DENGAN GANGGUAN
SISTEM KARDIOVASKULAR : HIPERTENSI DENGAN WET
CUPPING THERAPY (TERAPI BEKAM)
Disusun Oleh :
NI PUTU OPPY HENDRAWATI
20040051
Disusun Oleh :
NI PUTU OPPY HENDRAWATI
20040051
Disusun Oleh :
NI PUTU OPPY HENDRAWATI
20040051
i
ii
IDENTITAS PENULIS
1. Data Pribadi
Nama : Ni Putu Oppy Hendrawati
NIM : 20040051
Tempat/ Tanggal Lahir : Denpasar, 30 Maret 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. St. Muhammad Arif No. 70
2. Riwayat Pendidikan
TK Karya Manik Sari Bali : Lulus tahun 2004
SD N 3 Belimbing Bali : Lulus tahun 2010
SMP N 13 Magelang : Lulus tahun 2013
SMA N 1 Magelang : Lulus tahun 2016
S1 Ilmu Keperawatan STIkes : Lulus tahun 2020
Surya Global Yogyakarta
iii
KATA PENGANTAR
Peneliti
iv
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS AUFA ROYHAN DI KOTA
PADANGSIDIMPUAN
Abstrak
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI,
2013). Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama
dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, jantung, dan otak bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes RI, 2013).Tujuan
penulisan ini adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan pada gangguan sistem
kardiovaskuar : hipertensi dengan terapi bekam. Hasil penelitian dari 3 hari
dilakukan tindakan keperawatan dengan 1 kali pemberian terapi bekam sesuai
waktu yang ditentukan didapatkan tekanan darah pasien menurun secara
signifikan (130/90 mmhg). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terapi
bekam dapat menjadi alternative pengobatan bagi pasien untuk menurunkan
tekanan darah tinggi.
v
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
IDENTITAS PENULIS .......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 7
A. Tinjauan Teori ......................................................................................................... 7
B. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................................... 60
BAB III LAPORAN KASUS................................................................................ 74
A. Pengkajian ............................................................................................................. 74
B. Analisa Data .......................................................................................................... 86
C. Diangnosa Keperawatan ...................................................................................... 88
D. Perencanaan Keperawatan .................................................................................... 89
E. Implementasi dan Evaluasi ................................................................................... 90
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 93
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 99
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 99
B. Saran ................................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 101
LAMPIRAN ........................................................................................................ 103
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kardiovaskuler dan menjadi salah satu beban kesehatan global yang paling
bahkan kematian dapat terjadi bila hipertensi tidak terdeteksi dari awal serta
antara lain hipertensi, kanker, stroke, penyakit ginjal kronis dan dibetes
melitus. Hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8 persen
Prevalensi hipertensi pada populasi dewasa di Negara maju sebesar 35% dan
1
2
tidak ada gejala khusus yang timbul,tetapi gejala yang sering muncul adalah
yang sangat nampak yaitu : sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak
napas, nafas pendek, gelisah, pandangan mata kabur dan berkunang – kunang ,
emosional, telinga berdengung, sulit tidur, tengkuk terasa berat, nyeri kepala
bagian belakang dan di dada, otot lemah, terjadi pembengkakan pada kaki dan
pergelangan kaki, keringat berlebih, denyut jantung yang kuat, cepat atau tidak
berurang bahkan hilang. Hal ini disebakan karena adanya mediator kimiawi
vasokontraktor, serta berfungsi untuk mengatur mood, nafsu makan, tidur, dan
darah atau cairan intertisial dari penguraian enzimatik suatu globulin serum
sebagai respon dari terapi bekam basah, yang berfungsi sebagai vasodilator
2
3
hipertensi akan berakibat buruk bagi kesehatan. Oleh karena itu perlu untuk
samping obat dapat menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan bagi penderita
(cupping therapy). Sebenarnya metode ini bukanlah hal yang baru bagi
3
4
kalangan masyarakat Indonesia. Metode ini telah digunakan ribuan tahun lalu,
mulai dari timur Tengah hingga ke Daratan Cina. Bahkan menurut riwayatnya
anxietas serta penyakit umum lainnya baik bersifat fisik maupun mental
(Ridho, 2015).
kualitas hidup melalui aspek fisiologis yaitu bekam dapat mengurangi rasa
4
5
Terapi bekam saat ini sudah menjadi salah satu intervensi yang sudah
Indonesia (SIKI) yang dibuat dan dikeluarkan oleh PPNI. Tercantum pada
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
(terapi bekam).
2. Tujuan khusus
kasus hipertensi.
hipertensi.
5
6
kasus hipertensi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
c. Perawat
hipertensi.
6
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Hipertensi
a. Pengertian
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
pada ginja, jantung, dan otak bila tidak dideteksi secara dini dan
(Irianto, 2014).
7
8
b. Etiologi
1) Pola Konsumsi
2) Kelainan Ginjal
(Muchtadi, 2013).
8
9
3) Penuaan
4) Obesitas
(Muchtadi, 2013)
9
10
berikut ini:
b) Jenis kelamin dan usia: laki – laki berusia 35- 50 tahun dan
10
11
orang dengan usia yang tua karena jika garam yang dikonsumsi
11
12
terjadi.
12
13
agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya
terjadi.
2) Hipertensi sekunder
13
14
c. Factor Resiko
1) Faktor keturunan
2) Usia
pada laki- laki meningkat pada usia lebih dari 5 tahun sedangkan
hipertensi.
14
15
3) Ras/etnik
4) Jenis kelamin
daripada wanita.
5) Kebiasaan hidup
15
16
d. Patofisiologi Hipertensi
16
17
oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol
2013).
17
18
e. Klasifikasi Hipertensi
Cardiology
(Sumber : ESC,2007)
18
19
f. Manifestasi klinis
nafas, sakit pada bagian dada, bengkak pada kedua kaki atau perut
karena tidak ada gejala khusus yang timbul,tetapi gejala yang sering
belakang dan di dada, otot lemah, terjadi pembengkakan pada kaki dan
atau depresi dapat memengaruhi masalah tidur. (Poter & Perry, 2010)
19
20
pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa terjadi saat orang
berat badan dengan emosi yang labil pada sindrom cushing, polidipsia,
hipertensi sudah dalam keadaan yang berat dan tidak diobati gejala
yang timbul yaitu sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas,
g. Penatalaksanaan
20
21
abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang.
