Anda di halaman 1dari 74

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP


PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA
PASIEN TUBERCULOSIS PARU

AFAF NURAINI

NIRM: 17065

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI

JAKARTA

2020
PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP
PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA
PASIEN TUBERCULOSIS PARU

KARYA TULIS ILMIAH


Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi slah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahlimadya Keperawatan
Program Diploma Tiga Keperawatan

Diajukan Oleh :

AFAF NURAINI

NIRM: 17065

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI

JAKARTA

2020

ii
KARYA TULIS ILMIAH
Judul
PENGEMBANGAN STANDARO OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP
PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA
PASIEN TUBERCULOSIS PARU
Dipersiapkan dan disusun oleh :
AFAF NURAINI
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji pada 8 Mei 2020
Susunan Dewan Penguji

Pembimbing Utama Ketua Dewan Penguji

Buntar Handayani., Skp.,M.p.,MM Ns. Elfira Awalia R. M.Kep., Sp.Kep.An


NIDN. 0304056703 NIDN. 0323048305

Pembimbing Pendamping

Sri Atun Wahyuningsih, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.J


NIDN. 0351076910

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Ahlimadya Keperawatan pada program Diploma Tiga
KeperawatanAkademi Keperawatan Pelni Jakarta
Tangga 8 Mei 2020

Sri Atun Wahyuningsih, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.J


NIDN. 0351076910
Ketua Progam Studi Diploma Tiga Kepeawatan

iii
SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME

Saya yang bertanggung jawab di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa

Karya Tulis Ilmiah ini, saya susun tanpa plagiarism sesuai dengan peraturan yang

berlaku di Akademi Keperawatan PELNI Jakarta. Jika dikemudian hari ternyata

saya melakukan tindakan plagiarism, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya

dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Akademi Keperawatan PELNI Jakarta

kepada saya.

Jakarta, 8 Mei 2020

Yang Menyatakan

Afaf Nuraini

iv
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Afaf Nuraini NIRM: 17065 dengan judul

―Pengembangan Standar Operasional Prosedur Pemberian Teknik Relaksasi Nafas

Dalam Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Pasien Tuberculosis Paru‖ telah

diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Jakarta, 8 Mei 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Buntar Handayani.,SKep.,M.Kep.,MM Sri Atun Wahyuningsih, Ns M.Kep.,Sp.Kep.J.


NIDN. 0304056703 NIDN. 0315076910

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan krunia-Nya, sehingga panulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul ―Pengembangan Standar Operasional Prosedur Pemberian

Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada

pasien Tuberculosis Paru‖. dengan sebaik-baiknya. Rangkaian peyusunan laporan

karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk

mencapai gelar Ahlimadya keperawatan di Akademi Keperawatan Pelni Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada pihak yang telah membantu proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak/Ibu/Saudara yang penulis

hormati yaitu :

1. Ahmad Samdani, S.KM., MPH. Ketua Yayasan Samudra Apta.

2. Buntar Handayani,S.Kp.,M.Kep.,MM. Direktur Akademi Keperawatan Pelni

Jakarta sekaligus pembimbing I Karya Tulis Ilmiah.

3. Sri Atun Wahyuningsih., Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.J pembimbing II Karya Tulis

Ilmiah Akademi Keperawatan Pelni Jakarta.

4. Elfira Awalia Rahmawati, Ns.,M.Kep.Sp.Kep.An wadir I Akademi

Keperawatan Pelni Jakarta sekaligus penguji Karya Tulis Ilmiah.

5. Cecep Kusnadi, S.Kep. Wadir II Akademi Keperawatan Pelni Jakarta.

6. Suhatridjas, Dra S.Kep.,MKM. Wadir III Akademi Keperawatan Pelni

Jakarta.

7. Semua Dosen dan Tenaga Pendidikan Akademi Keperawatan Pelni Jakarta.

vi
8. Kedua orang tua, adik dan anggota keluarga saya lainnya yang telah

memberikan semangat, doa dan dukungannnya untuk menyelesaikan

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Teman-teman Mahasiswa/I Akademi Keperawatan Pelni Jakarta Angkatan

XXII dan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan.

Akhir kata, semoga semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan

kepada penulis mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa Penulis

berharap semoga penelitian ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

kesehatan khususnya keperawatan

Jakarta, 8 Mei 2020

Afaf Nuraini

vii
Akademi Keperawatan Pelni Jakarta

Hasil Penelitian, 8 Mei 2020

Afaf Nuraini 17065

“Pengembangan Standar Operasional Prosedur (Sop) Pemberian Teknik


Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada
Pasien Tuberculosis Paru”.

Abstrak

Kecemasan merupakan bagian dari kondisi manusia yang dianggap mengancam


keberadaannya, keadaan apapun yang mengancam kesejahteraan dapat
menimbulkan kecemasan. Situasi yang mengancam termasuk ancaman fisik,
ancaman terhadap harga diri, dan tekanan untuk melakukan sesuatu di luar
kemampuan seseorang. Kecemasan adalah hasil dari konflik, ketegangan,
ancaman kegagalan atau perasaan tidak aman. Tuberkulosis atau dikenal dengan
istilah Tbc merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang biasanya mempengaruhi organ paru-paru
namun dapat juga mempengaruhi organ lain selain paru-paru. Tuberculosis dapat
menyebabkan kecemasan bagi penderita nya, kecemasan merupakan respon
psikologi dari ketegangan mental yang menggelisahkan dan ketidakmampuan
menghadapi masalah atau ketidak adanya rasa aman. Salah satu intervensi yang
dapat menurunkan kecemasan adalah dengan melakukan tenik relaksasi tarik
nafas dalam, teknik relaksasi nafas dalam dapat mengurangi rasa nyeri yang
terjadi pada individu tersebut, ketentraman hati, dan berkurangnya rasa cemas.
Penulisan ini bertujuan untuk Pengembangan Standar Operasional Prosedur
Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan pada Pasien Tuberculosis Paru.

Kata kunci : Kecemasan, Literature review, Relaksasi nafas dalam, SOP,

Tuberculosis.

viii
Akademi Keperawatan Pelni Jakarta

Hasil Penelitian, 8 Mei 2020

Afaf Nuraini 17065

” Development The Techniques Of Relaxation Standard Operating Procedures


To The Decline In His Breath For Anxiety In Patients Pulmonary
Tuberculosis”.

Abstrack

Anxiety is part of the human condition that is considered to threaten its existence,
any situation that threatens well-being can cause anxiety. Threatening situations
include physical threats, threats to self-esteem, and pressure to do something
beyond one's means. Anxiety is the result of a conflict, tension, threat of failure or
feelings of insecurity. Tuberculosis or known by the tuberculosis is an infectious
disease caused by bacteria mycobacterium tuberculosis usually affecting the
organs the lungs but can be also affecting the organs other than the lungs.
Tuberculosis can cause anxiety his, for the anxiety is in response are psychology
from mental strain and inability or it deal with the security.One intervention that
can be lowered to anxiety is tenik relaxation breath breath in, techniques of
relaxation his breath for to reduce pain happened to the individual, hearts, if and
reduced fear.Writing aims to development the techniques of relaxation standard
operating procedures to the decline in his breath for anxiety in patients
pulmonary tuberculosis.

Keywords : Anxiety , literature review , relaxation a deep breath , sop ,

tuberculosis

ix
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME ..................................................... iv


LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................6
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................6
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................8
A. Tinjauan Pustaka ..........................................................................................8
1. Teori dan Konsep Kecemasan ..................................................................8
a. Pengertian Kecemasan ............................................................................... 8
b. Rentang Respon Kecemasan .................................................................... 9
c. Tingkat Kecemasan .................................................................................. 10
d. Faktor Predisposisi ................................................................................... 11
e. Faktor Presipitasi ...................................................................................... 11
f. Sumber Kecemasan .................................................................................. 12
g. Mekanisme Koping .................................................................................. 12
h. Gejala-Gejala Kecemasan ....................................................................... 13
2. Konsep TB Paru .....................................................................................14
a. Pengertian TB Paru .................................................................................. 14
b.Etiologi ....................................................................................................... 14
c.Patofisiologi ............................................................................................... 15
d.Tanda dan Gejala TB Paru ....................................................................... 16

x
3. Konsep Alat Ukur Kecemasan ...............................................................16
4. Konsep Teknik Relaksasi Nafas Dalam ..............................................19
a.Tarik Nafas Dalam .................................................................................... 19
b. Langkah-langkah Teknik Relaksasi Nafas Dalam............................... 20
B. Kerangka Konseptual .................................................................................21
BAB III METODELOGI ..................................................................................22
A. Metodelogi .................................................................................................22
B. Plan, Do, Study, Act (PDSA) .....................................................................22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................25
A. Hasil ...........................................................................................................25
B. Pembahasan ................................................................................................33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................38
A. Kesimpulan ............................................................................................... 38
B. Saran .......................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA………...………………………………………………..40
LAMPIRAN .......................................................................................................43

xi
DAFTAR TABEL

HAL

Table 1. 4.1 Hasil literature Review SOP 25

Table 2. 4.2 Hasil Penelusuran Literature Review Pengembangan SOP Pemberian

Teknik Relaksasi Nafas Dalam untuk menurunkan tingkat kecemasan pada pasien

Tuberculosis Paru. 32

Table 3 Kuesioner Kecemasan 2 50

Table 4 Jadwal Penelitian 54

xii
DAFTAR GAMBAR

HAL

Gambar 1 Rentang respon kecemasan 9

Gambar 2 Kerangka Konseptual 21

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian 52

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Gant Chart Rencana Kegiatan


Lampiran 2 penjelasan untuk mengikuti penelitian
Lampiran 3 Informed consent

Lampiran 4 Lembar Observasi


Lampiran 5 kuesioner kecemasan
Lampiran 6 kerangka konsep penelitian
Lampiran 7 langkah-langkah tahap kerja
Lampiran 8 lampiran curriculum vitae
Lampiran 9 lembar konsul
Lampiran 10 poster

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi seseorang individu yang sejahtera,

artinya individu tersebut mampu mencapai kebahagiaan, ketenangan, kepuasan,

aktualisasi diri, dan mampu optimis atau berpikir positif di segala situasi baik

terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan nya (Stuart, 2013). Menurut

undang-undang kesehatan jiwa tahun 2014 bahwa kesehatan jiwa adalah

keadaan dimana individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan

sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat

mengatasi tekanan yang terjadi pada dirinya, dapat bekerja secara produktif,

dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (Undang-undang

Kesehatan Jiwa Nomor 18 Tahun 2014).

