Anda di halaman 1dari 77

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

FISIOTERAPI DADA DAN TERAPI INHALASI TERHADAP


BERSIHAN JALAN NAPAS PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH YANG MENGALAMI ISPA

KARYA TULIS ILMIAH

BUNGA DEWI ASTUTI


NIRM: 18059

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA


JAKARTA
2021
PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
FISIOTERAPI DADA DAN TERAPI INHALASI TERHADAP
BERSIHAN JALAN NAPAS PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH YANG MENGALAMI ISPA

KARYA TULIS ILMIAH


Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahlimadya Keperawatan
Program Diploma Tiga Keperawatan

Diajukan Oleh:

BUNGA DEWI ASTUTI


NIRM: 18059

PROGRAM DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA
2021
KARYA TULIS ILMIAH

Judul

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

FISIOTERAPI DADA DAN TERAPI INHALASI TERHADAP BERSIHAN

JALAN NAPAS PADA ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI

ISPA

Dipersiapkan dan disusun oleh:

BUNGA DEWI ASTUTI

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 3 Agustus 2021

DEWAN PENGUJI

Pembimbing Utama : Ns. Susiana Jansen, M.Kep.,Sp.Kep.An ( )

Ketua Dewan Penguji : Ns. Putri Permata Sari, M.Kep ( )

Penguji Anggota I : Ns. Elfira Awalia R, M.Kep., Sp.Kep.An ( )

i
LEMBAR PERNYATAAN PLAGIARISME

Saya yang bertanggung jawab di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan

bahwa karya tulis ilmiah ini, saya susun tanpa tindak plagiarisme sesuai dengan

peraturan yang berlaku di Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya

akan bertangguang jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh

Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

Jakarta, 3 Agustus 2021


Pembuat pernyataan

Bunga Dewi Astuti

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini dengan judul “Pengembangan Standar Operasional Prosedur

(SOP) Fisioterapi Dada dan Terapi Inhalasi Terhadap Bersihan Jalan Napas pada

Anak Usia Prasekolah yang Mengalami ISPA.” Rangkaian penyusunan laporan

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat yanag harus dipenuhi untuk

mencapai gelar Ahlimadya Keperawatan di Akademi Keperawatan PELNI

Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan karya Karya

Tulis Ilmiah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada

Bapak/Ibu/Saudara yang penulis hormati yaitu:

1. Bapak Ahmad Samdani, SKM.,MPH, Ketua YAYASAN SAMUDRA APTA.

2. Ibu Buntar Handayani, SKp.,M.Kep.,MM, Direktur Akademi Keperawatan

PELNI Jakarta.

3. Ns. Sri Atun Wahyuningsih, M.Kep.,Sp.Kep.J, Ketua Program Studi Diploma

Tiga Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

4. Ns. Susiana Jansen, M.Kep.,Sp.Kep.An, Dosen pembimbing Karya Tulis

Ilmiah Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

5. Ns. Putri Permata Sari, M.Kep, Selaku Ketua Dewan Penguji Karya Tulis

Ilmiah

iii
6. Ns. Elfira Awalia Rahmawati, M.Kep.,Sp.Kep.An, Dosen penguji anggota I

Karya Tulis Ilmiah Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

7. Semua dosen dan staff Akademi Keperawatan PELNI Jakarta yang telah

memberikan bimbingan dan wawasannya dengan sabar serta ilmu yang

bermanfaat.

8. Kedua orang tua, Bapak Edi Muchdi Budi, Mama Mulyati serta Teteh Puput

Puspitasari terima kasih atas seluruh kasih sayang, semangat, do’a, dan materi

yang telah kalian berikan.

9. Teman-teman mahasiswa/i Akademi Keperawatan PELNI Jakarta Angkatan

XXIII dan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan.

10. Last, but not least, I wanna thanks me, for believing in me, for doing all this

hard work, for having no days off, for never quitting, for just being me at all

time.

Penulis menyadari bahawa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih

banyak kekurangan, masukan dan saran diharapkan dari semua pihak. Semoga

Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu keperawatan.

Jakarta, 3 Agustus 2021

Bunga Dewi Astuti

iv
ABSTRAK

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan radang akut saluran


pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh bakteri, virus, tanpa atau
disertai parenkim paru. Anak yang mengalami ISPA akan mengalami sesak napas,
hidung tersumbat, produksi sekret meningkat dan mengakibatkan ketidakefektifan
bersihan jalan napas. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan bersihan jalan napas yaitu dengan fisioterapi dada dan terapi
inhalasi. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui SOP pengaruh fisioterapi
dada dan terapi inalasi terhadap bersihan jalan napas pada anak usia prasekolah
yang mengalami ISPA. Metode penulisan ini menggunakan literature review,
dengan jumlah lima literature review yang terkait dengan SOP fisioterapi dada
dan terapi inhalasi. Hasil yang didapatkan setelah melakukan literature review
yaitu fisioterapi dada dan terapi inhalasi dapat mengatasi masalah ketidakefektifan
bersihan jalan napas pada anak usia prasekolah yang mengalami ISPA.
Kesimpulan dari hasil literature review SOP fisioterapi dada dan terapi inhalasi
terhadap bersihan jalan napas pada anak usia prasekolah yang mengalami ISPA
yaitu dapat memberikan gambaran yang diperkuat dengan teori dan jurnal lain
dalam penerapan SOP fisioterapi dan terapi inhalasi.

Kata kunci: Bersihan Jalan Napas; Fisioterapi Dada; Infeksi Saluran


Pernapasan Akut; Prasekolah; Terapi Inhalasi

v
ABSTRACT

Acute Respiratory Infection (ARI) is an acute inflammation of the upper and lower
respiratory tract caused by bacteria, viruses, without or with lung parenchyma.
Children who have ARI will experience shortness of breath, nasal congestion,
increased production of secretions and result in ineffective airway clearance. One
of the interventions that can be done to improve airway clearance is chest
physiotherapy and inhalation therapy. The purpose of this paper is to determine
the standard operating procedure of the effect of chest physiotherapy and
inhalation therapy on airway clearance in preschool-aged children with ARI. This
writing method uses a literature review, with a total of five literature reviews
related to standard operating procedures for chest physiotherapy and inhalation
therapy. The results obtained after conducting a literature review, namely chest
physiotherapy and inhalation therapy can overcome the problem of ineffective
airway clearance in preschool-aged children with ARI. The conclusion from the
results of the literature review of standard operating procedures for chest
physiotherapy and inhalation therapy on airway clearance in preschool-aged
children experiencing ARI is that it can provide a picture that is strengthened by
theories and other journals in the application of standard operating procedures
for physiotherapy and inhalation therapy.

Keyword: Acute respiratory Infections (ARI); Airway Clearance; Chest


Physiotherapy; Inhalation Therapy; Preschool

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN PLAGIARISME .................................................... ii


KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 6
1. Konsep Anak ............................................................................................ 6
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.................................................... 6
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak ................................................................................................................. 9
4. ISPA ....................................................................................................... 10
5. Fisioterapi dada ...................................................................................... 15
6. Terapi inhalasi ........................................................................................ 18
7. Peran perawat anak ................................................................................. 19
8. Alat Ukur ................................................................................................ 21
B. Kerangka Konsep ....................................................................................... 22
BAB III METODE PENULISAN ...................................................................... 23
A. Metodelogi ................................................................................................. 23
B. Plan, Do, Study and Act (PDSA) ............................................................... 23
1. Plan ........................................................................................................ 23
2. Do ........................................................................................................... 24
3. Study ....................................................................................................... 24
4. Act ........................................................................................................... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 26
A. Hasil ........................................................................................................... 26
B. Pembahasan ................................................................................................ 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 39
A. Kesimpulan ................................................................................................ 39
B. Saran ........................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 41

vii
DAFTAR TABEL

Tabel2.1 Klasifikasi ISPA…………………………………………………13

Tabel4.1 Hasil Penelusuran Literature Review. …………………………...26

Tabel4.2 SOP Fisioterapi Dada Dan Terapi Inhalasi Terhadap Bersihan Jalan
Napas……………………………………………..……………………..…31

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar2.1 Postural drainage ...................................................................... 16


Gambar2.2 Perkusi dada .............................................................................. 17
Gambar2.3 Vibrasi ....................................................................................... 18
Gambar2.4 Kerangka Konsep ...................................................................... 22

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Uji Plagiat........................................................................ 53


Lampiran 2 Kuisioner .................................................................................. 54
Lampiran 3 Lembar Observasi ..................................................................... 56
Lampiran 4 Bagan SOP Fisioterapi Dada dan Terapi Inhalasi .................... 57
Lampiran 5 Lembar Konsultasi.................................................................... 58
Lampiran 6 Lembar Hadir Opponent ........................................................... 60
Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup ............................................................... 62
Lampiran 8 Jadwal Penyusunan KTI ........................................................... 63

x
DAFTAR SINGKATAN

WHO = World Health Organization

ISPA = Infeksi Saluran Pernapasan Akut

ISPaA = Infeksi Saluran Pernapasan atas Akut

ISPbA = Infeksi Saluran Pernapasan bawah Akut

FCC = Family Centered Care

SOP = Standar Operasional Prosedur

Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar

ASI = Air Susu Ibu

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) tahun 2020 menyebutkan bahwa

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang

penting karena menjadi penyebab utama kematian di Negara berkembang.

Hampir 4 juta orang meninggal karena ISPA setiap tahun, di mana sekitar

98% kematian tersebut disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan bawah.

Tingkat kematian sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang tua di negara

rendah dan berkembang. Penderita ISPA pada anak yaitu sekitar 59.417 dan

diperkirakan di Negara berkembang sekitar 40-80 kali lebih tinggi dari Negara

maju (Aprilia, Yahya, & Ririn, 2019). Prevalensi ISPA menurut Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 pada anak balita di provinsi DKI

Jakarta yaitu 10,97%-15,81%. Pada daerah Jakarta Barat prevalensi ISPA

pada balita yaitu sekitar 9,90%-18,48% dan prevalensi ISPA di DKI Jakarta

berdasarkan usia 36-47 bulan yaitu 18,33% sedangkan usia 48-59 bulan yaitu

15,99% (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Anak yang mengalami ISPA akan mengakibatkan gangguan nafsu

makan akibat nyeri tenggorokan dan kesulitan menelan, dan adanya penerapan

zat-zat gizi sehingga anak bersesiko tinggi untuk kekeurangan pasokan gizi

yang akan mengakibatkan kurang gizi. Dalam keadaan kurang gizi anak akan

mengalami ISPA berat dan bahkan serangannya lebih lama dan bisa

mengakibatkan kematian pada anak. Anak juga cenderung menjadi lemas dan

1
2

rewel, keadaan ini membuat anak terhalang untuk melakukan aktivitasnya,

sehingga waktu untuk bermain dan belajar menjadi sangat berkurang (Sunarni,

Litasari, & Deis, 2017). Sesak napas dan hidung tersumbat juga dapat

mempengaruhi kualitus tidur anak, sehingga dapat berdampak pada tumbuh

kembang anak. ISPA yang tidak segera ditangani akan berpengaruh terhadap

tumbuh kembang anak sehingga dapat berdampak pada pertumbuhan fisik

serta tidak optimalnya perkembangan dan kecerdasan anak (Hadiana, 2013).

Peran perawat yang bisa diterapkan dalam mengembangkan Standar

Operasional Prosedur (SOP) fisioterapi dada dan terapi inhalasi terhadap

bersihan jalan napas pada anak usia prasekolah yang mengalami ISPA adalah

pemberi pelayanan keperawatan secara langsung, penemu kasus, pendidik,

advokat, konselor, dan role model (Fauzi, Nuraeni & Solechan, 2014). Salah

satu cara penanganan pada anak yang mengalami ISPA yaitu dengan

fisioterapi dada dan terapi inhalasi. Fisioterapi dada sangat berguna bagi

penderita penyakit pernapasan baik yang bersifat akut maupun kronis.

Fisioterapi dada merupakan salah satu fisioterapi yang menggunakan teknik

postural drainage, vibrasi dan perkusi dada (Hidayatin, 2019). Mekanisme

fisioterapi dada yaitu postural drainage untuk mempercepat pengeluaran

sputum yang dilakukan dengan cara gaya gravitasi, vibrasi untuk

menggerakkan sputum, dan perkusi dada untuk merubah konsistensi dan

lokasi sputum (Fauzi, Nuraeni & Slechan, 2014). Terapi inalasi merupakan

pemberian obat yang dilakukan secara hirupan atau inhalasi dalam bentuk

aerosol kedalam saluran napas (Djaharudin et.al, 2017).