21
22
dan tape
22
23
2. Bekam
a. Pengertian Bekam
23
24
permukaan kulit. Toksin adalah endapa racun/ zat kimia yang tidak
dapat diuraikan oleh tubuh. Toksin ini berada pada hampir setiap orang
b. Patofisiologi Bekam
supaya area titik bekam tidak tegang. Kemudian di kop. Dalam proses
(PBI, 2019).
mikrovaskuler. Titik ini disebut sebagai motor point yang teretak pada
24
25
bundle bundle dan pleksus syaraf , sehingga titik – titik tadi sangat
sensitif dengan rangsangan bekam. Bila titik -titik ini ditekan atau
25
26
kasus :
boleh di bekam atau tidak. Dan hal lain yang tidak kalah penting
adalah bagaimana agar pasien merasa nyaman dan rileks saat dibekam.
(PBI, 2019)
26
27
c. Manfaat Bekam
idiophatic.
27
28
tahap awal.
besar, Sakit waktu datang bulan / haid, Syaraf kejepit, Ginjal, Tekanan
28
29
d. Jenis-Jenis bekam
1) Bekam Kering
baik bagi orang yang tidak tahan terhadap suntikan jarum dan takut
melihat darah.
29
30
pembekam tidak melakukan sayatan pada titik ini. Bekam ini biasa
2) Bekam Basah
30
31
dibuat sejajar dalam tiga baris. Setelah itu gelas bekam ditaruh lagi
darah dari urat vena orang yang sakit dan dimasukkan lagi dengan
(Sugung, 2017).
3) Bekam Luncur
31
32
luncur.(Hisham,2013).
4) Bekam Api.
5) Bekam Sinergi
32
33
(Ridho,2015).
basah. Adapun 7 materi dasar disini adalah Qi, Xue, Jin , Ye, Jing,
Yin dan Yang. Inilah unsur yang harus diperhatikan dalam bekam
sinergi (Ridho,2015).
e. Teknik Bekam
kita pahami bersama bahwa bekam adalah suatu terapi utama dalam
dan Nabi SAW” tentu harus dilakukan dengan kaidah – kaidah yang
33
34
harus dilakukan dengan car acara yang bermartabat terhindar dari efek
pembekaman.
34
35
objek insisis.
35
36
plastic.
pembekaman.
Gunakan saru tangan untuk tindakan ini dan tangan lain secara
36
37
kerja terlihat lebih elegan rapi teratur dan terhindar dari resiko
3) Teknik pembekaman
Area titik bekam yang sudah di kop sibiarkan sekitar 5 menit. Jika
4) Teknik perlukaan
dan letakkan kop tadi di atas nierbeken dalam posisi miring dan
dibagian bawah
kop bekam.
37
38
pengeluaran darah.
berjalan 3 – 5 menit.
berceceran.
mangkok
kuning
tangan kiri secara khusus dan jangan dibolak balik antara kanan
dan kiri, hal ini untuk menjaga agar tidak semua tangan
38
39
kondisi (PBI,2019).
area titik bekam dan tidak boleh keluar dari titik bekam. biarkan
ethanol (PBI,2019).
f. Perlengkapan Bekam
1) Kop Bekam
ialah simpan kop yang sudah steril dalam wadah khusus yang
39
40
2) Pompa Bekam
3) Lancing device
lancet agar terjadi luka kecil pada kulit, jangan terlalu ditekan ke
40
41
dan pompa bekam yang belum dipakai dan sudah dipakai. Cara
meletakkan kop bersih dan kop yang sudah terpakai dalam nampan
6) Mankok oval
lancing device dana atau pisau bisturi yang belum atau sudah
digunakan.
zaitun.
41
42
8) Sarung tangan
pasien dari zat zat / materi berbahaya yang dapat merugikan kedua
9) Masker
secara terbalik.
pembekaman selesai.
42
43
kassa steril.
sterilisasi selama proses bekam jika ada darah melekat pada sarung
15) Clorin
450 ml air.
43
44
jika pada area bekam , maka cairan antiseptic / minyak herba pada
44
45
hari
sangat lemah
(hipertensi maligna)
yang lemah
45
46
h. Titik Bekam
terlebih dahulu.
46
47
b) Titik Al Yafukh
depan dan belakang, pada posisi ubun ubun saat kecil yang
berdenyut.
c) Titik Ar Ra‟s
d) Titik Al Kaahil
e) Titik Al Akhdain
47
48
g) Titik Al Warik
h) Titik Al Dzahri
tulang belakang)
48
49
Lokasi titik ini berada di samping kiri dan kanan leher. Posisinya
c) Al Kaahil (pundak)
72 penyakit.
titik ini berada dipundak atau bahu kiri dan kanan, bermanfaat
g) Al Warik (pinggang)
medius bawah kiri dan kanan. Titik ini bermanfaat untuk masalah
gangguan ginjal, sakit pinggang, haid tidak lancar, susah buang air
kecil.
49
50
Titik ini berada di betis kiri dan kanan, titik ini bermanfaat
untuk menjelaskan efek yang dihasilkan oleh terapi bekam ( Al- bedah
et al, 2019).
50
51
51
52
Di sini satu rasa sakit menutupi yang lain , atau rasa sakit
Terapi bekam pada zona tertentu atau area segitiga bahu yang
52
53
terganggu dan setelah itu sel darah merah dari system vascular
prinsip hubungan antara satu bagian tubuh dan yang lain dapat
RZT tergantung pada premis bahwa tanda dan gejala penyakit yag
seperti itu atau keringat muncul dari tahap awal penyekit. Sato dan
53
54
kulit sub kutis , fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan dai cell
mast dan ain lain. Akibat dari kerusakan ini akan dilepaskan
subtace (SRS) serta zat zat lain yang belum diketahui. Dari zat zat
serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler juga
permeabilitas sel.
54
55
sel dan dalam banyak fungsi fisiologis lainnya. Terapi bekam dapat
sirkulasi darah ”.
aterosklerosis.
