No :
Diberikan Kepada:
Dr. M. dr. Martina Yulianti, Sp. PD.FINASIM., Mars Hj. Heldiana, S.Kep dr. Ghandy Irawan
No. Materi
OLEH:
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui oleh:
Mengetahui,
NIP 198101252008012012
I
KATA PENGANTAR
Dalam menjalani proses menyusun Karya Tulis Ilmiah ini, tidak sedikit
halangan dan rintangan yang penulis hadapi. Menyadari bahwa dalam penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini ada begitu banyak tangan yang membantu untuk
mengoreksi, memberikan bahan dan informasi yang di butuhkan, serta banyak
pikiran dan kata-kata penyemangat yang diterima oleh penulis. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada :
II
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN I
KATA PENGANTAR II
DAFTAR ISI III
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG 1
TUJUAN 5
BAB II LANDASAN TEORI
KONSEP HIPOTENSI 6
KONSEP PLR 14
ASUHAN KEPERAWATAN .20
BAB III LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN 26
B. ANALISA DATA 30
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 31
D. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN 32
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 37
F. IMPLEMENTASI INTERVENSI PLR…………………………...............….40
BAB IV PEMBAHASAN
ANALISIS MASALAH PADA PASIEN KELOLAAN 42
ANALISA NTERVENSI KONSEP PENELITIAN TERKAIT 42
ALTERNATIF PEMECAHAN YANG DAPAT DILAKUKAN……..........…….43
BAB V
KESIMPULAN………………………………………………………............................
… …44
SARAN…………………………………………………………………..........................
.....…. 44
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………........................
….45
III
LAMPIRAN……………………………………………………………...........................
.…….47
IV
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipotensi merupakan suatu keadaan yang mengancam jiwa, menurut
pengertian dalam kamus (Dorland, 2016) Hipotensi adalah suatu kondisi
dimana tekanan darah di bawah normal. Sedangkan penyebab Hipotensi ini
cukup banyak, sehingga bisa diderita oleh siapapun dan kapanpun. Penyebab
Hipotensi sebenarnya tidak selalu jelas. Akan tetapi umumnya kondisi
Hipotensi ini bisa berhubungan dengan masalah gangguan hormone. Misalnya
seperti thypothyroidisme atau kondisi dimana tiroid kurang aktif atau karena
keadaan Diabetes atau Hipoglikemia, juga bisa disebabkan karena adanya
perdarahan berulang atau terus menerus dan masih banyak penyebab
lainnya.
2
mengobservasi nilai SVV dan PPV klien melalui monitor hemodinamik yang
terpasang pada klien setelah dilakukan Passive Legs Raising (Levy, 2014).
3
karena perdarahan akut. Angka tersebut diperkirakan akan meningkat dua kali
lipat dalam 15 tahun kedepan sebanyak 36%, dan kematian tersebut terjadi di
Negara berkembang. di Indonesia Angka kejadian akibat Hipotensi pada
sebanyak 16,7%, lima provinsi dengan insiden tertinggi adalah Aceh (10,2%),
Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Kalimantan (8,1%), dan Banten (8,0%)
(RISKESDAS, 2013).
4
Masalah yang terjadi saat ini di UGD RSUD AM PARIKESIT
Tenggarong adalah pasien hipotensi yang datang tidak memiliki riwayat
hipotensi dalam kurun waktu yang cukup lama berkisar sehingga usaha tidak
terkontrol sehingga menyebabkan menurunnya usaha preload cairan,
sedangkan keterlambatan penanganan resusitasi mengakibatkan komplikasi
seperti gagal jantung, gagal ginjal, serta syok yang dapat mengganggu
kehidupan sehari-hari. Hal ini sebenarnya dapat dicegah dengan manajemen
hipotensi yang baik. Berdasarkan data di RSUD AM Parikesit
Tenggarong,pasien yang masuk dengan diagnosa hipotensi pada tahun 2022
sebanyak 7 pasien, dan untuk data di UGD RSUD AM Parikesit Tenggarong
pada tahun 2022 sebanyak 3 Pasien.
Berdasarkan dari data dan uraian diatas terkait dengan PLR (Passive Leg
Raised) yang dapat digunakan sebagai terapi nonfarmakologi terhadap penderita
hipotensi maka saya tertarik untuk melakukan tindakan PLR dalam melihat
efektivitas passive leg rised (PLR) untuk mengetahui responsivitas status cairan
pada pasien yang mengalami hipotensi di UGD AM PARIKESIT TENGGARONG.
B. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
5
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KONSEP HIPOTENSI
1. Definisi Hipotensi
Hipotensi atau tekanan darah rendah, terjadi jika terdapat
ketidakseimbangan antara kapasitas vaskuler darah dan volume darah
atau jika jantung terlalu lemah untuk menghasilkan tekanan darah yang
dapat mendorong darah. (Sherwood, 2001).
Hipotensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah rendah
dari 90/60 mmHg sehingga menyebabkan keluhan. Namun jika tidak
terjadi keluhan dapat dikatagorikan kondisi yang normal. Sedangkan
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.
Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan
sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat
ventrikel beristirahat dan mengisi ruangannya. Tekanan darah biasanya
digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik
(Oxford, 2013).
Hipotensi adalah tekanan darah yang rendah sehingga tidak
mencukupi untuk perfusi dan oksigenasi jaringan adekuat. Hipotensi
dapat primer atau sekunder (misal: penurunan curah jantung, syok
hipovolemik, penyakit Addison) atau postural (ortostatik). => Kelenjar
adrenal (insufisiensi adrenal), Syok. (Chris Brooker, 2015)
Pada tekanan darah yang terlampau rendah akan menyebabkan
masalah yang dapat mengancam jiwa karena akan terjadi penurunan
aliran darah yang mengangkut nutrisi dan oksigen pada organ vital
seperti jantung dan otak. (Lintang, 2000).
2. Etiologi
Terjadinya tekanan darah rendah di pengaruhi beberapa hal, yang
apabil hal tersebut mengalami gangguan penurunan maka tekanan darah
akan turun.
a. Stroke volume, yakni kekuatan otot jantung untuk menguncup
mengeluarkan darah dari rongga otot jantung ke seluruh tubuh.
b. Heart rate yaitu berapa kali jantung berdenyut dalam satu menitnya.
Semakin tinggi heart rate, semakin tinggi pula tekanan darah.
c. Tegangan perifer atau tegangan kekakuan pembuluh darah. Makin
kaku pembuluh darah, makin tinggi tekanan darah. Demikian juga
sebaliknya makin lembek pembuluh darah maka tekanan darah akan
semakin rendah.
d. Diare, hebat membuat kondisi seseorang kekurangan cairan sehingga
tidak bertenaga. Kondisi ini membuat otot jantung lemah dalam
memompakan darah dari jantung keseluruh tubuh. Akibatnya tekanan
menjadi menurun.
e. Berdiri teralu lama terlebih dalam kondisi yang belum sarapan pagi
atau malam harinya yang kurang tidur dapat menyebabkan tekanan
darah rendah.
f. Pendarahan, Terjadi karena seseorang mengalami pendarahan akibat
luka terbuka atau luka yg terlalu dalam. Penyebab lainnya adalah
kondisi lemah jantung, serangan jantung dan alergi obat.
(Arumi,2016)
g. Dehidrasi, yang sering disebabkan oleh muntah, diare, demam dan
panas stroke. Dehidrasi ringan dapat menyebabkan Anda merasa
pusing atau bahkan pingsan. Jika berkepanjangan, hal ini dapat
menyebabkan shock dan kondisi serius lainnya. (Potter & Perry,
2019)
Terdapat beberapa manifestasi dari beberapa Hipotensi :
a. Hipotensi
Jantung berdebar kencang dan tidak teratur, pusing, lemas, mual,
pinsan, pandangan buram dan kehilangan keseimbangan.
b. Hipotensi Interadialisis, asympomatik hingga syok
Perasaan tidak nyaman pada perut, mual, muntah, menguap, otot
terasa kram, gelisah, pusing kecemasan.
7
c. Hipotensi Ortostatik, Pusing hingga pinsan.
3. Klasifikasi
a. Hipotensi Postural
Hipotensi postural merupakan jenis hipotensi yang mendadak
karena perubahan posisi tubuh, biasanya pada saat sedang berdiri dari
posisi duduk atau dari posisi berbaring. Tekanan darah turun karena
jantung tidak dapat memompa cukup darah sehingga terjadi kekurangan
oksigen di otak, menyebabkan timbulnya gejala rasa pusing bahkan
pinsan. Menurut (Chris Brooker, 2015) Hipotensi postural adalah
penurunan tekanan darah tiba-tiba saat mengubah posisi dengan cepat
dari berbaring atau duduk menjadi berdiri. Kondisi ini paling umum terjadi
pada lansia. Kondisi ini dapat disebabkan oleh mekanisme fisiologis yang
terlambat, yang normalnya mengompensasi perubahan postur tubuh.
