDKI = Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Wawancara

Lampiran 2. Lembar Kuesoiner

Lampiran 3 Lembar Observasi

Lampiran 4 Bagan Pengembangan

Lampiran 5 SOP Teknik Marmet

Lampiran 6 Lembar Bebas Plagiat

Lampiran 7 Lembar Opponen

Lampiran 8 Lembar konsul

Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 10 Jadwal Penyusunan

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air susu ibu (ASI) adalah sumber asupan nutrisi bagi bayi baru

lahir, yang mana sifat ASI bersifat eksklusif sebab pemberiannya berlaku

pada bayi berusia 0 bulan sampai 6 bulan (Kementrian Kesehatan RI,

2018). Masalah–masalah ketidaklancaran produksi ASI pada ibu

disebabkan karena adanya kelainan endokrin ibu, jaringan payu dara

hipoplastik. Dan yang paling sering terjadi pada ibu yng menyebabkan

kurangnya produksi ASI adalah ibu berada dalam keadaan stress, kacau,

marah dan sedih kurangnya dukungan keluarga serta pasangan kepada ibu

dapat mempengaruhi kurangnya produksi ASI. Selain itu ibu juga khawatir

bahwa ASInya tidak mencukupi untuk kebutuhan bayi nya (Bahiyatun,

2016) .

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) terbaru tahun

2017 di Amerika Serikat persentase perempuan menyusui mengalami

ketidaklancaran ASI rata–rata mencapai 87,05% atau sebanyak 8.242

orang ibu posrpartum dari 12.765 orang, pada tahun 2016 ibu yang

mengalami ketidaklancaran ASI sebanyak 7.198 orang dari 10.764 orang

pada tahun 2017 terdapat ibu yang mengalami ketidaklancaran ASI

sebanyak 6.543 orang dari 9.862 orang. Hal ini dilatarbelakangi oleh

minimnya kesadaran seorang ibu atas pentingnya ASI bagi pertumbuhan

xiv
2

anak. Perkaranya adalah pendidikan yang kurang memadai, rendahnya

pengetahuan menjadi penyaring berbagai informasi yang diterima seorang

ibu.

Adapun menurut SDKI tahun 2017 didapatkan data bahwa

presentase kasus ketidaklancaran ASI mnencangkup ibu postpartum

tercatat sebanyak 107.654 orang. Ibu postpartum yang mengalami

ketidaklancaran ASI sebanyak 77.231 orang atau (37,12%) (Kementrian

kesehatan RI, 2018). Pengeluaran ASI tidak lancar dapat mempengaruhi

ibu tidak dapat memberikan ASI ekslusif kepada bayinya. Menurut data

yang diperoleh dari profil data kesehatan ASI tahun 2017, jumlah persen

bayi yang mendapatkan ASI ekslusif di Indonesia 61,33%. Angka tersebut

melampaui renstra tahun 2017 yaitu 44%. Presentase tertinggi cakupan

pemberian ASI eksklusif terdapat di Nusa Tenggara Barat (87,35%),

sedangkan presentase terendah terdapat pada Papua (15,32%). Dan

cakupan presentase bayi yang diberi ASI eksklusif tahun 2017 di Sumatra

Utara pada bayi sampai 6 bualan sebanyak 10,73% dan 0-5 bulan 25,71 %.

Ketidakberhasilan dalam pemberian ASI dipengaruhi oleh

kesulitan memberikan ASI, mengingat ASI kurang lancar, bayi malas

menetek ke ibu, dan ibu ingin berat badan bayinya yang tadinya kurang

bisa naik dengan cepat dan gampang menjadi naik. Dampak bayi tidak

diberikan ASI sangat beresiko bagi kesehatan. Bayi yang tidak

mendapatkan ASI sama sekali akan 14 kali lebih mungkin meninggal

dibanding bayi yang mendapatkan ASI (Asmadi, 2016).


3

Kegagalan pemberian ASI secara eksklusif disebebakan oleh

banyak faktor, seperti ibu yang sedang bekerja, kurangnya pengetahuan

tentang ASI ekslusif, kurangnya dukungan dari keluarga yaitu suami.

Salah satunya ibu yang melahirkan bayi pertama kali atau yang disebut ibu

postpartum primipara cenderung akan mengalami kesulitan dalam

menyusui bayi yang dimiliki. Selain itu, tidak segera keluarnya ASI

seetelah ibu melahirkan, Juga menjadi salah satu penyebab kegagalan

pemberian ASI eksklusif. Pada ibu postpartum primipara, ASI sering kali

tidak keluar, hal ini dapat dikarenakan oleh kesehatan ibu, kondisi bayi,

asupan nutrisi yang dikonsumsi ibu selama hamil dan faktor lainnya yang

menjadi pemicu ASI tidak segera keluar (Nuraningsih, 2016).

Dampak yang terjadi jika bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif

yaitu memiliki risiko kematian karena diare sekitar 3,94 persen, alergi

terhadap bayi, infeksi saluran pencernaan dan mengakibatkan muntaber,

mencret, infeksi pernapasan kematian lebih meningkat pada bayi dengan

susu formula, radang telinga, sepsis dan meningitis, penyakit arteri

koroner dan penyakit jantung iskemik (Astuti, 2016). Dampak bila

pengeluaran ASI tidak lancar yaitu seperti ibu mengalami kesakitan karena

payudara bengkak, mastitis dan bahkan abses pada payudara dapat

menyebabkan infeksi (Aprilia, 2016).

Beberapa metode yang di lakukan dapat digunakan untuk

membantu memperlancar produksi ASI pasca melahirkan diantaranya

adalah metode Pijat Oksitosin, Kompres Hangat, Massase Rolling


4

(punggung), Breast Care, dan Metode SPEOS (stimulasi pijat endorphin,

okitoksin dan sugestif) dan teknik marmet. Salah satu cara untuk

memperlancar produksi ASI yaitu dengan teknik marmet. Teknik Marmet

merupakan memerah ASI secara manual mengeluarkan ASI secara manual

dan membantu refleks pengeluaran susu (Milk Ejection Reflex) telah

bekerja bagi ribuan ibu dengan cara yang tidak dimiliki sebelumnya

(Mas‟aad, 2016).

Teknik memerah ASI yang disebut teknik Marmet, yaitu cara

memeras ASI secara manual dan mengutamakan let down reflex (LDR).

Teknik marmet yaitu merangsang LDR di awal proses memerah dapat

menghasilkan ASI sebanyak 2-3 kali lipat dibanding tanpa menggunakan

teknik LDR ini. Let down refleks (LDR) sama dengan rangsangan yang

terjadi jika puting dihisap oleh bayi dan setelah beberapa saat tiba-tiba

payudara akan mengencang dan ASI akan keluar deras sehingga bayi

harus mempercepat irama menghisap ASI, kurang lebih seperti itulah jika

efek LDR kita dapatkan. ASI akan tiba-tiba mengalir dengan deras tanpa

diperlukan pijatan atau perasan yang sangat kencang (Marmi, 2016).

Teknik memerah ASI yang dianjurkan adalah dengan

menggunakan tangan dan jari karena lebih praktitis, efektif dan efesien

dibandingkan menggunakan pompa, cara memerahkan ASI menggunakan

cara Cloe Marmet disebut dengan teknik marmet merupakan perpaduan

memerah dan memijat. Memerah dengan menggunakan tangan dan jari

mempunyai keuntungan selain tekanan negatif dan diatur, lebih praktis dan
5

ekonomis karena cukup mencuci tangan dan sebelum memeras ASI

(Roesli & Yohwi, 2017). Hal ini sejalan dengan penelitian Marlina dan

Syarifah (2020) menyebutkan terdapat perbedaan antara teknik marmet

dan dengan pompa ASI dalam merangsang produksi ASI dan memelihara

produksi ASI sampai bayi 6 bulan, dan responden mengatakan teknik

marmet lebih efesien dan ekonomis dibandingkan pompa elektrik yang

harus mengeluarkan biaya lebih.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiaastuti, Arifah, &

Rachmawati (2016), dengan judul “Pengaruh Teknik Marmet Terhadap

Kelancaran Air Susu Ibu dan Kenaikan Berat Badan Bayi” didapatkan

hasil bahwa teknik marmet berpengaruh pada kelancaran ASI. Dengan

hasil tersebut dapat diketahui bahwa teknik marmet lebih memberikan

pengaruh dalam kelancaran ASI dibandingkan dengan teknik masase

payudara.

Menurut penelitian Subekti & Faidah (2019), dengan judul “

Pengaruh Kombinasi Teknik Marmet dan Breastcare untuk Mempelancan

pengeluaran Asi Ibu Posrpartum Normal” yang membuktikan bahwa

teknik marmet berpengaruh dalam meningkatkan produksi ASI ibu

postpartum. Jika teknik ini diterapkan oleh ibu postpartum maka masalah

menyusui yang muncul pada hari-hari pertama kelahiran seperti ASI tidak

lancar, ASI belum keluar yang menyebabkan ibu memutuskan untuk

memberikan susu formula kepada bayinya dapat diatasi sehingga dapat


6

meningkatkan angka cakupan pemberian ASI pada satu jam pertama

kelahiran bahkah pemberian ASI eksklusif.

Hasil penelitian Dahlan (2017), menyatakan bahwa setelah

dilakukan penelitian kepada 24 responden didapatkan bahwa dengan

melakukan teknik marmet setiap hari hasil produksi ASI semakin banyak

dan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, semakin hari semakin

meningkat volume ASI nya yaitu sekitar 700-800 ml perhari.

Berdasarkan uraian di atas, pentingnya pemberian ASI dan dampak

dari produksi ASI yang tidak lancar, kemudian didukung dari berbagai

jurnal terkait manfaat pemberian teknik marmet, maka penulis tertarik

umtuk mengembangkan protokol pemberian teknik marmet pada ibu

postpartum primipara dengan masalah kelancaran produksi ASI.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Pengembangan

Protokol Teknik Marmet Terhadap Kelancaran Produksi ASI pada Ibu

Postpartum Primipara.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penulisan ini bertujuan untuk mengembangkan protokol teknik

marmet terhadap kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum

primipara.
7

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan gambaran penerapan protokol teknik marmet terhadap

kelancaran produksi ASI ibu postpartum primipara.

b. Menentukan langkah–langkah yang tepat dalam melakukan teknik

marmet terhadap kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum

primipara.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Melalui penulisan ini diharapkan protokol teknik marmet

terhadap peningkatan produksi ASI dapat diaplikasikan dalam bentuk

Family Centered Maternity Care.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Teknologi Keperawatan

a. Penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan

ataupun acuan dalam pengembangan protokol teknik marmet

terhadap kelancaran produksi ASI saat pengambilan data

penelitian.

b. Penulisan ini diharapkan menjadi salah satu sumber infomasi bagi

pelaksanaan penulis pada masa yang akan datang dalam rangka

peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan teknik

marmet terhadap kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum

primipara.
8

3. Bagi Penulis

Dengan penyusunan protokol ini diharapkan penulis

memperoleh pengalaman dalam mengembangkan protokol pengaruh

teknik marmet terhadap kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum

primapara.

4. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penulisaan protokol ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan rujukan dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan pada

ibu postpartum dengan masalah produksi ASI.


BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Keperawatan Maternitas

a. Definisi keperawatan maternitas

Keperawatan Meternitas merupakan keperawatan yang

memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan profesional

yang mengidentifikasi, berfokus dan dapat beradaptasi pada

kebutuhan fisik dan psikososial ibu bersalin, keluarga, dan pada

bayi baru lahir yang menjadikan keluarga sebagai unit dasar dalam

masyarakat. Tujuan dari keperawatan maternitas yaitu memberikan

asuhan keperawatan secara holistik (Kerjatin, 2016).

b. Peran perawat maternitas

Peran perawat sangat penting sebagai pemberi pelayanan

kesehatan dalam memfasilitasi kegiatan promosi kesehatan serta

pencegahan penyakit untuk kalangan perempuan sekitarnya.

Terdapat beberapa peranan perawat dalam memfalisitasi kegiatan

tersebut yaitu:

1) Care giver

Perawat berperan untuk memberikan asuhan

keperawatan pada pasien yang meliputi pengkajian, diagnosa,

intervensi, implementasi hingga evaluasi dan melakukan

9
10

observasi pada kondisi pasien secara berkelanjutan

(Sekar,2017).

2) Advokat

Selain melakukan tugas utama dalam merawat, perawat

juga mampu sebagai advokat keluarga sebagai pembela

keluarga dalam beberapa hal seperti dalam menentukan haknya

sebagai klien. Dalam peran ini, perawat dapat mewakili

kebutuhan dan harapan klien kepada profesional kesehatan

lain, seperti menyampaikan keinginan klien mengenai

informasi tentang penyakitnya yang diketahu oleh dokter.

Perawat juga membantu klien mendapatkan hak-haknya dan

membantu pasien menyampaikan keinginan (Berman, 2016).

3) Pendidik

Peran perawat sebagai pendidik yaitu keseluruhan

tujuan penyuluhan pasien dan keluaraga adalah untuk

meminimalkan stres pasien dan keluarga, mengajarkan mereka

tentang terapi dan asuhan keperawatan di rumah sakit, dan

memastikan keluarga dapat memberikan asuhan yang sesuai di

rumah saat pulang (Kyle & Carman, 2015).