55
56
penyakit autoimun.
darah , ada penurunan kadar asam uat , HDL, LDL dan struktur
56
57
darah vena dan darah bekam. dalam bekam, aliran darah cenderung
ekskresi sel darah merah tua. Kadar asam urat, urea, trigliserida
Dalam kasus radang sendi gout akut, bekam pada daerah yang
sirkulasi darah.
ini berbicara tentang CPS yaitu apa yang terlarut di dalam serum
57
58
Cormarck, 2009).
bahwa tindakan yang harus diberikan kepada pasien yang nyeri dan
58
59
59
60
1. Pengertian
dihadapi klien.
60
61
Kesehatan
kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam
memelihara kesehatannya
keperawatan.
efisien.
61
62
a. Pengkajian
dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
keperawatan.
1) Pengumpulan Data
Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang diperoleh melalui
tubuh, tekanan darah, serta warna kulit.Data subjekyif, yaitu data yang
62
63
2) Analisa Data
3) Perumusan Masalah
1) Aktivitas/istirahat
monoton.
63
64
jantung, takipnea.
2) Sirkulasi
lambat/tertunda.
3) Integritas ego
pekerjaan).
4) Eliminasi
5) Makanan/Cairan
64
65
glikosuria
6) Neurosensori
genggaman tangan
7) Nyeri/ketidaknyamanan
8) Pernapasan
b. Diagnosa Keperawatan
65
66
untuk memastikan
yaitu :
tekanan darah)
66
67
6) Rencana Keperawatan
(Gordon,1994).
panjang(potter,1997).
67
68
68
69
69
70
7) Implementasi Keperawatan
sebagai berikut :
70
71
1) Persiapan
2) Intervensi
3) Dokumentasi
keperawatan.
8) Evaluasi
telah disusun.
71
72
tercapainya tujuan.
9) Dokumentasi Keperawatan
yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
72
73
73
74
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.D
Umur : 38
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Nama : Tn. S.
Umur : 38 tahun
74
75
2. Status Kesehatan
1) Keluhan Utama
S:7
T: hilang timbul
rumah sakit.
2) Pernah dirawat
75
76
3) Alergi
keluarga.
c. Diagnosa Medis
76
77
d. Genogram
Keluarga Keluarga
Tn. S. Ny. D.
KETERANGAN
= Pasien
= Perempuan
= laki – laki
= meninggal perempuan
= garis keturunan
= garis pernikahan
77
78
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit
3 kali sehari dengan porsi makan 1 piring dengan lauk nasi putih
,ikan dan sayur, serta pasien minum air 2000 cc per hari.
Saat sakit
sehari dengan porsi makan 1 piring. Pasien minum air 2000 cc per
hari.
c. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit
Saat sakit
78
79
2) BAK
Sebelum sakit
Saat sakit
khas urine.
1) Aktivitas
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
2) Latihan
Sebelum sakit
79
80
Saat sakit
sehari – hari.
kesadarannya baik
Sebelum sakit
Pasien mengatakan bahwa tidur baik. Tdur pukul 21.00 dan bangun
pukul 04.00.
Saat sakit
h. Pola Peran-Hubungan
i. Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit
80
81
Saat sakit
k. Pola Nilai-Kepercayaan
5) Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum :
c. Keadaan fisik
Inspeksi :
81
82
Palpasi :
b. Dada :
Paru
Inspeksi :
- Tidak ditemukan lesi dan luka pada dada pasien ,tidak adanya
pembesaran dada.
- Pernapasan teratur
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
- vesikuler
Jantung
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
82
83
Auskultasi :
Inspeksi :
simetris.
Palpasi :
d. abdomen
Inspeksi :
lainnya
Auskultasi :
Palpasi :
Perkusi :
e. Genetalia
Inspeksi :
83
84
f. Integumen
maupun kaki
g. Ekstremitas
Atas
Bawah
Tidak terdapat luka, benjolan maupun nyeri tekan, tidak ada kelainan
bentuk tulang.
h. Neurologis
Pemeriksaan refleks :
84
85
DATA FOKUS
DS :
dikarenakan nyeri.
DO :
TD : 140/100 mmhg
N : 80 x/ menit
RR : 24 x/ menit
S : 36,30 C
BB : 54 kg
TB : 165 cm
- Pengkajian nyeri
S :7
85
86
B. Analisa Data
NO SYSMTOM ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : Agens cedera biologis Nyeri Akut
2. DS : Hipertensi Gangguan
Pola Tidur
Pasien mengatakan saat sakit
vasokontriksi pembuluh
pasien tidurnya terganggu,
darah
sering terbangun saat tidur dan
nyeri
tidurnya tidak nyenyak
dikarenakan nyeri.
pola tidur tidak sehat
DO :
RR : 24 x/ menit, S : 36,30 C
,
skala nyeri = 7
86
87
3. DS : Hipertensi Defisiensi
Pengetahuan
Pasien mengatakan bahwa
Kurang terpapar
ketika sakit tidak pernah pergi
informasi
periksa ke puskesmas maupun
Kurang pengetahuan
rumah sakit. Pasien tidak
tentang hipertensi
mengetahui bagaimana cara
pengobatan penyakitnya.