Hipotensi postural juga dapat terjadi jika pasien sedang menjalani
pengobatan menggunakan obat antihipertensi, terutama jika diberikan
dosis yang paling tepat. Perawat juga harus menganjurkan pasien untuk
menghindari perubahan posisi tiba-tiba. Jika pasien berbaring atau duduk
selama beberapa waktu, tenaga pelayanan kesehatan harus
mengantisipasi potensi penurunan tekanan darah tiba-tiba saat pasien
berdiri, dan memastikan bahwa pasien berdiri perlahan dan aman.
Gejala lain dari gangguan otonom yang sering menyertai hipotensi,
diantaranya: Keluar keringat dingin, perubahan besar pupil, gangguan
gastrointestinal (pencernaan), disfungsi kandung kemih dan poliuria
nokturnal (sering kencing waktu malam). (Van der Cammen, 2016).
b. Hipotensi Postprandial
Hipotensi postprandial merupakan jenis hipotensi yang mendadak
setelah mengkonsumsi makanan. Setelah makan, darah mengalir cepat
kesaluran pencernaan, dan untuk mengkompensasi penurunan mendadak
dalam pembuluh, laju detak jantung meningkat dan beberapa pembuluh
darah menyempit. Seseorang yang mengalami hipotensi postprandial
8
harus makan makanan dalam porsi yang sedikit supayatidak memicu
terjadinya penurunan tekanan darahsecara mendadak.
c. Hipotensi karena saraf (Neurally Mediated Hypotension)
Dalam kondisi normal, jika anda berdiri atau berjalan selama jangka
waktu tertentu, gaya gravitasi menarik darah ke ujung-ujung bagian bawah
tubuh anda, yang menyebabkan tekanan darah turun. Pada sebagian
orang suplai darah tidak dapat terpenuhi karena adanya masalah
komunikasi pada sistem syaraf yang menyampaikan perintah dari otak
kepada jantung, sehingga jantung tidak segera meningkatkan laju
detaknya dan terjadilah ketidak-seimbangan sirkulasi darah dan
menyebabkan pusing bahkan pingsan.
d. Hipotensi Akut
Hipotensi yang munculnya tiba-tiba dengan faktor pencetus.
tekanan darah bagian atas tubuh akan menurun karena pengaruh gravitasi.
Pada orang dewasa normal, tekanan darah arteri rata-rata pada kaki adalah
180-200 mmHg. Tekanan darah arteri setinggi kepala adalah 60-75 mmHg
darah akan terlokalisir pada satu tempat. Pengisian atrium kanan jantung
pada posisi berdiri akan terjadi penurunan sementara tekanan darah sistolik
9
hinga 25 mmHg, sedang tekanan diastolik tidak berubah atau meningkat
diikuti kenaikan tekanan parsial CO2 (pCO2) dan penurunan tekanan parsial
setiap arteri besar di daerah dada dan leher; namun dalam jumlah banyak
carotis,daerah yang dikenal sebagai sinus karotikus dan dinding arkus aorta.
berbagai sebab dan kontraksi volume intravaskular baik yang relatif maupun
absolut.
10
PATHWAY HIPOTENSI
Hipotensi
preload, stroke
Systemic &
volume &Heart Rate,
Pulmonary edema
TD
• kebutuhan oksigen
Diaforesis Dispnea
otot jantung
MK : Perfusi jaringan
tidak efektif
Perfusi Jaringan
Kegagalan organ
Berkurangnya Suplai Metabolisme tubuh
darah ke Otak menjadi anaerob
MK : Nyeri
11
Sumber : Guyton AC. Textbook of medical physiology. 2015 8th edition: page 221–2332021
5. Komplikasi Hipotensi
a. Pingsan : hipotensi yang menyebabkan tidak cukupnya darah yang
mengalir ke otak, sel-sel otak tidak menerima cukup oksigen dan
nutrisi-nutrisi. Sehingga mengakibatkan pening bahkan pingsan.
b. Stroke : hipotensi yang menyebabkan berkurangnya aliran darah dan
oksigen yang menuju otak sehingga mengakibatkan kerusakan otak.
Sehingga menimbulkan kematian pada jaringan otak karena arteri otak
tersumbat (infark serebral) atau arteri pecah (perdarahan).
c. Anemia : hipotensi pada tekanan darah 90/80 menyebabkan produksi
sel darah merah yang minimal atau produksi sel darah merah yang
rendah sehingga mengakibatkan anemia.
d. Serangan jantung : hipotensi yang mengakibatkan kurangnya tekanan
darah yang tidak cukup untuk menyerahkan darah kearter-arteri
koroner (arteri yang menyuplai darah keotot jantung) sehingga
menyebabkan nyeri dada yang akan mengakibatkan serangan jantung.
e. Gangguan ginjal : ketika darah yang tidak cukup dialirkan ke ginjal-
ginjal, ginjal-ginjal akan gagal untuk mengeliminasi pembuangan-
pembuangan dari tubuh yaitu urea, dan creatin, dan peningkatan pada
tingkat-tingkat hasil eliminasi didarah terjadi (contohnya : kenaikan dari
blood urea nitrogen atau BUN, dan serum keratin.
f. Shock : tekanan darah yang rendah memacu jantung untuk memompa
darah lebih banyak, kondisi tersebut yang mengancam nyawa dimana
tekanan darah yang gigih menyebabkan organ-organ seperti
ginjal.hati.jantung,dan otak untuk gagal secara cepat .