4) Konsultan

Perawat berperan dalam mengatasi masalah kesehatan

yang dikonultasikan oleh pasien, keluarga serta masyarakat

(Sekar, 2017).
11

5) Kolaborasi

Kolaborasi merupakan tindakan kerja sama dalam

menentukan tindakan yang akan dilaksanakan oleh perawat

dengan tim kesehatan lain. Pelayanan keperawatan pasien tidak

dilaksanakan secara mandiri oleh tim perawat tetapi harus

melibatkan tim kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, psikolog

dan lain-lain, mengingat pasien merupakan individu yang

kompleks/yang membutuhkan perhatian dalam perkembangan

(Hidayat, 2016).

6) Mengambil keputusan etik

Dalam mengambil keputusan, perawat mempunyai

peran yang sangat penting sebab perawat selalu berhubungan

dengan pasien kurang lebih 24 jam selalu disamping pasien,

maka peran perawatan sebagai pengambil keputusan etik dapat

dilakukan oleh perawat, seperti akan melakukan tindakan

pelayanan keperawatan (Wong, 2016).

2. Konsep ASI

a. Definisi

Air susu ibu (ASI) adalah cairan kehidupan terbaik yang

sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung berbagai zat yang

penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan

kebutuhannya. Penurunan produksi ASI pada hari-hari pertama

setelah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan


12

hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan dalam

kelancaran produksi ASI (Evariny, 2016)

ASI adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat

dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung berbagai zat yang penting

untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya.

Meski demikian, tidal semua ibu mau menyusui bayinya karena

berbaagai alasan. Misalnya takut gemuk, sibuk, payudara kendor

dan sebagainya. Di lain pihak, ada juga ibu yang ingin menyusui

bayinya tetapi mengalami kendala. Biasanya ASI tidak mau keluar

atau produksinya kurang lancar (Rukiyah & Yulianti, 2018).

ASI dapat dikeluarkan, diperlukan hormon oksitosin yang

disekresikan oleh glandula pituitaria posterior atas rangsangan

hisapan bayi. Oksitosin ini menyebabkan jaringan muskuler

sekeliling alveoli berkontraksi yang dengan demikian mendorong

ASI menuju ductus. Proses ini disebut dengan “ let down “ reflex

(Sari & Khatimah 2018).

Menurut United Nation Childrens Fund (UNICEF) tahun

2017 merekomendasikan proses pemberian ASI tanpa makanan

tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan disebut ASI eksklusif

dan sebaiknya anak hanya diberi air susu ibu (ASI) selama paling

sedikit enam bulan pertama dalam kehidupan seorang bayi dan

dilanjutkan dengan makanan pendamping yang tepat sampai usia 2


13

tahun dalam rangaka menurunkan angka kesakitan dan kematian

anak.

b. Jenis ASI berdasarkan waktu produksi

1) Kolostrum

a) Disekresi oleh kelenjar mammae dari hari pertama sampai

hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi.

b) Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah.

c) Kolostrum merupakan Cairan kental yang ideal yang

berwarna kekuning – kuningan , lebih kuning dibandingkan

ASI matur.

d) Kolostrum merupakan suatu laktasi yang ideal untuk

membersihkan mekoneum usus bayi yang baru lahir dan

mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima

makanan selanjutnya.

(Purwanti, 2018)

2) Air susu masa peralihan (masa transisi)

Susu transisi yaitu ASI yang keluar pada hari ke-3

sampai hari ke-10 setelah kelahiran. Setelah masa adaptasi

dengan perlingdungan kolostrum, payudara akan nenghasilkan

susu permulaan atau transisi yang lebih bening dan jumlahnya

lebih banyak. Kadar immunoglobulin dan proteinnya menurun,

sedangkan lemak dan laktosa meningkat (Riksani, 2016).


14

3) Air susu matur

Susu matur yaitu ASI yang keluar setelah hari ke-10

pasca persalinan. Komposisinya stabil dan tidak berubah. Jika

bayi lahir prematur atau kurang bulan, ASI yang dihasilkan

memiliki kandungan berbeda, yaitu lebih banyak mengandung

protein. Hal ini sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi

prematur yang biasanya memiliki berat badan kurang dan

banyak hal pada tubuhnya yang belum sempurna (Astutik,

2016).

c. Komponen ASI

1) Air

Air merupakan kandungan ASI yang terbesar,

jumlahnya kira-kira 88% dari ASI. Air berguna untuk

melarutkan zat – zat yang terdapat di dalamnya dan

berkotribusi dalam mekanisme regulasi suhu tubuh, dimana

pada bayi terjadi 25% kehilangan suhu tubuh akibat

pengeluaran air melalui ginjal dan kulit. ASI merupakan

sumber air yang aman. Kandungan air yang relatif tinggi dalam

ASI ini akan meredakan rangsangan haus dari bayi (Karima &

Isneani, 2016).

2) Karbohidrat

Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam ASI yang

bermanfaat untuk meningkatkan absorb kalsium dan


15

merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus. Salain itu,

laktosa juga akan diolah menjadi glukosa dan galaktosa yang

berperan dalam perkembangan system saraf (Eka, 2016).

3) Protein

Protein dalam ASI yaitu kasein dan whey kadarnya

0,9%. Protein 0,8-1,0 g / 100 ml, merupakan komponen dasar

dari protein adalah asam amino, berfungsi sebagai

pembentukan struktur otak (Yefi & Nyna, 2017).

4) Lemak

Lemak merupakan zat gizi terbesar kedua di ASI dan

menjadi sumber anergi utama bayi serta berveran dalam

pengaturan suhu tubuh bayi. Lemak di ASI mengandung

komponen asam lemak esensial yaitu adam linoleat dan asam

alfa linoleat yang akan diolah menjadi arachidoic acid (AA)

dan decosahexaenoic acid (DHA) sangat penting untuk

perkembangan bayi (Esti & Wahyu, 2016).

5) Vitamin

Kandungan vitamin dalam ASI antara lain vitamin E

banyak yang terkandung dalam kolostrum. Vitamin K

berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah,

vitamin D untuk pembentukan tulang dan gigi (Eka, 2016).


16

6) Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap. Kadar mineral

per ml ASI umumnya relatif lebih rendah dibandingkan susu

sapi sesuai dengan kemampuan bayi dalam mencerna zat gizi.

Pada saat baru lahir pencernaan bayi belum matang sehingga

mineral yang bisa dicerna juga sangat terbatas. Kadar mineral

tinggi belum diperlukan oleh bayi. Walaupun kadar mineralnya

rendah, namun bioavailabilitas mineral ASI lebih tinggi

dibandingkan susu formula atau susu sapi. Mineral yang

terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium, dan

natrium, asam klorida dan fosfat, namun kadungan zat besi,

tembaga, dan maangan lebih rendah (Riwidigdo,2018).

d. Manfaat pemberian ASI

1) Manfaat bagi bayi

Menurut Elisabeth, 2016 manfaat ASI bagi bayi sebagai

berikut :

a) Dapat memulai kehidupan dengan baik

Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan

berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah

periode perinatal baik dan mengurangi kemungkinan

obesitas. Frekuensi menyusui yang sering juga dibuktikan

bermanfaat karena volume ASI yang dihasilkan lebih


17

banyak sehingga penurunan berat badan bayi hanya

sedikit.

b) Mengandung antibodi

c) Mengandung komposisi yang tepat

d) Memberikan rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya

ikatan antara bayi dan ibu.

e) Bayi terhindar dari alergi

f) ASI meningkatkan kecerdasan bayi

2) Manfaat untuk ibu

Menurut Nurliana & Andi 2016 manfaat ASI untuk ibu yaitu :

a) Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang

terbentuknya oksitoksin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin

membantu involusi uterus / dan mencegah terjadinya

perdarahan pasca persalinan.

b) Aspek keluarga berencana

Menyusui secara murni (tanpa makanan tambahan

atau hanya ASI saja) dapat menjarangkan kehamilan.

Hormone yang mempertahankan laktasi bekerja menekan

hormone untuk ovulasi sehingga dapat menunda

kembalinya kesuburan.
18

c) Askpek psikologis

Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang

dibutuhkan oleh semua manusia.

e. Faktor–faktor yang mempengaruhi produksi ASI

1) Makanan

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang

dimakan ibu, apalagi makanan ibu secara teratur dan cukup

mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi

produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat

bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk

membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu harus

memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta

mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih

banyak kurang lebih 8 –12 gelas/hari (Ambarwati & Wulandari

2017).

2) Ketenangan jiwa

Untuk produksi ASI yang baik, maka kejiawaan dan

fikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu tertekan, sedih

dan tegang akan menurunkan volume ASI. Secara psikologis

ibu harus senantiasa berfikir positif dan optimis dapat

memberikan ASI secara ekslusif kepada bayi (Rizki, 2016).


19

3) Penggunaan alat kontrasepsi

Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat

kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena pemakaian

kontrasepsi yang tidak tepat dapat mempengaruhi produksi

ASI. Alat kontrasepsi yang dapat digunakan selama menyusui

adalah kondom, IUD dan pil khusus menyusui ataupun suntik

hormonal 3 bulanan (Haryono & Setianingsih, 2018).

4) Perawatan payudara

Riwayat perawatan payudara sangat penting dilakukan

selama hamil sampai masa menyusui. Hal ini dikarenakan

payudara merupakan satu – satunya pengahasil ASI yang

merupakan makanan pokok nayi yang baru lahir sehingga

harus dilakukan sedini mungkin (Walyani dan Purwoastuti,

2017).

5) Anatomis payudara

Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi

produksi ASI selain itu juga perlu diperhatikan bentuk

anatomis papilla atau puting susu (Anggraini, 2016).

6) Faktor fisiologi

ASI terbentuk oleh karena pengaruh hormone prolactin

yang menentukan produksi ASI dan mempertahankan sekresi

air susu (Widuri, 2016).


20

7) Faktor istirahat

Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan

pengeluaran ASI. Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang

istirahat maka ASI akan berkurang (Maryunani , 2019).

8) Faktor isapan bayi

Bila ibu menyusui anak segara dan jarang berlangsung

sebentar maka hisapan anak berkurang dengan demikian

pengeluaran ASI berkurang (Ambarwati & Wulandari 2017).

f. Masalah – masalah dalam menyusui

1) Kurang / salah informasi

Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama

baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat

menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang.

Petugas kesehatanpun masih banyak yang tidak memberikan

informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat

memulangkan bayi (Susanto, 2018). Contohnya, banyak

ibu/petugas kesehatan yang tidak mengetahui bahwa:

a) Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan

sering, sehingga dikatakan bayi menderta diare dan sering

kali petugas kesehatan menyuruh menghentikan menyusui.

Padahal sifat defekasi bayi yang mendapat kolostrum

memang demikian karena kolostrum bersifat sebagai

laksans.
21

b) ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi

dianggap perlu diberikan minuman lain, padahal bayi yang

baru lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan

kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa

minuman selama beberapa hari. Disamping itu, pemberian

minuman sebelum ASI keluar akan memperlambat

pengeluaran ASI oleh bayi menjadi kenyang dan malas

menyusu.

2) Puting susu datar atau terbenam

Puting susu yang tidak menonjol sebenarnya tidak

selalu menjadi masalah. Secara umum ibu tetap masih dapat

menyusui bayinya dan upaya selama antenatal umumnya

kurang berfaedah, misalnya dengan menarik-nerik puting,

ataupun penggunaan brest shield dan breastshell. Yang paling

efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung

bayi yang kuat. Puting terbenam tidak berarti tidak dapat

menyusui karena bayi menyusu pada payudara, bukan pada

puting (Mufdlilah, 2017). Dalam hal ini, sebaiknya ibu tidak

melakukan apa – apa, tunggu saja sampai bayi lahir. Segera

setelah bayi lahir, ibu dapat melakukan menurut (Sulystyawati,

2016) :

a) Skin-to-skin kontak dan biarkan bayi mengisap sedini

mungkin.
22

b) Biarkan bayi “mencari” putting kemudian mengisapnya,

dan bila perlu coba berbagai posisi untuk mendapat

keadaan yang paling menguntungkan. Rangsang putting

biar dapat “keluar” sebelum bayi “mengambil”nya.

c) Apabila putting benar-benar tidak bisa muncul, dapat

“ditarik” dengan pompa putting susu (nipple puller), atau

yang paling sederhana dengan sedotan spuit yang dipakai

terbalik.

d) Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap

disusui dengan sedikit penekanan pada areola mammae

dengan jari sehingga terbentuk dot ketika memasukkan

putting susu ke dalam mulut bayi.

e) Bila terlalu penuh ASI dapat diperas dahulu dan diberikan

dengan sendok atau cangkir, atau teteskan langsung ke

mulut bayi. Bila perlu lakukan ini hingga 1-2 minggu.

3) Puting susu lecet

Pada keadaan ini, seorang ibu sering menghentikan

proses menyusui karena sakit. Dalam hal ini, yang perlu

dilakukan oleh ibu adalah mengecek bagaimana perlekatan ibu

dan bayi, serta mengecek apakah terdapat infeksi candida (di

mulut bayi), kulit merah, berkilat, kadang gatal, terasa

sakityang menetap, dan kulit kering bersisik (Widiasih, 2016).


23

4) Payudara bengkak

Payudara bengkak adalah keadaan dimana payudara

terasa lebih penuh (tegang) dari nyeri sekitar hari ketiga atau

keempat sesudah melahirkan. Biasanya disebabkan oleh statis

divena dan pembuluh limfe, bahwa ASI mulai banyak

disekresi. Pembekakan sering terjadi pada payudara dengan

elastisitas yang kurang. Namun, jika payudara bengkak dan ibu

tidak mengeluarkan ASI, maka ASI akan menumpuk dalam

payudara. Lalu, menyebabkan areola menjadi lebih menonjol,

putting lebih datar dan sulit untuk dihisap bayi (Nugroho,

2018).