Kesehatan jiwa menurut World Health Organization (WHO) diartikan

sebagai berbagai bentuk karakteristik positif yang menggambarkan

keselarasan dan keseimbangan kejiwaan sehingga dapat mencerminkan

kedewasaan kepribadian nya. Kesehatan jiwa memiliki persamaaan dari

bentuk karakteristik atau sikap posisitif , mampu tumbuh dan berkembang

sehingga mencapai aktualisasi diri, kebebasan diri dalam melakukan segala hal,

memiliki pandangan sesuai dengan kenyataan dan mampu beradaptasi dengan

lingkungan sekitar. (Mad Zaini, 2019).

1
2

Gangguan mental emosional meruakan suatu keadaan yang

mengindikasikan individu mengalami suatu perubahan emosional yang dapat

berkembang menjadi keadaan patologis apabila terus berlanjut. SRQ memiliki

keterbatasan karena hanya mengungkap status emosional sesaat (± 2 minggu)

dan tidak dirancang untuk diagnostic gangguan jiwa secara spesifik. (riset

dasar kesehatan, 2007).

Berdasarkan prevalensi gangguan mental emosional pada Penduduk

usia 15 tahun ke atas berdasarkan karakteristik umur pada tahun 2007

prevalensi tertinggi pada usia 45-54 (12%), usia 33-64 (15,9%), usia 65-74

(23,2%) dan prevalensinya dibandingkan di perkotaan (10,4%). Prevalensi

berdasarkan karakteristik umur pada tahun 2013 angka tertinggi yang

mengalami gangguan mental emosional tertinggi pada umur 19 tahun pada

laki-laki (52,7%) dan perempuan pada umur 75+ tahun (56,8%), sedangkan

angka terendah pada laki-laki berumur 75+ tahun (43,2%) dan yang perempuan

pada usia 60-64 tahun (49,4%). (Riset kesehatan dasar, 2013-2018).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Prevalensi Gangguan Mental

Emosional berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun

menurut provinsi, di Indonesia yang terkena gangguan mental emosional

(9.8%). Menunjukkan bahwa prevalensi Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2013

(5,7%) lalu angka tertinggi yang mengalami gangguan mental emosional pada

daerah Sumedang (10%) sedangkan angka terendah pada daerah Lampung

(0,2%). Sedangkan data Riskesdas pada tahun 2018 menurut provinsi DKI

Jakarta (3,6%) lalu angka tertinggi yang gangguan mental emosional terjadi di
3

provinsi Silawesi Tengah (19,8%) dan angka terendah pada provinsi Jambi

(3,6%). (Riset dasar kesehatan, 2013-2018).

Kecemasan adalah satu kondisi kegelisahan mental, keprihatinan,

ketakutan, firasat atau perasaan putus asa karena ancaman yang akan terjadi

atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasi terhadap diri sendiri

atau terhadap hubungan yang bermakna. Pengertian lain cemas adalah suatu

keadaan yang membuat seseorang yang tidak nyaman dan terbagi dalam

tingkatan. Kecemasan merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan

sehari-hari yang menggambarkan keadaan khwatir, gelisah, takut tidak tentram

disertai berbagai keluhan fisik. (Rahmayati, 2018)

Tingginya prevalensi TB di Indonesia serta resiko yang di timbulkan,

menyebabkan beberapa pasien TB mudah mengalami kecemasan. Kecemasan

adalah salah satu respon psikologis yang di rasakan pasien dalam menghadapi

penyakitnya (Smeltzer & Bare, 2014). Kecemasan pada pasien TB berkaitan

dengan adanya perasaan khawatir berlebihan terhadap penyakitnya. Pasien

diagnisis TB paru, timbul kecemasan perasaan ketakutan dalam dirinya yang

dapat berupa ketakutan akan pengobatan, kematian, efek samping obat,

menularkan penyakit ke orang lain, kehilangan pekerjaan, ditolak dan

didiskriminasikan (Dewi, 2019)

Berdasarkan jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994

kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin,

jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar
4

dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan survei Prevalensi

Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada

perempuan. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada

fakto risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan dalam

meminu m obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki

yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang

merokok. Jumlah Kasus Baru TBC di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin,

Tahun 2017 245.298. Prevalensi TBC menurut Karakteristik umur angka

tertinggi yang terkena penyakit TBC pada umur 65-75 tahun sekitar (0,7-0,8%)

lalu angka terendah pada umur 15-44 tahun (0,3%), sedangkan menurut

pendidikan angka tertinggi pada pendidikan tidak sekolah (0,5%) lalu angka

terendah pada pendidikan tamat D1-PT sekitar (0,2%), menurut status ekonomi

angka tertinggi yang terkena TBC pada menengah atas-terbawah (0,4%) lalu

angka terendah pada teratas sekitar (0,2%). Berdasarkan prevalensi Riskesdas

2018 berdasarkan provinsi DKI Jakarta yang terkena TB Paru sekitar (0,4%)

lalu angka tertinggi yang pada provinsi Banten (0,8%), sedangkan yang

terendah pada provinsi Bali (0,1%). Selama 10 tahun terakhir angka notifikasi

dan cakupan pengobatan kasus TBC cenderung terdapat peningkatan yang

signifikan dari tahun 2008 (30,8%) sampai 2017 (42,4%). (

Pada pasien TB beberapa mengalami kecemasan. Kecemasan yang

dialami pada pasien TB Paru berkaitan dengan adanya perasaan khawatir

berlebihan terhadap penyakitnya. Pasien yang di diagnosis terkena penyakit TB

Paru timbul kecemasan perasaan ketakutan akan pengobatan, kematian, efek


5

samping obat, menularkan penyakit ke orang lain, kehilangan pekerjaan nya,

ditolak dan didiskriminasikan. Bahkan pasien yang terkena penyakit TB paru

dapat mengalami masalah psikososial akibat kondisi kesehatannya yang

menurun sehingga dapat mengalami masalah ansietas atau kecemasan. Kondisi

kecemasan yang dialami tersebut dapat membuat penderita menjadi tidak fokus

dan kurang mampu berpikir positif. Intervensi yang dilakukan mengajarkan

pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri

berupa pengalihan situasi., tarik napas dalam, Intervensi yang dilakukan

dengan pendekatan terapeutik. Komunikasi terapeutik merupakan kunci utama

dalam membina hubungan dengan pasien agar terbina rasa saling percaya

antara pasien dengan perawat. Pemberian teknik relaksasi nafas dalam pada

pasien akan menurunkan ketegangan sehingga mencapai keadaan yang rileks,

dapat memusatkan perhatian pada teknik pernafasan, dan mengencangkan serta

mengendurkan kumpulan otot secara bergantian sehingga dapat merasakan

perbedaan antara relaksasi dan ketegangan. Ansietas yang dialami klien dapat

berkurang setelah melakukan latihan tarik napas dalam dan perasaan lebih

tenang, agar mengurangi ansietas klien dan latihan tarik napas dalam dapat

dilakukan secara teratur. (Asep,2015)

Berdasarkan uraian diatas, melihat tingginya angka kejadian dan

dampak dari kecemasan didukung dari beberapa jurnal maka penulis tertarik

untuk melakukan literature review dari ―Pengembangan Standar Operasional


6

Prosedur Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan

Tingkat Kecemasan pada pasien Tuberculosis Paru‖

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakan gambaran pengembangan standar operasional prosedur

pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan

pada pasien Tuberculosis Paru

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Standar Operasional Prosedur pengaruh

pemberian intervensi teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan

tingkat kecemasan yang mengalami Tuberculosis Paru.

2. Tujuan Khusus
a. Mengembangkan Standar Operasional Prosedur pengaruh pemberian

teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan tingkat kecemasan

yang mengalami Tuberculosis Paru

b. Memberikan gambaran penerapan Standar Operasional Prosedur

pengaruh pemberian intervensi teknik relaksasi nafas dalam terhadap

tingkat kecemasan yang mengalami Tuberculosis Paru

D. Manfaat Penulisan
Penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang pengaruh

teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pada

pasien Tuberculosis Paru.


7

2. Bagi pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan


Sebagai penelitian pendahuluan untuk mengawali penelitian lebih lanjut

tentang Pengembangan Standar Operasional Prosedur Pemberian Teknik

Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada

pasien Tuberculosis Paru.

3. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dan melaksanakan aplikasi riset Keperawatan di

Pelayanan Keperawatan, khususnya penelitian tentang pelaksanaan tindakan

tentang Pengembangan Standar Operasional Prosedur Pemberian Teknik

Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada

Pasien Tuberculosis Paru


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Teori dan Konsep Kecemasan

a. Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan respon psikologi dari ketegangan mental

yang menggelisahkan dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau

ketidak adanya rasa aman. Perasaan seperti ini umumnya menimbulkan

gejala-gejala fisiologis (gemetar, berkeringat, kerja jantung meningkat)

dan gejala psikologis (panik, tegang, bingung, tidak dapat

berkonsentrasi). Kecemasan merupakan bagian dari kondisi manusia

yang dianggap mengancam keberadaannya, keadaan apapun yang

mengancam kesejahteraan dapat menimbulkan kecemasan. Situasi yang

mengancam termasuk ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri, dan

tekanan untuk melakukan sesuatu di luar kemampuan seseorang.

Kecemasan adalah hasil dari konflik, ketegangan, ancaman kegagalan

atau perasaan tidak aman.. Rasa cemas yang dialami oleh individu akan

menjadikan pengganggu yang sama sekali tidak diharapkan

kemunculannya. (Aprillina,2017).

Definisi (Anxiety) kecemasan atau dalam bahasa inggris

―anxiety‖ berasal dari bahasa Latin ― angustus‖yang berarti kaku, dan

―ango‖ yang berarti mencekik. Kecemasan adalah emosi yang tidak

menyenangkan, seperti perasaan tidak enak, parasaan kacau, was-was

8
9

dan ditandai dengan istilah kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut

yang kadang dialami dalam tingkat dan situasi yang berbeda—beda,

Atkinson dalm Ardiyanto (2012:2). Pendapat diatas menjelaskan bahwa

kecemasaan adalah keadaan suasana hari yang ditanai oleh afek negative

dan gejala-gejala ketegangan jasmania dimana seseorang mengantisipasi

kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa yang akan

datang. Kecemasan mungkin melibatkan perasaan, perilaku dan respon-

respon fisiologis. (Zulfikar,2018).

b. Rentang Respon Kecemasan

Rentang kecemasan berfluktuasi antara respon adaptif antisipasi

dan yang maladaptive yaitu panic.

Adaptif Maladaptif

Gambar 1 Rentang respon kecemasan

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

1) Antisipasi Suatu keadaan yang digambarkan lapangan persepsi

menyatu dengan lingkungan.

2) Cemas Ringan Ketegangan ringan, penginderaan lebih tajam dan

menyiapkan diri untuk bertindak.

3) Cemas Sedang Keadaan lebih waspada dan lebih tegang, lapangan

persepsi menyempit dan tidak mampu memusatkan pada

factor/peristiwa yang penting baginya.


10

4) Cemas Berat Lapangan persepsi sangat sempit, berpusat pada detail

yang kecil, tidak memikirkan yang luas, tidak mampu membuat

kaitan dan tidak mampu menyelesaikan masalah.

5) Panik Persepsi menyimpang, sangat kacau dan tidak terkontrol,

berpikir tidak teratur, perilaku tidak tepat dan agitasi/hiperaktif.

(Lilik,2016)

c. Tingkat Kecemasan

1) Ansietas ringan terjadi saat ketegangan hidup sehari-hari. Selama

tahap ini seseorang waspada dan lapang persepsi meningkat.

Kemampuan seseorang untuk melihat, mendengar, dan manangkap

lebih dari sebelumnya. Jenis ansietas ringan dapat memotivasi belajar

dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

2) Ansietas sedang, dimana seseorang hanya berfokus pada hal yang

penting saja lapang persepsi menyempit sehingga kurang melihat

mendengar, dan menagkap. Seseorang memblokir srea tertentu tetapi

masih mampu mengikuti perintah jika diarahkan untuk melakukannya.

3) Ansietas berat ditandai dengan penurunan yang signifikan dilapang

persepsi. Cenderung memfokuskan pada hal yang detail dan tidak

berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi

ansietas, dan banyak arahan yang dibutuhkan untuk focus pada area

lain.

4) Panik dikaitkan dengan rasa takut dan terror sebagian orang yang

mengalami kepanikan tidak dapat melakukan hal-hal bahkan dengan


11

arahan. Gejala panic adalah peningkata aktivitas motorik, penurunan

kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain , persepsi yang

menyempit dan kehilangan pemikiran rasional. (Yusuf, 2015)

d. Faktor Predisposisi

1) Teori Psikoanalisa

a) Muncul konflik emosional antara id dan superego

b) Cemaskan reaksi fisiologis terhadap ketidakmampuan sexual ·

2) Teori Interpersonal

a) Penolakan interpersonal

b) Proses kehilangan

c) Perpisahan

3) Teori Behavior

Wujud frustasi ketidakmampuan mencapai tujuan

4) Teori biologis

Ketidakstabilan benzodiazepine, endorphin dan neurotransmitter

lain. (Imam,2016)

e. Faktor Presipitasi

1) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis

akibat penyakit yang diderita atau menurunnya kemampuan fisik

untuk melaksanakan kehidupan sehari-hari.

2) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, berupa

gangguan harga diri dan integrasi fungsi social. (Lilik, 2016)


12

f. Sumber Kecemasan

1) Ancaman internal dan eksternal terhadap ego (S. Freud) Adanya

gangguan pemenuhan kebutuhan dasar; makan, minum, sexual.

2) Ancaman terhadap keamanan interpersonal dan harga diri (Sullivan)

(1) Tidak menemukan integritas diri

(2) Tidak menemukan prestige

(3) Tidak memperoleh aktualisasi diri

3) Malu/tidak kesesuaian antara pandangan diri dan lingkungan

nyata.(Lilik,2016)

g. Mekanisme Koping

Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis

mekanisme koping yaitu sebagai berikut.

1) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan

berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan

situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau

mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. Menarik diri untuk

memindahkan dari sumber stres. Kompromi untuk mengganti tujuan

atau mengorbankan kebutuhan personal.

2) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan

sedang, tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri,

distorsi realitas, dan bersifat maladaptive. (Rizky, 2016)


13

h. Gejala-Gejala Kecemasan

1) Respon Fisiologis

a) Kardiovaskuler

Palpitasi, Jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa mau

pingsan, tekanan, darah menurun, nadi menurun

b) Respirasi

Nafas cepat, pernafasan dangkal, rasa tertekan pada dada dan

tercekik.

c) Neuromuskuler

Peningkatan reflek, peningkatan rangsangan kejut, mata berkedip-

kedip, insomnia, gelisah, wajah tegang dan kelemahan secara

umum

d) Gastrointestinal

Kehilangan nafsu makan, menolak makanan, rasa tidak nyaman

pada abdomen, rasa tidak nyaman pada epigastrium, nausea, diare

e) Saluran kemih

Tidak dapat menahan buang air kecil, tidak dapat menahan buang

air besar, nyeri saat buang air kecil

f) Integumen

Rasa terbakar pada wajah, berkeringat setempat (telapak tangan),

gatal – gatal, perasaan panas dan dingin pada kulit, muka pucat,

berkeringat seluruh tubuh

2) Respon Perilaku
14

Gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, tidak

ada koordinasi kecenderungan mendapat cidera, menarik diri,

menghindar, hiperventilasi, melarikan diri dari masalah.

3) Respon Kognitif

Perhatian terganggu, konsentrasi hilang, pelupa, salah

penilaian, blocking. menurunnya lahan persepsi, reatifitas menurun,

produktifitas menurun, bingung, sangat waspada, hilang objektifitas,

takut kecelakaan dan mati. (Imam, 2016)

2. Konsep TB Paru

a. Pengertian TB Paru

Tuberkulosis atau dikenal dengan istilah Tbc merupakan suatu

penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium

tuberculosis yang biasanya mempengaruhi organ paru-paru namun dapat

juga mempengaruhi organ lain selain paru-paru. Penyakit ini dapat

menular melalui udara dari orang yang terinfeksi ke orang lain, salah

satunya melalui batuk. pengobatan terhadap penyakit Tuberkulosis telah

menghindari 49 juta kematian di seluruh dunia. (Eka,2017)

b. Etiologi

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan

oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (kadang-kadang disebabkan

oleh M. bovis dan africanum), yang pada umumnya menyerang paru dan

sebagian menyerang di luar paru, seperti kelenjar getah bening (kelenjar),

kulit, usus atau saluran pencernaan, selaput otak, dan sebagainya.


15

Organisme ini disebut pula sebagai basil tahan asam. (Rahmat Hidayat,

2017).

c. Patofisiologi

Pada Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-

paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk

globular. Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TB

paru ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di

sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding

itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TB

paru akan menjadi dormant (istirahat). Reaksi jaringan ini mengakibatkan

penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia dan

infeksi awal terjadi dalam 2-10 minggu setelah pemajanan. Granulomas

diubah menjadi massa jaringan jaringan fibrosa, bagian sentral dari

massa fibrosa ini disebut tuberkel ghon dan menajdi nekrotik membentuk

massa seperti keju. . Massa ini dapat mengalami klasifikasi, membentuk

skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit

aktif. Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami

penyakit aktif karena gangguan atau respon yang inadekuat dari respon

system imun. Dalam kasus ini, tuberkel ghon memecah melepaskan

bahan seperti keju dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar di

udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh.