6. Perawatan
Perawatan untuk penderita hipotensi tergantung penyebabnya.
Hipotensi kronik jarang terdeteksi dari gejala. Hipotensi yang tak
bergejala pada orang-orang sehat biasanya tak memerlukan
perawatan. Dalam mengatasi hipotensi berdasarkan penyebabnya
yaitu dengan mengurangi atau menghilangkan gejalanya. Cara lain
untuk mengatasi hipotensi, yaitu:
12
a. Menambahkan elektrolit. Penambahan elektrolit untuk diet dapat
meringankan gejala dari hipotensi ringan.
b. Minum kopi. Dosis kafein di pagi hari dapat memberikan efek
karena kafein dapat memacu jantung untuk bekerja lebih cepat.
c. Pemberian posisi trendelenburg. Pada kasus hipotensi rendah, di
mana pasien masih merespon dengan meletakkan posisi kaki lebih
tinggi dari pada punggung (posisi trendelenburg) posisi itu akan
meningkatkan aliran balik vena, sehingga membuat banyak darah
memenuhi organ-organ yang membutuhkan seperti bangian dada
dan kepala.
d. Klien yang sedang mengalami hipotensi, diharuskan banyak
beristirahat, dan membatasi aktivitas fisiknya selama keadaan ini.
e. Klien dengan hipotensi harus membiasakan diri untuk mempuyai
pola makan yang teratur dan mempunyai makanan pelengkap
seperti susu untuk meningkatkan stamina. Karena pada umumnya
penderita hipotensi cukup lemah dan mudah lelah.
f. Jika diperlukan misalnya pada klien dengan anemia, maka klien
harus mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi
ataupun suplemen zat besi untuk meningkatkan sel-sel darah
merah darah yang menambah volume darah sehingga dapat
meningkatkan tekanan darah penderita.
g. Penderita hipotensi dianjurkan untuk rajin berolahraga ringan,
misalnya joging, untuk melatih kerja jantung secara teratur, dan
melancarkan aliran darah keseluruh tubuh.
7. Pencegahan
Yang dapat dilakukan umtuk mengatasi tekanan darah rendah
adalah sebagai berikut : (Sekar Arumi,2016)
a. Makanlah yang bergizi tinggi ( empat sehat lima sempurna )
b. Sarapan pagi sebelum melakukan aktivitas
c. Hindari tidak tidur hingga larut malam
d. Konsumsi garam cukup
13
e. Minum air putih dalam jumlah yang cukup banyak antara 8 hingga
10 gelas per hari, sesekali minum kopi agar memacu peningkatan
degup jantung sehingga tekanan darah akan meningkat
f. Konsumsi vitamin
g. Konsumsi makanan yang seimbang protein dan lemaknya
h. Berolah raga teratur seperti berjalan pagi selama 30 menit, minimall
3x seminggu dapat membantu mengurangi timbulnya gejala.
B. Konsep Passive Leg Raised
2012).
14
challenge” yang bersifat sementara dan reversibel. Disamping itu, harus
ditekankan juga bahwa pengaruh PLR pada curah jantung hanya terjadi
pada saat itu, tidak berkelanjutan saat kaki ditinggikan dalam waktu
yang lama.
PLR akan menginduksi volume darah yang lebih besar lagi dibanding
bila posisi awal tubuh dalam keadaan berbaring karena darah yang
mengalir tidak hanya berasal dari vena di kaki tapi juga kompartemen
15
dapat memobilisasi tambahan 150 ml yang berasal dari kompartemen
dari manuver PLR yang dimulai dari posisi semi berbaring dibandingkan
Komariah (2015).
a. PLR harus dimulai dari posisi semi recumbent (semi berbaring) dan
sensitivitas tes.
berkorelasi positif dengan isi sekuncup, namun itu juga tergantung pada
16
pemantauan curah jantung saat “real time” seperti analisis kontur nadi,
d. Curah jantung harus diukur tidak hanya sebelum dan selama PLR
tetapi juga setelah PLR ketika klien telah dipindahkan kembali ke posisi
perubahan preload.