5) Mastitis

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Mastitis ini

dapat terjadi kapan saja saat ibu menyusui. Namun, paling

sering terjadi antara hari ke 10 dan hari ke 28 setelah kelahiran.

Ada 2 jenis mastitis, yaitu non-infective mastitis (hanya karena

pembendungan ASI/milk statis) dan infective mastitis (telah

terinfeksi bakteri). Gejala yang ditemukan adalah payudara

menjadi merah, bengkak, kadang disertai rasa nyeri dan panas,

serta suhu meningkat (Ramainah, 2017).

g. Alat ukur kelancaran produksi ASI

Alat ukur yang digunakan yaitu :


24

1) Lembar kuesioner

Kuesioner Adalah suatu teknik pengumpulan informasi

yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap,

keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di

dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang

diajukan atau oleh sistem yang sudah ada (Sugiyono, 2017).

Kuesioner untuk mengukur kelancaran ASI menggunakan

lembar kuesioner yang berisi 10 pertanyaan yang di jawab

sesuai dengan pengalaman ibu saat menyusui (Widiaastuti A,

Arifah S, & Rachmawati, W 2016).

2) Lembar wawancara

Wawancara Adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab atau

responden dengan menggunakan alat yang dinamakan

interview guide (panduan wawancara). Wawancara merupakan

suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian. Lembar

wawancara yang berisi dari identitas klien (nama, umur,

pendidikan, jumlah anak, pengeluaran ASI, kelancaran ASI)

(Nazir, 2016).

3. Konsep Postpartum

a. Definisi postpartum

Postpartum, masa nifas atau peurperium adalah masa pulih

kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat–alat kandungan


25

kembali sebelum hamil. Nifas (peurperium) berasal dari bahasa

latin. peurperium berasal dari dua suku kata yakni peur dan

parous. Peur berarti bayi dan parous berarti melahirkan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa peurperium merupakan masa setelah

melahirkan (Asih & Risnen, 2016).

Masa nifas atau postpartum adalah 2 jam setelah lahirnya

plasenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam

rangka pengecasan postpartum adalah 2–6 jam, 2 jam–6 hari, 2

jam–6 minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari, 6 minggu)

(Sari & Khatimah, 2018).

Dalam masa nifas, perubahan besar terjadi dari sisi

perubahan fisik, emosi dan kondisi psikologi ibu, untuk itu penting

sekali memahami perubahan apa yang secara umum dapat

dikatakan normal, sehingga setiap penyimpangan dari kondisi

normal ini dapat segera dikenali sebagai kondisi abnormal atau

patologis (Astuti, 2016). Perubahan yang mendadak pada ibu

postpartum penyebab utamanya adalah kekecewaan emosional,

rasa sakit pada masa nifas awal, kelelahan karena kurang tidur

selama persalinan dan kecemasan pada kemampuannya untuk

merawat bayinya, rasa takut tidak menarik lagi bagi suaminya,

terutama emosi selama minggu pertama menjadi lebih labil dan

perubahan suasana hatiunya dalam 3–4 hari pertama, masa ini

sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh begitu banyak faktor, maka


26

penekkanan utama adalah pendekatan dan memberikan bantuan,

simpati dan dorongan semangat (Kirana, 2015).

b. Tahapan masa postpartum

1) Immediate postpartum ( setelah plasenta lahir – 24 jam)

Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam, oleh masalh

yang sering terjadi pendarahaan karena atonia uteri. Oleh

karena itu perlu melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,

pengeluaran lokia, tekanan dara dan suhu (Sari, 2016).

2) Early postpartum (24 jam – 1 minggu)

Harus dipastikan involusi uteri normal, tidak ada pendarahaan,

lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapat

makanan dan cairan serta ibu dapat menyusui dengan baik

(Sari & khatimah, 2018).

3) Late postpartum (1 minggu – 6 minggu)

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam

keadaan sempurna terutama ibu apabila ibu selama hamil atau

waktu persalinan mengalami komplikasi (Bobak, 2016).

c. Kebutuhan masa postpartum

1) Nutrisi dan Cairan

Masalah nutrisi perlu mendapatkan perhatiaan karena

dengan nutrisi yang abik dapat mempercepat penyembuhan ibu

dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Menurut Rukiyah


27

& Yulianti, 2018 kebutuhan gizi ibu saat menyusui adalah

sebagai berikut :

a) Konsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari

b) Diet seimbang, protein, mineral dan vitamin

c) Minum sedikitnya 2 liter tiap hari ( ±8 gelas )

d) Fe / tablet tambah darah sampai 40 hari pasca persalinan

e) Kapsul vit. A 200.000 unit

2) Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah

kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing

ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan

membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Ibu

postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur

dalam 24–48 jam postpartum, tentunya ibu postpartum

tidak dengan penyulit seperti anemia, penyakit jantung,

demam, penyakit paru-paru, dan sebagainya. Menurut

Saleha, 2016 beberapa keuntungan ambulasi dini adalah

sebagai berikut:

a) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early

ambulation.

b) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.


28

c) Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan

ibu cara merawat anaknya selama ibu masih di rumah

sakit.

d) Menurut penelitian-penelitian yang saksama, early

ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk,

tidak menyebabkan perdarahan abnormal, tidak

memengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka

di perut, dan lain-lain.

3) Eliminasi

Setelah 6 jam postpartum diharapkan ibu dapat

berkemih, jika kandung kemih penuh atau lebih dari 8 jam

belum berkemih disarankan melakukan kateterisasi. Hal–

hal yang menyebabkan kesulitan berkemih (retensio urine)

pada post partum :

a) Otot–otot perut masih lemah.

b) Edema dan uretra.

c) Dinding kandung kemih kurang sensitif.

(Rukiyah & Yulianti, 2018).

4) Istirahat

Menurut Suherni (2016), istirahat merupakan salah

satu kebutuhan dasar masa nifas yaitu dengan

menganjurnya ibu untuk:

a) Istirahat yang cukup untuk mengurangi rasa lelah


29

b) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur

c) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-

lahan

d) Menyediakan watu untuk istirahat pada siang kira-kira

2 jam, dan malam 7-8 jam

5) Kebersihan diri

Pada ibu pada masa postpartum sangat rentan

terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat

penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Menurut

Suherni, 2016 beberapa hal yang perlu diperhatikan pada

ibu nifas dalam personal hygiene adalah sebagai berikut:

a) Perawatan Perineum

Apabila setelah buang air besar atau buang air kecil

perineum dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan

dengan sabun yang lembut minimal sekali sehari.

Biasanya ibu merasa takut pada kemungkinan

jahitannya akan lepas dan merasa sakit sehingga

perineum tidak dibersihakan atau dicuci.

b) Mengajarkan ibu cara membersihkan alat kelamin

dengan sabun dan air depan kebelakang.

c) Sarankan ibu ganti pembalut setidaknya dua kali sehari.

d) Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum

dan sesudah membersihkan alat kelamin.


30

4. Konsep Teknik Marmet

a. Definisi teknik marmet

Teknik marmet merupakan kombinasi cara memerah ASI

dan memijat payudara sehingga refleks ASI dapat optimal. Pada

dasarnya, memerahkan ASI hamper sama dengan mengeluarkan

pasta gigi. Bila kita hanya menekan ujung pasta gigi, tentu

pastanya tidak akan keluar, jadi harus menekan agak ke belakang.

Bila ASI tidak keluar banyak kemungkinan tekniknya salah. Bila

tekniknya benar, lama–kelamaan memerah ASI akan menjadi

pekerjaan biasa. Hanya butuh 20–30 menit untuk dapat

mengumpulkan 500 ml ASI (Wahyuningsih, 2018).

Teknik marmet mengeluarkan ASI secara manual dan

membantu refleks pengeluaran susu (Milk Ejection Reflex) telah

bekerja bagi ribuan ibu dengan cara yang tidak dimiliki

sebelumnya. Bahkan ibu menyusui berpengalaman yang telah

mampu mengeluarkan ASI diungkapkan akan menghasilkan lebih

banyak susu dengan metode ini. Ibu yang sebelumnya telah mampu

mengeluarkannya hanya sedikit, atau tidak sama sekali,

mendapatkan hasil yang sangat baik dengan teknik ini. Teknik

Marmet mengembangkan metode pijat dan stimulasi untuk

membantu kunci reflek keluarnya ASI. Keberhasilan dari teknik ini

adalah kombinasi dari metode pijat dan pengeluaran ASI. Teknik

ini efektif dan tidak menimbulkan masalah (Maria Porland, 2016).


31

b. Kelebihan teknik marmet

Berikut beberapa keunggunalan cara memerah ASI manuan

dengan teknik marmet dibandingkan menggunkan pompa ASI

menurut khusul, dan yuli, (2019) :

1) Beberapa pompa ASI menimbulkan rasa tidak nyaman, juga

tidak efektif, berbeda dengan memerah ASI menggunakan

tangan yang bisa di atur sendiri gerakannya serta kekuatannya,

sehingga bisa lebih efektif mengeluarkan ASI.

2) Banyak ibu lebih nyaman dengan cara memerah ASI manual

dengan alasan lebih alami.

3) Kontak kulit dengan kulit lebih menstimulasi ASI dari pada

corong plastic pompa ASI karena itu, cara memerah ASI

manual biasanya mempermudah reflex keluarnya susu.

4) Lebih nyaman dan lebih ramah lingkungan.

5) Tidak perlu alat khusu untuk melakukan teknik marmet.

c. Cara pemberian teknik marmet

Berikut ini adalah cara pemberian teknik marmet menurut Astuti,

dan Anonim, (2016) yaitu :

1) Memasang sampiran.

2) Melepas pakaian atas.

3) Membersihkan kedua putting dengan kapas atau waslap.

4) Duduklah dengan posisi badan sedikit maju ke depan agar

gaya gravitasi membantu ASI mengalir.


32

5) Memulailah memijat payudara atau massase payudara dengan

cara menepuk menggunakan ujung jari, memutar payudara

menggunakan kuku–kuku jari, serta melakukan gerakan

sirkulasi/ melingkar.

6) Usap payudara dari dinding dada sampai putting dengan

usapan yang lembut.

7) Ayun/goyangkan payudara dengan lembut sambil condong

kedepan sehingga gravitasi membantu pengeluaran ASI.

8) Letakkan tangan di salah satu payudara, tempatnya di tepi

areola. Tempatkan ibu jari di atas kalang payudara dan jari

telunjuk serta jari tengah di bawah sekitar 2,5–3,8 cm di

belakang putting susu membentuk huruf C. anggaplah ibu jari

berada pada jam 12, dua jari lainnya berada di posisi pukul 6.

Ibu jari telunjuk serta jari tengah saling berhadapan. Jari–jari

diletakkan sedemikian rupa sehingga “gudang” ASI berada di

bawahnya.

9) Tekan lembut kearah dada tanpa memindahkan posisi jari–jari

tadi. Payudara yang besar dianjurkan untuk diangkat lebih

dulu. Kemudian ditekan kearah dada.

10) Buatlah gerakan menggulung dengan arah ibu jari dan jari–jari

kedepan untuk memerah ASI keluar dari „gudang‟ ASI yang

terdapat dibawah kalang payudara dibelakang puting susu.


33

11) Ulangi gerakan–gerakan tersebut sampai aliran ASI berkurang.

kemudian pindahkan lokasi ibu jari ke posisi lain, misal arah

jam 9 dan jari–jari kearah jam 3, lakukan kembali gerakan

memerah seperti tadi.

12) Lakukan pada kedua payudara secara bergantian. Begitu

tampak ASI memancar dari puting susu, itu berarti gerakan

tersebut sedah benar dan berhasil menekan „gudang‟ ASI.

Letakan cangkir bermulut lebar yang sudah disterilkan di

bawah payudara yang diperah.

13) Dilakukan setiap dua kali/hari masing–masing selama 20 - 30

menit.

Gambar 2.1 teknk marmet ASI dengan jari


Sumber : Astuti (2016)

d. Waktu pelaksanaan teknik marmet

Untuk memaksimalkan pengosongan payudara, ibu perlu

melakukan gerarakan menguras saluran ASI dan menstimulasi

aliran susu di atas beberaapa kali secra bergantiaan dalam satu sesi.
34

Seluruh prosedur biasanya memakan waktu sekitar 20 – 30 menit.

Ini tahapannya:

1) Perah setiap payudara 5 – 7 menit.

2) Pijat, usap, kocok selama sekitar 1 menit.

3) Perah setiap payudara 3 – 5 menit.

4) Pijat, usap, kocok selama sekitar 1 mineit.

5) Perah setiap payudara 2 – 3 menit.

e. Manfaat teknik marmet

Adapun manfaat memerah ASI dengan menggunakan teknik

Marmet yaitu Setiawandari (2016) :

1) Penggunaan pompa ASI relatif tidak nyaman dan tidak efektif

mengosongkan payudara.

2) Banyak ibu telah membuktikan bahwa memerah ASI dengan

tangan jauh lebih nyaman dan alami (saat mengerluarkan ASI).

3) Refleks keluarnya ASI lemih muda terstimulasi dengan skin to

skin contect (dengan cara memarah tangan) dari pada

penggunaan pompa (terbuat dari plastik).

4) Nyaman digunakan.