DO :
TD 140/100 mmhg, N : 80 x/
menit, RR : 24 x/ menit, S :
87
88
ditandai dengan Pasien mengatakan nyeri pada bagian tengkuk dan leher,
nyeri = 7
2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Pola tidur tidak sehat ditandai
terbangun saat tidur dan tidurnya tidak nyenyak dikarenakan nyeri ditandai
dengan Pasien mengatakan bahwa ketika sakit tidak pernah pergi periksa
88
89
D. Perencanaan Keperawatan
2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Pola Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
tidur tidak sehat ditandai dengan Pasien 3x 24 jam diharapkan pola 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
mengatakan saat sakit pasien tidurnya terganggu, tidur efektif dengan kriteria 3. Modifikasi lingkungan
sering terbangun saat tidur dan tidurnya tidak hasil : 4. Batasi waktu tidur siang
nyenyak dikarenakan nyeri ditandai dengan 1. Keluhan sulit tidur 5. Tetapkan jadwal tidur rutin
Tampak lingkar hitam pada mata pasien, TD : menurun 6. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
140/100 mmhg, N : 80 x/ menit, RR : 24 x/ menit, 2. Keluhan sering terjaga 7. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
S : 36,30 C, skala nyeri = 7 menurun 8. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Keluhan pola tidur 9. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
berubah menurun nonfarmakologi lainnya
4. Keluhan istirahat tidak
cukup menurun
5. Kemampuan beraktivitas
meningkat
89
90
3 Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
Kurang informasi ditandai dengan Pasien 3x 24 jam diharapkan 2. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
mengatakan bahwa ketika sakit tidak pernah pergi pengetahuan meningkat informasi
periksa ke puskesmas maupun rumah sakit. Pasien dengan kriteria hasil : 3. Sediakan materi dan media pendidikan tentang
tidak mengetahui bagaimana cara pengobatan 1. Mengetahui penyebab penyakit Hipertensi
penyakitnya, TD 140/100 mmhg,N : 80 x/ menit, dan factor yang 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
RR : 24 x/ menit, S : 36,30 C, skala nyeri = 7 berkontribusi terjadinya 5. Jelaskan pengertian penyakit hipertensi, penyebab
penyakit dan cara pengobatannya.
2. Mengetahui tanda dan 6. Jelaskan tentang penyakit yang dialami pasien
gejala dari penyakit 7. Jelaskan pasien gaya hidup yang baik
3. Mengetahui cara 8. Berikan kesempatan untuk bertanya
penanganan penyakit
90
91
E. Implementasi dan Evaluasi
NO NO HARI/TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
DX
1. 1 Minggu, 3 14.00 1. Melakukan pengkajian nyeri S : Pasien mengatakan nyeri pada bagian tengkuk
Oktober 2021 komprehensif yang meliputi lokasi, dan leher
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, O : TD 140/100 mmhg, P : nyeri dirasakan ketika
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri beraktivitas,Q : nyeri seperti tertusuk dan kaku, R :
dan faktor pencetus. nyeri pada leher dan tengkuk, S : 7, T: hilang timbul
2. Melakukan pengukuran tekanan darah A : masalah belum teratasi
3. Mengajarkan prinsip – prinsip P : lanjutkan intervensi
manajemen nyeri 1. Melakukan pengkajian nyeri
2. Melakukan pengukuran tekanan darah
3. Melakukan Terapi Bekam
2 Minggu, 3 14.15 1. Mengidentifikasi penyebab sulit tidur S : Pasien mengatakan mengerti penjelasan perawat
Oktober 2021 2. Menetapkan jadwal tidur O : TD 140/100 mmhg, tampak lingkar hitam, pada
3. Membatasi waktu tidur siang mata, pasien dapat menjelaskan ulang penjelasan
yang disampaikan perawat
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Melakukan Terapi Bekam
3 Minggu, 3 14.30 1. Menjadwalkan waktu pendidikan S : pasien mengatakan mengerti penjelasan perawat
Oktober 2021 kesehatan O :pasien dapat menyebutkan waktu pendidikan
kesehatan dilakukan
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. melakukan pendidikan kesehatan terkait hipertsi
91
92
3. Melakukan Terapi Bekam beraktivitas,Q : nyeri seperti tertusuk dan kaku, R :
nyeri pada leher dan tengkuk, S : 4, T: hilang timbul
A : masalah teratasi sebagian
P :lanjutkan intervensi
1. Melakukan pengkajian nyeri
2. Melakukan pengukuran tekanan darah
2 Senin, 4 14.00 1. Mengidentifikasi penyebab sulit tidur S : pasien mengatakan nyaman
Oktober 2021 3. Menetapkan jadwal tidur O : pasien tampak tertidur saat dilakukan prosedur
4. Membatasi waktu tidur siang bekam
5. Melakukan terapi bekam A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1. Melakukan pengkajian pola tidur
3 Senin, 4 15.00 1. melakukan pendidikan kesehatan terkait S : pasien mengatakan mengerti penjelasan perawat
Oktober 2021 hipertensi O : pasien dapat menjelaskan kembali terkait
hipertensi
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1. mengkaji pengetahuan klien mengenai hipertensi
3 1 Selasa, 5 14.00 1. Melakukan pengkajian nyeri S : pasien mengatakan badan terasa enteng dan
Oktober 2021 2. Melakukan pengukuran tekanan darah nyeri berkurang
O : TD 130/90 mmHg, P : nyeri dirasakan ketika
beraktivitas,Q : nyeri seperti tertusuk dan kaku, R :
nyeri pada leher dan tengkuk, S : 7, T: hilang timbul
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
2 Selasa, 5 14.15 1. Melakukan pengkajian pola tidur S : pasien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak
Oktober 2021 O : skala nyeri 2 (ringan)
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
3 Selasa, 5 14.30 1. mengkaji pengetahuan klien mengenai S : pasien mengatakan mengerti penjelasan perawat
Oktober 2021 hipertensi setelah diberi pendidikan O : pasien dapat menjelaskan terkait hipertensi
Kesehatan terkait hipertensi A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
Tabel 3.2 Implementasi dan Evaluasi
92
93
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
data pasien bernama Ny. D berusia 38 tahun. Pada saat pengkajian ditemukan
riwayat kesehatan sekarang klien Pasien mengatakan pusing, nyeri pada bagian
tengkuk, sulit tidur karena nyeri yang dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Ny.
terdekat.
Ny. D adalah 140/100 mmhg, tekanan darah yang tinggi menyebabkan Ny. D.
merasakan tegang, kaku dan nyeri pada bagian tengkuk dan leher. Gejala yang
timbul tersebut menyebabkan Ny. D. sulit tidur dan sering terbangun di malam
nampak yaitu : sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas, nafas
telinga berdengung, sulit tidur, tengkuk terasa berat, nyeri kepala bagian
belakang dan di dada, otot lemah, terjadi pembengkakan pada kaki dan
93
94
pergelangan kaki, keringat berlebih, denyut jantung yang kuat, cepat atau tidak
B. Diagnosa
dan masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan
(kekuatan) ventrikuler.
adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga, nutrisi buruk, harapan yang tak
efektif.
diagnosa.