17
Gambar 1.1 Mekanisme Passive Legs Raising
pada kondisi edema paru (Wong, 2015). Kelebihan dari Passive Legs
Raising adalah tes ini bisa digunakan pada kondisi dimana pengukuran
variation (SVV) dan pulse pressure variation (PPV). SVV dan PPV
18
merupakan parameter hemodinamik dinamis yang akurat untuk
Dalam beberapa dekade terakhir, SVV dan PPV menjadi predictor yang
Hingga saat ini belum ada standar baku Tindakan Passive Legs Raising
45 derajat.
19
C.Konsep Asuhan Keperawatan Hipotensi
A. Pengkajian keperawatan
a. Identitas klien
Identitas klien Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, tanggal masuk
rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah,
palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah
lelah.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang
menyerta biasanya : sakit kepala , pusing, penglihatan buram,
mual,detak jantung tak teratur, nyeri dada.
d. Riwayat kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipotensi , penyakit jantung, penyakit
ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian
obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis
obat.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipotensi , penyakit
metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih,
dan penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain
f. Aktivitas / istirahat
1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
20
g. Sirkulasi
Gejala :
1) Riwayat hipotensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/
katup dan penyakit serebrovaskuler
2) Episode palpitasi
Tanda :
1) Peningkatan tekanan darah
2) Nadi denyutan jelas dari karotis,ugularis,radialis, takikardia
3) Murmur stenosis vulvular
4) Distensi vena jugularis
5) Kulit pucat,sianosis ,suhu dingin (vasokontriksi perifer)
6) Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda
h. Integritas ego
1) Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan)
2) Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian,
tangisan meledak, otot muka tegang, menghela nafas,
peningkatan pola bicara.
i. Eliminasi
Gejala :gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu.
j. Makanan / cairan
1) Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,
lemak serta kolesterol
2) Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/turun)
k. Riwayat penggunaan diuretic
1) Tanda :
2) Berat badan normal atau obesitas
3) Adanya edema
21
l. Neurosensori
Gejala :
1) Keluhan pening / pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam)
2) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan Kabur, epistakis)
Tanda :
1) Status mental, perubahan keterjagaanm orientasi, pola/ isi
bicara, efek, proses pikir
2) Penurunan kekuatan genggaman tangan
m. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : angina ( penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung), sakit
kepala
n. Pernapasan
Gejala :
1) Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/ kerja, takipnea, ortopnea.
2) Batuk dengan / tanpa pembentukan sputum
o. Riwayat merokok
Tanda :
1) Distress pernapasan / penggunaan otot aksesori pernapasan
2) Bunyi napas tambahan (crakles/mengi)
3) Sianosis
p. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/ cara berjalan, hipotensi postural.
q. Pembelajaran / penyuluhan
1) Faktor risiko keluarga: hipotensi,aterosklerosis, penyakit jantung,
diabetes mellitus.
2) Faktor lain seperti penggunaan pil KB atau hormone lain,
penggunaan alcohol/obat.
3) Rencana pemulangan Bantuan dengan pemantau diri tekanan
darah/ perubahan dalam terapi obat
22
r. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum Keadaan baik dan buruknya pasien tanda-
tanda yang perlu dicatat adalah kesadaran pasien (compos mentis,
somnolen, apatis, spoor dan koma yang bergantung pada keadaan
pasien, ringan, sedang dan berat dan pada kasus fraktur biasanya
akut) tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan lokal baik
fungsi maupun bentuk.
Adapun secara sistemik terdapat pengkajian B1-B6 yang
merupakan pemeriksaan fisik pada setiap bagian orga yang meliputi:
1) B1 (Breathing)
Merupakan pengkajian organ pernafasan.
2) B2 (Blood)
Merupakan pengkajian organ yang berkaitan dengan sirkulasi
darah, yakni jantung dan pembuluh darah.
3) B3 (Brain)
Pengkajian yang meliputi keadaan dan fungsi persepsi sensori.
4) B4 (Bladder)
Merupakan pengkajian sistem urologi.
5) B5 (Bowel)
Merupakan pengkajian sistem digestive atau pencernaan
6) B6 (Bone)
Merupakan pengkajian sistem muskuloskeletal dan integumen.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun
potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
23
Pada pasien hipotensi diagnosa keperawatan yang muncul
adalah :
a. Nyeri akut
b. Penurunan curah jantung
c. Intoleransi aktivitas
d. Defisit volume cairan(hipovolemia)
e. Pola nafas tidak efektif
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan
keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan
pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi
dan kolaborasi (PPNI, 2018).
4. Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi menuju status kesehatan yang
baik/optimal. Pelaksanaan tindakan merupakan realisasi dari
rencana/intevensi keperawatan yang mencakup perawatan langsung
atau tidak langsung (Safitri, 2019).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir
yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam
rencana keperawatan. Evaluasi ini akan mengarahkan asuhan
24
keperawatan, apakah asuhan keperawatan yang dilakukan ke pasien
berhasil mengatasi masalah pasien ataukan asuhan yang sudah dibuat
akan terus berkesinambungan terus mengikuti siklus proses
keperawatan sampai benar-benar masalah pasien teratasi. Evaluasi
keperawatan terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang dilakukan segera setelah melakukan
tindakan keperawatan. evaluasi formatif berorientasi pada aktivitas
proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan yang disebut
sebagai evaluasi proses. Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang
dilakukan setelah perawat melakukan serangkaian tindakan
keperawatan. evaluasi ini berfungsi menilai dan memonitor kualitas
asuhan keperawatan yang diberikan. Pada evaluasi ini berorientasi pada
masalah keperawatan yang sudah ditegakkan, menjelaskan
keberhasilan /ketidakberhasilan, rekapitulasi, dan atau kesimpulan status
kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan.
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP
(Ernawati, 2019).
25
26
BAB III
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny. J
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Menikah
Usia : 58 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl Gunung Gandek tenggarong
Nomor RM : 05340416
Diagnosa Masuk : Hematemesis + Syok Hipovolemik
Tanggal MRS : 7 April 2023
Jam MRS : 08.10
Tanggal Pengkajian : 7 April 2023
a. Keluhan utama
Tenggarong.
mengatakan pasien baru kali ini masuk rumah sakit dengan keluhan
seperti ini, biasanya hanya sakit biasa seperti batuk, pilek, demam.
2. Pemeriksaan fisik
27
Saturasi oksigen : 96 %
Pada pengkajian B1 sampai dengan B6 didapatkan data sebagaii berikut:
1. .Pengkajian (B1) Breathing, didapatkan bentuk dada normal, pernafasan
menggunakan otot bantu nafas thorakal abdominal, tidak ada bunyi suara
tambahan, pernafasan cuping hidung, terpasang oksigen NRM 12 LPM.
2. Pengkajian (B2) Blood tidak ditemukan adanya bendungan vena jugularis,
nadi tidak teratur, crt <3 detik, bunyi jantung tidak terdapat bunyi jantung
tambahan.
3. Pengkajian (B3) Brain (persyarafan/neurologik), didapatkan kesadaran
Compos mentis (14) , GCS E3M6V5, pupil isokor 3 mm.
4. Pengkajian B4 (Bladder) (Perkemihan-urine), BAK terpasang dower
chateter dengan jumlah urine 60 cc , warna urin kuning pekat, vesika
urinaria kosong.
5. Pengkajian B5 (Bowel) (Pencernaan-eliminasi/gastrointesinal) didapatkan
mukosa bibir kering, lidah kotor, palpasi tidak ditemukan distensi
abdomen, ada mual dan muntah 3x, tidak tampak asites pada abdomen,
bising usus 10x/menit, terpasang NGT dan didapat produksi NGT 120 cc
berwarna coklat kehitaman.
6. Pengkajian B6 (Bone & Skin (Tulang – otot – Integumen)
Tidak terdapat edema pada kaki dengan kekuatan otot 4 4
4 4
. Tidak adanya nyeri tekan, tugor kulit lembab, akral teraba dingin, pada saat
pemeriksaan tidak ditemukan riwayat alergi
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 7/04/2023 didapatkan data :
-Hemoglobin 5,4 gr/ml
-leukosit 12.900 /mm3 SGOT 48 U/L
28
Glukosa Sewaktu 134 mg/dl
Albumin 2,6 g/dl
TIBC 273 g/dL
SI 20 g/dL
Hasil pemeriksaan EKG: Sinus tachicardi
29
B.ANALISA DATA
Analisa Data Etiologi Masalah Keperawatan
NO
1 Data Subjektif:
Pasien muntah sudah 3x Kekurangan intake Hipovolemia
dari tadi malam sampai cairan
hari ini sebelum dibawa ke
rs, badan lemes.