16

d. Tanda dan Gejala TB Paru

Gejala klinis TB paru terdiri dari gejala respiratorik seperti; batuk

kurang lebih 2 minggu, batuk disertai dengan keluarnya darah, terasa

nyeri pada bagian dada, dan dada terasa sesak napas. Sedangkan gejala

sistemik terdiri dari; suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi dari suhu

normal (demam), keluarnya keringat pada malam hari , perasaan tidak

nyaman, gelisah, kehilangan selera nafsu makan, dan terjadi nya

penurunan berat badan. (Raisuli Ramadhan, 2017)

3. Konsep Alat Ukur Kecemasan

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan

menurut alat ukur kecemasan yang disebut Hamilton anxiety rating scale

(HARS) digunakan untuk menilai tingkat kecemasan. Instrumen

pengumpulan data HARS telah digunakan sebelumnya oleh Larasati (2012)

dengan topik dan sasaran yang berbeda. Kuisioner HARS terdiri dari 14

macam kelompok pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner

HARS memiliki skala 0-5. Nilai rata-rata yang diperoleh responden

selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan rentang nilai level tingkat

kecemasan yaitu skor 0-14 (artinya tidak ada kecemasan), skor 14-20

(artinya kecemasan ringan), skor 21-27 (artinya kecemasan sedang), skor

28-41 (artinya kecemasan berat) dan skor 42-56 (artinya kecemasan berat

sekali). (Kristina,2017).

Skala HARS menurut Hamilton Anxienty Rating Scale (HARS) penilaian

kecemasan terdiri dari 14 item, yang meliputi; (Giatika Chrisnawati, 2019).


17

a. Perasaan ansietas berupa cemas, firasat buruk, takut akan pikiran

sendiri atau mudah tersinggung.

b. Ketegangan berupa perasaan yang selalu tegang, lesu, tidak bisa

istirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan

gelisah.

c. Ketakutan terhadap gelap, orang asing, ditinggal sendirian, terhadap

binatang besar, keramaian lalu lintas dan terhadap kerumunan orang

banyak.

d. Gangguan tidur berupa kesukaran untuk tidur, terbangun di malam

hari, tidur nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mengalami mimpi,

bermimpi buruk dan menakutkan.

e. Gangguan kecerdasan berupa sukar berkonsetrasi dan daya ingat yang

buruk.

f. Perasaan depresi berupa hilangnya minat, berkurangnya kesenangan

pada hobi, sedih, bangun dini hari dan perasaan yang cenderung

berubah-ubah sepanjang hari.

g. Gejala somatik (motorik) seperti sakit dan nyeri otot, kaku, kedutan

otot, gigi gemeretuk dan suara yang tidak stabil.

h. Gejala somatik (sensorik) berupa tinnitus, penglihatan kabur, muka

merah dan pucat, merasa lemah dan perasaan ditusuk-tusuk.

i. Gejala karidovaskuler berupa takikardia, berdebar, nyeri di dada,

denyut nadi semakin cepat, perasaan lesu atau lemas seperti mau

pingsan, detak jantung berhenti sekejap.


18

j. Gejala respiratori berupa rasa tertekan pada dada, perasaan tercekik,

sering menarik napas disertai dengan napas yang pendek dan sesak.

k. Gejala gastrointestinal berupa sulit menelan, perut melilit, gangguan

pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di

perut, rasa penuh atau kembung, mual muntah dan buang air besar

lembek.

l. Gejala urogenital seperti sering buang air kecil, tidak dapat menahan

air seni, amenorrhoe, menorrhagia, menjadi frigid, ereksi hilang dan

impotensi.

m. Gejala otonom seperti mulut kering, muka merah, mudah berkeringat,,

pusing, sakit kepala, dan perasaan merinding

n. Tingkah laku selama wawancara gelisah, tidak tenang, jari-jemari

gemetar, kening berkerut, wajah tegang, tonus otot meningkat, napas

pendek dan cepat disertai dengan muka berwarna merah.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori;

Jika skor 0 (tidak ada gejala sama sekali)

0= tidak ada gejala sama sekali

1= satu gejala yang ada

2= sedang/separuh gejala yang ada

3= berat/ lebih dari separuh gejala yang ada

4= sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan skor 1-14 dengan

hasil:
19

Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan

Skor 14-20 = kecemasan ringan

Skor 21-27 = kecemasan sedang

Skor 28-41 = kecemasan berat

Skor 42-56 = kecemasaan berat sekali

4. Konsep Teknik Relaksasi Nafas Dalam

a. Tarik Nafas Dalam

Teknik relaksasi nafas dalam adalah bernafas dengan perlahan dan

menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat

perlahan dan dada mengembang penuh. Dalam teknik ini merupakan

suatu bentuk asuhan keperawatan, bagaimana perawat mengajarkan cara

melakukan teknik relaksasi nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi

secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan,

selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam

juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi

darah. Selain itu manfaat yang didapat setelah melakukan teknik

relaksasi nafas dalam adalah mengurangi atau bahkan menghilangkan

rasa nyeri yang terjadi pada individu tersebut, ketentraman hati, dan

berkurangnya rasa cemas, juga praktis dalam melakukan teknik relaksasi

nafas dalam tersebut tanpa harus mengeluarkan biaya. (Noviliya Hawati,

2019).

Tujuan nafas dalam untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol

dan efisien serta untuk mengurangi kerja bernafas, meningkatkan inflasi


20

alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot, meghilangkan ansietas,

menyingkirkan pola aktifitas otot-otot pernafasan yang tidak berguna,

tidak terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernafasan, mengurangi

udara yang terperangkap serta mengurangi bernafas. (Ayu, 2019).

b. Langkah-langkah Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Adapun langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam adalah

sebagai berikut :

1) Menciptakan lingkungan yang tenang

2) Usahakan tetap rileks dan tenang

3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara

melalui hitungan 1,2,3.

4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan

ekstrimitas atas dan bawah rileks

5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali

6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut

7) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang

8) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

(Hawati, 2019).
21

B. Kerangka Konseptual

Tuberculosis
Faktor Yang
Hamilton Anxiety
Mempengaruhi
Rating Scale Cemas
1.Ketidakmampuan
(Kristina, 2017)
Untuk Menurunkan fisiologis akibat

Tingkat Kecemasan penyakit yang

diderita

2. Ancaman pada

Study literature terkait sistem diri


SOP procedure
Pemberian Teknik
Relaksasi Nafas Dalam

Standar Operasional
Prosedure Pemberian
Teknik Relaksasi
Nafas Dalam

Gambar 2 Kerangka Konseptual


BAB III
METODELOGI

A. Metodelogi

Metodelogi yang digunakan dalam pengembangan protokol pemberian

teknik relaksasi nafas dalam pada pasien laki-laki dengan masalah kecemasan

ini adalah literature review. Literature review pada penulisan ini digunakan

untuk mengidentifikasi langka-langkah yang tepat dalam menangani masalah

kecemasan pada pasien laki-laki dengan memberikan teknik relaksasi nafas

dalam.

Literature review merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk

pada metodologi penelitian atau riset tertentu dan pengembangan yang

dilakukan untuk mengumpulkan serta mengevaluasi penelitian yang terkait

pada fokus topik tertentu. (Triandini, 2019).

B. Plan, Do, Study, Act (PDSA)

1. Plan

a. Pengkajian terkait penyebab dan derajat tingkat kecemasan pada orang

dewasa.

b. Menentukan rencana asuhan keperawatan pada masalah keperawatan

kecemasan dengan menurunkan tingkat kecemasan berupa pemberian

teknik relaksasi nafas dalam.

c. Menentukan keriteria pasien orang dewasa yang dapat diberikan asuhan

keperawatan yaitu kecemasan berupa pemberian terapi teknik relaksasi

nafas dalam. Kriteria yang dimaksud :

22
23

Kriteria Inklusi :

1) Pasien yang kooperatif.

2) Pasien yang tidak mengalami gangguan mental psikologis.

3) Pasien dewasa yang berusia produktif sekitar 35-60 tahun

4) Pasien yang mengalami penyakit Tuberculosis Paru.

5) Pasien yang mengalami rasa kecemasan ringan-sedang

6) Pasien yang sedang tidak merasakan sesak

7) Pasien yang bersedia menjadi responden

Kriteria Ekslusi :

1) Pasien yang tidak kooperatif

2) Pasien yang tidak mengalami kecemasan

3) Pasien yang merasakan sesak

4) Pasien yang tidak membutuhkan intervensi teknik relaksasi nafas dalam

untuk mengurangi kecemasan

2. Do

Penulis mengembangkan protocol berupa pemberian teknik

relaksasi nafas dalam dengan kecemasan.