3

Menurut penelitian Aryayuni dan Siregar tahun 2015 menunjukkan

hasil bahwa ada perbedaan yang bermakna antara pengeluaran sputum

sebelum dan sesudah dilakukan fisioterapi dada pada anak dengan gangguan

pernapasan di Poli Anak RSUD Kota Depok. Menurut penelitian Pratama

tahun 2019 menunjukkan hasil bahwa tindakan yang telah dilakukan inalasi

uap dengan menggunakan minyak kayu putih efektif untuk meningkatkan pola

nafas dengan hasil frekuensi pernafasan dalam batas normal, kedalaman nafas

dalam batas normal, mampu mengeluarkan secret, tidak ada suara tambahan.

Penelitian Ningrum tahun 2019 menunjukkan hasil bahwa pemberian

terapi inalasi sederhana dengan daun mint serta digabungkan dengan

fisioterapi dada pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan

napas sangat efektif dalam mengendalikan otot-otot pernapasan sehingga

batuk menjadi reda, frekuensi batuk dapat berkurang dan sekret dapat keluar

sedikit demi sedikit. Penelitian Iskandar, Utami dan Anggraini tahun 2019

menunjukkan hasil bahwa inhalasi sederhana menggunakan minyak kayu

putih dan postural drainase dapat membantu mengatasi masalah

ketidakefektifan bersihan jalan napas pada balita dengan infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA).

Berdasarkan uraian diatas, melihat tingginya angka kejadian, dampak

yang besar dan menjadi penyebab utama kematian pada anak di negara

berkembang kemudian didukung dari berbagai jurnal maka penulis tertarik

untuk mengembangkan SOP fisioterapi dada dan terapi inhalasi terhadap

bersihan jalan napas pada anak usia prasekolah yang mengalami ISPA.
4

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penulisan ini adalah ”Pentingnya prosedur

yang tepat dalam melakukan asuhan keperawatan fisioterapi dada dan terapi

inhalasi pada anak usia prasekolah yang mengalami ISPA.”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh SOP fisioterapi dada dan terapi

inalasi terhadap bersihan jalan napas pada anak usia prasekolah yang

mengalami ISPA.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengembangkan SOP pengaruh fisioterapi dada dan terapi

inhalasi pada anak usia prasekolah yang mengalami ISPA

b. Untuk memberikan gambaran SOP fisioterapi dada dan terapi

inhalasi pada anak usia prasekolah yang mengalami ISPA.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Masyarakat

SOP fisioterapi dada dan terapi inhalasi dapat diaplikasikan dalam

bentuk Family Cantered Care (FCC).

2. Bagi Perkembangan Ilmu Teknologi Keperawatan

a. Diharapkan dapat menjadi panduan dalam memberikan fisioterapi

dada dan terapi inhalasi.

b. Diharapkan dapat menjadi referensi bagi pelaksanaan penulisan

bidang keperawatan tentang fisioterapi dadda dan terapi inhalasi pada


5

anak usia prasekolah yang mengalami ISPA pada masa yang akan

datang dalam rangka peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi

keperawatan.

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan SOP fisioterapi dada dan terapi inhalasi dapat

diterapkan oleh perawat dalam menangani masalah ISPA.

4. Bagi Penulis

Diharapkan penulis mendapat pengalaman dalam mengembangkan

SOP fisioterapi dada dan terapi inhalasi pada anak usia prasekolah yang

mengalami ISPA.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Anak

Anak merupakan seseorang yang usianya kurang dari 18 tahun

dalam masa tumbuh kembang, dengan kebutuhan khusus yaitu kebutuhan

fisik, psikologis, sosial dan spiritual (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Anak adalah seseorang yang dihitung sejak dalam kandungan sampai usia

19 tahun (WHO, 2016). Anak merupakan aset bangsa dan generasi

penerus cita-cita perjuangan bangsa yang akan menentukan masa depan

bangsa dan negara kita (Departemen Kesehatan RI, 2014).

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

a. Perkembangan fisik

Anak usia prasekolah sedang belajar untuk melakukan aktivitas

buang air dengan bantuan orang dewasa, mengayun sepeda roda tiga,

makan sendiri, naik dan turun tangga, menendang bola, melompat

dengan satu kaki (Kyle & Carman, 2014).

b. Perkembangan psikososial

Tugas psikososial masa prasekolah adalah membina rasa

inisiatif versus bersalah, ingin tahu/penasaran, sangat antusias untuk

mempelajari hal-hal baru. Anak prasekolah merasa senang apabila

pencapaian berhasil dalam melakukan aktivitas (Kyle & Carman,

2014).

6
7

c. Perkembangan kognitif

Pada perkembangan ini ada tiga tahap yaitu tahap

praoperasional, pemikiran magis dan khayalan. Tahap praoperasional

yaitu anak yang bersifat egosentrik dan mampu mendekati masalah

dari satu sudut pandang. Pemikiran magis yakni pemikiran yang

memiliki kekuatan hebat sehingga ruangan dunianya untuk yang

aktual maupun nyata, hal ini normal dalam perkembangan anak.

Khayalan berperan sebagai cara kreatif bagi anak usia prasekolah

untuk mencontohkan aktivitas dan perilaku yang berbeda serta

memperaktikan keterampilan (Kyle & Carman, 2014).

d. Perkembangan moral dan spiritual

Anak prasekolah dapat menggambarkan perasaan orang tua atau

pengasuh mereka. Keyakinan agama keluarga dapat mempengaruhi

pola pikir anak, gaya disiplin dan bahkan bagaimana orang tua

memandang anak (Kyle & Carman, 2014).

e. Perkembangan keterampilan motorik

Perkembangan motorik pada anak prasekolah dibagi menjadi 2

yaitu, motorik kasar dan motorik halus. Keterampilan motorik kasar

yang diharapkan seperti menendang bola kedepan, menangkap bola

yang melambung, melempar bola diatas tangan, melompat pada satu

kaki, berdiri pada satu kaki sampai 5 detik, mengganti kaki dalam

menaiki dan menuruni tangga, melompat, jungkir balik, mengayun.

Keterampilan motorik halus yang diharapkan seperti menggunting


8

kertas, menyalin huruf capital, menjiplak sebuah silang atau wijak,

menggambar, menggambar lingkaran dan kotak, mengikat tali sepatu,

menyalin pola segitiga atau geometrik, dan bermain (Kyle & Carman,

2014).

f. Perkembangan sensori

Pendengaran, indra pencium dan perabaan terus berkembang

selama masa prasekolah (Kyle & Carman, 2014).

g. Perkembangan komunikasi dan bahasa

Pencapaian bahasa memungkinkan anak prasekolah

mengekspresikan pikiran dan kreativitas. Masa prasekolah yaitu waktu

penghalusan keterampilan bahasa, pada usia 3 tahun memperlihatkan

bicara telegrafik, menggunakan kalimat singkat yang mengandung

informasi esensial (Kyle & Carman, 2014).

h. Perkembangan emosional dan sosial

Anak prasekolah cenderung memiliki emosi yang kuat, mereka

dapat sangat senang, bahagia, dan gembira disatu waktu kemudian

kecewa diwaktu selanjutnya. Keterampilan ini terdiri dari kerja sama,

berbagi, kebaikan, kemurahan hati, menunjukkan afeksi, percakapan,

ekspresi perasaan, membantu orang lain dan bertemen (Kyle &

Carman, 2014).
9

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

Anak

Menurut Nurlaila, Cahyani dan Utami (2018) faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu:

a. Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil

akhir dari proses tumbuh kembang anak. Potensigenetik yang bermutu

dapat berinteraksi dengan lingkunagn secara psitif sehingga dapat

diperoleh hasil akhir yang optimal. Penyakit keturunan yang

disebabkan oleh kelainan kromosom seperti sindrom turner, sindrom

down, dan lain sebaginya.

b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi adala lingkungan

prenatal dan postnatal. Lingkungan prenatal meliputi gizi ibu saat

hamil, adanya toksin, stress, anoksia embrio, radiasi, imunitas, infeksi

dan lainnya.

c. Faktor biologis

Faktor ini meliputi ras (suku bangsa), umur, jenis kelamin, gizi,

perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, fungsi

metabolisme, penyakit kronis dan hormon.

d. Faktor fisik

Faktor fisik meliputi cuaca (musim, geografis, keadaan),

sanitasi, keadaan rumah, dan radiasi.


10

e. Faktor psikososial

Faktor ini meliputi stimulasi ganjaran atau hukuman yang

wajar, motivasi belajar, keluarga sebaya, stres, sekolah, cinta dan

kasih sayang, kualitas interaksi anak dengan orang tua.

f. Faktor keluarga dan adat istiadat

Faktor ini meliputi pekerjaan atau pendapatan keluarga,

pendidikan ayah dan ibu, jenis kelamin dalam keluarga, jumlah

saudara, kepribadian ayah dan ibu, adat istiadat, stabilitas rumah

tangga, norma, agama dan lain sebagainya.

4. ISPA

a. Definisi ISPA

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah salah satu

penyebab utama kematian pada balita didunia (Mahendrayasa, 2018).

ISPA merupakan radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah

yang disebabkan oleh bakteri, virus, tanpa atau disertai parenkim paru

(Putra & Wulandari, 2019). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

merupakan penyakit yang menyerang satu atau lebih dari saluran

pernafasan mulai dari hidung sampai alveoli beserta jaringan adneksa

lainnya seperti pleura, sinus-sinus, dan rongga telinga tengah

(Widiyanti, 2020).

b. Etiologi ISPA

ISPA adalah salah satu penyebab paling umum konsultasi atau

perawatan di fasilitas kesehatan terutama dalam layanan anak (WHO,


11

2020). Penyebab ISPA adalah virus dan bakteri. ISPA biasanya

disebabkan oleh serangan langsung ke saluran pernapasan bagian atas

melalui mata, hidung, dan mulut (Aprilia, Yahya, & Ririn, 2019).

Menurut Maulina (2013) virus utama penyebab ISPA adalah

Rhinovirus dan Coronavirus. Virus lain yang menjadi penyebab ISPA

yaitu Parainfluenza, Respiratory syncytial virus, dan Adenovirus.

Bakteri penyebab ISPA yaitu Diplococcus pneumonia, Pnemococcus,

Strepcoccus aureus, Haemophius Influenza dan lain sebagainya

(Sinuraya, 2017). Namun, sebagian besar penyebab utama disebabkan

oleh virus atau campuran infeksi virus-bakteri (WHO, 2020).

c. Faktor Resiko ISPA

Faktor resiko ISPA menurut Jansen et.al (2020) yaitu:

1) Ventilasi

2) Lokasi dapur

3) Kepadatan penduduk

4) Status ekonomi sosial

5) Status gizi

6) Status imunisasi

7) Usia, faktor resiko independen dan resiko tertular lebih rendah saat

usia dewasa

8) Bayi berusia kurang dari 23 bulan

Sedangkan menurut Sabri, Effendi dan Aini tahun 2019 faktor

yang mempengaruhi terjadinya ISPA adalah pengaruh pengetahuan,


12

pemberian ASI eksklusif, ventilasi dan kepadatan hunian terhadap

tingginya penyakit ISPA pada anak.

d. Patofisiologi

Penularan penyakit ISPA terjadi melalui udara yang telah

tercemar, sehingga memudahkan bibit penyakit untuk masuk kedalam

pernapasan, oleh karena itu penyakit ISPA ini termasuk kedalam

golongan Air Bone Disease. Sebagian besar penularannya melalui

udara, namun dapat pula ditularkan melalui kontak langsung (Masriadi,

2017).

Berikut adalah beberapa cara penularan ISPA menurut (Rosana, 2016):

1) Transisi droplet

Droplet dapat keluar saat bersin, batuk, dan berbicara.

Penularan dapat terjadi ketika droplet mengandung mikrorganisme

penyebab penyakit tersembur dalam jarak yang begitu dekat dan

mengenai muka, mulut, hidung, tenggorokan, atau faring.