Data objektif:
TD: 90/50 MMhg
Hr : 122 x/mnt
Mukosa kering
Produksi urine 60 cc
Warna urine kuning pekat
Akral dingin
2 Data Subjektif:
Sesak nafas Penurunan energi Pola Nafas tidak Efektif
Data Objektif:
Pernafasan 27x/menit
Menggunakan otot bantu
nafas thorakal abdominal
30
Spo2 96%
Data Subjektif:
3 Badan lemes, sesak nafas Perubahan Penurunan curah Jantung
Hr : 122 x/mnt
Akral dingin
31
D.Rencana tindakan Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
(SDKI)
32
Keterangan : Berikan
1.11 terapi
relaksasi untuk
1.Menurun
mengurangi stress, jika
2.Cukup Menurun perlu
1.12 Berikan dukungan
3.Sedang emosional dan spiritual
4.Cukup 1.13 Berikan oksigen
untuk mempertahankan
Meningkat saturasi oksigen >94%
5.Meningkat 1.14 Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
1.15 Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
Kolaborasi
1.16. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
33
menjadi 4 Kolaborasi
1.6 Kolaborasi pemberian
- Dipneu dari
cairan IV isotonis (mis.
skala 3 NaCl, RL)
1.7 Kolaborasi pemberian
menjadi 5
cairan IV hipotonis (mis.
keterangan : glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
1.8 Kolaborasi pemberian
1 Meningkat cairan koloid (mis.
albumin, Plasmanate)
2. Cukup 1.9 Kolaborasi pemberian
Meningkat produk darah
5. Menurun Definisi :
Mengidentifikasi dan
mengelola ketidakmampuan
tubuh menyediakan oksigen
dan nutrien untuk mencukupi
kebutuhan jaringan akibat
kehilangan cairan/darah
berlebih.
Tindakan :
Observasi
1.10 Monitor status
kardiopulmonal
(frekuensi dan
kekuatan nadi,
frekuensi napas,
TD, MAP)
1.11 Monitor status
oksigenasi (oksimetri
nadi, AGD)
1.12 Monitor status cairan
(masukan dan haluaran,
turgor kulit, CRT)
1.13 Periksa tingkat
kesadaran dan respon
pupil
Terapeutik
1.14 Pertahankan jalan
napas paten
1.15 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
1.16 Berikan posisi tindakan
PLR (Passive Leg
34
Raised) untuk respon
cepat status cairan
1.17 Pertahankan posisi
trendelenburg untuk
meningkatkan aliran balik
vena
1.18 Pasang jalur IV
berukuran besar (mis.
nomor 14 atau 16)
1.19 Pasang kateter urin
untuk menilai produksi
urine
1.20 Pasang selang
nasogastrik untuk
dekompresi lambung
1.21 Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
Kolaborasi
1.22 Kolaborasi pemberian
infus cairan kristaloid 1-2
L pada dewasa
1.23 Kolaborasi pemberian
transfuse darah, jika perlu
1 Pola Nafas Pola Nafas Manajemen Jalan Nafas
(I.01011)
Tidak Efektif
(L.01004) Tindakan :
berhubungan Observasi
1.1 Monitor pola napas (
dengan Setelah dilakukan
frekuensi, kedalaman,
penurunan tindakan usaha)
1.2 Monitor bunyi nafas
energi keperawatan tambahan ( mis.
Gurgling, mengi,
Selama 6 jam wheezing, ronkhi kering)
diharapkan Terapeutik
1.3 pertahankan kepatenan
inspirasi jalan nafas
dan/ekspirasi dari 1.4 posisikan semi – fowler
atau fowler
ventilasi adekuat 1.5 Lakukan fisiopterapi
dengan kriteria dada, jika perlu
1.6 Berikan oksigen, jika
hasil: perlu
Tidak Edukasi
1.7 Anjurkan asupan
menggunakan cairan/hari, jika tidak ada
otot bantu kontraindikasi
Kolaborasi
pernafasan dan 1.8 Kolaborasi pemberian
35
pola nafas normal bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
(irama, frekuensi
jika perlu
dan kedalaman) Pemantauan Respirasi
(I.01014)
dari skala 2
Observasi
menjadi skala 5 1.9 Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya
keterangan :
nafas
1.10 Monitor pola nafas (
1 Meningkat seperti bradidpnea,
2. Cukup takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-
Meningkat stoke,biot.
3. Sedang 1.11 Monitor kemampuan
batuk efektif
4.Cukupmenurun 1.12 Monitor adanya sputum
5. Menurun 1.13 Monitor adanya
sumbatan jalan nafas
1.14 Auskultasi bunyi nafas
1.15 Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
1.16 Atur intreval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
1.17 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1.18 elaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
1.19 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
36
D . IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
37
kedalaman, dan upaya nafas
1.9. Monitor pola nafas (
seperti bradidpnea,
takipnea, hiperventilasi,
kussmaul.
1.10. Auskultasi bunyi nafas
1.11. Monitor saturasi oksigen
1.12. Atur intreval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
1.13. Dokumentasikan hasil
pemantauan
38
2.2. Berikan posisi modified
Trendelenburgdengan
tindakan PLR
2.3. Monitor status
kardiopulmonal (frekuensi
dan kekuatan nadi, frekuensi
napas, TD, MAP)
2.4. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis. NaCl,
RL)
2.5. Kolaborasi pemberian
produk darah
39
ronkhi basah, oliguria,
batuk, kulit pucat).