5) Aman dari segi lingkungan.

6) Portable (mudah dibawa kemana – Kamana).

f. Mekanisme teknik marmet

Teknik memerah ASI dengan cara marmet ini pada

prinsipnya bertujuan untuk mengosongkan dari dari sinus laktiferus


35

yang terletak dibawah areola sehinggaa diharapkan dengan

pengosongan ASI pada daerah sinus laktiferus ini akan

merangsang pengeluaran hormone prolactin. Pengeluaran hormone

prolactin ini selanjutnya akan merangsang mammary alveoli untuk

memproduksi ASI. Makin banyak ASI dikeluarkan atau

dikosongkan dari payudura maka akan semakin banyak ASI akan

diproduksi (Mas‟ad,2016).
36

B. Kerangka Konseptual

PostPartum
Primipara

Faktor – faktor yang


Produksi ASI mempengaruhi
produksi ASI
Alat ukur kelancaran 1. Makanan
produksi ASI
Kelancaran 2. Ketenangan
1. Lembar Produksi ASI jiwa dan
kuesioner
2. Lembar pikiran
wawancara 3. Penggunaan
(Widiastuti A dkk, Penatalaksanaan Non
Farmakologi : alat kontrasepsi
2016)
Teknik Marmet 4. Perawatan
payudara
5. Anatomis
Study literature terkait buah dada
teknik marmet 6. Fisiologi
terhadap kelancaran 7. Faktor istirahat
produksi ASI pada ibu 8. Faktor isapan
postpartum primipara bayi
9. Faktor obat-
obatan
Protokol teknik marmet
terhadap kelancaran (Ambarawati &
produksi ASI pada ibu Wulandari, 2017)
postpartum primipara

Gambar 2.2 Kerangka konsep

Sumber : Widiaastuti , Arifah , dan Rachmawati (2016). Ambarawati dan


Wulandari (2017)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metodelogi

Metodelogi penulisan yang digunakan pada pengembangan

protokol teknik marmet terhadap produksi ASI pada ibu postpartum

primipara adalah literature review. Literature review pada penulisan ini

digunakan untuk mengidentifikasi langkah–langkah yang tepat dalam

menangani masalah kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum

primipara dengan melakukan pemberian teknik marmet (Notoatmodjo,

2017).

Literature review merupakan analisis terintegrasi (tidak hanya

ringkasan) penulisan ilmiah yang berkaitan dengan pertanyaan pada

penulisan yang artinya, literature menunjukkan korespondensi antara

tulisan-tulisan dan pertanyaan yang dirumuskan. Literature review dapat

digunakan tergantung dengan jenis kebutuhan, salah satunya berupa karya

yang berdiri sendiri atau pengantar untuk makalah penulisan-penulisan

yang lebih besar. Literature review merupakan hal yang penting karena

dapat menjelaskan latar belakang pada penulisan suatu topik,

menunjukkan mengapa topik tersebut penting untuk diteliti, menemukan

hubungan antara studi/ide penulisan, mengidentfikasi tema, konsep dan

penulis utama pada sutu topik, mengidentifikasi kesenjangan utama dan

membahas pertanyaan penulisan lebih lanjut berdasarkan penulisan atau

studi sebelumnya (Ningtyas, 2020)

37
38

Pelaksanaan literature review diikuti pada acuan langkah-langkah

yang berlaku, namun langkah baru yang tidak direncanakan dan tidak

sesuai dengan acuan langkah sebelumnya dapat terjadi. Penyusunan

literature review adalah kegiatan berkesinambungan yang dinamis dan

akan berhenti jika pertanyaan penulisan sudah terjawab (Ningtyas, 2020).

Tujuan akhir Literature review yaitu untuk mendapatkan gambaran

yang berkenaan dengan apa yang sudah pernah dikerjakan orang lain

sebelumnya. Penelusuran pustaka berguna untuk menghindari duplikasi

dari pelaksanaan penelitian dan untuk mengetahui penelitian yang pernah

dilakukan sebelumnya (Suryanarayana & Mistry, 2016).

B. Plan, Do, Study and Act (PDSA)

PDSA merupakan sebuah siklus yang dikembangkan untuk

menerapkan perbaikan secara terus-menerus dan meningkatkan kerja sama

tim dalam implementasi proses perubahan (Laverentz & Kumm, 2017).

Menjalankan siklus PDSA adalah cara lain untuk mengatakan menguji

perubahan, mengembangkan rencana untuk menguji perubahan (plan),

melakukan tes (Do), mengamati, menganalisis, dan belajar dari tes (Studi),

dan menentukan modifikasi untuk membuat siklus berikutnya (Act).

1. Plan

a. Mengumpulkan jurnal, buku dan artikel tentang pemberian teknik

marmet terhadap kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum

primipara.
39

b. Mengidentifikasi jurnal, buku dan artikel terkait teknik marmet

terhadap kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum primipara.

c. Menganalisis jurnal, buku dan artikel terkait khususnya SOP teknik

marmet terhadap kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum

primipara.

d. Alat ukur dalam menilai kelancaran produksi ASI yaitu lembar

wawancara dan lembar kuesioner yang berisikan dari identitas klien

(nama, umur, pendidikan, pendidikan, jumlah anak, pengeluaran

ASI, dan kelancaran ASI).

e. Kriteria ibu postpartum yang dapat diberikan yang dapat diberikan

asuhan keperawatan teknik marmet dalam meningkatkan

kelancaran produksi ASI. Kriteria yang di maksud yaitu antara lain:

1) Ibu postpartum yang pertama kali melahirkan yang disebut

primipara.

2) Ibu postpartum yang sedang bekerja.

3) Ibu postpartum dengan tanpa komplikasi persalinan.

4) Ibu yang melahirkan cukup bulan dan bayi tidak BBLR.

2. Do

Penulis akan mengembangkan protokol berupa pemberian

teknik marmet terhadap kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum

primipara dengan studi literature review.


40

3. Study

a. Penulis akan melakukan study literture terkait pemberian teknik

marmet terhadap produk ASI ibu postpartum primipara.

b. Penulis akan menganalisis hasil pencarian literature review terkait

pemberian teknik marmet terhadap kelancaran produksi ASI ibu

postpartum pramipara.

c. Penulis akan mencari jurnal atau teori pendukung sebagai bentuk

rasionalisasi asuhan keperawatan dalam setiap proses atau langkah

pada protokol yang penulis kembangkan.

d. Penulis mencantumkan prosedur dan langkah–langkah yang tepat

dalam pengembangan protokol berupa pemberian teknik marmet

terhadap kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum primipara.

4. Act

Protokol ini akan di jadikan sebagai panduaan dalam

pemberian teknik marmet terhadap kelancaran produksi ASI ibu

postpartum pramipara, agar hasil yang didapatkan menjadi jauh lebih

efektif dan efisien.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

1. Hasil Penelusuran jurnal – jurnal yang terkait maka didapatkan

Literature review sebagai berikut:

Tabel 4.1 hasil penelusuran Literature review

No Penelitian Metode Intervensi Teknik Hasil


dan Judul Penelitian Marmet
Penelitian
1. Anita Penelitian 1. Hari pertama Dari
widiastuti, dilakukan di medemontrasika penelitian
siti arifah, Puskesmas n teknik marmet tersebut,
& wiwin grabag, pada ibu dijelaskan
renny kabupaten postpartum. bahwa
rachmawati Magelang. 2. Responden terdapat
, (2016) Penelitian ini diberikan lembar perbedaan
Pengaruh dilakukan check list kelancaran
Teknik desain pre– pelaksanaan ASI pada
Marmet experimental prosedur yang kelompok
Terhadap dengan telah diajakan intervensi
Kelancaran metode untuk dilakukan dibandingkan
Air Susu kelompok di rumah. kelompok
Ibu Dan statistik, 3. Pada hari ke Kontrol. Hasil
Kenaikan dengan empat yang
Berat sempel postpartum, ditunjukan
Badan sebanyak 40 responden dengan nilai
Bayi. ibu diminta untuk OR = 11,5
postpartum. mengisi yang berarti
Instrument kuesioner dan bahwa dengan
yang dilakukan pemberian
digunakan wawancara intervensi
lembar struktur. mampu
kuesioner 4. Penilaian pada meningkatkan
responden 11,5 kali
dilakukan pada lebih baik
hari ke empat produksi ASI
setalah – nya
dilakukan dibandingkan
prosedur selama kelompok
3 hari. Kontrol.

41
42

No Penelitian Metode Intervensi Teknik Hasil


dan Judul Penelitian Marmet
Penelitian
2 Farizka Penelitian ini 1. Persiapan Dilakukan
Agnetia dilakukan di Sebelum teknik
Nasir, PMB Santi Y Memerah ASI marmet. Ini
(2020) a. Sterilkan dapat dilihat
Desma,
Studi Kasus Wadah ASI. ketika bayi
Penerapan karang anyar. Masukkan sudah sering
Teknik Penelitian ini air mendidih menyusu
Marmet menggunaka ke dalam sehingga
Pada Ibu n metode wadah payudara ibu
Nifas asuhan tersebut, menjadi
Untuk keperawatan, biarkan kosong dan
Kelancaran selama bayi buang air
dengan fokus
Proses beberapa kecil 6-8 kali
Pengeluara 1 responden. menit lalu sehari.
n ASI di Instrument buang
PMB Santi yang airnya.
Y Desma digunakan b. Siapkan
lembar lap/tisu
observasi yang bersih
dan lembar Cuci tangan
wawancara. c. Ibu tenang
dan santai
d. Bila
mungkin,
payudara
dikompres
dengan air
hangat
terlebih
dahulu
Lakukan
pemijatan
ringan pada
keliling
payudara
dengan cara:
e. Mulai dari
pangkal
payudara,
gunakan 2-4
jari dengan
gerakan
melingkar
kecil(spiral)
secara lurus
ke arah
puting.
43

No Penelitian Metode Intervensi Teknik Hasil


dan Judul Penelitian Marmet
Penelitian
Dengan
kuku-kuku
jari, mulai
dari pangkal
payudara
sampai ke
rah puting,
menekan
secara
lembut.
f. Pengang
wadah
penampung
ASI di dekat
payudara.
2. Langkah-
langkah teknik
marmet
a. Letakkan
tengan di
pinggir
areola
seperti huruf
C. Posisi ibu
jari dan
telunjuk
berlawanan.
b. Tekan
lembut ke
arah dada
tanpa
memindahk
an jari-jari,
pijat areola
ke arah
depan
(menggulun
g). Menekan
dan
menggulung
dilakukan
secara
berkesinam
bungan.
Payudara
yang besar
dianjurkan
44

No Penelitian Metode Intervensi Teknik Hasil


dan Judul Penelitian Marmet
Penelitian
untuk
diangkat
lebih
dahulu.
Kemudian
ditekan ke
arah dada.
c. Lanjutkan
dengan
gerakan
memijat ke
depan
memijat
jaringan di
bawah
areola
sehingga
memerah
ASI dalam
saluran ASI.
Lakukan
gerakan ini
sampai
pancaran
ASI
berkurang.
d. Bisa
mengubah
posisi ibu
jari seperti
huruf U, ke
arah jam 3
dan ke
empat
jarinya ke
arah jam 9.
Setelah
memerah
ASI lap
dengan lap
bersih.
e. Teknik ini
dilakukan
dengan
memijat
payudara
dan
45

No Penelitian Metode Intervensi Teknik Hasil


dan Judul Penelitian Marmet
Penelitian
f. memerah
payudara
selama 5-
7menit,
dilanjutkan
dengan
memijat
payudara
dan
memerah
payudara
selama 3-5
menit, dan
dilanjutkan
lagi dengan
memijat dan
memerah
payudara
selama 2-3
menit.
g. Simpan ASI
dalam botol,
tutup rapat
botolnya,
dan
masukkan
dalam
lemari es
(hendaknya
botol
jangan diisi
terlalu
penuh,
isikan ¾
botol
karena bisa
menyebabk
an botol
pecah saat
disimpan di
freezer).
Beri label
berupa jam
dan tanggal
pemerah.
46

No Penelitian Metode Intervensi Teknik Hasil


dan Judul penelitian Marmet
Penelitian
h. Pisahkan
ASI perah
dengan
bahan
makanan
lainnya
yang
disimpan
dalam
lemari
pendingin.
i. Mencuci
tangan
3. Andi Penelitian ini 1. Menutup dari 24
kasrida dilakukan di sampiran. responden,
dahlan, puskesmas 2. Memerah asi kelompok
(2017) dengan intervensi
wawondula
Pengaruh menggunakan Yang
Teknik kecamatan tangan. memiliki
Marmet towuti 3. Letakkan ibu jari kelancaran
Terhadap kabupaten dan dua jari ASI yang
Kelancaran Luwu timur. lainnya sekitar cukup
ASI Pada Penelitian ini 1-1,5 cm dari sebanyak 11
Ibu dilakukan areola. orang
Menyusui, menggunaka Usahakan untuk (45,8%).
n analitik mengikuti aturan Sedangakan
experimental tersebut sebagai kelompok
dengan panduan, apalagi kontrol yang
pendeketan ukuran dari memiliki ASI
quasi areola tiap kurang
eksperimen, wanita sangat sebanyak 7
dengan bervariasi. orang ( 29,1
sempel Tempatkan ibu %) dan
sebanyak 24 jari di atas kelompok
responden areola pada kontrol
menggunaka posisi jam12 dan kelancaran
n total jari lainya di ASI yang
sampling. posisi jam 6. cukup
Instrument 4. Perhatikan sebanyak 5
yang bahwa jari-jari orang
digunakan tersebut terletak (20,9%). Dari
alat per di atas gudang hasil
ASI tersebut
sehingga proses menyatakan
pengeluaran ASI
dapat optimal.
47