3. Study

a. Penulisan melakukan study literature terkait pemberian teknik relaksasi

nafas dalam pada orang dewasa dengan kecemasan

b. Penulis menganalisis hasil pencarian literature review terkait pemberian

teknik relaksasi nafas dalam dengan kecemasan


24

c. Penulis mencari jurnal atau teori pendukung sebagai bentuk

rasionalisasi asuhan keperawatan dalam setiap proses atau langkah

paada protocol yang penulis kembangkan

4. Act

SOP ini akan dijadikan sebagai panduan dalam memberikan Tarik

nafas dalam dengan masalah kecemasan, agar hasil yang didapatkan

menjadi jauh lebih efektif dan efisien


25

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

1. Hasil Penelusuran Literature Review

Tabel 4.1 Hasil penelusiran Literature Review Standar Operasional


Prosedure (SOP) Dalam Upaya Menurunkan Tingkat Kecemasan Pada
Pasien Tuberculosis Paru.
Table 1. 4.1 Hasil literature Review SOP
No Judul Peneliti Metode Intervensi Hasil
Penelitian Penelitian Teknik
Relaksasi Nafas
Dalam
1. Pelatihan Aprilya Partisipan Alat atau materi Pada
Teknik Dewi penelitian ini yang digunakan penelitian ini,
Relaksasi Kartika Sari adalah lima dalam pelatihan ini pemberian
untuk , Subandi orang yang antara lain: pelatihan
Menurunkan memperoleh 1. The Beck teknik
Kecemasan skor skala Anxiety relaksasi
pada Primary kecemasan Inventori dalam
Caregiver pada kategori (BAI), menurunkan
Penderita sedang dan digunakan tingkat
Kanker tinggi. untuk kecemasan
Payudara Rancangan mengetahui pada keluarga
eksperimen tingkat yang merawat
menggunakan kecemasan penderita
small N sample partisipan kanker
experiment, penelitian yang memberikan
desain ABA. didiagnosa efek positif
Instrumen yang mengalami bagi keluarga.
digunakan gangguan
adalah skala kecemasan.
kecemasan BAI 2. Modul
yang telah pelatihan,
diadaptasi. disusun oleh
Tritmen yang peneliti berisi
diberikan manual atau
adalah panduan bagi
pelatihan teknik fasilitator dalam
relaksasi terdiri proses
dari delapan pelatihan.
sesi yang 3. Buku pegangan,
dilaksanakan berisi materi
selama kurang pelatihan dan
lebih dua lembar kerja.

25
26

No Judul Peneliti Metode Intervensi Hasil


Penelitian Penelitian Teknik
Relaksasi Nafas
Dalam
minggu 4. Buku pegangan
dibawa
partisipan
sebagai
pegangan
(handout) yang
harus dibawa
pada setiap
pertemuan dan
lembar kerja
sebagai tugas
rumah yang
dapat diisi oleh
partisipan
sebagai evaluasi
dan pemantauan
mengenai
kemajuan atau
peningkatan
yang terjadi
selama
pelatihan.
5. Lembar
pedoman
wawancara dan
observasi
selama proses
terapi
berlangsung.
6. Lembar
evaluasi.
Lembar
evaluasi yang
diisi oleh
partisipan
sebagai evaluasi
dari pelatihan
yang telah
diikuti.
7. Inform consent,
merupakan
lembar
persetujuan
yang
menyatakan
kesediaan
penderita untuk
menjadi
partisipan
penelitian
27

No Judul Peneliti Metode Intervensi Hasil


Penelitian Penelitian Teknik
Relaksasi Nafas
Dalam

2. Pengaruh Yunidar, Penelitian ini Hasil uji


Teknik Dwi Yunita dilaksanakan 1. Peneliti statistik
Relaksasi dan Joko pada tanggal 6- menjelaskan menunjukkan
Nafas Dalam Pitoyo 17 Februari kepada adanya
terhadap 2017 di Rumah responden yang pengaruh
penanganan Sakit akan dijadikan teknik
Tingkat dr.Bratanata sampel dalam relaksasi
Kecemasan dengan penelitiandan nafas dalam
pasien yang populasi yaitu setiap restiap terhadap
akan menjalani pasien baru responden penanganan
tindakan EGD yang akan berhak menolak tingkat
di Rumah melakukan atau bersedia kecemasan
Sakit tindakan EGD sebagai sampel pasien yang
Dr.Bratanata dan jumlah penelitian. Bagi akan
Jambi sampel yang bersedia menjalani
sebanyak 10 dijadikan sampel tindakan
orang. diminta untuk EGD.
Desain menandatangani
Penelitian Informed
Design dimana Consent
pengukuran 2. Menjelaskan
tingkat tentang maksud
kecemasan penelitian dan
dilakukan manfaat teknik
sebanyak dua relaksasi nafas
kali yaitu dalam
sebelum 3. Peneliti memulai
diberikan melakukan
tekhnik pretest
relaksasi nafas pengukuran
dalam dan skala kecemasan
setelah untuk dijadikan
diberikan data sebelum
tekhnik
dilakukan teknik
relaksasi nafas
relaksasi nafas
dalam dan tidak
menggunakan dalam
control 4. Peneliti
melakukan
teknik relaksasi
nafas dalam
kepada
responden secara
kelompok
ataupn
individual
sebagai terapi
untuk
menurunkan
28

No Judul Peneliti Metode Intervensi Hasil


Penelitian Penelitian Teknik
Relaksasi Nafas
Dalam
kecemasan
selama 15 menit.
5. Setelah
dilakukan teknik
relaksasi nafas
dalam peneliti
kembali
mengukur
tingkat
kecemasan
setelah
dilakukan
intervensi teknik
relaksasi nafas
dalam
3 Pengaruh Febria Penelitian 1. Peneliti Hasil analisa
teknik Syafyu Sari dilakukan pemberikan mempunyai
relaksasi diBangsal informasi tingkat
terhadap Bedah RSUD kepada semua kecemasan
penurunan Dr. Achmad responden yang ringan (50%).
tingkat Mochtar akan dijadikan Hasil uji
kecemasan Bukittinggi. sampel dalam statistic
pasien Populasi dalam didapatkan p
penelitian ini
praoperatif penelitian ini value = 0,001
dan setiap
berjumlah 68 sehingga
orang.Teknik responden dapat
pengambilan berhak untuk disimpulkan
sampel secara menolak atau bahwa ada
purposive bersedia hubungan
sampling, sebagai sampel yang
dengan sampel penelitian. Bagi bermakna
sebanyak 12 mereka yang antara
orang. bersedia pengaruh
Instrument menjadi sampel teknik
yang digunakan diminta untuk relaksasi
adalah HRS- menandatangan nafas dalam
A(Hamilaton i Informed terhadap
Ratting Scale Consent penurunan
For Anxiety tingkat
2. Menjelaskan
kecemasan
secara singkat
pasien
tentang maksud praoperatif.
peneliti dan Maka dari itu
manfaat teknik diharapkan
relaksasi nafas kepada
dalam instansi
3. Peneliti mulai pelayanan
melakukan kesehatan
pretest untuk
pengukuran meningkatkan
29

No Judul Peneliti Metode Intervensi Hasil


Penelitian Penelitian Teknik
Relaksasi Nafas
Dalam
skala program
kecemasan tentang
untuk dijadikan teknik
data skala relaksasi
kecemasan nafas dalam.
sebelum diberi
perlakuan.
4. Peneliti
melakukan
teknik relaksasi
nafas dalam
terhadap
responden
secara
berkelompok
sebagai terapi
untuk
menurunkan
skala
kecemasan
selama 15
menit
5. Setelah semua
data terkumpul,
peneliti
melakukan
perhitungan
dengan cara
komputerisasi
4 Perbedaan Inra, Tanto Hasil penelitian 1. Peneliti Hasil
tingkat Hariyanto, Wardani mendatangi penelitian
kecemasan Ragil Catur (2015), lansia satu membuktikan
lansia sebelum Adi W. didapatkan dari persatu di RW sebelum
dan sesudah 30 responden 02 Kelurahan melakukan
diberikan diketahui Tlogmas terapi
Terapi sebelum Malang relaksasi
Relaksasi melakukan 2. Sebelum nafas dalam
Nafas Dalam relaksasi nafas melakukan hampir
di kelurahan dalam sebanyak penelitian, seluruhnya
Tlogomas 21 (70%) terlebih dahulu lansia
Malang responden peneliti mengalami
mengalami menjelaskan tingkat
kecemasan maksud dan kecemasan
sedang dan tujuan sedang dan
sesudah penelitian sesudah
melakukan 3. Apabila lansia melakukan
relaksasi nafas telah terapi
dalam selama 3 memahami dan relaksasi
hari secara bersedia nafas dalam
30

No Judul Peneliti Metode Intervensi Hasil


Penelitian Penelitian Teknik
Relaksasi Nafas
Dalam
teratur menjadi hampir
sebanyak 26 responden maka seluruhnya
(87%) peneliti lansia
responden memberikan mengalami
mengalami lembar tingkat
kecemasan informed kecemasan
ringan. consent ringan.
Instrumen 4. Sebelum
pengumpulan melakukan
data terapi relaksasi
menggunakan nafas dalam
lembar terlebih dahulu
kuesioner. diukur
Analisa data kecemasan
yang di
lansia dengan
gunakan yaitu
memberikan
uji paired t-test
kuesioner GAS
(Geriatric
Anxiety Scale)
5. Peneliti
menjelaskan
sekaligus
mempraktekan
cara
melakukan
terapi relaksasi
nafas dalam
sampai lansia
dapat
melakukan
terapi relaksasi
nafas dalam
berturut-turut
selama 7 hari
secara teratur.
6. Pada hari ke
tujuh,
responden
diukur lagi
tingkat
kecemasan
dengan
memberikan
kuesioner GAS
(Geriatric
Anxiety Scale)
untuk
mendapatkan
data post test
7. Pengumpulan
31