3.5. Kolaborasi pemberian
vasopresure
E . EVALUASI KEPERAWATAN
7/4/23 Perawat S:
O:
TD: 100/60 MMhg
Hr : 110 x/mnt
Mukosa kering
Produksi BAK 70 cc
Pernafasan 26x/menit
Menggunakan otot bantu nafas cukup menurun
Dipsneu sedang
A:
2. Hipovolemia
40
3. Penurunan Curah Jantung
P:
41
42
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa terhadap kasus kelolaan
pada klien yang mengalami Hipotensi tindakan Passive Leg Raised (PLR)
untuk mengetahui resposivitas status cairan pasien di UGD RSUD AM
Parikesit Tenggarong
A. Analisa Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait dan Konsep
Kasus Terkait
Kasus kelolaan utama dalam karya ilmiah ini adalah pasien yang
mengalami hipotensi.
1. Nyeri akut
2. Resiko cidera
3. Penurunan curah jantung
4. Intoleransi aktivitas
5. Defisit volume cairan(Hipovolemia)
6. Pola Nafas Tidak Efektif
43
44
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan yang dilakukan kepada klien yang
dilaksanakan pada tanggal 7 April 2023 berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa
inovasi Passive Leg Raised sangat efektif untuk melihat resposivitas cairan
terhadap pasien yang mengalami hipotensi.
Responsivitas status cairan tersebut dapat di lihat dengan
dibukitikannya hasil pada tindakan PLR yang responsive terhadap Ny. J
dan hasil pada penelitian terkait oleh Misniati (2015), dengan judul
Efektivitas Passive Leg Raising sebagai Parameter Responsive Cairan
pada pasien hipovolemia.
B. Saran
1. Bagi Pasien dan Keluarga Diharapkan pemberian intervensi
Passive Leg Raised dapat digunakan sebagai upaya untuk melihat
respon kebutuhan cairan pada penderita hipotensi dan dapat di
kerjakan mandiri.
2. Bagi Perawat sebelum dilakukannya intervensi inovasi Passive Leg
Raised diharapkan perawat dapat melakukan komunikasi terapeutik
dahulu khususnya perawat sangat perlu melakukan bina hubungan
saling percaya agar tercipta kerjasama yag baik antar perawat dan
pasien.
3. Bagi Rumah Sakit diharapkan intervensi inovasi Passive Leg
Raised dapat diterapkan sebagai acuan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien yang sedang menjalani perawatan di
rumah sakit khususnya bagi pasien yang mengalami hipotensi
sehingga tindakan yang di harapkan dapat cepat tanggap dan tepat
DAFTAR PUSTAKA
Cherpanath TG, Geerts BF, Lagrand WK, Schultz MJ, Groeneveld AB. Basic concepts of
fluid responsiveness. Neth Heart J 2013; 21: 530–536.
Guyton AC. Textbook of medical physiology. 2019; 12th edition: page 241–253
Haryono, R., & Utami, M. P. S. (2020). Keperawatan Medikal Bedah 2 (2nd ed.).
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Idris AH, Staples ED, O’Brien DJ, Melker RJ, Rush WJ, Del Duca KD, Falk JL:
End-tidal carbon dioxide during extremely low cardiac output. Ann Emerg Med
1994, 23:568-572.
Michard F, Teboul JL. Predicting fluid responsiveness in ICU patients: a critical analysis
of the evidence. Chest 2002; 121: 2000–2008.
Monnet X, Rienzo M, Osman D, Anguel N, Richard C, Pinsky MR, Teboul JL. Passive
leg raising predicts fluid responsiveness in the critically ill. Crit Care Med 2006; 34:
1402–1407.
Monge Garcia MI, Gil Cano A, Diaz Monrove JC. Arterial pressure changes during the
Valsalva maneuver to predict fluid responsiveness in spontaneously breathing patients.
Intensive Care Med 2009; 35: 77–84.
Potter, P.A. dan Perry, A.G. (2010). Fundamental Of Nursing. Buku 3 Edisi 7,
Penerjemah : Fitriani, DN. Tampubolon, O. Diba, F. Jakarta : Salemba Medika.
45
Promosi Kesehatan: Penyebab Terjadinya Hipotensi (H. Aulia (ed.)). CV. Pena
Persada. Nuraini, B. (2015). Risk Factors of Hypertension. J Majority, 4(5), 10–19
Putri, D. M. P., & Amalia, R. N. (2019). Terapi komplementer konsep dan aplikasi
dalam keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
46
47
Lampiran 2
48