2) Kontak langsung

Penularan bisa terjadi saat ada kontak langsung seperti

bersentuhan sehingga pathogen dapat berpindah ke tubuh.

e. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala ISPA menurut (Jansen et.al, 2020) yaitu:

1) Demam

2) Batuk

3) Nyeri tenggorokan
13

4) Flu

5) Pilek (coryza)

6) Sesak napas

7) Mengi

8) Kesulitan bernafas

f. Klasifikasi ISPA

Tabel 2.1 Klasifikasi ISPA


GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN
 Tarikan  Beri oksigen minimal 2-3
dinding liter/menit dengan
dada menggunakan nasal prong
Pneumonia
kedalam  Beri dosis pertama antibiotik
berat
 Saturasi yang sesuai
oksigen  Rujuk segera
<90%
 Beri amoksilin 2 kali sehari
setelah 3 hari atau 5 hari
 Beri pelega tenggorokan dan
pereda batuk yang aman
 Obati wheezing bila ada
Napas cepat Pneumonia
 Apabila batuk > 14 hari rujuk
untuk pemeriksaan lanjutan
 Nasehati kapan kembali
segera
 Kunjungan ulang 2 hari
 Beri pelega tenggorokan dan
pereda batuk yang aman
Tidak ada
 Obati wheezing bila ada
tanda-tanda
 Apabila batuk > 14 hari rujuk
pneumonia Batuk bukan
untuk pemeriksaan TB dan
berat pneumonia
sebab lain
maupun
 Nasihati kapan kembali segera
pneumonia
 Kunjungan ulang 2 hari jika
tidak ada perbaikan.
Sumber: (Kementerian Kesehatan RI, 2019)
14

g. Tanda dan bahaya

Tanda dan bahaya yang muncul menurut Masriroh (2016) yaitu:

1) Tidak dapat minum

2) Terjadinya serangan hebat

3) Kondisi ngantuk yang tidak normal

4) Gizi buruk hebat

5) Pernapasan 50 per menit atau lebih untuk bayi usia 2-12 bulan

6) Pernapasan 40 per menit atau lebih untuk anak-anak berusia 1-4

tahun

7) Berhenti menyusui

8) Mengeluarkan suara saat bernapas

9) Demam

10) Suhu badan rendah

h. Cara penanganan

1. Fisioterapi dada

Infeksi saluran pernapasan menimbulkan masalah kesehatan

diantaranya yaitu demam, batuk dan pilek. Demam dapat diatasi

dengan kompres hangat, batuk dan pilek dapat diatasi dengan obat-

obatan alami. Namun untuk batuk yang terdapat sputum pada anak

dapat diatasi dengan metode fisioterapi dada. Fisioterapi dada ini

akan diaplikasikan pada anak dengan melakukan tindakan secara

hati-hati dan perlahan karena kekuatan kerangka tulang dan organ

anak masih dalam masa pertumbuhan. Fisioterapi dada ini akan


15

dilakukan secara rutin 2 kali sehari, pagi hari untuk mengurangi

sekresi yang menumpuk pada malam hari dan dilakukan pada sore

hari untuk mengurangi batuk pada malam hari. Fisioterapi dada

dilakukan selama 3-5 menit dalam untuk satu posisi yaitu postural

drainage, perkusi, dan vibrasi (Melati, Nurhaeni, & Chodidjah,

2018).

2. Terapi Inhalasi

Teknik non-farmakologi yang dapat dilakukan yaitu

menggunakan inhalasi sederhana untuk mengurangi sesak,

pemberian inhalasi sederhana ini merupakan terapi komplementer

yang aman untuk mengatasi batuk, sesak napas, melonggarkan

skret, dan melancarkan pernapasan (Siswantoro, 2015).

5. Fisioterapi dada

Fisioterapi dada merupakan terapi tambahan yang penting dalam

pengobatan penyakit pernapasan pada anak-anak (Purnamiasi, 2020).

Fisioterapi dada adalah kelompok terapi non-farmakologis yang digunakan

dengan kombinasi untuk mobilisasi skret pulmonal (Yanwar, 2016).

Teknik fisioterapi dada yang digunakan yaitu postural drainage, perkusi

dan vibrasi (Ningrum, Widyastuti, & Enikmawati, 2019). Tujuan utama

dilakukan fisioterapi dada yaitu untuk mengurangi hambatan jalan nafas,

membersihkan obstruksi jalan nafas, meningkatkan pertukaran gas, dan

mengurangi kerja pernafasan (Hanafi & Arniyanti, 2020).

Berikut merupakan langkah-langkah dalam melakukan fisioterapi dada:


16

a. Postural drainase

Langkah-langkah dalam melakukan postural drainase (Rosyidin &

Kholid, 2013):

1) Pilih area yang terdapat sekret dengan stetoskop disemua segmen

paru

2) Dengarkan suara napas untuk menentukan lokasi penumpukan

sekret dengan menganjurkan klien untuk tarik napas dan

menghembuskan secara perlahan

3) Baringkan klien untuk mendrainase area yang tersumbat. Letakkan

bantal seabagi penyangga.

4) Minta klien untuk mempertahankan posisi selama 10-15 menit

Gambar 2.1 postural drainage


Sumber: (Astriana, 2014)
b. Langkah-langkah dalam melakukan perkusi dada (Ain, 2019):

1) Mencuci tangan.

2) Mendengarkan dengan stetoskop setiap lobus paru.


17

3) Menutup daerah dada atau punggung dengan kain popok/ handuk

untuk melindungi kulit.

4) Melakukan tepukan secara bersamaan pada dinding toraks anak

dengan berirama menggunakan telapak tangan yang dicembungkan

atau menggunakan perkusr dengan ukuran yang tepat, ditepuk

selama 1-2 menit.

5) Melakukan tepukan tangan tanpa menyebabkan rasa sakit pada

anak.

6) Mengobservasi tanda-tanda vital.

Gambar 2.2 perkusi dada


c. Langkah-langkah dalam melakukan vibrasi (Ain, 2019):

1) Melakukan vibrasi ada setiap daerah yang akan dilakukan perkusi

selama 1-2 menit.

2) Menyuruh anak untuk benapas panjang dan melakukan vibrasi

pada waktu fase exhalasi.

3) Melakukan vibrasi dengan tangan pada anak , dilakukan 6-7 kali

pernapasan pada setiap daerah.


18

Gambar 2.3 vibrasi


6. Terapi inhalasi

Terapi inhalasi adalah pemberian pengobatan secara langsung ke

dalam saluran pernafasan melalui penghirupan atau penghisapan

(Soegijanto, 2016). Terapi inalasi merupakan pemberian obat yang

dilakukan secara hirupan atau inhalasi dalam bentuk aerosol kedalam

saluran nafas (Djaharudin et.al, 2017). Inhalasi uap (nebulizer) yaitu

menghirup uap dengan obat atau tanpa obat melalui saluran pernapasan

bagian atas, tindakan ini untuk membuat pernapasan lebih lega, sekret

lebih encer dan mudah untuk dikeluarkan (Mubarak, Indarawati, &

Susanto, 2015). Tujuan dari terapi inhalasi ini adalah untuk menyalurkan

bobat langsung ke target organ yaitu paru-paru, tanpa harus melalui jalur

sistematik terlebih dahulu (Rasmawati & Aryasa 2017).

Inhalasi dan pemberian aroma terapi yang diterapkan kepada pasien

untuk mengatasi sesak napas dilakukan dengan cara duduk dalam posisi

tegak dan sebelum memulai terapi ini aka dilakukan tipping, nodding dan
19

hold and blow untuk membersihkan hidung, setelah itu ukur nadi lakukan

dalam waktu 1-2 menit. Langkah pertama yaitu lakukan control pause

kemudian bernapas biasa selama 3 menit lalu berikan aroma terapi,

istirahat sejenak selama 20 sampai 30 detik kemudian lakukan sampai 3

kali, dan setelah selesai ukur nadi sebelum mengakhiri terapi (Siswantoro,

2015).

7. Peran perawat anak

Perawat memiliki peran penting dalam deteksi dan menstimulasi

perkembangan anak karena deteksi dan stimulasi sudah menjadi program

pemerintah yang harus dilakukan secara rutin. Perawat memiliki peran

edukator dan konselor yang akan berfokus pada pertumbuhan dan

perkembangan setiap anak, diharapkan akan membantu orangtua dalam

upaya menstimulasi perkembangan pada anak (Nurjanah, 2015).

Sedangkan menurut Yuliastati tahun 2016 peran perawat anak meliputi:

a. Sebagai pendidik

Perawat berperan sebagai pendidik secara langsung dengan

memberi penyuluha/pendidikan kesehatan kepada orang tua maupun

secara tidak langsung dengan menolong orang tua/anak memahami

pengobatan dan perawatan anaknya (Yuliastati, 2016).

b. Sebagai konselor

Perawat dapat memberikan konseling keperawatan ketika anak

dan keluarganya membutuhkan. Dengan cara mendengarkan segala

keluan, melakukan sentuhan, dan hadir secara fisik maka perawat


20

dapat saling bertukar pikiran dan pendapat dengan orang tua tentang

masalah anak dan keluarganya dan membantu mencarikan alternatif

pemecahannya (Yuliastati, 2016).

c. Melakukan koordinasi atau kolaborasi

Perawat melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan anggota

tim kesehatan lain dengan tujuan terlaksananya asuhan yang holistik

dan komprehensif. Perawat berada pada posisi kunci untuk menjadi

koordinator pelayanan kesehatan karena 24 jam berada di samping

pasien. Keluarga adalah mitra karena itu kerjasama dengan keluarga

harus terbina dengan baik (Yuliastati, 2016).

d. Sebagai pembuat keputusan etik

Perawat dapat berperan sebagai pembuat keputusan etik dengan

berdasarkan pada nilai normal yang diyakini dengan penekanan hak

pasien untuk mendapat otonomi, menghindari hal-hal yang merugikan

pasien dan keuntungan asuhan keperawatan yaitu meningkatkan

kesejahteraan pasien (Yuliastati, 2016).

e. Sebagai peneliti

Perawat anak membutukan keterlibatan penuh dalam upaya

menemukan masalah keperawatan anak yang harus diteliti,

melaksanakan penelitian langsung dan menggunakan hasil penelitian

kesehatan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada

anak. Peran ini diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam melihat


21

fenomena yang ada dalam layanan asuhan keperawatan anak sehari-

hari dan menelusuri penelitian yang telah dilakukan serta

menggunakan literatur untuk memvalidasi masalah penelitian yang

ditemukan (Yuliastati, 2016).

8. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan yaitu:

a. Kuisioner

Berupa pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

data atau informasi tentang karakteristik anak dan status kesehatan

anak serta kondisi rumah anak. Kuisioner yang digunakan yaitu

kuisioner identitas responden (ibu), identitas anak, faktor lingkungan

rumah, kejadian penyakit ISPA pada anak (Rudianto, 2013).

b. Lembar observasi

Lembar observasi yang digunakan yaitu lembar observasi

pengeluaran sputum, lembar standar opersional prosedur fisioterapi

dada dan terapi inhalasi, serta identitas klien (Aryayuni & Siregar,

2015).

c. Pulse oximetry

Untuk mengukur kadar oksigen dalam darah (Lestari, Nurhaeni

& Chodidjah, 2018).

d. Timer

Untuk mengukur frekuensi pernapasan (Lestari, Nurhaeni &

Chodidjah, 2018)
22

B. Kerangka Konsep
Anak usia prasekolah
yang dirawat

Mengalami ISPA

Alat Ukur Literature review Faktor-faktor yang


fisioterapi dada dan mempengaruhi ISPA
1. Kuesioner terapi inhalasi pada anak pada anak:
2. Lembar observasi usia prasekolah yang
1. Usia
3. Pulse oximetry mengalami ISPA
2. Status gizi
4. Timer 3. Status imunisasi
4. Bayi berusia kurang
SOP fisioterapi dada dan dari 23 bulan
terapi inhalasi pada anak 5. Ventilasi
usia prasekolah yang 6. Lokasi dapur
mengalami ISPA 7. Kepadatan penduduk
8. Status ekonomi
sosial

Gambar 2.4 Kerangka Konsep


Sumber: (Rudianto, 2013); (Aryayuni & Siregar, 2015); (Lestari, Nurhaeni &
Chodidjah, 2018); (Jansen et.al, 2020)
BAB III

METODE PENULISAN

A. Metodelogi

Metodelogi yang digunakan dalam pengembangan SOP fisioterapi dada

dan terapi inhalasi terhadap bersihan jalan napas pada anak usia prasekolah

yang mengalami ISPA adalah literature review. Literature review ini

digunakan untuk menentukan langkah-langkah yang tepat dalam memberikan

fisioterapi dada dan terapi inhalasi terhadap bersihan jalan napas pada anak

usia prasekolah yang mengalami ISPA. Literature review atau kajian literatur

adalah satu penelusuran dan penelitian kepustakaan dengan membaca berbagai

jurnal, buku, serta terbitan lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian,

untuk menghasilkan suatu tulisan yang berkenaan dengan satu topik atau isyu

tertentu (Marzali, 2016).