No Penelitian Metode Intervensi Teknik Hasil


dan Judul Penelitian Marmet
Penelitian
dan lembar 5. Hindari bahwa yang
balik. melingkari jari melakukan
pada areola teknik
seperti gambar marmet
di samping. setiap hari
Posisi Jari produksi
seharusnya tidak semakin
berada di jam 12 banyak dan
dan jam 4. dapat
6. Dorong ke arah memenuhi
dada. Hindari kebutuhan
meregangkan nutrisi
jari. Bagi ibu bayinya yang
yang ditandai
payudaranya dengan
besar, angkat penambahan
dan dorong ke berat badan
arah dada. bayi, jumlah
7. Gulung ASI yang
menggunakan diperah
ibu jari dan jari semakin hari
lainnya secara semakin
bersamaan. meningkat
8. Gerakkan ibu volumenya
jari dan jari yaitu sekitar
lainnya hingga 700 – 800
menekan gudang ml perhari.
ASI hingga
kosong. Jika
dilakukan
dengan tepat
maka ibu tidak
akan kesakitan
saat memerah.
9. Putar ibu jari
dan jari-jari
lainnya ke titik
gudang ASI
lainnya.
Demikian juga
saat memerah
payudara
lainnya,
gunakan kedua
tangan.
Misalkan, saat
memerah
48

No Penelitian Metode Intervensi Teknik Hasil


dan Judul Penelitian Marmet
Penelitian
payudara kiri,
gunakan tangan
kiri. Juga saat
memerah
payudara kanan,
gunakan tangan
kanan. Saat
memerah ASI,
jarijari berputar
seiring jarum
jam atau
berlawanan agar
semua gudang
ASI kosong.
Pindahkan ibu
jari dan jari
lainnya pada
posisi arah jam 6
dan jam 12,
posisi jam 11
dan jam 5, jam 2
dan jam 8, serta
jam 3 dan jam 9.
4. Avelini Penelitian ini 1. Memerah asi Dari 19
Dinda dilakukan di dengan responden
Bestari, wilayah menggunakan tidak lancar
(2019) tangan. ASI, setelah
Kerja
Perbanding 2. Letakkan ibu jari dilakukan
an Puskesmas dan dua jari intervensi
Efektivitas Purwosari lainnya sekitar teknik
Pijat Metro Utara. 1-1,5 cm dari marmet
Oksitosin Penelitian ini areola. Usahakan 63,15%
Dengan menggunaka untukmengikuti responden
Teknik n quasy aturan tersebut mengalami
Marmet sebagai panduan, lancar ASI
exsperimenta
Terhadap apalagi ukuran (12 ibu) dan
Kelancaran l , dengan dari areola tiap 36,84% tidak
ASI sempel 19 wanita sangat lancar ASI (7
Pada Ibu responden bervariasi. ibu).
Menyusui menggunaka Tempatkan ibu
n teknik jari di atas areola
marmet pada posisi jam
12 dan jari
menggunaka
lainnya di posisi
n metode jam 6.
total
sampling.
49

No Penelitian Metode Intervensi Hasil


Dan Judul Penelitian Teknik Marmet
Penelitian
menggunaka Perhatikan
n metode bahwa jari -
total jaritersebut
terletak di atas
sampling.
gudang ASI
Intrumen sehingga proses
yang pengeluaran ASI
digunakan dapat optimal.
lembar
koesioner,
formulir dan 3. Hindari
lembar melingkari jari
obeservasi pada areola
seperti gambar
di samping.
Posisi jari
seharusnya tidak
berada di jam 12
dan jam 4.
4. Dorong ke arah
dada. Hindari
meregangkan
jari. Bagi ibu
yang
payudaranya
besar, angkat
dan dorong ke
arah dada.
5. Gulung
menggunakan
ibu jari dan jari
lainnya secara
bersamaan.
6. Gerakkan ibu
jari dan jari
lainnya hingga
menekan gudang
ASI hingga
kosong. Jika
dilakukan
dengan tepat
maka ibu tidak
akan kesakitan
saat memerah.
50

No Penelitian Metode Intervensi Hasil


Dan Judul Penelitian Teknik Marmet
Penelitian
7. Putar ibu
jari dan
jari-jari
lainnya ke
titik gudang
ASI lainnya.
Demikian
juga saat
memerah
payudara
lainnya,
gunakan
kedua
tangan.
Misalkan,
saat
memerah
payudara
kiri,
gunakan
tangan kiri.
Juga saat
memerah
payudara
kanan,
gunakan
tangan
kanan. Saat
memerah
ASI, jarijari
berputar
seiring
jarum jam
atau
berlawanan
agar semua
gudang ASI
kosong.
Pindahkan
ibu jari dan
jari lainnya
pada posisi
arah jam 6
dan jam 12,
posisi jam
11 dan jam
5, jam 2 dan
51

No Penelitian Metode Intervensi teknik Hasil


dan judul penelitian marmet
penelitian
jam 8, serta
jam 3 dan
jam 9.
5. Ratih Penelitian ini 1. Teknik marmet Dalam
subekti, & dilakukan di dilakukan pada penelitian ini
dwi atin puskesmas hari ke 2 sampai pemberian
faidah, hari ke 5 intervensi
PONED
(2019) postpartum. atau
Pengaruh kabupaten 2. Dilakukan setiap perlakukan
Kombinasi Banjarnegara pagi dan sore. kombinasi
Teknik Penelitiaan 3. Hasil terknik
Marmet menggunaka pengeluaran marmet dan
Dan n quasy ASI dilihat pada breatcare
Breastcare exsperimenta hari ke 6 dapat
Untuk postpartum. dinyatakan
l dengan
Memperlan efektif dalam
car rancangan mempengaruh
Pengeluara post test only i kelancaran
n ASI Ibu design with pengeluran
Postpartum control ASI pada ibu.
Normal group, postpartum
dengan normal.
sempel
sebanyak 60
ibu
postpartum
mengunakan
metode
consecutive
sampling.
Instrument
yang
digunakan
lembar
observasi.
52

2. Pengenbangan protokol teknik marmet terhadap kelancaran produksi

ASI pada ibu postpartum primipara. Setelah dilakukan literature

review maka didapatkan pengembangan protokol teknik marmet

adalah sebagai berikut:

Table 4.2 Pengembangan Protokol Teknik Marmet Terhadap


Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Postpartum Primipara.

No Protokol Rasional

1. Memberikan salam Salah satu komunikasi awal perawat


terapeutik kepada klien yang dilakukan melalui salam
dan keluarga : merupakan awal, dengan komunikasi
perawat dapat mendengarkan perasaan
klien dan menjelaskan prosedur
tindakan keperawatan (Kementrian
kesehatan RI, 2017; Kusumo, 2017;
Pieter, 2017).
2. Indentifikasi pasien Suatu sistem identifikasi kepada pasien
untuk membedakan antara pasien satu
dengan pasien yang lainnya, sehingga
memperlancarkan dan mempermudah
dalam pemberian pelayanan kesehatan
kepada pasien, contoh prosedur yang
memelukan identifikasi pasien seperti:
nama pasien, nomor identifikasi
menggunakan nomor rekam medis,
tanggal lahir, dan gelang (identifikasi
pasien) dengan bar-code atau sebutkan
nama dan tanggal lahir. (Cintha,2016;
Kemkes RI, 2017; Anjaswarni, 2016).

3. Menjelaskan tujuan dan Menyampaikan informasi mengenai


manfaat pemberian rencana tindakan yang akan dilakukan
intervensi berupa keuntungan dan kerugian yang
didapatkan, tanpa paksaan
(Kementerian Kesehatan RI, 2016;
Kusumo, 2017; Nazir, 2016).

4. Memberikan informed Informed consent atau persetujuan


consent atau lembar medik adalah persetujuan yang
persetujuan : diberikan oleh pasien setelah
mendapatkan penjelasan atau informasi
atas tindakan yang akan dilakukan
53

No Protokol Rasional

terhadap pasien. Informed consent


sangat urgent sebagai bentuk informasi
kepada pasien mengenai semua
tindakan medis yang akan dilakukan
meskipun informasi yang akan
disampaikan bersifat eksplisit maupun
implisit (Anjaswarni, 2016; Purnama,
2016; Ayu Agustiyani, 2018)

5. Melakukan wawancara Wawancara merupakan proses


terkait pengkajian interaksi atau komunikasi pewancara
kelancaran produksi ASI dengan pembicaraan yang mempunyai
pada ibu postpartum tujuan dan didahului beberapa
primipara pertanyaan informal. Lembar
wawancara yang berisi dari identitas
klien (nama, umur, pendidikan, jumlah
anak, pengeluaran ASI, kelancaran
ASI) (Nazir, 2016; Kusumo, 2017;
Pieter, 2017).
6. Memberikan lembar Lembar koesioner sebuah alat
koesioner pengumpulan data yang nantinya data
tersebut akan diolah untuk
menghasilkan data informasi tertentu.
Kuesioner Adalah suatu teknik
pengumpulan informasi yang
memungkinkan analis mempelajari
sikap- sikap, keyakinan, perilaku, dan
karakteristik beberapa orang utama di
dalam organisasi yang bisa terpengaruh
oleh sistem yang diajukan atau oleh
sistem yang sudah ada (Sugiyono,
2017; Anjaswarni, 2016).

7. Mamasang sampiran atau Privasi sebagai suatu kemampuan


menjaga privasi pasien : untuk mengontrol interaksi
kemampuan untuk memperoleh pilihan
– pilihan atau kemampuan untuk
mencapai interaksi seperti yang
diinginkan. (Kementrian Kesehatan RI,
2016; Nurlaila, 2017; Wijaya, 2016).
8. Melakukan cuci tangan Tangan merupakan media yang sangat
ampuh untuk berpindahnya penyakit
maka dari itu perawat wajib melakukan
pelaksanaan 5 momen dan 6 langkah
cuci tangan guna mencegah terjadinya
54

No Protokol Rasional

infeksi (Fauzia, 2016; Alvadri, 2016;


Dewi, 2017).

9. Mencatat kelancaran Mencatat kelancaran produksi ASI


produksi ASI di lembar pasien bertujuan untuk mendapatkan
obeservasi sebelum hasil ukur objektif pada ketelitian yang
dilakukan tindakan teknik optimal serta akan menjadi acuan
marmet (pretest) untuk perbandingan dengan
pengeluaran ASI setelah diberikan
intervensi. Pengeluaran ASI dilakukan
sebelum dan setelah intervensi yang
akan diberikan. Pencatatan
dimaksudkan untuk pendokumentasian
keperawatan yang bertujuan untuk
memberikan bukti untuk tujuan
evaluasi asuhan keperawatan serta
membandingkan dengan hasil akhir
nilai pengeluran ASI setelah diberikan
intervensi (Olfah, 2016; Nurhaliza,
Jati, 2020; Oktaviani, 2019).

10. Mempersiapkan alat dan Untuk mengantisipasi alat-alat apa


bahan yang seharusnya diperlukan dalam
tindakan. Alat dan bahan yang
digunakan teknik marmet yaitu wadah,
lap/tisu atau handuk kecil (Liza 2018;
Tri Harti, 2016;Tuti Wijayanti, 2017).

11. Mengatur posisi nyaman Tetap relaks dapat mengontrol


pasien senyaman mungkin keseimbangan relaksasi antara
ketegangan dan dalam memberikan
respons pada pasien. Posisi sangat
mempengaruhi tekanan darah, dimana
semakin tinggi posisi kepala dari
jantung maka akan semakin tinggi
tekanan darah. Posisi berbaring untuk
pasien yang memiliki kelemahan
sedangkan posisi duduk untuk pasien
yang sudah kuat untuk menahan beban
dirinya (Anjaswarni, 2016; Elon, 2017;
Suryani, 2016).

12. Membersihkan kedua Perawatan payudara sering disebut


puting payudara dengan breast care yang bertujuan untuk
kapas atau waslap. memelihara kebersihan payudara dan
55

No Protokol Rasional

memperbanyak dan memperlancar


ASI. Perawatan payudara yang tidak
dilakukan dengan baik akan
menimbulkan berbagai dampak negatif
dapat timbul seperti : bayi susah
menyusui, ASI lama keluar, produksi
ASI terbatas, pembengkakan pada
payudara, putting akan mudah lecet,
payudara meradang, dan payudara
kotor (Diyah Indriani, 2016;Hidayati,
2016: yuliana, 2016).

13. Memulailah memijat Memijat payudara atau massage


payudara atau massase payudara adalah salah satu cara baru
payudara dengan cara dalam menstimulasi pengeluaran ASI.
menepuk menggunakan Dengan membuat ibu lebih nyaman
ujung jari, memutar diharapkan reflek oksitosin
payudara menggunakan dapatmeningkat. Pemijatan yang
kuku–kuku jari, serta dilakukan secara rutin juga dapat
melakukan gerakan mempengaruhi kelancaran produksi
sirkulasi/ melingkar. ASI, semakin sering ibu melakukan
pemijatan, semakin meningkat pula
hormone oksitosin dalam tubuh
sehingga produksiASI bertambah
lancar (Sari, 2017; Hidayati 2016;
yuliana,2016).