94
95
ditandai dengan Pasien mengatakan nyeri pada bagian tengkuk dan leher,
2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Pola tidur tidak sehat ditandai
terbangun saat tidur dan tidurnya tidak nyenyak dikarenakan nyeri ditandai
dengan Pasien mengatakan bahwa ketika sakit tidak pernah pergi periksa
ditemukan dalam kasus, hal ini karena diagnosa yang diangkat pada kasus
C. Perencanaan
kriteria hasil, perencanaan ini dibuat berdasarkan keluhan, data subjektif dan
data objektif yang ada, karena data ini sangat mendukung dalam memberikan
asuhan keperawatan.
95
96
kebutuhan
modifikasi lingkungan, batasi waktu tidur siang, tetapkan jadwal tidur rutin,
D. Implementasi
96
97
kebutuhan
modifikasi lingkungan, batasi waktu tidur siang, tetapkan jadwal tidur rutin,
97
98
E. Evaluasi
evaluasi ini penulis menilai sejauh mana tujuan dapat dicapai. Dari diagnosa
yang telah diangkat dalam kasus ini, yaitu diagnosa nyeri berhubungan dengan
agens cedera biologis setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pada
hari Minggu, 02 Oktober 2021 pada pukul 14.30 pasien mengatakan nyeri
pada bagian tengkuk dan leher dengan skala nyeri 7, hal tersebut disebabkan
karena ekanan darah pasien tinggi yaitu 140/100 mmhg. Pada diagnosa
gangguan pola tidur didapatkan bahwa pasien mengatakan sulit tidur dan
terbangun di malam hari, hal tersebut terjadi karena nyeri yang dirasakan.
berkurang, badan terasa enteng dan tidurnya nyenyak. Dari hasil evaluasi
diberikan.
98
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian telah dilakukan pada Ny. D dengan hipertensi dengan hasil Ny.
pengobatannnya. Saat ini Ny. D. merasa pusing, nyeri ada bagian tengkuk
dan leher, serta sulit tidur dan sering terbangun di malam hari karena nyeri
yang dirasakan.
disesuaikan dengan teori dan kondisi klien pada saat itu berjumlah 3 diagnosa
gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak sehat, dan defisiensi
keperawatan yang muncul sehingga masalah yang dialami klien dapat teratasi.
dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat. Setelah tiga
kali kunjungan masalah nyeri, sulit tidur dan defisiensi pengethuan dapat
teratasi.
99
100
5. Hasil evaluasi SOAP yang dilakukan selama tiga kali adalah rasa nyeri klien
B. Saran
Sebagai bahan acuan bagi klien dan keluarga agar lebih mengetahui
4. Bagi mahasiswa
100
101
DAFTAR PUSTAKA
101
102
102
103
LAMPIRAN
RESPONDEN Ny. D.
TERAPIS Peneliti
NO TINDAKAN
TAHAP PREINTERAKSI
103
104
TAHAP ORIENTASI
1 Memberikan salam
2 Menjelaskan tujuan, prosedur tindakan, persetujuan, memberikan
kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dimulai
TAHAP KERJA
1 Menjaga privasi klien
2 Lakukan pemeriksaan awal :
a. menanyakan keluhan pasien untuk menentukan keadaan umum
b. menanyakan pada pasien tentang penyakit yang diderita,tanyakan
apakah pasien mengonsumsi pengencer darah
c. mengindentifikasi pengalaman pasien terhadap bekam
3 Mempersiapkan pasien dan minta izin pasien saat tindakan.
a. Minta pasien untuk berganti pakaian
b. Persilahkan pasien untuk relaks, nyaman dan jangan terlalu tegang
dan takut
c. Pasien dalam keadaan tidak terlalu kenyang
d. Pastikan pasien tidak dalam keadaan mengkonsumsi pengencer darah
e. Pasien hendaknya selalu berdoa untuk kesembuhan dirinya
4 Teknik bekam basah :
a. buka pakaian pasien sesuai area yang akan dibekam
b. lakukan asepsis (prinsip mempertahankan keadaan bebas kuman pada
pembedahan atau prinsip steril) dengan antiseptic
c. oleskan minyak herbal pada area yang akan di massage dan dibekam
luncur ,lakukan bekam luncur untuk merelaksasikan otot
d. desinfektan area/ titik bekam dengan alkohol
e. pengekopan bekam kering pada titik yang diambil dilakukan selama
maksimal 5 menit. Tanyakan kepada pasien apabila pasien merasa
terlalu kencang saat pengekopan tekanan negatif dapat dikurangi. Jika
akan dilakukan penusukan, siapkan lancet dan jarumnya saat ini, atur
tingkat kedalamannya.
f. Lepaskan kop ,lakukan penusukan dengan lancet pada setiap area
yang sudah dilakukan bekam kering dari tengah ke tepi secara
melingkar atau zig zag.
g. Setelah penusukan lakukan pengekopan kembali
h. Darah yang terlihat mulai keluar biarkan selama maksimal 5 menit
i. Bersihkan darah dengan membuka kop dan mengelap dengan
menggunakan kasa steril dan juga darah yang berada di dalam kop
j. Masukkan darah yang tertampung ke cup kedalam kom tertutup,
bersihkan sisa darah yang ada di cup dan letakkan cup yang sudah
terpakai di bengkok stainless
5 Minta pasien mengganti pakaiannya
11 Merapikan alat yang telah terpakai
a. Setelah selesai alat alat bekam harus dilakukan dekontaminasi atau
pembersihan alat kemudian dilanjutkan dengan desinfektan
menggunakan rendaman klorin 5% dalam baskom selama 10 – 15
menit
b. Kemudian lakukan sterilisasi dengan menggunakan sterilisasi infra
merah dan ozon yng merupakan mesin sterilisator 2 pintu. Atau
104
105
105
106
106
107
107
108
LEMBAR OBSERVASI
TEKANAN DARAH
Tekanan Tekanan
No Tanggal/Waktu No Tanggal/Waktu
Darah Darah
Sabtu, 02 Senin, 04
140/100 130/100
1. Oktober 1. Oktober
mmHg mmHg
2021/14.00 WIB 2021/14.00 WIB
Minggu, 03 Selasa, 05
140/100 130/90
2. Oktober 2. Oktober
mmHg mmHg
2021/14.00 WIB 2021/14.00 WIB
108
109
109
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. D. DENGAN GANGGUAN SISTEM
KARDIOVASKULAR : HIPERTENSI DENGAN WET CUPPING THERAPY
(TERAPI BEKAM)
1
Ni Putu Oppy Hendrawati *, Ns. Nanda Masraini Daulay, M.Kep2
1 2
* Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Universitas Aufa Royhan, Dosen Program Studi Profesi Ners
Universitas Aufa Royhan.