B. Plan, Do, Study and Act (PDSA)

1. Plan

a. Pengkajian terkait penyebab ISPA pada anak usia prasekolah

b. Alat ukur untuk mengkaji bersihan jalan napas

c. Menentukan rencana asuhan keperawatan pada masalah keperawatan

ketidakefektifan bersihan jalan napas dengan melakukan fisioterapi

dada dan terapi inhalasi pada anak usia prasekolah.

d. Menentukan kriteria pasien anak, yang dapat diberikan SOP ini antara

lain:

1) Anak usia prasekolah

23
24

2) Anak yang mengalami ISPA/bersihan jalan napas

3) Saturasi oksogen > 90%

4) Anak kesulitan mengeluarkan dahak

5) Batuk bukan pneumonia

6) Anak mudah lelah dan sesak saat beraktivitas

7) Orang tua bersedia dan koopratif apabila anak menjadi subjek.

2. Do

Penulis mengembangkan SOP fisioterapi dada dan terapi inhalasi

pada anak usia prasekolah yang mengalami ISPA.

3. Study

a. Penulis melakukan study literature terkait fisioterapi dada dan terapi

inhalasi terhadap bersihan jalan nafas pada anak usia prasekolah yang

mengalami ISPA.

b. Penulis menganalisis hasil pencarian literature review terkait

fisioterapi dada dan terapi inhalasi terhadap bersihan jalan nafas pada

anak usia prasekolah yang mengalami ISPA.

c. Penulis mencari jurnal atau teori pendukung sebagai bentuk

rasionalisasi asuhan keperawatan dalam setiap proses atau langkah

pada protokol yang penulis kembangkan.

d. Penulis menentukan prosedur dan langkah-langkah yang tepat, efektif

dan efisien sehingga terbentuk SOP fisioterapi dada dan terapi inhalasi

terhadap bersihan jalan nafas pada anak usia prasekolah yang

mengalami ISPA.
25

4. Act

SOP ini akan dijadikan sebagai panduan dalam memberikan

fisioterapi dada dan terapi inhalasi terhadap bersihan jalan nafas pada anak

usia prasekolah yang mengalami ISPA, agar hasil yang didapatkan

menjadi jauh lebih efektif dan efisien.


26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil penelusuran jurnal-jurnal yang terkait maka didapatkan literature

review sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil penelusuran literature review


Judul Metode
No Peneliti Intervensi Hasil
Penelitian Penelitian
1. Upaya (Rozana, Penelitian yang Intervensi Setelah
meningkat 2017) dilakukan keperawatan yang dilakukan
kan berdasarkan studi dilakukan peneliti tindakan
bersihan kasus pada An. H yaitu: keperawatan
jalan napas dengan ISPA di a. Mengkaji selama 3xjam
pada anak Desa Mranggen, frekuensi kunjungan
dengan Polokarto pernapasan: dengan
ISPA Sukoharjo. bunyi napas, intervensi
kecepatan, irama, teknik semi
Instrumen yang kedalaman dan fowler,
digunakan dalam penggunaan otot inhalasi uap
penelitian ini yaitu aksesori manual, dan
rekam medik, b. Memberikan fisioterapi
wawancara, pasien posisi dada
observasi, semi fowler atau didapatkan
pemeriksaan fisik, fowler hasil
dan studi c. Mengajarkan ketidakefektifa
dokumentasi dari inhalasi uap n bersihan
jurnal maupun manual dengan jalan nafas
buku air hangat di dapat teratasi
dalam baskom untuk
kecil yang meningkatkan
dicampur dengan bersihan jalan
minyak kayu napas pada
putih anak ISPA.
d. Melakukan
fisioterapi dada
dengan
melakukan
postural
drainase, perkusi
dan vibrasi
e. Berkolaborasi
26
27

Judul Metode
No Peneliti Intervensi Hasil
Penelitian Penelitian
dalam pemberian
obat paracetamol
syirup 3x4 ml,
amoxilin 2 tablet,
dan glyceryl
guaiocolate 2
tablet
2. Pengaruh Iskandar, Pasien ISPA yang a. Pertama, peneliti a. Hari
minyak Utami, & berkunjung ke melakukan pertama,
kayu putih Anggraini Puskesmas wawancara setelah
dan , (2019) Sukamerindu Kota mendalam yang dilakukan
postural Bengkulu 2019 dilakukan untuk pemberian
drainase menjawab minyak
terhadap Instrument yang masalah kayu putih
ketidakefek digunakan dalam penelitian dan
tifan penelitian ini yaitu b. Kedua, peneliti postural
bersihan wawancara, melakukan drainase
jalan napas observasi, dan observasi untuk didapatkan
pada balita pemeriksaan fisik diinterpretasikan hasil
ISPA pada responden dan dibandingkan bahwa
dengan teori yang responden
ada masih
c. Ketiga, peneliti batuk
melakukan berdahak
pengkajian dan pilek,
kepada responden masih
d. Kemudian, terdengar
peneliti suara napas
melakukan tambahan
pemberian (ronkhi),
minyak kayu RR >
putih yang 24x/menit,
dilakukan N: > 100
sebanyak 2x x/menit.
dalam 1 hari pada Suhu tubuh
pagi dan sore hari 36,5⁰ C
e. Kemudian, b. Hari kedua,
peneliti responden
melakukan masih
tindakan postural batuk
drainase 2x berdahak
dalam 1 hari pada disertai
pagi dan sore hari pilek akan
tetapi
28

Judul Metode
No Peneliti Intervensi Hasil
Penelitian Penelitian
sudah
berkurang
dari hari
sebelumny
a
sedangkan
sura napas
(ronkhi)
masih
terdengar
c. Hari
ketiga,
tidak ada
suara napas
tambahan
(ronkhi),
batuk
berdahak
berkurang
dan hanya
terdengar
sesekali.
Sehingga
pemberian
minyak kayu
putih dengan
cara inhalasi
sederhana dan
tindakan
postural
drainase dapat
mengatasi
masalah
ketidakefektifa
n bersihan
jalan napas
3. Pemberian Ningrum Penelitian yang a. Pertama, peneliti Berdasarkan
inhalasi (2019) dilakukan melakukan asuhan
sederhana berdasarkan studi observasi keperawatan
dengan kasus pada An. G b. Kedua, peneliti yang telah
daun mint melakukan dilakukan An.
untuk Instrument yang wawancara G dengan
mengatasi digunakan dalam dengan klien dan infeksi saluran
ketidakefek penelitian ini yaitu orang tua klien pernapasan
29

Judul Metode
No Peneliti Intervensi Hasil
Penelitian Penelitian
tifan observasi, c. Kemudian, akut dapat
bersihan wawancara, dan peneliti disimpulkan
jalan nafas pemeriksaan fisik melakukan bahwa
pada An X pengkajian dan pemberian
di menentukan terapi inhalasi
Kabupaten diagnosa sederhana
Magelang keperawatan dengan daun
d. Selanjutnya, mint serta
peneliti digabung
melakukan dengan
intervensi fisioterapi
keperawatan dada pada
berupa pemberian diagnosa
terapi inhalasi keperawatan
dengan daun mint ketidakefektifa
sebanyak 5 n bersihan
lembar dalam 1 jalan napas
liter air sebelum sangat efektif
anak tidur pada dalam
malam hari dan mengendalikan
dilanjutkan otot-otot di
dengan pernapasan
melakukan sehingga batuk
fisioterapi dada menjadi reda,
frekuensi
batuk dapat
berkurang, dan
sekret dapat
keluar sedikit
demi sedikit
4. The Lestari, Dilakukan pada 34 a. Peneliti Kombinasi
combinatio Nurhaeni, orang anak usia 0- melakukan tindakan
n of Chodidja 5 tahun dengan pengukuran HR, fisioterapi
nebulizatio h, pneumonia RR, dan SpO2 dada dan terapi
n and chest (2018) b. Kemudia peneliti inhalasi
physiother Instrument yang melakukan terapi nebulizer
apy digunakan yaitu inhalasi melalui mempunyai
improved lembar observasi, nebulizer dan efek yang
respiratory pulse oximetry, fisioterapi dada positif
status in dan timer 1-1,5 jam setelah terhadap HR,
children makan pada 17 RR, dan
with orang anak dalam saturasi
pneumonia kelompok oksigen
intervensi
30

Judul Metode
No Peneliti Intervensi Hasil
Penelitian Penelitian
c. Kemudian, 17
orang anak dalam
kelompok control
diberikan terapi
inhalasi melalui
nebulizer
d. Kemudian,
peneliti
melakukan
pengukuran
kembali HR, RR,
dan SpO2
5. Penerapan Qoyimah, Pasien anak yang a. Memfasilitasi Hasil dari
fisioterapi (2016) di rawat di rumah kepatenan jalan penerapan
dada pada sakit dengan napas fisioterapi
pada diagnosa medis b. Mengkaji dada dan
pasien bronkopneumonia. frekuensi napas inhalasi
Bronkopne c. Mengauskultasi nebulizer
umonia Instrumen yang suara napas selama 4 hari
dengan digunakan adalah d. Mengajarkan secara
masalah wawancara, posisi semi berturut-turut
keperawata pemeriksaan fisik, fowler pada pasien
n bersihan dan dokumentasi e. Melakukan didapatkan
jalan napas pemberian bersihan jalan
inhalasi nebulizer napas kembali
dan fisioterapi efektif. Hal ini
dada selama 10 dibuktikan
menit dengan di
dapatkan
pasien sudah
tidak sesak dan
tidak
didapatkan
suara
tambahan
ronkhi
31

Tabel 4.2 SOP Fisioterapi Dada Dan Terapi Inhalasi Terhadap Bersihan
Jalan Napas
No. SOP Rasionalisasi
1. Mengucapkan salam terapeutik Komunikasi terapeutik diterapkan oleh
kepada responden dan orang perawat dalam berhubungan dengan
tua pasien untuk meningkatkan rasa saling
percaya, dan apabila tidak diterapkan
akan mengganggu hubungan terapeutik
yang berdampak pada ketidakpuasan
pasien. Komunikasi terapeutik dapat
mempengaruhi kualitas pelayanan
keperawatan (Arwindi & Imallah, 2018;
Kementerian Kesehatan RI, 2016;
Taringan & Ginting, 2019; Suhaila,
Susanto & Kusumo, 2017).
2. Memberikan informed concent Pasien dan keluarga mengetahui
atau lembar persetujuan pada tindakan yang akan dilakukan sesuai
orang tua dengan apa yang telah dijelaskan oleh
perawat, keuntungan dan kerugian, dan
proses penelitian lalu setuju untuk
mengikuti intervensi yang akan
dilakukan terhadapnya dengan
menandatangani lembar persetujuan
(Kementerian Kesehatan RI, 2016;
Elviani, 2019; Ningrum & Nasrudin,
2015).
3. Melakukan kontrak waktu Untuk menjamin kelangsungan interaksi
sehingga terjalin rasa percaya dan
kenyamanan bagi anak (Suhaila, Susanto
& Kusumo, 2017; kementerian
Kesehatan RI, 2016; Kyle & Carman,
2014).
4. Menyiapkan alat dan bahan Mempermudah saat akan dilakukan
a. Baskom tindakan dan menghindari konsekuensi
b. Botol berisi air hangat ketinggalan alat dan bahan saat
c. Minyak kayu putih melakukan prosedur (Elviani, 2019;
d. Handuk Ningrum & Nasrudin, 2015; Tamba,
e. Stetoskop 2019; Istichomah, 2020; Wijayanti,
f. Sarung tangan Najihah, & Lukata, 2021).
g. Bantal
5. Mencuci tangan Mencuci tangan bisa mencegah dan
menghilangkan 92% organisme
penyebab infeksi di tangan. Mencuci
tangan dengan air yang mengalir atau
dengan menggunakan hand sanitizer bisa
membunuh kuman, bakteri dan virus.
32

No. SOP Rasionalisasi


Mencuci tangan juga merupakan salah
satu indikator PHBS (WHO, 2020;
Kementerian Kesehatan RI, 2016;
Elviani, 2019).
6. Memakai sarung tangan Pemakaian sarung tangan dapat
melindungi tangan pengguna dari
paparan droplet/virus yang terdapat pada
benda-benda yang disentuh oleh tangan
selama melakukan prsedur dan juga
menghindari transmisi dari tangan ke
benda-benda yang disentuh yang dapat
menginfeksi orang lain (Theopilus, at al,
2020; Azzahri & Ikhmwan, 2019;
Kementerian Kesehatan RI, 2020).
7. Melakukan tindakan terapi
inhalasi:
a. Meletakkan baskom, botol a. Mempermudah dalam melakukan
berisi air panas, minyak tindakan (Elviani, 2019; Tamba,
kayu putih, dan handuk di 2019; Istichomah, 2020).
atas meja anak yang diberi
pengalas

b. Memasukkan minyak kayu b. Mengubah menjadi partikel uap


putih ke dalam baskom dan sehingga obat lebih mudah untuk
air panas sebanyak 1 liter diserap dan efek dari obat lebih cepat
kelihatan daripada obat oral
(Fernando, Alex, & Faisal, 2016;
Astuti, Marhamah, & Diniyah, 2019;
Mekarini & Sutiari, 2021).