No Judul Peneliti Metode Intervensi Hasil


Penelitian Penelitian Teknik
Relaksasi Nafas
Dalam
data tersebut
dilakukan
kepada
masing-masing
lansia sampai
mencukupi
jumlah sampel
yang
dibutuhkan
yaitu 30
responden
5 Pengaruh Abdul Penelitian ini 1. Teknik Hasil
Teknik Nafas Ghofur dan adalah Pengumpulan penelitian
Dalam Eko keseluruhan Data Data yang tentang
terhadap Purwoko subyek atau digunakan pengaruh
Perubahan hal-hal yang dalam teknik nafas
Tingkat ingin diteliti., penelitian ini dalam
Kecemasan berjumlah 12 berupa data terhadap
pada Ibu responden yang perubahan
primer yang
Persalinan menjalani tingkat
langsung
Kala i di persalinan kala kecemasan
Pondok I pada bulan memberikan pada pasien
Bersalin Ngudi Desember 2007 data kepada persalinan
Saras Trikilan di Pondok pengumpul kala 1 yang
Kali Jambe Bersalin Ngudi data. Data yang dilaksanakan.
Sragen Saras Trikilan perlu Perlakuan
Kali Jambe dikumpulkan yang
Sragen Jawa adalah biodata diberikan
Tengah. responden dan oleh peneliti
Instrumen skala tingkat dalam
penelitian kecemasan penelitian ini
menggunakan pasien adalah teknik
pedoman persalinan kala nafas dalam
wawancara dan 1. selama 15
lembar menit dalam
2. Instrumen
observasi. 1 kali
Penelitian
pertemuan.
Instrumen
penelitian
menggunakan
pedoman
wawancara dan
lembar
observasi.
Observasi
dilakukan
sebelum dan
sesudah
perlakuan. Ada
beberapa skala
32

No Judul Peneliti Metode Intervensi Hasil


Penelitian Penelitian Teknik
Relaksasi Nafas
Dalam
tingkat
kecemasan
yang ditandai
dengan gejala
psikis, yaitu
kecemasan,
tegang, takut,
insomnia,
kesulitan
konsentrasi atau
gangguan
intelektual dan
perasaan
depresi atau
sedih. yang
digolongkan
menjadi
beberapa
golongan, yaitu:
cemas ringan,
sedang, berat,
dan panik.

2. Pengembangan Standar Operasional Prosedur Pemberian Teknik Relaksasi

Nafas Dalam untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan pada Pasien

Tuberculosis Paru

Table 2. 4.2 Hasil Penelusuran Literature Review Pengembangan SOP

Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam untuk menurunkan tingkat

kecemasan pada pasien Tuberculosis Paru.

No SOP Rasional

1. Mengajukan informed Istilah Informed consent dalam Undang-Undang


consent Kesehatan kita tidak ada, yang tercantum adalah istilah
persetujuan, menerima atau menolak tindakan
pertolongan setelah menerima dan memahami informasi
mengenai tindakan tersebut. Informed consent atau
persetujuan Tindakan Kedokteran tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran memberikan definisi persetujuan
tindakan kedokteran adalah persetujuan yang
33

No SOP Rasional
diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah
mendapat penjelasan secara lengkap men genai tindakan
kedokteran/kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap
pasien. Wahyu Erfandy Kurnia Rachman, 2020

2. Memberikan lembar Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan


observasi melakukan pengamatan secara langsung kepada
responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal
yang akan diteliti. Dalam penelitian ini lembar observasi
yang dibuat oleh peneliti tentunya dalam hal ini sesuai
dengan standart operasional prosedur yang di isi oleh
peneliti sendiri (Aziz, 2003). Arief Bachtiar, Nurul
Hidayah, Amana Ajeng, 2015

3. Memberikan lembar Peneliti memberikan penjelasan mengenai cara pengisian


kuesioner kuesioner dan memberikan kesempatan bagi responden
untuk bertanya bila ada informasi yang kurang jelas.
Responden diberi waktu untuk mengisi kuesioner.
Kuesioner yang telah diisi dikembalikan kepada peneliti
dan dilakukan pengecekan kembali untuk dilakukan
pengolahan data. Elisabeth Manuho, Herman Warouw,
Rivelino Hamel, 2015.

4. Menjelaskan sekaligus Perawat mempraktekkan sesuai dengan prosedur yang


mempraktekan cara sudah diajarkan, supaya pasien mudah mengerti dan
melakukan terapi paham pada saat melakukan tarik nafas dlam dan terbukti
relaksasi nafas dalam pada saat dilakukan posttest. Sutinah, 2019
5. Melakukan Pre Pre eksperimen dengan rancangan Pretest Postest One
Eksperiment dengan One Group Design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
group Pre Test Post Test teknik relaksasi nafas dalam terhadap mengontrol marah
Design klien skizofrenia dengan risiko perilaku kekerasan di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Sutinah, 2019.

B. Pembahasan

Hasil pengembangan standar operasional prosedur pemberian

teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan tingkat kecemasan didapatkan

hasil sebagai berikut yang telah didukung oleh jurnal terkait.

Berdasarkan jurnal yang dipakai oleh Dewi mengatakan Berdasarkan

pelaksanaan pelatihan teknik relaksasi pada keluarga yang merawat penderita

kanker payudara diperoleh hasil bahwa pelatihan teknik relaksasi pada

penelitian ini terbukti dapat menurunkan kecemasan pada keluarga yang


34

merawat penderita kanker payudara. Pemberian teknik secara berulang dan

rutin dilakukan di rumah dapat mempermudah partisipan untuk menjadi tenang

dan menurunkan kecemasannya. Hal ini dibuktikan bahwa jurnal yang

dilakukan oleh Alfikrie 2020 dengan judul ―Pengaruh relaksasi napas dalam

terhadap kecemasan pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani

hemodialisa‖ menyatakan bahwa penanganan kecemasan dapat dilakukan

dengan memberikan terapi medikasi pada pasien dengan tingkat kecemasan

berat sampai panik. Sedangan terapi relaksasi diberikan pada pasien dengan

tingkat kecemasan ringan sampai sedang. Manfaat diperoleh dari latihan napas

dalam adalah relaksasi otot; meredakan kecemasan dan dapat dilakukan secara

mandiri. Pernapasan yang lambat, santai, juga membantu mengendalikan

kecemasan yang terjadi Latihan ralaksasi napas dalam telah menunjukan hasil

yang baik dalam menurunkan skor kecemasan dalam periode tertentu

Penelitian yang dilakukan pada jurnal hasil penelitian ini membuktikan

bahwa tehnik relaksasi sangat efektif dilakukan pada pasien yang akan

melakukan tindakan EGD, yang dilakukan oleh Roihatul Zahro, 2017 dengan

judul ―pengaruh slow deep breathing terhadap penurunan tingkat kecemasan

pasien pre operasi sectio caesarea ( Effect Of Slow Deep Breathing To

Decrease Rate Leather Patients Pre Operations Sectio Caesarea )‖ Pengaruh

slow deep breathing terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre

operasi section caesarea menunjukkan bahwa Pengaruh slow deep breathing

terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi section caesarea di

RS Muhammadiyah Gresik Menurunnya tingkat kecemasan pasien pre operasi


35

sectio caesarea sesudah dilakukan intervensi berupa slow deep breathing yang

sudah diterima pasien dengan baik maka mereka mendapatkan manfaat

sekaligus informasi yang baru tentang slow deep breathing yang bermanfaat

untuk kecemasan. Untuk mengatasi kecemasan pasien dapat melakukan slow

deep breathing. Slow deep breathing yaitu menurunkan tekanan darah,

meningkatkan gelombang alfa otak, dan rileks, mengurangi stress baik stress

fisik maupun emosional yaitu menurunkan kecemasan.

Penelitian yang dilakukan oleh Istikhoma Henik, 2017 dengan judul

―Pengaruh terapi relaksasi nafas dalam terhadap tingkat kecemasan dan lama

persalinan kala i dan ii di bpm wilayah klaten‖ menyebutkan bahwa adanya

perubahan tingkat kecemasan pada klien dalam beradaptasi terjadi karena

adanya penambahan informasi pada diri klien melalui teknik relaksasi nafas

dalam, membuat klien sangat terbantu dalam mengatasi kecemasan , terjadi

peningkatan rasa percaya diri pada klien sehingga klien menjadi lebih rileks

dan mampu berfikir positif tentang persalinan yang dihadapi. Pelatihan

relaksasi nafas dalam dapat menjadi salah satu alternatif intervensi yang

digunakan untuk menurunkan kecemasan padaibu primipara. Proses persalinan

merupakan hal yang fisiologis bagi setiap wanita. Tetapi sebagian wanita

merasa takut karena rasa sakit yang muncul. Perlakuan teknik nafas dalam

banyak memberikan pengaruh penurunan tingkat kecemasan setelah diberi

perlakuan selama 15 menit. Hal ini dapat dikatakan bahwa pemberian teknik

nafas dalam efektif dilakukan untuk penurunan tingkat kecemasan pasien

persalinan.
36

Penelitian yang dilakukan oleh Febria dengan judul ―Pengaruh teknik

relaksasi terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien praoperatif‖

menyebutkan bahwa teknik relaksasi yang diberikan kepada pasien mampu

menurunkan kecemasan pada pasien. Teknik ini diberikan dengan tujuan agar

pasien merasa nyaman sehingga pasien tersebut merasakan ketenangan dalam

dirinya, mengurangi stress, dan kekakuan yang dirasakan pada diri pasien

ketika akan dilakukannya operasi. Sehingga klien dapat merasakan tenang dan

nyaman. Teknik nafas dalam juga dapat memberikan individu kontrol diri

ketika terjadi rasa ketidaknyamanan atau cemas, stres fisik dan emosi yang

disebabkan oleh kecemasan. Teknik ini tidak hanya digunakan pada individu

yang sakit tetapi bisa juga digunakan pada individu yang sehat.Pelaksanaan

teknik relaksasi bisa berhasil jika pasien kooperatif.