Email : oppyhendrawati@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2013). Peningkatan tekanan darah
yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, jantung,
dan otak bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes RI,
2013).Tujuan: Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan pada
gangguan sistem kardiovaskuar : hipertensi dengan terapi bekam Metode: penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan melalui pengelolaan asuhan keperawatan
pada Ny.D 38th yaitu pasien dengan Hipertensi.. Hasil: Hasil penelitian dari 3 hari dilakukan
tindakan keperawatan dengan 1 kali pemberian terapi bekam sesuai waktu yang ditentukan
didapatkan tekanan darah pasien menurun secara signifikan (130/90 mmhg).
Kesimpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terapi bekam dapat menjadi
alternative pengobatan bagi pasien untuk menurunkan tekanan darah tinggi.
110
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit
kardiovaskuler dan menjadi salah satu beban kesehatan global yang paling
penting karena kasus kardiovaskuler merupakan penyumbang kematian tertinggi
di dunia termasuk di Indonesia. Hipertensi muncul tanpa tanda dan gejala
sehingga pasien tidak menyadari mengalami hipertensi dan tidak melakukan
terapi. Komplikasi infark miokard , stroke, gagal ginjal, dan bahkan kematian
dapat terjadi bila hipertensi tidak terdeteksi dari awal serta diobati secara tepat. 1
Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular
mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain
hipertensi, kanker, stroke, penyakit ginjal kronis dan dibetes melitus. Hasil
pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8 persen (Riskesdas, 2013)
menjadi 34,1 persen.2
Prevalensi hipertensi di Propinsi Sumatera Utara mencapai 6.7% dari
jumlah penduduk di Sumatera Utara, berdasarkan data Badan Litbangkes
Kementerian Kesehatan. Ini berarti bahwa jumlah penduduk Sumatera Utara
yang menderita hipertensi mencapai 12,42 juta jiwa tersebar di beberapa
Kabupaten (Kementrian Kesehatan RI, 2014).3
Di masyarakat hipertensi menjadi penyakit yang sangat umum karena
tidak ada gejala khusus yang timbul,tetapi gejala yang sering muncul adalah
nyeri kepala yang secara mendadak.4 Hipertensi yang menaun dan tergolong
hipertensi berat, biasanya akan menimbulkan keluhan yang sangat nampak yaitu
: sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas, nafas pendek, gelisah,
pandangan mata kabur dan berkunang – kunang , emosional, telinga
berdengung, sulit tidur, tengkuk terasa berat, nyeri kepala bagian belakang dan
di dada, otot lemah, terjadi pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki,
keringat berlebih, denyut jantung yang kuat, cepat atau tidak teratur, impotensi,
perdarahan di urine,bahkan mimisan.5
Dari beberapa data diatas mengindikasikan bahwa seseorang dengan
hipertensi akan berakibat buruk bagi kesehatan. Oleh karena itu perlu untuk
melakukan asuhan keperawatan agar tekanan darah pada penderita hipertensi
dapat kembali normal.
Asuhan keperawatan bertujuan untuk membantu penderita hipertensi
dalam mempertahankan tekanan darah pada tingkat optimal dan meningkatkan
111
kualitas kehidupan secara maksimal dengan cara memberi intervensi asuhan
keperawatan, sehingga dapat terjadi perbaikan kondisi kesehatan (Izzo, 2008).
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan hipertensi meliputi beberapa tahapan yakni, perawat akan melakukan
pengkajian, menganalisa data, menentukan diagnosa keperawatan, melakukan
intervensi, implementasi serta evaluasi.
Terapi untuk penderita hipertensi dapat dilakukan dengan beberapa
cara seperti terapi farmakologi, nonfarmakologi, dan terapi komplementer.
Pengobatan farmakologis yang menggunakan obat – obatan tidak hanya
memiliki efek yang menguntungkan akan tetapi juga merugikan. Efek samping
obat dapat menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan bagi penderita seperti
batuk, kelelahan, pusing, sering kencing, retensi cairan, disfungsi seksual, aritmia
jantung, dan reaksi alergi (Kurniadi, Nurrahmani, 2015).
Salah satu pengobatan alternatif yang banyak digunakan oleh
masyarakat saat ini adalah pengobatan alternatif dengan terapi bekam (cupping
therapy). Sebenarnya metode ini bukanlah hal yang baru bagi kalangan
masyarakat Indonesia. Metode ini telah digunakan ribuan tahun lalu, mulai dari
timur Tengah hingga ke Daratan Cina. Bahkan menurut riwayatnya dahulu
Rasulullah SAW telah menggunakan metode ini untuk mengatasi penyakit yang
dideritanya (Kasmui, 2011).
Bekam merupakan metode pengobatan klasik yang telah digunakan
dalam mengobati berbagai kelainan penyakit seperti insomnia, hemophilia,
hipertensi, gout, reumatik arthritis, sciatica, back pain , miraine, vertigo, anxietas
serta penyakit umum lainnya baik bersifat fisik maupun mental (Ridho, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Syahputra (2019) menyebutkan bahwa
dari aspek fisiologi partisipan yang menderita hipertensi mengungkapkan setelah
menjalani terapi bekam didapatkan peningkatan kualitas hidup melalui aspek
fisiologis yaitu bekam dapat mengurangi rasa nyeri, menurunkan tekanan darah,
dan dapat meningkatkan kualitas tidur.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda , “sebaik – baiknya
pengobatan yang kamu lakukan adalah al hijamah (Bekam.)” (HR Ahmad).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “pengobatan yang paling ideal
yang dilakukan manusia adalah al hijamah (bekam).” (HR Muslim).