c. Tutupi kepala anak dengan c. Agar uap tidak keluar dan


handuk meminimalisir ruang dan dapat
mengoptimalkan uap yang akan
dihirup sehingga dapat terhirup
dengan benar dan mencegah uap air
menghilang dengan cepat
(Pramudaningsih & Afriani, 2019;
Novikasari, Safaat, & Furqoni, 2021;
Ilmiyah, 2017).

d. Mengajarkan anak menarik d. Untuk mencegah terjadinya iritasi


napas dengan mata tertutup pada lapaisan bola mata dan
sambil menghirup uap air meningkatkan relaksasi pada saat
panas selama 2 menit menarik napas (Yossrantika, 2020;
33

No. SOP Rasionalisasi


Anggraeni, 2020; Listiani, 2018).

e. Gunakan handuk yang telah e. Agar obat bisa tertahan sebentar di


dibentuk seperti corong, dalam handuk yang dibentuk seperti
kemudian arahkan pada corong dan tidak langsung masuk
mulut dan hidung anak saat kedalam mulut, sehingga pasien anak
menginhalasi uap bisa menghirup dengan lebih mudah
(Kusumawati, Siyamti, & Maskum,
2020; Sakdiyah, 2019;
Pramudaningsih & Afriani, 2019).
8. Melakukan tindakan fisioterapi
dada: Postural drainase:
Postural drainase a. Mengetahui adanya perubahan fungsi
a. Mengauskultasi suara napas respirasi melalui suara napas dan ada
anak tidaknya suara napas tambahan
(Sofyan, 2017; Mooy, 2019;
Mulyani, 2018).

b. Membaringkan anak dalam b. Posisi tersebut dapat mengalirkan


posisi untuk mendrainase sekresi dari jalan napas yang lebih
area yang tersumbat, kecil ke yang lebih besar (Pratiwi &
kemudian letakan bantal Adimayati, 2021; Santoso, 2020;
sebagai penyangga Anggraini, 2020; Iskandar, 2020).

c. Meminta anak untuk c. Posisi postural drainase dapat


mempertahankan posisi membantu mengeluarkan sputum dan
selama 10-15 menit. meningkatkan fungsi ventilasi serta
Selama dalam posisi ini, memperbaiki oksigenasi (Hanafi &
lakukan perkusi dan vibrasi Arniyati, 2020; Fadillah, 2018;
dada diatas area yang di Ardian, 2020).
drainase
9. Perkusi Perkusi
a. Menutup area yang akan di a. Untuk mengurangi ketidaknyamanan
perkusi dengan pasien anak dan untuk mencegah
menggunakan handuk iritasi kulit dan kemerahan akibat
kontak langsung (Nutfita, 2020;
Tamba, 2019; Situmorang, 2017).

b. Menganjurkan anak untuk b. Untuk meningkatkan relaksasi


tarik napas dalam dan (Astriani et.al, 2020, Sari, 2020;
lambat Tamba, 2019).

c. Jari dan ibu jari c. Mempermudah melakukan perkusi


berhimpitan dan fleksi sehingga sputum bisa keluar dengan
34

No. SOP Rasionalisasi


membentuk mangkuk mudah (Anggraeni, 2019; Chania,
Andhini, & Jaji, 2020; Tamba,
2019).

d. Melakukan fleksi dan d. Pergelangan tangan secara


ekstensi pergelangan bergantian fleksi dan ekstensi
tangan secara cepat sehingga dada ditepuk atau dipukul
menepuk dada. dengan cara yang tidak menimbulkan
nyeri (Tamba, 2019; Mawarni, 202,
Pratiwi, 2020).

e. Melakukan perkusi pada e. Memudahkan dalam pengeluaran


setiap segmen paru selama sekret (Tamba, 2019; Chania,
1-2 menit. Andhini, & Jaji, 2020; Sari, 2020).
10. Vibrasi Vibrasi
a. Meletakkan tangan, telapak a. Untuk memudahkan dalam
tangan menghadap ke melakukan vibrasi dan mengeluarkan
bawah di area yang di sekret yang menempel pada saluran
drainase, satu tangan di pernapasan (Syafiati, Immawati, &
atas tangan yang lain Nurhayati, 2021; Pangesti &
dengan jari-jari menempel Setyaningrum, 2020, Sari, 2020).
bersama dan ekstensi

b. Menganjurkan anak b. Untuk meningkatkan ventilasi


inspirasi dalam dan alveoli, meningkatkan efisiensi
ekpirasi secara lambat batuk, memelihara pertukaran gas
lewat mulut (pursed lip dan mencegah atelektasi paru
breathing) (Nasuha, Widodo, & Widiani, 2016;
Fadhila, 2019; Permatasari, Eka, &
Metrikayanto, 2017).

c. Selama ekspirasi, c. Untuk memudahkan mendorong


tegangkan seluruh otot sekret dari jalan napas agar sekret
tangan dan lengan, dan dapat keluar (Hanafi & Arniyati,
gunakan seluruh otot tumit 2020; Tahir, Imalia, & Muhsinah,
tangan, getarkan tangan, 2019; Pratiwi & Adimayati, 2021).
gerakkan ke arah bawah.
Hentikan getaran saat anak
inspirasi

d. Lakukan vibrasi selama 5 d. Vibrasi hanya dapat dilakukan pada


kali ekspirasi pada segmen saat pasien menghembuskan napas
paru yang terserang. (Hanafi & Arniyati, 2020;
Prasetyawati, 2019; Sari, 2020).
35

No. SOP Rasionalisasi


e. Setelah drainase pada e. Posisi duduk bertujuan untuk
posisi pertama, minta anak mempertahankan kenyamanan
duduk dan batuk efektif. sehingga dalam melakukan batuk
efektif mampu mengembalikan dan
memelihara fungsi otot-otot
pernafasan, membantu
membersihkan sekret dari bronsuk
dan mencegah penumpukkan sekret
sehingga dapat membersihkan jalan
nafas. (Permatasari, Eka, &
Mertikayanto, 2017; Sari, 2020;
Prasetyawati, 2019; Lasar, 2019).

f. Tampung sekret dalam f. Agar sekret yang keluar dapat


sputum pot ditampung (Ariyanto, 2018; Nata,
2019; Tamba, 2019).

g. Membersihkan mulut anak g. Untuk membersihkan sekret yang


dengan tisu sudah dikeluarkan sehingga bakteri
tidak menyebar ke udara dan tidak
menular ke orang lain (Syarah &
Nugroho, 2021; Safitri & Amaliah,
2021; Novikasari, Safaat, & Furqoni,
2021).

h. Istirahatkan anak, minta h. Air hangat dapat melarutkan sekret


anak untuk minum air dan membantu untuk melegakkan
hangat saluran pernapasan (Marwansyah &
Yeni, 2019; Widiastuti & Siagian,
2019; Adiputra & Rahayu, 2017;
Syakidah, 2020).

i. Ulangi auskultasi pada i. Ulangi prosedur jika masih tedapat


dada anak di semua lapang sekret (Permatasari, Eka, &
paru. Jika masih terdapat Metrikayanto, 2017; Mooy, 2019;
sekret, maka ulangi lagi Mulyani, 2018).
prosedur.
11. Merapikan kembali alat dan Merapikan kembali alat dan bahan
bahan setelah digunakan dapat memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan
sehingga mencegah dan meminimalkan
terjadinya infeksi silang, serta
menumbuhkan kepercayaan dan kesan
baik kepada pasien dan keluarganya
maupun masyarakar (Widyasari &
36

No. SOP Rasionalisasi


Yustiawan, 2019; Kementerian
Kesehatan RI, 2018; Manap, 2016).
12. Melepaskan sarung tangan Sarung tangan harus segera dilepas
setelah tindakan perawatan selesai dan
segera melakukan hand hygien agar
mencegah kontaminasi yang berada di
sarung tangan (Kementerian Kesehatan
RI, 2020; Azzahri & Ikhwan, 2019;
Hayati, 2016).
13. Mencuci tangan Mencuci tangan bisa mencegah dan
menghilangkan 92% organisme
penyebab infeksi di tangan. Mencuci
tangan dengan air yang mengalir atau
dengan menggunakan hand sanitizer bisa
membunuh kuman, bakteri dan virus.
Mencuci tangan juga merupakan salah
satu indikator PHBS (WHO, 2020;
Kementerian Kesehatan RI, 2016;
Elviani, 2019).
14. Dokumentasikan Dokumentasi dibutukan untuk
kemampuan pasien dan menjaga
catatannya untuk tetap jelas, akurat, dan
komprehensif menjadi bermanfaat bagi
perawat dalam pekerjaan sehingga dapat
dibuktikan atau dijadikan bukti
pencatatan dan pelaporan yang dimiliki
perawat dalam memberikan pelayanan
kesehatan (Sumilat, 2017; Kementerian
kesehatan RI, 2016; Noorkasiani,
Gustina, & Maryam, 2015).

B. Pembahasan

Bersihan jalan napas biasanya menunjukkan saluran pernapasan yang

bebas dari sekresi dan bersihan napas tidak efektif yaitu adanya benda asing

seperti sputum pada saluran pernapasan sehingga menghambat saluran

pernapasan (Iskandar, Utami, & Anggraini, 2019). Ketidakefektifan bersihan

jalan napas yaitu ketidakmampuan untuk mempertahankan bersihan jalan

napas sehingga terjadi sumbatan jalan napas yang berupa sekret (Pawidya,
37

2019). Penatalaksanaan yang tepat untuk pasien dengan jalan napas tidak

efektif adalah dengan cara mempertahankan atau meningkatkan ventilasi paru

dan oksigenasi, meningkatkan kemudahan dan kenyamanan bernapas, dan

untuk mengeluarkan sekret (Wayne, 2019). Berdasarkan diagnosa tersebut

dalam menangani permasalahan tersebut yaitu dengan melakukan fisioterapi

dada dan terapi inhalasi (Herdman & Kamitsuru, 2015).

Fisioterapi dada merupakan tindakan pengeluaran sputum yang

digunakan baik secara mandiri maupun kombinasi agar tidak terjadi

penumpukan sputum yang mengakibatkan tersumbatnya jalan napas

(Aryayuni & Siregar, 2015). Fisioterapi dada adalah kelompok terapi non

farmakologis yang digunakan dengan kombinasi untuk mobilisasi sekresi

pulmonal (Yanwar, 2016). Terapi inhalasi merupakan pemberian obat dengan

cara hirupan dalam bentuk uap kedalam saluran pernapasan (Iskandar, Utami,

& Anggraini, 2019).

Irianto (2014) menyebutkan bahwa adanya perbedaan bersihan jalan

napas sebelum dan sesudah melakukan terapi inhalsi uap panas dengan

menggunakan minyak kayu putih, sehingga dapat disimpulkan bahwa

intervensi berupa terapi inhalasi uap panas dengan menggunakan minyak kayu

putih berpengaruh terhadap bersihan jalan napas pada pasien ISPA. Amelia,

Oktorina, dan Astuti (2018) menambahkan bahwa pemberian aromaterapi

peppermint dengan inhalasi sederhana terjadi penurunan frekuensi nafas dan

pengurangan pada akumulasi sputum.


38

Midartati (2014) menyebutkan bahwa fisioterapi dada dapat

membersihkan jalan napas pada 67% responden pada usia 1-5 tahun. Aryayuni

dan Siregar (2015) menambahkan bahwa pengeluaran sputum sebelum

dilakukan fisioterapi dada lebih kecil dari sesudah dilakukan fisioterapi dada,

maka fisioterapi dada berpengaruh terhadap pengeluaran sputum pada anak di

Poli Anak RSUD Kota Depok. Serta hasil penelitian Fitriananda (2017)

menunjukkan hasil bahwa chest phisiotherapy yang merupakan terapi

kombinasi yang digunakan untuk memobilisasi sekresi yang meliputi

serangkaian teknik postural drainase, perkusi, dan vibrasi dapat

membersihkan jalan napas dari sekret sehingga dapat mengurangi batuk

berdahak.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kombinasi dari

fisioterapi dada dan terapi inhalasi yang dapat menurunkan akumulasi sekret

sehingga anak mampu mengeluarkan dahak, frekuensi nafas dalam rentang

normal, dan dapat meningkatkan bersihan jalan napas. Kombinasi fisioterapi

dada dengan terapi lainnya mempunyai efek yang baik terhadap perbaikan

klinis anak yang mengalami ISPA, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut tentang efektifitas kombinasi fisioterapi dada dengan salah satu terapi

lainnya sehingga tindakan yang diberikan adalah tindakan yang paling efektif

untuk anak yang mengalami ISPA.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil pengembangan SOP fisioterapi dada dan terapi

inhalasi terhadap bersihan jalan napas pada anak usia prasekolah yang

mengalami ISPA antara lain:

1. Dapat memberikan gambaran penerapan SOP fisioterapi dada dan terapi

inhalasi terhadap bersihan jalan napas pada anak usia prasekolah yang

mengalami ISPA.