14. Letakkan tangan di salah Areola massage adalah upaya dengan


satu payudara, tempatnya perawatan khusus lewat pemberian
di tepi areola. Tempatkan rangsang terhadap otot-otot dada ibu,
ibu jari di atas kalang dengan cara pengurutan atau massage
payudara dan jari telunjuk yang diharapkan dapat memberi
serta jari tengah di bawah rangsangan kepada kelenjar ASI agar
dapat memproduksi susu. Fungsi dari
sekitar 2,5–3,8 cm di
areola massage adalah untuk
belakang putting susu
menstimulasi pituitary melepaskan
membentuk huruf C. hormon oksitosin yang merangsang
kontraksi sel mioepitel alveoli dan
berdampak pada pengeluaran ASI
(Kentjonowaty, 2016;.Firdayanti,
2020; Sari, 2017).
15. Buatlah gerakan Pengeluaran ASI ini terjadi karena otot
menggulung dengan arah halus disekitar kelenjar payudara
ibu jari dan jari–jari mengerut sehingga meremas ASI untuk
kedepan untuk memerah keluar. ASI adalah makann bayi
56

No Protokol Rasional

ASI keluar dari „gudang‟ ciptaan tuhan sehingga tidak dapat


ASI yang terdapat digantikan dengan makanan dan
dibawah kalang payudara minuman yang lain (Suwanti &
dibelakang puting susu. Cahyono, 2020; Ningrum, 2017).

16. Lakukan pada kedua ASI adalah cairan kehidupan terbaik


payudara secara yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI
bergantian. Begitu tampak mengandung berbagai zat yang penting
ASI memancar dari puting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai
susu, itu berarti gerakan dengan kebutuhannya dan sumber
tersebut sedah benar dan asupan nutrisi bagi bayi baru lahir,
berhasil menekan yang mana sifat ASI bersifat eksklusif
„gudang‟ ASI. sebab pemberiannya berlaku pada bayi
berusia 0 bulan sampai 6 bulan
(Kementrian Kesehatan RI, 2018;
Evariny, 2016; Rukiyah & Yulianti,
2018).

17. Dilakukan setiap dua Tindakan ini dilakukan secara rutin


kali/hari masing –masing setiap dua kali/hari selama 20 – 30
selama 20 - 30 menit. menit agar dapat membantu
memaksimalkan reseptor prolactin dan
memiimalkan efek samping dari
tertundanya proses menyusui pada bayi
(Widiastuti, Arifah, Rachmawati,2016;
Ningrum, 2017; Dewi, 2017).
18. Simpan ASI dalam botol, Menyimpan ASI kedalam lemari es
tutup rapat botolnya, dan adalah langkah yang dilakukan ibu
masukkan dalam lemari untuk menyimpan stok kebutuhan ASI
es. untuk sikecil. Menyimpan ASI
dilemari es dengan suhu < 4°C simpan
dibagian dalam lemari es dan wadah
ASI tertutup rapat (Wati, 2016;
Kentjonowaty, 2016;.Firdayanti, 2020).
19. Beri label berupa jam dan Sebelum ASI dimasukan ke dalam
tanggal pemerahan. lemari es dicatat tanggal dan waktu
penyimpanan botol atau kantong ASI
sebelum hendak dimasukan kedalam
lemari es. Hal ini bertujuan agar ASI
bisa dikonsumsi sebelum masa
penyimpanan berakhir dan menjadi
basi (Wati, 2016; Hidayati 2016;
yuliana,2016).
57

No Protokol Rasional

20. Merapihkan alat kembali. Kebersihan adalah salah satu tanda dari
keadaan hygiene yang baik yaitu bebas
dari kotoran, agar pasien merasa
nyaman dengan lingkungan yang sudah
bersih
(Mashudi, 2016; Dewi, 2017; Liza
2018).
21. Mencuci tangan Tangan merupakan media yang sangat
ampuh untuk berpindahnya penyakit
maka dari itu perawat wajib melakukan
pelaksanaan 5 momen dan 6 langkah
cuci tangan guna mencegah terjadinya
infeksi (Fauzia, 2016; Alvadri, 2016;
Dewi, 2017).
22. Melakukan evaluasi Setelah dilakukan teknik marmet
kelancaran produksi ASI dilakukan dengan efektif dan tepat
setelah dilakukan teknik maka seharusnya tidak akan terjadi lagi
marmet yang akan dicatat masalah dalam produksi ASI atau cara
pengeluaran ASI mengeluaran ASI. Evaluasi digunakan
menggunakan lembar untuk mungukur keberhasilan dari
rencana dan pelaksanaan tindakan
obeservasi (post test)
keperawatan yang dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan klien.
Pengamatan yang dilakukan untuk
mengamati perubahan yang terjadi
(Ari, 2016; mas‟ad 2016; Sitanggang,
2019).
23. Melakukan dokumentasi Dokumentasi keperawatan merupakan
bukti pencatatan dan pelaporan yang
dimiliki perawat dalam melakukan
catatan perawatan yang berguna untuk
kepentingan klien, perawat, dan tim
kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan (Olfah, 2016;
Nurhaliza, 2015; Jati, 2020).

B. Pembahasan

Hasil pengembangan Protokol Pengembangan Protokol Teknik

Marmet Terhadap Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Postpartum

Primipara. Intervensi yang telah dikembangan oleh penulis yaitu pada

tahap mencuci tangan karena tangan merupakan media yang sangat ampuh
58

untuk berpindahnya penyakit maka dari itu perawat wajib melakukan

pelaksanaan 5 momen dan 6 langkah cuci tangan guna mencegah

terjadinya infeksi (Fauzia, 2016; Alvadri, 2016; Dewi, 2017). Lalu tahap

identifikasi pasien karena di tahap ini sistem identifikasi kepada pasien

untuk membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya,

sehingga Memperlancarkan dan mempermudah dalam pemberian

pelayanan kesehatan kepada pasien, contoh prosedur yang memelukan

identifikasi pasien seperti: nama pasien, nomor identifikas menggunakan

nomor rekam medis, tanggal lahir, dan gelang (identifikasi pasien) dengan

bar-code atau sebutkan nama dan tanggal lahir. (Cintha,2016; Kemkes RI,

2017; Anjaswarni, 2016).

Intervensi yang dikembangkan selanjutnya adalah Memberikan

informed consent atau lembar persetujuan yaitu adalah persetujuan yang

diberikan oleh pasien setelah mendapatkan penjelasan atau informasi atas

tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. Informed consent sangat

urgent sebagai bentuk informasi kepada pasien mengenai semua tindakan

medis yang akan dilakukan meskipun informasi yang akan disampaikan

bersifat eksplisit maupun implisit (Anjaswarni, 2016; Purnama, 2016; Ayu

Agustiyani, 2018).

Selanjutnya melakukan Menjelaskan tujuan dan manfaat

pemberian intervensi karena dalam tahap ini menyampaikan informasi

mengenai rencana tindakan yang akan dilakukan berupa keuntungan dan

kerugian yang didapatkan, tanpa paksaan (Kementerian Kesehatan RI,


59

2016 Kusumo, 2017; Nazir, 2016). Dan pengembangan selanjutnya

Mengatur posisi Klien senyaman mungkin. Tetap relaks dapat mengontrol

keseimbangan relaksasi antara ketegangan dan dalam memberikan respons

pada pasien. Posisi sangat mempengaruhi tekanan darah, dimana semakin

tinggi posisi kepala dari jantung maka akan semakin tinggi tekanan darah.

Posisi berbaring untuk pasien yang memiliki kelemahan sedangkan posisi

duduk untuk pasien yang sudah kuat untuk menahan beban dirinya

(Anjaswarni, 2016; Elon, 2017; Suryani, 2016).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Norlita, & Siwi (2017)

dengan judul “penggunaan metode teknik marmet untuk memperlancarkan

pengeluaran air susu ibu (ASI) pada ibu menyusui 0-6 bulan di rumah

sakit ibu dan anak eria bunda pekanbaru” menunjukkan adanya hubungan

yang bermakna pemberian teknik marmet efektif terhadap kelancaran

pengeluaran ASI pada ibu, diharapkan kepada ibu dapat secara kontinyu

menggunakan metode teknik marmet unuk mempertahankan kelancaran

pengeluaran ASI.

Hasil penelitian menurut Suwanti, & Cahyono (2020) dengan judul

“efektivitas teknik marmet terhadap keberhasilan pemberian ASI

ekskluklusif pada bayi” menyebutkan terjadi peningkatan yang berhasil

dalam memberikan ASI ekslusif pada bayi, setelah pemberian intervensi

teknik marmet terhadap keberhasilan pemberian ASI ekslusif pada bayi.

Hal ini dukung oleh penelitian menurut Rumini, Sartika, & Saragi

(2019) dengan judul “pengaruh teknik marmet terhadap kelancaran air


60

susu ibu di desa nag. Pematang simalungun kecamatan siantar kabupaten

simalungun” menunjukan bahwa ada perbedaan antara nilai kelancaran

ASI dengan dilakukan dan tidak dilakukan teknik marmet. Dengan adanya

perbedaan antara dilakukan dan tidak dikakukannya teknik marmet dapat

diartikan bahwan sebagaian ada pengaruh teknik marmet terhadap

kelancaran ASI di desa nag. Pematang simalungun kecamatan siantar.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspita, Umar, & Wardani

(2019) dengan judul “pengaruh teknik marmet terhadap kelancaran ASI

pada ibu postpartum” berdasarkan hasil penelitian ini hasil analisis data

pada ibu postpartum (pretest) sebelum dilakukan teknik marmet diperoleh

rata – rata 0.000 dengan standar deviasi 0.000 atau bisa dikatakan ASI

tidak lancar. Dan didapatkan hasil analisis data tentang kelancaraan ASI

(posttest) sesudah dilakukan teknik marmet pada hari ke tiga di peroleh

nilai rata – rata 0.57 dengan standar deviasi 0.504 dan standar error 0.92

atau bisa disebut pengeluaran ASI dikatakan lancar bila produksi ASI yang

ditandai dengan ASI akan menetes dan akan memancar deras saat diisap

bayi. Dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan setelah dilakuka

teknik marmet terhadap kelancaran ASI pada ibu postpartum.

Hasil penelitian menurut Nurbayani (2020) dengan judul “analisis

pengaruh massage payudara dengan teknik marmet terhadap kelancaran

asi masa ibu nifas” menyatakan bahwah teknik marmet mempunyai

pengaruh produksi, frekuensi dan kelancaran ASI pada ibu nifas, adanya
61

perbedaaan yang signifikan pada ibu nifas yang menggunakan metode

teknik marmet dibandingkan tidak menggunakan metode teknik marmet.

Berdasarkan penelitian – penelitian diatas bahwa teknik marmet

mampu memperlancar produksi ASI terhadap ibu postpartum primipara,

terapi pemberian teknik marmet ini dapat menjadi salah satu metode yang

dapat dilakukan untuk memperlancar ASI.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Kesimpulan dari Pengembangan Protokol Teknik Marmet

Terhadap Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Postpartum Primipara antara

lain :

1. Berdasarkan literature review yang dilakukan dari 5 jurnal tersebut,

maka didapatkan hasil pengembangan teknik marmet terhadap

kelancaran ASI pada ibu postpartum primipara terbukti dapat

memperlancar produksi ASI.

2. Teknik marmet mampu memperlancar produksi ASI terhadap ibu

postpartum primipara Karena teknik ini dapat mengeluarkan ASI

secara manual dan membantu refleks pengeluaran susu (Milk Ejection

Reflex), dan Memerah ASI dengan menggunakan tangan dan jari

mempunyai keuntungan selain tekanan negative dan diatur, lebih

praktis dan ekonomis karena cukup mencuci tangan dan sebelum

memeras ASI.

3. Pengembangan protokol teknik marmet terhadap kelancaran produksi

ASI pada ibu Postpartum primipara terdapat 23 Langkah yang terdiri

dari memberikan salam terapeutik kepada pasien dan keluarga,

identifikasi, menjelasakan tujuan dan manfaat pemberian intervensi,

memberikan informed consent atau lembar persetujuan, mamasang

sampiran atau menjaga privasi pasien, mencuci tangan, mencatat

kelancaran produksi ASI di lembar obeservasi sebelum dilakukan

62
63

tindakan teknik marmet (pretest), mempersiapkan alat dan bahan,

mengatur posisi nyaman pasien senyaman mungkin, membersihkan

kedua puting payudara dengan kapas atau waslap, memulailah

memijat payudara atau massase payudara dengan cara menepuk

menggunakan ujung jari, memutar payudara menggunakan kuku–kuku

jari, serta melakukan gerakan sirkulasi/ melingkar, Letakkan tangan

di salah satu payudara, tempatnya di tepi areola. Tempatkan ibu jari di

atas kalang payudara dan jari telunjuk serta jari tengah di bawah

sekitar 2,5–3,8 cm di belakang putting susu membentuk huruf C,

buatlah gerakan menggulung dengan arah ibu jari dan jari–jari

kedepan untuk memerah ASI keluar dari „gudang‟ ASI yang terdapat

dibawah kalang payudara dibelakang puting susu, lakukan pada kedua

payudara secara bergantian. Begitu tampak ASI memancar dari puting

susu, itu berarti gerakan tersebut sedah benar dan berhasil menekan

„gudang‟ ASI, dilakukan setiap dua kali/hari masing –masing selama

20 - 30 menit, simpan ASI dalam botol, tutup rapat botolnya, dan

masukkan dalam lemari es, beri label berupa jam dan tanggal

pemerahan, Melakukan evaluasi kelancaran produksi ASI setelah

dilakukan teknik marmet yang akan dicatat pengeluaran ASI

menggunakan lembar obeservasi (post test, sampai melakukan

dokumentasi.
64

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

Dari pengembangan protokol teknik marmet ini dapat

digunakan sebagai alternatif non farmakologi.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Teknologi Keperawatan

Pengembangan protokol ternik marmet ini dapat dijadikan

sebagai acuan dan panduan pengembangan selanjutnya.