Penerapan terapi komplementer bekam sesuai dengan teori
keperawatan yaitu teori Kolcaba yang menjelaskan tindakan kenyamanan,
112
perencanaan keperawatan yang spesifik memberikan kebutuhan kenyamanan
bagi pasien, termasuk fisiologi, sosial, psikologi, spiritual, lingkungan , dan
intervensi fisik (Martha, 2014).
Terapi bekam saat ini sudah menjadi salah satu intervensi yang sudah
direncanakan akan dimasukkan dalam buku Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) yang dibuat dan dikeluarkan oleh PPNI. Tercantum pada
halaman 394 berupa intervensi terkait pengobatan terapi bekam.
Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengambil kasus asuhan
keperawatan pada penderita hipertensi dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular : Hipertensi dengan Wet
Cupping Therapy (Terapi Bekam)”
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus pada pasien
dengan melalui proses keperawatan. Pasien dalam penelitian ini adalah Ny. D.
yang mengeluh nyeri pada bagian tengkuk dan leher, sulit tidur.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 02 – 05 Oktober 2021 di Klinik
Griya Sehat Harapan Ibu. Data yang di dapatkan melalui wawancara pada
pasien, observasi dan studi dokumentasi. Instrument penelitian adalah peneliti
sendiri dengan alat bantu sphygmomanometer, stetoskop,Cupping Set, penlight,
serta pedoman pengkajian.
Peneliti menggunakan pendekatan proses keperawatan yang di lakukan
melalui 5 tahapan yaitu, Pengkajian: Peneliti melakukan pengumpulan data yang
bersumber pada hasil wawancara dengan pasien, keluarga pasien, Diagnosis
keperawatan: Peneliti melakukan analisis data yang di peroleh sehingga
membantu dalam menegakkan diagnosa, Intervensi keperawatan: Peneliti
melakukan penyusunan rencana tindakan untuk mengatasi masalah
keperawatan yang ada, Implementasi keperawatan: Peneliti melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah di susun, Evaluasi
Keperawatan: Peneliti melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang
telah di lakukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada tanggal 02 Oktober 2021
ditemukan data pasien bernama Ny. D berusia 38 tahun. Pada saat
pengkajian ditemukan riwayat kesehatan sekarang klien Pasien mengatakan
113
pusing, nyeri pada bagian tengkuk, sulit tidur karena nyeri yang dirasakan
sejak 2 minggu yang lalu. Ny. D. mengatakan memiliki riwayat penyakit
hipertensi sejak setelah melahirkan anak pertamanya. Ny. D mengatakan
keluarganya memiiki riwayat sakit jantung sehingga berhubungan dengan
sakit yang dialaminya sekarang. Ny. D mengatakan tidak mengetahui
bagaimana cara pengobatan sakit yang dialaminya dan belum pernah periksa
ke puskesmas maupun rumah sakit terdekat.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan bahwa tekanan
darah Ny. D adalah 140/100 mmhg, tekanan darah yang tinggi menyebabkan
Ny. D. merasakan tegang, kaku dan nyeri pada bagian tengkuk dan leher.
Gejala yang timbul tersebut menyebabkan Ny. D. sulit tidur dan sering
terbangun di malam hari sehingga tampak lingkar hitam pada mata Ny. D.
Menurut Martuti (2009), seorang penderita hipertensi menaun dan
tergolong hipertensi berat, biasanya akan menimbulkan keluhan yang sangat
nampak yaitu : sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas, nafas
pendek, gelisah, pandangan mata kabur dan berkunang – kunang ,
emosional, telinga berdengung, sulit tidur, tengkuk terasa berat, nyeri kepala
bagian belakang dan di dada, otot lemah, terjadi pembengkakan pada kaki
dan pergelangan kaki, keringat berlebih, denyut jantung yang kuat, cepat
atau tidak teratur,impotensi,perdarahan di urine, bahkan mimisan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga dan masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan
data dan analisi cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-
tindakan dimana perawat bertanggung jawab melaksanakannya (Mubarak,
2006).
Adapun diagnosa keperawatan untuk hipertensi menurut teori adalah
:
1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia,hipertrofi/rigiditas(kekuatan)
ventrikuler.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut, berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
114
4. Koping individual inefektif berhubungan dengan krisis situasional,
perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung
tidak adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga, nutrisi buruk, harapan
yang tak terpenuhi, kerja berlebihan, persepsi tidak realistik, metode
koping tidak efektif.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pegetahuan/
daya ingat, misinterpretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal
diagnosa.
Adapun diagnosa yang ditemukan dalam kasus adalah :
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agens cedera biologis (penyakit)
ditandai dengan Pasien mengatakan nyeri pada bagian tengkuk dan
leher, TD : 140/100 mmhg, skala nyeri = 7
2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Pola tidur tidak sehat ditandai
dengan Pasien mengatakan saat sakit pasien tidurnya terganggu, sering
terbangun saat tidur dan tidurnya tidak nyenyak dikarenakan nyeri
ditandai dengan Tampak lingkar hitam pada mata pasien
3. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi ditandai
dengan Pasien mengatakan bahwa ketika sakit tidak pernah pergi periksa
ke puskesmas maupun rumah sakit. Pasien tidak mengetahui bagaimana
cara pengobatan penyakitnya, TD 140/100 mmhg
Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam teori tidak semua
ditemukan dalam kasus, hal ini karena diagnosa yang diangkat pada kasus
berdasarkan keluhan yang dirasakan pasien, seperti kita ketahui setiap
manusia memiliki kebutuhan dan persepsi/respon yang berbeda-beda antara
satu dengan yang lainnya.
3. Perencanaan Keperawatan
Pembuatan rencana pada Ny. D disesuaikan dengan tujuan dan
kriteria hasil, perencanaan ini dibuat berdasarkan keluhan, data subjektif dan
data objektif yang ada, karena data ini sangat mendukung dalam
memberikan asuhan keperawatan.