2. Berdasarkan literature review yang dilakukan, diperkuat dengan teori dan

jurnal lain maka didapatkan hasil pengaruh fisioterapi dada dan terapi

inhalasi terhadap bersihan jalan napas pada anak seperti batuk berkurag,

sekret dapat keluar

3. SOP fisioterapi dada dan terapi inhalasi yang terdiri dari 14 langkah,

dimulai dari salam terapeutik hingga dokumentasi keperawatan sehingga

fisioterapi dada dan terapi inhalasi mampu meningkatkan bersihan jalan

napas pada anak yang mengalami ISPA.

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

Orang tua dapat berperan aktif dalam pengaplikasian fisioterapi dada

dan terapi inhalasi dalam bentuk Family Centered Care (FCC) saat anak

mengalami ISPA.

39
40

2. Bagi Perkembangan Ilmu Teknologi Keperawatan

a. Sebagai panduan dalam memberikan fisioterapi dada dan terapi

inhalasi.

b. Sebagai referensi bagi pelaksanaan penulisan bidang keperawatan

tentang fisioterapi dada dan terapi inhalasi pada anak usia prasekolah

yang mengalami ISPA, dari berbagai jurnal bahasa Indonesia maupun

bahasa Inggris yang bisa dikembangkan.

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

SOP fisioterapi dada dan terapi inhalsi dapat diterapkan oleh perawat

dalam menangani bersihan jalan napas pada anak usia prasekolah yang

mengalami ISPA.

4. Bagi Penulis

Penulis mendapatkan pengalaman dalam mengembangkan SOP

fisioterapi dada dan terapi inhalasi pada anak usia prasekolah yang

mengalami ISPA.
DAFTAR PUSTAKA

Abdelbasset, W., & Elnegamy, T. (2015). Effect of Chest Therapy on Pediatrics


Hospitalized With Pneumonia. International Journal of Health and
Rehabilitation Sciences (IJHRS), 4(4), 219.
Adiputra, I. M., & Rahayu, K. M. (2017). Warm Water Administration Befor
Nebulization Improves Airway Clearnce In Asthma. Bali Medika Jurnal,
4(2), 38-49.
Ain, H. (2019). Buku Saku Standar Operasional Prosedur Tindakan Keperawatan
Anak. Surabaya: Penerbit Media Sahabat Cendekia.
Amelia, S., Oktorina, R., & Astuti, N. (2018). Aromaterapi Peppermint terhadap
Masalah keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Anak
Dengan Bronkopneumonia. REAL in Nursing Journal (RNJ), 1(2), 77-83.
Anggraeni, R. V. (2020). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Inhalasi Lemon
Terhadap Post Operative Nausea Vomitus (PONV) Pada Pasien Pasca
Anestesi Umum Di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2020 [Skripsi].
Anggraini, A. A. (2020). Studi Literature: Asuhan Keperawatan PAda PAsien
Dewasa Tuberkulosis Paru Dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan
Nafas Tidak Efektif [KTI].
Anggraini, N. (2019). Faktor-Faktor Yang berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu
Tentang Kejadian ISPA Pada Balita. Jurnal Antara Keperawatan, 2 (1),
13-25.
Aprilia, N., Yahya, E., & Ririn. (2019). Hubungan Antara Perilaku Merokok Pada
Orang Tua Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Desa Pulau Jambu
Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Tahun 2019. Jurnal Ners, 3 (1), 112-117.
Ardian, M. R. (2020). Asuhan Keperawatan PAda Pasien Dengan Gangguan
Pernafasan Bronchopneumonia Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Nafas Di Ruang Bougenvile II RSUD Ciamias Tahun 2019 [KTI].
Arwindi, D. N., & Imallah, R. N. (2018). Hubungan Komunikasi Terapeutik
Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Ruang Rawat Inap RSUD
Wates. Naskah Publikasi.
Aryayuni, C., Siregar, T. (2015). Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap
Pengeluaran Sputum Pada Anak Dengan Penyakit Gangguan Pernafasan
Di Poli Anak RSUD Kota Depok. Jurnal keperawatan Widya Gantari, 2
(2), 34-42.

41
42

Astriana, P. (2014). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat


Pada Pasien Pneumonia Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Anak
Lantai 3 Selatan RSUP Fatmawati.
Astriani, N. M., Ariana, P. A., Dewi, P. I., Heri, M., & Cita, E. E. (2020). PKM:
Pelatihan Relaksasi Nafas Ballon Blowing Untuk Meningkatkan Saturasi
Oksigen Pada Warga Desa Bungkulan Singaraja. VIVABIO: Jurnal
Pengabdian Multidisiplin, 2(2), 1-7.
Astuti, I. Y., & Harun. (2021). Tantangan Guru dan orang Tua dalam Kegiatan
belajar Dari Rumah Anak Usia Dini pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1441-1463.
Astuti, W. T., Marhamah, E., & Diniyah, N. (2019). Penerapan Terapi Inhalasi
Nebulizer Untuk Mengatasi Bersihan Jalan Napas Pada Pasien
Bronkopneumonia. Jurnal Keperawatan Karya Bhakti, 5(2), 7-13.
Astuti, WT., Marhama, E., Diniyah, N. (2019). Penerapan Terapi Inalasi
Nebulizer Untuk Mengatasi Bersihan Jalan Napas Pada Pasien
Brnkopneumonia. Jurnal Keperawatan, 5 (2), 7-13.
Azzahri, L. M., & Ikhwan, K. (2019). Hubungan Pengetahuan Tentang
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Kepatuhan Penggunaan
APD Pada Perawat Di Puskesmas Kuok . Jurnal Kesehatan Masyarakat,
3(1), 51-57.
Bonita, AB. (2018). rancang Bangun Nebulizer Kompres Berbasis Photodioda
Dan LED (Skripsi).
Chania, H., Andhini, D., & Jaji. (2020). Pengaruh Teknik Perkusi Dan Vibrasi
Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Balita Dengan ISPA Di Puskesmas
Indralaya. Proceeding Seminar Nasional Keperawatan , 6(1), 25-30.
Departemen Kesehatan RI. (2014). Peraturan Mentri Kesehatan Nomer 5.
Jakarta: Depkes RI.
Djaharudin, I., Tabri, NA., Iskandar, MH., Santoso, A. (2017). Keterampilan
Klinis Terapi Inhalasi Nebulasi . Makasar: Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin .
Elviani, Y. (2019). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Perilaku Kooperatif Anak
Selama Menjalani Perawatan Di Ruangan Rawat Inap Anak RSUD Siti
Aisyah Kota Lubuklinggau. Masker Medika, 7(1), 112-120.
Erikson, E. H. (1963). Childhood And Sciety. New York: Norton.
Fadhilah, D. S. (2019). Pengaruh Terapi Slow Deep Breathing (Meniup Baling-
Baling) Terhadap Saturasi Oksigen Pasien Bronkopneumonia Pada Anak
43

Di Ruang Alamanda RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung


Tahun 2019.
Fadillah, L. (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Pneumonia Dengan
ModalitasNebulizer, Infa Red (IR), Postural Drainase Dan Thoracic
Expansion Exercise (TEE) Di BBKPM Surakarta [KTI].
Fauzi, I., Nuraeni, AI, Salechan, A. (2014). Pengaru Batuk Efektif Dan Fisioterapi
Dada Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Balita Usia 3-5 Tahun Dengan
ISPA Di Puskesmas Wirosari I. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
(JIKK), 1-9.
Fernando, A., Alex, S., & Faisal, H. (2016). Modifikasi Nebulizer Kompresor
Dengan Menambahkan Pengaturan Timer Dan Detektor Cairan Obat
Sebagai Batasan Waktu Terapi Pemberian Obat Pada Penderita Asma
[Skripsi].
Fitranda, N. N. (2017). Upaya Mempertahankan Bersihan Jalan Napas Pada Anak
Dengan Tuberkulosis Paru [Publikasi Ilmiah].
Fitrianda, E. (2017). pengaruh Chest Phisioteraphy terhadap Penurunan Frekuensi
Batuk Pada Balita Dengan Bronkitis Akut Di Balai besar Kesehatan Paru
Masyarakat Surakarta. 7 (3).
Hadiana, S. Y. (2013). Hubungan Status Gizi Terhadap Terjadinya Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Puskesmas Pajang Surakarta.
Naskah Publikasi.
Hanafi, PCMM., & Arniyanti, A. (2020). Penerapan Fisioterapi Dada Untuk
Mengeluarkan Dahak Pada Anak Yang Mengalami Jalan Napas Tidak
Efektif. Jurnal Keperwatan Profesional (KEPO), 1 (1), 44-50.
Hayati, D. A. (2016). Ketepatan dan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) Perawat Di Bangsal Ar-Royan RS PKU Muhammadiyah Gamping.
Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.
Hidayatin. (2019). Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada Dan Pursed Lips
Breathing (Tiupan Lidah) Terhadap Bersihan Jalan Napas Pada Anak
Balita Dengan Pneumonia. SURYA, 11 (1), 16-22.
Ilmiyah, Z. (2017). Penerapan Aromaterapi Kenanga (Cangan Odorata) Terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia (Usia 60-74 Tahun) Dengan
Pendekatan Proses Keperawatan Di rumah Pelayanan Lanjut Usia Pucang
Gading Semarang [KTI].
Irianto, K. (2014). Ilmu Kesehatan Anak. Bandung: Alfabeta.
44

Iskandar, M. H. (2020). Studi Literature: Asuhan Keperawatan Pada Penderita


PPOK Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas [KTI].
Iskandar, S., Utami, R. W., & Anggraini, J. (2019). Pengaruh Minyak Kayu Putih
dan Postural drainase Terhadap Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
pada Balita ISPA. Riset Media Keperawatan, 2 (1), 1-8.
Istichomah. (2020). Modul Praktikum Keperawatan I. Bandung: Media Sains
Indonesia.
Jansen, S., Wasityastuti, W., Astarini, D. F., & Hartini, S. (2020). Mother's
Knowledge Of Breastfeeding And Infant Feeding Types Affect Acute
Respiratory Infections. Journal of Preventive Medicine and Hygiene, 401-
408.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2; Modul 1
Prosedur Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta:
Badan PPSDM Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia 2.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Sanitasi Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita
(MTBS). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Laporan Provinsi DKI Jakarta RISKESDAS
2018. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Litbang Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Standar Alat Pelindung Diri (APD) dalam
Manajemen Penanganan COVID-19. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kusumawati, I. E., Siyamti, D., & Maskum, M. (2020). Pengelolaan
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Ny. M dengan
Bronkopneumonia Di Ruang Dahlia RSUD Ungaran [Manuskrip].
Kyle, T., & Carman, S. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatri Volum 1.
Jakarta: EGC.
45

Lasar, A. M. (2019). Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Ny. C.L Yang


menderita Tumor Paru Di Ruang Teratai RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes
Kupang Mei 2019 [KTI].
Lestari, NE., Nurhaeni, N., Chodidjah, S. (2018). The Combination Of
Nebulization And Chest Physiotherapy Improved Respiratory Status In
Children With Pneumonia. Enfermeria Clinica, 19-22.
Listiani, U. (2018). Perbedaan Skala Nyeri Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Aromaterapi Lemon Untuk Mengurangi Nyeri Menstruasi (Dismenore)
Pada Mahasiswi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang
[Skripsi].
Mahendrayasa, F. (2018). Hubungan Antar Kondisi Fisik Rumah Dengan
Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas Pada Balita Di Surabaya. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 6 (3), 227-235.
Mahren, E., El-Mazary, A. A., Mabrouk, M. I., & Mahmoud, R. (2018). Study of
Chest Physical Therapy Effect on Full Term Neonates with Primary
Pneumonia: A Clinical Trial Study. International Journal of Pediatrics,
6(7), 7893-7899.
Maidartati. (2014). Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan Jalan Nafas
Pada Anak Usia 1-5 Tahun Yang Mengalami Gangguan Bersihan Jalan
Nafas Di Puskesmas Moch. Ramadhan Bandung. Ilmu Keperawatan, 2(1),
47-56.
Manap, U. R. (2016). Gambaran Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit Berdasarkan
Prameter Fisik dan Biologi (Studi Kasus pada 2 Rumah Sakit Tipe A) di
Provinsi DKI Jakarta [Skripsi]. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan.
Marwansyah, M., & Yeni, M. (2019). Pengaruh Pemberian Cairan Hangat Peroral
Sebelum Latihan Batuk Efektif Dalam Upaya Pengeluaran Sputum
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) Di RSUD Wilayah
Banjarbaru, Kalimantan Selatan. JKSI, 4(2), 60-72.
Marzali, A. (2016). Menulis Kajian Literatur. ETNOSIA: Jurnal Etnografi
Indonesia, 1 (2), 27-36.
Masriadi. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. Depok: Rajawali Pers.
Masriroh, S. (2016). Keperawatan Pediatrik. Yogyakarta: Penerbit Kyta.
Maulina. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian ISPA Pada
Balita Di Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Luwuk Timur Kabupaten
Banggai Provinsi Sulawesi Tengah.
46