3. Bagi penulis

Penulis dapat menggunakannya untuk dijadikan bahan

penyusunan lebih lanjut sebagai dasar untuk memperlancar produksi

ASI pada ibu postpartum primipara.

4. Bagi Pelayanan Kesehatan

Pengenbangan protokol teknik marmet ini dapat menjadi

alternatif non farmakologi untuk menangani pasien dengan masalah

kelancaran produksi ASI.

5. Bagi institusi

Pengembangan protokol teknik marmet ini dapat di jadikan

sumber referensi untuk penelitian mahasiswa, dengan meningkatnya

sumber buku – buku diharapkan penelitian selanjutnya mendapatkan

hasil yang lebih memadai untuk di jadikan bahan literature.


DAFTAR PUSTAKA

Agustina Ayu, 2018, Jurnal Pengaruh Tim Swakelola Dan Kepuasan Kerja
Terhadap Produktiviutas Guru SD Di Kecamatan Cikedal Banten.
Alvadri, Z. (2016). Hubungan Pelaksanaan Tindakan Cuci Tangan Perawat
dengan Kejadian Infeksi Rumah Sakit di Rumah Sakit Sumber Waras
Grogol. Jurnal Penelitian Ilmu Keperawatan Universitas Esa Unggul, 1-
24.
Ambarwati , & Wulandari. (2017). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra
Cendekia Press.
Anggraini, Y., (2016). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka
Rihama.
Anjaswarni, T. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Komunikasi
Dalam Keperawatan. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan.
Aprillia. (2016). Air Susu Ibu Jenis ASI. Jakarta : ECG.
Ari, S. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Andi Ofset.
Yogyakarta.
Asih, Y., & Risneni. (2016). Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Jakarta:
ECG.
Asmadi. (2016). Efektivitas Teknik Marmet Terhadap Keberhasian Pemberian Asi
Eksklusif Pada Bayi. Jurnal Keperawatan.
Astuti, Sri. (2016). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: Erlangga.
Astuti. (2016). Pengaruh Teknik Marmet Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu
Menyusui. Voice Of Midwifery , 08.
Bahiyatun 2009, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal, EGC,Jakarta.

Berman. (2016). Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusi. Bogor: In Media.
Bestari, A. D. ( 2019). Perbandingan Efektivitas Pijat Oksitosin dengan Teknik
Marmet Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja
Puskesmas Purwosari Metro Utara.
Bobak.(2016). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : ECG.
Cintha, G. L. (2016). Analisis Pelaksanaan Identifikasi Pasien Dalam Rangka
Keselamatan Pasien Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Sakit Umum Daerah
Kota Bekasi, Jurnal Kesehatan Masyarakat.

65
66

Dewi, R., & Purwaningsih, E. (2017). Pelaksanaan Cuci Tangan Oleh Perawat
Sebelum dan Sesudah Melakukan Tindakan Keperawatan. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Sai Betik 9(1), 103-108.
Dahlan, A. K. (2017). Pengaruh Teknik Marmet Terhadap Kelancaran ASI Pada
Ibu Menyusui. Voice Of Midwifery, 8.
Diyah Indriyani, Asmuji & Sri Wahyuni. (2016). Edukasi Postnatal Dengan
PendekatanFamily Centered Maternity Care (FCMC). Yogyakarta

Eka P, Kurnia (2016). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Trans Info
Media.
Elisabeth. (2016). Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Elon, Y. (2017). Tekanan Darah Berdasarkan Posisi Flat On Bed, Semifowler dan
Fowler pada Variasi Kelompok Usia. Jurnal Skolastik Keperawatan 3(2),
124-131.
Esti, H., & Wahyu, P., (2016). Asuhan Holisyik Masa Nifas Dan Menyusui. Trans
Medika. Yogyakarta.
Evariny. (2016). Agar Asi Lancar Diawal Menyusui. jakarta: EGC.
Fauzia, N., Ansyori, A., & Hariyanto, T. (2016). Kepatuhan Standar Operasional
Prosedur Hand Hygiene pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit.
Jurnal Kesehatan Brawijaya, 95-98.
Firdayanti, P. (2020). Pengaruh Kombinasi Rolling Massage Dan Areola
Massage Terhadap Pengeluaran Asi Pada Ibu Post Partum (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari).
Hamidah, K., & Isnaeni, Y. (2016). Pengaruh Teknik Marmet Terhadap Produksi
ASI Pada Ibu Postpartum Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Gamping. Doctor dissertation, Universitas Aisyiyah Yogyakarta, 3.
Haryono, & Setianingsih. (2018). Target Pencapaian ASI. Jakarta: ECG.
Hernawati, S. (2017). Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kesehatan. Jawa
Timur: Forum Ilmiah Kesehatan.
Hidayat. (2016). Buku Ajar Makanan Dan Nutrisi Bayi. Edisi 2
Hidayati, L. N. (2016). Pengaruh Demonstrasi Massage Payudara Terhadap
Praktik Massage Payudara Pada Ibu Postpartum Di Puskesmas
Padamara (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto).
Jati, B. M. (2020). Pengantar Fisika Kedokteran. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
67

Karima, K., & Isneani, Y. (2016). Gizi Ibu Dan Bayi. Depok: Grafinda Persada.
Karjatin, A. (2016). Keperawatan Maternitas. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia
2016

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kentjonowaty, 2016. ASI danPanduan Ibu Menyusui.Yogyakarta: Nuha Medika.
Khusul, H., & Yuli, I. (2019). Pengaruh Teknik Marmet Terhadap Produksi ASI
Pada Ibu Postpartum Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping.
Kirana. (2015). Hubungan Tingkat Kecamasan Postpartum Dengan Kejadian
Postpartum Blues Di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Jurnal Keperawatan ,
03.
Kusumo, M. P. (2017). Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap
Kepuasan Pasien di Rawat Jalan RSUD Jogja. Jurnal Medicoeticolegal
dan Manajemen Rumah Sakit, 6(1), 72-81.

Kyle, & Carman. (2015). Panduan Konseling Menyusui. Pustaka Bunda, Grup
Puspa Swara. Jakarta.

Laverentz, & Kumm. (2017). Concept Evaluation Using the PDSA Cycle for
Continuous Quality Improvement‟, NCBI.
Maria Pollard. (2016). ASI Asuhan Berbasis Bukti. Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Marmi. (2016). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Marlina, & Syarifah. (2020) : Pengaruh Teknik Marmet Terhadap Kelancaran Air
Susu Ibu Dan Kenaikan Berat Badan Bayi. Kesmas : National Public
Health Jurnal, 4.
Maryunani, A., (2019). Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif Dan Manajemn
Laktasi. Jakarta: Trans Info Medika
Mas'aad. (2016). Teknik Meningkatkan Memperlancar Produksi Asi Pada Ibu
Post Sectio Caesaria. Jurnal Keperawatan, 03.
68

Misna, R., Sartika, D., & Saragi, R. L. L. (2020). Pengaruh Teknik Marmet
terhadap Kelancaran Air Susu Ibu di Desa Nag. Pematang Simalungun
Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. Jurnal Bidan Komunitas, 3(1),
1-8.
Mufdillah, (2017). Pemberdayaan Ibu Menyusui Pada Program ASI Eksklusif.
Jakarta:ECG.
Nasir, F. A. (2020). Studi Kasus Penerapan Teknik Marmet Pada Ibu Nifas Untuk
Kelancaran Proses Pengeluaran Asi Di Pmb Santi Y Desma.
Nazir. (2016). Metode Penelitian . Bogor: Ghalia Indonesia.
Norlita, W & Siwi, T (2017). Pengaruh Pemberian Teknik Marmet Terhadap
Produksi Asi Pada Ibu Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukorame Kota Kendiri. Jurnal Penelitian .
Ningtyas , F. W. (2020). Panduan Literature Review Untuk Sripsi. Jember:
Universitas Jember.
Ningrum, A. (2017). Pengaruh Pemberian Teknik Marmet Terhadap Produksi
ASI Pada Ibu Postpartum Di Bpm Wilayah Kerja Puskesmas Sukorame
Kota Kendiri.Jurnal Penelitian.
Notoatmodjo, S. (2017). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Nugrogo, T., 2018. ASI Dan Tumor Payudara. Yogyakart: Nuha Medika
Nurliana, Andi Kasrida. (2016). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Malang
Nuraningsih, W (2016). Efektifitas Pijat Marmet Dengan Pijat Woolwich
Terhadap Kecukupan ASI Bayi Pada Ibu Postpartum Di Bpm Hj.
Nawangsih Semarang. Karya Ilmiyah.

Nurdiansyah, N. (2016). Buku Pintar Ibu dan Bayi. Jakarta: Bukune.


Nurhaliza, S. (2015). Pentingnya Dokumentasi dalam Proses Keperawatan.
https://doi.org/10.31219/osf.io/mur3p.
Nurrizka, R. H. (2019). Kesehatan Ibu Dan Anak Dalam Upaya Kesehatan
Masyarakat Konsep Dan Aplikasi. Depok: Pt Raja Grafindo Persada.
Olfah, Y. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Dokumentasi
Keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Pieter, H. Z. (2017). Dasar - Dasar Komunikasi Bagi Perawat. jakarta : kencana.
Purnama, S. G. (2016). Modul Etika dan Hukum Kesehatan. Bali: Universitas
Udayana.
Purwanti.(2018). Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Bandung : Cendekia.
69

Puspita, L., Umar, M. Y., & Wardani, P. K. (2019). Pengaruh Teknik Marmet
Terhadap Kelancaran Asi Pada Ibu Post Partum. Wellness And Healthy
Magazine, 1(1), 87-92.
Rizki, N. (2016). ASI Dan Panduan Ibu Menyusui.. Yogyakarta: Nuha Medika.
Riskani. (2016). Buku ajar ASI Dan Panduan Ibu Menyusui.. Yogyakarta: In
Medika.
Riwidigdo,H., (2018). Statistik Kesehatan, Mitra Cendikia Press, Yogyakarta.
Roesli, U., & Yohwi E (2017). Manajemen Laktesi. Jakarta: IDAI
Rohan, H. H., & Herdyana , E. (2017). Kesehatan Reproduksi. Jawa Timur:
Kelompok Intrans Publishing.
Rukiyah, Y. A., & Yulianti, L. (2018). Asuhan Kebidanan Pada Masa Ibu Nifas.
Jakarta: Trans Info Media.
Ramainah, S. (2017). Asi dan Menyusui. Jakarta: Buana Ilmu Populer.
Saleha, S. (2016). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika.
Sari, W. A. (2017). Pengaruh Perawatan Payudara Dengan Teknik Massage
Rolling Pada Ibu Hamil Trimester III Terhadap kelancaran Pengeluaran
ASI Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Pontianak
Barat. Jurnal ProNers, 3(1).
Sari, EN. (2018). Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusi. Yogyakarta : In
Media

Sari, E. N., & Khatimah, S. (2018). Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusi.
Bogor: In Media.
Sekar, R. A. (2017). Peran Perawat Terhadap Ketepatan Waktu Tanggap
Penanganan Kasus Cedera Kepala Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Skripsi, 28-30.
Setiawandari. (2016). Metode Teknik Marmet. Penerbit: Soetomo Putra. Bandung.
Suherni, E. E. (2016). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Anggota Ikapi.
Suryani, E. (2016). Efektivitas Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Arus Puncak Respirasi (APE) pada Pasien Tuberculosis Paru.
Doctoral Dissertation Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Suwanti, I., & Cahyono, E. A. (2020). Efektivitas Teknik Marmet Terhadap
Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi. Jurnal Keperawatan
dan Kebidanan, 12(1), 9-9.
Siwi, E. W., & Puwoastuti, E. (2017). Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan
Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
70

Soetijiningsih. (2017). Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan.. Jakarta: ECG.


Subekti, R., & Faidah, D. A. (2019). Pengaruh Kombinasi Teknik Marmet Dan
Breastcare Untuk Memperlancar Pengeluaran Asi Ibu Postpartum Normal.
Jurnal Ilmiah Medsains, 5(1), 22-30.
Sugiyono. (2015). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Suryanarayana. & Mistry, (2016). Penulis Literature Review Dan Systematic
Revuew Pada Pendidikan Kesehatan (Contoh). Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga
Sulystyawati. (2016). Asuhan Keperawatan Postpartum. Yogyakarta : CV Andi
Offset.
Susanto, A. V. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta :
Pustaka Baru Press.