Diagnosa nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis
(penyakit) perencanaan yang dilakukan yaitu observasi adanya petunjuk
nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak
dapat berkomunikasi secara efektif lakukan pengkajian nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi ,karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
115
atau beratnya nyeri dan faktor pencetus, lakukan tindakan nonfarmakologi;
terapi bekam, ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri, kolaborasi dengan
pasien ,orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan
menginplementasikan tindakan penurunan nyeri nonfarmakologi sesuai
kebutuhan.
Diagnosa gangguan pola tidur perencanaan yang dilakukan yaitu
identifikasi pola aktivitas dan tidur, identifikasi faktor pengganggu tidur,
modifikasi lingkungan, batasi waktu tidur siang, tetapkan jadwal tidur rutin,
lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan, jelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit, anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur, ajarkan
relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya.
Diagnosa defisiensi pengetahuan perencanaan yang dilakukan yaitu
identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi, sediakan materi
dan media pendidikan tentang penyakit hipertensi, jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan, berikan kesempatan untuk bertanya, jelaskan
pengertian penyakit hipertensi, penyebab dan cara pengobatannya.
4. Impementasi
Implementasi yang dilakukan pada Ny. W sesuai dengan rencana
keperawatan berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam
kasus dan mencantumkan waktu pelaksanaan, implementasi sesuai dengan
respon dan kondisi pasien.
Diagnosa nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis
(penyakit) perencanaan yang dilakukan yaitu observasi adanya petunjuk
nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak
dapat berkomunikasi secara efektif lakukan pengkajian nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi ,karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
atau beratnya nyeri dan faktor pencetus, lakukan tindakan nonfarmakologi;
terapi bekam, ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri, kolaborasi dengan
pasien ,orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan
menginplementasikan tindakan penurunan nyeri nonfarmakologi sesuai
kebutuhan
Diagnosa gangguan pola tidur perencanaan yang dilakukan yaitu
identifikasi pola aktivitas dan tidur, identifikasi faktor pengganggu tidur,
modifikasi lingkungan, batasi waktu tidur siang, tetapkan jadwal tidur rutin,
116
lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan, jelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit, anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur, ajarkan
relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya.
Diagnosa defisiensi pengetahuan perencanaan yang dilakukan yaitu
identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi, sediakan materi
dan media pendidikan tentang penyakit hipertensi, jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan, berikan kesempatan untuk bertanya, jelaskan
pengertian penyakit hipertensi, penyebab dan cara pengobatannya.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Pada
tahap evaluasi ini penulis menilai sejauh mana tujuan dapat dicapai. Dari
diagnosa yang telah diangkat dalam kasus ini, yaitu diagnosa nyeri
berhubungan dengan agens cedera biologis setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam pada hari Minggu, 02 Oktober 2021 pada pukul 14.30
pasien mengatakan nyeri pada bagian tengkuk dan leher dengan skala nyeri
7, hal tersebut disebabkan karena ekanan darah pasien tinggi yaitu 140/100
mmhg. Pada diagnosa gangguan pola tidur didapatkan bahwa pasien
mengatakan sulit tidur dan terbangun di malam hari, hal tersebut terjadi
karena nyeri yang dirasakan. Sedangkan pada diagnosa defisiensi
pengetahuan didapatkan bahwa pasien belum mengetahu penanganan
terkait penyakitnya.
Dari hasil evaluasi assessment masalah belum teratasi dan
intervensi dilanjutkan pada Senin, 03 Oktober 2021. Pada diagnosa nyeri
setelah dilakukan tindakan terapi bekam pasien mengatakan nyeri berkurang
dengan skala 4. Pada diagnosa gangguan pola tidur pasien mengatakan
merasa nyaman dan tertidur saat dilakukan tindakan. Pada diagnosa
defisiensi pengetahuan seteah dilakukan pendidikan kesehatan pasien
mengatakan mengerti penjelasa perawat dan dapat menjelaskan kembali
terkait hipertensi.
Dari hasil evaluasi assessment masalah teratasi sebagian dan
intervensi dilanjutkan pada Selasa, 04 Oktober 2021, pasien mengatakan
nyeri berkurang, badan terasa enteng dan tidurnya nyenyak. Dari hasil
evaluasi tersebut masalah teratasi sehingga peneliti menghentikan intervensi
yang diberikan.
117
KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. D dengan
hipertensi dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
mencangkup pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi dan evaluasi,
maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian telah dilakukan pada Ny. D dengan hipertensi dengan hasil
Ny. D memiliki Riwayat hipertensi namun tidak tahu bagaimana cara
pengobatannnya. Saat ini Ny. D. merasa pusing, nyeri ada bagian
tengkuk dan leher, serta sulit tidur dan sering terbangun di malam hari
karena nyeri yang dirasakan.
2. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada Ny. D dengan hipertensi
disesuaikan dengan teori dan kondisi klien pada saat itu berjumlah 3
diagnosa keperawatan yaitu nyeri berhubungan dengan agen cedera
biologis (penyakit), gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur
tidak sehat, dan defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
3. Intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang muncul sehingga masalah yang dialami klien
dapat teratasi. Intervensi keperawatan diberikan selama tiga kali.
4. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan hipertensi
dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat. Setelah
tiga kali kunjungan masalah nyeri, sulit tidur dan defisiensi pengethuan
dapat teratasi.
5. Hasil evaluasi SOAP yang dilakukan selama tiga kali adalah rasa nyeri
klien dan sulit tidur dapat teratasi.
118
DAFTAR PUSTAKA
119
Puskesmas Pucang Sawit Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan
Indonesia.2013. Volume 1(1) : 79-85
22. Anggara Dwi, F H dan Prayitno N. Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni Cikarang
Barat.Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES MH.
Thamrin. Jurnal Ilmiah Kesehatan.2013. Vol 5/ No. 1
23. Al bedah, et all. The Medical Perspective of Cupping therapy: Effects and
Mechanisms of Action.Jurnal Complement Med. April 2019. Volume 9.(2).
Hal 90-97.
24. Monikasari. Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Pemenuhan Kebutuhan
Tidur Lansia Yang Mengalami Insomnia Di Posyandu Lansia Desa
Sukorambi Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember.Skripsi.2015.
25. Siswandi. Pengaruh Terapi Bekam Basah Terhadap Kualitas Tidur Lansia
Di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang.Skripsi.2013
120
121
122