Mawarni, W. A. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Penderita


Tuberculosis Paru Dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif.
Mekarini, I., & Sutiari, D. K. (2021). Perancangan Nebulizer Mesh Portabel
Menggunakan Mist Maker. Jurnal TEMIK (Teknik Elektromedika), 5(1),
29-37.
Melati, R., Nurhaeni, N., & Chodidjah, S. (2018). Dampak Fisioterapi Dada
Terhadap Status Pernapasan Anak Balita Pneumonia di RSUD Koja dan
RSUD Pasar Rebo Jakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan Alturuistik, 1 (1),
41-51.
Midartati. (2014). Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada
Anak Usia 1-5 Tahun Yang Mengalami Gangguan Bersihan Jalan Nafas
Di Puskesmas Moch. Ramadhan Bandung. Jurnal Ilmu Keperawatan,
11(1),47-56.
Mooy, W. A. (2019). Asuhan Keperawatan Komprehensif Pada By.A.N Dengan
Diagnosa Medik Bronchopneumonia Di Ruang Kenanga RSUD Prof. Dr.
W.Z. Johannes Kupang [KTI].
Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku 1 Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba medika.
Mulyani, P. (2018). Penerapan Teknik Nafas Dalam Pada Anak Balita Dengan
Bronkopneumonia Di RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidu [KTI].
Muttaqin, A. (2010). Pengakjian Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinik.
Jakarta: Salemba Medika.
Nasuha, Widodo, D., & Widiani, E. (2016). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Lansia Di Posyandu Lansia
RW IV Dusun Dempok Desa Gading Kembar Kecamatan Jabung
Kabupaten Malang. Nursing News, 1(2), 53-62.
Ningrum, E. O. (2019). Pemberian Inhalasi Sederhana Dengan Daun Mint Upaya
Mengatasi Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada An. X Di
Kabupaten Magelang.
Ningrum, H. W., Widyastuti, Y., & Enikmawati, A. (2019). Penerapan Fisioterapi
Dada Terhadap Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Passien
Bronkitis Usia Pra Sekolah. PROFESI (Profesional Islam): Media
Publikasi Penelitian, 1-8.
Ningrum, U. A., & Nasrudin. (2015). Pengaruh Terapi Bermain Kolase Kartun
Terhadap tingkat Koopratif Anak usia Prasekolah Selama Prosedur
Nebuleser di Rumah Sakit Airlangga Jombang. JURNAL EDU HELATH,
5 (1), 41-51.
47

Noorkasiani, Gustina, R., & Siti, M. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan. Jurnal Keperawatan
Indonesia , 18(1), 1-8.
Novikasari, L., Safaat, I., & Furqoni, P. D. (2021). Pengabdian Terhadap
Masyarakat Pada Balita Menderita ISPA Menggunakan Terapi
Komplementer Fisioterapi Dada. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada
Masyarakat (PKM), 4(2), 464-469.
Nurjanah, N. (2015). Pengaruh Penkes Stimulasi Perkambangan Anak Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap orangtua Di Rumah Bintang Islamic Pre School.
Jurnal Ilmu Keperawatan, 3(2), 112-119.
Nurlaila, U. W. (2018). Buku Ajar Keperawatn Anak. Yogyakarta: LeutikaPrio.
Nutfita, N. (2020). Studi Literatur: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa
Penderita Pneumonia Dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Pola
Nafas [KTI].
Pangesti, N. A., & Setyaningrum, R. (2020). Penerapan Teknik Fisioterapi Dada
Terhadap Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Dengan
Penyakit Sistem Pernafasan. MOTORIK Jornal Kesehatan, 15(2), 55-60.
Pawidya, N. (2019). Pengelolaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Pada Tn.
T dengan Asma Bronkial di RSUD Ungaran. [Artikel Ilmiah].
Permatasari, A. N., Eka, N. P., & Metrikayanto, W. D. (2017). Pemberian Nafas
Dalam, Batuk Efektif Dan Kebersihan Jalan Nafas Pada Anak Infeksi
Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Jurnal Keperawatan Terapan, 3(2), 64-
69.
Pramudaningsih, I. N., & Afriani, E. (2019). Pengaruh Terapi Inhalasi Uap
Dengan Aromaterapi Eucalyptus Dengan Dalam Mengurangi Sesak Nafas
Pada Pasien Asma Bronkial Di Desa Dersalam Kecamatan Bae Kudus.
Jurnal Profesi Keperawatan (JPK), 6(1), 16-29.
Prasetyawati, R. Y. (2019). Inovasi Keperawataan Fisioterapi Dada Untuk
Mempertahankan Bersihan Jalan Napas Pada Anak Dengan ISPA Di
Kabupaten Magelang [KTI].
Pratama, C. Upaya Mengefektifkan Pola Nafas Dengan Aromaterapi Minyak
Kayu Putih Pada Anak Dengan ISPA (KTI). Institut Teknologi Sains Dan
Kesehatan PKU Muhamadiyah, Surakarta.
Pratiwi, K. A. (2020). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tuberkulosis
Paru Dengan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Di RSD Mangusada
Tahun 2020.
48

Pratiwi, P. Y., & Adimayanti, E. (2021). Gambaran Pengelolaan Bersihan Jalan


Napas Tidak Efektif Pada Anak Dengan ISPA Di Desa Kebondowo
Banyubiru. Journal of Holistics and Health Sciences, 3(2), 132-142.
Purnamiasih, DPK. (2020). Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Perbaikan Klinis
Pada Anak Dengan Pneumonia. Jurnal Ilmiah Indonesia, 5 (10), 1053-
1064.
Putra,Y., & Wulandari, SS. (2019). Faktor Penyebab ISPA. Jurnal Kesehatan, 10
(1), 37-40.
Qoyimah, N. (2016). Penerapan Fisioterapi Dada pada Pasien Bronkopneumonia
dengan Masalah keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas di
Rumah Sakit Jemursari Surabaya. Karya Tulis Ilmiah.
Rasmawati, N. M., & Aryasa, T. (2017). Terapi Inhalasi (Skripsi). Fakuktas
Kedokteran: Universitas Udayana.
Rorie, P. A., Pondaag, L., & Hamel, R. S. (2014). Hubungan Komunikasi
Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Irina A
RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan, 2 (2), 1-8.
Rosana, EN. (2016). Faktor Risiko Kejadian ISPA Pada Balita Ditinjau Dari
Lingkungan Dalam Rumah DI Wilayah Kerja Puskesmas Blado 1
(Skripsi).
Rosyidin, & Kholid. (2013). Prosedur Praktik Keperawatan Jilid 1. Jakarta: CV
Trans Info Media.
Rozana, H. P. (2017). Upaya Meningkatkan Bersihan Jalan Napas Pada Anak
ISPA.
Rudianto. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gejala Infeksi
Saluran Pernapasan Akut Pada Balita Di 5 Posyandu Desa Tamansari
Kecamatan Pangkalan Karawang Tahun 2013 (Skripsi). Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Sabri, R., Effendi, I., & Aini, N. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Tingginya
Penyakit ISPA Pada Balita Di Puskesmas Deleng Pokhkisen Kabupaten
Aceh Tinggi. Jurnal Pengabdian Masyarakat Ilmu Kesehatan, 2, 69-82.
Safitri, R. N., & Amaliah, N. (2021). Education On Ethics Of Coughing And
Sneezing In Public As A New habit In The COVID-19 Era In Society
Gempa RIver. Prosiding Pengembangan Masyarakat Mandiri
Berkemajuan Muhammadiyah (Bamara-Mu), 1(1), 838-842.
49

Sakdiyah, B. (2019). Pengelolaan Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Pada


Keluarga Tn. S Dengan Asma Bronkial Di Kelurahan Candirejo Ungaran
[Manuskrip].
Santoso, K. B. (2020). Studi Literature: Pemberian Posisi Semi Fowler Pada
PAsien TB Paru Dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan POla
Nafas [Skripsi].
Saputra, L. (2014). Organ Sistem: Visual Nursing, Respiratorik. Tangerang:
Binapura Aksara.
Sari, W. (2020). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pemberian Fisioterapi Dada
Terhadap Efektifitas Bersihan Jalan Nafas Pada An. P Di Wilayah Kerja
Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi Tahun 2020 [KTI].
Sinuraya, LD. (2017). Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian ISPA Pada
Balita Di Desa Singgamanik Kecamatan Munte Kabupaten Karo Tahun
2017.
Siswantoro, E. (2015). Pengaruh Aromaterapi Daun Mint Dengan Inhalasi
Sederhana Terhadap Penurunan Sesak Nafas Pada Pasien Tuberculosis
Paru. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan.
Situmorang, P. R. (2017). Pelaksanaan Fisioterapi Dada Terhadap Pencegahan
Pneumonia Pada Pasien Terpasang Ventilator Di Intensive Care Unit
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Jurnal Ilmiah Simantek, 1(3).
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta: EGC.
Soegijanto, S. (2016). Kumpulan makalah penyakit tropis dan infeksi di Indonesia
jilid 3 . Surabaya: Airlangga University Press.
Sofyan, M. (2017). Asuhan Keperawatan Ny.S Dan Tn. S Yang Mengalami Asma
Bronkial Dengan Ketidakefektifan Pola Nafas Di Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar [KTI].
Suhaila, E., Susanto, & Kusumo, M. P. (2017). Pengaruh Komunikasi Terapeutik
Perawat Terhadap Kepuasan Pasien di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota
Yogyakarta. Proceding Health Architecture, 1(1), 83-95.
Suhanda, P., & Rusman, M. (2014). Efektifitas Fisioterapi Dada Dan Batuk
Efektif Sebagai Penatalaksanaan Ketidakefektifan Nebulasi Terhadap
Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien TB Paru Di RSU Tangerang.
Sumilat, N. P. (2017). Standar Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Blud
RSUD Kota Baubau. Makasar: Universitas Islam Negeri Alaudin.
50

Sunarni, N., Litasari, R., & Deis, L. (2017). Hubungan Status Gizi dengan
Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Margaharja
Sukadana Ciamis. Juenal Riset Kebidanan Indonesia, 1 (2), 70-75.
Syafiati, N. A., Immawati, & Nurhayati, S. (2021). Penerapan Fisioterapi Dada
Dalam Mengatasi Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada Anak
Pneumonia Usia Toddler (3-6 Tahun). Jurnal Cendikia Muda, 1(1), 103-
108.
Syakidah. (2020). Gambaran Tindakan Pemberian Minum Air Hangat Untuk
Mengatasi Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada anak 'A' Dengan
Pneumonia Di Ruang Al-Fajar RSUD Haji Makassar.
Syarah, E. M., & Nugroho, A. G. (2021). Education Of Cough And Sneeze Ethics
In Public. Proseding Pengembangan Masyarakat Mandiri Berkemajuan
Muhammadiyah (Bamara-Mu), 1(1), 493-498.
Tahir, R., Imalia, D. S., & Mushina, S. (2019). Fisioterapi Dada Dan Batuk
Efektif Sebagai Penatalaksanaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Pada Pasien TB Paru Di RSUD Kota Kendari. Health Information: Jurnal
Penelitian, 11(1), 20-25.
Tamba, P. M. (2019). Pengaruh Batuk Efektif Dengan Fisioterapi Dada Terhadap
Pengeluaran Sputum Pada Pasien TB Paru Di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2019 [Skripsi].
Taringan, H., & Ginting, M. (2019). Pengaruh Komunikasi Terapeutik Petugas
Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum
Herna Medan. Jurnal Ilmiah Kohesi, 3 (2), 58-67.
Theolipus, Y., Yogasara, T., Theresia, C., & Octavia, J. R. (2020). Analisis Risiko
Produk Alat Pelindung Diri (APD) Pencegah Penularan COVID-19 Untuk
Pekerja Informal Di Indonesia. Jurnal Rekayasa, 9(2), 115-134.
Wayne, G. (2019). Ineffective Breathing Pattern. Nurseslabs, 3.
WHO. (2020). Pusat Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Berat.
Geneva, Switzerland: WHO.
WHO Indonesia. (2016). Buku Saku: Pelayanan Kesehatan Anak Rumah sakit.
Jakarta, Indonesia: WHO Indonesia.
Widiastuti, L., & Siagian, Y. (2019). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap
Pengeluaran Sputum Pada Pasien Tuberkulosis Di Puskesmas Kampung
Bugis Tanjungpinang. Jurnal Keperawatan, 9(1), 1069-1076.
Widiyanti, S. (2020). Penanganan ISPA Pada Anak Balita (Studi Literatur).
Jurnal Kesehatan Dan Pembangunan, 10 (20), 79-88.
51