Penelitian yang dilakukan oleh Agung Octa Nihando Rokawie, 2017

dengan judul ―Relaksasi Nafas Dalam Menurunkan Kecemasan Pasien Pre

Operasi Bedah Abdomen‖ menyebutkan terapi relaksasi adalah tehnik yang

didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh berespon pada ansietas yang

merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi penyakitnya. Teknik relaksasi

dapat menurunkan ketegangan fisiologis. Teknik ini dapat dilakukan dengan

kepala ditopang dalam posisi berbaring atau duduk di kursi. Hal utama yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan teknik relaksasi adalah pasien dengan posisi

yang nyaman, pasien dengan pikiran yang beristirahat, dan lingkungan yang

tenang. Teknik relaksasi nafas dalam lebih dipilih untuk menurunkan

kecemasan pada pasien pre operasi. Dalam terapannya terapi relaksasi nafas
37

dalam lebih mudah dipelajari dan diterapkan oleh para pasien nantinya. Teknik

relaksasi napas dalam dapat, mengurangi stress, menurunkan kecemasan.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil pengembangan Standar Operasional Prosedur

pemberian teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan tingkat kecemasan

pada pasien Tuberculosis Paru menggunakan studi literature. Adapun jurnal-

jurnal yang digunakan dalam pengembangan SOP ini antara lain :

1. SOP intervensi teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat

kecemasan pada pasien Tuberculsis Paru dapat dikembangkan melalui

Literature Review yang dilakukan 5 jurnal.

2. Berdasarkan literature review yang dilakukan dari beberapa jurnal tersebut,

maka didapatkan hasil bahwa intervensi teknik relaksasi nafas dalam

terbukti bahwa dalam upaya penurunan masalah tingkat kecemasan

3. Teknik relaksasi nafas dalam mampu menurunkan tingkat kecemasan

dengan melakukan menarik nafas secara perlahan melalui hidung dan

menghembuskan nya melalui mulut, apabila dilakukan nya berulang kali

sampai pasien merasa lebih tenang maka dapat menurunkan nya tingkat

kecemasan

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang

pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat

kecemasan pada pasien Tuberculosis Paru

38
39

2. Bagi pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Sebagai penelitian pendahuluan untuk mengawali penelitian lebih

lanjut tentang Pengembangan Standar Operasional Prosedur Pemberian

Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan

pada pasien Tuberculosis Paru.

3. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman dan melaksanakan aplikasi riset

Keperawatan di Pelayanan Keperawatan, khususnya penelitian tentang

pelaksanaan tindakan tentang Pengembangan Standar Operasional Prosedur

Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tingkat

Kecemasan pada Pasien Tuberculosis Paru.


DAFTAR PUSTAKA

Alfakrie, F. P. (2020). Pengaruh Relaksasi Napas Dalam Terhadap Kecemasan


pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal
Borneo Nursing. 2(2), 1-8.

Azizah, L.M., Zairul, L.L., Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Jember: Universitas Jember.

Bachtiar, A., Hidayah, N., Ajeng, N. (2015). Pelaksana Pemberian Terapi


Oksigen pada Pasien Gangguan Sistem Pernafasan. Jurnal Keperawatan
Terapan. 1(2)., 48-52.

Bachtiar, A., Hidayah, N., Ajeng. . (2015). Pelaksanaan Pemberian Terapi


Oksigen pada Pasien Gangguan Sistem Pernafasan. Jurnal Keperawatan
Terapan. 1(2), 48-52.

Badan Pusat Statistik. (2017). Statistik Kesejahteran Rakyat 2017. Jakarta.


Chrisnawati, G., Aldiano, T. (2019). Aplikasi Pengukuran Tingkat Kecemasan
Berdasarkan Skala HARS Berbasis Android. Jurnal Teknik Komputer. 5(2).

Fitria, E., Ramadhan, R., Rosdiana. (2017.). Karakteristik Penderita Tuberculosis


Paru di Puskesmas Rujukan Mikroskopis Kabupaten Aceh Besar. Jurnal
Penelitian Kesehatan., 1-8.

Ghofur, A., Purwoko, E. (2015). Pengaruh Teknik Nafas Dalam Terhadap


Perubahan Tingkat Kecemasan pada Ibu Persalinan Kala i di Pondok
Bersalin Ngudi Saras Trikilan Kali Jambe Sragen. Jurnal Kesehatan Surya
Medika Yogyakarta.
Hawati, N. (2019). Pengalaman Penderita Gastritis Kronis Dalam Melakukan
Teknik Relaksasi Nafas Dalam Untuk Membantu Menurunkan Skala Nyeri
pada Penderita Gastritis Kronis di Rumah Sakit Siti Khadijah Palembang.
Jurnal Kesehatan dan Pembangunan. 10(19)., 45-54.

Hidayat, A.Y,. Ekaputeri, Y.S. (2015). Penetapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
pada Pasien Diagnosis Keperawatan Ansietas dengan Diabetes Melitus
serta Tuberculosis Paru di Ruangan Umum RSM. J. Jurnal Keperawatan
Jiwa. 3(2)., 89-96.

Hidayat, R., Bahar, H., Ismail, C.S. (2017). Skrining dan Studi Epidemiologi
Penyakit Tubeculosis Paru di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Kendari. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. 2(6), 1-12.

40
41

Inra., H. T. (2019). Perbedaasn Tingkat Kecemasan Lansia Sebelum dan


Sesudahdi Berikan Terapi Relaksasi Nafas Dalam di Kelurahan Tlogomas
Malang . Jurnal Nursing News. 4(1), 338-346.

Kartini, A., Saiful, G. (2017). Tingkat Kecemasan dengan Kejadian Insomnia


Pada Lansia. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia. 2(2).
Kementerian Kesehatan RI. (2016). National Strategic Plan of Tuberculosis
Control 2016-2020. Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI. (2007). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementrian


Kesehatan Dasar RI.

Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta, Indonesia:


Kementrian Kesehatan Dasar RI.

Kementrian Kesehatan RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67


Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis . Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI. (2018). Info Datin Pusat Data dan Informasi . Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta, Indonesia:


Kementrian Kesehatan Dasar RI.

Kementrian Kesehatan RI. (2013.). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta, Indonesia:


Kementrian Kesehatan Dasar RI.

Kristina. (2017). Pengaruh Kegiatan Mewarnai Pola Mandala Terhadap Tingkat


Kecemasan Mahasiswa Akademi Keperawatan Dirgahayu Samarinda (The
Effect Of Mandala Pattern Coloring Activity On The Anxiety Levelof
Students In Dirgahayu Nursing Academy Samarinda). NurseLine Journal 2
(1)., 11-16.

Kumbara, H., Metra, Y., Ilham, Z. (2018). Analisis Tingkat Kecemasan (Anxiety)
dalam Menghadapi Pertandingan Atlet Sepak Bola Kabupaten Banyuasin
pada Porprov 2017. Jurnal Ilmu Keolahragaan 17 (2)., 28 - 35.

Laili, F., Wartini, E. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Kecemasan dalam Menghadapi Persalinan pada Ibu Hamil. Jurnal
Kebidanan. 3(3)., 152-156.

Manuho, E., Warouw, H., Hamel, R. (2015). Hubungan Beban Kerja dengan
Kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat
Inap CI RSUP Prof. DR.R.D. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan. 3(2).,
1-8.
42

Maslahatul, D., Zahro, R. (2017). Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap


Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea. Jurnal
Ners Lentera. 5(2)., 116-123.

Murwati., Istikomah, H. (2016). Pengaruh Terapi Relaksasi Nafas Dalam


Terhadap Tingkat Kecemasan dan Lama Persalinan Kala I dan II di BPM
Wilayah KLaten . Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan. 5(1)., 61-109.

Rokawie, A.O.N., Sulastri., Anita. (2017). Relaksasi Nafas Dalam Menurunkan


Kecemasan Pasien Pre Operasi Bedah Abdomen. Jurnal Kesehatan, 8(2),
257-262.

Sari, A.D.K., Subandi. (2015). Pelatihan Teknik Relaksasi Nafas Untuk


Menurunkan Kecemasan Pada Primary Caregiver Penderita Kanker
Payudara. Gajah mada Journal of profesional psychology. 1(3), 173-192.

Sari, F. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Tingkat


Kecemasan Pasien Praoperatif. Jurnal Menara Ilmu. XI (75)., 13-24.

Sutinah., Safitr, R., Saswati, Nofrida. (2019). Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Berpengaruh Terhadap Kemampuan Mengontrol Marah Klien Skizofrenia.
Jurnal of Healthcare Technology and Medicine. 5(1)., 45-55.

Triandini, E., Jayanatha, S., Indrawan, A., Putra, G.W., Israwan, B. (2019).
Metode Systematic Literature Review untuk Identifikasi Platfrom dan
Metode Pengembangan Sistem Informasi di Indonesia. Jurnal Indnesia of
Information System, 63-77.

Trianingsih, R.P. (2020). Informed Consent dalam Tindakan Kedokteran di


Bidang Kecantikan. Jurnal Ilmu Kesehatan
6 (2)., 86

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.