UNICEF Indonesia. ASI adalah Penyelamat Hidup Paling Murah dan Efektif di
Dunia. Dalam; UNICEf Indonesia. 2017.
Wahyuningsih. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Jakrata:
Kementerian Kesehatan RI.
Walyani , E. S., Purwoastuti, & Endang. (2017). Asuhan Kebidanan Masa Nifas
Dan Menyusui. Yogyakarta: Puataka Baru Press.
Wati, S. E. (2016). 9 Perbedaan Status Gizi Bayi Yang Diberi Asi Eksklusif
Dengan Tidak Asi Eksklusif Di Puskesmas Tarokan Kabupaten Kediri.
Judika (Jurnal Nusantara Medika), 1(1), 69-78.
Widiasih, S (2016). Asuhan Keperawatan PostPartum. Yogyakarta: Cv Budi
Utama.
Widiastuti, A. A., & Rachmawati, W. R. (2016). Pengaruh Teknik Marmet
Terhadap Kelancaran Air Susu Ibu Dan Kenaikan Berat Badan Bayi.
Kesmas : National Public Health Jurnal, 4.
World Healty Organization WHO. (2017) Maternal mortality.
World Healty Organization (WHO) Exclusive Breastfeeding For Optimal Growth,
Development And Health Of Infants. In :WHO. 2020
Wong. (2016). Panduan Dan Konsep Dasar Bayi. Bumi Aksara. Jakarta
Yefi N, Nyna P. (2017). Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui. Jakarta;
Salemba Medika.
Yuliana, I. (2016). Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Perawatan
Payudara Di BPS Ayanti Gemolong Sragen. KTI. STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1
LEMBAR WAWANCARA
Identitas Responden
Kode Responden :
Nama :
Umur :
Alamat :
1. Pendidikan Terakhir :
 Tidak Sekolah
 SD
 SMP
 SMA
 Perguruan Tinggi
2. Pekerjaan
 Ibu Rumah Tangga
 Wiraswasta
 PNS
 Lain - lain ….
3. Jumlah anak
 1
 2
 >3
4. Bagaimana pengeluaragan ASI pada ana pertama ? jika memiliki anak lebih
dari 1. Bila lancar nilanya =1. Bila tidak lancar, maka nilainya = 2
 Lancar
 Tidak Lancar
5. Berapa lama anda menyusui anak pertama anda?
 < 2 bulan
 3 bulan
 4 bulan
 5 bulan
 6 bulan
 > 6 bulan
6. Bagaimana pengeluaran ASI anda saat ini ? Bila lancar nilanya =1. Bila tidak
lancar, maka nilainya = 2
 Lancar
 Tindak lancar
7. Apakah anda mengkonsumsi obat tradisional untuk memperlancar ASI? Bila
Ya, nilanya =1. Bila tidak , maka nilainya = 2
 Ya,
 Tidak
8. Apakah anda pernah melakukan teknik marmet sebelumnya? Bila Ya, nilanya
=1. Bila tidak , maka nilainya = 2
 Ya,
 Tidak

Sumber : Widiaastuti A, Arifah S, dan Rachmawati W. (2016)


Lampiran 2

LEMBAR KUESIONER KELANCARAN ASI

Petunjuk pengisian :

1. Berilah tanda check list (√) untuk setiap pertanyaan dibawah ini.

2. Jawaban yang diberikan harus sesuai denagna pengelaman ibu saat

menyusui.

No Pertanyaan YA TIDAK

1. ASI yang banyak atau penuh


dapat merembes keluar
melalui putting susu.
2. Payudara ibu terasa tegang
sebelum disusukan.
3. Hisapan bayi tenang setelah
disusui.
4. Payudara ibu terasa lembek
dan kososng setelah
menyusui bayi.
5. Bayi tenang setelah disusui.

6. Bayi akan tertidur selama 3-4


jam setelah disusui
7. Bayi buang air kecil.

8. Urin berwarna kuning cerah

9. Bayi buang air besar satu kali


dalam sehari
10. Kotoran bayi berwarna
kuning
Jumlah
Sumber : Astuti Yuli, R & Marni (2017)

Total nilai score :

<3 = Produksi ASI tidak lancar

>3 = Produksi ASI lancar


Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI PENGELUARAN ASI
MENGGUNAKAN TEKNIK MARMET
Nama Responden:

Usia:

Jenis Kelamin:

Pengeluaran ASI sebelum diberikan penerapan teknik marmet (pretest)


No Uraian Skor
1. Asi keluar tanpa memencet payudara
2. Payudara terasa penuh atau tegang sebelum
menyusui
4. ASI segera keluar setelah bayi memulai
menyusui
5. ASI masih keluar setelah menyusui
Jumlah

Pengeluaran ASI setelah diberikan penerapan teknik marmet (posttest)


No Uraian Skor
1. Asi keluar tanpa memencet payudara
2. Payudara terasa penuh atau tegang sebelum
menyusui
4. ASI segera keluar setelah bayi memulai
menyusui
5. ASI masih keluar setelah menyusui
Jumlah
Keterangan nilai jawaban
0 = Tidak
1 = Ya
Total nilai score
≤2 = Pengeluaran ASI kurang
3≤4 = Pengeluaran ASI cukup
≥5 = Pengeluaran ASI banyak
Sumber : Ratih subekti & dwi atin faidah (2019)
Lampiran 4
BAGAN PENGEMBANGAN PROTOKOL TEKNIK MARMET

Menyampaikan salam

Identitas pasien

Menjelaskan tujuan
intervensi
Membersihkan
kedua puting
Melakukan imformed
consent
Mulai memijat atau
message payudara
Mencuci tangan

Catat ke lembar Mencatat kelancaran Posisikan ibu sekitar


observasi produksi ASI (pretest) 2,5–3,8 cm di
belakang puting susu
membentuk huruf C
Memberikan posisi
nyaman
Buatlah gerakan
menggulung dengan
Mempersiapkan alat dan arah ibu jari dan jari jari
melakukan intervensi kedepan untuk
memerah ASI
Catat ke lembar
Melakukan kelancaran
observasi Dilakukan setiap dua
produksi ASI (posttest)
kali/hari masing – masing
selama 20 -30 menit.
Melakukan
dokumentasi
Simpan ASI dalam botol,
tutup rapat botolnya, dan
masukkan dalam lemari es
Lampiran 5
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK MARMET
PENGERTIAN Teknik marmet merupakan kombinasi antara cara
memerahkan ASI dan memijat payudara sehingga
reflek keluarnya ASI dapat keluar.

TUJUAN Teknik marmet ini dapat mengoptimalkan reflek


keluarnya ASI

INDIKASI Ibu postpartum, ibu menyusui

PETUGAS Perawat

PROSEDUR A. Tahap Pra Interaksi


1. Melakukan verifikasi program
PELAKSANAAN
terapi/mengingatkan klien tentang terapi
yang akan dilakukan dimana sebelumnya
sudah ada inform consent dengan klien.
2. Mempersiapkan alat
3. Mencuci tangan
B. Tahap orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan
terapeutik.
2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan tujuan dan langkah – langkah
prosedur tindakan pada pasien.
4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan
pasien sebelum kegiatan dilakukan.
C. Tahap Kerja
1. Memasang sampiran.
2. Melepas pakaian atas.
3. Membersihkan kedua putting dengan kapas
atau waslap.
4. Duduklah dengan posisi badan sedikit
maju ke depan agar gaya gravitasi
membantu ASI mengalir.
5. Memulailah memijat payudara atau
massase payudara dengan cara menepuk
menggunakan ujung jari, memutar
payudara menggunakan buku – buku jari,
serta melakukan gerakan sirkulasi /
melingkar.
6. Usap payudara dari dinding dada sampai
putting dengan usapan yang lembut.
7. Ayun / goyangkan payudara dengan
lembut sambil condong kedepan sehingga
gravitasi membantu pengeluaran ASI.
8. Letakkan ibu jari dan dua jari lainnya
(telunjuk dan jari tengah) sekitar 1 cm
hingga 1,5 cm dari areola, usahakan
mengkuti aturan tersebut sebagai
panduaan. Apabila ukuran dari areola tiap
wanita bervariasi dan tempatkan ibu jari di
atas areola pada posisi jam 12 dan jari
lainnya di posisi jam 6 atau menyerupai
huruf “C”. perhatikan bahwa jari – jari
tersebut terletak di atas gudang Air Susu
Ibu (ASI). Sehingga proses ASI optimal.
9. Hindari melingkari jari pada areola posisi
jari seharusnya tidak berada di jam 12 dan
jam 4.
10. Dorong kearah dada dan hindari
meregangkan jari.
11. Gulung menggunakan ibu jari dan jari
lainnya secara bersamaan.
12. Gerakan ibu jari dan jari lainnya hingga
menekan gudang ASI (terminal milk)
hingga kosong. Jika dilakukan dengan
cepat, maka ibu tidak akan kesakitan saat
memerah.
13. Ulangi secara teratur ( rhythmically)
hingga gudang Air Susu Ibu (ASI) kosong.
14. Posisikan jari secara tepat, push (dorong),
roll (gulung), posisikan jari secara tepat,
push ( dorong ), roll ( gulung).
15. Putar ibu ibu jari dan jari – jari lainnya ke
titik gudang ASI lainnya. Demikian juga
saat memerah payudara lainnya, gunakan
kedua tangan misalkan, saat memerah
payudara kiri gunakan tangan kiri, juga
saat memerah payudara kanan, gunakan
tangan kanan. Saat memerah Air Susu Ibu
( ASI ), jari – jari berputar seiring jarum
jam ataupun berlawanan agar semua
gudang ASI kosong. Pindahkan ibu jari
dan jatti lainnya pada posisi jam 6 dan jam
12, kemudian posisi jam 11 dan 5,
kemudian jam 2 dan jam 8, kemudian jam
3 dan jam 9.
16. Dilakukan setiap dua kali/hari masing –
masing selama 20 - 30 menit.
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan.
2. Beri reinforcement positif pada klien.
3. Berpamitan dengan pasien.
4. Mencuci tangan 6 langkah.
E. Dokumentasi
1. Catat respon klien dalam lembar observasi.
2. Photo saat intervensi berlangsung sebagai
bukti melakukan intervensi.

Sumber : Astutik (2016)


Lampiran 6
UJI HASIL PLAGIARISME
Lampiran 7

LEMBAR HADIR OPPONENT

NAMA : DHANIA SHAFFA

NRM : 18015

NO Hari/Tanggal Nama Judul dan Keterangan Ttd Kdp


Mahasiswa
Sidang

1. Senin,16 Weni yuanita Pengembangan standar


agustus 2021 operasional prosedur
(SOP) spiritual
emotional freedom
technique ( SEFT)
terhadap upaya
penurunan tekanan
darah pada penderita
hipertensi.

2. 3 september Alma fitri Pengembangan


2021 agustin protokol pemberian
terapi tepid water
sponge untuk
menurunkan suhu
tubuh pada anak balita
yang mengalami kejang
demam.

3. 3 september Dewi astuti SOP pemberian aroma


2021 jars terhadap asupan
nutrisi pada anak
prasekolah saat
hospitalisasi.
4. 10 september Bunga dewi Pengembangan standar
2021 astuti operasional prosedur
(SOP) fisioterapi dada
dan terapi inhalasi
terhadap bersihan jalan
napas pada anak usia
prasekola yang
mengalami ispa.
Lampiran 8

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA


AKREDITASI BAN-PT
SK No.103/SK/BAN-PT/Ak-XII/Dpl-III/IV/2013

LEMBAR KONSUL

Nama : Dhania Shaffa


Nirm : 18015
Judul Makalah : Pengembangan Protokol Teknik Marmet Terhadap
Kelancaraan Produksi ASI Pada Ibu Postpartum primipara

No URAIAN TTD PEM.


Materi perbaikan/saran
1 Pembahasan Judul proposal harus lebih spesifik,
mengenai pengajuan penulisan harus sesusi dengan buku
judul KTI panduan KTI, cari jurnal sesui dengan
judul proposal, cari sop dan instrument
sesuai judul proposal.

2 Membahas penulisan Pembenaran pada judul proposal ( analisis


BAB 1 menjadi protokol).
Memperbaiki pada latar belakang, latar
belakang, latar belakan disesuaikan
membentuk kalimat yang nyambung ke
paragraph selanjutnya. Pemberian masukan
pada rumusan masalah dan manfaat
penelitiaan, penambahan kalimat pada
saran pada manfaat penelitian.
3 Membahas penulisan Penambahan materi di BAB 2, perhatikan
BAB 2 lagi kata – kata yang typo, penambahan
definisi di kerangka konsep. Penambahan
materi di konsep maternitas.
No URAIAN TTD PEM.
Materi perbaikan/saran
4 Membahas Penambahan kalimat di plan,do, study and
penulisan BAB 3 act, perhatikan lagi kata – kata yang typo

5 Membahas Menambahkan instrument / alat ukur


mengenangi alat produksi ASI yang lebih jelas.
ukur priduksi ASI

6 Membahas Meemperbaiki penulisan dan melengkapi


perbaikan daftar pustaka.
keseluruhan

7 Revisi BAB 1,2,3 Memperbaiki BAB 1,2,3 saran dari


penguji.

8 Membahas BAB 4 Menambahkan pembahasan


dan 5 dipengembangan, masukan 5 jurnal,
menambahan lampiran SOP.
Dipengembahan masukan sumber minimal
3.
9 lampiran Lampiran tidak usah pakai halaman
Lampiran 9
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

Nama : Dhania Shaffa

NIRM : 18015

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 31 juli 2000

Agama : Islam

Suku Bangsa : Sunda

Alamat Rumah : Kp. Lemah duhur, 03/08, Ds. Pasir jaya, Kec.

Cigombong, Kab. Bogor

Email : dhaniashaffa21@gmail.com

No Hp : 081511059541
Lampiran 10

Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

Pengajuan

Judul

Menyusun

BAB I

Menyusun
BAB II

Menyusun
BAB III
Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

Seminar
Proposal

Revisi
Proposal
Penulusuran
Jurnal –
Jurnal
Penyusunan
BAB IV & V
Sidang Hasil

Revisi KTI

Anda mungkin juga menyukai