Widyasari, I. S., & Yustiawan, T. (2019). Manajemen Peralatan Kesehatan Klinik


Medical Center Ptn Di Jawa Timur. Journal Unair, 3(2), 95-106.
Wijayanti, D., Najihah, & Lukita, A. R. (2021). Modul Praktikum Keperawatan I.
Jawa Barat: Penerbit Adab.
Yanwar, N. (2016). Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Fisioterapi Dada Di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya Tahun 2016. eJournal Mucis, 3345-3356.
Yossrantika, H. (2020). Pengaruh Aromaterapi Minyak Essensial Cytrus (Orange)
Dengan Inhalasi Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi
Di Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Yuliastati, A. A. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan
Anak . Jakarta: Pusdik SDM Keseatan.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
KUESIONER
No. Responden:
Tgl wawancara:...../…../20…

IDENTITAS RESPONDEN (IBU)


1. Nama :
2. Tanggal Lahir/Umur :
3. Alamat :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. No. Hp :
IDENTITAS ANAK
Pertanyaan Kode
1. Nama anak:…………………. A1 ( )
2. Jenis Kelamin: L/P (dilingkari) A2 ( )
3. Umur: A3 ( )
4. Berat badan sekarang/tinggi badam saat ini A4 ( )
BB:…..Kg/ TB:….cm
5. Apakah berat bada lahir anak >2500 gram? A5 ( )
Iya/tidak
Berat:……..gram
6. Pernahkah anak ibu berada di bawah garis merah KMS pada 1 A6 ( )
bulan terakhir?
a. Iya
b. Tidak
FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH
1. Apakah ibu terbiasa menggunakan racun tikus? B1 ( )
a. Ya
b. Tidak
2. Jika ya, racun nyamuk jenis apa yang sering digunakan? B2 ( )
a. Bakar
b. Semprot
c. Elektrik
3. Ketika menggunakan racun nyamuk dimana sering ditempatkan? B3 ( )
a. Kamar tidur
b. Ruang keluarga
4. Jenis bahan bakar apa yang ibu gunakan untuk memasak? B4 ( )
a. Kayu bakar
b. Minyak tanah
c. Gas elpiji
5. Apakah ibu sering menggendong anak saat memasak? B5 ( )
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah ada anggota ibu yang biasa merokok? B6 ( )
a. Ya
b. Tidak
7. Jika iya, dimana sering dia merokok? B7 ( )
a. Di dalam rumah
b. Di luar rumah
8. Apakah ibu sering membuka jendela setiap pagi? B8 ( )
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah kamar dihuni lebih dari 2 orang? B9 ( )
a. Ya
b. Tidak
KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA ANAK
1. Apakah anak ibu pernah mengalami sakit batuk pilek/demam pada C1 ( )
kurun waktu 1 tahun terakhir?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah kejadian sakit batuk/ pilek tersebut lebih dari 14 hari? C2 ( )
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah dalam 2 minggu terakhir ini anak ibu mengalami tanda- C3 ( )
tanda klinis seperti batuk-batuk atau pilek , disertai demam?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah ibu pernah berobat ke dokter? C4 ( )
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah status imunisasi anak lengkap? Ya/Tidak C5 ( )
Bila tidak (sebutkan imunisasi yang diberikan pada anak anda):
……………..
6. Apakah anak ibu mendapatkan ASI Eksklusif selama 6 bulan? C6 ( )
a. Ya
b. Tidak
Sumber: (Rudianto, 2013)
Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


FISIOTERAPI DADA DAN TERAPI INHALASI TERHADAP
BERSIHAN JALAN NAPAS PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH YANG MENGALAMI ISPA

1. DATA ANAK (RESPONDEN)


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :

2. Observasi Bersihan Jalan Napas Sebelum Dilakukan Fisioterapi Dada


dan Terapi Inhalasi
Tidak
No. Bersihan Jalan Napas Ada
Ada
1. Suara napas tambahan
2. Batuk
3. Perubahan pola napas
4. Perubahan frekuensi napas
Sianosis, kesulitan berkomunikasi dan
5.
berbicara
6. Suara napas berkuran
7. Dyspnea
8. Sputum berlebih
9. Gelisah

3. Observasi Bersihan Jalan Napas Sesudah Dilakukan Fisioterapi Dada


dan Terapi Inhalasi
Tidak
No. Bersihan Jalan Napas Ada
Ada
1. Suara napas tambahan
2. Batuk
3. Perubahan pola napas
4. Perubahan frekuensi napas
Sianosis, kesulitan berkomunikasi dan
5.
berbicara
6. Suara napas berkuran
7. Dyspnea
8. Sputum berlebih
9. Gelisah
Lampiran 4

Bagan SOP Fisioterapi Dada Dan Terapi Inhalasi

Salam terapeutik
v

Informed concent

a. Baskom
Melakukan kontrak waktu b. Botol berisi
air hangat
c. Minyak kayu
Menyiapkan alat dan bahan putih
d. Handuk
e. Stetoskop
f. Sarung tangan
Mencuci tangan
g. Bantal

Memakai sarung tangan

Melakukan intervensi (fisioterapi dada dan


terapi inhalasi) dengan durasi 15-30 menit

Merapikan kembali alat dan bahan

Melepas sarung tangan

Mencuci tangan

Dokumentasikan
Lampiran 5 Lembar Konsul

Nama : Bunga Dewi Astuti


NIRM : 18059
Judul Penulisan : Pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Fisioterapi Dada Dan Terapi Inhalasi Terhadap Bersihan
Jalan Napas Pada Anak Usia Prasekolah Yang Mengalami
ISPA
Pembimbing : Ns. Susiana Jansen, M.Kep.,Sp.Kep.An
No. Tanggal Materi Konsultasi Perbaikan/Saran Paraf
1. 24 Februari 2021 Konsultasi BAB 1-3 Dianjurkan untuk
SOP terapi bermain mengganti judul
tardisional engkle menjadi analisis
terhadap perkembangan intervensi atau
motorik kasar pada mengganti judul
anak usia prasekolah KTI.
2. 05 Maret 2021 Konsultasi BAB 1-3 Acc Judul dan
Pengembangan SOP perbaiki BAB 1-3,
fisioterapi dada dan tambahkan tujuan
terapi inhalasi pada khusus, cari
anak usia prasekolah sumber lain dari
yang mengalami ISPA buku dan jurnal.
3. 27 April 2021 Konsultasi BAB 1-3 Revisi BAB 1 latar
yang telah diperbaiki belakang
sesuai saran ditambahkan
dampak ISPA,
revisi BAB 2
tambahkan
langkah-langkah
fisioterapi dada dan
perbaiki
sistematika
penulisan
4. 29 April 2021 Konsultasi BAB 1-3, Revisi kembali
latar belakang dan dampak dari ISPA,
menambahkan dampak revisi BAB 3
ISPA, BAB 2 tentang kriteria
No. Tanggal Materi Konsultasi Perbaikan/Saran Paraf
menambahkan langkah- pasien anak,
langkah fisioterapi dada perbaiki daftar
dan memperbaiki pustaka dan
sistematika penulisan sistematika
penulisan
5. 30 April 2021 Konsultasi BAB 1-3, Perbaiki
memperbaiki latar sistematika
belakang dan penulisan dan
menambahkan dampak daftar pustaka
dari ISPA,
memperbaiki BAB 3
bagian kriteria pasien
anak dan memperbaiki
sistematika penulisan
dan daftar pustaka
6. 30 April 2021 Memperbaiki Perbaiki
sistematika penulisan sistematika
dan daftar pustaka penulisan dan Acc
untuk sidang
proposal tanggal 4
Mei 2021
7. 03 Mei 2021 Memperbaiki Acc sidang
sistematika penulisan proposal tanggal 4
Mei 2021
8. 07 September Konsultasi BAB 4&5 Tambahkan
2021 rasionalisasi,
perbaiki
kesimpulan dan
saran, ganti gambar
dengan gambar
yang berwarna,
perbaiki penulisan
9. 09 September Menambahkan Perbaiki tabel
2021 rasionalisasi, terbuka dan acc
memperbaiki sidang hasil
kesimpulan dan saran,
mengganti gambar
dengan gambar yang
berwarna, memperbaiki
sistematika penulisan
Lampiran 6
LEMBAR HADIR OPPONENT
Nama : Bunga Dewi Astuti
NIRM : 18059
No Hari/Tanggal Nama Judul TTD
Mahasiswa KDP
Opponent Sidang Proposal
1. Pengembangan protokol
pemberian terapi tepid
Senin, 19 water sponge untuk
Alma Zahra F
April 2021 menurunkan suhu tubuh
pada anak balita yang
mengalami kejang demam
2. Pengembangan Standar
Operasional Prosedur
Senin, 19 (SOP) pemberian aroma
Dewi Astuti
April 2021 jars terhadap asupan nutrisi
anak prasekolah saat
hospitalisasi
3. Analisis intervensi latihan
range of motion aktif dalam
pelayanan dan asuhan
Sabtu, 08 Mei
Ayu Larasati keperawatan pada lansia
2021
dengan masalah stroke di
RW 07 Jatipulo Jakarta
Barat
4. Pengembangan SOP teknik
Rabu, 14 Juli Wahyu relaksasi benson terhadap
2021 Abimanyu penurunan nyeri post op
fraktur
4. Pengembangan Standar
Operasional Prosedur
(SOP) efektivitas
Selasa, 16 Rizki Noor
pemberian baby massage
Agustus 2021 Falih
untuk meningkatkan
kualitas tidur bayi umur 3-
12 bulan
6. Pengembangan Standar
Operasional Prosedur
(SOP) teknik relaksasi otot
Kamis, 18 Dwi Rachma
progresif terhadap
Agustus 2021 Agustina
penurunan intensitas nyeri
pada pasien gastritis
No Hari/Tanggal Nama Judul TTD
Mahasiswa KDP
Opponent Sidang Hasil
7. Analisis intervensi latihan
range of motion aktif dalam
pelayanan dan asuhan
Senin, 30
Ayu Larasati keperawatan pada lansia
Agustus 2021
dengan masalah stroke di
RW 07 Jatipulo Jakarta
Barat
8. Pengembangan protokol
pemberian terapi tepid
Jum’at, 03
Alma Zahra water sponge untuk
September
Fitriani menurunkan suhu tubuh
2021
pada anak balita yang
mengalami kejang demam
9. Pengembangan Standar
Operasional Prosedur
Jum’at, 03
(SOP) pemberian aroma
September Dewi Astuti
jars terhadap asupan nutrisi
2021
anak prasekolah saat
hospitalisasi
10. Pengembangan Standar
Operasional Prosedur
Kamis, 23 (SOP) efektivitas
Rizki Noor
September pemberian baby massage
Falih
2021 untuk meningkatkan
kualitas tidur bayi umur 3-
12 bulan
11. Pengembangan Standar
Operasional Prosedur
Rabu, 06 Dwi Rachma (SOP) teknik relaksasi otot
Oktober 2021 Agustina progresif terhadap
penurunan intensitas nyeri
pada pasien gastritis
Lampiran 7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas
Nama : Bunga Dewi Astuti
Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 03 Juni 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
: Kp. Ciparay RT/RW 04/02 Ds. Sindanglaya
Alamat Rumah
Kec. Cinangka, Serang-Banten
Status Perkawinan : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Email : mynameisunge15@gmail.com
Data Pendidikan
TK : TK Bhakti II Sirih
SD : SDN Ciparay
SMP : MTsN 1 Anyer
SMA : SMA Negeri 1 Anyer
Perguruan Tinggi : Akademi Keperawatan PELNI Jakarta
Lampiran 8
Jadwal Penyusunan

Kegiatan Jan Feb Maret Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nov Des

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

Pengajuan Judul

Menyusun BAB I

Menyusun BAB
II

Menyusun BAB
III

Seminar Proposal

Revisi Proposal

Penelusuran
jurnal-jurnal
Penyusunann
BAB IV & V
Kegiatan Jan Feb Maret Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nov Des

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

Sidang Hasil

Revisi KTI

Anda mungkin juga menyukai