Yunindar., Yunita, D., Pitoyo, J. (2017 ). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas


Dalam Terhadap Penanganan Tingkat Kecemasan Pasien yang akan
menjalani Tindakan EGD dI Rumah Sakit DR.Bratanata Jambi. Jurnal
Akademika Baiturrahim. 6 (2), 52-60.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gant Chart Rencana Kegiatan

JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI Juni Juli Agustus


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
NO KEGIATAN

1 Pengajuan judul

2 Penyusunan Proposal

3 P engumpulan
Proposal
4 Ujian Proposal

5 Revisi Uji Proposal

8 Penyusunan Hasil
Penulisan
9 Literature Riview

10 Penyusunan Hasil
Literature Riview
11 Ujian Hasil
Literature
Riview
12 Revisian Hasil
Literature Riview
Plagiarism Checker X Originality
Report
Date: Wednesday, September
16, 2020 Statistics: 1013 words
Plagiarized / 4941 Total words
Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs
Selective Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------
------------

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan


kondisi seseorang individu yang sejahtera, artinya individu tersebut
mampu mencapai kebahagiaan, ketenangan, kepuasan, aktualisasi diri,
dan mampu optimis atau berpikir positif di segala situasi baik terhadap
diri sendiri, orang lain dan lingkungan nya (Stuart, 2013).

Menurut undang-undang kesehatan jiwa pada tahun 2014 bahwa


kesehatan jiwa adalah keadaan dimana seseorang dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual dan sosial maka seseorang tersebut
menyadari bahwa kemampuan yang dimiliki nya sendiri, dapat mengatasi
tekanan yang akan terjadi pada dirinya, dapat bekerja secara produktif,
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (Undang-
undang Kesehatan Jiwa Nomor 18 Tahun 2014).

Orang yang sehat jiwa berarti mempunyai kemampuan menyesuaikan


diri terhadap diri nya sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan.
Manusia terdiri dari biologis yang berarti manusia juga makhluk biologis
yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan fisik nya
Lampiran 2
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

(PSP)

1. Kami adalah Peneliti berasal dari Akademi Keperawatan PELNI Jakarta dengan

ini meminta saudara/I untuk berpartisipsi dalam penelitian berjudul

―Pengembangan Standar Operasional Prosedur Pemberian Teknik Relaksasi

Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Pasien

Tuberculosis Paru‖.

2. Tujuan dari penelitiaan ini adalah menggambarkan Pengembangan Standar

Operasional Prosedur Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap

Penurunan Tingkat Kecemasan pada Pasien Tuberculosis Paru.

3. Prosedur pengambilan data dengan cara wawancara terpimpin menggunakan

pedoman wawancara yang berlangsung 15-25 menit. Cara ini mungkin

menyebabkan ketidaknyamanan tetapi tidak perlu khawatir karena penelitian

ini untuk kepentingan pengembangan asuhan/pelayanan keperawatan.

4. Keuntungan yang saudara/I peroleh dalam keikutsertaan pada penelitian ini

adalah turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan/tindakan yang

diberikan

5. Nama dan jati diri saudara/I beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan

akan tetap dirahasiakan

6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,

silahkan menghubungi peneliti pada nomer Hp. 089532949630.

Peneliti,

Afaf Nuraini
Lampiran 3

INFORMED CONSENT

(Persetujuan menjadi Partisipan)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah

mendapat penjelasan rinci dan telah menngerti mengetai penelitian uang

sudah dilakukan oleh Afaf Nuraini dengan judul ―Pengembangan Standar

Operasional Prosedur Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap

Penurunan Tingkat Kecemasan pada Pasien Tuberculosis Paru‖

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini

secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan

mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu

tanpa sanksi apapun.

Jakarta,……… 2020

Sanksi Yang memberikan persetujuan

(………………………) (………………………………)

Peneliti

(Afaf Nuraini)

Lampiran 2 Informed consent


Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI

ANALISIS INTERVENSI TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN

PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU

DIRUMAH SAKIT PELNI JAKARTA

Ruang :
Tanggal Penelitian :
Inisial Nama :
Nomor RM :
Jenis Kelamin : Laki- laki

Perempuan

Usia/Tanggal lahir :

Status Perkawinan : Menikah Belum Menikah

Bercerai
Pendidikan : Tidak Sekolah SD SMP

SMA Perguruan Tinggi

Pekerjan :

lampiran 3 Lembar Observasi


LEMBAR OBSERVASI

ANALISIS INTERVENSI TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN

PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU

DIRUMAH SAKIT PELNI JAKARTA

Ruang :
Tanggal Penelitian :
Inisial Nama :
Nomor RM :
Jenis Kelamin : Laki- laki

Perempuan

Usia/Tanggal lahir :

Status Perkawinan : Menikah Belum Menikah

Bercerai

Pendidikan : Tidak Sekolah SD SMP

SMA Perguruan Tinggi

Pekerjan :
Lampiran 5

KUESIONER KECEMASAN

HARS Menurut Hamilton Anxienty Rating Scale (HARS)

Table 3 Kuesioner Kecemasan 2

Score
No. Tanda dan Gejala
0 1 2 3 4
1. Perasaan Cemas:
 Firasat buruk
 Takut akan kepikiran
sendiri
 Mudah tersinggung
2. Ketegangan :
 Merasa tegang
 Gelisah
 Gemetar
 Mudah terganggu
 Lesu
3. Ketakutan :
 Takut terhadap gelap
 Terhadap orang asing
 Bila tinggal sendiri
 Takut pada binatang
besar
4. Gangguan Tidur :
 Sukar memulai tidur
 Terbangun pada malam
hari
 Tidur tidak pulas
 Mimpi buruk
5. Gangguan Kecerdasan :
 Penurunan daya ingat
 Mudah lupa
 Sulit konsentrasi
6. Perasaan Depresi :
 Hilangnya minat
 Berkurangnya
kesenangan pada hoby
 Sedih
 Perasaan tidak
menyenangkan sepanjang
hari.
7. Gejala Somatik:
 Nyeri pada otot-otot dan
kaku
 Gertakan gigi
 Suara tidak stabil
 Kedutan otot.
8. Gejala sensorik:
 Perasaan ditusuk-tusuk
 Penglihatan kabur
 Muka merah
 Pucat serta merasa
lemah.
9. Gejala Kardiovaskuler :
 Takikardi
 Nyeri di dada
 Denyut nadi mengeras
 Detak jantung hilang
sekejap
10. Gejala Pemapasan :
 Rasa tertekan di dada
 Perasaan tercekik
 Sering menarik napas
panjang
 Merasa napas pendek.
11. Gejala Gastrointestinal:
 Sulit menelan
 Obstipasi
 Berat badan menurun
 Mual dan muntah
 Nyeri lambung sebelum
dan sesudah makan
 Perasaan panas di perut.
12. Gejala Urogenital :
 Sering kencing
 Tidak dapat menahan
keneing
 Aminorea
 Ereksi lemah atau
impotensi.
13. Gejala Vegetatif :
 Mulut kering
 Mudah berkeringat
 Muka merah
 Bulu roma berdiri
 Pusing atau sakit kepala.
14. Gejala Vegetatif : a)
 Mulut kering
 Mudah berkeringat
 Muka merah
 Bulu roma berdiri
 Pusing atau sakit kepala.
Perilaku Sewaktu Wawancara:
 Gelisah
 Jari-jari gemetar
 Mengkerutkan dahi atau
kening
 Muka tegang
 Tonus otot meningkat
 Napas pendek dan cepat.

Total Score :

a. Kategori :

0= tidak ada gejala sama sekali

1= satu gejala yang ada

2= sedang/separuh gejala yang ada

3= berat/ lebih dari separuh gejala yang ada

4= sangat berat semua gejala ada

b. Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan skor 1-14

dengan hasil:

Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan

Skor 14-20 = kecemasan ringan

Skor 21-27 = kecemasan sedang

Skor 28-41 = kecemasan berat.


Lampiran 6

Kerangka Konsep Penelitian

TB Paru

Skala

Kecemasan Hamilton

Anxiety
Teknik Relaksasi Rating Scale
Nafas Dalam

Klien I Klien II

Kecemasan Berkurang

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian


Lampiran 7

Langkah – Langkah Tahap Kerja

Adapun langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam adalah

sebagai berikut :

1) Menciptakan lingkungan yang tenang

2) Usahakan tetap rileks dan tenang

3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara

melalui hitungan 1,2,3.

4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan

ekstrimitas atas dan bawah rileks

5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali

6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui

mulut

7) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang

8) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

(Noviliya Hawati, 2019).


Lampiran 8
CURRICULLUM VITAE

A. Data Diri

Nama Lengkap : AFAF NURAINI


Tempat dan Tgl lahir : Jakarta, 12 April 1999
Usia : 21 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Nomor KTP : 317307524990005
Nomor Telp : 089519080571
Pendidikan : DIII Keperawatan AKPER PELNI Jakarta Tahun lulus
2020
Alamat tempat tinggal : Jl. Asrama Polri Palmerah rt 04 rw 14 no.08

B. Riwayat Pendidikan Formal

Tahun 2003-2005 : Tk Asiah


Tahun 2005-2011 : Sdn 011 Pagi
Tahun 2011-2014 : Mts Al-Ikhlas
Tahun 2015-2017 : Man 22 Jakarta
Tahun 2018-2020 : Akademi Keperawatan PELNI Jakarta

Anda mungkin juga menyukai